Está en la página 1de 7

ANALISA KASUS

PENYELEWENGAN DANA HAJI SURYADHARMA ALI

OLEH:

ANUGRAH PANGESTI 13312314

NINA NATHANIA 15512532

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI 2


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
FAKULTAS EKONOMI
T.A 2017/2018
I. Masalah masalah yang terjadi dalam penyelenggaraan haji
Lemahnya kebijakan tata kelola penyelenggaraan ibadah haji
Kelemahan tata kelola penyelenggaraan dapat dilihat pada pelayanan
transportasi, pemondokan, dan katering.
Kelemahan pelayanan transportasi antara lain delay penerbangan hingga
belasan jam, transportaasi darat saat di Arab Saudi (terbatasnya jumlah bus).
Buruknya pelayanan pemondokan, hal ini terlihat dari buruknya fasilitas
pemondokan bahkan terjadi pemadatan jamaah haji dalam satu pemondokan.
Terakhir adalah masalah katering. Buruknya sistem antrian pembagian
katering dengan sajian menu masakan dengan cita rasa yang kurang paas,
monoton, hambar, dan kurang higienis.

Lemaahnya aspek regulasi dan kelembagaan


Tidaknya adanya dasar hukum yang kuat dalam penempatan dana setoran awal
biaya penyelenggaraan haji (BPIH) dalam bentuk surat berharga syariah
negara (SBSN).
Tidak adanya ketentuan mengenai kriteria alokasi sisa porsi kuota skala
nasional. Selain itu, tidak adanya ketentuan yang mengatur sumber pendanaan
untuk setiap item kegiatan operasional penyelenggaraan ibadah haji. Tidak
adanya standar komponen indirect cost dalam BPIH. Tidak adanya dasar
pemberian honor petugas haji non kloter. Selain itu, tidak jelasnya waktu
penyetoran dan format laporan sisa biaya operasional penyelenggaraan ibadah
haji yang disetor ke DAU.
Lemahnya aspek kelembagaan telihat pada perangkapan fungsi tugas /
wewenang Kemenag sebagai regulator, operator dan pengawasan sekaligus
penyelenggara ibadah haji.

II. Kecurangan yang dilakukan oleh Suryadharma Ali

Menteri agama Suryadharma Ali ditetapkan sebagai tersangka korupsi pelaksanaan haji tahun
2012 - 2013. Pada saat itu Menteri Agama Suryadharma Ali bertindak atau berkedudukan
sebagai Amirul Hajj atau pemimpin rombongan haji dari Indonesia. Tuduhan yang ditujukan
pada Suryadharma Ali yaitu :

1) Penyelewengan penggunaan dana setoran awal jamaah haji.


2) Pemanfaatan sisa kuota haji untuk kepentingan pribadi/kepentingan pejabat.
3) Penyimpanan pelaksanaan haji dalam pengaturan akomodasi di Madinah dan Mekkah
antara lain :
a. Memanipulasi jumlah dan harga tempat pemodokan haji.
b. Penentuan tempat pemondokan jamaah haji.
c. Penentuan catering
Uraian

1) Penyelewengan penggunaan dana setoran awal jamaah haji

Calon jamaah haji diwajibkan membayar setoran awal ke rekening Menteri Agama
untuk mendapatkan daftar tunggu.

~ Pada tahun 2012 dari 2,5 juta anggota jamaah haji yang masuk daftar tunggu
setidaknya ada dana sebesar Rp 84,4 triliun yang tersimpan di 206 rekening pada 27
bank. Menurut Lembaga Penjaminan Simpanan, bahwa setoran haji tersebut tidak
dijamin oleh negara.

~ Pejabat yang berwenang mencairkan dana jamaah haji ada 8 orang, antara lain :
Menteri Agama Suryadharma Ali dan Anggito Abimanyu sebagai Direktur Jenderal
Penyelenggaraan.

~ Pencairan dana jamaah haji terindikasi masuk ke rekening beberapa pejabat di


kementerian agama termasuk ke rekening Suryadharma Ali. Uang/dana digunakan
untuk keperluan diluar urusan haji, antara lain :

a. 20 Januari 2012 sebesar Rp 885 milar masuk ke rekening induk Koperasi


Kepolisian Negara RI sebagai ongkos pengangkutan dokumen jamaah haji.

b. Rehabilitasi asrama haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

c. Pembuatan lapangan parkir.

d. Operasional kantor wilayah Kementerian Agama di Kabupaten dan Kota


(pembelian alat tulis dan mebel).

~ Pengeluaran - pengeluaran tersebut diatas seharusnya dibiayai oleh Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2) Pemanfaatan sisa kuota haji


~ Pada setiap musim haji selalu tersisa 1% dari kuota 2000 kursi lowong. Hal ini
disebabkan karena adanya calon jamaah haji yang sakit, meninggal, atau belum
melunasi ongkos naik haji.
~ Sisa kuota tidak semuanya diisi oleh calon jamaah haji dari tahun berikutnya,
namun dimanfaatkan oleh Suryadharma Ali dan pejabat dilingkungan kementerian
agama untuk keberangkatan haji instansi pemerintah dan keluarga/kolega mereka.
~ Pada tahun 2012 Suryadharma Ali memberangkatkan 30 orang terdiri dari anak,
menantu, saudara, teman dekat, dan kolega.
~ "Jabatan" petugas haji oun dicatut oleh rombongan psngguna sisa kuota karena
menerima imbalan sekitar Rp 50.000.000/orang untuk jabatan "petugas haji".

3) Penyimpangan pelaksanaan haji


a. Memanipulasi jumlah dan harga
~ Pada tahun 2012 Indonesia memberangkatkan jamaah haji sebanyak 194.311
anggota jemaah.
Terjadi manipulasi jumlah anggota jemaah haji oleh Kementerian Agama,
sehingga kementerian agama menyewa kamar sebanyak 200.222 kamar, maka
terdapat selisih sebesar 5.811 kamar. Harga sewa pada tahun 2012 sebesar 4.300
riyal/anggota jemaah, maka kementerian agama telah markup mencapai 24.987.300
riyal atau setara Rp 74,96 miliar.
~ Harga sewa kamar kisarannya tergantung dari jarak jauh dekatnya dengan Masjidil
Haram
Pada tahun 2012 kementerian agama menyediakan pemondokan haji yang kurang
layak baik fasilitasnya maupun lingkungannya. Meskipun demikian bukti pengeluaran
dari kementerian agama sama besarnya dengan harga sewa pemondokan yang
berkualitas baik. Mahalnya ongkos pemondokan disebabkan antara lain adanya calo
dan sindikat, mereka yng mengelompokkan harga sewa berdasarkan wilayah. Dalam
pelaksanaannya sindikat membutuhkan penghubung ke calon kliennya, sehingga
pemerintah tak berhubungan langsung dengan pemilik pondokan. Dengan demikian,
harga sewa yang disepakati adalah hasil penggelembungan bertingkat, setelah
melewati calo dan sindikat. Disinilah cela-celah korupsi dapat dilakukan.
b. Penentuan tempat pemondokan
Pada tahun 2012 Suryadharma Ali sebagai Amirul Hajj yang berwenang
menetapkan pemondokan untuk jamaah haji. Pada kenyataannya pondok haji tersebut
fasilitas dan lingkungannya tidak sesuai dengan harga sewa yang dibayar dari dana
haji.
c. Penentuan catering
Catering selama musim haji pada umumnya diperebutkan banyak pihak, termasuk
dari pemerintah dan anggota DPR pun menawarkan usaha catering mereka. Celah
korupsi sangat memungkinkan disini karena adanya kewenangan dari Suryadharma
Ali sebagai Amirul Hajj menentukan catering yang akan melayani anggota jamaah
haji selama di Mekkah dan Madinah.

III. Analisa kecurangan yang dilakukan dengan Fraud Triangle


1) Tekanan
Employee pressure triangle :
a. Keuangan : hidup diluar kemampuannya, hutang/ biaya pribadi
yang tinggi, pendapatan yang dianggapnya kurang, investasi
yang buruk.
b. Emosional : keserakahan, ego kesombongan dan ambisi yang
berlebihan, ketidakpuasan pekerjaan, ketidakmampuan dalam
menghargai aturan, tetantang untuk mengalahkan sistem
c. Gaya hidup : adanya tekanan dari keluarga/ rekan, gaya hidup
yang berlebihan (mewah), hidupnya tidak pernah merasa
cukup.
Financial Statement pressure triangle :
a. Management characteristic : etika manajemen yang
dipertanyakan, gaya manajemen dan rekan jejaknya, tindakan
manajemen atau transaksi dengan tidak ada justifikasi bisnis,
kegagalan memperbaiki kesalahan dengan waktu yang
membuat permasalahan lebih besar.
b. Keuangan : tekanan yang intens untuk memenuhi ekspetasi
laba berlebih, kodisi ekonomi (pasca inflasi), kegagalan bisnis.

2) Kesempatan
Faktor pengendalian intern : kegagalan menegakkan pengendalian
internal, kegagalan manajemen untuk terlibat dalam sistem
pengendalian internal, manajemen mengesampingkan pengendalian
internal, garis wewenang tidak jelas, penyimpanan dan pencatatan
tugas yang tidak sesuai, manajemen yang dominan dan tidak
tertandingi, tidak adanya kode etik penyelenggara haji
Faktor lainnya : asetnya rentan untuk disalahgunakan, moral/ loyalitas
karyawan rendah, sistem pengawasan aset rendah, tidak adanya jejak
audit, tidak ada sistem pengamanan fisik atau logis, tidak ada lembaga
pengawas independen

3) Rasionalisasi
Anda akan memahami jika Anda tahu seberapa saya membutuhkannya
Kepercayaan merupakan suatu hal yang sangat penting
Orang lain yang melakukannya

Peluang yang paling lazim terhadap kasus penyelewengan dana haji


ini adalah :
a) Kurangnya kontrol internal
b) Belum adanya lembaga pengawas yang independen dalam
penyelenggaraan ibadah haji
c) Personil yang menangani penyelenggaraan ibadah haji berganti
setiap saat, sehingga menghalangi kontinuitas dan peningkatan
profesionalitas penyelenggaraan ibadah haji
d) Tidak adanya kode etik pelayanan publik dalam
penyelenggaraan ibadah haji
e) Tidak adanya pemisahan tugas yang jelas, kemenag berfungsi
sebagai regulator, operator serta evaluator.
f) Kegagalan dalam menerapkan kontrol
g) Kepercayaan yang berlebihan pada karyawan kunci
h) Tenaga pengawas yang tidak kompeten
i) Staf yang tidak memadai
IV. Pengendalian dan pencegahan terhadap kecurangan yang dilakukan oleh Suryadharma
Ali
Pengendalian
a. Saat ini pemerintah telah membentuk lembaga independen yang berperan
untuk mengawasi dan menyelidiki keadaan keuangan pemerintahan maupun
organisasi swasta yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Pemerintah juga
membentuk suatu lembaga khusus untuk memberantas korupsi yaitu, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
b. Melakukan audit investigasi oleh ahli ekonomi dan auditor
c. Pemisahan tugas/ fungsi/ wewenang
d. Perbaikan regulasi pemerintah

Pencegahan
a) Sebaiknya pemerintah membentuk lembaga khusus haji untuk mengurusi
penyelenggaraan haju yang dilakukan secara profesional.
b) Lembaga khusus haji ini harus di kontrol oleh kementerian keungan.
c) Transparasi dana jemaah haji dan dilakukan audit secara berkala oleh
kementerian keuangan.
V. Pemetaan masalah dan pemilihan strategi alternatif dalam pengelolaan ibadah haji di
Indonesia

También podría gustarte