Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Dalam pertunjukan Tari Kipas Pakarena biasanya ditampilkan oleh 5-7 orang penari wanita.
Dengan berbusana adat dan diiringi musik pengiring yang dimainkan dari alat musik
tradisional Sulawesi Selatanyang sering disebut dengan gondrong rinci. Gondrong rinci ini
merupakan musik tradisional yang terdiri dari gendrang dan seruling. Musik pengiring ini
biasanya dimaikan oleh 4-7 orang pemain musik. Salah satu pemusik biasanya memainkan
seruling dan yang lainnya memainkan gendrang dengan cara yang berbeda-beda sehingga
menghasilkan suara yang padu.
Dalam tarian kipas pakarena ini walaupun penari menari dengan gerakan yang lemah lembut,
namun irama yang dimainkan musik pengiring bertempo cepat. Hal inilah yang menjadi salah
satu keunikan dari Tari Kipas Pakarena ini.
Kostum yang digunakan para penari biasanya merupakan busana adat khas Gowa. Para
penari biasanya menggunakan baju longgar, kain selampang, dan kain sarung khas
Sulawesi Selatan. Pada bagian kepala, rambut penari biasanya dikonde dan dihiasi dengan
tusuk berwarna emas serta bunga-bunga. Penari juga dilengkapi dengan berbagai aksesoris
seperti gelang, kalung dan anting yang khas. Selain itu tidak lupa penari juga membawa kipas
lipat yang digunakan untuk menari.
Para penari kipas pakarena menari dengan gerakan lemah gemulai sambil memainkan kipas
lipat di tangan mereka. Gerakan dalam tarian ini biasanya didominasi oleh gerakan tangan
memainkan kipas lipat dan tangan satunya yang bergerak lemah lembut. Selain itu gerakan
badan yang mengikuti gerakan tangan dan gerkan kaki yang melangkah. Selain gerakan yang
lemah gemulai ternyata para penari kipas pakarena dibatasi oleh suatu aturan / pakem
tertentu, salah satunya adalah para penari tidak diperkenankan untuk membuka mata terlalu
lebar dan mengangkat kaki terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan aspek kesopanan dan
kesantunan sangat diutamakan dalam tarian ini. sehingga harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh dan hati yang tulus.
2. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Pattennung
Tari Pattennung merupakan tari tradisional dari Sulawesi Selatan. Tari Patenung
menggambarkan wanita-wanita asal Sulawesi selatan yang sedang menenun. Tarian
Pattenung ini menggambarkan pula kesabaran dan ketekunan serta bagaimana gigihnya para
perempuan Toraja Sulawesi Selatan yang menenun benang menjadi kain.
Adapun penari pattennung menggunakan pakaian adat khas Sulawesi Selatan yaitu berupa
baju bodo panjang, lipaq sabbe (sarung), curak lakba, serta hiasan bangkara, rante mabule,
pontoyang digunakan dalam tari pattenun. Adapun properti yang digunakan berupa sarung
lempar.
Tarian Pattennung ini diiringi oleh iringan instrumen musik tradisional suling dan gendang.
3. Tari Tradisional Sulawesi Selatan - Tari Ma'Gellu
Tari Ma'gellu adalah tarian tradisional Sulawesi Selatan. Tarian Magellu awalnya
dikembangkan di Distrik Pangalla, sekitar 45 km ke arah Timur dari kota Rantepao,
Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Tarian ini biasanya dipentaskan pada
upacara adat khusus yang disebut MaBua, yang berkaitan dengan upacara
pentasbihan Rumah adat Toraja/Tongkonan, atau keluarga penghuni tersebut telah
melaksanakan upacara Rambu Solo yang sangat besar (Rapasaan Sapu Randanan). Seiring
perkembangannya, saat ini tarian Magellu juga dipertunjukkan di upacara kegembiraan
seperti pesta perkawinan, syukuran panen, dan acara penerimaan tamu terhormat.
Tarian Ma'gellu dilakukan oleh remaja putri berjumlah ganjil diiringi irama gendang yang
ditabuh oleh remaja putra yang berjumlah empat orang.
Adapun busana serta aksesoris yang digunakan oleh para penari Ma'gellu adalah khusus
untuk penari dengan perhiasan yang terbuat dari emas dan perak seperti Keris Emas/Sarapang
Bulawan, Kandaure, Sapi Ulu, Tali Tarrung, Bulu Bawan, Rara, Mastura,Manikkata,
Oran-oran, Lola Pali Gaapong, Komba Boko dan lain-lainnya.