Está en la página 1de 8

2.7.

Penatalaksanaan Parotitis

Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang berlangsung kurang
lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus Mumps oleh karena itu
pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.

Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog seperti tetesan lemon, dan
pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena
terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka
antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.

Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:

1. Penderita rawat jalan

Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum cukup baik).

a. Istirahat yang cukup, di berikan kompres.

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Kompres panas dingin bergantian

d. Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu

- metampiron : anak > 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/hari

- parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis

- hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko menimbulkan Sindrom
Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum
tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid.

2. Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala

hebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a. Diet lunak, cair dan TKTP

b. Analgetik-antipiretik

c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a. Encephalitis

simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit kepala.
b. Orkhitis

- istrahat yang cukup

- pemberian analgetik

- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 hari

c. Pankreatitis dan ooporitis

Simptomatik saja

2.8 Pencegahan

Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.

1. Pasif

Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.

2. Aktif

Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah
dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15
bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan
ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin
campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus
mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada
individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi
yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella,
dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.

Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat
hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan;
limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.

Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada
kontraindikasi bagi penggunaan vaksin Mumps dalam situasi ini

2.9 Pmeeriksaan Diagnostik

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan yakni kadar leukosit
dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan
limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.

b. Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan parotis dan kemudian
kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L
darah.

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya infeksi virus (Nelson,
2000), yaitu:

1. Hemaglutination inhibition (HI) test

Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum yang satunya di
ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya
parotitis.

2. Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas embrio anak ayam
dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya
hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah
metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.

3.Complement Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi terhadap komponen
antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai
titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara
lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer
dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S
timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6
sampai 12 minggu.

d. Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan biakan virus yang
terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat
hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum
hiperimun.

2.10 WOC (Web Of Caustion)

DOWNLOAD : WOC ASKEP PAROTITIS

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus:

An.B jenis kelamin perempuan berusia 9 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam, nyeri
pada daerah bawah telinga dan pipi kiri, dan nyeri otot sejak seminggu yang lalu. Sulit menelan dan kaku
rahang. An.B juga mengatakan bahwa teman sebangkunya menderita penyakit yang sama.

3.1 Pengkajian:

Identitas :

Nama : An. B

Umur : 9 tahun

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : Pelajar

Alamat : Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya

Penanggung jawab biaya : Ibu D

Alamat : Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya

Keluhan Utama:

Demam, nyeri di bawah telinga, bengkak, dan sulit menelan

Riwayat Penyakit Sekarang:

An. B sejak seminggu lalu mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga dan pipi kiri.
Beberapa hari kemudian timbul bengkak dan kemerahan di sekitar daerah nyeri dan bengkak menyebar
ke daerah pipi kanan. An. B menjadi sukar menelan dan nafsu makan menurun. BB awal adalah 30kg,
kemudian saat ini turun menjadi 28kg. Sudah 3 hari tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah akibat
penyakit ini.

Riwayat Penyakit Dahulu:

An.B sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama. Tidak punya riwayat
penyakit menular, dan tidak punya riwayat alergi. Belum pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili,
Rubela)
Riwayat Penyakit Keluarga

Semua anggota keluarga An.B dahulu sudah pernah mengalami gejala yang sama dengan An.B.
Kemungkinan tertular teman sebangku.

Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda Vital:

Suhu: 38 C

Nadi: 108 x/menit

RR: 20 x/menit

Tensi: -

Keadaran: Compos Mentis

B1 (breathing) : Normal

B2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardi

B3 (brain) : An. B compos mentis, mengalami kecemasan dan terus

menerus gelisah akibat manifestasi klinis dari parotitis, sakit

kepala dan kaku leher

B4 (bladder) : normal

B5 (bowel) : porsi makan menurun

B6 (bone) : kelemahan otot, malaise

Pemeriksaan Penunjang

Pada An.B telah dilakukan pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia, kadar leukosit < 4 x 109/L darah.
Dan di lakukan Pemeriksaan kadar amilase dalam serum, terbukti kadar amilase naik >137 U/L darah.

4.Analisis Data

NO Data Etiologi Masalah Keerawatan

1` Data subjektif :

Sulit menelan,bengkak,nafsu makan menurun.


Data objektif :

-BB turun menjadi 28kg dari BB semula yang 30kg. Parotitis

Sulit menelan

Intake menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhan Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2 Data subjektif :

Sulit tidur, tertutup dan tidak mau membuka diri karena ada pembengkakan ada kalenjar parotis.

Data objektif :

Parotitis

Pembengkakan pada kelenjar parotid dan Sakit kepala

Nyeri

Perasaan tidak aman dan nyaman Gangguan rasa aman dan nyaman

3 Data subjektif :

Nyeri kepala hebat,yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi

Data objektif :

-adanya ST deresi

-suhu tubuh meningkat 38 c

-ditemukannya virus di organ lain Parotitis


Tidak tertangani

penyebaran virus ke organ lain

risilo komplikasi Resiko komplikasi

Diagnosa dan intervensi Keperawatan

a.Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat kondisi infeksi

Tujuan: Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan

Kriteria hasil: Berat badan kembali ke rentang normal

No Intervensi Rasional

1 Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat.
Menghindari makanan asam Makanan yang keras tidak mampu dikunyah oleh pasien parotitis.
Makanan asam menmbah rasa tidak nyaman pada pasien parotitis.

2 Berikan diet cair atau makanan selang /hiperalimentasi bila diperlukan Bila masukan kalori
gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolic, dukungan nutrisi dapat digunakan untuk mencegah
malnutrisi

3 Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi sering Membasahi selaput lendir mulut yang kurang
basah karena jarang digunakan

b.Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis
akibat parotitis dan pengaruh lingkungan

Tujuan: pasien dapat merasakan kembali rasa aman dan nyaman seiring dengan proses penyembuhan

Kriteria Hasil: Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan rasa aman dan nyaman

No Intervensi Rasional

1. Istirahat selama periode demam Pada perode demam, metabolism tubuh tinggi sehingga
istirahat dapat Mengurangi metabolism tubuh dan mempercepat kesembuhan klien
2. Kompres dingin pada daerah bengkak Karena terjadi infeksi, suhu di sekitar lokasi
pembengkakan mengalami peningkatan Dengan kompres dingin diharapkan suhu dapat turun dan
mengurangi pembengkakan

c.Diagnosa keperawatan : Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotis

Tujuan : menghilangkan factor resiko komplikasi

Kriteria hasil : komplikasi tidak terjadi

No Intervensi Rasional

1 Mengurangi terjadinya komplikasi dengan pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama 2-4 hari
dan globulin Kortikosteroid dapat menekan pertumbuhan mikroba dan Globulin mencegah terjadinya
orkitis

2 Pantau jantung dengan pemasangan EKG Mencegah resiko terjadi komplikasi ke otot
jantung

También podría gustarte