Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al-Qur’an al-Ittifaqiah (STITQI)
Indralaya Ogan Ilir Sumsel.
Al-Quran yang Allah swt turunkan XV abad yang lalu merupakan
firman-Nya yang sempurna, (QS: al-An’am: 38) al-Qur’an tidak hanya fokus terhadap hal-hal syar’i, tetapi juga menuntun para pembacanya menuju hakikat-hakikat ilmiah. Isyarat ilmiah al-Qur’an senantiasa di kemukakan dengan redaksi yang singkat dan padat makna, para pembaca awam (umum) memahaminya sesuai kemampuan masing- masing, dan pembaca Khowas (pemikir) merenungi dan menganalisa ayat-ayat tersebut hingga melahirkan makna-makna yang tidak terjangkau oleh kebanyakan orang. Diantara isyarat Ilmiah yang dipaparkan al-Qur’an adalah proses penciptaan manusia. Ayat-ayat tentang penciptaan manusia senantiasa menyeru manusia untuk mengalihkan perhatian kearah proses penciptaan kita sendiri. Allah swt berfirman: "Kami telah menciptakan kamu; maka mengapa kamu tidak membenarkan? Adakah kamu perhatikan (benih manusia) yang kamu pancarkan? Kamukah yang menciptakannya? Ataukah Kami yang menciptakannya?" (QS: AL-Waqiah:57-59). Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah swt tegaskan tentang proses penciptaan manusia yang sangat luar biasa. Proses-proses tersebut adalah; Pertama, Penciptaan manusia bukan dari mani lengkap, tetapi dari sebagian kecil saja, Kedua, penentu jenis kelamin bayi. Ketiga, Janin manusia bagai lintah melekat pada rahim ibu. Keempat, Proses perkembangan janin dalam rahim. Penciptaan manusia tidaklah berasal dari seluruh sperma, akan tetapi berasal dari sebagian kecilnya saja. Allah swt berfirman; "Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?" (QS: Al-Qiyamah:36-37). Ayat ini secara tegas menyatakan bahwa ”nuthfah” merupakan bagian kecil dari air yang sangat hina (mani) yang dituangkan dari tulang sulbi kedalam rahim (Ibnu Katsir: 2000: 14: 203). Kata ”nuthfah” dalam bahasa Arab adalah setetes dari air. (Ibnu A’syur: 1984: :367) Selama persetubuhan seksual, sekitar 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki, sperma-sperma tersebut melakukan perjalanan yang sulit sekitar 5 menit dalam tubuh sang ibu menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil mencapai sel telur. Lalu sel telur yang sangat kecil hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Fakta ilmiah ini menegaskan bahwa bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil dari mani tersebut. Tekanan khusus dalam pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu kedokteran modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan al-Qur’an tersebut berasal dari dzat yang Maha Pencipta. Disamping informasi tentang bahan penciptaan manusia yang hanya berasal dari ”nuthfah” (bagian kecil dari dari air mani), al-Qur’an juga menginformasikan bahwa air mani tidak hanya berisi sperma tapi justru air mani terbentuk dari berbagai campuran. Allah swt berfirman: "Sungguh, Kami ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia (anugerah) pendengaran dan penglihatan." (QS: al- Insan: 2) pada ayat lain, kembali al-Qur’an menegaskan bahwa air mani campurn, dan manusia diciptakan dari "bahan campuran" tersebut. Allah swt berfirman; "Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina." (QS: As-Sajadah:7-8) Kata "sulala", yang diterjemahkan sebagai "sari", berarti bagian yang mendasar atau terbaik dari sesuatu. Sehingga kata ini bisa dipahami bahwa air mani adalah "bagian dari suatu kesatuan". Keberagaman unsur yang ada pada cairan yang hina ini saling mendukung sehingga terwujudlah fungsi masing-masing, diantara kandungan campuran tersebut yaitu gula yang diperlukan untuk menyediakan energi bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan agar memudahkan pergerakan sperma. Sungguh luar biasa, informasi tentang air mani telah dipaparkan dalam al-Qur'an berabad-abad lamanya, dan baru mampu ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern. Fakta ini menegaskan bahwa al- Qur’an adalah wahyu dari Dzat yang Maha Mengetahui segala sesuatu secara global dan terperinci.