Está en la página 1de 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker Rektal adalah keganasan yang terjadi pada bagian rektum.
Biasanya kanker rektum secara teori tergabung dengan kanker kolon,
tetapi materi ini dipisah karena pada kondisi klinik terdapat pemisahan
untuk asuhan keperawatan.
Rektum terdapat pada bagian distal kolon kiri dan menghubungkan
kolon dengan anus. Fungsi utama rektum adalah untuk menyimpan
bentuk feses dalam persiapan untuk evakuasi.
American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2008,
lebih dari 148.000 orang telah di diagnosis dengan kanker kolorektal
dan bahwa hampir 50.000 orang akan mati dari kanker kolorektal.
Seperti kanker usus besar, yang prognosis dan pengobatan kanker
rektal tergantung pada seberapa dalam kanker telah menyerang dinding
dubur dan sekitar kelenjar getah bening. Namun, meskipun rektum
adalah bagian dari usus besar, lokasi rektum di panggul menimbulkan
berbagai masalah keperawatan dan tantangan tambahan dalama
melakukan asuhan keperawatan dibandingkan dengan kanker kolon.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan
pada klien dengan kanker rectal.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar tentang karsinoma rectal.
b. Menjelaskan pengkajian keperawatan tentang karsinoma
rectal.
c. Menjelaskan diagnosa keperawatan tentang karsinoma
rectal.

1
d. Menjelaskan perencanaan keperawatan tentang karsinoma
rectal.

2
BAB II
Tinjauan Teori
A. Pengertian
Kanker rektal adalah tumor ganas yang menyerang permukaan
dinding kandung kemih atau tumbuh dalam dinding tersebut dan
dengan cepat menginfasi otot di sampingnya. ( Williams lippincott
& wilkins, 2009 : hal. 501 )
Karsinoma rectal adalah terdapatnya lesi keganasan pada mukosa
kolon atau rektum ( Grace A Pierce & Neil R. Borley, 2006 :
hal.111)
Kanker rectal adalah tumor maligna pada kolon atau rektum yang
bersifat primer atau metastatik ( Dr. Saputra Lyndon, 2014 : hal.
145 ).
B. Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal belum diketahui,
tetapi faktor resiko telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon
atau polit pada keluarga, riwayat usus inflamasi kronis dan diet tinggi
lemak protein dan daging serta rendah serat. ( Brunner & Suddarth,buku
ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).
1. Polip di usus (colorectal polyps). Polip adalah pertumbuhan
pada dinding dalam kolon atau rektum yang sering terjadi pada orang
berusia 50 tahun ke atas. Sebagaian besar polip bersifat jinak ( bukan
kanker ), tapi beberapa polip ( adenoma) dapat menjadi kanker.
2. Riwayat kanker pribadi. Orang yang sudah pernah terkena
kanker colorektal dapat terkena kanker colorektal untuk kedua kalinnya.
Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur uterus (
endometrium ) atau payudara mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi
untuk terkena cancer colorektal.
3. Riwayat kanker colorektal pada keluarga. Jika anda mempunyai
riwayat kanker colorektal pada keluarga, maka kemungkinan anda terkena

3
penyakit ini lebih besar, ksusunya jika saydara anda terkena kanker pada
usia muda.
4. Faktor gaya hidup. Orang yang merokok atau menjalani pola
makan yang tinggi lemak dan sedikit buah buahan dan sayuran memiliki
tingkat resiko yang lebuh besar terkena kanker colorektal.
C. Manifestasi klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan
fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol
adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah
gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak
diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan, dan keletihan.
D. Patofisiologi
Kanker rektum terutama adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke
bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
E. Pathways
Kolithis ulccratif kebiasaan makan ( tinggi karbohidrat, rendah serat )

Polimerisasi karsinogen membuat

DNA baru

Faktor genetik polip colon


Kerusakan DNA

Penggabungan DNA asing dan induk

Sintesis RNA baru

4
Mitosis di percepat

Transformasi kanker

Pertumbuhan liar sel ganas

Ca rekti

Perdarahan peranus

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan colok dubur dan darah samar pada feses
DPL : anemia
Ureum + elektrolit: hipokalemia, tes fungsi hati : metastasis ke hati
Sigmoidoskopi (kaku sampai kedalaman 30cm/ fleksibel sampai
kedalaman 60cm) dan kolonoskopi (seluruh kolon) melihat lesi,
mengambil biopsi.
Enema barium kontras ganda- lesi apple core, polip.
CEA sering meningkat pada penyakit lanjut (Grase A Pierce &
Neil R Borley, 2006 : hal. 113)

G. Penatalaksaan medis
Diit : tinggi-serat, rendah- lemak, rendah- karbohidrat sederhana.
Terapi I.V : Hidrasi.
Posisi: semi- fowler
Aktivitas: sesuai dengan toleransi pasien.
Stocking: kompresi sekuensial sementara berada di tempat tidur.
Monitoring: tanda vital dan asupan atau keluaran cairan.

5
Pemeriksaan laboratorium: HB dan HCT.
Dukungan nutrisi: TPN
Analgetik: morfin, Hidromorfon(dilaudid).
Terapi radiasi
Sitotoksik:doksorubisin (adriamycin), 5-fluorourasi (adrucil),
leukovorin (citrovorin factor).
Terapi antibiotik monoklonal: bevasizumab (avastin), setuksimab
(Erbitux).
Antiemetik: ondansetron (Zofran).
Antikoagulan: heparin berbobot molekul rendah. ( Dr. Saputra
Lyndon, 2014 : hal. 147 ).
H. Penatalaksanaan keperawatan
Mempertahankan diet pasien sesuai dengan toleransi.
Menempatkan pasien dalam posisi semi-fowler.
Mengaplikasikan stocking kompresi sekuensial sementara berada
di tempat tidur.
Memonitor dan mencatat tanda vital, asupan/keluaran cairan, hasil
laboratorium dan berat badan setiap hari.
Memberikan cairan infus atau TPN.
Memberikan obat-obatan sebagaimana diresepkan.
Mendorong pasien agar mengungkapkan perasaanya tentang
diagnosis penyakitnya ; memberikan dukungan emosional.
Memonitor dan mencatat warna, konsistensi serta jumlah feses dan
frekuensi defekasi.
Mengkaji tanda dan gejala obstruksi usus dan pendarahan rektal.
Melaksanakan asuhan keperawatan pasca kemoterapi dan pasca
radiasi.
- Melaksanakan perawatan profilaksis mulut dan kulit
- Memonitor asupan makanan dan dietnya.

6
- Memonitor perdarahan, infeksi dan gangguan keseimbangan
elektrolit.
- Menyediakan kesempatan kepada pasien untuk beristirahat.
Memberikan instruksi perawatan di rumah menurut kondisi pasien
- Memahami kelainan dan penangannya .
- Mengikuti instruksi untuk penggunaan obat dan mewaspadai
efek samping yang mungkin terjadi.
- Memonitor perubahan pada defekasi
- Melakukan monitoring sendiri untuk mendeteksi infeksi.
- Mengatur waktu istirahat dan aktifitas
- Mengikuti pemeriksaan penanangan lanjut medis.
Memberikan informasi tentang Asosiasi Ostomi dan Perhimpunan
kanker di kota pasien ( Dr. Saputra Lyndon, 2014 : hal. 149 - 150 ).

7
BAB III
Konsep Askep
A. Pengkajian
Pengkajian kanker rektum terdiri atas pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostik. Pada pengkajian anamnesis
didapatkan sesuai dengan kondisi klinik perkembangan penyakit.
1. Pengkajian Fisik
a. Inspeksi : perdarahan pada feses atau perdarahan
tunggal dari anus. Pada colok dubur, sarung tangan
terlihat adanya darah. Pada kondisi penyebaran kanker
ke anus akan terihat kondisi abnormal dari anus
b. Auskultasi : biasanya bising usus normal.
c. Perkusi : suara timpani abdomen di dapatkan pada
pasien yang mengalamai kembung.
d. Palpasi : colok dubur di dapatkan adanya penyempitan
atau terasa masa pada lumen rektum.
2. Pengkajian Diagnostik
a. Pemeriksaan darah rutin.
Pemeriksaan hitung darah lengkap, tes fungsi hati, dan
elektrolit.
1. Pemeriksaan Endoskopik.
Sigmoidoskopi (kaku atau fleksibel) dilakukan untuk
mendekteksi adanya masa pada rektum.
2. Double Contras Barium Enema.

Double Contras Barium Enema dapat mendektesi


kebanyakan tumor kolorectal (80-95%), terapi harus
didahului oleh sigmoidoskopi fleksibel.
3. Radiografik.

8
CT scan dan MRI dilakukan untuk mendekteksi kanker
rektum. MRI memiliki tingkat keakuratan yang lebih
baik dari CT scan pada deteksi kanker primer, tetapi CT
scan lebih murah dan lebih banyak tersedia.
b. Pengkajian penatalaksanaan medis
1. Terapi bedah
Tujuan utama tindak bedah ialah memperlancar
saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun non
kuratif. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan
tidak memberikan manfaat kuratif (Weiser,2005).
2. Terapi radiasi
Radiasi endokavitary. Metode radioterapi ini
berbeda dari radiasi pancaran eksternal terapi.
Dalam dosis yang lebih besar, radisi dapat di kirim
ke wilayah yang lebih kecil selama periode yang
lebih singkat. Kriteria seleksi untuk prosedur ini
mirip dengan prosedur untuk transanal ekisisi. Lesi
dapat sejauh 10 cm dari anus hampir dan tidak lebih
besar dari 3 cm. Radiasi ini disampaikan melalui
proctoscope khusus dan dilakukan di ruang operasi
dengan obat penenang ( Kapiteijn, 2001).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pemenuhan informasi b.d dengan adannya intervensi kemoterapi,
radioterapi, rencana pembedahana dan rencana perawata rumah.
2. Resiko tinggi injuri b.d anemia pasca prosedur bedah amputasi rektum
dan kolostomi .
3. Nyeri b.d kerusakan integritas jaringan, respon pembedahan.
4. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) b.d kolostomi permanen.
5. Intoleransi aktifitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum sekunder
dari anemia.

9
6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang kurang adekuat
7. Resiko tinggi infeksi b.d adannya port de entre luka pasca bedah.
8. Kecemasan pasien dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana
pembedahan.
C. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu.
Untuk intervensi pemenuhan infomasi, nyeri, risiko ijuri,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan
konsep diri, risiko infeksi, dan kecemasan dapat disesuaikan dengan
intervensi pada pasien kanker kolon. Sementara itu, untuk intervensi
resiko tinggi infeksi dapat disesuaikan dengan intervensi pada pasien
kanker esofagus atau kanker lambung.
Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah,kelemahan fisik umum respon
skunder dari anemia

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam perawatan diri pasien optimal sesuai
tingkat toleransi individu.
Kriteria evaluasi:
- Kebutuhan sehari-jari pasien dapat terpenuhi.
- Pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang
menurunkan intoleransi aktifitas
- Pasien mampu mengidentifikasi metode untuk menurunkan
intoleransi aktifitas
- Tidak terjadi komplikasi skunder, seperti peningkatan frekuensi
pernafasan dan kelelahan berat setelah 3 menit pasien
melakukan aktivitas

Intervensi Rasional

Kaji perubahn pada sistem saat Identivikasi terhadap kondisi

10
saraf pusat dan status kardio penurunan tingkat kesadaran.
respirasi. Khususnya pada pasien kanker
rektum dengan penurunan kalori
protein berat.

Pantau respon individu terhadap Beberapa pasien kanker rektum


aktivitas. lebih banyak berhubungan
dengan kondisi penurunan
metabolisme akibat anemia,
kondisi ini di pertimbangkan
dalam memenuhi aktifitas pasien
sehari-hari.
Pemantauan yang dilakukan,
meliputi hal-hal berikut:
Ukur nadi, tekanan
darah, an pernapasn saat
istirahat.
Pertimbangkan
frekuensi, irama, dan
kualitas( jika tanda-
tanda apnormal
misalnya nadi > 100
konsulkan dengan
dokter mengenai
kemungkinan
peningkatan aktifitas
).
Ukur tanda-tanda vital
segera setelah aktivitas:
ukur nadi selama 15
detik dan kalikan

11
dengan 4 untuk
mewakili hitungan 1
menit penuh.
Istirahatkan pasien
selama 3 menit: ukur
lagi tanda-tanda vital.
Hentikan aktivitas bila
pasien berespons
terhadap aktivitas
dengan: adanya keluhan
yang nyeri dada, dipnea,
fertigo, atau
konfusi,frekuwensi nadi
menurun, tekanan darah
sistolik menurun
Mengurangi intensitas,
frekuensi, atau lamanya
aktivitas jika : nadi lebih
lama dari 3-4 menit
untuk kembali dalam 6
denyut dari frekunsi
nadi istirahat, frekuensi
pernapasan meningkat
berlebihan setelah
aktivitas, dan terdapat
tanda-tanda lain
hipoksia ( misalnya :
konfusi, fertigo ).

12
Intoleransi aktivitas b.d cepat leah, kelemahan fisik umum respon
sekunder dari anemia

Intervensi Rasional

Tingkatkan aktivitas secara Intervensi ini memudahkan


bertahap pemulihan pada pasien kanker
rektum, pasca bedah, dan pasien
yang mempunyai toleransi yang
membaik. Intervensi yang di
anjurkan , meliputi hal hal
berikut.
Untuk pasien yang
mengalami penurunan
kalori protein, mulai
lakukan rentang gerak
sedikitnya 2x sehari.
Rencanakan waktu
istirahat sesuai dengan
jadwal sehari hari pasien
( waktu istirahat dapat di
lakukan antara aktivitas).
Tingkatakan dorongan
dapat melakukan secara
tulus untuk memberi
suasana positif yang
mendorong peningkatan
aktifitas : beri keercayaan
pada pasien bahwa
mereka dapat

13
meningkatkan status
mobilitasnya. Beri
penghargaan terhadap
kemajuan yng di capai.
Pasien juga di dorong
untuk membuat jadwal
aktifitas dan sasaran
aktifitas fungsional ( jika
sarannya terlalu rendah,
buat kontrak : misalnya
jika anda berjalan
setengah dari lorong ini,
saya akan bermain kartu
dengan anda).
Tingkatkan toleransi
terhadap aktifitas dengan
mendorong pasien
melakukan aktifitas lebih
lambat, untuk waktu yang
lebih singkat, dengan
istirahat lebih atau
dengan lebih banyak
bantuan. Tingkatkan
toleransi latihan dengan
meningkatkan waktu di
luar tempat tidur sampai
15 menit setiap hari, 3X
sehari.
Anjurkan pasien untuk
mengenakan sepatu yang

14
nyaman ( sandal tidak
meyangga kaki dengan
baik ).

Ajarkan pasien mengenai metode Metode penghematan energi


penghematan energi untuk aktifitas dapat mengurangi kebutuhan
metabolisme pada pasien kanker
rektum dengan anemia berat.
Metode yang dapat dianjurkan
adalah sebagai berikut.
Luangkan waktu istirahat
selama aktivitas, dalam
interval selama siang hari
dan satu jam setelah
makan.
Lebih baik duduk
daripada berdiri saat
melakukan aktivits
kecuali hal ini
memungkinkan.
Saat melakukan suatu
tugas, istirahat setiap 3
menit selama 5 menit
ntuk menurunkan
keutuhan suplai darah
darai jantung dan
menurunkan kebutuhan
metabolisme hati.
Hentikan aktivitas jika
pasien keletihan atau
terlihat tanda tanda sesak

15
nafas.

Berikan bantuan secara tingkat Teknik penghematan energi


toleransi ( makan, minum, mandi , menurunkan penggunaan energi
berpakaian dan eleminasi)

16
BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Kanker rektum adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di
Amerika. Penyebab nyata dari kanker rektum tidak diketahui, tetapi faktor
riwayat kanker kolon dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi
kronis dan diit tinggi lemak, protein dan daging serta rendah serat.
B. Saran
a. Diharapkan pihak Rumah Sakit dapat lebih memberikan informasi
mengenai Karsinoma Rektal, baik lewat tulisan (leaflet), maupun
komunikasi verbal berupa pendidikan kesehatan.
b. Diharapkan pendokumentasian dilakukan dengan baik, khususnya
pencatatan RR (Respiratory Rate), baik sebelum dilakukan tindakan
keperawatan maupun setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan
demikian perkembangan dari setiap masalah yang ada pada pasien
dengan Karsinoma Rektal dapat terpantau.

17
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2000, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.
McCloskey, J.C, Bulechek, G.M , 1996, Nursing Intervention Classification
(NIC) Mosby, St Louis
Nanda, 2001, Nursing Diagnosis : Definitions and Classification 2001-2002,
Philadelphia
Sjamsuhidajat R dan Jong W, 2004, Buku ajar ilmu bedah, Edisi 2 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Sabiston D, 1995, Buku Ajar Bedah Bagian 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Engram, Barbara, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

18

También podría gustarte