Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
1
2.1.2. Emisi CO2 pada musim panas fluks CO2 lebih besar dari
Emisi CO2 dari tanah bervariasi musim dingin (Moren & Lindroth 2000).
pada beberapa kedalaman tanah, aerasi dan Hasil penelitian Lessard et al.
musim. Ishizuka et al. (2002) menyatakan (1994) di Ottawa menyatakan tanah hutan
fluks CO2 tertinggi terukur pada kedalaman menghasilkan fluks CO2 yang lebih besar
10-25 cm dari permukaan tanah dan (Tabel 1) jika dibandingkan tanah pada
minimum pada saat pagi hari dan setelah lahan pertanian, tanah gundul, dan lahan
matahari terbenam (Dugas 1993 diacu dalam perkebunan. Hal ini disebabkan ketersediaan
Taufik M 2003). Pada keadaan aerobik bahan organik tanah pada hutan lebih tinggi
produksi CO2 dari tanah lebih besar dibandingkan penggunaan lahan lainnya.
dibandingkan keadaan anaerob. Sedangkan
2
mikroorganisme tanah dalam proses tanaman dan hewan yang telah mati menjadi
enzimatik dan dekomposisi serasah atau sisa bahan organik. Akibatnya produksi dan
tanaman serta ketersediaan hara-hara emisi CO2 dari tanah akan meningkat
tanaman. Aktivitas ini sangat terbatas pada (Hanafiah KA 2004).
suhu dibawah 10 0C, laju optimum aktivitas
biota tanah yang menguntungkan terjadi
pada suhu 18-30 0C, seperti bakteri pengikat
N pada tanah berdrainase baik. Pada proses
kehidupan bebijian, akar tanaman dan
mikroorganisme tanah secara langsung
dipengaruhi oleh suhu tanah. Laju reaksi
kimia meningkat dua kali lipat untuk setiap
100 oC kenaikan suhu (Hanafiah KA 2004).
Suhu tanah sangat dipengaruhi oleh
interaksi sejumlah faktor dengan sumber
panas, yaitu sinar matahari dan langit, serta
Gambar 1. Proses respirasi CO2 dari tanah
konduksi interior tanah. Faktor eksternal
yang menyebabkan perubahan suhu tanah 2..3. Bahan Organik Tanah
diantaranya adalah radiasi solar (jumlah Bahan organik tanah adalah
panas yang mencapai permukaan bumi), kumpulan beragam senyawa-senyawa
radiasi dari langit, kondensasi, evaporasi, organik kompleks yang sedang atau telah
curah hujan, Insulasi (tanaman penutup mengalami proses dekomposisi, baik berupa
tanah, mulsa, awan). Sedangkan faktor humus hasil humifikasi maupun senyawa-
internal meliputi kapasitas panas tanah, senyawa anorganik hasil mineralisasi
konduktivitas dan difusivitas thermal, (biontik), termasuk mikroorganisme tanah
aktivitas biologis, struktur tanah, tekstur heterotrofik dan ototrofik yang terlibat
tanah dan kelembaban tanah serta garam- (biotic) (Soedarsono et al. 2006). Kononova
garam terlarut (Hanafiah KA 2004). (1966); Schnitzer (1978) diacu dalam
Soedarsono et al. (2006) membagi bahan
2.2.2. Kelembaban Tanah organik tanah menjadi 2 kelompok, yaitu
Kelembaban tanah adalah jumlah bahan yang telah terhumifikasi, yang disebut
uap air yang terdapat dalam suatu massa sebagai bahan humik (humic substances)
tanah yang dinyatakan dalam % bobot dan bahan yang tidak terhumifikasi (non-
kering atau volume (Soedarsono et al. humic substances). Kelompok pertama
2006). Kandungan air tanah dan struktur merupakan hasil akhir proses dekomposisi
tanah memegang peranan penting dalam bahan organik bersifat stabil dan tahan
menentukan aerasi tanah, potensial redoks terhadap proses biodegradasi, terdiri atas
tanah dan difusi transfer gas dalam tanah fraksi asam humat, asam fulfat dan humin.
(Taufik M 2003). Kelompok kedua meliputi senyawa-senyawa
Kelembaban dan kadar air tanah organik seperti karbohidrat, asam amino,
mempengaruhi dominasi jenis peptida, lemak, lilin, lignin, asam nukleat,
mikroorganisme tanah yang aktif dalam protein.
proses dekomposisi bahan organik. Pada Bahan organik tanah berperan
kelembaban dan kadar air yang tinggi, secara fisik, kimia, maupun biologis
perkembangan dan aktivitas bakteri akan sehingga menentukan status kesuburan suatu
maksimum. Sebaliknya akan menurun pada tanah. Bahan organik menjadi sumber energi
kondisi kering (tekanan -3 bar) dan sangat karbon dan hara bagi biota heterotropik
tertekan pada kadar air titik layu permanen (penguna senyawa organik). Kandungan
(tekanan -15 bar) (Hanafiah KA 2004). bahan organik tanah ditentukan oleh
kesetimbangan antara laju pelonggokan
2.2.3. Biomassa akar dan Populasi dengan laju dekomposisinya (Soepardi G
mikroorganisme 1983).
Jumlah biomassa akar dan populasi Faktor yang mempengaruhi
mikroorganisme sangat berpengaruh kandungan bahan organik tanah adalah
terhadap percepatan proses dekomposisi iklim, vegetasi, topografi, waktu, bahan
bahan organik yang melepaskan gas CO2. induk dan pertanaman (cropping). Sebaran
Populasi mikroorganisme tanah yang banyak vegetasi berkaitan erat dengan pola tertentu
dapat mempermudah perombakan sisa-sisa dari perubahan temperatur dan curah hujan.
3
Pada wilayah yang curah hujannya rendah (inseptisol) sampai sudah berkembang
dengan jumlah vegetasi yang sedikit akan (alfisol) dan sebagian kecil ultisol.
menghasilkan akumulasi bahan organik Berdasarkan tipe iklim Schmidt dan
yang rendah. Pada wilayah yang temperatur Ferguson, bagian utara kawasan Taman
dingin, kegiatan mikroorganisme juga Nasional Lore Lindu mempunyai tipe iklim
rendah sehingga proses dekomposisi lambat C/D (musiman) dengan curah hujan rata-rata
(Soedarsono et al. 2006). tahunan berkisar antara 855-1200 mm/tahun
dan bagian timur kawasan Taman Nasional
2.4. CO2 Analyzer Lore Lindu mempunyai tipe iklim B
CO2 analyzer merupakan suatu alat (agak musiman) dengan curah hujan berkisar
yang digunakan untuk menganalisis antara 344-1400 mm/tahun. Bagian barat
besarnya emisi gas CO2 pada proses Taman Nasional Lore Lindu mempunyai
respirasi tanah. Secara umum, struktur tipe iklim A (lembab permanen) dengan
komponen CO2 analyzer terdiri dari curah hujan rata-rata tahunan antara
injection tube dan automatic tester CO2 1200-2200 mm/tahun. Secara keseluruhan
analyzer. Prinsip kerja CO2 analyzer adalah curah hujan di Taman Nasional Lore Lindu
contoh udara disambungkan pada bagian bervariasi dari 2000-3000 mm/tahun di-
injection tube yang kemudian dibawa bagian utara dan 3000-4000 mm/tahun di-
melewati saluran injection tube menuju bagian Selatan. Suhu udara berkisar antara
instrument CO2 Analyzer dan langsung 22-340 C, rata-rata kelembaban udara 98%
dideteksi dengan menggunakan tester (mV) dengan kecepatan angin rata-rata 3,6 km/jam
sehingga terlihat besarnya emisi CO2. (http://www.indonesia.go.id).
Sig im p u
'
Nopu
P a n d e re '
'
R Ka tim b u
' R K a tim b u
'
1 20 ' 0" S 1 20 '0 " S
W u as a
'
Hutan W a n ga
Babahaleka '
To ro '
4
spec (9.5%). Lebih dari 550 pohon Pohon dengan BDH > 0.1 m, memeliki
berdiameter setinggi dada (DBH) > 0.1 m tinggi antara 12 sampai 36 m dan dengan
ditemukan per hektar dalam jumlah yang rata-rata 21 m (Ibrom Andreas et al. 2007).
lebih 10 kali lipat dibandingkan pohon kecil.
Luas jangkauan wilayah 50 m2 per hektar.
III. METODOLOGI
Tabel 3. Kondisi unsur iklim bulanan rata-rata selama pengukuran (3 April- 7 Juni 2009)
Bulan Tair RH Net Rad Net Rad Net Rad W.Speed W.Speed W.Speed W. Direction
(0C) (%) (W/m2) (max) (min) (m/s) (max) (min) (0arah)
April - - 129.85 183.32 79.14 - - - -
Mei 19.36 82.19 120.83 176.16 67.17 1.73 3.40 0.54 179.37
Juni 18.81 89.68 100.23 146.65 60.63 1.30 2.54 0.41 163.54