Está en la página 1de 92

ANTROPOLOGI BUDAYA

A. Kompetensi Dasar
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa dapat memahami manusia sebagai
makhluk biologis dan makhluk sosial agar tahu status, kedudukan serta mengambil peran
dalam kehidupan dengan sesama.

B. Indikator
Setelah menyelesaikan uraian materi pokok pada bab satu di bawah ini diharapkan

mahasiswa dapat :

1. Menjelaskan pengertian antropologi.

2. Menguraikan empat fase sejarah perkembangan ilmu antropologi.

3. Menuliskan dua tujuan ilmu antropologi pada fase ke-empat.

4. Menerangkan lima masalah yang menjadi penelitian khusus antropologi.

5. Menjelaskan bagaimana penerapan ilmu antropologi di Amerika Serikat.

6. Menuliskan persamaan antropologi dengan sosiologi.

7. Membedakan antropologi dengan sosiologi bila dilihat dari asal mula dan sejarah

1. perkembangannya.

8. Membedakan antropologi dengan sosiologi bila dilihat dari metodenya.

9. Menjelaskan hubungan antara ilmu kesehatan masyarakat dengan antropologi.

10. Menguraikan tiga cara yang digunakan antropologi untuk mencapai suatu kesatuan

2. Pengetahuan.

C. Materi Pokok : Antopologi sebagai ilmu

1
Uraian Materi Pokok
BAB I
ANTROPOLOGI SEBAGAI ILMU

A. Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Yunani yakni antropos yang berarti manusia dan logos
yang berarti ilmu atau studi. Secara harfiah antropos berarti ilmu atau studi tentang
manusia sebagai makhluk biologis dan sebagai makhluk sosial. Antropologi mempelajari
manusia secara totalitas yaitu aneka ragam manusia/masyarakat serta kebudayaan di masa
lampau dan masa sekarang, sejarah pertumbuhannya, bentuk kebudayaan serta lenyapnya
suatu masyarakat dan kebudayaan. Dengan kata lain, antropologi menelaah manusia dari
seluruh segi kehidupannya tanpa membatasi tempat dan waktu.

B. Bagaimana Ilmu Antropologi Ditemukan :


1. Fase pertama (sebelum 1800 atau akhir abad ke-15 dan permulaan abad ke-16).
Diawali kisah perjalanan bangsa Eropa di Afrika, Asia, Oseania (kepulauan di Lautan
Teduh) dan penduduk pribumi Amerika (suku Indian).
Terkumpullah kisah perjalanan , laporan dan sebagainya dari:
- Musafir
- Pelaut
- Pegawai pemerintah daerah jajahan
- Pendeta penyiar agama nasrani
- Dan penerjemah Injil
Tentang :
- Adat istiadat
- Bahasa
- Ciri-ciri fisik
- Susunan masyarakat.
Uraian tentang suku bangsa di atas menarik perhatian kaum terpelajar Eropa sejak
abad ke- 18 yang berpandangan :
- Keburukan bangsa di luar Eropa = manusia liar, turunan iblis, primitif.
- Kebaikan bangsa di luar Eropa = bangsa yang murni, belum dirasuki keburukan
dan kejahatan.
- Sebagian orang Eropa tertarik akan keanehan bangsa lain dan mulai mengumpulkan
benda-benda kebudayaan suku bangsa tersebut. Timbul museum-museum pertama
tentang kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa yang disebut dengan
museum etnografi (Museum pertama didirikan di Kopenhagen, Denmark th 1841
oleh C.J.Thomsen).
2
2. Fase kedua (Kira-kira Pertengahan Abad ke-19).
Timbul karangan-karangan yang menyusun bahan-bahan etnografi tersebut
berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat dari tingkat yang rendah sampai ke
tingkat tertinggi dalam jangka waktu beribu-ribu tahun lamanya. Bentuk masyarakat
dan kebudayaan manusia yang tertinggi itu adalah seperti apa yang hidup di Eropa
Barat dan kebudayaan di luar Eropa adalah contoh dari kebudayaan manusia yang
kuno. Kemudian timbul pula karangan yang hendak meneliti sejarah penyebaran
kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di muka bumi.
Pada fase kedua ini antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal dengan tujuan
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat
suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
3. Fase Ketiga (Permulaan Abad ke-20).
Untuk mencapai pemantapan kekuasaan penjajah, sangat penting peranan ilmu
Antropologi yang mempelajari bangsa-bangsa di luar Eropa. Mempelajari bangsa-
bangsa di luar Eropa yang masyarakatnya belum kompleks seperti bangsa Eropa juga
penting untuk menambah pengertian mengenai orang tentang masyarakat yang
kompleks.
Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis yang bertujuan
mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna
kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat suatu pengertian tentang
masyarakat masa kini yang kompleks.
4. Fase Keempat (Sesudah Kira-kira 1930).
Pada fase ini ilmu antropologi berkembang dengan pesat, baik pengetahuannya
maupun metodenya. Ada dua perubahan yang terjadi di dunia :
- Timbulnya antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang Dunia II,
- Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif karena pengaruh kebudayaan Eropa-
Amerika.
Sasaran penelitian para ahli antropologi sejak tahun 1930 bukan lagi suku-suku bangsa
primitif bukan Eropa melainkan telah beralih kepada penduduk pedesaan pada
umumnya baik mengenai keanekaragaman fisiknya, masyarakat/kebudayaannya,
termasuk daerah pedesaan Eropa dan Amerika.
Antropologi pada fase ke-4 ini mempunyai dua tujuan, yaitu:
- Tujuan Akademis, yaitu untuk mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada
umumnya dengan mempelajari berbagai bentuk fisik, masyarakat maupun
kebudayaannya.
- Tujuan praktis, yaitu mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa
guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.

3
C. Antropologi Masa Kini
Beberapa cara untuk memahami tujuan dan ruang lingkup ilmu antropologi :
1. Mempelajari ilmu apakah yang menjadi pangkal dari antropologi
2. Bagaimana garis besar proses perkembangan yang mengintegrasikan ilmu pangkal
tersebut
3. Mempelajari bagaimana penerapannya di berbagai negara
Di Amerika Serikat ilmu antropologi telah mengintegrasikan seluruh warisan
bahan dan metode dari ilmu antropologi dalam fasenya yang pertama, kedua dan ketiga.
Di Universitas-universitas Amerika Serikat ilmu antropologi dalam fase keempatnyapun
telah berkembang seluas-luasnya.
Di Uni Soviet, penggunaan antropologi sebagai suatu ilmu praktis untuk
mengumpulkan data tentang kehidupan masyarakat dan kebudayaan dari berbagai suku
bangsa yang berbeda-beda sehingga timbul suatu saling pengertian antara berbagai suku
bangsa itu.
Di Meksiko; penggunaan antropologi sebagai suatu ilmu praktis untuk
mengumpulkan data tentang kebudayaan-kebudayaan daerah dan masyarakat pedesaan
sehingga dengan demikian dapat diketemukan dasar-dasar bagi suatu kebudayaan
nasional yang mempunyai suatu kepribadian yang khusus dan dapat dibangun suatu
masyarakat desa modern.
Di India penggunaan antropologi sebagai suatu ilmu praktis disamping sosiologi
dapat memberikan bantuan dalam hal memecahkan masalah-masalah kemasyarakatannya
dan dalam hal perencanaan pembangunan nasionalnya.
Di Inggris serta negara-negara yang ada di bawah pengaruhnya, seperti Australia,
ilmu antropologi dalam fase perkembangannya yang ketiga masih dilakukan. Setelah
negara-negara jajahannya memerdekakan diri, metode-metode antropologi seperti yang
dikembangkan di Amerika Serikat mulai mempengaruhi.
Di Eropa Tengah seperti jerman, Austria dan Swiss hingga kira-kira 15 tahun
yang lalu sifat antropologi masih berada pada fase kedua. Tapi akhir-akhir ini pengaruh
dari Amerika Serikat juga sudah mulai nampak pada berbagai ahli antropologi di Jerman
dan Swiss.
Di Eropa Utara, di negara-negara Skandavia ilmu antropologi masih bersifat
akademikal, tetapi istimewanya terletak dalam hasil-hasil penelitian terhadap kebudayaan
suku-suku bangsa Eskimo.

D. Perbedaan-perbedaan Istilah dalam Antropologi


1. Ethnography = pelukisan (deskripsi) tentang bangsa Eropa Barat
2. Ethnology = Ilmu bangsa-bangsa yaitu bagian dari antropologi yang mempelajari
masalah-masalah yang berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan
manusia (Amerika dan Inggris)
4
3. Voelkerkunde (Jerman), Volkenkunde (Belanda) = ilmu bangsa-bangsa
4. Kulturkunde = ilmu kebudayaan
5. Anthropology = ilmu tentang manusia yang meliputi bagian-bagian fisik, sosial dari
ilmu tentang manusia (Amerika dan Inggris)
6. Cultural anthropology = mempelajari tubuh manusia (Amerika)
7. Antropologi Budaya mengganti istilah G.J.Held ilmu kebudayaan (UI-Indonesia)
8. Social anthropology = untuk fase ketiga di Inggris.

E. Ilmu-ilmu Bagian dari Antropologi


Lima (5) masalah penelitian khusus antropologi :
1. Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (evolusinya) dipandang dari segi
biologi.
2. Masalah sejarah terjadinya berbagai ragam manusia, dipandang dari ciri-ciri
tubuhnya.
3. Masalah sejarah asal, perkembangan serta penyebaran berbagai macam bahasa di
seluruh dunia.
4. Masalah perkembangan, penyebaran dan terjadinya baragam kebudayaan di dunia.
5. Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-
masyarakat suku bangsa di dunia.

Skema Pembagian Antropologi

Keterangan :
Paleoantropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asal usul atau soal terjadinya dan
evolusi makhluk manusia, yang menggunakan sisa-sisa tubuh yang telah membatu (fosil
manusia) yang ditemukan dalam lapisan-lapisan bumi sebagai bahan untuk penelitiannya.
Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari antropologi yang mencoba
memahami sejarah terjadinya beragam makhluk manusia berdasarkan perbedaan ciri-ciri
tubuhnya seperti warna kulit, bentuk hidung, rambut dsb.
Etnolinguistik yang juga disebut antropologi linguistik adalah bagian dari antropologi
yang meneliti tentang ciri dan tata bahasa dari beratus-ratus bahasa suku bangsa di berbagai
tempat di muka bumi, maupun kebudayaannya.
5
Prasejarah mempelajari sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan
manusia sebelum manusia mengenal tulisan melalui bekas-bekas kebudayaan seperti benda-
benda serta alat-alat (artefak) yang tersimpan dalam lapisan bumi. Histori/sejarah mempelajari
sejarah perkembangan dan penyebaran semua kebudayaan manusia sesudah manusia
mengenal tulisan.
Etnologi adalah ilmu bagian yang mempelajari asas-asas manusia dengan mempelajari
sejumlah kebudayaan suku bangsa yang tersebar di seluruh dunia.
Sejak tahun 1920-an telah berkembang beberapa ilmuu bagian yang baru, yang pada
awalnya diterapkan pada pembangunan masyarakat desa, dan berkembang ke masalah
ekonomi dan kesehatan masyarakat di pedesaan, masalah kependudukan, dll sehingga
berkembanglah berbagai spesialisasi lain.
Di Amerika dan Inggrispun penelitian-penelitian antropologi mulai menggunakan
banyak konsep psikologi dalam analisanya, karena timbulnya perhatian terhadap :
- Kepribadian bangsa
- Peranan individu dalam proses perubahan adat istiadat
- nilai universal dari konsep-konsep psikologi

f. Spesialisasi dalam Antropologi/Ilmu-Ilmu Bagian dari Antropologi


Pengkhususan yang dilakukan dalam penelitian-penelitian terhadap masalah-
masalah praktis dalam masyarakat belum lama berkembang, walaupun hasil-hasil
penelitian antropologi sudah lama diterapkan negara-negara Eropa di daerah-daerah
jajahan mereka.
1. Antropologi Ekonomi
Spesialisasi antropologi yang paling tua (1930) yang meneliti gejala-gejala
ekonomi pedesaan, penumpukan modal, pengerahan tenaga, sistem produksi,
pemasaran, dsb
2. Antropologi Pembangunan
Mempelajari masalah-masalah yang menyangkut pembangunan masyarakat
desa,
Masalah sikap petana terhadap teknologi baru, dll.
3. Antropologi Pendidikan
Meneliti masalah pendidikan di banyak negara berkembang

4. Antropologi Kesehatan
Para ahli antropolog sering dimintai para dokter ahli kesehatan untuk memberi
data tentang konsepsi dan sikap penduduk desa tentang sakit, kesehatan, dukun, dsb.
5. Antropologi Kependudukan
Para ahli antropologi kesehatan juga banyak meneliti serta memecahkan masalah
KB, ledakan penduduk dunia dan akibatnya.
6
6. Antropologi Politik
Meneliti latar belakang kebudayaan, sistem nilai dan sistem norma orang-orang
yang melaksanakan politik. Pembangunan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari proses-
proses perupabahan dan perkembangan politik yang terjadi.
7. Antropologi Psikiatri
Spesialisasi terbaru dalam antropologi, yang meneliti peranan aspek sosial
budaya sebagai latar belakang penyakit jiwa.
Munculnya sub-sub ilmu antropologi ini membuka kesempatan berkembangnya
profesi-profesi baru bagi ahli antropologi seperti konsultan dalam pemerintahan ditingkat
pusat/ profinsi, disamping mengajar/ meneliti.

G. Hubungan Antara Antropologi Budaya/Sosial dan Sosiologi


1. Persamaan :
Sama-sama mencari unsur yang sama diantara beragam masyarakat dan
kebudayaan yang ada di dunia, dengan tujuan mencapai pengertian tentang asal-asal
kehidupan masyarakat dan kebudayaan pada umumnya.
7
2. Perbedaan :
a. Kedua ilmu itu mempunyai asal mula dan sejarah perkembangan yang berbeda.
Antropologi budaya atau sosial berawal dari himpunan bahan keterangan
tentang berbagai masyarakat dan kebudayaan masyarakat pribumi bukan Eropa,
yang menjadi ilmu khusus karena adanya kebutuhan untuk mencapai pengertian
tentang tingkat-tingkat awal dari sejarah perkembangan masyarakat dan
kebudayaan bangsa-bangsa Eropa itu sendiri.
Sebaliknya, sosiologi dimulai sebagai suatu bagian dari ilmu filsafat, yang
menjadi suatu ilmu khusus karena masyarakat Eropa yang tengah dilanda krisis
memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai asas-asas dari
masyarakat dan kebudayaannya sendiri.
b. Perbedaan sejak awal itu menyebabkan pengkhususan pada pokok dan bahan
penelitian dari kedua ilmu itu (Pokok-pokok Ilmiah dari Antropologi Budaya/Sosial
dan Sosiologi).
Sejak awal ilmu antropologi tertuju pada obyek penelitian dalam masyarakat
dan kebudayaan suku-suku bangsa bukan Eropa dan Amerika modern. Sebaliknya
sosiologi sejak mula tertuju pada obyek-obyek dalam masyarakat dan kebudayaan
bangsa-bangsa yang justru hidup dalam lingkungan kebudayaan Eropa dan Amerika
Modern. Namun sejak fase ke-4 perkembangannya para ahli antropologi juga mulai
memperhatikan gejala-gejala masyarakat dalam lingkungan kebudayaan Eropa dan
Amerika modern. Sebaliknya sejak abad 19 banyak penelitian sosiologi telah pula
mengolah bahan dari masyarakat suku-suku bangsa penduduk pribumi bukan
Eropa.
Dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara antropologi dan sosiologi tidak
dapat lagi ditentukan berdasarkan perbedaan antara masyarakat pedesaan dan
masyarakat perkotaan, tetapi dalam metode-metode ilmiahnya.
c. Perbedaan sejak awal itu pula telah menyebabkan berkembangnya metode-metode
dan masalah-masalah yang khusus pada antropologi budaya maupun sosial dan
sosiologi (Metode dalam Antropologi Budaya/sosial dan Sosiologi).
Seorang ahli sosiologi akan meneliti gejala-gejala atau proses-proses khusus,
miss: besar atau kecilnya angka kejahatan, kemiskinan di kota dll. Sebaliknya
seorang ahli antropologi sosial akan berusaha meneliti semua unsur yang ada dalam
kehidupan kota yang ditelitinya, walaupun ia hanya akan mengkhususkan pada
suatu unsur saja, miss kegiatan dalam kehidupan keagamaan atau kekeluargaan.
Pengalaman meneliti masyarakat kecil telah memberi kesempatan kepada ahli
antropologi untuk mengembangkan berbagai metode penelitian yang intensif dan
mendalam seperti : berbagai metode wawancara. Sebaliknya, para ahli sosiologi
yang biasanya meneliti masyarakat yang kompleks, lebih banyak menggunakan

8
berbagai metode penelitian yang bersifat meluas, seperti metode angket dan
kuesioner.
Para ahli antropologi sudah terbiasa menghadapi beragam kebudayaan yang
jumlahnya beribu-ribu di seluruh dunia, sehingga berkembang berbagai metode
pengumpulan bahan yang mengkhusus ke dalam (bersifat kualitatif) maupun
berbagai metode pengolahan dan analisa komparatif.
Para ahli sosiologi lebih banyak berpengalaman dalam meneliti gejala
masyarakat perkotaan yang kompleks, tetapi kurang memperhatikan
keanekaragaman kebudayaan masyarakat yang terdapat di dunia, dan sebagai
akibatnya dalam ilmu itu berkembang berbagai metode pengumpulan bahan yang
sifatnya meluas merata, maupun metode-metode pengolahan bahan dan analisa
berdasarkan perhitungan-perhitungan dalam jumlah besar (metode kuantitatif),
seperti metode statistik.
Dengan demikian metode yang digunakan antropologi budaya/sosial dan
sosiologi dapat saling mengisi dalam melaksanakan proyek-proyek penelitian
masyarakat yang sama.

H. Hubungan Antara Antropologi dan Ilmu-ilmu Lain


1. Hubungan antara Geologi dan Antropologi
Bantuan ilmu geologi yang mempelajari ciri-ciri dari lapisan bumi beserta
perubahan-perubahannya, terutama dibutuhkan oleh sub ilmu paleoantropologidan
prasejarah, guna menetapkan umur relatif dari fosil-fosil makhluk primat serta fosil-
fosil manusia pada zaman dahulu, dan juga artefak-artefak maupun bekas-bekas
kebudayaan hasil galian para ahli arkeologi, untuk menganalisa umur dari lapisan
bumi tempat benda-benda itu tersimpan.
2. Hubungan antara Paleontologi dan Antropologi
Bantuan dari paleontologi yang meneliti fosil makhluk purba tentu juga
diperlukan paleo-antropologi dan prehistori.
3. Hubungan antara Ilmu Anatomi dan Antropologi
Ciri-ciri ras di dunia yang diteliti antropologi fisikk sangat perlu akan ilmu
anatomi yang meneliti ciri-ciri berbagai kerangka manusia, tengkorak dan bagian
tubuh lainnya.
4. Hubungan antara Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Antropologi
Data mengenai konsepsi dan sikap penduduk desa tentang kesehatan, sakit,
dukun, obat-obatan tradisional, kebiasaan serta pantangan makan, dll bagi seorang
dokter kesehatan masyarakat yang akan bekerja dan tinggal di suatu kebudayaan
yang asing, antropologi juga memiliki metode-metode dan cara-cara untuk dapat
memahami serta menyesuaikan diri dengan kebudayaan serta adat istiadat setempat.

9
5. Hubungan antara Ilmu Psikiatri dan antropologi
Merupakan perluasan dari hubungan antara ilmuu antropologi dan psikologi
yang kemudian mendapat fungsi praktis.
6. Hubungan antara ilmu Linguistik dan Antropologi
Ilmu linguistik atau ilmu bahasa. Antropologi sejak zaman perkembangannya
juga mengumpulkan catatan tentang tata bahasa suku bangsa di dunia, sering
digunakan ilmu linguistik untuk mengembangkan teori-teori tentang berbagai azas
bahasa.
Sebaliknya, untuk mengumpulkan bahan etnografi bagi antropologi di
lapangan diperlukan pengetahuan kilat tentang bahasa penduduk daerah yang
didatangi. Oleh karena itu berbekal ilmu bahasa, seorang peneliti menguasai alat
untuk dapat menganalisa dan mempelajari suatu bahasa dalam waktu yang relatif
singkat.
7. Hubungan antara Arkeologi dan Antropologi
Ilmu arkeologi atau ilmu sejarah kebudayaan purbakala. Antropologi juga
meneliti tentang sejarah kebudayaan manusia yang lebih kuno yang dilakukan oleh
cabang antropologi yaitu prehistori. Contoh : arkeologi Indonesia meneliti
kebudayaan-kebudayaan kuno dari suatu lapisan sosial yang sangat kecil yang hidup
sekitar istana raja-raja yang dimasa lalu membangun candi, menulis prasasti, buku-
buku kuno. Sebaliknya antropologi Indonesia dapat menambah pengetahuan tentang
kebudayaan rakyat jelata yang tinggal di daerah pedesaan.
8. Hubungan antara Ilmu Sejarah dan Antropologi
Hubungan ini mirip dengan hubungan antara arkeologi dan antropologi.
Untuk menulis sejarah suatu bangsa, antropologi pada awalnya menyediakan bahan
prasejarahnya. Demikian juga berbagai masalah dalam histografi darii sejarah suatu
bangsa dapat dipecahkan dengan metode-metode antropologi.
Para ahli antropologi memerlukan sejarah, terutama sejarah dari suku-suku
bangsa penduduk daerah yang ditelitinya, untuk memecahkan masalah-masalah yang
diakibatkan pengaruh kebudayaan asing.
9. Hubungan antara Geografi dan Antropologi
Geografi atau ilmu bumi mencoba mencapai pengertian tentang alam dunia,
bumi dan ciri-ciri dari segala bentukk makhluk yang ada di bumi seperti flora dan
fauna termasuk makhluk manusia yang beranekaragam rupa dan sifatnya. Karena
antropologi adalah satu-satunya ilmu yang mampu menyelami masalah mengenai
keanekaragaman manusia, tentu geografi tidak dapat mengabaikan antropologi.
Sebaliknya, seorang ahli antropologi juga memerlukan sekedar pengertian
tentang geografi, karena banyak masalah mengenai kebudayaan manusia berkaitan
dengan keadaan lingkungan alamnya.

10
10. Hubungan antara Ilmu ekonomi dan Antropologi
Untuk membangun ekonomi suatu negara diperlukan bahan komparatif
tentang berbagai unsur sistem kemasyarakatan di negara-negara tersebut yang
dilakukan ahli antropologi seperti : sikap terhadap kerja, sistem goro, dsb.
11. Hubungan antara Ilmu Hukum Adat Indonesia dan Antropologi
Antropologi telah membantu ahli hukum adat dalam melakukan penelitian
dengan menggunakan metode-metode antropologi guna menyelami latar belakang
kehidupan hukum adat di berbagai daerah.
Sebaliknya, antropologi juga memerlukan bantuan ilmu hukum adat
Indonesia. Konsepsi dari antropologi yang menganggap hukum hanya sebagai salah
satu aktivitas kebudayaan dalam sistem pengendalian sosial itu menyebabkan
seorang ahli antropologi juga harus memiliki pengetahuan umum tentang konsep-
konsep hukum pada umumnya.
12. Hubungan antara Ilmu Administrasi dan Antropologi
Di Indonesia, ilmu administrasi tentu akan menghadapi masalah yang sama
seperti ilmu ekonomi.
13. Hubungan antara Ilmu Politik dan Antropologi
Metode analisa antropologi penting bagi seorang ahli ilmu politik guna
mendapatkan pengertian tentang tindak tanduk suatu partai politik yang ditelitinya,
apa latar belakang sosial budaya dari kekuatan-kekuatan politik itu.

I. Metode Ilmiah dari Antropologi Budaya/Sosial dan Sosiologi


Metode ilmiah dari suatu cabang ilmu pengetahuan adalah semua cara yang
dapat digunakan dalam ilmu tersebut untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan
melalui tiga tingkat :
1. Pengumpulan fakta atau data.
Untuk antropologi budaya/sosial tingkat ini adalah pengumpulan data
mengenai kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk diolah secara
ilmiah dengan metode observasi, mencatat, mengolah dan mendeskripsi fakta-fakta
yang terjadi dalam suatu masyarakat yang hidup.
Pada umumnyametode-metode pengumpulan fakta dapat dibagi :
a. penelitian di lapangan
b. penelitian di laboratorium
c. penelitian perpustakaan
2. Penentuan ciri-ciri umum dan sistem.
Pada tahap ini digunakan metode-metode untuk mencari ciri-ciri yang sama
dan umum diantaraberagam fakta yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dan
kebudayaan umat manusia. Proses berfikir pada tahap ini berlangsung secara

11
induktif, yaitu dari pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta yang
nyata kepada konsep-konsep mengenai ciri-ciri umum yang lebih abstrak.
3. Verivikasi atau pengujian.
Metode-metode yang digunakan untuk melakukan verivikasi dilakukan dalam
kenyataan alam atau dalam masyarakat yang hidup, terhadap kaidah-kaidah yang
telah dirumuskan atau kaidah-kaidah yang dimaksudkan untuk memperkuat suatu
pengertian yang telah ada. Dalam melakukan pengujian, proses berfikirnya secara
deduktif yaitu dari perumusan umum kefakta-fakta yang ada.

D. Evaluasi
Setelah mempelajari uraian materi pokok pada bab satu di atas jawablah pertanyaan
dibawah ini dengan ringkas dan tepat !
1. Jelaskan pengertian antropologi !

2. Uraikan empat fase sejarah perkembangan ilmu antropologi !

3. Tuliskan dua tujuan ilmu antropologi pada fase ke-empat !

4. Terangkan lima masalah yang menjadi penelitian khusus antropologi !

5. Jelaskan bagaimana penerapan ilmu antropologi di Amerika Serikat !

6. Tuliskan persamaan antropologi dengan sosiologi !

7. Bedakan antropologi dengan sosiologi bila dilihat dari asal mula dan sejarah

Perkembangannya !

8. Bedakan antropologi dengan sosiologi bila dilihat dari metodenya !

9. Jelaskan hubungan antara ilmu kesehatan masyarakat dengan antropologi !

10.Uraikan tiga cara yang digunakan antropologi untuk mencapai suatu kesatuan

pengetahuan !

12
A. Indikator
Setelah menyelesaikan uraian materi pokok pada bab dua di bawah ini diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan tiga konsep asal usul kehidupan menurut teori evolusi.
2. Menerangkan pendapat Jefffrey Bada tentang asal usul kehidupan.
3. Jelaskan pendapat James Watson dan Francis Crick tentang kehidupan.
4. Menguraikan apa yang dimaksud dengan seleksi alam.
5. Menuliskan mekanisme evolusi menurut Lanmark.
6. Menjelaskan mekanisme evolusi menurut George Mandle.
7. Menerangkan apa yang dimaksud dengan fosil.
8. Mengungkapkan pendapat Derek Ager tentang catatan fosil.
9. Menyatakan kendala utama dalam pembuktian teori evolusi menurut Mark Czarnecki.
10. Menguraikan dua hal yang menjadi bantahan terbesar bagi teori evolusi.

B. Materi Pokok : Evolusi

13
Uraian Materi Pokok
BAB II
EVOLUSI
(KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI
FAKTA PENCIPTAAN)

Bagian I. Asal Usul Kehidupan


Teori Evolusi yang lahir abad ke-19 menolak fakta penciptaan semua makhluk hidup
oleh Allah. Teori ini menyatakan bahwa species di bumi bukan diciptakan oleh Allah, tapi
muncul menjadi ada akibat proses yang dikendalikan secara penuh oleh peristiwa kebetulan.
Pencetus teori ini adalah ilmuan amatir ilmu alam Charles Darwin dalam bukunya The Origin
of Species tahun 1859. Buku tersebut laris terjual. Kepopuleran buku tersebut adalah karena
pengaruh ideologis bukunya daripada karena kebenaran ilmiahnya.
Gagasan Darwin memberikan dukungan yang besar bagi filsafat materialisme yang
menolak keberadaan Tuhan. Pendiri materialisme dialektika Karl Marx mempersembahkan
bukunya Das Kapital kepada Darwin dan menuliskan pada sampul buku tersebut kalimat :
Kepada Charles Darwin Dari Seorang Pengagum Setia.
Teori Darwin mengatakan bahwa sebuah species berasal dari moyang yang sama
melalui perubahan komulatif sedikit demi sedikit dalam waktu lama. Darwin tidak mampu
memberikan bukti meyakinkan untuk membenarkan klaimnya, bahkan dia sendiri menyadari
banyak fakta penting yang dapat menggugurkan teorinya. Ia mengakui hal ini pada bukunya
dalam bab yang berjudul Difficulties on Theory. Darwin berharap bahwa kesulitan-kesulitan
ini akan teratasi oleh penemuan ilmiah mutakhir, namun kemajuan di bidang sains malah
menggugurkan klaim Darwin satu demi satu.
Darwin berpendapat bahwa semua species berevolusi secara bertahap dari satu nenek
moyang yang sama, tapi bagaimana makhluk hidup pertama muncul menjadi ada, Darwin
sama sekali tidak mengulas pertanyaan ini dalam bukunya. Ia tidak menyadari bahwa hal ini
adalah salah satu bantahan terbesar bagi teorinya. Penguasaan ilmu pengetahuan yang
sederhana di masanya menganggap bahwa kehidupan memiliki struktur yang sangat
sederhana.
Menurut teori Spontaniusgeneration yang populer sejak abad pertengahan bahwa
makhluk hidup dapat muncul dari benda tak hidup. Adalah anggapan umum saat itu bahwa
katak dapat muncul dengan sendirinya dari lumpur dan serangga dari sisa makanan dan
sejumlah percobaan dilakukan untuk membuktikan teori ini. Misalnya segegenggam gandum
diletakkan pada kain kotor dan tikus akan muncul darinya, belatung pada daging juga
dijadikan bukti bahwa kehidupan dapat muncul dari benda tak hidup. Tapi dikemudian hari
ditemukan bahwa belatung tidak dapat muncul dengan sendirinya melainkan berasal dari larfa
Microfosfik yang diletakkan pada daging oleh lalat.

14
Dan dimasa Darwin kepercayaan bahwa microba mudah terbentuk dari benda tak
hidup sangatlah umum. Tetapi lima tahun setelah penerbitan buku The Origin of species
ilmuan biologi Perancis terkenal Lois Pasteur secara ilmiah menggugurkan mitos yang
meletakkan dasar teori evolusi ini.
Setelah pengkajian dan penelitian panjang Pasteur akhirnya sampai pada kesimpulan
yang sangat penting ini, mampukah materi melakukan pembentukan sendiri. Tidak. Saat ini
tidak ada kondisi yang pernah diketahui yang dengannya seseorang dapat membuktikan
bahwa makhluk-makhluk mikrokospik telah terbentuk di bumi tanpa induk yang menyerupai
mereka.
Evolusionis pertama yang meneliti asal usul kehidupan di abad 20 adalah pakar biologi
Rusia Alexander Oparin . Ia bertujuan untuk menjelaskan bagaimana makhluk bersel satu
pertama yang menurut teori evolusi dianggap sebagai nenek moyang semua makhluk hidup
dapat terbentuk. Pada tahun 1930-an Oparin merumuskan sejumlah teori untuk menerangkan
bagaimana sel paling pertama bisa muncul dari benda tak hidup secara kebetulan. Namun
usahanya berakhir dengan kegagalan dan Oparin sendiri harus mengakui. Sayangnya, asal
usul sel masih merupakan sebuah pertanyaan yang ternyata adalah bagian paling kabur dari
keseluruhan teori evolusi.
Para evolusionisme setelah Oparin melakukan eksperimen untuk merumuskan
penjelasan evolusionis tentang asal usul kehidupan. Yang terkenal diantara eksperimen ini
dilakukan oleh ahli kimia Amerika Stainley Miller pada tahun 1953. Miller berhasil
mendapatkan sedikit senyawa organik sederhana dengan mereaksikan gas-gas yang ia yakini
terdapat pada atmosfir bumi purba. Waktu itu eksperimen ini dianggap bukti ilmiah yang
mendukung evolusi. Di kemudian hari hal ini terbukti tidak benar. Penemuan berikutnya
menunjukkan bahwa gas-gas yang digunakan dalam eksperimen tersebut sangat berbeda
dengan gas-gas pada atmosfir bumi purba. Miller sendiri akhirnya mengakui ketidakabsahan
eksperimennya.
Semua upaya evolusionis di abad ke-20 untuk menjelaskan asal usul kehidupan telah
berakhir dengan kegagalan. Jeffrey Bada Prof Geo-Kimia dan pendukung utama teori evolusi
mengakui fakta ini dalam majalah Earth edisi Februari 1998 yang termasuk diantara literatur
evolusionis terkemuka. Kini saat kita meninggalkan abad 20. Kita masih menghadapi masalah
terbesar yang tidak terpecahkan, yang kita punyai saat kita memasuki abad 20, bagaimana
kehidupan muncul pertamakali di bumi?.
Penghalang terbesar bagi evolusi adalah struktur yang teramat kompleks pada sel
hidup. Setiap makhluk hidup di bumi tersusun atas sel-sel berukuran 1/100 mm. Sejumlah
makhluk hidup bahkan hanya terdiri atas satu sel. Namun organisme bersel satu inipun
memiliki komposisi yang teramat kompleks. Mereka memiliki sistem amat rumit agar tetap
hidup dan bahkan mesin pendorong kecil untuk bergerak.

15
Di masa Darwin struktur kompleks sel belumlah diketahui. Dengan mikroskop
sederhana waktu itu sel terlihat menyerupai bercak-bercak kecil sederhana. Namun mikroskop
elektro canggih yang ditemukan sekitar pertengahan abad ke-20 mengungkapkan betapa
kompleks dan rapinya sebuah sel sesungguhnya. Mereka telah membuka tabir sebuah
kerumitan dan keteraturan yang tidak mungkin dihasilkan oleh kebetulan belaka. Satu sel
hidup terdiri dari ribuan komponen kecil yang bekerja secara harmonis. Saat ini laboratorium
tercanggihpun tak mampu membuat satu sel hidup dari materi tak hidup. Hal ini benar-benar
telah diakui sebagai kemustahilan dan upaya untuk membuat sel-sel hidup dari materi tak
hidup telah ditinggalkan.
Namun teori evolusi mengklaim bahwa sistem ini yang manusia dengan segala
kecerdasan ilmu dan teknologinya tidak berhasil menirunya, muncul menjadi ada secara
kebetulan. Fred Hoyle pakar matematika dan astronomi Inggris terkemuka memaparkan
kemustahilan ini dengan sebuah contoh : kemungkinan terbentuknya kehidupan tingkat tinggi
secara kebetulan dapat disamakan dengan kemungkinan angin tornado yang ketika melintasi
tempat pembuangan barang bekas merakit pesawat boeing 747 dari bahan-bahan yang ada.
Bio kimia modern juga memperlihatkan desain rumit dari molekul DNA yang tak
terbayangkan sebelumnya. Struktur molekul DNA ditemukan oleh dua orang ilmuan James
Watson dan Francis Crick pada tahun 1955. Penemuan mereka menunjukkan bahwa
kehidupan ternyata lebih kompleks dari yang pernah dibayangkan sebelumnya. Kendatipun
seorang evolusionis tulen Francis Crick yang mendapat hadiah nobel bagi penemuannya ini
akhirnya mengakui bahwa struktur seperti DNA tidak akan pernah muncul secara kebetulan.
DNA adalah sebuah molekul raksasa dalam inti sel. Segala informasi tentang sifat fisik
dan fisiologi makhluk hidup tersimpan di dalam helix ganda ini. Semua informasi mengenai
tubuh kita dari warna mata hingga struktur organ dalam juga bentuk dan fungsi sel-sel kita
terprogram dalam bagian-bagian yang disebut Gen pada DNA. Kode DNA tersusun atas 4
(empat) bahasa yang berbeda. Jika kita umpamakan setiap bahasa ini sebagai sebuah huruf,
maka DNA dapat dimisalkan sebagai Bank Data yang tersusun atas sekumpulan alfabet yang
beranggotakan 4 (empat) huruf. Semua informasi mengenai makhluk hidup tersimpan dalam
Bank Data ini. Jika kita mencoba menuliskan semua informasi dalam DNA, maka ini akan
memerlukan sekitar satu juta halaman. Namun informasi raksasa ini tersimpan dalam inti sel
kita yang sangat kecil yang berukuran 1/1000 mm. Jelas bahwa struktur menakjubkan
semacam ini tidak pernah terbentuk dengan sendirinya secara kebetulan.
Teori evolusi yang memandang kehidupan sebagai hasil peristiwa kebetulan dan acak
semata tak mampu berkata apapun ketika dihadapkan pada kompleksitas DNA yang luar
biasa. Jelas bahwa DNA, sel dan seluruh makhluk hidup adalah hasil sebuah penciptaan luar
biasa dan sempurna. Dan oleh karena penciptaan ini benar-benar ada, maka sudah pasti ada
pencipta yang memiliki kekuasaan, ilmu dan hikmah yang tak terbatas.

16
Bagian II. Mekanisme Khayalan Evolusi
Skenario evolusionis yang menyatakan bahwa kehidupan muncul dari materi tak hidup
secara kebetulan telah digugurkan ilmu pengetahuan masa kini. Selain itu tidak dijumpai
mekanisme di alam yang melakukan proses yang dinamai evolusi. Tidak ada mekanisme alam
yang dengannya sebuah sel dapat berubah menjadi makhluk hidup yang lebih kompleks dan
seterusnya hingga menjadi nenek moyang dari jutaan species makhluk hidup yang berbeda.
Darwin mengemukakan satu konsep sebagai mekanisme evolusinya yakni seleksi
alam. Judul buku yang ditulisnya dengan jelas menunjukkan perhatian khusus yang ia berikan
pada mekanisme ini yakni The Origin of Species by Means of Natural Selection. Seleksi alam
didasarkan atas pemikiran bahwa makhluk hidup yang kuat dan teradaptasi dengan baik dalam
habitatnya akan bertahan hidup. Setelah sekian lama yang akan tersisa dalam kelompok
tersebut adalah individu-individu kuat dan gesit karena yang lemah dan lamban telah menjadi
mangsa. Namun mekanisme ini tidak menjadikan rusa yang kuat contohnya, berevolusi.
Dengan kata lain, tidak merubah mereka menjadi species lain seperti kuda misalnya. Seleksi
alam hanya menghilangkan individu lemah, cacat dan berpenyakit dan menjamin kelestarian
serta kesehatan species tertentu. Ini bukanlah pendorong terjadinya evolusi.
Darwin sebenarnya juga menyadari masalah ini. Inilah sebab mengapa ia mengaku
dalam bukunya dengan mengatakan seleksi alam tidak berperan apapun hingga variasi
menguntungkan berkebetulan untuk terjadi. Berkenaan dengan kemunculan sifat-sifat
menguntungkan, Darwin sangat terpengaruh oleh ilmuan Perancis masanya-Lanmark.
Lanmark berpendapat bahwa makhluk hidup mewariskan sifat-sifat yang diperolehnya
semasa hidup pada generasi berikutnya. Menurut Lanmark jerapah berevolusi dari hewan
mirip rusa. Leher mereka memanjang dari generasi ke generasi karena mereka mencari
cabang pohon yang lebih tinggi untuk makan. Lanmark juga percaya bahwa jika lengan dari
sebuah keluarga dipotong selama beberapa generasi, maka setelah sekian lama bayi-bayi akan
terlahir tanpa lengan.
Darwin yang sangat terpengaruh oleh contoh-contoh ini memunculkan klain yang
lebih berani. Dalam bukunya ia mengatakan sejumlah beruang ketika mencoba berburu
diperairan berevolusi menjadi ikan paus.
Lanmark dan Darwin telah keliru. Gagasan mereka bertentangan dengan sejumlah
hukum dasar biologi. Di masanya genetika, mikrobiologi dan biokimia belumlah ada sama
sekali sebagai cabang ilmu. Hukum pewarisan sifat belum dikenal. Bahkan Lanmark dan
Darwin berpendapat bahwa sifat-sifat turunan diwariskan melalui darah.
Karena sangat sederhananya ilmu pengetahuan masa itu, skenario khayalan teori
evolusi tidak dianggap aneh sama sekali. Gagasan Darwin sangat mempengaruhi kalangan
ilmiah di zamannya. Tapi sebenarnya Darwin masih menghadapi kendala. Dalam bab berjudul
Difficulties on Theory ia menulis :jika dapat dibuktikan bahwa terdapat organ kompleks
yang tak mungkin dapat terbentuk melalui banyak perubahan kecil bertahap, maka teori saya

17
akan sepenuhnya hancur berantakan. Kekhawatiran Darwin terbukti benar segera setelah
sepeninggalnya. Hukum penurunan sifat yang ditemukan oleh ahli Botani Austria George
Mandle, telah menyebabkan pendapat Lanmark dan Darwin runtuh.
Ilmu genetika yang berkembang pada awal abad 20 membuktikan bahwa yang
diturunkan pada generasi selanjutnya bukanlah sifat-sifat fisik dapatan, akan tetapi hanyalah
gen-gennya. Penemuan ini dengan jelas menunjukkan bahwa skenario tentang sifat-sifat
dapatan yang terakumulasi dari generasi ke generasi sehingga memunculkan species baru
tidaklah mungkin. Dengan kata lain mekanisme seleksi alam yang diajukan Darwin tidak
berkemampuan mendorong terjadinya evolusi. Jadi teori evolusi sebagaimana dicetuskan
Darwin telah ambruk sejak awal di abad ke-20.

Para Penemu Teori Neo-Darwinisme


Segala upaya lain oleh evolusionisme di abad ke-20 selalu gagal, bahkan hanya
memperkuat fakta bahwa seleksi alam tidak mendorong terjadinya evolusi. Evolusionis
terkenal ahli paleontologi Inggris Collin Patterson mengakui hal ini dalam perkataannya : tak
seorangpun pernah memunculkan satu species melalui mekanisme seleksi alam. Tak
seorangpun pernah hampir melakukannya. Dan kebanyakan perdebatan dalam Neo-
Darwinisme adalah seputar masalah ini.
Ilmu pengetahuan abad ke-20 juga menunjukkan adanya sistem dan organ dengan
mekanisme sangat rumit dalam tubuh makhluk hidup. Sistem dan organ ini tidak akan
berfungsi kendatipun hanya satu dari komponennya yang hilang. Sifat yang dinamakan
kompleksitas tak tersederhanakan dari kehidupan ini adalah bukti bahwa semua bagian
makhluk hidup ini pasti muncul bersamaan dan dalam keadaan utuh. Fakta ini dengan telak
merobohkan klaim evolusionis yang menyatakan bahwa makhluk hidup berevolusi secara
bertahap melalui seleksi alam dengan perubahan sedikit demi sedikit dalam waktu lama.
Setelah jelas bahwa mekanisme seleksi alam yang digagas Darwin tidak memiliki
kekuatan evolusi, para evolusionisme dipaksa melakukan perubahan mendasar pada teori
evolusi. Untuk melengkapi konsep seleksi alam mereka menambahkan mekanisme kedua
yang disebut Mutasi.
Mutasi adalah perubahan/distorsi yang terjadi pada DNA Makhluk hidup. Sebagian
besar akibat dari efek luar seperti radiasi atau pengaruh kimiawi. Kini teori evolusi
mengatakan bahwa makhluk hidup terdeferensiasi dari satu species ke species yang lain dan
berkembang sebagai hasil dari mutasi. Ini mustahil sebab mutasi hanya merusak informasi
pada DNA dan hanya membahayakan makhluk hidup. Mutasi menguntungkan belum pernah
dijumpai di alam maupun di laboratorium karena mutasi tidak menambahkan informasi
genetis baru. Adalah mustahil bagi makhluk hidup untuk mendapatkan organ baru melalui
mutasi. Tak ada reptil yang pernah memperoleh sayap atau makhluk tak bermata tidak akan
pernah memperoleh mata melalui mutasi.

18
Selama puluhan tahun evolusionisme telah menggunakan efek kimiawi dan radiasi
terhadap ragam organisme dalam upaya mendapatkan mutasi yang menguntungkan, namun
mereka selalu berakhir dengan organisme cacat, tidak normal atau mandul. Eksperimen tak
terhitung jumlahnya yang dilakukan pada lalat buah telah menunjukkan bahwa efek mutasi
tidaklah menguntungkan bahkan malah merusak atau mematikan. Mutasi merusak kode DNA
sempurna dari suatu makhluk hidup dan menjadikannya makhluk cacat di alam ini.
Inilah yang menyebabkan Prof. Richard Dawkins seorang pendukung teori evolusi
paling terkenal abad ini terdiam ketika diminta memberikan satu contoh kasus yang berhasil
memperbaiki informasi genetis. Kebenaran telah nampak jelas. Kehidupan memiliki desain
yang begitu kompleks untuk dapat terjadi secara kebetulan.
Keseluruhan jagad raya adalah hasil penciptaan yang sempurna. Hikmah, kekuasaan
dan ilmu yang maha luas dari sang pencipta nampak jelas pada segala yang diciptakannya.
Bahkan penciptaan diri manusia sendiri adalah sebuah keajaiban yang memperlihatkan fakta
penciptaan. Fakta yang berusaha dihilangkan, disembunyikan dari pandangan mata manusia
oleh teori evolusi.

Bagian III. Catatan Fosil


Di abad ke-20 teori evolusi telah terbantahkan tidak hanya oleh biologi molekuler,tapi
juga oleh paleontologi yakni ilmu tentang fosil. Tidak ada sisa fosil yang mendukung evolusi
yang ditemukan dalam penggalian yang dilakukan di seluruh penjuru dunia.
Fosil adalah sisa jasad makhluk hidup yang pernah hidup di masa lampau. Struktur
rangka makhluk hidup yang tubuhnya terlindungi dari sentuhan udara dapat terawetkan secara
utuh. Sisa rangka ini memberi kita informasi tentang sejarah kehidupan di bumi. Jadi catatan
fosillah yang memberikan jawaban ilmiah tentang pertanyaan seputar asal usul makhluk
hidup.
Teori evolusi menyatakan bahwa semua makhluk hidup berasal dari satu moyang yang
sama. Menurut teori ini kemunculan makhluk hidup yang begitu beragam terjadi melalui
variasi-variasi kecil dan bertahap dalam waktu yang sangat lama. Teori ini menyatakan bahwa
awalnya makhluk hidup bersel satu terbentuk yang selama ratusan juta tahun kemudian
berubah menjadi ikan dan hewan invetebrata yang hidup di laut. Ikan-ikan ini kemudian
diduga muncul kedaratan dan berubah menjadi reptil. Dongeng ini terus berlanjut dan sampai
pada pernyataan bahwa burung dan mamalia berevolusi dari reptil.
Seandainya klaim ini benar, mestinya terdapat sejumlah besar species peralihan yang
menghubungkan satu species dengan yang lainnya. Misalnya : jika reptil benar-benar telah
berevolusi menjadi burung, maka makhluk separoh burung separoh reptil dengan jumlah
berlimpah mestinya pernah hidup di masa lalu. Dan makhluk transisi ini mestinya memiliki
organ dengan bentuk yang belum sempurna atau tidak lengkap.

19
Darwin menambahkan makhluk hipotetis ini sebagai bentuk-bentuk transisi antara. Ia
sadar bahwa agar teorinya terbukti benar, sisa peninggalan bentuk transisi harus dapat
ditemukan dalam catatan fosil.
Dalam The Origin of Species, dia menulis : jika teori saya benar, ragam bentuk
peralihan yang tak terhitung jumlahnya yang menghubungkan dengan sangat dekat semua
species dari group yang sama sudah sepatutnya ada. Karenanya, bukti keberadaan awal
mereka dapat ditemukan hanya diantara sisa-sisa peninggalan fosil. Namun, Darwin sadar
bahwa catatan fosil tidak berisi bentuk-bentuk peralihan hipotetis ini. Inilah mengapa ia
menyediakan satu bab khusus untuk membahas hal ini dalam bukunya dan memunculkan
pertanyaan membingungkan ini. Jika species memang berasal dari species lain melalui
perubahan sedikit demi sedikit, mengapa kita tidak melihat bentuk-bentuk peralihan dalam
jumlah tak terhitung dimanapun. Karena teori ini mengharuskan adanya bentuk-bentuk
peralihan dalam jumlah tak terhitung, mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur dalam
jumlah tak terhitung dalam kerak bumi?.
Darwin berpendapat bahwa bentuk-bentuk antara ini akan ditemukan seandainya
catatan fosil dikaji lebih teliti. Evolusionisme yang meyakininya lalu meneliti lapisan-lapisan
geologis di seluruh dunia selama 140 tahun dan mencari fosil-fosil yang hilang ini. Segala
usaha ini berakhir dengan kekecewaan mendalam. Bentuk transisi yang diramalkan Darwin
masih saja berupa khayalan kosong belaka.
Paleontologis asal Inggris Derek Ager mengakui fakta ini, meskipun ia sendiri
seorang evolusionis. Jika kita mengamati catatan fosil dengan teliti, apakah pada tingkat ordo
atau species, maka yang selalu kita dapatkan bukanlah evolusi bertahap tapi ledakan tiba-tiba
satu kelompok makhluk hidup disertai kepunahan kelompok yang lain.
Lapisa tertua bumi tempat masih ditemukannya fosil makhluk hidup adalah lapisan
gambrium yang diperkirakan berumur 500 sampai 530 juta tahun. Di lapisan-lapisan lebih tua
dari gambrium tidak terlihat adanya fosil makhluk hidup apapun kecuali sejumlah kecil
organisme bersel satu.
Di zaman kambrium banyak species beragam muncul bersamaan secara tiba-tiba.
Lebih dari 30 species invetebrata, seperti ubur-ubur, bintang laut, trilopita dan bekicot muncul
serentak secara tiba-tiba. Makhluk ini memiliki sistem tubuh yang kompleks seperti sistem
sirkulasi dan juga organ-organ sangat kompleks, misalnya mata trilopita tersusun atas ratusan
sel yang menyerupai sarang lebah. Masing-masing memiliki sistem 2 lensa. Ini adalah
keajaiban desain. Ini adalah mata pertama yang ada di muka bumi yang dengan telak
menggugurkan klaim Darwinis yang menyatakan bahwa kehidupan berevolusi dari yang
paling primitif ke bentuk lebih kompleks.
Di samping itu, struktur mata trilopita yang menyerupai sarang lebah masih ada sejak
530 juta tahun lalu hingga kini tanpa perubahan sedikitpun, serangga modern seperti lebah
dan capung memiliki struktur mata sama seperti trilopita.

20
Menurut teori evolusi, species berevolusi dari bentuk yang telah ada sebelumnya.
Namun tidak dijumpai bentuk kehidupan kompleks lain yang diketahui pernah ada sebelum
trilopita dan species lain dari zaman kambrium. Species zaman kambrium muncul bersamaan
secara tiba-tiba tanpa nenek moyang.
Pendukung teori evolusi terkenal, ahli zoologi asal Inggris Prof Richard Dawkins
mengemukakan pengakuannya tentang masalah ini. Soal-soal species zaman kambrium
ditempatkan di sana begitu saja tanpa sejarah evolusi.
Situasi ini menggugurkan teori evolusi dengan telak, sebab Darwin telah menulis
dalam bukunya, jika beragam species yang berasal dari general atau famili yang sama benar-
benar telah memulai kehidupan secara bersamaan, maka fakta ini akan berakibat fatal bagi
teori perubahan dengan modifikasi perlahan melalui seleksi alam. Pukulan mematikan yang
dikhawatirkan Darwin ini berasal dari zaman kambrium yakni bagian paling awal dari catatan
fosil.
Di semua lapisan fosil setelah zaman kambrium species makhluk hidup selalu muncul
secara tiba-tiba dengan struktur tubuh lengkap. Kelompok utama seperti ikan, amphibi, reptil,
burung dan mamalia serta ratusan ribu species berbeda yang termasuk dalam ragam kelompok
ini, semua muncul dengan tiba-tiba dengan struktur tubuh yang telah lengkap. Tak dijumpai
satu bentuk transisipun diantara group-group yang ada sebagaimana perkiraan evolusionis.
Fakta ini jelas membuktikan bahwa seluruh jenis makhluk hidup diciptakan masing-masing
secara terpisah oleh Allah.
Paleontologis yang juga evolusionis Mark Czarnecki mengakui fakta ini sebagai
berikut : kendala utama dalam pembuktian teori ini terletak pada catatan fosil. Catatan ini
belum pernah memperlihatkan jejak-jejak adanya varian antara sebagaimana perkiraan
Darwin. Sebaliknya species muncul dan punah tiba-tiba secara bersamaan. Dan keanehan ini
telah memperkokoh pendapat pendukung teori penciptaan yang menyatakan bahwa tiap-tiap
species diciptakan oleh Tuhan.
Selain itu tidak ada perbedaan antara fosil manusia ratusan juta tahun lalu dengan
keturunan modern mereka. Misalnya : ikan hiu berumur 400 juta tahun dengan ikan hiu
modern memiliki struktur yang sama persis. Demikian pula tidak ada perbedaan antara semut
berusia ratusan juta tahun dengan yang modern dst. Begitulah semua makhluk diciptakan oleh
Allah dan tidak mengalami evolusi apapun setelah mereka diciptakan.
Akan tetapi terdapat beberapa fosil yang diklaim sebagai bentuk peralihan oleh
evolusionis, namun dikemudian hari terbantahkan. Diantara yang terpenting dari bentuk
peralihan ini adalah fosil seekor ikan bernama Coelacanth. Bertahun-tahun para
evolusionisme mengklaim bahwa makhluk ini yang hanya diketahui dari catatan fosil
memiliki karakteristik yang mirip hewan darat. Mereka beralasan bahwa ia memiliki kaki
primitif dan paru-paru primitif.

21
Klaim evolusionis tentang Coelacanth ini dikemukakan sebagai fakta ilmiah dan
lukisan-lukisan tentang binatang ini yang digambarkan sedang merangkak keluar dari perairan
menuju daratan tercantum dalam buku-buku pelajaran.
Kejutan besar menghantam evolusionis ketika seekor Coelacanth yang dianggap telah
punah berhasil ditangkap hidup-hidup di Samudera India pada tahun 1938. Sejak itu diketahui
bahwa ikan tersebut ternyata tidak berbeda dengan yang hidup di zaman sekarang.
Bertentangan dengan klaim evolusionis Coelacanth ternyata tidak memiliki kaki ataupun
paru-paru primitif. Terlebih lagi Coelacanth yang dianggap sebagai binatang yang tengah
mempersiapkan diri untuk berpindah dari laut ke darat, ternyata adalah sejenis ikan yang
hanya hidup di kedalaman samudera dan tidak pernah mendekati rentang kedalaman 180 m di
bawah permukaan laut.
Yang dianggap bentuk peralihan lainnya adalah sebuah fosil burung bernama
archeopiterix. Selama puluhan tahun evolusionis berdalih bahwa binatang ini adalah bentuk
peralihan dari reptil ke burung. Namun fosil arkeologis ke tujuh yang ditemukan tahun 1992
menunjukkan bahwa makhluk ini memiliki sterno yakni tulang dada yang sangat penting bagi
otot-otot terbang. Ini membuktikan bahwa binatang ini adalah burung yang telah lengkap dan
mampu terbang.
Berdasarkan alasan ini seorang pendukung terkemuka teori evolusi, ahli paleontologi
Havard yakni Sthephand harus mengakui bahwa arkeologteris tidak dapat dianggap sebagai
bentuk transisi.
Ketika mengamati struktur berbagai kelompok makhluk hidup kita dapat melihat
bahwa mustahil proses evolusi terjadi diantara kelompok-kelompok tersebut. Misalnya adalah
mustahil bagi ikan yang memiliki sistem pernafasan, sistem ekresi, struktur otot dan
metabolisme yang hanya didesain untuk hidup di air berubah menjadi binatang darat dengan
cara keluar meninggalkan perairan.
Kelompok makhluk hidup di darat juga sangat berbeda satu dengan yang lain.
Evolusionisme mengklaim bahwa burung berevolusi dari reptil melalui metosis acak, akan
tetapi reptil adalah binatang berdarah dingin, sedangkan burung berdarah panas.
Evolusionis juga mengklaim bahwa sejumlah reptil berubah menjadi mamalia, tetapi
dua kelompok binatang ini juga sangat berbeda satu sama lain. Reptil bertelur, sedangkan
mamalia melahirkan keturunan mereka. Berbeda dengan sisik reptil, tubuh mamalia tertutup
oleh rambut. mekanisme menyusui adalah ciri khas mamalia. Dan evolusionisme tidak
mampu menjelaskan fenomena ini sama sekali.
Menghadapi kenyataan yang tidak diharapkan ini yang semakin diperkuat oleh catatan
fosil, para pendukung evolusi mengalihkan segala perhatian mereka pada klaim bahwa
manusia berevolusi dari makhluk mirip kera. Hingga kini 6.500 species kera berbeda pernah
hidup dan kebanyakan mereka telah punah. Tengkorak-tengkorak kerapun hari ini besar dan
kecil menjadi sumber berlimpah yang dapat ditafsirkan oleh para evolusionis dengan

22
kemampuan berkhayal mereka secara bebas. Dengan menyusun tengkorak-tengkorak species
kera punah ini dari yangterkecil hingga yang terbesar dan menambahkan sejumlah tengkorak
mirip ras manusia yang telah punah ke dalam urutan ini evolusionisme merekayasa skenario
evolusi manusia.
Peran paling penting dalam skenario ini diberikan pada species kera punah bernama
Australopithecus. Fosil Australopithecus pertama ditemukan pada tahun 1924 oleh seorang
paleontologis bernama Raymond Dart. Sejak saat itu evolusionis menyatakan bahwa species
kera ini yang namanya berarti kera dari selatan adalah makhluk mirip manusia. Lalu ketika
kerangka Australopithecus dan Chimpanzee dibandingkan terlihat bahwa tidak dijumpai
perbedaan nyata diantara keduanya.
Menghadapi kenyataan ini evolusionis menduga bahwa Australopithecus berjalan
tegap di atas kedua kaki dan tidak seperti kera yang lain. Namun dua ahli anatomi terkemuka
di dunia Lou Holin Skermant dan Prof Charles Opnaid membantah pendapat ini.
Australopithecus yang dianggap evolusionis sebagai nenek moyang manusia ternyata
hanyalah species kera punah.
Disamping itu fosil-fosil yang dikelompokkan oleh evolusionis kedalam klasifikasi
rekaan seperti Homo Erectus, Homo Egaster dan Homo Sapiens Archaic ternyata berasal dari
ras manusia yang berbeda-beda. Ketika fosil ini diperiksa terlihat bahwa kerangka mereka
pada dasarnya sama dengan kerangka manusia yang hidup zaman sekarang. Ketidakmiripan
mereka hanyalah berupa sedikit perbedaan struktural pada tengkorak. Perbedaan semacam ini
dapat dijumpai pada ras-ras manusia yang berbeda yang sekarang masih hidup di bumi.
Seorang evolusionis dan paleontologi ternama Richard Leakey mengakui bahwa
perbedaan antara tengkorak-tengkorak yang diklasifikasikan dalam kelompok Homo Erectus
dengan manusia modern hanyalah sebatas perbedaan ras. Perbedaan-perbedaan ini mungkin
tidak lebih dari perbedaan ras-ras diantara manusia modern yang terpisahkan secara geografis
sebagaimana yang kita saksikan sekarang.
Satu-satunya pertahanan evolusionis yang masih tersisa setelah menghadapi semua
fakta ilmiah ini hanya tinggal satu propaganda. Skenario tanpa bukti evolusi manusia
disebarkan ke masyarakat luas melalui gambar-gambar khayalan yang muncul di berbagai
publikasi evolusionis. Dalam gambar-gambar ini sejumlah makhluk dengan tubuh dipenuhi
rambut berperawakan kera sengaja dipadukan dengan ciri-ciri menyerupai manusia, sehingga
kesan yang timbul adalah bahwa bentuk transisi separoh manusia separoh kera ini pernah
hidup di masa lampau.
Dari waktu ke waktu gambar-gambar yang memperlihatkan sekilas kehidupan sosial
makhluk-makhluk inipun dibuat. Gambar-gambar menyesatkan ini diperlihatkan dengan
urutan tertentu untuk menancapkan skenario evolusi manusia pada pemikiran bawah sadar
masyarakat. Bahkan disejumlah publikasi ilmiah terkenal seringkali muncul sejumlah lukisan

23
yang disebut rekonstruksi dan pohon silsilah rekaan yang dibuat berdasarkan inspirasi
evolusionis.
Kemampuan berkhayal evolusionis tidak terbatas pada gambar dan model fiksi.
Mereka bahkan melangkah lebih jauh dan membuat film yang mengisahkan kehidupan
makhluk khayalan separoh manusia separoh kera. Tetapi semua ini adalah kebohongan murni.
Satu-satunya bukti ditangan mereka umumnya tak lebih dari sejumlah kecil fragmen
tengkorak atau sebuah tulang kaki. Rambut, kulit, hidung, telinga, bibir atau ciri wajah lain
dari makhluk hidup tak dapat ditentukan dari sisa peninggalan tulang belulangnya.
Evolusionis merekayasa jaringan lunak ini yang sebenarnya tidak tertinggal pada fosil
untuk disesuaikan dengan kehendak teori mereka dan membuat konstruksi rekaan dalam
bengkel mereka.
Earnest Hooten pakar dari universitas Havard menyatakan bahwa gambar-gambar ini
tidak memiliki nilai ilmiah. Dengan keahlian yang sama anda dapat merekonstruksi tengkorak
Neanderthaloid menjadi wajah Chimpanzee atau bukan seorang philosof. Restorasi tipe-tipe
manusia purba ini memiliki sangat sedikit nilai ilmiah, itupun kalau ada dan cendrung hanya
menyesatkan masyarakat.
Evolusionis melangkah begitu jauh dalam masalah ini sehingga mereka sampai berani
membuat wajah-wajah yang sangat berbeda dari satu tengkorak yang sama. 3 rekonstruksi
yang sama sekali berbeda yang dari satu fosil bernama Zinjantrophus ini adalah contoh nyata
yang menunjukkan betapa gigihnya para evolusionis dalam membuat topeng-topeng palsu ini.
Evolusionis tidak hanya bermain dengan gambar-gambar dan rekayasa tipuan,
terkadang mereka melakukan pemalsuan dengan sengaja. Yang paling terkenal adalah
Piltdown yang terjadi di Inggris tahun 1912 oleh seorang evolusionis bernama Charles
Delson. Fosil ini dikemukakan sebagai bentuk transisi yang paling penting dari kera ke
manusia dan dipertontonkan di sejumlah museum selama 30 tahun lebih.
Para ahli yang memeriksa ulang fosil ini pada th 1949 menemukan kepalsuan fosil
tersebut yang ternyata telah dibuat dengan merekatkan rahang orang hutan pada tengkorak
manusia.
Satu lagi bentuk transisi antara yang dipalsukan para evolusionis adalah manusia
Nebraska. Skenario ini dibuat th 1922 berdasarkan atas sebuah gigi fosil. Evolusionis tidak
menyia-nyiakannya dengan memberikannya nama latin Hesperopithecus Haroidcookii serta
membuatkan lukisan khayalan yang sesuai. Namun dengan segera diketahui bahwa gigi yang
telah menjadi sumber inspirasi bagi manusia Nebraska ternyata berasal dari seekor babi liar.
Banyak fosil tengkorak lain yang telah diumumkan sebagai bukti nyata terjadinya evolusi
ternyata dikemudian hari terbantahkan satu demi satu.
Manusia Neanderthal dianggap bukti evolusi pada th 1856 ditolak pada th 1960.
Manusia Piltdown dianggap bukti evolusi pada th 1912 ditolak pada th 1953. Zinjantrophus

24
dianggap bukti evolusi pada th 1959 ditolak pada th 1960. Ramapithecus dianggap bukti
evolusi pada th 1964 ditolak pada th 1979.
Kendatipun telah jelas kebohongannya, tengkorak-tengkorak ini masih saja
disebarluaskan melalui media dan buku-buku pelajaran evolusionis sebagai sebuah fakta
ilmiah. di banyak negara sejumlah tokoh penting dari masyarakatnya menganggap evolusi
sebagai fakta yang telah terbukti. Sejumlah besar dari apa yamng dinamakan bukti evolusi ini
yang banyak diantaranya ditolak sendiri oleh para evolusionis masih saja diajarkan kepada
para siswa melalui buku-buku pelajaran dimana mereka digambarkan sebagai nenek moyang
manusia.
Yang pasti, kebenaran yang dengan gigih ditentang dan disembunyikan secara
evolusionis tampak jelas bagi siapapun. Species makhluk hidup muncul di bumi secara tiba-
tiba dan sempurna. Dengan kata lain mereka telah diciptakan. Pencipta yang berkuasa atas
seluruh alam ini telah menciptakan seluruh makhluk hidup dengan sifat mereka yang unik dan
sempurna. Pencipta ini adalah Allah, Tuhan YME. Dialah penguasa langit dan bumi dan
segala sesuatu diantara keduanya.

25
RESUME
KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI

I. Asal Usul Kehidupan


A. Konsep :
1. Species di bumi bukan diciptakan oleh Allah tapi muncul menjadi ada akibat proses
yang dikendalikan secara penuh oleh peristiwa kebetulan.
2. Sebuah species berasal dari moyang yang sama melalui perubahan komulatif
sedikit demi sedikit dalam waktu lama.
3. Kehidupan dapat muncul dari materi tak hidup.
B. Pendukung Teori Evolusi
1. Karl Marx : pendukung filsafat materialisme yang menolak keberadaan Tuhan.
2. Alexander Oparin (1930) : berusaha menjelaskan bagaimana sel paling pertama
bisa muncul dari benda tak hidup secara kebetulan, namun berakhir dengan
kegagalan.
3. Stainley Miller (1953) : merumuskan penjelasan evolusionisme tentang asal usul
kehidupan dengan mereaksikan gas-gas yang terdapat pada atmosfir bumi purba,
namun akhirnya Miller sendiri mengakui ketidakabsahan teorinya.
4. Jeffrey Bada (1998) : yang menyatakan bahwa memasuki abad ke-20 kita masih
menghadapi masalah besar yang tidak terpecahkan tentang bagaimana kehidupan
muncul pertama kali di bumi.
5. Fred Hoyle : mustahil membuat sel-sel hidup dari materi tak hidup.
6. James Watson dan Francis Crick : ternyata kehidupan lebih kompleks dari yang
pernah dibayangkan sebelumnya, struktur seperti DNA tidak akan pernah muncul
secara kebetulan.
7. Louis Pasteur : materi tidak mampu melakukan pembentukan sendiri tanpa induk
yang menyerupai mereka.

II. Mekanisme Evolusi


A. Konsep :
1. Seleksi alam : makhluk hidup yang kuat dan teradaptasi dengan baik dalam
habitatnya akan bertahan hidup, namun mekanisme ini tidak menjadi pendorong
terjadinya evolusi hingga variasi menguntungkan berkebetulan terjadi.
2. Mutasi. Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada makhluk hidup. Mutasi
menguntungkan belum pernah di jumpai di alam maupun di laboratorium, bahkan
mutasi hanya merusak informasi DNA.

26
B. Pendukung Teori :
1. Lanmark : makhluk hidup mewariskan sifat-sifat yang diperolehnya semasa hidup
pada generasi berikutnya.
2. George Mandle : yang diturunkan pada generasi selanjutnya bukan sifat-sifat
dapatan, tetapi hanyalah gen-gennya.
3. Collin Patterson : tak seorangpun pernah memunculkan satu species melalui
mekanisme seleksi alam.

III. Catatan Fosil


A. Konsep :
1. Fosil adalah sisa jasad makhluk hidup yang pernah hidup di masa lampau.
2. Tidak ditemukan fosil makhluk transisi.
3. Terdapat beberapa fosil yang di klaim sebagai bentuk peralihan oleh evolusionis,
namun kemudian terbantahkan, seperti :
a. Manusia Neanderthal dianggap bukti evolusi pada th 1856 ditolak pada th
1960.
b. Manusia Piltdown dianggap bukti evolusi pada th 1912 ditolak pada th 1953.
c. Zinjantrophus dianggap bukti evolusi pada th 1959 ditolak pada th 1960.
d. Ramapithecus dianggap bukti evolusi pada th 1964 ditolak pada th 1979.
4. Manusia berevolusi dari makhluk mirip kera.
B. Pendukung Teori :
1. Richard Dawkins : soal-soal species zaman kambrium ditempatkan di sana begitu
saja tanpa sejarah evolusi
2. Derek Ager : evolusi secara bertahap tidak didapatkan dari catatan fosil, yang
ditemukan adalah ledakan tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup disertai
kepunahan kelompok lain.
3. Mark Czarnecki : kendala utama dalam pembuktian teori evolusi terletak pada
catatan fosil, karena tidak ditemukannya fosil varian antara sebagaimana yang
diperkirakan Darwin, sebaliknya species muncul dan punah secara tiba-tiba.
4. Richard Leakey : perbedaan antara tengkorak-tengkorak yang diklasifikasikan
dalam kelompok Homo Erectus dengan manusia modern hanyalah sebatas
perbedaan ras.

27
IV. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua hal yang menjadi bantahan
terbesar bagi teori evolusi, yaitu :
A. Asal usul kehidupan
B. Catatan fosil
Akhirnya satu-satunya pertahanan evolusionis yang masih tersisa adalah
propaganda melalui berbagai mass media.

C. Evaluasi
Setelah mempelajari uraian materi pokok pada bab dua di atas jawablah pertanyaan di
bawah ini dengan ringkas dan tepat !
1. Jelaskan tiga konsep asal usul kehidupan menurut teori evolusi !
2. Terangkan pendapat Jefffrey Bada tentang asal usul kehidupan !
3. Jelaskan pendapat James Watson dan Francis Crick tentang kehidupan !
4. Uraikan apa yang dimaksud dengan seleksi alam !
5. Tuliskan mekanisme evolusi menurut Lanmark !
6. Jelaskan mekanisme evolusi menurut George Mandle !
7. Terangkan apa yang dimaksud dengan fosil !
8. Ungkapkan pendapat Derek Ager tentang catatan fosil !
9. Nyatakan kendala utama dalam pembuktian teori evolusi menurut Mark Czarnecki !
10. Uraikan dua hal yang menjadi bantahan terbesar bagi teori evolusi !

28
A. Indikator
Setelah menyelesaikan uraian materi pokok pada bab tiga di bawah ini diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan definisi kebudayaan menurut ilmu antropologi.
2. Menuliskan tujuh komponen pokok yang terkandung dalam pengertian kebudayaan
menurut E.B Tylor.
3. Menerangkan tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat.
4. Menuliskan empat karakteristik kebudayaan.
5. Mengungkapkan enam fungsi kebudayaan menurut Kerber dan Smith.
6. Menguraikan lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya
menurut Kluckhohn.
7. Menuliskan enam nilai pokok dalam setiap kebudayaan menurut E. Spranger.
8. Mengungkapkan dua nilai dominan yang berfungsi menyusun organisasi masyarakat
menurut Alisyahbana.
9. Bedakan kebudayaan dengan peradaban.
10. Menuliskan tiga nilai budaya yang mendorong pertumbuhan/perkembangan masyarakat.

B. Materi Pokok : Kebudayaan

29
Uraian Materi Pokok
BAB III
KEBUDAYAAN

A. Definisi Kebudayaan
Ada 164 definisi kebudayaan yang telah dikumpulkan oleh Kroeber dan
Kluckhohn dalam bukunya :Culture A Review of Concepts and Definitions, yang terbit
tahun 1952, namun secara harfiah kata kebudayaan berasal dari kata Sanskerta
buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan
demikian ke-budaya-an dapat diartikan : hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Ada
sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk
budi-daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari
kebudayaan. Demikianlah budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa
dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Dalam
istilah antropologi-budaya perbedaan itu ditiadakan. Kata budaya di sini hanya
dipakai sebagai suatu singkatan saja dari kebudayaan dengan arti yang sama.
Adapun kata culture, yang merupakan kata asing yang sama artinya dengan
kebudayaan berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan,
terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai
segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.
Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik diri manusia dengan belajar. Hal ini berarti bahwa seluruh tindakan manusia adalah
kebudayaan, karena hanya amat sedikit tindakan manusia yang tak perlu dibiasakan
melalui belajar seperti tindakan naluri, reflek dan beberapa tindakan akibat proses
fisiologi atau kelakuan ketika ia sedang membabi buta.
E.B. Tylor mengemukakan 7 (tujuh) komponen-komponen pokok yang
terkandung dalam pengertian kebudayaan :
a. Keseluruhan yang kompleks, artinya betapapun banyaknya bagian/unsur dari suatu
kebudayaan namun kebudayan memiliki semacam kesatuan, katakanlah pola atau
model.
b. Kebudayaan meliputi serangkaian prestasi atau hasil kegiatan-kegiatan psikologis
yang mungkin tak terlihat secara nyata dalam bentuk benda-benda, melainkan dalam
bentuk pernyataan-pernyataan emosional dan mental.
c. Kebudayaan tidak saja mencakup hasil-hasil kesenian, tetapi juga mencakup moralitas
seperti moralitas keluarga.

30
d. Kebudayaan tersebut menekankan jenis perilaku yang memperlihatkan keteraturan
dan kesinambungan, seperti apa yang dikemukakan oleh konsep adat, jadi bukan
peristiwa-peristiwa yang terpisah dan seketika.
e. Kebudayaan dilihat secara obyektif dan tidak memihak.
f. Kebudayaan merupakan totalitas karakteristik yang diperoleh anggota suatu
masyarakat dari lingkungannya yang tidak ditemukan dalam gen atau unsur-unsur
lainnya.
g. Kebudayaan tidak diciptakan orang dalam suatu kejeniusan yang terasing, dia harus
hidup dalam sebuah masyarakat bersama orang-orang lain, bila ia harus memiliki
kebudayaan.
Dilihat dari definisi kebudayaan yang dikemukakan di atas, maka dengan jelas
dapat diidentifikasi beberapa isi kebudayaan sebagaimana tergambar di bawah ini :

Gagasan Kebenaran ilmu


(ideas) Kepercayaan
Agama
Mitos
Legenda
Tahayul
Pepatah
Cerita rakyat
Isi Kebudayaan Norma, ideologi, teknologi
(Bierstedt) Peraturan (UU)
Sistem norma Adat
Kesusilaan
Ritual

Gagasan yang disertai norma


Aktivitas (activities)

Benda-benda (things)

Mempertanyakan bentuk betul-salah, baik-buruk, efesien atau tidak

Kompleks Kebudayaan ideal Bentuk : - Hukum


Ide-ide= berfungsi untuk : - Norma
Sistem Budaya - mengendalikan perilaku - Nilai
- memberi arah - Peraturan
- mengatur
WUJUD Aktivitas
KEBUDAYAAN kelakuan
(Koentjaraningrat) berpola=
Sistem Sosial

Benda hasil
Karya manusia

B. Karakteristik Kebudayaan
31
a. Kebudayaan merupakan pengalam universal umat manusia, tetapi manifestasi lokal
dan regionalnya bersifat unik, yaitu : bahasa, sistem teknologi, sistem ekonomi,
organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem religi, dan sistem kesenian.
b. Kebudayaan bersifat stabil, tetapi juga dinamisdan memperlihatkan perobahan yang
terus menerus dan tetap.
c. Kebudayaan mengisi dan menentukan jalan hidup kita, tetapi kebudayaan tersebut
jarang mengusik alam sadar kita.
d. Kebudayaan bersifat sosial dan dimiliki bersama oleh manusia dalam berbagai
masyarakat yang terorganisir.
e. Kebudayaan bersifat gagasan, kebiasaan-kebiasaan kelompok dikonsepsikan atau
diungkapkan sebagai norma-norma ideal atau pola-pola perilaku.
f. Kebudayaan bersifat integratif, kalau tidak maka konflik akan dengan cepat
menghancurkannya.

Fungsi Kebudayaan Menurut Kerber dan Smith

a. Pelanjut keturunan dan Melestarikan institusi sosila


Pengasuhan anak, pen-
jamin kelangsungan Memelihara status quo
hidup biologis Pendidikan
b. Pengembangan kehidup- Pengembangan institusi baru
an ekonomi, menghasil-
kan dan memakai ben-
da-benda ekonomi Unsur Sistem norma
c. Transmisi budaya, cara Institusi Institusi Personel
mendidik dan memben- Budaya/ sosial peralatan fisik
tuk generasi baru yang Sosial
berbudaya Fungsi :
d. Keagamaan a. Menyederhanakan tindakan
e. Pengendalian sosial, cara individu
melindungi kesejahteraan b. Menyediakan cara pengendali-
individu an sosial
f. Rekreasi c. Menyediakan peran & keduduk-
an individu
d. Kadang merintangi perkembang-
kepribadian, sesuai dengan norma
e. Mendorong merumuskan perilaku
baru
f. Mengharmonisasikan konfigurasi
budaya

Metabolisme Kekerabatan Sistem:


Reproduksi Ekonomi -Kesenian
Kesenangan Institusi Pendidikan Sifat -Religi
Fungsi Kebudayaan : Kesehatan budaya/ Ilmu Pengetahuan Universal -Bahasa
memenuhi kebutuh- Keamanan sosial Estetika Kebudayaan -Teknologi
an dasar (Malinowski) Gerakan Rekreasi -Ekonomi
Pertumbuhan Politik -Organisasi
Kesehatan sosial
Agama -Pengeta-
32
an
Perilaku terpola untuk memenuhi kebutuhan dasar
Institusi Budaya/Pranata Sosial sering digunakan untuk :
a. Merujuk suatu badan, seperti : universitas, perkumpulan
b. Organisasi yang khusus, seperti penjara, RS
c. Suatu pola tingkah laku yang telah menjadi biasa, atau pola relasi sosial yang memiliki
tujuan sosial.
Bronislaw Malinowski . Menganggapp institusi sosial merupakan konsep utama
untuk memahami masyarakat, setiap institusi saling berkaitan dan masing-masing
memiliki fungsi.

C. Nilai Budaya dan Orientasi Nilai


Pada hakekatnya nilai itu meresapi dan menjiwai setiap perilaku dan kebiasaan
serta apa-apa yang dimiliki oleh seluruh masyarakat. Kebiasaan berfikir, kebiasaan
berbuat dan hasil-hasilnya semuanya disemangati oleh sistem nilai tertentu yang disebut
dengan sistem nilai budaya.
Clyde Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai sebuah konsepsi, eksplisit
atau implisit, menjadi ciri khusus seseorang atau sekelompok oran, mengenai hal-hal
yang diinginkan yang mempengaruhi pemilihan dari berbagai cara-cara, alat-alat, dan
tujuan-tujuan perbuatan yang tersedia. Sedangkan orientasi nilai budaya adalah
..konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan
dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang dengan orang dan tentang
hal yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian dengan hubungan antara orang
dengan lingkungan dan sesama manusia. Sistem nilai budaya ini menjadi pedoman dan
pendorong perilaku manusia dalam hidup yang manifestasi konkritnya terlihat dalam tata
kelakuan. Dari sistem nilai budaya terbentuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak
tercermin dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola
perilaku anggota-anggota suatu masyarakat.
Menurut konsep teoritis Kluckhohn, tiap sistem nilai budaya dalam tiap
kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi
landasan bagi kerangka variasi sistem nilai budaya, yaitu :
a. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (selanjutnya disingkat MH).
b. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia (selanjutnya disingkat MK).
c. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu (selanjutnya
disingkat MW).
d. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
(selanjutnya disingkat MA).
e. Masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya (selanjutnya
disingkat MM).
33
Kerangka Kluckhohn Mengenai Lima Masalah Dasar Dalam Hidup
Yang Menentukan Orientasi Nilai-Budaya Manusia
Masalah Dasar Orientasi Nilai Budaya
Dalam hidup

Hidup itu baik Hidup itu buruk, tetapi


Hakekat Hidup Hidup itu buruk Manusiawajib berikhti-
(HK) Ar supaya hidup itu
Menjadi baik
Karya itu untuk Karya itu untuk
Hakekat Karya Karya itu untuk kedudukan, menambah karya
(MK) Nafkah hidup kehormatan dsb

Persepsi Manusia
Tentang Waktu Orientasi ke masa kini Orientasi ke Orientasi ke masa
(MW) masa lalu depan

Pandangan Manusia tunduk kepada Manusia berusaha Manusia berhasrat


Manusia alam yang dahsyat menjaga kesela- menguasai alam
Terhadap Alam rasan dengan
(MA) alam

Hakekat Hubungan Orientasi kolateral (hori- Orientasi vertikal, Individualisme meni-


Antara Manusia Zontal), rasa ketergan- rasa ketergan- lai tinggi usaha atas
Dengan tungan kepada tungan kepada kekuatan sendiri
Sesamanya sesama- tokoh-tokoh atas-
(MM) nya (berjiwa goro) an dan berpangkat

Berbicara tentang kebudayaan yang dianggap sebagai rencana keseluruhan


kehidupan atau model kehidupan suatu masyarakat, Linton menyebutkan adanya dalam
setiap masyarakat sebuah inti budaya yang kuat yang terdiri dari nilai-nilai, pola-pola,
dan gagasan-gagasan yang dominan (center core) yang diakui secara umum dalam
masyarakat yang bersangkutan dan disamping itu ada nilai-nilai, pola-pola dan gagasan
yang bersifat pinggiran yang merupakan alternatif atau pilihan yang disetujui oleh
masyarakat itu. Gangguan terhadap nilai dan pola inti dapat menimbulkan konflik dan
disorganisasi sosial dan adalah mungkin pula masyarakat memperlihatkan kecendrungan
kehilangan nilai dan pola inti kebudayaan.
Bersamaan dengan konsep Linton ini, Spindler mengemukakan dua macam nilai
dalam masyarakat Amerika, yaitu nilai tradisional yang merupakan nilai inti yang kuat
(solid core values) dan nilai-nilai yang baru muncul (emergent values). Nilai tradisional
Amerika yang inti adalah : 1) moralitas yang bersifat puritan, 2) etika sukses kerja, 3)
individualisme, 4) orientasi keberhasilan, 5) berorientasi kemasa depan. Sedangkan nilai-
nilai yang baru muncul adalah : 1) mementingkan kebersamaan, 2) moralitas yang relatif,

34
3) mempertimbangkan orang lain, 4) mengutamakan kesenangan fisik dan berorientasi
kemasa sekarang, 5) konformitas terhadap kelompok.
Sutan Takdir Alisyahbana mengemukakan bahwa kebudayaan adalah penjelmaan
dari nilai-nilai. Yang penting adalah membuat klasifikasi nilai yang universal yang ada
dalam masyarakat manusia. Dia merasa bahwa klasifikasi nilai yang digunakan E.
Spranger adalah yang terbaik untuk dipakai dalam melihat kebudayaan umat manusia.
Spranger mengemukakan bahwa ada 6 (enam) nilai pokok dalam setiap kebudayaan ,
yaitu : 1) nilai teori yang menentukan identitas sesuatu, 2) nilai ekonomi yang berupa
utilitas atau kegunaan, 3) nilai agama yang berbentuk heilige atau kekudusan, 4) nilai seni
yang menjelmakan expressiveness atau keekspresian, 5) nilai kuasa atau politik, 6) nilai
solidaritas yang menjelma dalam cinta, persahabatan, goro dll. Keenam nilai itu selalu
terjelma dalam suatu integrasi, bergantung kepada integrasi pribadi, golongan masyarakat
atau kebudayaan itu sendiri.
Menurut Alisyahbana nilai kuasa dan nilai solidaritas merupakan dua nilai yang
dominan yang berfungsi menyusun organisasi masyarakat. Kalau orentasinya bersifat
vertikal akan menumbuhkan organisasi sosial kediktatoran, dan yang berorientasi
horizontal akan menumbuhkan organisasi sosial yang bersifat demokratis. Nilai teori
bersama nilai ekonomi yang bersifat rasional dan yang bertujuan menguasai hukum-
hukum alam akan membentuk aspek progresif dari suatu kebudayaan. Sedangkan
kombinasi nilai agama dengan nilai seni yang berintikan perasaan, imajinasi dan intuisi
saja akan membentuk aspek ekspresif dari suatu kebudayaan. Konfigurasi dari nilai-nilai
ini dalam suatu kebudayaan akan memberi bentuk yang beragam-ragam. Namun kalau
kesejahteraan umum ingin dimajukan, tidak ada pilihan lain, menurut Alisyahbana
perkembangan nilai-nilai ekonomi harus ditingkatkan.
Beda Kebudayaan dan Peradaban. Disamping istilah kebudayaan ada pula
istilah peradaban. Hal yang terakhir adalah sama dengan istilah Inggris civilization,
yang biasanya dipakai untuk menyebut bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan
yang halus, maju dan indah, seperti : kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun
pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan dsb. Istilah peradaban sering
juga dipakai untuk menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, ilmu
pengetahuan, seni bangunan, seni rupa, dan sistem kenegaraan dan masyarakat kota yang
maju dan kompleks.

D. Adat - Istiadat
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem nilai budaya
merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Hal itu
disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang
hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga sesuatu masyarakat mengenai apa
yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat
35
berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan
para warga masyarakat tadi.
Suatu sistem nilai budaya sering juga berupa pandangan hidup atau world view
bagi manusia yang menganutnya. Namun istilah pandangan hidup sebaiknya
dipisahkan dari konsep sistem nilai budaya. Pandangan hidup itu biasanya mengandung
sebagian dari nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, yang dipilih secara selektif
oleh para individu dan golongan-golongan dalam masyarakat. Dengan demikian, apabila
sistem nilai itu merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga
masyarakat, pandangan hidup itu merupakan suatu sistem pedoman yang dianut oleh
golongan-golongan atau lebih sempit lagi, individu-individu khusus dalam masyarakat.
Karena itu, hanya ada pandangan hidup golongan atau individu tertentu, tetapi tidak ada
pandangan hidup seluruh masyarakat.
Lain lagi adalah konsep ideologi. Konsep itu juga merupakan suatu sistem
pedoman hidup atau cita-cita, yang ingin sekali dicapai oleh banyak individu dalam
masyarakat, tetapi yang lebih khusus sifatnya dari pada sistem nilai budaya. Suatu
ideologi dapat menyangkut sebagian besar dari warga masyarakat, tetapi dapat juga
menyangkut golongan-golongan tertentu dalam masyarakat. Sebaliknya, istilah ideologi
biasanya tak dipakai dalam hubungan dengan individu. Kita bisa bicara tentang ideologi
negara, ideologi masyarakat, tetapi tidak ideologi si Anu.
Adat istiadat, Norma dan Hukum. Nilai-nilai budaya sebagai pedoman yang
memberi arah dan orientasi terhadap hidup bersifat amat umum. Sebaliknya, norma yang
berupa aturan-aturan untuk bertindak bersifat khusus, sedangkan perumusannya biasanya
bersifat amat terperinci, jelas, tegas dan tak meragukan. Norma-norma yang khusus itu
dapat digolongkan berdasarkan pranata-pranata yang ada, seperti pranata ekonomi,
pendidikan, keagamaan dsb. Norma-norma dalam rangka suatu pranata dan sub-sub
pranata berkaitan erat satu sama lain, dan karena itu merupakan suatu sistem yang
terintegrasi. Individu-individu yang ahli dalam sistem norma tersebut disebut ahli adat.
Ada norma-norma yang sangat berat, sehingga bila terjadi pelanggaran terhadap
norma tersebut, akan ada akibat yang panjang seperti : dituntut, diadili dan dihukum.
Sebaliknya ada norma-norma yang dianggap kurang berat, sehingga bila terjadi
pelanggaran terhadapnya tidak akan ada akibat yang panjang, melainkan hanya tertawaan,
ejekan atau pergunjingan saja. Seorang ahli sosiologi, W.G. Sumner menggolongkan
norma pertama dengan istilah mores dan norma golongan kedua folkways. Dalam bahasa
Indonesia mores berarti adat-istiadat dalam arti khusus, sedangkan folkways disebut
tata cara. Norma-norma dari golongan adat-istiadat yang mempunyai akibat hukum
yang panjang tadi juga berupa hukum. Tetapi ada batas antara adat dan hukum adat,
yang singkatnya berbunyi sbb :

36
Hukum adalah suatu aktivitas di dalam rangka suatu kebudayaan yang mempunyai
fungsi pengawasan sosial. Untuk membedakan suatu aktivitas itu dari aktivitas-aktivitas
kebudayaan lain yang mempunyai fungsi serupa dalam sesuatu masyarakat, seorang
peneliti harus mencari empat ciri hukum atau attributes of law yaitu:
1. Attribute of authority yaitu otoritas/kekuasaan yang menentukan bahwa aktivitas
kebudayaan yang disebut hukum itu adalah keputusan-keputusan melalui suatu
mekanisme yang diberi wewenang dan kekuasaan dalam masyarakat.
2. Attibute of intention of universal application yang menentukan keputusan-keputusan
dari pihak yang berkuasa itu harus dimaksudkan sebagai keputusan yang mempunyai
jangka waktu panjang dan harus dianggap berlaku terhadap peristiwa yang serupa
dalam masa yang akan datang.
3. Attribute of obligation, yang menentukan bahwa keputusan-keputusan dari pemegang
kuasa harus mengandung perumusan dari pihak kesatu terhadap pihak kedua, tetapi
juga hak dari pihak kedua yang harus dipenuhi oleh pihak kesatu.
4. Attribute of sanction, yang menentukan bahwa keputusan-keputusan dari pihak yang
berkuasa itu harus dikuatkan dengan sanksi.

E. Orientasi Nilai Bagi Masyarakat Minangkabau


1. Pandangan terhadap hidup : membuat jasa
Hidup bajaso, mati bapusako
Gajah mati meninggalkan gading
Harimau mati meninggalkan belang
Manusia mati meninggalkan nama
2. Pandangan terhadap kerja
Ameh pandindiang malu
Padi pandindiang miang
Kayu hutan bukan andaleh
Elok dibuek kalamari
Tahan hujan basahi bapaneh
Baitu urang mancari rasaki
Waktu ado jan dimakan
Alah abih baru dimakan
3. Pandangan terhadap waktu
Duduak marauik ranjau
Tagak maninjau jarak
Maliek contoh ka nan sudah
Hari paneh kok tak balinduang
Hari hujan kok tak bataduah
Hari kalam kok tak basuluah
37
Jalan langang kok tak bakawan

4. Pandangan terhadap alam


Panakik pisau sirauik
Ambiak galah batang lintabuang
Saladang ambiak ka nyiru
Sakapa jadikan gunuang
Alam takambang jadikan guru
Sakali aie gadang
Sakali tapian barubah
Namun aie kailie juo
Sakali gadang baganti
Sakali paraturan barubah
Namun adait baitu juo
5. Pandangan terhadap sesama
Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka panghulu
Panghulu barajo ka mufakait
Mufakait barajo ka alua
Alua barajo ka patuik jo mungkia
Patuik jo mungkia barajo ka nan bana
Bana itulah nan manjadi rajo
Tumbuahnyo di tanam
Gadangnyo di lambuak
Ingek urang di ateh
Nan di bawah kok maimpik
Koentjaraningrat dalam th 1969 menulis buku yang berjudul Rintangan-Rintangan
Mental Dalam Pembangunan Ekonomi, dimana dia mengidentifikiasikan 3 golongan ciri-ciri
mental di kalangan masyarakat Indonesia, yaitu :
1. Ciri-ciri mental asli golongan petani
2. Ciri-ciri mental priyayi dalam orde sosial pegawai negeri yang berkembang semenjak
zaman kolonial
3. Ciri-ciri mental manusia Indonesia yang berkembang semenjak zaman Perang Dunia Ke II
Ad. 1. Berdasarkan kerangka Kluckhohn, Koentjaraningrat menggambarkan ciri-ciri mental
petani Indonesia, terutama di Jawa yang pada dasarnya menganggap hidupnya itu
sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa dan kesengsaraan: tetapi itu tidak berarti
bahwa ia harus demikian saja menghindari hidup yang nyata dan mengundurkan diri
dengan bertapa. Ia malahan wajib menyadari keburukan hidup itu dengan berlaku

38
prihatin, dan ia wajib untuk berbuat sebaiknya dengan usaha atau ikhtiar. Orang petani
di Indonesia bekerja untuk hidup, kadang-kadang kalau mungkin untuk mencapai
kedudukan. ia hanya mempunyai perhatian untuk hari sekarang ini, bagaimana
keadaan hari kemudiannya ia tidak peduli; ia terlampau miskin untuk dapat
memikirkan hal itu; hanya kadang-kadang ia rindu akan masa lampau, yang menurut
dongeng-dongeng orang tua merupakan suatu masa kejayaan. Pada umumnya alam
tidak mengerikan baginya. Kalau kadang-kadang ada bencana alam berupa gunung
meletus, atau air bah besar, ia hanya menerimanya sebagai suatu nasib yang kebetulan
buruk saja. Adapun hama-hama yang dapat merusak tanamannya, tidak ditakutinya; ia
tahu cara-cara untuk mengatasi bencana-bencana serupa itu, dan kalau sekali-sekali ia
tidak dapat mengalahkan hama, ia toh tidak usah kelaparan, karena sistem bantu
membantu dalam masyarakatnya memberikan kepadanya suatu perasaan keamanan
yang cukup besar. Asal ia dapat menyelaraskan diri saja dengan alam sekitarnya, maka
amanlah hidupnya. Itulah sebabnya ia harus menghadapi sesamanya dengan jiwa
gotong royong, terutama ia harus sadar bahwa dalam hidupnya itu ia pada hakekatnya
tergantung kepada sesamanya; maka dari itulah ia harus selalu berusaha untuk
memelihara hubungan baik dengan sesamanya.
Ad. 2. Ciri- ciri mental golongan priyayi digambarkan sebagai melihat hakekat hidup itu
buruk dan dalam menghadapi kesulitan hidup yang berat sering lari ke kebathinan dan
menyembunyikan diri dalam impian-impian mengenai suatu masyarakat yang
sempurna dan kehidupan yang bahagia. Hakekat kerja bagi mereka adalah untuk
mencapai kedudukan serta lambang-lambangnya. Mereka banyak berorientasi ke masa
lalu. Mereka menyelaraskan diri dengan alam dan bersifat nrimo, sabar dan ikhlas.
Hubungan sesama manusia mengandung pandangan bahwa tindakan-tindakan manusia
itu sebaiknya diarahkan dan diorientasikan ke kelakuan sang pemimpin.
Ad. 3. Ciri-ciri mental yang banyak berkembang setelah Perang Dunia ke II adalah :
a. Mereka seolah-olah meremehkan kualitas
b. Mereka sering berhasrat mencapai tujuan secepat-cepatnya tanpa rela untuk
berusaha langkah demi langkah
c. Mereka sering menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab
d. Mereka sering menunjukkan sikap tidak percaya pada diri sendiri
e. Mereka dihinggapi oleh sikap jiwa yang apatis dan lesu
Di bina melalui :
a. Contoh yang baik
b. Memberi peransang
c. Memberi penerangan
d. Pembinaan dan pengasuhan
Beberapa nilai budaya yang mendorong pertumbuhan/perkembangan masyarakat :

39
1. Nilai budaya yang berorientasi ke masa depan
2. Hasrat untuk mengeksplorasi lingkungan alam dan kekuatan alam
3. Menilai tinggi mutu dan hasil karya manusia
4. Usaha untuk dapat mencapai hasil atas usaha sendiri
5. Tumbuhkan rasa disiplin yang murni

W. Ratam
Hipotesa yang perlu dibuktikan khusus bagi masyarakat Indonesia
No. Tipe Refleksi diri Sifat
1 Nrimo - mudah diatur - masa bodoh
- damai - tak dinamis
2. Kurang terbuka - tendensi bicara baik - lain dikata lain dihati
- hindari konflik - bicara di belakang
3. Mudah tersinggung - hati-hati - suka ngambek
- diam
4. Cepat iba - manusiawi - kurang tegas mengambil putusan
- kurang konsisten
5. kurang spesialisasi - serba bisa tapi - asal kerja
serba sedikit
6. Pertahanan diri - kompensasi positif - kurang belajar dari pengalaman
tinggi - sukar menerima pendapat orang

Barat : Menguasai fisis/alam merobah dunia. Hasilnya adalah ilmu


pengetahuan, teknik, kekayaan, standar hidup yang tinggi,
organisasi-organisasi ekonomi dan politik. Harganya : kerja
keras ketegangan, kontradiksi, kecemasan mendasar dan
ketidakteraturan permanen, individualisme.
Sub Budaya
Timur : Menguasai psike/roh, menguasai ambisi, nafsu, mencari damai
bathin, menjaga keharmonisan dengan alam. Akibatnya :
kemiskinan, menikmati hidup sebagai suatu tujuan, santai dan
bijaksana dan mengagungkan totalitas.

C. Evaluasi.

40
Setelah mempelajari uraian materi pokok pada bab tiga di atas jawablah pertanyaan di
bawah ini dengan ringkas dan tepat !
1. Jelaskan definisi kebudayaan menurut ilmu antropologi !
2. Tuliskan tujuh komponen pokok yang terkandung dalam pengertian kebudayaan menurut
E.B Tylor !
3. Terangkan tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat !
4. Tuliskan empat karakteristik kebudayaan !
5. Ungkapkan enam fungsi kebudayaan menurut Kerber dan Smith !
6. Uraikan lima masalah dasar dalam hidup yang menentukan orientasi nilai budaya menurut
Kluckhohn !
7. Tuliskan enam nilai pokok dalam setiap kebudayaan menurut E. Spranger !
8. Ungkapkan dua nilai dominan yang berfungsi menyusun organisasi masyarakat menurut
Alisyahbana !
9. Bedakan kebudayaan dengan peradaban !
10. Tuliskan tiga nilai budaya yang mendorong pertumbuhan/perkembangan masyarakat !

A. Indikator

41
Setelah menyelesaikan uraian materi pokok pada bab empat di bawah ini diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menerangkan pengertian perubahan sosial/budaya menurut Selo Soemardjan.
2. Menerangkan dua sifat perubahan kebudayaan.
3. Menguraikan tiga faktor yang merintangi perubahan menurut Spicer.
4. Menjelaskan phenomena yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya perubahan sosial
budaya menurut Murdock.
5. Menggambarkan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan sosial budaya menurut
Spindler.
6. Menjelaskan pengertian difusi sebagaisumber perubahan.
7. Mengungkapkan tiga faktor penghambat assimilasi.
8. Menerangkan pengertian pembauran atau inovasi.
9. Menguraikan dua tahap khusus dari inovasi.
10. Menuliskan empat akibat perubahan.

B. Materi Pokok : Perubahan kebudayaan

Uraian Materi Pokok


42
BAB IV

PERUBAHAN KEBUDAYAAN

A. Beberapa Konsep Tentang perubahan Sosial/Budaya :


1. Perbedaan konsep perubahan kebudayaan dengan perubahan sosial tergantung pada
penggunaan konsep kebudayaan dan konsep sosial yang digunakan seseorang
(Lauer,1993).
2. Karena perubahan kebudayaan dan sosial berhubungan erat, perbedaan keduanya
dilecehkan saja (Woods, 1975).
3. Dengan mengikuti pendapat Tylor bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks
yang mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat dan tiap
kemampuan serta kebiasaan lainnya yang didapat oleh manusia sebagai anggota
masyarakat, maka tiap perubahan pada salah satu bagian dari keseluruhan kompleks
itu bisa dipandang sebagai perubahan kultural (Selo Soemardjan, 1981).
4. Perubahan sosial mencakup bermacam perubahan dalam lembaga-lembaga masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosialnya, norma, nilai-nilai, sikap dan pola tingkah laku
dari kelompok di dalam masyarakat (Selo Soemardjan, 1981).
5. Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu
sistem sosial (Hanafi/Rogert).
6. Perubahan sosial adalah perubahan apa saja dalam cara hidup suatu masyarakat,
apakah sebagai suatu konsekuensi perkembangan internal atau persentuhan (kontak)
budaya antara dua masyarakat yang berbeda cara hidupnya (Woods, 1975).
7. Perubahan sosial adalah modifikasi dari struktur atau fungsi dari sistem sosial (Woods,
1975).
8. Perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial. Struktur sosial adalah
pola-pola perilaku dan interaksi sosial, seperti : norma, nilai dan fenomena kultural
(Wilbert Moore).
9. Perubahan sosial sebagai variasi/modifikasi dalam setiap aspek proses sosial, pola
sosial dan bentuk-bentuk sosial serta setiap modifikasi pola antar hubungan yang
mapan dan standart perilaku.

B. Perubahan Kebudayaan Dapat Bersifat :


1. Evolusioner
Perubahan yang bersifat evolusioner memakan waktu ribuan atau ratusan
tahun, berkelanjutan dari bentuk yang lebih rendah, lebih sederhana ke bentuk yang
lebih tinggi,lebih kompleks, mencerminkan perubahan sosial, politik, ekonomi yang
bersifat gradual dan relatif damai.
2. Revolusioner

43
Perubahan yang bersifat revolusioner adalah perubahan yang berlangsung
dalam waktu yang relatif pendek, bersifat tiba-tiba, radikal dan menyeluruh,
mencerminkan perubahan sosial, politik, ekonomi yang bersifat cepat, fundamental
dan relatif menggegerkan.

C. Faktor-Faktor Yang Merintangi Perubahan


1. Lauer mengemukakan beberapa hal yang merintangi perubahan, yaitu :
a. Sistem nilai dan sikap tertentu
b. Sistem stratifikasi sosial yang kaku, ketimpangan sosial yang sangat mencolok,
fragmentasi komunitas, kepentingan terselubung dan bahkan pola kebudayaan
mesin
c. Faktor sosial-psikologis
2. Spicer menyatakan bahwa orang selalu mengubah cara-cara mereka, tetapi mereka
akan merintangi perubahan karena tiga hal :
a. Jika perubahan itu dibayangkan dapat mengancam keamanan mendasar
b. Jika perubahan itu tidak dipahami
c. Jika perubahan itu dipaksakan terhadap mereka.

D. Faktor Penyebab Timbulnya Perubahan sosial Budaya


Semua perubahan mempunyai sebab, mempunyai cara dan mempunyai tujuan
serta arah. Menurut Murdock berbagai phenomena yang dapat menjadi faktor penyebab
timbulnya perubahan sosial budaya adalah :
1. Pertambahan atau pengurangan jumlah penduduk
2. Perubahan lingkungan geografis
3. Perpindahan ke lingkungan baru
4. Kontak dengan orang yang berlainan kebudayaan
5. Mala petaka alam dan sosial seperti banjir, kegagalan panen, epidemi, perang dan
depresi ekonomi
6. Kelahiran atau kematian seorang pemimpin
7. Penemuan (innovation)
Spindler menyederhanakan pemahaman mengenai faktor-faktor penyebab
terjadinya perubahan sosial budaya sebagai berikut :
SISTEM SOSIAL BUDAYA : SEBUAH MODEL PERUBAHAN

44
Model Spindler di atas memperlihatkan secara analitis berbagai faktor yang
berinteraksi dalam proses perubahan sosial budaya. Dalam sistem sosial budaya itu
sendiri ada 4 komponen yang saling berinteraksi yang digambarkan oleh panah yang
menuju ke kedua arah, yaitu individu, interaksi sosial, lingkungan dan kebudayaan itu
sendiri.

E. Sumber Perubahan
1. Difusi
Difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat
lain di seluruh penjuru dunia. Penyebaran unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat
terjadi dengan berbagai cara, yaitu :
a. Tanpa ada perpindahan kelompok-kelompok manusia atau bangsa-bangsa dari satu
tempat ke tempat lain, tetapi oleh karena ada individu-individu tertentu yang
membawa unsur-unsur kebudayaan itu hingga jauh sekali.
b. Pertemuan-pertemuan antara individu-individu dalam suatu kelompok manusia
dengan individu-individu kelompok-kelompok tetangga, yang dapat berlangsung
dengan berbagai cara :
1). Hubungan di mana bentuk dari kebudayaan itu masing-masing hampir tidak
berubah (hubungan symbiotic)
2). Pemasukan secara damai melalui para pedagang dan penyiar agama
(penetration pacifique)
3). Pemasukan dengan tidak damai, paksaan, peperangan, serangan penakhlukan
2. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia
dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri
tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Ada 5 hal yang perlu diperhatikan dalam proses akulturasi :
a. Keadaan masyarakat penerima sebelum proses akulturasi mulai berjalan
b. Individu-individu dari kebudayaan asing yang membawa unsur-unsur kebudayaan
asing
c. Saluran-saluran yang dilalui oleh unsur-unsur kebudayaan asing untuk masuk ke
dalam kebudayaan penerima
d. Bagian-bagian dari masyarakat penerima yang terkena pengaruh unsur-unsur
kebudayaan asing tadi
e. Reaksi para individu yang terkena unsur-unsur kebudayaan asing

45
3. Assimilasi
Assimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada :
a. Golongan-golongan manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-
beda
b. Saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga
c. Kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas
dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur
kebudayaan campuran.
Beberapa faktor penghalang proses assimilasi :
a. Kurang pengetahuan mengenai kebudayaan yang dihadapi
b. Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain
c. Perasaan superioritas para individu-individu dari satu kebudayaan terhadap yang
lain
4. Pembaruan atau inovasi
Inovasi adalah proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi
dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang
semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru.
Dengan demikian inovasi itu mengenai pembaruan kebudayaan yang khusus mengenai
unsur teknologi dan ekonomi.
2 (dua) tahap khusus dari inovasi :
a. Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik
berupa suatu alat, suatu ide baru, yang diciptakan oleh seorang individu, atau suatu
rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan.
b. Invention. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui,
menerima dan menerapkan penemuan baru itu.
Pendorong penemuan baru :
a. Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan
b. Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan
c. Sistem peransang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat
Urutan inovasi menurut Rogers :
a. Kesadaran akan adanya inovasi (awareness)
b. Timbulnya perhatian terhadap inovasi
c. Adanya penilaian terhadap inovasi (evaluation)
d. Diadakan percobaab terhadap inovasi (trial)
e. Pengintegrasian inovasi (integration)

46
F. Macam-Macam Perubahan Kebudayaan
1. Luasnya Perubahan :
a. Konservatisme umum .. terjadi kalau masyarakat melawan perubahan dalam
segala bidang kebudayaantidak mau menerima yang barutetap seperti dulu.
b. Konservatisme seksional hanya mengenai beberapa aspek kebudayaan, unsur-
unsur yang sulit berubah tidak berubah.
c. Konservatisme parsial hanya suatu bagian khusus dari suatu kebudayaan yang
jarang berlaku.
d. Peninggalan fungsi yang lampau berubah sehingga hanya jadi suatu
kebiasaan saja yang kurang lebih kosong, suatu formalitas, misalnya tanda-tanda
kepercayaan lama sudah hilang dan isinya sudah dilupakan.
2. Derajad Perubahan :
a. Revolusi perubahan mendadak, dipercepat, sering dengan kekerasan dan
mengenai seluruh kebudayaan
b. Mode perubahan yang remeh dan singkat waktunya yang terjadi dalam satu
atau beberapa aspek hidup saja
c. Trend jangka panjang perubahan dalam unsur kebudayaan terjadi dalam waktu
yang agak lama
3. Cara Perubahan :
a. Penggantian unsur-unsur lama dengan yang baru, bisa dengan jalan
menghapuskan sama sekali atau tidak.
Miss : anak batu diganti dengan pensil, lilin lampu gas.
b. Penghilangan salah satu unsur lenyap tanpa pengganti.
c. Penambahan unsur yang baru diterima dan unsur yang lama tetap
Contoh : TV melengkapi radio dan tape.
d. Fusi, pencampuran unsur yang baru dengan yang lama.
Segala sesuatu yang baru dalam kebudayaan, harus diintegrasikan ke
dalamnya, sebab kalau tidak akan menyebabkan disharmonis atau ketidakseimbangan
terjadi penyesuaian dengan kebudayaan yang ada melalui :
a. Reinterpretasi rupa
b. Reinterpretasi faedah
c. Reinterpretasi fungsi
4. Akibat Perubahan :
a. Perkembangan atau kemunduran
b. Perluasan atau penyederhanaan
c. Pertumbuhan atau penyusutan
d. Keseimbangan atau kekacauan

47
C. Evaluasi

Setelah mempelajari uraian materi pokok pada bab empat di atas jawablah pertanyaan
di bawah ini dengan ringkas dan tepat !
1. Terangkan pengertian perubahan sosial/budaya menurut Selo Soemardjan !
2. Terangkan dua sifat perubahan kebudayaan !
3. Uraikan tiga faktor yang merintangi perubahan menurut Spicer !
4. Jelaskan phenomena yang dapat menjadi faktor penyebab timbulnya perubahan sosial
budaya menurut Murdock !
5. Gambarkan faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan sosial budaya menurut
Spindler !
6. Jelaskan pengertian difusi sebagaisumber perubahan !
7. Ungkapkan tiga faktor penghambat assimilasi !
8. Menerangkan pengertian pembauran atau inovasi !
9. Uraikan dua tahap khusus dari inovasi !
10. Tuliskan empat akibat perubahan !

48
A. Indikator
Setelah menyelesaikan uraian materi pokok pada bab lima di bawah ini diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian kepribadian.
2. Mengungkapkan premis dasar kajian kebudayaan dan kepribadian.
3. Menerangkan teori konfigurasi dari Margaret Mead dalam melihat hubungan kebudayaan
dan kepribadian.
4. Menguraikan pendapat Mc. Clelland dalam melihat hubungan kebudayaan dan
kepribadian.
5. Menuliskan unsur-unsur struktur kepribadian dasar menurut Kardiner.
6. Menjelaskan tiga atribut dari kepribadian orang modern menurut Alex Inkeles.
7. Menerangkan hubungan Etika Protestan dengan munculnya semangat kapitalisme di Barat
menurut Max Weber.
8. Mengungkapkan perubahan watak orang Amerika menurut David Reisman.

B. Materi Pokok : Kebudayaan dan kepribadian

49
Uraian Materi Pokok
BAB V
KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN

Antara kebudayaan dan kepribadian terdapat hubungan yang erat. Hal ini secara khusus
telah dikaji oleh sub-disiplin ilmu antropologi yaitu antropologi psikologi. Perbedaan
tingkahlaku manusia ditentukan oleh susunan akal dan jiwanya yang dinamakan kepribadian.
Kepribadian adalah ciri watak seseorang yang memberikan kepadanya suatu identitas secara
keseluruhan. Antropologi mempelajari pengetahuan, gagasan dan konsep sebagian besar yang
dianut masyarakat, yang bisa disebut adat istiadat. Dengan demikian antropologi mempelajari
kepribadian yang ada pada sebagian besar warga masyarakat.
Premis dasar yang yang ditemukan dalam kajian kebudayaan dan kepribadian ini
adalah bahwa metode pengasuhan anak dalam kebudayaan tertentu menghasilkan suatu
struktur kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai pokok kebudayaan dan institusi-
institusinya. Para pengkaji hubungan kebudayaan dan kepribadian sangat menekankan peran
pengasuhan anak terhadap pembentukan kepribadian anak. Meskipun orang tua yang
membesarkan bayinya tidak menyadari, tetapi metode yang dipakainya dalam mengasuh bayi
mulai dari kelahirannya, cara mengemong, cara memberi makan, menidurkan, semuanya
mengarahkan bayi tersebut untuk berperilaku menurut nilai-nilai kebudayaannya.
Menurut pandangan para pengkaji hubungan kebudayaan dan kepribadian, tahun-tahun
awal kehidupan anak sangat vital bagi pembentukan kepribadian anak; karena itu masa kanak-
kanak yang sama akan menghasilkan kepribadian orang dewasa yang sama. Karena
kebudayaan menentukan apa yang harus diajarkan orang tua dan bagaimana cara
mengajarkannya (isi dan cara sosialisasi), maka bisa diharapkan bahwa kebudayaan dengan
nilai-nilai tertentu akan menghasilkan tipe kepribadian tertentu.
Umpamanya, teori yang dikemukakan Mc. Clelland secara eksplisit mengatakan bahwa
cara dan isi pendidikan anak mulai dari lahir yang menekankan tema percaya pada diri
sendiri, ketak tergantungan, kebebasan dan persaingan yang sehat telah menghasilkan orang-
orang Amerika yang sangat berorientasi pada prestasi dan menjadi pengusaha-pengusaha yang
kreatif dan inovatif.dalm ekonomi ia menciptakan sistem ekonomi kapitalis, dalam politik ia
menciptakan sistem demokrasi Amerika. Ethos self reliance menyemangati semua institusi
sosial Amerika yang maju itu.
Berbagai teori hubungan kebudayaan dengan kepribadian telah dikembangkan para
antropolog dan sosiolog, antara lain :
1. Teori Konfigurasi dari Ruth Benedict dan Margaret Mead
2. Teori Struktur Kepribadian Dasar dari Kardiner
3. Teori Kepribadian Orang Modern dari Alex Inkeles
4. Teori Watak Bangsa dari Erich Fromm

50
Ad. 1. Teori Konfigurasi dari Ruth Benedict dan Margaret Mead
Menurut Benedict setiap kebudayaan itu disusun disekitar sebuah etos sentral dan
dengan demikian merupakan suatu konfigurasi. Melalui internalisasi etos budaya yang sama,
anggota-anggota suatu masyarakat akan memiliki struktur psikologi dasar yang sama, yaitu
mereka akan mempunyai suatu konfigurasi atau bentuk kepribadian pokok yang sama.
Umpamanya ada kebudayaan yang mempunyai pandangan keduniaan yang bersifat
Apollonian dengan ciri-ciri kepribadian yang berorientasi kepada keharmonisan,
keteraturan, keseimbangan dan sifat tolong menolong. Ada kebudayaan yang bersifat
Dyonesian dengan ciri-ciri kepribadian ekstrovet, individualisme, suka bertindak ekstrim
dan pemboros.
Margaret Mead mengatakan bahwa praktek pengasuhan anak tertentu akan
menghasilkan struktur karakter tertentu pula. Pengasuhan anak yang menekankan
ketidaktergantungan, menurutnya akan menghasilkan tipe kepribadian yang suka bekerja
keras, individualistis dan berorientasi kepada keberhasilan. Mead meluaskan kajiannya kearah
kajian watak bangsa (national character) yang dianggapnya sebagai watak kebudayaan.
Konsep watak kebudayaan didefinisikan sebagai : kesamaan (regularities) sifat di dalam
organisasi intra-psikis individu anggota suatu masyarakat tertentu yang diperoleh karena
mengalami cara pengasuhan anak yang sama di dalam kebudayaan masyarakat bersangkutan.

Ad. 2. Teori Struktur Kepribadian Dasar dari Kardiner


Konsep kepribadian dasar yang dikemukakan Abraham Kardiner dapat didefinisikan
sebagai intisari dari kepribadian, yang dimiliki oleh kebanyakan anggota suatu masyarakat
sebagai akibat pengalaman mereka pada masa kanak-kanak. Struktur kepribadian dasar itu
terdiri dari unsur-unsur : teknik berfikir, sikap terhadap berbagai benda yang ada dilingkungan
mereka, sistem keamanan dan kesejahteraan.
Selanjutnya Kardiner menjelaskan bahwa pengalaman sosial dalam keluarga, terutama
selama masa pengasuhan, dan dalam teknik subsistensi akan menghasilkan struktur
kepribadian dasar yang sama pada mayoritas anggota suatu masyarakat. Kemudian melalui
interaksi sosial ciri-ciri dari kepribadian dasar diproyeksikan ke dalam institusi kedua. Ke
dalam institusi pertama termasuk antara lain cara pemberian makan bayi, cara penyapihan,
kebiasaan merawat anak yang teliti atau tidak sungguh-sungguh, latihan buang air, organisasi
kekerabatan, sistem disiplin dan cara pemuasan kebutuhan subsistensi. Sedang ke dalam
institusi kedua termasuk sistem kepercayaan dan upacara serta sistem larangan. Teori kardiner
ini disamping memperlihatkan peran pengasuhan anak (peran orang tua atau rumah tangga)
dalam pembentukan kepribadian, juga memperlihatkan pertalian antara institusi-institusi yang
ada dalam suatu kebudayaan.

51
Ad. 3. Teori Kepribadian Orang Modern dari Alex Inkeles
Alex Inkeles mengemukakan pentingnya perubahan dalam spirit, cara berfikir, merasa
dan bertindak dari orang-orang tradisional ke arah tuntutan-tuntutan zaman modern. Kalau
semangat, cara berfikir, merasa dan berbuat itu disebut sebagai kepribadian, maka atribut-
atribut dari kepribadian orang modern itu adalah :
a. Terbuka terhadap pengalaman dan cara-cara baru
b. Siap untuk perubahan-perubahan
c. Sanggup membentuk dan mempunyai pendapat tentang berbagai hal di dalam dan di luar
lingkungannya
d. Sadar akan keragaman sikapdan pendapat di sekitarnya dan sanggup memberi penilaian
e. Mengetahui dunia yang luas
f. Lebih berorientasi kepada masa sekarang dan masa depan
g. Percaya bahwa orang dapat mengontrol lingkungannya
h. Memandang lingkungan alam dan lingkungan sosial sebagai keadaan-keadaan yang dapat
dipergantungi
i. Menghargai keterampilan teknis dan menyukai pembagian pendapat yang berdasarkan
sumbangan seseorang
j. Berhasrat memajukan pendidikan dan pekerjaan
k. Sadar dan menghargai harkat manusia
l. Mengerti logika keputusan-keputusan

Ad. 4. Teori Watak Bangsa dari Erich Fromm


Erich Fromm mengembangkan lebih lanjut teori watak bangsa sebagai watak
kebudayaan menjadi teori watak bangsa dipandang sebagai watak masyarakat (social
character). Dia mengembangkan watak masyarakat dengan kebutuhan obyektif masyarakat
pada suatu masa. Untuk memuaskan kebutuhan itu dengan baik suatu masyarakat
menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak dari anggota-anggotanya, agar mereka bisa
melaksanakan apa yang harus mereka lakukan. Unsur-unsur watak bersama itu membentuk
watak masyarakat dari bangsa tersebut dan proses penerjemahan tersebut terjadi melalui
latihan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anak mereka. Para orang tua
memperolehh unsur-unsur watak tersebut baik langsung dari orang tua mereka atau unsur
tersebut merupakan jawaban mereka terhadap kondisi-kondisi perubahan masyarakat.
Teori Fromm ini berakar dari teori Weber tentang peran Etik Protestan. Max Weber telah
membahas hubungan Etika Protestan dengan munculnya semangat kapitalisme di Barat.
Pertanyaan pokok yang dijawabnya adalah : kondisi-kondisi psikologis yang bagaimana yang
telah memungkinkan perkembangan kapitalisme, lebih khusus peradaban kapitalis. Ia
menemukan kondisi-kondisi psikologis tersebut dalam Etika Protestan. Ide pokok tulisannya
terletak pada konsep the calling (panggilan hidup, pekerjaan). Menurut Weber panggilan
52
hidup, pekerjaan atau karir itu bukanlah suatu kondisi yang ditentukan oleh kelahiran, tetapi
merupakan pekerjaan yang dipilih dengan tepat dan dikerjakan dengan giat, harus dipilih
sendiri dengan sutau rasa tanggung jawab keagamaan. Kerja bukan hanya berfungsi
ekonomis, tetapi lebih dari itu yaitu pekerjaan itu punya tujuan spiritual. Selanjutnya
dikemukakan bahwa dalam Etik Protestan ditemui nilai-nilai yang menjunjung tinggi
kerajinan, kehematan, ketenangan hati, kebijaksanaan. Unsur pokok yang lain yang dibawa
oleh ajaran Protestan adalah perkembangan rasionalisme dalam peradaban Barat yang
menjiwai kehidupan ekonomi, teknik, penelitian ilmiah, kemiliteran, hukum dan administrasi.
Nilai-nilai yang demikianlah yang menjiwai sosialisasi anak-anak golongan Protestan yang
membuat mereka menjadi penggerak dan pendukung sistem kapitalisme Barat yang membawa
mereka ke tingkat modernitas yang tinggi di abad kedua puluh ini.
Teori watak masyarakat ini dikembangkan lebih lanjut oleh David Reisman tentang
perkembangan dan perubahan watak orang Amerika dari watak yang bersifat tradisional
directed, menjadi inner directed, dan terakhir other directed. Watak orang Amerika yang
mula-mula datang ke Amerika yang sangat dibimbing oleh tradisi masyarakat yang mereka
bawa dari Eropah, telah mengalami perubahan ke arah watak yang lebih dibimbing oleh kata-
kata sendiri akibat pendidikan yang sangat menekankan self reliance, dan selanjutnya watak
masyarakat Amerika sesudah Perang Dunia Kedua yang sangat maju telah
memperkembangkan watak masyarakat yang berpedoman kepada lingkungannya.

C. Evaluasi
Setelah mempelajari uraian materi pokok pada bab lima di atas jawablah pertanyaan di
bawah ini dengan ringkas dan tepat !
1. Jelaskan pengertian kepribadian !
2. Ungkapkan premis dasar kajian kebudayaan dan kepribadian !
3. Terangkan teori konfigurasi dari Margaret Mead dalam melihat hubungan kebudayaan
dan kepribadian !
4. Uraikan pendapat Mc. Clelland dalam melihat hubungan kebudayaan dan
Kepribadian !
5. Tuliskan unsur-unsur struktur kepribadian dasar menurut Kardiner !
6. Jelaskan tiga atribut dari kepribadian orang modern menurut Alex Inkeles !
7. Terangkan hubungan Etika Protestan dengan munculnya semangat kapitalisme di Barat
menurut Max Weber !
8. Ungkapkan perubahan watak orang Amerika menurut David Reisman !

53
A. Indikator
Setelah menyelesaikan uraian materi pokok pada bab enam di bawah ini diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan pengertian masyarakat menurut Ogburn dan Nimkoff.
2. Membedakan masyarakat dalam arti luas dengan masyarakat dalam arti sempit menurut
M.M. Djojodigoeno.
3. Menuliskan tiga faktor yang menyebabkan terjadinya pengklasifikasian masyarakat .
4. Menguraikan empat ciri-ciri masyarakat menurut Soerjono Soekanto.
5. Membedakan pandangan Aristoteles dengan Thomas Hobbes tentang terbentuknya
masyarakat.
6. Menerangkan pandangan teori integralistik dalam melihat hakekat masyarakat.
7. Menjelaskan hubungan masyarakat dan pendidikan.
8. Menuliskan pengertian komunitas.
9. Menuliskan pengertian konsensus.
10. Menuliskan pengertian kategori sosial.

B. Materi Pokok : Hakekat masyarakat

54
Uraian Materi Pokok
BAB VI
HAKEKAT MASYARAKAT

Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan bersama manusia. Dalam masyarakat


berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar hubungan dan antaraksi. Di dalam
masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia berlangsung pula keseluruhan proses
perkembangan kehidupan. Dengan demikian masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau
medan tempat berlangsungnya antaraksi warga masyarakat itu. Tetapi masyarakat dapat pula
diartikan sebagai subyek, yakni sebagai perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat
(watak) dalam suatu gejala dan manifestasi tertentu atau keseluruhan sosio-psikologisnya.
Bagi setiap warga masyarakat, adalah lebih baik apabila ia mengenal masyarakat
dimana ia menjadi bagian dari padanya. Lebih dari pada itu, bukankah seseorang itu warga
masyarakat yang sadar atau tidak, selalu terlibat dengan proses dan mekanisme masyarakat
itu. Tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara pasif, melainkan dalam
kondisi-kondisi tertentu ia menjadi warga masyarakat yang aktif. Kedudukan pribadi yang
demikian di dalam masyarakat, berlaku dalam arti, baik masyarakat luas maupun masyarakat
terbatas, dalam lingkungan tertentu. Adalah suatu kenyataan bahwa kita hidup, bergaul,
bekerja, sampai meninggal dunia di dalam masyarakat. Masyarakat sebagai lembaga hidup
bersama, bahkan tidak dapat dipisahkan dari pada warga masyarakatnya dengan segala antar
hubungan dan antaraksi yang berlangsung di dalamnya.
Untuk mengerti hakekat masyarakat, bagaimana kedudukan pribadi (individu), apa
peranan, hak dan kewajiban warga masyarakat kepada masyarakat, secara ringkas akan
diuraikan sebagai berikut :

A. Pengertian Masyarakat
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan sesuatu, begitu juga halnya dengan
sebutan masyarakat yang tidak lepas dari pengaruh-pengaruh bahasa terutama bahasa asing
seperti bahasa Belanda, Cina, Inggris, Arab dan lain sebagainya.
Dalam hal ini dapat diduga bahwa perkataan masyarakat mendapat pengaruh dari
bahasa Arab dan Inggris. Dalam bahasa Arab istilah masyarakat berasal dari kata Arab syaraka
yang berarti ikut serta, berpartisipasi. Jadi masyarakat adalah sekumpulan manusia yang
saling bergaul atau istilah ilmiahnya berinteraksi. Sedangkan dalam bahasa Inggris
masyarakat diterjemahkan dengan society dan community (Koentjaraningrat, 1990)
Para ahli sosiologi banyak mengemukakan tentang pengertian masyarakat dari arti
yang sempit sampai arti yang luas. Secara sederhana, Ogburn dan Nimkoff dalam bukunya
Sociology (1964) mengemukakan bahwa suatu masyarakat ialah satu kelompok atau
sekumpulan kelompok-kelompok yang mendiami suatu daerah.

55
Dan Prof. Robert W, Richey (1968), membuat batasan masyarakat sebagai berikut :
istilah masyarakat dapat diartikan sebagai suatu kelompok manusia yang hidup bersama di
suatu wilayah dengan tatacara berfikir dan bertindak yang (relatif) sama yang membuat warga
masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai satu kesatuan (kelompok).
Di bagian lain selanjutnya Ogburn dan Nimkoff menjelaskan bahwa istilah
masyarakat sesungguhnya dipergunakan dalam pengertian yang amat luas. Perserikatan
Bangsa-Bangsa meliputi masyarakat antar bangsa-bangsa. Bahkan kita kadang-kadang
menyebut masyarakat dunia pengertian masyarakat kadang-kadang dipakai untuk
menyatakan seluruh wilayah, negara atau bangsa.
Hal senada juga dikemukakan oleh M.M Djojodigoeno dalam Koentjaraningrat (1990)
bahwa masyarakat dalam satu negara seperti masyarakat Indonesia disebut masyarakat dalam
arti luas. Sedangkan masyarakat yang terdiri dari desa atau kota sampai pada marga atau suku
disebut masyarakat dalam arti sempit.
Berdasarkan pengertian yang terakhir ini, maka pengertian masyarakat (relatif) luas
wilayahnya, dan meliputi (relatif) banyak anggota atau warganya. Oleh karena jumlahnya
yang relatif besar, dan tersebar sedemikian luas, akan terjadi pula masyarakat di dalam
masyarakat tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkannya terjadinya pengklasifikasian
masyarakat seperti faktor kebudayaan, faktor ekonomi, sistem nilai yang lain (misalnya
kasta), sehingga terjadilah pembedaan-pembedaan yang dikenal dengan istilah masyarakat
kota, masyarakat desa, masyarakat pedalaman, masyarakat agraris, ada pula masyarakat
bawah dan sebagainya.
Di kota-kota besar yang warganya jauh lebih banyak jumlahnya daripada di desa
dengan perbedaan-perbedaan antar warga yang juga relatif lebih banyak variasinya. Dengan
perkataan lain, di kota lebih heterogin. Kenyataan menunjukkan bahwa di kota-kota besar
hidup manusia dari segala tingkat. Jarak sosial diantara mereka sedemikian rupa, sehingga
terbentuklah apa yang dikenal sebagai kelas sosial, seperti kelas atas, kelas menengah dan
kelas bawah. Nyatalah bahwa kelas sosial ini terbentuk karena adanya status atau kedudukan
seseorang di dalam masyarakat.
Supaya kita dapat menjelaskan pengertian masyarakat secara umum, maka kita perlu
menelaah ciri-ciri masyarakat itu sendiri. Soerjono Soekanto (1982) menyatakan bahwa
sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka manusia
itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu :
a. Manusia yang hidup bersama. Didalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun
angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi
secara teoritis, angka minimumnya adalah dua orang yang hidup bersama.
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia dimana manusia itu
dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan-keinginan
untuk menyampaikan kesan-kesan ataupun perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup

56
bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan
kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang
lain.
Uraian di atas menunjukkan adanya pergaulan sejumlah orang dimana didalamnya
sekaligus tercipta atau terbentuk peraturan-peraturan pergaulan. Jika kita lihat dari unsur-
unsur yang terkandung di dalamnya, maka tampak masyarakat adalah sejumlah manusia,
maka oleh karenanya masyarakat mengandung unsur pokok yaitu; a sence of belonging
yaitu suatu perasaan hidup bersama, merasa sepergaulan hidup, merasa saling memiliki dan
merasa satu lingkungan sosial. Namun demikian bukan berarti bahwa setiap kumpulan
manusia atau kumpulan orang merupakan masyarakat, melainkan terdapat pula perkumpulan
orang yang bukan masyarakat. Sebagai contoh, tentang puluhan orang atau ratusan orang
yang sedang bertapa di puncak gunung jimat, masing-masing mempunyai tujuan sendiri dan
tidak terdapat a sence of belonging. Oleh karenanya kumpulan tersebut tidak termasuk
kategori masyarakat. Kecuali mereka melakukan suatu kerjasama dalam arti social
relationship, maka mereka baru dapat dikatakan sebagai masyarakat.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa masyarakat adalah sejumlah manusia
yang hidup bersama yang saling berhubungan dan saling membutuhkan dan dalam
lingkungan bersama pula.

B. Pandangan Terbentuknya Masyarakat


Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tentang asal mula
terbentuknya masyarakat, antara lain :
1. Aristoteles : manusia menurut kodratnya adalah makhluk sosial atau zoon politicon. Naluri
itulah faktor dasar terbentuknya masyarakat.
2. Epicurus : kesenanganlah yang mengikat antara manusia yang satu dengan manusia yang
lain. Kesenangan individu-individu tersebut menyatukan orang untuk menjadi satu
kesatuan dan akhirnya terbentuklah masyarakat.
3. Thomas Hobbes : kontrak sosiallah yang membentuk masyarakat. Hobbes terkenal dengan
pemikiran homo homoni lupus, sehingga menimbulkan ketakutan, pertentangan,
persaingan. Supaya tidak saling menghancurkan maka perlu kontrak sosial.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia bermasyarakat
karena hanya dengan membentuk masyarakatlah berbagai individu dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sebab kemampuan manusia untuk memenuhi kebutuhan tersebut terbatas.

C. Teori-teori Tentang Hakekat Masyarakat


57
Sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan peradaban.
Karena itu, bagaimana hakekat terbentuknya masyarakat tak dapat dipisahkan dengan usaha
untuk mengerti peranan manusia itu di dalam masyarakat. Manusia adalah subyek di dalam
masyarakat. Jadi uraian tentang masyarakat pasti dihubungkan dengan fungsi dan kedudukan
manusia di dalam masyarakat. Teori-teori tentang hakekat masyarakat yang berkembang dan
dianut dunia pada umumnya hingga dewasa ini adalah :
1. Teori atomistic
Pada periode masyarakat sebelum terbentuknya negara seperti yang kita kenal
sekarang (presocial-state) manusia sebagai pribadi adalah bebas dan independent. Dengan
demikian masyarakat dibentuk atas kehendak bersama, untuk tujuan bersama para
individu, yang kemudian menjadi warga masyarakat itu. Oleh sebab itu masyarakat
adalah perwujudan kontrak sosial atau perjanjian warga masyarakat itu (social-contract).
Menurut teori ini individu dianalogikan dengan atom-atom sebagai unsur terkecil sebagai
pembentuk wujud benda (materi). Karena itu dinamakan teori atomisme, dimana pada
hakekatnya individu itu adalah atom yang membentuk masyarakat.
Berdasarkan azas pandangan atomisme ini penghargaan kepada ppribadi manusia
adalah prinsip utama. Nilai-nilai sosial di dalam masyarakat berorientasi kepada martabat
manusia yaitu pembinaan hak azazi yang berlandaskan nilai-nilai demokrasi.
2. Teori Organisme
Pada dasarnya setiap individu di lahirkan dan berkembang di dalam masyarakat.
Manusia lahir di dalam suatu keluarga, bukanlah suatu kehendak dan pilihan bebas,
melainkan berlangsung secara kodrati. Maka individu hanyalah sebagai bagian atau unsur
suatu organisme. Masyarakat adalah seperti satu tubuh suatu organisme, sedangkan
idividu adalah bagian-bagian dari pada organisme itu.
Dalam teori ini kebersamaan di dalam masyarakat lebih utama dari pada bagian-
bagian, jadi masyarakat lebih utama dari pada individu.
Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan di dalam masyarakat menurut teori organisme
adalah :
a. Bahwa kekuasaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga di atas hak,
kepentingan, keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu.
b. Lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional, bersifat totaliter,
pendidikan berfungsi mewujudkan warga negara yang ideal dan bukan manusia
sebagai individu yang ideal.
3. Teori Integralistik
Menurut teori ini masyarakat sebagai suatu lembaga yang mencerminkan
kebersamaan sebagai satu totalitas, namun tidak dapat diingkari realita manusia sebagai
pribadi yang hidup dalam kebersamaan di dalam masyarakat, sebab masyarakat ada
karena terdiri dari pada individu-individu sebagai warga masyarakat. Dan pribadi

58
manusia, individu-individu dalam masyarakat itu berkembang dan dipengaruhi oleh
masyarakat.
Perwujudan masyarakat sebagai lembaga kehidupan sosial tiada bedanya dengan
kehidupan suatu keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga adalah warga yang sadar status
dirinya di dalam keluarga itu, sebagaimana ia menyadari tanggungjawab dan kewajiban
atas integritas keluarga tersebut. Bahkan kehormatan keluarga adalah kehormatan
anggota keluarga, demikian pula sebaliknya.
Mempertentangkan kedudukan dan kepentingan-kepentingan individu dengan
masyarakat adalah tidak realistis, karena lembaga masyarakat mengemban
tanggungjawab sosial untuk kepentingan dan kesejahteraan seluruh warga masyarakat.
Kedudukan individu di dalam masyarakat menyadari hak-hak asasi, kepentingan
dan kedudukannya terutama harus menyadari kewajiban dan tanggungjawab sosial.
Hanya dengan keseimbangan, kesadaran dan penyesuaian masing-masing kewajiban antar
sesamanya akan terwujud harmonisme, kesejahteraan lahir dan bathin.
Pelaksanaan azas-azas menurut teori integralistik dapat disamakan dengan teori
kekeluargaan yang berdasarkan keseimbangan antara haj-hak (asasi) dan kewajiban-
kewajiban(asasi). Kesadaran atas nilai-nilai asasi, norma-norma sosial yang berlaku dan
dijunjung bersama-sama baik oleh individu sebagai pribadi, maupun oleh masyarakat
sebagai lembaga merupakan dasar bagi tiap individu untuk melaksanakan fungsi
sosialnya secara maksimal.
Di dalam masyarakat menurut teori integralistik, azas kekeluargaan menjadi
prinsip kehidupan bersama dan kesejahteraan bersama, baik individu maupun secara
keseluruhan. Walaupun pada hakekatnya yang diutamakan adalah keseluruhan warga
masyarakat, namun pandangan integralistik tak mengabaikan individu. Karena realitas
yang wajar adalah menghormati pribadi sama dengan menghormati keseluruhan
masyarakat sebagai satu totalitas.

D. Hubungan Masyarakat dan Pendidikan


Berdasarkan semua teori yang dikemukan diatas, nyatalah bahwa masyarakat
merupakan suatu realitas dalam tata kehidupan manusia. Tiap-tiap pribadi hidup didalam
suatu sistem sosial, dengan segala kondisi dan konsekuensi-konsekuensinya. Seluruh
proses kehidupan manusia berlangsung di dalam masyarakat dan sebagian untuk
masyarakat disamping untuk dirinya sendiri. Dan pada dasarnya semua proses kehidupan
manusia adalah pelaksanaan azas-azas kesadaran hak-hak (asasi) dan kewajiban-
kewajiban (asasi) manusia.
Bagaimana manusia menunaikan suatu fungsi kemanusiaan dan fungsi sosial di
dalam masyarakat adalah dengan pendidikan. Menurut Thomson dalam Moehammad
Noer Syam (1986) bahwa pendidikan berhubungan dengan masalah manusia pribadi dan

59
masyarakat, dan oleh beberapa ahli di beri batasan sebagai proses penyesuaian oleh
pribadi untuk untuk melaksanakan fungsinya di dalam masyarakat.
Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang (relatif) baik, maju,
modern ialah masyarakat yang didalamnya ditemukan suatu tingkat pendidikan yang
(relatif) baik, moderen dan baik, dalam wujud lembaga-lembaganya maupun jumlah dan
tingkat orang yang terdidik. Atau dengan kata lain, suatu masyarakat yang maju karena
adanya pendidikan yang maju(kualitatif dan kuantitatif). Dan dengan pendidikan yang
modern hanya akan ditemukan di dalam masyarakat yang modern pula. Seperti yang
dikatakan oleh John Dewey yang dikutip oleh Prof.Richey dalam Moehammad Noer
Syam (1986) bunyinya sebagai berikut: Di lain pihak, seorang berpendapat bahwa
pendidikan ialah metode fundamental untuk memajukan dan memperbaharui
masyarakat dan bahwa itu adalah sebagai masalah setiap orang yang berminat dengan
pendidikan untuk menggunakan sekolah sebagai alat utama dan paling efektif bagi
memajukan dan memperbaharui suatu masyarakat.
Dari uraian dimuka dapatlah dikatakan bahwa hubungan masyarakat dan
pendidikan sangat bersifat korelatif, bahkan seperti telor dengan ayam. Masyarakat
maju karena pendidikan dan pendidikan yang maju hanya akan ditemukan dalam
masyarakat yang maju pula.

E. Beberapa istilah yang berhubungan dengan masyarakat


1. Komunitas : adalah suatu kesatuan manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata,
dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat, serta terikat oleh suatu rasa
identitas komunitas. Terdapat tumpang tindih konsep masyarakat dengan konsep
komunitas, tetapi istilah masyarakat adalah istilah umum bagi kesatuan hidup manusia,
dan karena itu bersifat lebih luas dari komunitas. Masyarakat adalah semua kesatuan
hidup manusia yang bersifatmantap dan yang terikat oleh satuan adat istiadat dan rasa
identitas bersama, tetapi komunitas bersifat khusus karena ciri tambahan ikatan lokasi
dan kesadaran wilayah.
2. Konsensus : adalah merupakan persetujuan atau kesepakatan yag bersifat umumtentang
nilai-nilai, aturan, norma dalam menentukan sejumlah kegiatan dalam sistem sosial
(kegiatan, tujuan, peranan serta imbalan). Konsensus menggunakan pendekatan
fungsional dalam memahami masyarakat sebagai suatu sistem. Konsensus yang
menekankan unsur norma dan legitimasi memiliki konsep :
a. masyarakat memiliki struktur yang abadi atau mapan
b. setiap unsur memiliki fungsi sebagai suatu sistem
c. unsur dalam masyarakat terintegrasi atau seimbang
d. kelangsungan masyarakat didasarkan konsensus atau kerjasama nilai-nilai
3. Kategori sosial : adalah kesatuan manusia yang terwujudkan karena adanya suatu ciri
atau suatu kompleks ciri obyektif yang dapat dikenakan kepada manusia-manusia itu
60
oleh pihak luar, seperti kategori warga di atas umur 17 tahun untuk membedakan warga
yang mempunyai hak pilih dalam pemilu. Suatu kategori sosial tidak terikat oleh
kesatuan adat, sistem nilai, norma, lokasi, organisasi maupun pimpinan.
4. Golongan sosial : kesatuan manusia yang ditandai oleh ciri tertentu oleh pihak luar,
tetapi mempunyai ikatan identitas sosial, sistem norma dan kontinuitas seperti golongan
pemuda. Tetapi baik kategori sosial maupun golongan sosial tidak memenuhi syarat
untuk disebut masyarakat yaitu prasarana khusus untuk melakukan interaksi sosial.
5. Kelompok atau perkumpulan : suatu kelompok atau group juga merupakan suatu
masyarakat karena memenuhi syarat-syaratnya dengan adanya sistem interaksi antara
para anggota, dengan adanya adat istiadat serta sistem norma yang mengatur interaksi
itu, dengan adanya kontinuitas, serta dengan adanya rasa identitas yang mempersatukan
semua anggota. Namun disamping ketiga ciri tersebut kelompok juga mempunyai ciri
tambahan yaitu organisasi dan sistem pimpinan, dan selalu tampak sebagai kesatuan
individu-individu pada masa-masa yang secara berulang berkumpul dan yang kemudian
bubar lagi. Tetapi istilah kelompok tidak dikenakan kepada negara, karena kelompok itu
selalu lebih kecil dari pada negara.

C. Evaluasi
Setelah mempelajari uraian materi pokok pada bab enam di atas jawablah pertanyaan di
bawah ini dengan ringkas dan tepat !
1. Jelaskan pengertian masyarakat menurut Ogburn dan Nimkoff !
2. Bedakan masyarakat dalam arti luas dengan masyarakat dalam arti sempit menurut
M.M. Djojodigoeno !
3. Tuliskan tiga faktor yang menyebabkan terjadinya pengklasifikasian masyarakat !
4. Uraikan empat ciri-ciri masyarakat menurut Soerjono Soekanto !
5. Bedakan pandangan Aristoteles dengan Thomas Hobbes tentang terbentuknya
Masyarakat !
6. Terangkan pandangan teori integralistik dalam melihat hakekat masyarakat !
7. Jelaskan hubungan masyarakat dan pendidikan !
8. Tuliskan pengertian komunitas !
9. Tuliskan pengertian konsensus !
10. Tuliskan pengertian kategori sosial !

61
BAB VII
TEORI-TEORI ANTROPOLOGI DAN SOSIOLOGI

A. Teori
Teori adalah serangkaian hipotesa atau proposisi yang saling berhubungan tentang
suatu gejala (fenomena) atau sejumlah gejala.
B. Macam-macam teori menurut bentuknya :
1. Teori konstruktif
Teori konstruktif adalah teori yang mencoba membangun kaitan-kaitan antara
berbagai fenomena sederhana.
2. Teori principle
Teori principle mencoba menganalisa suatu fenomena ke dalam bagian-bagian
yang lebih kecil.
C. Karakteristik teori yang baik didasarkan kepada norma :
1. Norma korespondensi, yaitu seberapa jauh teori tersebut cocok dengan fakta-fakta
yang ada. Semakin cocok teori dengan fakta, semakin baik teori tersebut.
2. Norma koherensi, yang meliputi 2 ukuran :
a. sejauhmana teori tersebut cocok dengan teori sebelumnya
b. kesederhanaan ; yaitu teori tersebut sederhana dalam arti tidak rumit dan mudah
dimengerti, baik dalam uraian teori (kesederhanaan deskriptif) maupun dalam
penarikan kesimpulan dari data yang ada (kesederhanaan induktif).
3. Norma pragmatis ; yaitu seberapa jauh teori mempunyai kegunaan praktis. Makin
besar kegunaan praktisnya, makin baik teori yang bersangkutan.
D. Langkah-langkah memahami teori-teori antropologi dan sosiologi :
1. Memahami lingkup dan konsep dasar yang tercakup di dalamnya
contoh : konsep dasar yang tercakup dalam perubahan peran wanita lansia di
Minangkabau.
2. Memahami antar relasi diantara tatanan institusional dari sistem yang dipelajari, seperti
: ideologi, politik, teknologi dan sistem kekerabatan.
3. Memperhatikan masalah explanasi bukan hanya menjelaskan apa yang menjadi
pokok pembicaraan teori, tetapi juga menjelaskan hasil temuan dan kajian yang
dilakukan.
Contoh : mengapa perempuan banyak yang minta cerai ?, apakah perempuan semakin
sadar akan haknya?, atau mantapnya promosi gender?, konstruksi berfikir
perempuan yang mulai berubah ?.
4. Metodologi penelitian; berkaitan dengan field work. Sering kajian terfokus aspek
khusus tetapi memberi penjelasan dikaitkan dengan tatanan sosial yang lebih luas.

62
5. Tetap memperhatikan teori-teori yang telah menonjolkan peranan antropologi di dunia
ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, dengan acuan penting yaitu teori struktural
fungsional, evolusi dan sejarah.
E. Klasifikasi teori dalam antropologi
Teori antropologi secara umum dibagi atas 4 penjelasan :
1. Historikal
2. Struktural
3. Causal
4 Fungsional
F. Fungsi teori :
1. Mendorong penelitian menurut bidang perhatian peneliti.
2. Merumuskan atau meringkaskan hasil penelitian tertentu.
3. Dapat dijadikan dasar explanasi dan prediksi.

G. Teori-teori antrpologi dan sosiologi


Selanjutnya dalam uraian tentang teori-teori antropologi dan sosiologi akan
dikemukakan beberapa teori penting, seperti teori evolusi, struktur dan fungsi, dan teori
konflik.
I. Teori Evolusi
Pada umumnya teori-teori evolusi terbagi atas 3 jenis teori, yaitu
1. Teori evolusi Darwin dan Wallace yang berdasarkan teologi dan biologi.
2. Teori Comte dan Spencer tentang sejarah evolusi dari perkembangan manusia dan
masyarakat.
3. Teori Morgan yang berdasarkan atas bentukan mula sejarah manusia menurut fakta
arkeologi.

Ad.1. Teori evolusi Darwin dan Wallace


Teori evolusi Darwin melihat evolusi masyarakat dari biologi, sedangkan Comte,
Spencer dan Morgan melihatnya dari aspek ilmu-ilmu sosial. Konsep biologi sebenarnya
tidak dapat digunakan untuk menguraikan perkembangan masyarakat, karena masyarakat
itu bukanlah spesis, begitu juga halnya tentang relasi atau hubungan antar masyarakat.
Evolusi ialah pembentukan, atau perubahan yang berlangsung baik dalam kebudayaan
atau biologi, maupun keduanya. Dengan demikian evolusi itu mempunyai dua aspek, yaitu
aspek kebudayaan dan aspek biologi. Evolusi kebudayaan menunjukkan pergantian
peringkat-peringkat kebudayaan dalam gerak yang besar dengan arah tertentu, dan jika
berlangsung suatu ataupun sejumlah perubahan maka dikatakan masyarakat itu telah
mengalami proses evolusi.
Konsep evolusi menunjukkan bahwa evolusi itu berlangsung dalam dua arah, yaitu:

63
a. Evolusi khusus, mewujudkan variasi melalui penyesuaian bentuk yang ada dengan
keadaan sekeliling, muncul bentuk baru yang berbeda dengan bentuk lama,
b. Evolusi umum, perbedaan proses menimbulkan satu kemajuan, karena bentuk baru
mungkin tinggi kriterianya dari bentuk lama.

Ad. 2. Teori Comte dan Spencer


Teori evolusi Spencer adalah sebagian dari evolusi kosmos, bahwa alam semesta itu
selalu berubah ke arah kemajuan mengikuti evolusi yang sama. Kaidah yang umum
tentang kemajuan adalah setiap unsur atau kekuatan aktif akan menghasilkan lebih dari
satu perubahan, yaitu perubahan terjadi dari homogenitas ke heterogenitas, atau dari yang
mudah ke yang kompleks. Karena itu bentuk perubahan kejadian alam dan bentuk
kemajuan manusia menunjukkan kaitannya dengan aturan kosmos. Sistem evolusi sosial
menyangkut empat unsur, yaitu :
a. Tujuan kemajuan adalah ke arah mencapai peradaban
b. Syarat awal untuk peradaban adalah kemunduran
c. Pangkal utama kemajuan harus ada pertambahan penduduk
d. Mekanisme bagi kemajuan sosial muncul secara bertahap

Ad. 3. Teori Morgan


Teori Morgan berdasarkan atas generalisasi sejarah, yang menguraikan bentuk
perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari awal sejarah sampai kepada zaman
sejarah. Bentuk urutan masyarakat dianalisis menurut savagery (rendah-tengah-atas).
barbarism (rendah-tengah atas) dan civilization. Urutan ini berdasarkan generalisasi
bukan proses teknologi, yaitu memperlihatkan bagaimana manusia itu membangun dan
mengembangkan dirinya (disusun berdasarkan catatan-catatan sejarah). Karena sejarah
itu dibentuk oleh pikiran (mind) manusia, maka pikiran manusia itu akan berkembang
selaras dengan perkembangan masyarakat, walaupun berbagai masyarakat mempunyai
kebudayaan berbeda, tetapi terdapat persamaan perkembangan masyarakat yang
sejagat. Kehidupan dalam sistem kekeluargaan berkembang menurut 5 peringkat atau
tahapan, yaitu :
a. Tahap awal manusia membentuk keluarga, kawin diantara keluarga sendiri.
b. Perkawinan dalam keluarga atau kelompok sendiri dengan mulai terdapat larangan.
c. Perubahan dalam proses hubungan perkawinan, selain di antara keluarga juga
mulai mencari pasangan sendiri.
d. Perkawinan dalam kelompok keluarga laki-laki, pemimpin keluarga laki-laki
berhak menentukan proses perkawinan dan pembentukan keluarga.
e. Hubungan antara lelaki dengan perempuan berdasarkan hak yang sama, pada tahap
ini muncul keluarga inti atau keluarga batih.

64
Sumbangan teori-teori evolusi pada awal perkembangan antropologi dan
sosiologi, terutama tentang skema perkembangan atau perubahan masyarakat Spencer dan
Morgan masih diperhatikan hingga kini. Kritik terhadap teori evolusi adalah :
a. Teori itu berdasarkan pemikiran semata-mata, tanpa memiliki sisi empirik yang jelas
dalam kehidupan manusia.
b. Perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang unilinear dan sejagat itu tidak
berlaku pada berbagai masyarakat di dunia.
c. Sejarah perkembangan kehidupan manusia tidak mengikuti proses seperti yang
dikemukakan Morgan (terlalu menumpukan pada pendekatan sejarah dan arkeologi)
serta Spencer (menggunakan pendekatan teknologi), akan tetapi bercorak empirik.

II. Teori Struktur dan Fungsi


Teori struktur dan fungsi, yang kemudian biasanya digabung menjadi teori
struktural fungsional. Dibandingkan dengan teori evolusi, teori ini lebih ilmiah dan
emperikal, yang setiap hipotesisnya diuji melalui sejumlah penelitian sistematik, yaitu
antara lain dengan pengamatan (observation) dan partisipasi observasi (participation
observation).
Struktur sosial itu secara singkat dapat dikemukakan sebagai suatu pola hubungan
di dalam setiap satuan sosial yang mapan dan memiliki identitas sendiri. Selain itu struktur
sosial seringkali dipakai sebagai konsep umum guna merujuk kepada penyusunan unsur-
unsur atau satuan-satuan dalam masyarakat seperti sub-sistem, jenis organisasi dan institusi
sosial. Dan fungsi adalah sesuatu yang berfungsi atau yang berguna. Dengan demikian
sesuatu yang berfungsi itu ialah :
1. Sesuatu yang berguna, karena memiliki fungsi tertentu untuk memenuhi keperluan
manusia seperti perladangan dan pemasaran.
2. Harus mendatangkan manfaat bagi yang melakukannya, seperti kerja untuk memperoleh
uang.
3. Dapat memenuhi keperluan individu untuk meneruskan relasi sosial, atau berkaitan
dengan hak dan tanggung jawab dalam melangsungkan tujuan individu dan
masyarakat, seperti perkawinan untuk membentuk keluarga baru.
4. Memenuhi keperluan masyarakat, seperti agama dan politik.
5. Struktur bagi setiap individu guna menempati posisi dan peranan seperti partai politik.
Teori struktural fungsional mengamati bentuk struktur dan fungsi dalam
masyarakat, sehingga dapat melihat bagaimana suatu masyarakat itu berubah atau mapan
melalui setiap unsurnya yang saling berkaitan dan dinamik untuk memenuhi kebutuhan
individu dan kelompok.
Van den Berghe merangkum 7 ciri-ciri umum perspektif struktural fungsional, yaitu :
1. Masyarakat harus dianalisis selaku keseluruhan, selaku sistem yang terdiri dari bagian-
bagian yang saling berhubungan.
65
2. Hubungan sebab dan akibatnya bersifat jamak dan timbal balik.
3. Sistem sosial senantiasa berada dalam keadaan keseimbangan dan dinamis, penyesuaian
terhadap kekuatan yang menimpa sistem menimbulkan perubahan minimal di dalam
sistem itu.
4. Integrasi sempurna tidak pernah terwujud, setiap sistem mengalami ketegangan dan
penyimpangan namun cendrung dinetralisir melalui institusionalisasi.
5. Perubahan pada dasarnya berlangsung secara lambat, lebih merupakan proses
penyesuaian ketimbang perubahan revolusioner.
6. Perubahan adalah hasil penyesuaian atas perubahan yang terjadi di luar sistem,
pertumbuhan melalui diferensiasi, dan melalui penemuan-penemuan internal.
7. Masyarakat terintegrasi melalui nilai-nilai bersama.
Ide atau pikiran struktur dan fungsi itu selalu dikaitkan dengan pandangan Bronislaw
Malinowski dan Radcliffe-Brown. Perbedaan keduanya disebabkan karena dipengaruhi
oleh tradisi yang dianut negara masing-masing, setelah Malinowski pindah dari Inggris ke
Amerika, sehingga kemudian dikenal dengan teori struktur dan fungsi aliran Amerika dan
teori struktur dan fungsi aliran Inggris.
1. Teori Struktur dan Fungsi Aliran Amerika
a. Bronislaw Malinowski, dengan asumsinya :
1). Masyarakat dipahami melalui kebudayaan.
2). Semua unsur kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam masyarakat.
3). Semua unsur memiliki fungsinya masing-masing.
4). Sebagian dari fungsi dasar dalam kebudayaan nampak dalam pola adat kebiasaan.
b. Talcott Parson : masyarakat itu adalah suatu sistem sosial, yang harus memenuhi 4
syarat untuk setiap sistem itu berfungsi, yaitu :
1). Penyesuaian masyarakat dengan lingkungannya.
2). Anggota masyarakat harus sepakat akan ketentuan untuk memilih, mengetahui
dan memahami tujuan kolektif dengan menyusun struktur tertentu.
3). Penentuan anggota masyarakat agar dapat memainkan peranan dan mematuhi
nilai-nilai serta menyelesaikan konflik dalam berinteraksi.
4). Terjadi integrasi dari keadaan yang ada dalam masyarakat, individu dan institusi
dikontrol oleh unsur atau bagian tertentu agar sistem sosial terpelihara.
c. Robert K. Merton, yang membuat tiga andaian dalam analisis fungsional, yaitu:
1). Satuan-satuan masyarakat itu berfungsi.
2). Fungsional itu bersifat sejagat, atau universal.
3). Tanpa kekecualian.

66
2. Teori Struktur dan Fungsi Aliran Inggris
a. Herbert Spencer tentang organisma yang membentuk struktur masyarakat dan
bagaimana berfungsi dalam meneruskan kehidupan organisma dapat dijelaskan sbb :
1). Masyarakat, sepertinya organisma, dapat berkembang.
2). Organisma dan masyarakat berbeda struktur, tetapi sama berlaku perubahan pada
fungsi.
3). Pertambahan ukuran organisma dan masyarakat akan berarti berbeda karena
bertambah kompleks.
4). Setiap unsur dan bagian secara keseluruhan saling bergantung, karena itu
manakala satu bagian berubah akan mempengaruhi unsur atau bagian yang lain.
5). Baik pada organisma maupun pada masyarakat setiap unsur atau bagian itu
sendiri adalah suatu organisma atau masyarakat kecil (mikro).
6). Kehidupan seluruh sistem dapat hancur, tetapi unsur atau bagiannya akan terus
berlangsung dalam kurun waktu tertentu.
b. Radcliffe-Brown :
1). Masyarakat diperhatikan dari struktur sosialnya.
2). Struktur sosial itu merupakan jaringan sosial yang benar-benar berwujud.
3). Kajian tentang struktur sosial adalah tentang kumpulan dan hubungan yang
saling tergantung diantara gejala-gejala yang membentuk unsur-unsur sosial
budaya.
4). Status sosial yang berlainan akan membentuk bagian-bagian dalam struktur
sosial tersebut.
Perbedaan asumsi R. Brown dan Malinowski terletak pada :
R. Brown menitik beratkan asumsinya pada struktur sosial, sedangkan
Malinowski menitik beratkan asumsinya pada kebudayaan dengan unsur-unsurnya
yang memiliki fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat.

III. Teori Konflik


Konflik dalam masyarakat dapat membawa keadaan yang baik karena mendorong
perubahan masyarakat, dan keadaan buruk apabila berkelanjutan tanpa mengambil solusi
yang dianggap bermanfaat bagi semua pihak sebagai akhir dari konflik, artinya tidak
hanya dicari sebab konflik tetapi juga bagaimana cara mengatasinya. Sebagaimana tradisi
ilmiah yang berlaku dalam antropologi dan sosiologi serta ilmu-ilmu sosial lainnya,
pembahasan teori itu dimaksudkan tidak hanya untuk kekuatan dan kelemahan teori saja,
tetapi juga manfaat teori tersebut untuk eksplanasi gejala-gejala sosial dalam suatu sistem
sosial.
Konflik berlaku dalam semua aspek relasi sosial, yang bentuknya seperti dalam
relasi antar individu, relasi individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan

67
kelompok. Karl Marx berpendapat bahwa kepentingan utama kaum borjuis adalah
memperoleh keuntungan yang maksimum. Sebaliknya kaum proletar perlu gaji yang
lebih, gaji yang lebih mengurangi keuntungan majikan, dan manakala majikan tak
memenuhi tuntutan pekerja maka terjadi konflik industri. Weber mengemukakan bahwa
kepercayaan yang dianut oleh individu itu adalah subyektif, tetapi kekuasaan itu bersifat
mutlak, dan manakala patuh kepada kekuasaan mutlak itu, percaya untuk taat kepada
pemerintah adalah salah satu dari ajaran agama. Talcott Parson memandang konflik itu
sebagai bentuk sosial, yang dengan menggunakan konsep sosialisasi yang menimbulkan
ketegangan dan pertentangan itu dapat menjelaskan konflik. Biasanya untuk mengatasi
konflik itu, seseorang memilih alternatif hukuman, yaitu :
1. kekerasan, secara fisik dan drastis, atau
2. secara lemah lembut dan moral, termasuk melalui agama dalam menyadarkan diri serta
mengubah sikap dan tingkah lakunya.
Kritik tentang kelemahan teori konflik dikemukakan sebagai berikut :
1. Teori konflik kelas sebagai dasar kehidupan ekonomi dan politik dianggap keliru. Karl
Marx menganggap bahwa konflik kelas adalah pertentangan diantara dua kelas, kelas
yang menguasai distribusi (borjuis) dan kelas yang tidak memiliki modal selain tenaga
(proletar), tetapi Weber menggunakan konflik kelas untuk masyarakat petani, yaitu
kelas tuan tanah dan petani tak bertanah.
2. Penggunaan konflik melalui pendekatan kelas dianggap analisis yang terlalu sederhana
atau terlalu deskriptif, karena variabel lainnya seperti latar belakang keluarga dan
pendidikan, mata pencaharian hidup, dan stratifikasi sosial harus dianggap penting
dalam analisis tentang masyarakat.
3. Metoda dalam pendekatan teori konflik dianggap berlawanan dalam menjelaskan relasi
sosial, karena untuk memperoleh suatu keuntungan tidak selalu melalui paksaan
ataupun penindasan. Dalam kehidupan masyarakat banyak bentuk kerjasama yang
dilakukan guna memperoleh imbalan uang ataupun imbalan sosial.
4. Dalam masyarakat yang para individunya sepanjang waktu berselisih dan konflik,
sebenarnya dapat mendorong pada pertentangan berkepanjangan yang bisa menjadi
peperangan karena sistem politiknya tidak mapan. Tetapi konflik itu bisa diredakan
ataupun hilang apabila konsep reduksi dilakukan, yang menyangkut pada
pengurangan, menghapuskan atau mengalihkan bagian-bagian tertentu dalam sistem
sosial yang menjadi sumber konflik.
5.Teori konflik gagal dalam menggunakan pendekatan yang statik, walaupun pendekatan
dinamik menonjol dalam melakukan analisis mobilisasi dan proses bentukan
kelompok.

68
6.Teori konflik kurang memberi tekanan kepada aspek moral dan kepercayaan, karena itu
teori konflik gagal dalam menentukan ukuran yang rasional dan yang tak rasional
tentang tanggapan motivasi dan kepentingan pribadi.
7.Teori konflik tidak menyangkut keadaan akan realitas dan ideal sebagai dua kutub yang
memberi peluang bagi setiap warga masyarakat menyelaraskan diri dalam sistem
sosialnya. Kenyataan hidup adalah apa yang diterimanya pada suatu waktu tertentu,
sedangkan sesuatu yang ideal adalah tujuan yang hendak dicapai melalui ikhtiar setiap
individu.

69
VI. ETNOGRAFI

Pengertian Etnografi
Etnografi, ditinjau secara harfiah, berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku bangsa,
yang ditulis oleh seorang antropolog atas hasil penelitian lapangan (fiel work) selama sekian
bulan, atau sekian tahun. Namun karena di dunia ini ada suku-suku bangsa yang kecil yang
terdiri dari hanya beberapa ratus penduduk tetapi juga ada suku-suku bangsa yang besar yang
terdiri dari berjuta-juta penduduk, maka seorang ahli antropologi yang mengarang sebuah
etnografi sudah tentu tidak dapat mencakup keseluruhan dari suku bangsa yang besar itu di
dalam deskripsinya. Hanya suku-suku bangsa yang sangat kecil jumlah penduduknya dapat
dideskripsikan secara keseluruhan. Penelitian antropologis untuk menghasilkan laporan
tersebut begitu khas, sehingga kemudian istilah etnografi juga digunakan untuk mengacu pada
metode penelitian untuk menghasilkan laporan tersebut.
Etnografi, baik sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian, dapat
dianggap sebagai dasar dan asal-usul ilmu antropologi. Kebenaran pernyataan di atas dapat di
lihat dari kutipan-kutipan kalimat dari beberapa tokoh besar antropologi di bawah ini.
Margaret Mead berkata : Antropologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan secara
keseluruhan tergantung pada laporan-laporan kajian lapangan yang dilakukan oleh individu-
individu dalam masyarakat yang nyata hidup. Sementara itu Clifford Geertz menandaskan :
jika anda ingin mengerti tentang satu ilmu pengetahuan, pertama-tama anda seharusnya tidak
melihat pada teori-teori atau penemuan-penemuannya, dan tentu saja tidak pada apa yang
dikatakan oleh apologisnya tentang ilmu pengetahuan tersebut. Anda seharusnya melihat pada
apa yang dilakukan oleh para praktisi dalam antropologi, atau khususnya antropologi
sosial, apa yang dilakukan para pratisi adalah etnografi. Adamson Hoebel secara ringkas
menegaskan bahwa dasar antropologi kultural adalah etnografi. Jadi singkatnya, belajar
tentang etnografi berarti belajar tentang jantung dari ilmu antropologi, khususnya antropologi
sosial. Dengan demikian etnografi dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu etnografi
sebagai metode penelitian dan etnografi sebagai laporan penelitian. Berikut akan kita
uraikan secara terperinci.

A. Etnografi Sebagai Metode Penelitian


Etnografi sebagai metode penelitian adalah suatu kegiatan pengumpulan bahan
keterangan yang dilakukan secara sistematis, mengenai cara-cara hidup serta berbagai
kegiatan sosial yang berkaitan dengan berbagai unsur kebudayan dari suatu masyarakat.
Dalam penelitian etnografi, metode pengamatan (observation) dan wawancara (interview) di
lapangan merupakan metode terpenting dalam mengumpulkan data.
Metode pengamatan adalah suatu cara mengumpulkan data melalui pengamatan
inderawi, dengan melakukan pencatatan terhadap gejala-gejala yang terjadi pada obyek

70
penelitian secara langsung di tempat. Berdasarkan peranan penelitinya, Buford Junker (dalam
Patton, 1980) membedakan metode pengamatan atas :
1. Berperanserta secara lengkap.
Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamati. Dengan
demikian ia dapat memperoleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang
dirahasiakan sekalipun.
2. Pemeranserta sebagai pengamat.
Peranan si peneliti sebagai pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai
pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Ia menjadi sebagai anggota pura-
pura jadi tidak melebur dalam arti sesungguhnya. Peranan demikian masih membatasi para
subyek menyerahkan dan memberikan informasi terutama yang bersifat rahasia.
3. Pengamat sebagai pemeranserta.
Peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh umum bahkan mungkin ia atau mereka
disponsori oleh para subyek. Karena itu maka segala informasi termasuk rahasia sekalipun
dapat dengan mudah diperolehnya.
4. Pengamat penuh.
Biasanya hal ini terjadi pada pengamatan sesuatu eksperimen di laboratorium yang
menggunakan kacamata sepihak. Peneliti dengan bebas mengamati secara jelas subyeknya
dari belakang kaca sedang para subyeknya sama sekali tidak mengetahui apakah mereka
sedang diamati atau tidak .
Melakukan pengamatan tidak bisa berdiri sendiri, artinya tidak dapat dilakukan tanpa
pencatatan datanya. Beberapa petunjuk penting diberikan oleh Guba dan Lincoln (1981)
tentang pembuatan catatan sebagai berikut :
1. Buatlah catatan. Catatan lapangan adalah alat yang umum digunakan oleh para pengamat
dalam situasi pengamatan tak berperanserta. Biasanya dilakukan pada waktu malam
sesudah pengamatan dilakukan, bisa berisi laporan langkah-langkah peristiwa, bisa dalam
bentuk kategori atau catatan tentang gambaran umum yang singkat.
2. Buku harian pengalaman lapangan. Buku harian dibuat dalam bentuk yang lebih
terorganisasi dan harus diisi setiap hari.
3. Catatan tentang satuan-satuan tematis. Jika peneliti tertarik terhadap suatu tema tertentu,
maka ia perlu membuat catatan yang mendetail tentang tema-tema yang sesuai yang
muncul.
4. Catatan kronologis.
5. Peta konteks. Bisa berupa peta, sketsa, diagram tentang latar penelitian.
6. Taksonomi dan sistem kategori. Catatan demikian biasanya dibuat pada pengamatan
terstruktur yang kategorinya secara taksonomi dibuat mewakili hipotesis yang telah
disusun terlebih dahulu. Contoh-contoh dicatat menurut kategori dan dapat dibuat secara
terbuka.

71
7. Jadwal. Berisi waktu secara mendetail tentang apa yang dilakukan, di mana, bilamana,
apa yang diamati dan semacamnya.
8. Sosiometrik. Diagram hubungan pembicaraan para subyek.
9. Panel. Pengamatan yang dilakukan secara berkala terhadap seseorang atau sekelompok
orang, terutama untuk menentukan perubahan yang terjadi.
10. Balikan melalui kuesioner. Kuesioner dibuat untuk diisi oleh pengamat, bukan subyek,
untuk memberikan umpan balik kepada pengamat sehingga ia lebih dapat mengarahkan
apa yang akan diamatinya dan dalam hal-hal tertentu dapat memperbaiki teknik
pengamatannya.
11. Balikan melalui pengamat lain.
12. Daftar cek. Untuk mengingatkan pengamat apakah seluruh aspek informasi sudah
diperoleh atau belum.
13. Alat elektronika yang disembunyikan dapat digunakan. Seperti video camera yang
terselubung. Demikian juga dengan alat perekam yang tersembunyi.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Guba & Lincoln (1981)
mengemukakan 4 macam wawancara, yaitu :
1. Wawancara oleh tim atau panel.
Wawancara oleh tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu orang, tetapi
oleh dua orang atau lebih terhadap seorang yang diwawancarai. Pewawancara dapat juga
memperhadapkan dua orang atau lebih yang diwawancarai sekaligus, yang dalam hal ini
dinamakan panel.
2. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka.
Pada wawancara tertutup biasanya yang diwawancarai tidak mengetahui dan tidak
menyadari bahwa mereka diwawancarai. Mereka tidak mengetahui tujuan wawancara.
Sebaliknya pada wawancara terbuka.
3. Wawancara riwayat secara lisan.
Wawancara terhadap orang-orang yang pernah membuat sejarah atau yang telah
membuat karya ilmiah, sosial, pembangunan, perdamaian dsb.
4. Wawancara terstruktur dan wawancara tak terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri
masalahnya dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara tak terstruktur
digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal. Cirinya
kurang diinterupsi dan arbiter.

72
Prinsip-prinsip Wawancara
1. Dalam melakukan wawancara, seorang pewawancara harus jujur.
2. Seorang pewawancara harus akurat, baik dalam mencatat jawaban, dalam menerapkan
definisi, mengikuti instruksi dan dalam kerja administratif lainnya.
3. Seorang pewawancara harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, adat istiadat
maupun situasi dan kondisi dimana wawancara berlangsung.
4. Dalam melakukan wawancara, pewawancara harus dapat bersikap wajar.

Melaksanakan Wawancara
1. Tahap Persiapan
a. Seleksi individu untuk diwawancara
b. Pendekatan terhadap orang yang telah diseleksi
c. Pengembangan suasana lancar dalam wawancara
2. Tahap Pelaksanaan Wawancara
Hal-hal yang perlu dilakukan sebalum wawancara berlangsung :
a. Menerangkan kegunaan serta tujuan wawancara
b. Menjelaskan mengapa responden terpilih untuk diwawancara
c. Menjelaskan identitas pribadi pewawancara bila penelitian dilakukan sendiri atau
menjelaskan identitas lembaga asal pewawancara bila penelitian itu dari lembaga
d. Menjelaskan sifat wawancara yang dilakukan, apakah rahasia atau tidak
3. Pencatatan hasil wawancara
Secara umum ada lima cara pencatatan hasil wawancara :
a. Pencatatan langsung pada saat wawancara berlangsung
b. Pencatatan dari ingatan, yang dilakukan setelah wawancara dengan mengandalkan
ingatan pewawancara
c. Pencatatan dengan alat perekam
d. Pencatatan dengan angka atau dengan kata-kata yang menilai, yaitu pencatatan yang
dilakukan berdasarkan nilai kategori jawaban responden atau informan
e. Pencatatan dengan kode, yaitu pencatatan yang dilakukan berdasarkan kode kategori
jawaban responden atau informan

B. Etnografi Sebagai Laporan Penelitian


Karena kebudayaan suku-suku bangsa yang kecil kini sudah jarang ada di muka bumi
ini, maka para ahli antropologi zaman sekarang biasanya harus membuat deskripsi mengenai
suku-suku bangsa besar, yang terdiri dari puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan berjuta-juta
penduduk. dengan demikian mereka terpaksa harus membatasi deskripsi dari suatu suku
bangsa di suatu lokasi tertentu. Lokasi itu bisa suatu desa, beberapa desa yang berdekatan,
suatu wilayah geografi, suatu wilayah administratif, bahkan suatu kota atau bagian dari kota.
Dalam hal itu kemurnian masyarakat suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi mereka
73
dikomplekskan oleh adanya penduduk dari suku-suku bangsa lain yang dalam zaman
mobilitas besar sekarang ini sering juga ada di tempat lokasi dari suku bangsa yang lain
daripada lokasi suku bangsa yang menjadi pokok deskripsi etnografi mereka.
Hal di atas menyebabkan para ahli antropologi masa kini memerlukan suatu metode
untuk menentukan secara konkret batas-batas dari bagian suku bangsa yang menjadi pokok
deskripsi etnografi mereka. Seorang ahli Amerika, R. Naroll, pernah menyusun suatu daftar
prinsip-prinsip yang biasanya dipergunakan oleh para ahli antropologi untuk menentukan
batas-batas dari masyarakat, bagian suku bangsa yang menjadi pokok dan lokasi yang nyata
dari deskripsi etnografi mereka. Dengan beberapa modifikasi oleh J.A. Clifton dalam buku
pelajaran Introduction to Cultural Anthropology (1968), maka daftar itu menjadi seperti apa
yang tercantum di bawah ini :
1. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh satu desa atau lebih.
2. Kesatuan masyarakat yang terdiri dari penduduk yang mengucapkan satu bahasa atau satu
logat bahasa.
3. Kesatuan masyarakat yang dibatasi oleh garis batas suatu daerah politikal-administratif.
4. Kesatuan masyarakat yang batasnya ditentukan oleh rasa identitas penduduknya sendiri.
5. Kesatuan masayarakat yang ditentukan oleh suatu wilayah geografi yang merupakan
kesatuan daerah fisik.
6. Kesatuan masyarakat yang ditentukan oleh kesatuan ekologi.
7. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang mengalami satu pengalaman sejarah yang
sama.
8. Kesatuan masyarakat dengan penduduk yang frekuensi interaksinya satu dengan lain
merata tinggi.
9. Kesatuan masyarakat dengan susunan sosial yang seragam.

C. Kerangka Etnografi
Susunan tata urutan unsur-unsur kebudayaan di sebut kerangka Etnografi. Adapun tata
urutan kerangka etnografi adalah sebagai berikut :
1. Bahasa
2. Sistem teknologi
3. Sistem ekonomi
4. Organisasi Sosial
5. Sistem pengetahuan
6. Kesenian
7. Sistem religi
Para peneliti dapat menyesuaikan tata urut kerangka etnografi itu menurut selera dan
perhatian mereka masing-masing. Kita bisa saja menempatkan sistem ekonomi, sistem
kekerabatan, atau sistem religi dalam urutan pertama. Sistem yang paling lazim dipakai adalah
sistem dari yang paling konkret ke yang paling abstrak. Hal itu berarti bahwa kecuali unsur
74
bahasa yang selalu diuraikan dalam bab yang paling depan sebagai satu unsur yang dapat
memberi identifikasi kepada suku bangsa yang dideskripsikan, unsur yang diuraikan dulu
adalah sistem teknologi, sedangkan yang paling akhir adalah sistem religi.
Walaupun demikian, setiap ahli antropologi mempunyai fokus perhatian tertentu. Ada
misalnya ahli antropologi yang memperhatikan sistem ekonomi, atau sistem kekerabatan, atau
sistem religi, atau sistem kesenian, atau lebih khusus kepada suatu cabang kesenian yang
tertentu sebagai pokok utama dari deskripsinya. Pengarang etnografi dengan suatu fokus
perhatian seperti itu biasanya mulai dengan unsur pokoknya itu, dan memandang unsur-unsur
lainnya hanya sebagai pelengkap dari unsur pokok tadi.
Karangan tentang kebudayaan suatu suku bangsa yang disusun menurut kerangka
etnografi terdiri atas bab-bab seperti terdaftar di bawah ini :
BAB I : Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi.
BAB II : Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa.
BAB III : Bahasa.
BAB IV : Sistem Teknologi.
BAB V : Sistem Mata Pencaharian
BAB VI : Organisasi Sosial
BAB VII : Sistem Pengetahuan
BAB VIII : Kesenian
BAB IX : Sistem Religi
Tiap-tiap bab terdiri dari bagian-bagian khusus yang akan diuraikan lebih mendalam
pada sub-sub bab di bawah ini.

1. Lokasi, Lingkungan Alam dan Demografi


Dalam menguraikan lokasi atau tempat tinggal dan penyebaran suku bangsa yang
menjadi pokok deskripsi etnografi perlu dijelaskan ciri-ciri geografinya, yaitu iklimnya
(tropikal, iklim sedang, iklim kutub), sifat daerahnya (pegunungan, dataran tinggi, dataran
rendah, jenis kepulauan, daerah rawa, hutan tropikal, sabana, stepa, gurun dsb), suhunya dan
curah hujannya, ciri-ciri geologi dan geomorfologi, ciri-ciri flora dan fauna, sebaiknya juga
dilengkapi dengan peta-peta yang memenuhi syarat ilmiah. Semua keterangan tersebut perlu
untuk para ahli yang lain yang hendak mempelajari masalah hubungan serta pengaruh timbal
balik antara alam dan tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat.
Suatu etnografi juga harus dilengkapi dengan data demografi, yaitu data mengenai
jumlah penduduk, yang diperinci dalam jumlah wanita/pria, umur dengan interval lima tahun,
laju kelahiran dan kematian serta data mengenai orang yang pindah keluar masuk desa.

75
2. Asal Mula dan Sejarah Suku Bangsa
Sebuah etnografi ada baiknya juga dilengkapi dengan keterangan mengenai asal mula
dan sejarah suku bangsa yang menjadipokok deskripsinya. Dalam usaha ini seorang ahli
antropologi perlu bantuan dari para ahli sejarah atau ahli-ahli ilmu bantu pada ilmu sejarah
lainnya, seperti ahli prehistori.
Apabila laporan-laporan hasil penggalian dan penelitian para ahli prehistori tentang asal
mula dan sejarah suatu suku bangsa yang menjadi obyek penelitian, maka ia terpaksa harus
mencari bahan keterangan lain, seperti mitologi atau dongeng-dongeng suci suatu suku
bangsa, tulisan-tulisan tradisional dan naskah-naskah yang berisi kehidupan masyarakat dan
adat istiadatnya. Dongeng-dongeng seperti itu biasanya penuh peristiwa keajaiban yang jauh
dari fakta sejarah, namun seorang ahli antropologi harus mampu menginterpretasi dongeng-
dongeng ajaib itu, dan mencari artinya serta indikasi-indikasi tertentu yang dapat menunjuk ke
arah fakta sejarah yang benar.

3. Bahasa
Bab tentang bahasa atau sistem perlambangan manusia untuk berkomunikasi secara
lisan maupun tulisan, dalam sebuah karangan etnografi memberi deskripsi tentang ciri-ciri
terpenting bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa ybs, luas batas penyebarannya, variasi
geografi, variasi menurut lapisan sosialnya serta variasi-variasi dari bahasa itu.
Ciri-ciri menonjol bahasa suatu suku bangsa dapat diuraikan pengarang etnografi
dengan cara menempatkan bahasa dalam rangka klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada
rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga bahasa yang wajar dengan beberapa contoh
fonetik, fonologi, sintaksis dan semantik yang diambil dari bahan ucapan bahasa sehari-hari.
Tentu bukan maksudnya seorang ahli antropologi akan terhambat dalam pekerjaan
penulisan etnografinya, karena menulis sebuah buku tata bahasa dan kamus dari bahasa suku
bangsa ybs terlebih dahulu, hal itu sebaiknya diserahkan kepada seorang ahli bahasa saja.
Namun ada baiknya apabila peneliti dapat melengkapi bab mengenai bahasa dalam
etnografinya dengan sebuah lampiran yang berisi daftar kata-kata dasar dari bahasa suku
bangsanya.

4. Sistem Teknologi
Bab tentang teknologi atau cara memproduksi, memakai dan memelihara segala
peralatan hidup dari suku bangsa dalam karangan etnografi, cukup membatasi diri terhadap
teknologi yang tradisional, yaitu teknologi dari peralatan hidupnya yang tidak atau hanya
secara terbatas dipengaruhi oleh teknologi yang berasal dari kebudayaan Ero-Amerika atau
kebudayaan Barat.
Teknologi tradisional mengenai paling sedikit delapan macam sistem peralatan dan
unsur kebudayaan fisik yang dipakai oleh manusia yang hidup dalam masyarakat kecil yang
berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian, yaitu :
76
a. alat-alat produktif
b. senjata
c. wadah
d. alat-alat menyalakan api
e. makanan, minuman, bahan pembangkit gairah dan jamua-jamuan
f. pakaian dan perhiasan
g. tempat berlindung dan perumahan
h. alat transpor

5. Sistem Mata Pencaharian


Perhatian para ahli antropologi terhadap berbagai macam sistem mata pencaharian atau
sistem ekonomi hanya terbatas pada sistem-sistem yang bersifat tradisional saja, terutama
dalam rangka perhatian mereka terhadapsesuatu suku bangsa secara holistik. Berbagai sistem
tersebut adalah : (i) berburu dan meramu; (ii) beternak; (iii) bercocok tanam di ladang; (iv)
menangkap ikan; (v) bercocok tanam menetap dengan irigasi.
Dari ke lima sistem tersebut seorang ahli antropologi juga hanya memperhatikan sistem
produksi lokalnya, termasuk sumber alam, cara mengumpulkan modal, cara pengerahan dan
pengaturan tenaga kerja, teknologi produksi, sistem distribusi di pasar-pasar yang dekat saja,
dan proses konsumsinya. Adapun distribusi dan pemasaran yang lebih jauh diserahkan kepada
para ahli ekonomi.
Kecuali perhatian terhadap berbagai aktivitas perdagangan jarak dekat, seorang ahli
antropologi masa kini juga mulai menaruh perhatian terhadap penelitian mengenai soal
anggaran pendapatan dan pengeluaran rumah tangga petani, aktivitas perdagangan di kota
dengan volume modal terbatas, seperti pedagang kaki lima atau para pedagang pasar.
Sistem ekonomi yang berdasarkan industri memang tidak menjadi perhatian para ahli
antropologi, dan merupakan lapangan para ahli ekonomi sepenuhnya. Para ahli antropologi
hanya mempelajari hal-hal seperti : aspek kehidupan kaum buruh yang berasal dari daerah
pedesaan dalam industri atau pengaruh industri terhadap daerah pedesaan sekitarnya.

6. Organisasi Sosial
Dalam tiap masyarakat kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat istiadat
dan aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan mana ia hidup dan
bergaul dari hari ke hari seperti ; sistem kekerabatan, sistem pemerintahan desa, tokoh-tokoh
masyarakat, sistem distribusi, pemimpin agama, dll.
Dalam deskripsi etnografi mengenai suku bangsa di seluruh dunia, para ahli antropogi
juga banyak menaruh perhatian terhadap organisasi dan susunan masyarakat komunitas desa
dan komunitas kecil (pembagian kerja, gotong royong, hubungan dan sikap pemimpin dan
pengikut, cara-cara penggantian pimpinan, wewenang dan kekuasaan pemimpin),
penggolongan masyarakat, serta mobilitas sosial.
77
7. Sistem Pengetahuan
Tiap suku bangsa di dunia biasanya mempunyai pengetahuan tentang :
a. alam sekitarnya
b. alam flora di daerah tempat tinggalnya
c. alam fauna di daerah tempat tinggalnya
d. zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya
e. tubuh manusia
f. sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia dan
g. ruang dan waktu
Pengetahuan tersebut di atas diperoleh dari pengalaman-pengalaman mereka yang
diabstraksikan menjadi konsep-konsep, teori-teori dan pendirian-pendirian.

8. Sistem Religi
Religi telah menjadi bagian penting tulisan etnografi dari suatu suku bangsa. Kemudian,
waktu bahan etnografi tersebut digunakan secara luas oleh dunia ilmiah, perhatian terhadap
bahan mengenai upacara keagamaan itu sangat besar. Hal ini disebabkan :
a. Upacara keagamaan dalam kebudayaan suatu suku bangsa biasanya merupakan unsur
kebudayaan yang tampak paling lahir.
b. Bahan etnografi mengenai upacara keagamaan diperlukan untuk menyusun teori-teori
tentang asal mula religi.
Sistem religi dalam suatu kebudayaan dimaksudkan untuk memelihara emosi
keagamaan diantara pengikut-pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan
unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur lainnya, yaitu :
a. Sistem keyakinan, dengan subunsurnya :
1). konsepsi tentang dewa-dewa yang baik maupun yang jahat
2). sifat-sifat dan tanda-tanda dewa
3). konsepsi tentang makhluk-makhluk halus lainnya seperti roh-roh leluhur
4). konsepsi tentang dewa tertinggi dan pencipta alam
5). masalah terciptanya dunia dan alam (kosmogoni)
6). masalah mengenai bentuk dan sifat-sifat dunia dan alam (kosmologi)
7). konsepsi tentang dunia roh dan dunia akhirat dll
b. Sistem upacara keagamaan, mengandung empat aspek :
1). tempat upacara keagamaan dilakukan
2). saat-saat upacara keagamaan dijalankan
3). benda-benda dan alat upacara
4). orang yang melakukan dan memimpin upacara
c. Suatu umat yang menganut religi itu, meliputi :
1). soal-soal pengikut suatu agama
78
2). hubungannya satu dengan lain
3). hubungannya dengan pemimpin agama
4). organisasi dari pada umat
5). kewajiban dan hak-hak para warganya

9. Kesenian
Bab tentang kesenian dalam etnografi maliputi bagaimana suatu suku bangsa
menghasilkan benda-benda seni dan teknik pembuatannya. Apabila seorang peneliti ingin
mengisi bab mengenai kesenian dalam etnografinya, maka sebaiknya ia berpedoman kepada
suatu kerangka baku mengenai lapangan khusus kesenian.
Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai eksperesi hasrat manusia akan keindahan
itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu ; (1) seni rupa yang dinikmati manusia
dengan mata, dan (2) seni suara yang dinikmati oleh manusia dengan telinga. Berikut ini akan
digambarkan bagian-bagain dari dua lapangan kesenian tersebut :

Kerangka Kesenian

1. S eni P a tu n g
SeniRupa 2. S eni R e lie f
3. S eni L u k is d a n G a m b a r
4. S eni R ia s S e n i Ta ri
S e n i D ra m a

1. SeniVokal
S e n i S u a ra 2 . S e n i Is tr u m e n ta l
3 . S e n i S a s tra 1 . P ro s a
2 . P u is i
D. Evaluasi
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan ringkas dan tepat !
1. Tuliskan 2 pengertian etnografi !
2. Jelaskan 2 metode terpenting dalam mengumpulkan data !
3. Bedakan pemeranserta sebagai pengamat dengan pengamat sebagai pemeranserta dalam
metode pengamatan.
4. Tuliskan 4 prinsip wawancara !
5. Jelaskan 2 prinsip yang digunakan ahli antropologi dalam menentukan batas lokasi
deskripsi etnografi mereka !
6. Tuliskan 7 urutan kerangka etnografi yang menjadi unsur universal kebudayaan !
7. Tuliskan 8 sistem peralatan teknologi tradisional !
8. Jelaskan 5 sistem mata pencaharian yang bersifat tradisional !
9. Terangkan 2 alasan kenapa perhatian para ahli antropologi sangat besar terhadap upacara
keagamaan !

79
10. Gambarkan 2 lapangan kesenian !

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani, 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Fajar Agung. Jakarta
Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu antropologi. Rineka Cipta. Jakarta
Moehammad Noer Syam, 1986. Filsafat Kependidikan dan Dasar filsafat
Kependidikan Pancasila. Usaha Nasional. Surabaya
Soerjono Soekanto, 1982. Pribadi dan Masyarakat. Alumni Bandung

80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92

También podría gustarte