Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Disusun Oleh :
1. Mohamad Itsnan
2. Mustofa Ali Yafi
3. Nurmalita Sari (K2311056)
4. Pratiwi Restu Murti (K2311061)
Pembicaraan berikut ini masih di sekitar partikel yang tak berinteraksi satu
sama lain dan tunduk pada aturan kuantum. Kita akan menurunkan distribusi
statistik untuk boson, suatu sistem yang momentum sudutnya merupakan
kelipatan bilangan bulat dari h / 2p dan juga tidak memenuhi larangan Pauli.
Dari kacamata mekanika statistik perbedaan mendasar antara sistem boson
dan sistim klasik adalah bahwa dua buah boson identik dan tidak dapat dibedakan.
Dalam sistem klasik, pertukaran dua sistem akan menghasilkan susunan yang
berbeda, sedangkan dalam sistem boson tidak. Perbedaan tersebut menyebabkan
adanya hasil yang berbeda dalam perhitungan distribusi energi dengan peluang
terbesar dalam sistem.
Perbedaan lain antara sistem kuantum dengan sistem klasik adalah sifat
diskrit keadaan energi yang tersedia. Dalam statistik klasik, energi dibagi dalam
tingkatan yang diskrit. Dalam kasus mekanika kuantum keadaan energi diskrit
tetap diperlukan dengan menganggap bahwa tiap keadaan yang tersedia
menempati volume tertentu dalam sebuah ruang fase.
DISTRIBUSI BOSE-EINSTEIN
n e
s
s s =E n
s
s =N
Semarang yang akan hitung hdala jumlah susunan yang berbeda dari
sistem apabila disebar dalam tingkatan energi. Oleh karena sistemnya tidak dapat
dibedakan maka pertukaran dua sistem tidak akan menghasilkan susunan yang
baru.
Misalkan terdapat g s keadaan dari pita s yang ditunjukkan dengan kotak
dalam gambar. Sejumlah ns sistem dapat disusun atau disebar diatara g s keadaan.
Jika pengisian dimulai dari kiri. Jika pada sisi paling kiri ditempatkan sebuah
sistem, maka pada sisi selanjutnya terdapat ( g s - 1) keadaan. Banyaknya cara
memilih sistem adalah ( g s - 1 ) + ns
. Dan banyaknya cara menempatkan ns
sistem diantara ( g s - 1) keadaan estela keadaan pertama adalah ( g s - 1 ) + ns
!.
Jadi banyaknya cara menempatkan ns sistem diantara g s keadaan adalah
( g s - 1) + ns
gs
!
( g s - 1) + ns
gs
!
ws =
g s ! ns !
Penyusunan sistem dalam suatu pita tak bergantung pada penyusunan sistem lain
dalam pita yang lain. Tetapi kita dapat menyatukan susunan-susunan tersebut
untuk membentuk assembly, dengan bobot W yang konfiguarasinya merupakan
perkalian jumlah susunan berbeda dari masing-masing sistem. Jadi
W = ws
s
=
( g s - 1) + ns !
s ( g s - 1)!ns !
Seperti halnya dalam statistik Maxwell-Bolzmann, konfigurasi dengan peluang
terbesar dapat ditentukan dengan mencari nilai ns yang memberikan nilai
maksimum untuk W. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode
pengali tak tentu Lagrange
log W
n + a + be s
dns = 0
s s
Oleh karena pada nilai maksimum persamaan di atas tetap berlaku untuk
semua nilai dns yang kecil, maka nilai yang ada dalam tanda kurung harus sama
dengan nol untuk setiap harga s . Jadi
log W
+ a + be s = 0
ns
Kita asumsikan bahwa nilia g s ! dan ns ! cukup besar untuk memungkinkan kita
menggunakan pendekatan Striling, sehingga log W dapat ditulis
log W = log ws
s
g + ns
log s + a + be s = 0
ns
gs
=e (
- a + be s )
-1
ns
Jadi
gs
ns =
exp ( - ( a + be s ) ) - 1
yang secara umum dikenal dengan distribusi Bose-Einstein untuk assembly boson.
Seperti hasil yang diperoleh dalam Bab sebelumnya b = -1 / kT .
GAS BOSE-EINSTEIN
2p ( 2m )
3/ 2
e 1 / 2de
V
g ( e ) de =
h3
dimana g ( e ) menyatakan rapat keadaan.
Jumlah molekul yang memiliki energi dalam interval e dan e + d e dalam
ruang dengan volume V adalah
1 2p ( 2m ) e d e
3/ 2 1/ 2
V
n ( e ) de = 3
h 1
exp ( e / kT ) - 1
A
(i). Karena foton dapat dipancarkan dan diserap kembali oleh dinding di
sekitarnya, maka jumlah foton di dalam ruang tidak tetap (menentu). Pembatasan
ns = N atau dns = 0 tidak berlaku lagi dan pengali a sama dengan nol
s s
(ii). Energi tiap foton adalah hv , dimana v adalah frekwensi radiasi, oleh karena
itu lebih mudah kita nyatakan energi sebagai fungsi frekwensi atau panjang
gelombang foton. Jumlah modus gelombang yang independen dengan panjang
( )
gelombang berada diantara l dan l + d l adalah 4p / l d l per satuan volume
4
dalam ruang. Oleh karena foton memiliki dua arah polarisasi, maka modusnya
dikali dua. Jadi jumlah keadaan yang diizinkan atau modus dalam interval l dan
l + d l adalah
8p
g ( l ) dl = dl
l4
persatuan volume dimana g ( l ) adalah rapat keadaan yang dinayatakan sebagai
fungsi panjang gelombang. Jadi jumlah foton dalam suatu pita energi pada
temperatur T adalah
gs
ns =
exp ( hvs / kT ) - 1
Jumlah foton dengan panjang gelombang diantara l dan l + d l diperoleh
dengan jalan mensubstitusi g s dengan g ( l ) d l serta menyatakan hv = hc / l .
Jadi
8p 1
nl ( l ) d l = dl
l 4
exp ( hc / l kT ) - 1
c adalah kelajuan cahaya.
Distribusi spektrum energi gas foton dapat dinayatakan dalam bentuk
E ( l ) , yakni energi yang diradiasi persatuan volume persatuan panjang
gelombang pada panjang gelombang l . Karena E ( l ) = nl ( l )hv = nl ( hc / l ) ,
maka energi radiasi dalam interval panjang gelombang tersebut adalah
8p hcd l
E ( l ) dl =
l exp { ( hc / l kT ) } - 1
5
Persamaan di atas dikenal dengan Hukum Radiasi Planck untuk spektrum energi
radiasi dalam suatu ruang bertemperatur sekeliling T. Bentuk kurva E( l ) sebagai
fungsi panjang gelombang ditunjukkan pada gambar.
1/Panjang Gelombang ( l )
Beberapa hasil eksperimen, pengamatan maupun teori yang diungkapkan
para ahli memiliki kaitan dan ternyata cocok dengan hukum ini.
( )
(a). Ungkapan E( l ) dalam bentuk 1 / l f ( lT ) adalah sesuai dengan apa yang
5
kT .
(d). Jika sebuah lubang kecil dibuat di pada sisi dimana di sekitarnya
bertemperatur konstan, energi elektromagnetik akan dipancarkan keluar dari sisi.
Dari teori kinetik diketahui bahwa jika gas mengandung sejumlah n molekul per
satuan volume, jumlah molekul yang menumbuk pada satu satuan luas per satuan
waktu adalah 41 nv , dimana v adalah kecepatan rata-rata molekul. Jumlah foton
yang dipancarkan dengan panjang gelombang diantara l dan l + d l per satuan
luas lubang per satuan waktu nrad ( l )d l adalah
c
nrad ( l )d l = nl ( l )d l
4
Dengan menggunakan persamaan 4.20, maka
2p cd l
nrad ( l )d l = 4
l { exp ( hc / l kT ) - 1}
Energi yang dipancarkan per satuan luas per satuan waktu dalam interval
panjang gelombang tertentu adalah energi tiap foton dikalikan jumlah foton
( hc / l ) nrad ( l )d l yang dapat ditulis dengan
2p hc 2 d l
Erad ( l )d l =
l 5 { exp ( hc / l kT ) - 1}
(e). Energi total E per satuan volume diperoleh dengan megintegrasi persamaan
4.21 ke seluruh jangkauan panjang gelombang
E ( l ) dl
E=
0
8p hcd l
= 5
0 l { exp ( hc / l kT ) - 1}
4
8p h kT t 3
= 3 t
c h 0
e -1
t3 p4
dalam hal ini t = hc / l kT . Nilai t = sehingga :
0
e - 1 15
8p 5 k 4
E = 3 3 T 4
15h c
yang sama dengan rapat energi yang dinayatakan oleh hukum Stefan-Boltzmann.
Hukum Stefan-Boltzmann dalam bentuk energi yang diradiasi per satuan
luas per satuan waktu dari benda bertemperatur mutlak T adalah
Erad = s T 4
dalam hal ini s adalah tetapan Stefan. Ungkapan ini dapat diperoleh dengan
mengintegrasi langsung persamaan 4.25 atau mengalikan persamaan 4.28 dengan
4 c , sehinga diperoleh
1
2p 5 k 4
E=
15h 3c 2