Está en la página 1de 49

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan Program KIA adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan
derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses
tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia
seutuhnya. Untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan dilakukan evaluasi. Salah satu tujuan
dari evaluasi Program KIA adalah untuk memantau perkembangan pelayanan KIA di tempat
pelayanan.
Evaluasi hasil program KIA di Puskesmas dilakukan berdasarkan laporan bulanan KIA,
kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa, penemuan kasus tetanus
neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian perinatal (0-7) hari, rekapitulasi
pelacakan kematian neonatal, Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA indikator ibu, PWS KIA
indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal (SPM) KIA. Laporan bulanan
KIA untuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan bayi disuatu wilayah Puskesmas, Laporan
kelahiran dan kematian per desa untuk memantau perkembangan kelahiran dan kematian
neonatal dimasing-masing desa dalam suatu wilayah. Laporan penemuan kasus BBLR dan
laporan penemuan kasus tetanus neonatorum per desa digunakan memantau kasus BBLR dan
tetanus neonatorum di wilayah desa. Kesulitan evaluasi Program KIA sangat berkaitan dengan
fungsi manajemen dalam hal monitoring dan evaluasi.
Manajemen pelayanan kesehatan di seluruh tingkat fasilitas pelayanan memerlukan
informasi yang adekuat sehingga bisa melakukan fungsi manajemennya, dimana salah satu
fungsi tersebut adalah monitoring dan evaluasi. Kegiatan ini bergantung pada sistem informasi
yang berjalan dimana salah satu aktifitas sistem tersebut adalah pencatatan dan pelaporan.
Sistem monitoring dan evaluasi adalah factor yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi
manajemen untuk memantau jalannya pelayanan kesehatan. Berdasarkan permasalahan
tersebut diketahui bahwa data dan informasi yang di himpun dan dicatat oleh bidan masih
manual yang berakibat laporan yang dibuat terlambat dan tidak akurat serta belum adanya
basis data mengakibatkan sulitnya mencari data yang dibutuhkan terutama untuk kebutuhan
evaluasi kegiatan program di Puskesmas meliputi ketersediaan data dan informasi yang relevan
sesuai kebutuhan organisasi.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui SIMPUS yang berlaku di Puskesmas Pakisaji.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui proses perencanaan SIMPUS di Puskesmas Pakisaji dalam hal
pelayanan KIA, KB dan Imunisasi
b. Untuk mengetahui proses pelaksanaan SIMPUS di Puskesmas Pakisaji dalam hal
pelayanan KIA, KB dan Imunisasi
c. Untuk mengetahui pencatatan dan pelaporan SIMPUS di Puskesmas Pakisaji
dalam hal pelayanan KIA, KB dan Imunisasi
C. Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan ikut berkontribusi dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, pencatatan, pelaporan, monitring dan evaluasi dari SIMPUS yang
dilaksanakan oleh Puskesmas Pakisaji.
2. Mahasiswa siap diturunkan dilapangan dengan program yang ada di Puskesmas.

2
BAB II
HASIL PENGKAJIAN
1.1.Konsep Pelayanan di Puskesmas
A. Dasar Pengaturan
PP 46/2014 Pasal 14
Data dan Informasi Kesehatan yang bersumber dari FasilitasPelayanan Kesehatan
yang diperoleh dari rekam medikelektronik dan nonelektronik dilaksanakan sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan.
PP 46/2014 Pasal 16
Sumber Data dan Informasi Kesehatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 13 wajib
memberikan dan/atau melaporkan Datadan Informasi Kesehatan yang berkaitan
dengan kebutuhanInformasi dan Indikator Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 dan Pasal 10 kepada pengelola Sistem InformasiKesehatan secara horizontal
atau vertikal.
PP 46/2014 Pasal 17
Pengumpulan Data dan Informasi Kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan:
1. pelayanan kesehatan rutin atau berkala oleh tenaga kesehatan yang berwenang
2. penyelenggaraan rekam medik, meliputi rekam medik elektronik dan rekam
medik nonelektronik
3. surveilans kesehatan
4. sensus dan survei dengan menggunakan metode dan instrumentasi
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
5. penelitian dan pengembangan kesehatan
6. pemanfaatan teknologi dan sumber lain yang sesuai perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta dapat dipertanggungjawabkan
7. cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
B. SIMPUS
Berdasar Pasal 1 PMK 75/2014, Sistem Informasi Puskesmas adalah suatu
tatanan yangmenyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan
keputusan dalam melaksanakan manajemen Puskesmas untukmencapai sasaran
kegiatannya. Selain itu, pencatatan dan pelaporan merupakan bagian dari pelayanan
kesehatan di Puskesmas. Pasal 1 PMK 75/2014 menyatakan bahwa pelayanan
Kesehatan merupakan upaya yang diberikan olehPuskesmas kepada masyarakat,

3
mencakup perencanaan,pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, dan pelaporan yang
dituangkan dalam suatu sistem.Kewajiban Penyelenggaraan Sistem Informasi di
Puskesmas tertuang dalam Pasal 43 PMK 75/2014:
1. Setiap Puskesmas wajib melakukan kegiatan Sistem Informasi Puskesmas.
2. Sistem Informasi Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan secara eletronik atau nonelektronik.

Pengaturan Sistem Informasi Puskesmas bertujuan untuk :


1. mewujudkan penyelenggaraan Sistem InformasiPuskesmas yang terintegrasi;
2. menjamin ketersediaan data dan informasi yangberkualitas, berkesinambungan,
dan mudah diakses;
3. meningkatkan kualitas pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya melalui
penguatan manajemenPuskesmas.
SIMPUS yang wajib diselenggarakan oleh Puskesmas meliputi : pencatatan dan
pelaporan kegiatan Puskesmas dan jaringannya, survei lapangan, pelaporan lintas
sektor terkait; danpelaporan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah
kerjanya.Data yang dihasilkan wajib dilakukan pembersihan, validasi, dan
pengelompokan data sesuai dengan kebutuhan untukmendukung manajemen
Puskesmas.
Setiap pelaksana kegiatan Puskesmas dan jaringannya wajib
melakukan pencatatan kegiatan dan hasil kegiatan yangdilaksanakan, meliputi:
1. data dasar : identitas Puskesmas, wilayah kerja Puskesmas, sumber daya
Puskesmas, dan sasaran program.
2. data program: upaya kesehatan masyarakat esensial, upaya kesehatan
masyarakat pengembangan, dan upaya kesehatan perseorangan.
Pencatatan data tersebut dapat dilakukan dengan kartu, formulir dan atau register.
Bagi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dapat melakukan
penambahan muatan data dalam instrumen pencatatan sesuai dengan kebutuhan
program pada masing-masing daerah.
1. Setiap Puskesmas wajib melaporkan kegiatan dan hasil kegiatan yang
dilaksanakan kepada Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota yang disusun
berdasarkan pencatatan kegiatan dan hasil kegiatan di Puskesmas
dan jaringannya. Laporan Puskesmas dan jaringannya terdiri atas
laporan data dasar dilakukan secara rutin setiaptahun

4
2. laporan data program dilakukan secara rutin(mingguan, bulanan, tahunan) dan
non rutin(laporan kejadian luar biasa dan laporan khusus)
Laporan rutin data program adalah sebagai berikut:
1. Laporan mingguan terdiri atas laporan mingguanpenyakit potensi wabah
2. Laporan bulanan terdiri atas:laporan bulanan data upaya kesehatan masyarakat
esensial, laporan bulanan data upaya kesehatan masyarakatpengembangan;
danlaporan bulanan data upaya kesehatan perseorangan.
3. Laporan tahunan terdiri atas laporan tahunankegiatan program.
Berdasarkan pelaporan yang telah dilakukan, pihak Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota wajib membuat dan menginformasikan umpan balik terhadap
pelaporan data Puskesmas dan jaringanya. Umpan balik ini disampaikan paling
lambat pada tanggal 20 pada bulan diterimanya laporan. Umpan balik laporan
Puskesmas berupa surat pemberitahuan yang memuat keterangan
- Absensi laporan
- Kelengkapan isi laporan
- Ketepatan waktu penyampaian laporan
- Hasil validasi isi laporan dan atau
- Rekomendasi perbaikan laporan dalam hal ditemukanya kesalahan atau
ketidaklengkapan pelaporan.
Selain pelaporan data diatas, pelaporan lintas sektor juga diperlukan. Dalam rangka
pemenuhan kebutuhan data dalammanajemen Puskesmas, dilakukan pengumpulan
data yang bersumber dari lintas sektor terkait.Data dari lintas sektor terkait berupa
data demografidata terkait program Puskesmas, dan data lainnya
sesuai kebutuhan.Data tersebut dikelola dalam pelaporan yangterintegrasi dengan
pelaporan puskesmas denganmencantumkan sumber data.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
wajib menyampaikan laporan data kegiatan dan hasil kegiatan
pelayanan kesehatan kepada Puskesmas setempat. Data kegiatan dan hasil kegiatan
pelayanan kesehatan palingsedikit terdiri atas: data kelahiran, data kematian, data
kesakitan dan masalah kesehatan lainnya, dandata kunjungan pelayanan.Data
tersebut dikelola dalam pelaporan yang terintegrasi denganpelaporan puskesmas
mencantumkan sumber data
Puskesmas harus dilengkapi dengan sumber dayamanusia yang mengelola sistem
informasi Puskesmas. Tim pengelola SIP yang terdiri dari:

5
1. Koordinator (Kepala Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas)
2. Pengelola sistem (pelaksana urusan sistem informasiPuskesmas.
3. Pelaksana pencatatan dan pelaporan (pelaksana kegiatan
program Puskesmas), dengan SDM yang memiliki kompetensi paling sedikit di
bidangstatistik, komputer, dan epidemiologi.
SIMPUS dapat dilaksanakan secara elektronik atau nonelektronik. Sarana dan
prasarana yang harus dilengkapi mencakup instrumen pencatatan dan pelaporan,
aplikasi sistem informasi Puskesmas, komputer dan perangkat pendukungnya
seperti jaringan internet, jaringan lokal (LAN), dan server. Instrumen pencatatan
dan pelaporan mencakup: Kartu, Register, Formulir, Pedoman, dan Standarprosedur
pelaksanaan. Sumber pendanaan SIMPUS adalah dari : anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, serta sumber lain yang
sah dan tidak mengikat. Dana tersebut akan dialokasikan menjadi : pendanaan
pembangunan SIMPUS, pendanaan operasional penyelenggaraan SIMPUS, serta
pendanaan pemeliharaan dan pengembangan.

Setelah melakukan proses pencatatan, Puskesmas berkewajiban menyampaikan


laporan dari apa yang di catat. Dalam pasal 44 PMK 75/2014 telah disampaikan
sebagaimana berikut :

(2) Dalam menyelenggarakan sistem informasi Puskesmas, Puskesmas wajib


menyampaikan laporan kegiatan Puskesmas secara berkala kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota

6
(3) Laporan kegiatan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan sumber data dari pelaporan data kesehatan prioritas yang

diselenggarakan melalui komunikasi data.

7
Profil aplikasi Sistim Informasi Puskesmas dijelaskan sebagai berikut :

a. Bukan merupakan produk baru pengembangandari aplikasi SIKDA Generik


versi 1.3
b. Nomenklatur penamaan SIP ditentukanberdasarkan Permenkes 75/2014 tentang
Puskesmas

8
c. Mengalami penambahan fitur pencatatan danpelaporan berdasarkan Rancangan
Permenkestentang SIP (SP2TP review)
d. Dikembangkan oleh BPPT (Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi)
e. SIP merupakan perpaduan antara SIKDA Generik dan SP2TP Review

2.2.1 Pelayanan KIA, KB, Imunisasi


2.2.1.1 Pelayanan KIA di Puskesmas

a. Pengertian
Upaya kesehatan Ibu dan Anak adalah upaya di bidang kesehatan
yangmenyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan
masyarakat bidang KIA merupakan upaya memfasilitasi masyarakat untuk
membangun sistem kesiagaan masyarakat dalam upaya mengatasi situasi
gawat darurat dari aspek non klinis terkait kehamilan dan persalinan.
Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari,
oleh, dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat
transportasi/komunikasi (telepon genggam,telepon rumah), pendanaan,
pendonor darah, pencatatan-pemantauan, dan informasi KB. Dalam pengertian
ini tercakup pula pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka

9
masyarakat, serta menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan
kesehatan akan dilakukan di taman kanakkanak.
b. Tujuan
1) Tujuan Umum
Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu
dan keluarganya untuk atau mempercepat pencapaian target Pembangunan
Kesehatan Indonesia, serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk
menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap, dan perilaku)
dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga.
b) Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam lingkungan keluarga serta di sekolah TK.
c) Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan ibu menyusui.
d) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu bersalin,
ibu nifas, ibu menyusui, bayi, dan anak balita.
e) Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehata ibu, balita, anak
prasekolah, terutama melalaui peningkatan peran ibu dalam keluarga.
c. Kegiatan
1) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita, dan
anak prasekolah.
2) Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
3) Pemantauan tumbuh kembang balita.
4) Imunisasi Tetanus Toxoid dua kali pada ibu hamil serta BCG, DPT tiga
kali, Polio tiga kali, dan campak satu kali pada bayi.
5) Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA.
6) Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, dan anak prasekolah untuk macam-
macam penyakit ringan.

10
7) Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan
pemeliharaan serta bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode
neonatal (0-30 hari).
8) Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun
bayi serta kader-kader kesehatan.
d. Sistem Kesiagaan Di Bidang KIA Di Tingkat Masyarakat
Terdiri atas :
1) Sistem pencatatan-pemantauan.
2) Sistem transportasi-komunikasi.
3) Sistem pendanaan.
4) Sistem pendonor darah.
5) Sistem informasi KB.
Proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini tidak hanya proses
memfasilitasi masyarakat dalam pembentukan sistem kesiagaan itu saja, tetapi
juga merupakan proses fasilitasi yang terkait dengan upaya perubahan
perilaku, yaitu:
1) Upaya mobilisasi social untuk menyiagakan masyarakat saat situasi gawat
darurat, khususnya untuk mambantu ibu hamil saat bersalin.
2) Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menurunkan
angka kematian maternal.
3) Upaya untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat
dalam menolong perempuan saat hamil dan persalinan.
4) Upaya untuk menciptakan perubahan perilaku sehingga persalinan dibantu
oleh tenaga kesehatan profesional.
5) Merupakan proses pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu
mengatasi masalah mereka sendiri.
6) Upaya untuk melibatkan laki-laki dalam mengatasi maslah kesehatan
maternal.
7) Upaya untuk melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders)
dalam mengatasi masalah kesehatan.
Karena itu Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini berpijak pada konsep
konsep berikut ini:
1) Revitalisasi praktek-praktek kebersamaan social dan nilai-nilai tolong
menolong, untuk perempuan saat hamil dan bersalin.

11
2) Mengubah pandangan: persalianan adalah urusan semua pihak, tidak hanya
urusan perempuan.
3) Mengubah pandangan: masalah kesehata tidak hanya tanggung jawab
pemerintah tetapi merupakan maslah dan tanggung jawab masyarakat.
4) Melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) di masyarakat.
5) Menggunakan pendekatan partisipatif.
6) Melakukan aksi dan advokasi.
Siklus proses yang memberikan masyarakat kesempatan untuk memahami
kondisi mereka dan melakukan aksi dalam mengatasi masalah mereka ini
disebut dengan pendekatan belajar dan melakukan aksi bersama secara
partisipatif (Participatory Learning and Action-PLA).
Pendekatan ini tidak hanya memfasilitasi masyarakat untuk menggali dan
mengelola berbagai komponen, kekuatan-kekuatan dan perbedaanperbedaan,
sehingga setiap orang memiliki pandangan yang sama tentang penyelesaian
masalah mereka, tetapi pendekatan ini juga merupakan proses mengorganisir
masyarakat sehingga mereka mampu untuk berpikir dan menganalisa dan
melakukan aksi untuk menyelesaikan masalah mereka. Ini adalah proses
pemberdayaan masyarakat sehingga mereka mampu melakukan aksi untuk
meningkatkan kondisi mereka. Jadi, ini merupakan proses dimana masyarakat
mengubah diri mereka secara individual dan secara kolektif dan mereka
menggunakan kekuatan yang mereka miliki dari energi dan kekuatan mereka
(Hartock, 1981).
Didalam konteks pembentukan sistem kesiagaan, pertama-tama
masyarakat perlu untuk memahami dan menganalisa kondisi kesehatan mereka
saat ini, seperti kondisi kesehatan ibu, kesehatan bayi baru lahir, kesehatan
bayi, pelayanan kesehatan, dan berbagai hubungan, dan kekuasaan yang
mempengaruhi kondisi tersebut agar mereka mampu untuk melakukan aksi
guna memperbaiki kondisi tersebut berdasarkan analisa mereka tentang
potensi yang mereka miliki. Untuk memfasilitasi mereka agar berpikir,
menganalisa dan melakukan aksi, proses fasilitasi dan warga yang berperan
melakukan fasilitasi sangat diperlukan. Selain itu, warga yang berperan
memfasilitasi masyarakatnya membutuhkan pemahaman tidak hanya tentang
konsep Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA tetapi juga membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan penggunaan metode dan alat-alat partisipatif.

12
Jadi, pendekatan yang diaplikasikan dalam Pemberdayaan Masyarakat bidang
KIA ini akan menentukan proses dan kegiatan berikutnya dalam keseluruhan
proses Pemberdayaan Masyarakat bidang KIA ini.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan
masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang
berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa, kejadian bencana, kecelakaan,
dan lain-lain dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong-royong.
Selain sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
kepada masyarakat, pengembangan Desa Siaga juga mencakup upaya
peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi
masalah-masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam
mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Inti dari kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar
mau dan mampu untuk hidup sehat. Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup
pengembangan Desa Siaga tersebut, maka Pemberdayaan Masyarakat bidang
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satukomponen yang penting
dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan Angka Kematian
Ibu dan Bayi.

2.2.1.2 Pelayanan KB di Puskesmas

Pelayanan Keluarga Berencana yang disediakan oleh Puskesmas meliputi:


a. KIE tentang KB
KIE atau Komunikasi Informasi dan Edukasi mengenai KB terdiri dari
beberapa jenis kegiatan, antara lain sebagai berikut.
Motivasi, yang diberikan pada akseptor KB berfokus untuk mewujudkan
permintaan. Bukan pada kebutuhan individu.
Pendidikan KB. Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung
unsur pendidikan sebagai berikut: 1) menyediakan seluruh informasi
metode yang tersedia, 2) menyediakan informasi terkini dan isu, 3)
menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah, 4) dapat berbentuk
komunikasi individu, kelompok, atau massa, 5) menghilangkan rumor dan
konsep yang salah.

13
Konseling KB dapat berupa: 1) mendorong klien untuk dapat mengajukan
pertanyaan, 2) menjadi pendengar yang aktif, 3) membantu klien dalam
membuat atau menentukan pilihannya sendiri.
b. Pelayanan KB Suntik yang tersedia di puskesmas terdiri atas dua jenis, antara
lain:
KB suntik 1 bulan. Kb Suntik 1 bulan (kombinasi) adalah 25 mg Depo
Medroksiprogestreon Asetat dan 5 mg esestradiol sipionat yang diberikan
injeksi I.m sebulan sekali (Cyclofem). Dan 50 mg Roretindron Enantat dan
5mg Estradional Valerat yang diberikan injeksi I.m sebulansekali.
KB suntik 3 bulan. Depo Depo-provera ialah 6-alfa-
Medroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan kontrasepsi
parenteral, mempunyai efek progesterone yang kuat dan sangat efektif.
Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti kontrasepsi hormonal
lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk program postpartum oleh
karena tidak mengganggu laktasi.
c. Pelayanan KB Pil
Pil gabungan atau kombinasi. Tiap pil mengandung dua hormon sintetis,
yaitu hormon estrogen dan progestin. Pil kombinasi mengambil manfaat
dari cara kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir
100% efektif bila diminum secara teratur.
Pil khusus Progestin (pil mini). Pil ini mengandung dosis kecil bahan
progestin sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan
mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim)
sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah
lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim) sehingga menghambat
perletakan telur yang telah dibuahi.
d. Pelayanan KB Implan (pasang dan cabut)
Alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam.
Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormone yang akan keluar sedikit demi
sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi
migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada
juga yang diganti setiap tahun.
e. Pelayanan KB IUD

14
Copper-T AKDR berbentuk T dan terbuat dari bahan polyethelen di mana
pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat
tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang
cukup baik.
Copper-7 AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang
vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang
mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
Multi Load AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua
tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari
ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan
mini.
Lippes LoopAKDR ini terbuat dari bahan polyethelene,
bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk
meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri
dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya.
Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang
hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal,
benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan
yang rendah.

2.2.1.3 Pelayanan Imunisasi di Puskesmas

a. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang
serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh, 2008, p10).Imunisasi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam
tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT dan
campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio) (Hidayat, 2008, p54).

15
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal, resisten. Imunisasi berarti anak di
berikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal terhadap suatu
penyakit tapi belum kebal terhadap penyakit yang lain (Notoatmodjo,
2003).Imunisasi merupakan suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit (Atikah, 2010, p1).
Menurut pendapat dari berbagai para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
imunisasi ini merupakan suatu upaya untuk memberikan kekebalan tubuh
seseorang terhadap suatu penyakit tertentu sebagai bentuk upaya pencegahan
penyakit yang disebabkan oleh virus sehingga dengan efektifnya pelaksanaan
program ini diharapkan angka mortalitas dan morbiditas terhadap penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh virus tertentu dapat ditekan.
b. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia (Ranuh,
2008, p10). Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini,
penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak
(measles), polio dan tuberculosis (Notoatmodjo, 2003).
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar
dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh
penyakit yang sering berjangkit. Secara umun tujuan imunisasi antara lain:
(Atikah, 2010, p5)
1) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
2) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3) Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan dan
mortalitas (angka kematian) pada balita
c. Manfaat imunisasi
1) Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2) Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.

16
3) Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat
dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
d. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek
yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
1) Imunisai aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan (vaksin)
agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu
ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat
mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan
campak. Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu:
a) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,
eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada
protein pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari
ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen. Dasarnya
adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan
vaksin.
b) Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan
agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan
mencegah tumbuhnya mikroba. Bahan- bahan yang digunakan seperti air
raksa dan antibiotik yang biasa digunakan.
c) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen, misalnya
antigen telur, protein serum, dan bahan kultur sel.
d) Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan
sistem imun dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh,
antigen dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi
perlawanan maka semakin tinggi peningkatan antibodi tubuh.
2) Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara pemberian
zat imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu
melalui plasenta) atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi
mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif

17
adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami
luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir
dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui
darah plasenta selama masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
e. Macam-macam imunisasi dasar
1. BCG (Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin)
a. Fungsi
Vaksin BCG merupakan bakteri tuberculosis bacillus yang telah dilemahkan.
Cara pemberiannya melalui suntikan. Sebelum disuntikan, vaksin BCG harus
dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak
dan orang dewasa. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan
tetapi biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan. Dapat diberikan
pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes tuberkulin dengan hasil
negatif.
b. Cara pemberian
Imunisasi BCG disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas.
Disuntikan ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan. Dalam
memberikan suntikan intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus
menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10 mm, ukuran 26).
Kerjasama antara ibu dengan petugas imunisasi sangat diharapkan, agar
pemberian vaksin berjalan dengan tepat.
c. Kontraindikasi
Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi:
a) Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun, seperti
eksim, furunkulosis, dan sebagainya.
b) Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang
menderita TBC
Setelah diberikan imunisasi BCG, reaksi yang timbul tidak seperti pada
imunisasi dengan vaksin lain. Imunisasi BCG tidak menyebabkan demam.
Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan kemerahan
ditempat suntikan yang berubah menjadi pastula, kemudian pecah menjadi luka.
Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini akan sembuh dengen
sendirinya secara spontan. Kadang terjadi pembesaran kelenjar regional diketiak

18
atau leher. Pembesaran kelenjar ini terasa padat, namun tidak menimbulkan
demam.
2. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)
a) Fungsi
Imunisasi DPT bertujuan untuk mencegah 3 penyakit sekaligus, yaitu difteri,
pertusis, tetanus. Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheria. Difteri bersifat ganas, mudah menular dan
menyerang terutama saluran napas bagian atas. Penularannya bisa karena
kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak
tidak langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri.
b) Cara pemberian dan dosis
Cara pemberian imunisasi DPT adalah melalui injeksi intramuskular.
Suntikan diberika pada paha tengah luar atau subkutan dalam dengan dosis
0,5 cc. Cara memberiakn vaksin ini, sebagai berikut:
1) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh
kaki telanjang
2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi
3) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk
4) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat
5) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke
dalam otot. Untuk mengurangi rasa sakit, suntikkan secara pelan-pelan.
Pemberian vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi umur 2 bulan
sampai 11 bulan dengan interval 4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali
karena pemberian pertama antibodi dalam tubuh masih sangat rendah,
pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga diperoleh cukupan
antibodi. Daya proteksi vaksin difteri cukup baik yiatu sebesar 80-90%, daya
proteksi vaksin tetanus 90-95% akan tetapi daya proteksi vaksin pertusis
masih rendah yaitu 50-60%, oleh karena itu, anak-anak masih
berkemungkinan untuk terinfeksi batuk seratus hari atau pertusis, tetapi lebih
ringan.
c) Efek samping
Pemberian imunisasi DPT memberikan efek samping ringan dan berat, efek
ringan seperti terjadi pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan
demam, sedangkan efek berat bayi menangis hebat kerana kesakitan selama

19
kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan
syok.
3. Imunisasi campak
a) Fungsi
Imunisai campak ditujukan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Campak, measles atau rubelal adalah penyakit virus akut
yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, menular
sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya
ruam. Infeksi disebarkan lewat udara (airborne).
b) Pemberian dan dosis
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada
umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak
terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang
derisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian suntikan diberikan pada lengan kiri atas
secara subkutan. Cara pemberian:
1) Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang.
2) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari tangan
untuk menekan ke atas lengan bayi.
3) Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 45
derajat.
4) Usahakan kestabilan posisi jarum.
c) Efek samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama
3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
d) Kontraindikasi
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang mengalami
immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon
imun karena leukimia, dan limfoma.

4. Imunisasi polio
a) Fungsi

20
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis.
Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT.
b) Cara pemberian dan dosis
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin
Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak
atau dengan atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap
membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru. Cara
pemakaian:
1) Orang tua memegang bayi dengan lengan kepala di sangga dan
dimiringkan ke belakang.
2) Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan
pipi bayi dengan jari-jari.
3) Teteskan dengan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan
biarkan alat tetes menyentuh bayi.
c) Efek samping
Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang
disebabkan oleh vaksin jarang terjadi.
d) Kontra indikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita
defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan,
misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulang dapat diberikan setelah
sembuh.
5. Imunisasi hepatitis B
a) Fungsi
Imunisasi hepatitis B, ditujukan untuk memberi tubuh berkenalan terhadap
penyakit hepatitis B, disebakan oleh virus yang telah mempengaruhi organ liver
(hati). Virus ini akan tinggal selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang terjangkit
virus hepatitis berisiko terkena kanker hati atau kerusakan pada hati. Virus
hepatitis B ditemukan didalam cairan tubuh orang yang terjangkit termasuk
darah, ludah dan air mani.

21
b) Cara pemberian dan dosis
Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi
intramuskular. Kandungan vaksin adalah HbsAg dalam bentuk cair. Terdapat
vaksin Prefill Injection Device (B-PID) yang diberikan sesaat setelah lahir,
dapat diberikan pada usia 0-7 hari. Vaksin B-PID. Cara pemakaian:
1) Buka kantong alumunium atau plastik dan keluarkan alat plastik PID
2) Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang
keduanya diantara jari telunjuk dan jempol, dan dengan gerakan cepat
dorong tutup jarum ke arah leher. Teruskan mendorong sampai tidak ada
jarak antara tutup jarum dan leher.
3) Buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan tusukan
jarum pada anterolateral paha secara intremuskular, tidak perlu dilakukan
aspirasi.
4) Pijat reservior dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservior kempis cabut
alat suntik.
c) Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari.
d) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin- vaksin
lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang
disertai kejang.

2.2.2 Analisis SWOT

a. Pengertian Analisis SWOT


Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths,
weaknesses, opportunities, dan threats).
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisni atau
proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan

22
yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.Analisa SWOT dapat diterapkan
dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat
faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana
aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan
(advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi
kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu
menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats)
menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada
Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan
data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500. Demikian seperti yang
SerbaSeru.Com kutip dari laman Wikipedia Indonesia.
b. Faktor-Faktor Analisis SWOT
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1) Strengths (kekuatan)merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri.
2) Weakness (kelemahan)merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep
bisnis itu sendiri.
3) Opportunities (peluang)merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang
yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi,
proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan
pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
4) Threats (ancaman)merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini
dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Setelah itu dibuat pemetaan analisis SWOT maka dibuatlah tabel matriks dan
ditentukan sebagai tabel informasi SWOT. Kemudian dilakukan pembandingan
antara faktor internal yang meliputi Strength dan Weakness dengan faktor luar
Opportunity dan threat. Setelah itu kita bisa melakukan strategi alternatif untuk

23
dilaksanakan. Strategi yang dipilih merupakan strategi yang paling menguntungkan
dengan resiko dan ancaman yang paling kecil.
Selain pemilihan alternatif analisis SWOT juga bisa digunakan untuk
melakukan perbaikan dan improvisasi. dengan mengetahui kelebihan (Strength dan
opportunity) dan kelemahan kita (weakness dan threat), maka kita melakukan
strategi untuk melakukan perbaikan diri. Mungkin salah satu strateginya dengan
meningkatkan Strength dan opportunity atau melakukan strategi yang lain yaitu
mengurangi weakness dan threat.
c. Faktor Lingkungan dalam Analisis SWOT
Walaupun terdapat beberapa metode penentuan faktor SWOT, secara umum
terdapat keseragaman bahwa penentuan tersebut akan tergantung dari faktor
lingkungan yang berada di luar institusi. Faktor lingkungan eksternal mendapatkan
prioritas lebih dalam penentuan strategi karena pada umumnya faktor-faktor ini
berada di luar kendali institusi (exogen) sementara faktor internal merupakan
faktor-faktor yang lebih bisa dikendalikan.
Faktor-faktor yang menjadi kekuatan-kelemahan peluangdan ancaman :
1) Kekuatan dan Kelemahan. Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam
institusi yang bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu
kekuatan / strenghth (distinctive competence) hanya akan menjadi competitive
advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan tersebut terkait dengan
lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa
mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada instutusi lain juga terdapat
kekuatan yang dan institusi tersebut memiliki core competence yang sama,
maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi
dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa untuk dikembangkan
karena adakalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari lingkungan
yang lebih luas. Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan.
Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus
dipaksa untuk diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada
lingkungan sekitar.
2) Peluang dan Ancaman. Peluang adalah faktor yang di dapatkan dengan
membandingkan analisa internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan
weakness) dengan analisa internal dari kompetitor lain. Sebagaimana kekuatan

24
peluang juga harus diranking berdasarkan success probbility, sehingga
tidak semua peluang harus dicapai dalam target dan strategi institusi. Peluang
dapat dikatagorikan dalam tiga tingkatan :
a) Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang
pencapaiannya juga kecil.
b) Moderate : jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namunpeluang
pencapaian kecil atau sebaliknya.
c) Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta
peluangtercapaianya besar.
3) Ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend
perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat
dari tingkat keparahan pengaruhnya (serousness) dan kemungkinan terjadinya
(probability of occurance). Sehingga dapat dikatagorikan :
a) Ancaman utama (major threats), adalah ancaman yang kemungkinan
terjadinya tinggi dan dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini,
diperlukan beberapa contingency planning yang harus dilakukan institusi
untuk mengantisipasi.
b) Ancaman tidak utama (minor threats), adalah ancaman yang dampaknyakecil
dan kemungkinan terjadinya kecil.
c) Ancaman moderate, berupa kombinasi tingkat keparahan yang tingginamun
kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya.
Sehingga dari kacamata analisa lingkungan eksternal dapat dijelaskan
bahwa :

a) Suatu institusi dikatakan memiliki keunggulan jika memiliki major


opportunity yang besar dan major threats yang kecil.
b) Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan
threats pada saat yang sama.
c) Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan threat.
d) Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan
highthreats.
Tujuan penetapan visi antara lain adalah :
a. mencerminkan apa yang akan dicapai
b. memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

25
c. menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik
d. memiliki orientasi terhadap masa depan.
Meskipun sifatnya adalah impian, visi harus memenuhi kriteria di antaranya
adalah :
a. Dapat dibayangkan oleh seluruh anggota organisasi
b. Mengandung nilai yang diinginkan oleh anggota organisasi
c. Memungkinkan untuk dicapai
d. Terfokus pada efisiensi, efektivitas dan ekonomis
e. Berwawasan jangka panjang tetapi tidak mengabaikan perkembangan zaman
f. Dapat dikomunikasikan dan dimengerti oleh seluruh anggota organisasi.
Dari visi akan dituangkan cara yang digunakan institusi dalam mencapai
visi. Secara konseptual cara tersebut akan tertuang dalam misi dan secara aplikatif
akan terlihat dalam strategi.
d. Langkah-Langkah Penerapan Analisis SWOT
1) Langkah 1: Menyiapkan sesi SWOT
- SWOT kemungkinan akan menghabiskan waktu 50 - 60 menit.
- Peserta dibagi dalam kelompok dengan maksimum 6 orang per kelompok.
- Dengan menggunakan alat curah pendapat memilih pelayanan atau komponen
pelayanan yang akan dianalisa.
- Setiap kelompok membuat sebuah matriks SWOT sesuai dengan contoh.
- Siapkan kartu dan kertas flipchart untuk setiap kelompok.
- Tentukan seorang Pencatat. Tugas Pencatat adalah mengisi matriks SWOT.
2) Langkah 2: Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
- Dengan menggunakan curah pendapat, tulis pada kartu semua kekuatan di
dalam organisasi (internal). Kekuatan bisa berupa, tenaga trampil, gaji, sarana.
Setelah kartu diisi tempelkan pada kertas flipchart.
- Setelah selesai menyusun kekuatan internal, dengan menggunakan curah
pendapat, daftarkan kelemahan di dalam organisasi (internal) pada kartu lalu
ditempelkan pada flipchart.
3) Langkah 3: Mengidentifikasi kesempatan dan ancaman
- Dengan menggunakan curah pendapat, daftarkan semua kesempatan di luar
organisasi (kesempatan ekstern) yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan

26
pelayanan atau atasi sebuah masalah. Ini bisa berupa latihan, tenaga baru,
peraturan baru dan seterusnya.
- Dengan menggunakan curah pendapat, buatlah daftar ancaman di luar
organisasi (ancaman ekstern) yang dapat menghalangi pemecahan masalah.
4) Langkah 4: Melakukan ranking terhadap kekuatan, kelemahan, ancaman dan
peluang
- Daftarkan dalam kolom masing-masing: kekuatan, kelemahan, ancaman dan
peluang.
- Buatlah ranking setiap kolom. Yang perlu dipikirkan adalah pentingnya
kesempatan / ancaman dan berapa besar kemungkinan kesempatan / ancaman
tersebut memang akan ada. Begitu juga dengan ancaman dan peluang.
5) Langkah 5: Menganalisis kekuatan dan kelemahan
- Masukan kekuatan dan kelemahan masuk matriks SWOT.
- Kekuatan diisi sesuai ranking yang telah dikerjakan, kekuatan yang paling
besar di atas, yang kurang besar di bawah.
- Setelah kekuatan diisi, disusul dengan kelemahan.
- Masukan kesempatan dan ancaman di dalam kolom.
- Hubungkan kekuatan dan kelemahan dengan kesempatan dan ancaman.
- Kombinasi di mana kekuatan bertemu dengan kesempatan adalah keadaan yang
paling positif. Keadaan ini harus dipelihara dengan baik supaya tetap ada.
- Kombinasi kelemahan dan ancaman adalah keadaan yang paling negatif dan
harus dihindari.
- Setiap kombinasi diperiksa ulang kalau memang merupakan jalan keluar untuk
mengurangi kelemahan atau ancaman.

2.1 Profil Puskesmas Pakisaji

N INDIKATOR ANGKA/NILAI
O L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah Km2
8.412
2 Jumlah Desa/Kelurahan 116 Desa/Kel
3 Jumlah Penduduk Jiwa
41.94 45.37 87.322
5 7

27
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga #DIV/0 Jiwa
!
5 Kepadatan Penduduk /Km2 20,4 Jiwa/Km2
6 Rasio Beban Tanggungan 44,6 per 100 penduduk
produktif
7 Rasio Jenis Kelamin 92,4
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek #DIV #DIV #DIV/0 %
huruf /0! /0! !
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki
ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs 0,00 0,00 0,00 %
b. SMA/ SMK/ MA 0,00 0,00 0,00 %
c. Sekolah menengah kejuruan 0,00 0,00 0,00 %
d. Diploma I/Diploma II 0,00 0,00 0,00 %
e. Akademi/Diploma III 0,00 0,00 0,00 %
f. Universitas/Diploma IV 0,00 0,00 0,00 %
g. S2/S3 (Master/Doktor) 0,00 0,00 0,00 %

B. DERAJAT KESEHATAN
B. Angka Kematian
1
10 Jumlah Lahir Hidup 666 642 1.308
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 6 8 7 per 1.000 Kelahiran
Hidup
12 Jumlah Kematian Neonatal neonatal
4 2 6
13 Angka Kematian Neonatal 6 3 5 per 1.000 Kelahiran
(dilaporkan) Hidup
14 Jumlah Bayi Mati bayi
2 2 4
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 3 3 3 per 1.000 Kelahiran
Hidup
16 Jumlah Balita Mati 2 2 4 Balita
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 3 3 3 per 1.000 Kelahiran
Hidup
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu 2 Ibu
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 153 per 100.000
Kelahiran Hidup

B. Angka Kesakitan
2
19 Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB BTA+ 31 16 47 Kasus
Proporsi kasus baru TB BTA+ 65,96 34,04 %
CNR kasus baru BTA+ 72,07 37,00 54,49 per 100.000
penduduk

28
Jumlah seluruh kasus TB 37 26 63 Kasus
CNR seluruh kasus TB 86,02 60,13 73,04 per 100.000
penduduk
Kasus TB anak 0-14 tahun 1,59 %
Persentase BTA+ terhadap suspek 18,45 7,69 12,50 %
Angka kesembuhan BTA+ 34,21 32,00 33,33 %
Angka pengobatan lengkap BTA+ 10,53 24,00 15,87 %
Angka keberhasilan pengobatan 44,74 56,00 %
(Success Rate) BTA+ 49,21
Angka kematian selama pengobatan 2,32 2,31 2,32 per 100.000
penduduk
20 Pneumonia Balita ditemukan dan #DIV #DIV 12,57 %
ditangani /0! /0!
21 Jumlah Kasus HIV 0 0 0 Kasus
22 Jumlah Kasus AIDS 0 0 0 Kasus
23 Jumlah Kematian karena AIDS 0 0 0 Jiwa
24 Jumlah Kasus Syphilis 0 0 0 Kasus
25 Donor darah diskrining positif HIV #DIV #DIV #DIV/0 %
/0! /0! !
26 Persentase Diare ditemukan dan 0,00 0,00 0,00 %
ditangani
27 Kusta
Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 4 0 4 Kasus
Angka penemuan kasus baru kusta 9,54 0,00 4,58 per 100.000
(NCDR) penduduk
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 0,00 %
Tahun
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita 100,00 %
Kusta
Angka Cacat Tingkat 2 Penderita 2,33 per 100.000
Kusta penduduk
Angka Prevalensi Kusta 0,95 0,00 0,46 per 10.000
Penduduk
Penderita Kusta PB Selesai Berobat #DIV #DIV #DIV/0 %
(RFT PB) /0! /0! !
Penderita Kusta MB Selesai Berobat 25,00 #DIV 25,00 %
(RFT MB) /0!
28 Penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi
AFP Rate (non polio) < 15 th #DIV/0 per 100.000
! penduduk <15
tahun
Jumlah Kasus Difteri 0 0 0 Kasus
Case Fatality Rate Difteri #DIV/0 %
!
Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus
Jumlah Kasus Tetanus (non 0 0 0 Kasus
neonatorum)

29
Case Fatality Rate Tetanus (non #DIV/0 %
neonatorum) !
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 0 0 Kasus
Case Fatality Rate Tetanus #DIV/0 %
Neonatorum !
Jumlah Kasus Campak 0 0 0 Kasus
Case Fatality Rate Campak #DIV/0 %
!
Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus
Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus
29 Incidence Rate DBD 431,5 381,2 405,40 per 100.000
2 5 penduduk
30 Case Fatality Rate DBD 0,00 0,00 0,00 %
31 Angka Kesakitan Malaria (Annual #DIV #DIV #DIV/0 per 1.000 penduduk
Parasit Incidence) /0! /0! ! berisiko
32 Case Fatality Rate Malaria #DIV #DIV #DIV/0 %
/0! /0! !
33 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000
penduduk
34 Persentase Hipertensi/tekanan darah 21,24 40,40 31,49 %
tinggi
35 Persentase obesitas #DIV #DIV #DIV/0 %
/0! /0! !
36 Persentase IVA positif pada #DIV %
perempuan usia 30-50 tahun /0!
37 % tumor/benjolan payudara pada #DIV %
perempuan 30-50 tahun /0!
38 Desa/Kelurahan terkena KLB %
ditangani < 24 jam 100,00

C. UPAYA KESEHATAN
C. Pelayanan Kesehatan
1
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 101 %
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) %
95,78
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan #DIV %
/0!
42 Pelayanan Ibu Nifas #DIV %
/0!
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A #DIV %
/0!
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ %
-
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 %
95,16
46 Penanganan komplikasi kebidanan %
-
47 Penanganan komplikasi Neonatal - - - %

30
48 Peserta KB Baru %
9,06
49 Peserta KB Aktif %
75,58
50 Bayi baru lahir ditimbang 0 0 0 %
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah #DIV #DIV #DIV/0 %
(BBLR) /0! /0! !
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) %
97,15 97,35 97,25
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN %
Lengkap) 96,85 97,04 96,94
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif #DIV #DIV #DIV/0 %
/0! /0! !
55 Pelayanan kesehatan bayi %
97,31 97,20 97,26
56 Desa/Kelurahan UCI #DIV/0 %
!
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi %
- - -
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi %
- - -
59 Bayi Mendapat Vitamin A %
112,4 123,8 118,01
6 9
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A %
104,4 104,9 104,69
7 0
61 Baduta ditimbang %
92,81 95,98 94,35
62 Baduta berat badan di bawah garis %
merah (BGM) 0,56 0,57 0,57
63 Pelayanan kesehatan anak balita %
- - -
64 Balita ditimbang (D/S) %
88,51 88,97 88,74
65 Balita berat badan di bawah garis 0,64 0,52 0,58 %
merah (BGM)
66 Balita Gizi Buruk Mendapat #DIV %
Perawatan /0! 100,0 100,00
0
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa %
SD dan Setingkat 100,0 100,0 100,00
0 0
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi
Tetap 0,60
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi sekolah
massal 100,00
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 100,00 sekolah
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) %

31
35,81 33,36 34,64
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan %
(UKGS) 72,31 74,44 73,43
73 Siswa SD dan setingkat mendapat %
perawatan gigi dan mulut 72,31 74,44 73,43
74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun #DIV #DIV #DIV/0 %
+) /0! /0! !

C. Akses dan Mutu Pelayanan


2 Kesehatan
Persentase

75 Peserta Jaminan Pemeliharaan %


Kesehatan - - -
76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan %
42,37 71,85 57,69
77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap %
1,49 1,73 1,61
78 Angka kematian kasar/Gross Death per 100.000 pasien
Rate (GDR) di RS 4,80 1,28 2,84 keluar
79 Angka kematian murni/Nett Death per 100.000 pasien
Rate (NDR) di RS - - - keluar
80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS %
92,11
81 Bed Turn Over (BTO) di RS Kali
88,00
82 Turn of Interval (TOI) di RS Hari
0,33
83 Average Length of Stay (ALOS) di RS Hari
-

C. Perilaku Hidup Masyarakat


3
87 Rumah Tangga ber-PHBS %
71,84

C. Keadaan Lingkungan
4
88 Persentase rumah sehat %
95,79
89 Penduduk yang memiliki akses air %
minum yang layak 87,80
90 Penyelenggara air minum memenuhi %
syarat kesehatan 42,86
91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi 95,20 %
layak (jamban sehat)
92 Desa STBM %

32
-
93 Tempat-tempat umum memenuhi %
syarat 38,71
TPM memenuhi syarat higiene sanitasi %
44,74
TPM tidak memenuhi syarat dibina %
100,00
TPM memenuhi syarat diuji petik %
-

D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D. Sarana Kesehatan
1
94 Jumlah Rumah Sakit Umum RS
-
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus RS
-
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap
-
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap
-
Jumlah Puskesmas Keliling
-
Jumlah Puskesmas pembantu
-
98 Jumlah Apotek
-
99 RS dengan kemampuan pelayanan %
gadar level 1 100,00
10 Jumlah Posyandu Posyandu
0 90,00
10 Posyandu Aktif %
1 97,78
10 Rasio posyandu per 100 balita per 100 balita
2 5,24
10 UKBM
3
Poskesdes Poskesdes
12,00
Polindes Polindes
-
Posbindu Posbindu
12,00
10 Jumlah Desa Siaga Desa
4 12,00
10 Persentase Desa Siaga #DIV/0 %
5 !

33
D. Tenaga Kesehatan
2
10 Jumlah Dokter Spesialis Orang
6 - - -
10 Jumlah Dokter Umum Orang
7 1,00 1,00 2,00
10 Rasio Dokter (spesialis+umum) per 100.000
8 2,29 penduduk
10 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Orang
9 Spesialis - 1,00 1,00
11 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter per 100.000
0 Gigi Spesialis) 1,15 penduduk
11 Jumlah Bidan Orang
1 25,00
11 Rasio Bidan per 100.000 penduduk per 100.000
2 28,63 penduduk
11 Jumlah Perawat Orang
3 6,00 17,00 23,00
11 Rasio Perawat per 100.000 penduduk per 100.000
4 26,34 penduduk
11 Jumlah Perawat Gigi Orang
5 - - -
11 Jumlah Tenaga Kefarmasian Orang
6 1,00 1,00 2,00
11 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan Orang
7 - - -
11 Jumlah Tenaga Sanitasi Orang
8 - 1,00 1,00
11 Jumlah Tenaga Gizi Orang
9 - 1,00 1,00

D. Pembiayaan Kesehatan
3
12 Total Anggaran Kesehatan ###### Rp
0 ###
12 APBD Kesehatan terhadap APBD #DIV/0 %
1 Kab/Kota !
12 Anggaran Kesehatan Perkapita Rp
2 23.768,
48

34
BAB III

PEMBAHASAN

Secara umum rekam medik yang dilakukan di puskesmas dilakukan ketika pasien datang
ke pendaftaran, setelah itu pasienmenuju ruangan yang akan dilakukan pengobatan misalnya
pasien umum ke ruang Balai Pengobatan, sementara pasien khusus misalnya pasien TBC ke
ruang TBC, pasien KIA ke ruangan KIA dan lain sebagainya. Di pendaftaran mereka ditanya
identittas berupa nama, alamat, umur dan lain sebagainya. Selain itu mereka ditanya keluhan
yang dirasakan. Setelah selesai mendaftar, pasien-pasien itu ke ruangan yang mereka
kehendaki, dan biasanya di ruangan tersebut mereka ditanya lagi kadang hampir sama seperti
di ruang pendaftaran. Baru setelah itu dilakukan pengobatan.

Untuk alur pengobatan di ruang KIA juga sama, dari loket pendaftaran pasien antri lagi
di depan ruang KIA untuk menunggu rekam medik dari loket datang, dan jika rekam medik
pasein sudah datang maka akan dipanggil lagi sesuai nomor urutan antrian. Pelayanan KIA di
Puskesmas Pakisaji dibuka setiap hari senin-sabtu mulai pukul 07.30-12.00 WIB, hari jumat
sampai pukul 10.00 WIB dan hari sabtu sampai pukul 11.00 WIB. Pasien yang datang ke
Puskesmas Pakisaji untuk mendapatkan pelayanan antenatal care dan anak diklasifikasikan
menjadi dua yaitu pasien dengan BPJS dan pasien non BPJS atau umum. Persyaratan
pelayanan adalah persyaratan teknis dan administrasi yang diperlukan untuk mendapatkan
pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya. Persyaratan Pelayanan Poli Hamil dan KB,
antara lain:
1. Membawa Kartu Berobat.
a. Membawa Kartu ASKES bagi pengguna layanan ASKES.
b. Membawa kartu JAMKESMAS bagi pengguna layanan JAMKESMAS.
c. Membawa kartu JAMKESMASDA bagi pengguna layanan JAMKESMASDA.
d. Membawa kartu berobat dari Puskesmas.
e. Kartu pengenal lain misal.
f. Setiap pelanggan harus mendaftarkan diri di loket pendaftaran.
g. Setiap pelanggan akan dipanggil sesuai urutan antrian mendaftar di loket.
h. Setiap pelanggan menunggu di depan ruang poli Hamil & KB.
Syarat pelayanan yang diberikan kepada pasien BPJS yaitu dengan menyerahkan
fotokopi Kartu Keluarga, fotokopi kartu BPJS, dan fotokopi KTP. Sedangkan untuk pasien
umum syarat ketentuan yang diberlakukan sesuai dengan Peratuan Daerah (Perda).

35
2. Ibu Hamil

Setelah dari ruangan pemeriksaan maka pasien diberi resep kemudian menuju ke apotek
untuk menebus obat.Namun yang dilakukan di Puskesmas Pakisaji sudah mulai selangkah
lebih maju. Puskesmas ini atas inisiatif kepala puskesmas mulai menggunakan komputerisasi.
Di setiap ruangan sudah ada komputer yang semua saling berhubungan. Ketika pasien datang
maka bagian pendaftaran menulis di komputer identitas dan keluhan pasien. Misalnya pasien
KIA maka setelah ditulis oleh bagian pendaftaran maka otomatis identitas pasien tersebut
langsung masuk ke komputer di ruang KIA. Bidan bagian KIA menulis di komputer apa yang
akan diberikan tindakan dan obatnya, namun untuk penebusan resep tetap secara manual
yaitu pasien menebus sendiri di apotek dan mengantri seperti biasa. Keuntungan dari sistem
ini adalah dari satu sumber pendaftaran maka identitas pasien langsung masuk ke ruangan
yang dituju. Di bagian bagian ruangan tersebut sudah ada data pasien yang muncul, sehingga
apabila pasien lama maka data-data sebelumnya sudah ada di komputer tinggal mengevaluasi
tindakan , obat yang telah diberikan sebelumnya. (DITAMBAH DENGAN SISTEM
PENCATATAN DAN PELAPORAN IBU HAMIL)
3. KB

Gambar 3.1 Alur Pelayanan KB Puskesmas Pakisaji

36
Setelah proses tersebut, hasil pelayanan KB di Puskesmas dan jaringannya dicatat
dengan menggunakan format pencatatan dan pelaporan pelayanan KB, yaitu:
a. Register Kohort KB
Register ini digunakan untuk mencatat PUS yang menjadi klien KB pada wilayah
puskesmas tersebut dan hasil pelayanan kontrasepsi pada peserta baru dan lama setiap
hari pelayanan. Dalam register ini berisi data tentang hasil pelayanan, keluhan
komplikasi, efek samping, kegagalan KB dan ganti cara.
b. Register pelayanan KB (R/I/KB)
c. Register alokon (R/II/KB)
d. Pendataan PUS (R/I/KS dan R/I/PUS)
e. Buku KIA, digunakan untuk mencatat pelayanan KB Pasca persalinan dalam amanat
persalinan.

Formulir ini digunakan untuk mendata PUS yang berguna untuk menentukan sasaran
KB, yaitu: PUS 4T, PUS peserta BPJS
a. Kartu Peserta KB (K/I/KB dan K/IV/KB)
b. Kartu pendataan tenaga dan sarana (K/0/KB)
c. Formulir pelaporan dari BPM atau DPM

Untuk pelaporan pelayanan KB menggunakan format:


a. Laporan pelayanan KB yang merupakan Rekapitulasi Kohort
b. Laporan PWS KIA
c. Rekapitulasi laporan bulanan F/II/KB
d. Rekapitulasi pendataan tenaga dan sarana fasilitas kesehatan pelayanan
KB
e. Rekapitulasi laporan bulanan alokon dan BHP

Laporan pelayanan KB Puskesmas meliputi pelayanan yang dilaksanakan oleh


fasilitas pelayanan KB, baik pada unit pelayanan kesehatan pemerintah
(Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan RS Pemerintah), maupun pada fasilitas pelayanan
kesehatan swasta (Bidan Praktek Mandiri, Dokter Praktek Mandiri, RS Swasta) yang
berada diwilayah kerja Puskesmas Pakisaji dengan berkoordinasi kepada PPLKB /PLKB
untuk dianalisis dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten dan BKKBD/ SKPD KB
kabupaten.

Pencatatan dan pelaporan tidak hanya dilakukan pada akseptor KB. Untuk alokon,
pencatatan harus dilakukan mulai dari saat alokon diterima sampai dengan keluar ngan
menggunakan Buku Barang Masuk (BBM)/Buku Barang keluar (BBK),Kartu
persediaanbarang, kartu barang, SPMB dan SBBK. Pelaporan meliputi mutasi dan sisa
persediaan, dilakukan sekurang-kurangnya setiap bulan dan setiap semester/stock
opname.

37
Gambar 3.2 Alur Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan KB

Keuntungan dari sistem ini adalah yang pertama waktu pengumpulan data terkait
identitas dan keluhan yang dirasakan pasien lebih singkat sehingga akan lebih berfokus
kepada tindakan keperawatan/medis pada pasien. Kemudian yang kedua data-data yang ada
pada hari itu sudah langsung terekam di komputer sehingga ketika akhir dinas pagi tersebut
sudah dapat diketahui berapa pasien seluruhnya, berapa yang ke TBC, berapa yang ke KIA
dan lain sebagainya. Keuntungan lainnya adalah data data yang telah lalu semuanya ada di
dalam komputer, sehingga apabila memerlukan data bulan sebelumnya tinggal mengklik
bulan lalu maka sudah ada semuanya baik jumlah, pasin lama mapun pasien lama.
Namun salah satu asfek kekurangannya adalah karena menggunakan mesin, tentunya
kadang suka terjadi eror atau kerusakan pada alatnya, sehingga tidak menutup kemungkinan
semua data akan hilang. Maka dari itu meskipn data tersimpan dalam komputer, harus
mempunyai cadangan dalam bentuk lain baik CD mupun yang lainnya. Untuk mencapai ke
arah keberhasilan tersebut, memerlukan dana dan waktu yang cukup lama. Diantaranya
memberikan keyakinan kepada semua karyawan tentang keuntungan memakai komputerisasi,
kemudian menyediakan berbagai alat yang diperlukan. Setelah itu melatih para karyawan

38
untuk terampil menggunakannya. Sehingga berjalan dengan waktu semja karyawan mulai
merasa menikmati merubahan yang tadinya manual ke arah komputerisasi.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sistem informasi manajemen yang dilakukan di puskesmas Pakisaji Kota Malang


merupakan langkah yang sangat penting untuk melancarkan pekerjaan yang dilakukan oleh
puskesmas. Dengan mencoba terobosan baru yang awalnya memang sulit dilakukan karena
memerlukan dana dan pengembangan kemampuan para karyawannya untuk meningkatkan
kemapuan dibidang teknologi dalam melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan perawat.
Hasilnya adalah puskesmas ini dari segi pelaporan, data yang terkumpul setiap bulannya
lebih lengkap dibanding dengan puskesmas lainnya di Kota Malang. Tindakan dan hal yang
dilakukan oleh para karyawannya terpantau oleh komputer yang ada di setiap ruangan,
sehingga akan meminimalkan terjadinya kesalahan dalam memberikan layanan perawatan
dan pengobatan pada pasien. Selain hal tersebut adanya efesien waktu sehingga dapat
mengerjakan program atau kegiatan yang lainnya.

4.2 Saran

Bagi Puskesmas bisa lebih ditingkatkan lagi untuk program-program yang bisa
menunjang pelayanan di puskesmas. Semua pelayanan yang dilakukan di puskesmas pakisaji
sudah menggunakan komputerisasi, sudah cukup baik semoga bisa lebih dtingkatkan lagi
kedepannya.

39
DAFTAR PUSTAKA

2016. Sistem Informasi Puskesmas, RPMK SIP dan Aplikasi Prokesga. Disampaikan dalam
Pertemuan Pemutakhiran dan Analisa Data Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang dilaksanakan di Malag pada 2 Juni 2016.

Hidayat, A. Aziz Alimul.2008.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan


Proses Keperawatan Buku 1.Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nuraeni, Asti. 2011. Sistem Informasi Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi di Puskesmas.
Jakarta : Salemba Medika

Ranuh,I.G.N.2008.Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi ketiga.Jakarta: Badan Penerbit


Ikatan Dokter Anak Indonesia

-. 2014. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Direktorat Jendral Bina


Kesehatan Ibu: Kementerian Kesehatan RI

40
Lampiran

41
42
43
44
45
46
47
48
49

También podría gustarte