Está en la página 1de 18

Psikologi Individual Menurut Alfred Adler

00.33 Umi Badriyah

A. Pokok-pokok Teori Alfred Adler


Pengertian pokok teori Adler adalah sebagai berikut:
1. Individualitas sebagai pokok persoalan perjuangan menjadi sukses atau superiorita.
Menurut Adler, setiap orang adalah suatu konvigurasi motif-motif, sifat-sifat serta
nilai-nilai khas yang setiap tindak yang dilakukan seseorang membawakan corak khas gaya
kehidupan yang bersifat individual. Adler yakin bahwa setiap individu memulai hidup dengan
kelemahan fisik yang mengaktifkan perasaan inferior, yaitu
perasaan yang membuat orang untuk berjuang menjadi superiorita atau menjadi sukses.

2. Pandangan Teleolosis Finalisme semu


Adler menemukan gagasan bahwa manusia lebih didorong oleh harapan-harapan masa
depan daripada pengalaman masa lampau. Dalam membimbing tingkah laku setiap orang
untuk menciptakan tujuan final yang semu, memakai bahan dari keturunan dan lingkungan.
Tujuan ini semu karena mereka tidak harus didasarkan pada kenyataan, tetapi tujuan itu lebih
menggambarkan pikiran orang itu mengenai bagaimana seharusnya kenyataan itu, didasarkan
pada interpretasi subjektifnya mengenai dunia. Tujuan final adalah hasil dari kekuatan kreatif
individu, kemampuan membentuk tingkah laku diri, dan menciptakan kepribadian diri. Pada
usia 4 atau 5 tahun, pikiran anak mencapai tingkat perkembangan yang membuat mereka
mampu menentukan tujuan final, bahkan bayi pun sesungguhnya sudah memiliki dorongan
yang dibawa sejak lahir untuk tumbuh menjadi lengkap atau sukses.

3. Dua dorongan pokok yang melatarbelakangi segala tingkah laku manusia.


a) Dorongan kemasyarakatan
Yaitu segala hal yang dapat mendorong manusia untuk bertindak mengabdi pada masyarakat.
b) Dorongan keakuan
Yaitung segala hal yang dapat mendorong manusia untuk bertindak mengabdi pada diri
sendiri.
Mengenai dorongan keakuan, pendapat Adler mengalami perkembangan yaitu
dorongan untuk mengatasi perasaan inferior menjadi superior. Jadi, tingkah laku manusia
ditentukan oleh pandangan masa depan, tujuan, dan harapan kita. Didorong oleh perasaan
inferior dan ditarik menjadi superior maka orang mencoba hidup sesempurna mungkin.
Inferior bagi Adler berarti perasaan lemah dan tidak terampil dalam menghadapi tugas yang
harus diselesaikan tetapi bukan rendah diri terhadap orang lain dalam pengertian umum.
Superiorita bukan lebih baik dibanding orang lain atau mengalah dari orang lain, tetapi
berjuang menuju superiorita berati berjuang terus menerus untuk menjadi lebih baik lagi dan
semakin dekat dengan tujuan final.

4. Rasa rendah diri dan kompensasi


Adler berpendapat bahwa rasa rendah diri bukanlah tanda dari sebuah
ketidaknormalan melainkan pendorong bagi segala perbaikan dalam kehidupan manusia.
Tentu saja dapat berupa rasa rendah diri yang berlebih-lebihan sehingga manifestasinya tidak
normal. Misalnya saja seperti timbulnya rasa rendah diri atau untuk menjadi superior. Tetapi
dalam kehidupan nyata, rasa rendah diri merupakan pendorong ke arah kemajuan atau
kesempurnaan (superior). Dalam hal ini perlu dicatat bahwa Adler bukan seorang hedonist
meski rasa rendah diri membawa penderitaan, namun hilangnya rasa rendah diri tidak
selamanya mendapat kenikmatan. Bagi Adler, tujuan manusia bukanlah mendapat
kenikmatan akan tetapi mencapai kesempurnaan.
5. Dorongan kemasyarakatan
Dorongan kemasyarakatan adalah dasar yang dibawa sejak lahir yang pada dasarnya
manusia adalah makhluk sosial. Namun kemungkinan bawaan mengabdi pada masyrakat itu
tidak nampak secara spontan melainkan harus dibimbing dan dilatih. Dorongan
kemasyarakatan menggantikan dorongan kekuatan. Namun keseluruhan dari kedua dorongan
pokok (dorongan kemasyarakatan dan keakuan) amatlah penting

6. Gaya hidup
Gaya hidup adalah prinsip yang dapat dipakai sebagai landasan untuk memahami
tingkah laku seseorang dan inilah yang melatarbelakangi sifat khas seseorang. Gaya hidup
seseorang sudah terbentuk antara umur 3 - 5 tahun dan selanjutnya segala pengalaman
dihadapi serta diasimilasikan sesuai dengan gaya hidup yang khas itu. Setelah gaya hidup
terbentuk, praktis tidak dapat diubah lagi. Menurut Adler, gaya hidup ditentukan oleh
inferioritas yang khusus. Jadi, gaya hidup merupakan bentuk kompensasi terhadap kurang
sempurnanya suatu hal tertentu.

7. Diri yang kreatif


Diri yang kreatif adalah penggerak utama pegangan filsafat sebab merupakan hal
pertama bagi semua tingkah laku. Diri yang kreatif bersifat padu, konsisten, dan berdaulat
dalam struktur kepribadian. Menurut Adler, keturunan memberi kemampuan tertentu dan
lingkungan memberi kesan tertentu. Jadi, diri kreatif adalah sarana untuk mengolah fakta-
fakta dunia dan mentransformasikan fakta tersebut menjadi kepribadian yang bersifat
subjektif, dinamaika, menyatu, personal, dan unik.

B. Arti Psikologi Individual


Psikologi individual mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami tingkah laku
manusia. Praktek pendidikan teori Adler ini mempunyai arti yang sangat penting karena:
1. Penentuan tujuan-tujuan yang susila
a. Keharusan memikul tanggung jawab.
b. Keberanian menghadapi kesulitan hidup.
c. Mengurangi dorongan keakuan dan mengembangkan dorongan kemasyarakatan.
d. Mengenali diri-sendiri dan menunjukkan kecenderungan egoistis yang tersembunyi.
2. Optimismenya dalam bidang pendidikan.
Membuat kepribadian anak menjadi optimis dalam bidang pendidikan. Sehingga cara ini
banyak ditempuh oleh ahli lain, seperti Erich Fromm (1941).

Beberapa kelemahan teori Adler:


1. Kehidupan jiwa dipandang terlalu sederhana.
2. Latar belakang seseorang dipandang rendahdan pengaruh dari lingkungan dinilai berlebihan.
C. Pengaruh Adler
Pengaruh Adler di Amerika meluas berkat adanya The American Society of Individal
Psychology, sedangkan di Eropa pengikutnya cukup banyak, salah satu di antara mereka
adalah Fritz Kunkel dengan karya utamanya Einfuhrung in die Charakterkunde (Zurich;
1928,1950). Pendapat Kunkel yang berpegang teguh pada dasar pikiran Adler dikemukakan
sebagai berikut:
1. Dua dorongan pokok
Seperti Adler, Kunkel berpendapat bahwa kehidupan jiwa adalah dinamis dan perubahan
ini dikarenakan adanya dua dorongan yang saling bertentangan, yaitu:
a. Dorongan keakuan (Inchhaftigkeit atau Unsachlichkeit), maksudnya dorongan untuk
mengabdi kepada diri sendiri.
b. Dorongan kekitaan (Wirhaftigkeit atau Sachlichkeit), maksudnya dorongan untuk mengabdi
pada dunia luar atau lingkungan masyarakat.

2. Termometer penilai diri


Saling berhubungan antara dua dorongan pokok dalam diri manusia digambarkan dalam
termometer penilai diri. Hukum psikis yang berlaku pada termometer penilai diri antara lain:
a. Makin besar rasa rendah diri makin besar pula usaha membanggakan diri sendiri, dan
sebaliknya.
b. Makin besar dorongan keakuan makin kecil dorongan kekitaan sehingga daerah gerak dalam
masyarakat semakin sempit, dan sebaliknya. Dalam teori ini terdapat dua sikap hidup yang
ekstrem, yaitu:
1) Orang yang hanya berhubungan dengan dirinya sendiri tanpa ada hubungan dengan orang
lain. Contohnya orang sakit jiwa.
2) Orang yang tingkah lakunya hanya mementingkan dorongan kekitaan sehingga dorongan
keakuan menjadi terkikis. Contohnya para pemuka agama.
3. Apersepsi bertendes dan dresat
Apersepsi bertendes yaitu suatu tendens yang menyebabkan orang lain menyimpang
dari kenyataan.
Sedangkan dresat adalah kebiasaan memandang sesuatu dari sudut tertentu dan
bersifat memaksa.

4. Umfinalisierung
Umfinalisierung menggambarkan perbuatan yang dilakukan tidak dengan semestinya.

5. Lingkaran Setan dan Proses Pencerahan


Maksudnya seseorang sangat terikat akan rasa akunya dan tidak berani menghadapi
kenyataan sehingga menderita rasa rendah diri. Hal ini mendorong seseorang untuk berusaha
menutup kekurangannya atau mencapai kompensasi. Kalau usaha ini gagal maka rasa rendah
diri akan lebih mendalam, usaha ke arah kompensasi makin kuat, rintangan makin besar, dan
akibatnya kesulitan yang dihadapi makin besar sehingga daya penyesuaian diri makin kecil
serta ruang hidup secara psikologis bertambah sempit.
Proses pencerahan ini melewati beberapa fase:
a. Fase pertama adalah fase mendapatkan pengertian yang benar megenai diri sendiri.
b. Fase kedua adalah berani menghadapi kenyataan.

KESIMPULAN

Psikologi individual menurut Adler mempunyai arti yang sangat penting sebagai cara
untuk memahami tingkah laku manusia. Pengaruh teori dari Adler ini cukup luas terutama di
Amerika dan Eropa. Psikologi individual ini mempunyai pokok teori antara lain:
1. Individualitas sebagai pokok persoalan dalam perjuangan menjadi sukses
2. Pandangan teleologis finalisme semu
3. Dua dorongan yang melatarbelakangi tingkah manusia
4. Rasa rendah diri dan kompensasi
5. Dorongan kemasyarakatan
6. Gaya hidup leitlinie
7. Diri yang kreatif.

TEORI PSIKOLOGI INDIVIDU ADLER


Mei 5, 2012sugiyarbiniMeninggalkan komentarGo to comments
A. Pengertian Teori Individu
Teori Psikologi Individu memfokuskan kepada keunikan yang dimiliki oleh seseorang
individu dan Adler menolak mengenai desakan seksual menentukan personaliti seseorang.
Individual Psychologie mempunyai arti penting sebagai cara untuk memahami sesama
manusia. Aliran ini tidak mementingkan perumusan-perumusan yang teliti, melainkan lebih
mementingkan penyusunan petunjuk-petunjuk praktis untuk memahami sesama manusia.
Menurut Adler, fenomena psikologi yang dialami oleh setiap individu itu adalah berbeda
antara satu sama lain tetapi bersifat konsisten antara satu sama lain yaitu untuk mencapai
kehendak superioriti. Kegagalan seseorang individu berhadapan dengan cabaran hidup
mendorong individu bersifat lemah, pasif dan defensif yaitu individu ini sedang mengalami
inferiority complex.
Kehendak seseorang itu mempengaruhi setiap tindakan mereka berpadukan pula kepada
pengalaman di masa lepas yang telah dilalui mereka yang mana mendorong kepada usaha
untuk merealisasikan suatu kehendak. Perasaan inferioriti yang wujud secara nyata atau
khayalan dalam diri seseorang individu dianggap suatu yang normal. Bahkan, perasaan
inferioriti itu menjadi dorongan untuk seseorang individu mencapai keinginan superioriti.
Superioriti pula merupakan matlamat hidup seseorang individu di samping menggapai
kesempurnaan kendiri yang unggul. Maka, matlamat ini dijadikan pula sebagai panduan
hidup seseorang. Matlamat tadi adalah hasil idea yang dibayangkan. Ia diistilahkan sebagai
Fictional Finalism.
Kematangan atau kebaikan seseorang itu dilihat melalui pandangan seseorang individu itu
terhadap kehidupan sosial yang sedang dihadapi. Menurut Adler, dengan berusaha membantu
orang lain, sebenarnya kita sedang membantu diri kita dalam mencapai matlamat. Dengan
mempunyai kepentingan sosial ( social interest) yang tinggi, individu ini amat mementingkan
kebajikan orang lain dan usaha yang dibuat untuk menyumbang kepada kebajikan masyarakat
membantu seseorang individu untuk menyesuaikan diri dengan baik di samping
mengurangkan perasaan sunyi dan tertekan.
Perancangan hidup seseorang individu dianggap unik dan cara hidup mereka dibentuk semasa
lima tahun yang pertama. Selain itu, layanan ibu bapak semasa peringkat awal kanak- kanak
memberi kesan kepada timbulnya reaksi inferioriti dalam diri anak- anak dan mempengaruhi
pembentukan personaliti unik anak- anak dan gaya hidup yang bakal diamalkan ketika
dewasa.
Selain itu, Adler turut percaya perbedaan layanan ibu bapa terhadap anak- anak adalah
berkait- rapat dengan turutan kelahiran ( birth order ) setiap anak. Maknanya, layanan yang
diterima oleh anak sulung, anak kedua, anak tengah, anak tunggal dan anak bungsu adalah
berbeda- beda antara satu sama lain. Demikian, melalui pengalaman yang dialami, seseorang
individu itu mampu menciptakan personaliti dan tingkah laku diri yang unik dan ia
berdasarkan persepsi subjektif yang dimiliki oleh setiap mereka.
Kata Adler lagi, desakan hidup yang dihadapi seseorang menjadi tunggak kepada
perkembangan personaliti individu itu sendiri. Di samping itu, konsep kendiri kreatif turut
memainkan peranan besar dalam menentukan personaliti seseorang. Kendiri kreatif wujud
dalam diri individu berasaskan kepada proses pembelajaran (rangsangan- tindakbalas) yang
dilalui sepanjang kehidupannya di masa lalu. Apa saja keputusan yang dibuat, tanggungjawab
adalah disandarkan kepada individu itu sendiri. Penilaian baik dan buruk sesuatu perkara itu
adalah terpulang kepada pengamatan individu itu sendiri dan manusia bukanlah hamba
kepada nasib.
Ketika ia menemukan daya kreatif pada diri, maka semua konsepnya yang lain ditempatkan
di bawahnya; akhirnya ditemukan juga penggerak utama, sendi sang filsuf, obat mujarap
kehidupan, penyebab pertama semua tingkah laku manusia yang sekian lama di cari adler.
Diri kreatif yang bersifat padu, konsisten, berdaulat dalam struktur kepribadian.
Daya kreatif diri sulit digambarkan, kita dapat melihat pengaruh-pengaruhnya, tetapi kita
tidak dapat melihatnya. Diri kreatif merupakan jembatan antara stimulus-stimulus yang
menerpa seseorang dan respon-respon yang diberikan orang yang diberikan orang. Manusia
membentuk kepribadiannya sendiri dari bahan mentah hereditas dan pengalaman.
B. Perilaku
Perilaku manusia pada dasarnya adalah penentu dirinya sendiri (self-determinad) dan bahwa
mereka membentuk kepribadian dari makna yang mereka berikan kepada pengalaman-
pengalaman mereka. Interpretasi manusia terhadap pengalaman lebih penting dari pada
pengalaman-pengalaman itu sendiri, tidak ada masa lalu atau masa depan yang menentukan
perilaku saat ini. Manusia bergerak maju, dimotivasikan oleh tujuan di depan lebih dari pada
insting-insting bawaan atau daya-daya kausal.tujuan-tujuan masa depan ini sering kali ketat
dan tidak realistik namun, kebebasan pribadi manusia mengijinkan manusia membentuk
ulang tujuan-tujuan anda, dan karenanya mengubah hidup mereka. Manusia menciptakan
kepribadiannya sendiri dan sanggup mengubah kepribadian tersebut dengan mempelajari
sikap-sikap baru,sikap-sikap ini menjadi pedoman bagi pemahaman bahwa perubahan bisa
terjadi, bahwa tak seorangpun atau kondisi apapun bertanggungjawab bagi siapa dirinya,
dan bahwa tujuan-tujuan pribadi harus di subordinasikan pada kepedulian sosial.
Perilaku manusia dapat mengarah pada gaya hidup yang sehat atau tidak sehat bergantung
sepenuhnya kepada derajat kepedulian sosial yang mereka kembangkan selama tahun-tahun
kanak-kanak mereka.
Kepedulian sosial yaitu sebuah sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya,
sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia. Kepedulian sosial adalah kondisi
alamiah spesies manusia dan perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama
(Adler, 1927). Kepedulian sosial adalah tongkat pengukur adler untuk menentukan kesehatan
psikologis seseorang dan satu-satunya kriteria bagi nilai-nilai manusia, kepedulian sosial
adalah satu-satuny alat yang di gunakan untuk menilai harga sebuah pribadi. Manusia
memulai hidup dengan daya juang dasar yang di aktifkan oleh kekurangan-kekurangan fisik
yang pernah ada. Kelemahan organis ini mengarah secara tak terelakkan kepad perasaan
inferioritas. Oleh karena itu, semua orang memiliki perasaan-perasaan inferioritas.
Gaya hidup adalah istilah yang digunakan Adler untuk mengacukepada warna kehidupan
seseorang. Gaya hidup adalah produk dari interaksi hereditas, lingkungan, dan daya kreatif
pribadi. Daya kreatif merupakan sebuah konsep dinamis yang mengimplikasikan gerakan,
dan gerakan ini adalah karakteristik hidup yang paling penting. Konsep gaya hidup ini, Adler
menjelaskan keunikan manusia yaitu setiap orang memiliki tujuan, merasa inferior, berjuang
menjadi superior, dan dapat mewarnai usaha superriornya dengan minat sosial. Gaya hidup
adalah cara yang unik dari setiap orang itu dalam kehidupan tertentu di mana dia berada.
Kekuatan kreatif self, kekuatan kreatif adalahkekuatan yang paling menentukan tingkah laku,
penggerak utama, sendi dan obat mujarab kehidupan, yang membawai kekuatan dan konsep-
konsep lainnya. Diri kreatif bersifat padu, konsisten, berdaulat dalam struktur kepribadian.
Diri kreatif adalah sarana yang mengolah fakta-fakta dunia dan mentransformasikan fakta-
fakta itu menjadi kepribadian yang bersifat subyektif, dinamik, menyatu, personal dan unik
Perkembangan Abnormal, minat sosial yang tidak berkembang menjadi fakta yang melatar
belakangi semua jenis salah suai (maladjustment). Ada tiga factor yang membuat orang bisa
menjadi salah suai, antara lain yaitu ;
Cacat fisik yang buruk
Cacat fisik di ikuti dengan perasaan inferiorita yang berlebihan, setiap orang dapat
mengembangkan perasaan inferior yang berlebihan, tetapi anak yang dilahirkan dengan cacat
fisik yang buruk mempunyai peluang yang lebih besar untuk menjadi salah suai di banding
anak yang lahir sehat jasmaninya.
Gaya hidup manja
Gaya hidup manja menjadi sumber utama penyebab sebagian besar neurosis. Anak yang di
manja mempunyai minat sosial yang kecil dan tingkat aktifitass yang rendah.
Gaya hidup di abaikan
Anak yang merasa tidak di cintai dan tidak di kehendaki, akan mengembangkan gaya hidup
yang di abaikan. Di abaikan merupakan konsep yang relatif, tidak ada orang yang merasa
mutlak di abaikan atau mutlak tidak di kehendaki.
Kecenderungan pengamanan
Semua penderita neurotik menciptakan pengamanan terhadap harga dirinya. Gejala itu
berperan sebagai kecenderungan pengamanan, memproteksi inflasi image-diri dan
mempertahankan gaya hidup neurotik. Ada tiga kecenderungan pengamanan yaitu :
Sesalan
Kecenderungan pengamanan yang paling umum adalah sesalan. Orang neurotik, juga orang
normal biasa memakai sesalan, ya, tetapi dan sesungguhnya kalau.
Agresi
Penderita neurotic memakai agresi untuk pengamanan kompleks superior yang berlebihan,
melindungi harga diri yang rentan. Ada 3 macam agresi yaitu;
1. Depresiasi (merendahkan) adalah kecenderungan menilai rendah prestasi orang lain
dan menilai tinggi prestasi diri sendiri.
2. Accusation (menuduh) adalah kecenderungan menyalahkan orang lain atas kegagalan
yang dilakukunnya sendiri dan kecenderungan untuk mencari pembalasan dendam, sehingga
mengamankan kelemahan harga dirinya sendiri.
3. Self-accusation (menuduh diri sendiri) ditandai oleh menyiksa diri dan perasaan
berdosa.
Menarik diri
Kecenderungan untuk melarikan diri dari kesulitan, pengamanan melalui mengambil jarak.
Ada empat jenis menarik diri, mundur, diam di tempat, ragu-ragu dan membuat hambatan.
C. Aplikasi
Aplikasi dari psikology individual ada 4 wilayah:
Konstelasi keluarga
Adler hampir selalu menanyakan pasien konstelasi keluarga mereka, yaitu urutan kelahiran
mereka, jenis kelamin saudara- saudara kandung mereka, dan perbedaan usia diantara
mereka. Adler menemukan sejumlah hipotesis mengenai kelehiran ini.
Anak sulung, menurut adler (1931), biasanya susah sekali memiliki perasaan yang luas
terhadap kekuasaan dan keunggulan, rasa cemas yang tinggi, dan kecenderungan menjadi
terlalu protektif. Anak-anak sulung menempati posisi unik, menjadi satu-satunya anak yang
dimiliki untuk beberapa waktu, dan kemudian mengalami pembuangan ( dethronement)
traumatis ketika adiknya lahir.
Anak kedua, menurut adler anak yang lahir di tengah-tengajh memulai hidup dalam situasi
yang lebih baik untuk mengembangkan kerjasama dan kepribadian sosial. Anak-anak yang
lahir di tenagah-tengah menjadi dewasa dalam persaingan yang moderat, memiliki hasrat
yang sehat untuk mengalahkan persaingannya yang lebih tua. Jika sejumlah keberhasilan
dicapai, si anak akan mengembangkan sebuah sikap yang revolusioner dan merasakan bahwa
otoritas apapun bisa ditantang.
Anak bungsu,menurut adler, sering kali merasa dimanjakan dan, akibatnya, menghadapi
resiko tinggi terhadap masalah-masalah kanak-kanaknya. Mereka serinng memiliki perasaan
inferioritas yang kuat dan kekurangan rasa kemandirian. Namun begitu, mereka memiliki
banyak keungan. Mereka sering kali sangat termotivasi untuk menjadi pelari tercepat, musisi
terbaik, atlet paling berbakat atau siswa yang pandai.
Anak tunggal, anak tunggal memiliki posisi unik untuk berkompetisi, bukan terhadap kakak-
kakaknya, melainkan terhadap ayah ibunya. Dengan hidup didunia orang dewasa, mereka
sering kali mengembangkan perasaan unggul yang berlebih-lebihan dan konsep diri yang
dibesar-besarkan. Hanya anak tunggal yang dapat mengalami hambatan bagi pertumbuhan
perasaan kerjasama dan kepedulian sosial, memiliki sikap parasitik, dan mengharapkan orang
lain terus melindungi mereka.
Rekoleksi-rekoleksi awal
Adler (1929/ 1969,1931) menekankan bahwa rekoluksi-rekoluksi awal selalu konsisten
dengan gaya hidup sekarang dan bahwa subyektif mereka terhadap pengalaman-pengalaman
ini menghasilkan sejumlah petunjuk untuk memahami tujuan akhir maupun gaia hidup
mereka saat ini. Salah satu rekoleksi adler yang paling awal adalah kontras besar antara
kesehatan prima kakaknya sigmud adler, dan kondisi dirinya yang selalu sakit-
sakitan.Rekoleksi-rekoleksi mengenai pengalaman awal dibentuk oleh gaya hidup saat ini.
Mimpi-mimpi
Walaupun mimpi tidak dapat meramalkan masa depan namun, mereka dapat menyediakan
petunjuk untuk memecahkan masalah di depan. Namun begitu, mimpi sering kali tidak ingin
memecahkan masalah dengan cara yang produktif. Adler menginterpretasikan mimpi ini
bahwa dia harus memadatkan keberaniannya untuk menjelajahi dunia baru dan memutuskan
ikatan-ikatan dengan dunia lama.Meskipan adler percaya bahwa dia dapat
menginterpretasikan dengan mudah mimpi ini, dia yakin bahwa kebanyakan mimpi menipu
diri sendiri dan tidak mudah dipahami bahkan oleh mimpi sendiri.
Psikoterapi
Teori adlerian mempostulasikan bahwa psikopatologi berasal dari kekurang beranian,
perasaan inveripritas yang berlebih-lebihan, dan kepedulian sosial yang tidak berkembang
penuh. Karena itu, tujuan utama psikoterapi adlerian adalah meningkatkan keberanian,
merugikan perasaan inverioritas yang berlebihan, dan memperbesar kepedulian sosial. Adler
menemukan metode terapi yang unik bagi anak-anak bermasalah dengan menangani mereka
langsung di hadapan orang tua, guru, dan pekerja medis professional.
D. Teori Dipengaruhi
Adler melihat manusia kebanyakan dimotivasikan oleh pengaruh-pengaruh sosial dan oleh
perjuangan mereka menuju keunggulan atau keberhasilan. Freud berasumsi bahwa manusia
memiliki sedikit saja pilihan bahkan tidak sama sekali dalam membentuk kepribadian
mereka, sementara Adler yakin manusia bertanggung jawab sepenuhnya untuk menjadi siapa
diri mereka, asumsi freud bahwa perilaku saat ini disebabkan oleh pengalaman-pengalaman
masa lalu bertentangan langsung dengan konsep adler bahwa perilaku saat ini di bentuk oleh
pandangan manusia mengenai masa depan. Adler percaya bahwa manusia yang sehat secara
psikologis biasanya menyadari apa yang sedang mereka kerjakan dan alasan mereka
mengerjakannya.
Contoh : psikologi individu mengenai desakan seksual menentukan personaliti
seseorang.
Menurut Adler, fenomena psikologi yang dialami oleh setiap individu itu adalah berbeza
antarasatu sama lain tetapi bersifat konsisten antara satu sama lain iaitu untuk mencapai
kehendaksuperioriti. Kegagalan seseorang individu berhadapan dengan cabaran hidup
mendorong individubersifat lemah, pasif dan defensif iaitu individu ini sedang
mengalami inferiority complex
Kehendak seseorang itu mempengaruhi setiap tindakan mereka berpandukan pula
kepadapengalaman di masa lepas yang telah dilalui mereka yang mana mendorong kepada
usaha untukmerealisasikan suatu kehendak. Perasaan inferioriti yang wujud secara nyata atau
khayalan dalamdiri seseorang individu dianggap suatu yang normal. Bahkan, perasaan
inferioriti itu menjadidorongan untuk seseorang individu mencapai keinginan superioriti.
Superioriti pula merupakanmatlamat hidup seseorang individu di samping menggapai
kesempurnaan kendiri yang unggul.Maka, matlamat ini dijadikan pula sebagai panduan hidup
seseorang. Matlamat tadi adalah hasilidea yang dibayangkan. Ia diistilahkan sebagai Fictional
Finalism.
DAFTAR PUSTAKA
Feist, Jess & Gregory J. Feist. 2008. Theory of Personality. Jogjakarta : Pustaka Pelajar.
Hall, Calvin. S & Gardner Lindzey. 1993. Teori-Teori Psikodinamika (Klinis). Yogyakarta :
Kanisius.
Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Penalaran. Jakarta : Raja Giafindo Persada.
Adlerian (Psikologi Individual)
Psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif
dalam memahami individu dan dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Individual psychology
atau psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikutnya antara lain adalah
Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer. Alfred Adler selain siswa juga
rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda dari Freud. Adler telah menjadi
dokter praktek. Ketika bergabung dengan Freud dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat
Psychoanalytic Vienna. Adler keluar dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna
dan pada tahun 1911 Adler mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi
Individu.

Aliran Psikologi Individual dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Adler mengatakan bahwa
seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi
sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil.
Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar
realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam
menempatkan hidup. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari teori psikologi individual.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam mempelajari konseling psikologi individual ini adalah
agar seorang konselor dapat mengetahui model-model konseling dan bagaimana menerapkan
berbagai teori dalam proses konseling.

Prinsip Dasar
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial.
Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. mereka menghubungkan dirinya
dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan
sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan
orientasi sosial.

Untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia rela terjun dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial
seperti organisasi sosial dan mengahabiskan hampir seluruh hidupnya di sana. Mereka merasa
puas dengan melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban perang,
kelaparan dan lain sebagainya. Itulah kebutuhan sosial yang dimaksud oleh Adler. Kebutuhan-
kebutuhan sosial ini merupakan bawaan sejak lahir, perkembangan diri individu sejak masa
kanak-kanak akan sangat menentukan cara individu berperan dalam lingkungan sosialnya.
Ada tujuh prinsip yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu:

1. Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)

Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika
individu menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan.
Individu melihat bahwa banyak makhluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang
tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin menyaingi
kekuatan dan kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa diri kurang jika dibandingkan
dengan orang dewasa. Karena itu ia terdorong untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih
tinggi. Jika telah mencapai taraf perkembangan tertentu, maka timbul lagi rasa kurang untuk
mencapai taraf berikutnya. Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa rendah dirinya
ini tampak dinamis mencapai kesempurnaan dirinya.

Berkenaan dengan perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah
masculine protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau
inferior ini dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity).
Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal ini merupakan
usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam mengkompensasikan perasaan rendah
dirinya.

2. Prinsip Superior (Superiority Principle)

Memandang prinsip superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua
prinsip ini terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai prinsip, kedua istilah
ini berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam operasionalnya tak dapat
dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai motivator utama perilaku
menurut Freud, Adler beranggapan bahwa manusia adalah makhluk agresif dan harus selalu
agresif bila ingin survive. Namun kemudian dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan
untuk mencari kekuatan baik secara fisik maupun simbolik agar dapat survive. Demikian banyak
pasien Adler yang dipandang kurang memiliki kualitas agresif dan dinyatakan sebagai manusia
tak berdaya. Karenanya, yang diinginkan manusia adalah kekuatan (power). Dari sini konsepnya
berkembang lagi, bahwa manusia mengharapkan untuk bisa mencapai kesempurnaan
(superior). Dorongan superior ini sangat bersifat universal dan tak mengenal batas waktu. Bagi
Adler tak ada pemisahan antara drive dan need seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi
Adler hanya ada satu dorongan, yakni dorongan untuk superior sebagai usaha untuk
meninggalkan perasaan rendah diri. Namun perlu dicatat bahwa superior disini bukanlah
kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha untuk mencapai keadaan superior dalam diri dan
tidak selalu harus berkompetisi dengan orang lain. Superioritas yang dimaksud adalah superior
atas diri sendiri. Jadi daya penggerak yang utama dalam hidup manusia adalah dinamika yang
mengungkapkan sebab individu berperilaku, yakni dorongan untuk mencapai superior atau
kesempurnaan.

3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)

Usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan
cara tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang
diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the inner self
driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin dapat
menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Dari dua dorongan itu, yang
terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self) itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini,
suatu peristiwa yang sama dapat ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang
mengalaminya. Dengan adanya dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-
kekuatan di luar dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi
Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas, untuk
mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi dalam hal ini Adler tidak menerima
pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah produk dari lingkungan sepenuhnya.
Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang muncul dan berkembang dalam diri manusia
yang mempengaruhi gaya hidupnya. Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama,
sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk
menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak
lahir dan kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu tersebut. Dengan adanya
perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka tidak ada manusia yang berperilaku dalam cara
yang sama.

Gaya hidup seseorang sering menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua
pengalaman yang dijumpai manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya berkisar pada
perasaan diabaikan (feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being unloved) menafsirkan
semua pengalamannya dari cara pandang tersebut. Misalnya ia merasa bahwa semua orang
yang ingin mengadakan kontak komunikasi dipandangnya sebagai usaha untuk menggantikan
perasaan tak disayangi tersebut. Gaya hidup seseorang telah terbentuk pada usia tiga sampai
lima tahun. Gaya hidup yang sudah terbentuk tak dapat diubah lagi, meskipun cara
pengekspresiannya dapat berubah. Jadi gaya hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia.
Apa yang berubah hanya cara untuk mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk
memuaskan gaya hidup. Misalnya, bagi anak yang merasa memiliki gaya hidup tidak disayangi,
adalah lebih baik praktis untuk membentuk tujuan semu bahwa kasih sayang baginya tidak
begitu penting dibandingkan dengan usaha meyakinkan bahwa tidak dicintai pada masa lalu
tidak penting baginya, dan bahwa meyakinkan kemungkinan untuk dicintai pada masa yang
akan datang diharapkan dapat memperbaiki peristiwa masa lampau. Perubahan gaya hidup
meskipun mungkin dapat dilakukan, akan tetapi kemungkinannya sangat sukar, karena
beberapa pertimbangan emosi, energi, dan pertumbuhan gaya hidup itu sendiri yang mungkin
keliru. Karenannya jauh lebih mudah melanjutkan gaya hidup yang telah ada dari pada
mengubahnya.

4. Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)

Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal ini
dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip
ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Ia lebih dari sekedar
produk lingkungan atau makhluk yang memiliki pembawaan khusus. Ia adalah yang menafsirkan
kehidupannya. Individu menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari
lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan untuk
superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang lain, yang
mempunyai gaya hidup sendiri, namun diri kreatif ini adalah tahapan di luar gaya hidup. Gaya
hidup bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan diri kreatif lebih dari itu. Ia asli, membuat sesuatu
yang baru yang berbeda dari sebelumnya, yakni kepribadian yang baru. Individu mencipta
dirinya.

5. Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)

Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit Adler
mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam setiap
karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari,
dan ia dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada
peristiwa tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler
mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya. Manusia dengan tipe otak
yang dimilikinya dapat menampilkan banyak proses mental dalam satu waktu. Hal-hal yang tidak
tertangkap oleh kesadarannya pada suatu saat tertentu tak akan diperhatikan dan diingat oleh
individu. Ingatan adalah fungsi jiwa, yang tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak efisien ini
adalah akibat kondisi yang tidak sempurna pada organ tubuh, khususnya otak. Adler tidak
menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar (preconsious dan uncounsious) Freud. Hal
ini dianggap sebagai mistik. Ia merasa bahwa manusia sangat sadar benar dengan apa yang
dilakukannya, apa yang dicapainya, dan ia dapat merencanakan dan mengarahkan perilaku ke
arah tujuan yang dipilihnya secara sadar.

6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)

Meskipun Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa
yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan,
melainkan apa yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu.
Dikatakannya, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri.
Misalkan, seorang mahasiswa yang akan masuk perguruan tinggi bukanlah didukung oleh
prestasinya ketika di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, melainkan tujuannya mencapai
gelar tersebut. Usaha mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah bentuk tujuan semunya, sebab
kedua hal tidak menunjukkan sesuatu yang nyata, melainkan hanya perangkat semu yang
menyajikan tujuan yang lebih besar dari tujuan-tujuan yang lebih jauh pada masa datang.

Dengan kata lain, tujuan yang dirumuskan individu adalah semua karena dibuat amat ideal untuk
diperjuangkan sehingga mungkin saja tidak dapat direalisasikan. Tujuan fiksional atau semu ini
tak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Manusia bergerak ke arah superioritas
melalui gaya hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari perasaan rendah diri dan selalu ditarik
oleh tujuan semu tadi. Tujuan semu yang dimaksud oleh Adler ialah pelaksanaan kekuatan-
kekuatan tingkah laku manusia. Melalui diri keratifnya manusia dapat membuat tujuan semu dari
kemampuan yang nyata ada dan pengalaman pribadinya. Kepribadian manusia sepenuhnya
sadar akan tujuan semu dan selanjutnya menafsirkan apa yang terjadi sehari-hari dalam
hidupnya dalam kaitannya dengan tujuan semu tersebut.

7. Prinsip Minat Sosial (Sosial Interest Principle)

Setelah melampaui proses evolusi tentang dorongan utama perilaku individu, Adler menyatakan
pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai minat sosial
yang bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi dengan orang lain, yang pada
masa bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan orang tua. Dimulai pada
lingkungan keluarga, kemudian pada usia 4-5 tahun dilanjutkan pada lingkungan pendidikan
dasar dimana anak mulai mengidentifikasi kelompok sosialnya. Individu diarahkan untuk
memelihara dan memperkuat perasaan minat sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian pada
orang lain. Melalui empati, individu dapat belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai
kelemahannya dan mencoba memberi bantuan kepadanya. Individu juga belajar untuk melatih
munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya tiba, ia dapat mengendalikannya. Proses-
proses ini akan dapat memperkaya perasaan superior dan memperkuat minat sosial yang mulai
dikembangkannya. Dikarenakan manusia tidak sepenuhnya dapat mencapai superioritas,
individu tetap memiliki perasaan ketidakmampuan. Namun individupun yakin bahwa masyarakat
yang kuat dan sempurna akan dapat membantunya mencapai pemenuhan perasaan superior.
Gaya hidup dan diri kreatif melebur dalam prinsip minat sosial yang pada akhirnya terwujud
tingkah laku yang ditampilkan secara keseluruhan.

Konsep Dasar
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu
kompensasi terhadap perasaan inferioritas . Hal inilah yang menjadi perbedaan yang mendasar
teori psikologi individual dengan psikoanalisis. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling
of inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Perasaan tidak mampu atau rasa rendah
diri, berasal dari tiga sumber, yaitu kekurangan dalam organ fisik, anak yang dimanja, anak yang
mendapat penolakan. Kadang-kadang rasa rendah diri ini dapat menimbulkan kompensasi yang
berlebihan sehingga menyebabkan berbagai hambatan bagi individu itu sendiri.

Konsep utama dari teori psikologi individual yang benar-benar berbicara tentang diri atau self,
yang mana hal itu yang menjadi pembeda setiap individu yang terlihat dari gaya hidup masing-
masing individu, menyebabkan arah konseling mengacu pada pengembangan diri individu.
Masalah yang paling sering dialami adalah masalah kepercayaan diri (konsep diri).
Pembentukan konsep diri ini dimulai sejak usia empat dan lima tahun pertama.

1. Persepsi Subyektif tentang Realitas

Penganut Adler berusaha melihat dunia dari kerangka subyektif klien, suatu orientasi yang
dinyatakan sebagai fenomenologis. Fenomenologis diberikan karena orientasi ini menaruh
perhatian pada cara individu dimana seseorang melihat dunianya. Realitas Subyektif ini
mencakup persepsi keyakinan dan kesimpulan individual.

2. Kesatuan serta Pola Kepribadian Manusia

Premis dasar dari pendekatan Adler disebut juga Psikologi Individual. Psikologi Adler berasumsi :
manusia adalah suatu makhluk sosial, kreatif, dan pengambil keputusan yang memiliki maksud
terpadu. Pribadi manusia menjadi terpadu lewat tujuan hidup. Implikasi (holistik) dari kepribadian
ini adalah bahwa seorang klien adalah suatu bagian integral dari sistem sosial.
3. Interes Sosial

Istilah ini berarti kesadaran individu akan kedudukannya sebagai bagian dari masyarakat
manusia dan akan sikap seseorang dalam menangani dunia sosialnya. Didalamnya mencakup
perjuangan untuk masa depan yang lebih baik. Adler menyamakan interes sosial dengan rasa
identifikasi dan empati dengan orang lain. Menurut Adler pada saat interes sosial berkembang
maka rasa rendah diri serta keterasingan akan hilang. Interes sosial bisa berkembang bila
diajarkan, dipelajari dan digunakan. Mereka yang hidup tanpa interes sosial menjadi tidak
bersemangat dan berakhir dengan keberadaannya di sisi kehidupan yang tak berguna. Manusia
itu memiliki kebutuhan dasar, yakni perasaan aman, diterima, dan berguna.

Tujuan Konseling
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri
(inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan
hidup, mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan.
1. Mengubah gaya hidup yang salah . Dalam hal ini konselor lebih fokus pada aspek
kognitif. Konselor cenderung mencari kesalahan berpikir dan memberikan penilaian pada
hal-hal seperti sikap tidak mempercayai, egois, ambisi yang tidak masuk akal.

2. Mengurangi intensitas inferior klien. Sasaran dari konselor salah satunya mengurangi
rasa rendah diri klien yaitu dengan cara memberi dukungan pada klien bahwa ia mempunyai
kemampuan sehingga jika rasa rendah dirinya berkurang atau hilang klien mampu mencapai
kebahagiaan hidup dan mampu menjalani interaksi sosial dengan baik.

3. Meningkatkan minat sosial klien. Artinya menumbuhkan kesadaran di dalam individu


akan kedudukannya sebagai salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat serta
suatu sikap seseorang menangani dunia sosial untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

4. Mengkonfrontir mekanisme superioritas. Konfrontasi adalah respon konselor yang


menggambarkan adanya ketidaksesuaian atau pertentangan yang terkandung dalam
pernyataan yang diungkapkan klien. Konselor harus mampu menolong klien dengan cara
memberikan pemahaman atau mengevaluasi dampak yang dihasilkan pada orang lain dan
merenungkan akibat yang dia tanggung karena menjadikan superioritas sebagai prioritas
utama.

Hubungan Konselor-Klien
Aliran Adler menganggap hubungan baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya
berkedudukan sederajat didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling
menjaga rahasia dan keselarasan sasaran. Awal mula kegiatan konseling, seyogyanya klien
mulai memformulasikan rencana atau kontrak. Klien tidak dipandang sebagai penerima yang
pasif melainkan klien adalah anggota dari kelompok yang aktif dalam hubunganna dengan
kelompok lain yang sederajat dimana tidak ada pihak yang berkedudukan lebih tinggi dan ada
yang berkedudukan lebih rendah.melalui perserikatan yang sifatnya saling mengisi atau
kolaboratif klien mengakui bahwa mereka bisa mempertanggungjawabkan perilaku mereka.

Proses Konseling
Proses konseling diarahkan oleh konselor untuk mendapatkan informasi-informasi berkaitan
dengan masa sekarang dan masa lalu sejak klien berusia kanak-kanak. Mulai dari mengingat
komponen-komponen dalam keluarga, keanehan-keanehan prilaku yang terjadi didalam
keluarga, sampai hal yang spesifik. Hal ini sangat membantu konselor dalam menghimpun
informasi serta menggali feeling of inferiority (FOI) klien.

Konseling aliran Adler dibangun mengitari empat tujuan sentral, yang sesuai dengan empat fase
proses terapeutik (Dreikurs, 1967). Fase-fase ini tidak linier dan tidak bergerak maju dengan
langkah-langkah yang baku, melainkan fase-fase itu akan bisa dipahami sangat baik sebagai
suatu jalinan benang yang nantinya akan membentuk selembar kain. Maka tahap-tahapnya
adalah:

1. Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat

Salah satu cara untuk menciptakan hubungan yang baik adalah klien diberi pertolongan oleh
konselor agar bisa menyadari asset dan kekuatan yang dimilikinya, dan bukan menangani
kekurangannya serta kewajiban yang harus dipikul. Konseling ini berfokus pada dimensi positif
dan menggunakan dorongan semangat serta dukungan.

2. Menggali dinamika psikologi yang ada dalam diri klien

Tujuan ganda dari fase kedua ini:

Memahami gaya hidup mereka dan melihat betapa itu semua memperngaruhinya dalam
menjalankan tugas hidup yang dilakukan sekarang.

3. Memberi semangat untuk pemahaman

Pada dasarnya fase ini bersifat suka mendukung, mereka juga bersikap konfrontif. Mereka
tentang kliennya untuk mengembangkan mawas diri tentang tujuan yang keliru dan perilaku
mengalahkan diri sendiri. Interpretasi adalah suatu teknik yang memberikan fasilitas pada proses
didapatkannya wawasan diri. Fokusnya adalah pada perilaku disini dan sekarang dan pada
ramalan ramalan dan antisipasi antisipasi yang timbul dari kehendak seseorang.

4. Menolong agar bisa berorientasi ulang

Tahap akhir dari proses terapeutik adalah tahpa berorientasi pada tindakan yang disebut
reorientasi dan reedukasi, atau mengetrapakan wawasan dalam praktek. Pada tahap reorientasi
klien mengambil keputusan dan memodifikasi sasaran mereka. Hal yang esensial dari fase ini
adalah komitmen karena bila klien mengharapkan dirinya berubah maka harus ada kemauan
untuk menyediakan tugas bagi dirinya sendiri dan mau berbuat sesuatau yang khusus terhadap
problema yang dihadapinya.

Teknik Konseling
Teknik konseling yang digunakan oleh konselor adalah:

a. Teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan dirinya dengan
konselor. Dengan empati, konselor mencoba membayangkan gaya hidup dan masalah klien
dalam dirinya. Atas dasar itu konselor kemudian membantu klien untuk memperbaiki gaya hidup
dan memecahkan masalah klien.

b. Teknik analisis mimpi. Menurut Adler, mimpi merupakan refleksi gambaran tujuan hidup klien.
Dengan menganalisis mimpi yang dialami klien maka konselor dapat memperkirakan tujuan
hidup klien. Atas dasar itu kemudian konselor membantu klien.

Selain itu ada beberapa fase yang dilakukan konselor dalam memberikan layanan konseling
berdasarkan model ini, yaitu menciptakan hubungan (fase I), menggali dinamika individual (fase
II), memberi semangat untuk pemahaman (fase III), menolong agar bisa berorientasi ulang (fase
IV) .

Fase membina hubungan akan sangat menentukan proses konseling selanjutnya hingga
menentukan fase selanjutnya yaitu menggali dinamika individu. Dinamika individu harus digali
untuk mengetahui gaya hidup dan pemecahan masalah yang tepat bagi individu. Hal-hal yang
digali diantaranya adalah konstelasi keluarga berupa urut-urutan kelahiran, karena hal itu
mempunya pengaru yang besar dalam membentuk gaya hidup individu. Selanjutnya
pengalaman sewaktu usia antara empat hingga enam tahun atau berbagai kenangan masa kecil.
Mimpi yang sering dialami karena bagi Adlerian hal itu menggambarkan prioritas dan keinginan.
Mengenai prioritas itu sendiri klien diarahkan untuk menilai mana prioritas yang lebih utama
dalam hidupnya.

Proses selanjutnya klien diberi semangat, dorongan dan pemahaman untuk memupuk semangat
dan kepercayaan dirinya kembali, karena diri atau self membutuhkan hal itu. Terakhir adalah
menolong agar bisa berorientasi ulang yang difokuskan untuk mendorong klien agar bisa melihat
alternatif yang baru dan lebih fungsional. Klien didorong semangatnya dan sekaligus ditantang
untuk mengembangkan keberaniannya mengambil resiko dan membuat perubahan yang baik
dalam hidupnya.

Kecocokannya untuk diterapkan di Indonesia


Setelah mengetahui keseluruhan uraian dari teori Psikologi Individual milik Adler maka kami
berpendapat bahwa konseling ini cocok untuk diterapkan di Indonesia. Pada hakikatnya
memang benar manusia di Indonesia termotivasi oleh dorongan sosial yang tinggi, akan tetapi
rasa rendah diri kerap muncul dalam diri manusia dalam menjalin hubungan sosial. Oleh karena
itu pendekatan konseling Psikologi Individual dapat menjadi salah satu solusi untuk mengubah
gaya hidup yang salah pada masyarakat Indonesia.

Kesimpulan
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial.
Jadi sangat berbeda dengan yang dikatakan oleh Freud. Adler membagi tujuh prinsip yang
terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu: Prinsip Rasa Rendah Diri, Prinsip Superior,
Prinsip Gaya Hidup, Prinsip Diri Kreatif , Prinsip Diri yang Sadar, Prinsip Tujuan Semu dan
Prinsip Minat Sosial.

Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu
kompensasi terhadap perasaan inferioritas. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of
inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Tujuan dari konseling ini antara lain
Mengubah gaya hidup yang salah, Mengurangi intensitas inferior klien, Meningkatkan minat
sosial klien dan Mengkonfrontir mekanisme superioritas.

Aliran Adler menganggap hubungan baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya
berkedudukan sederajat didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling
menjaga rahasia dan keselarasan sasaran.

Proses tahap-tahapnya adalah: Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat, Menggali


dinamika psikologi yang ada dalam diri klien, Memberi semangat untuk pemahaman dan
Menolong agar bisa berorientasi ulang. Teknik konseling yang digunakan oleh konselor
adalah:Teknik komparatif, dan Teknik analisis mimpi. Dengan demikian konseling ini cocok
diterapkan di Indonesia.

DAFTAR REFERENSI
Corey, Gerald. 1990. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. California: CPC Pacific
Grve.

También podría gustarte