Está en la página 1de 2

Narasi

Ada seorang mahasiswi Nn. M universitas trunojoyo yang berumur 20 tahun, sedang sibuk
dengan KTI untuk tugas akhirnya. Nn. M tersebut seringkali mengeluhkan nyeri pada perut
karena pola makan yang tidak teratur. Nn. M tersebut merupakan mahasiswa tingkat akhir pada
salah satu perguruan tinggi, dimana ia sedang menghadapi pembuatan KTI di mata kuliah
jurusannya. Beban dari pemikiran pembuatan KTI tersebut amat sangat menyita waktunya
sehingga hampir segala aktivitas rutin yang biasanya ia lakukan jadi terganggu, seperti makan
dan olahraga serta menjaga kesehatan. Hal tersebut menyebabkan ia mengalami gangguan pada
sistem pencernaannya, padahal sebelumnya ia tidak pernah mendapat sakit demikian. Hal ini
terjadi karena dipicu oleh stress yang dihadapi. Oleh karena itu Nn. M tidak dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya karena merasakan nyeri yang sangat, akhirnya pihak keluarga
membawa Nn. M tersebut ke rumah sakit Panti Waluya Malang. Nn. M masuk ke IGD setelah
dilakukan pengkajian pasien dianjurkan untuk opname dan keluarga setuju. Nn. M dirawat di
STAB no 69 bed 2. Perawat menanyakan kepada Nn. M tentang aktivitas yang dilakukan
sebelum sakit. Pasien menjawab bahwa dirinya sedang kuliah. Nn. M tampak tertutup dengan
kondisinya dan pasif dengan segala tindakan medis yang akan dilakukan padanya, segala hal
yang dilakukan padanya hanya di respon suara tanpa mimik muka/tanpa ekspresi. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan seakan-akan menjadi pertanyaan tertutup. Perawat memberikan
edukasi bahwa klien harus tetap menjaga kesehatan, tetapi klien tidak menghiraukan edukasi
dari perawat tersebut. Ia tetap saja bersikukuh bahwa tugas lebih penting dibandingkan dengan
kesehatannya. Klien juga beranggapan bahwa sakitnya bukan karena tugasnya tetapi karena
makanan yang dimakannya. Tetapi perawat tetap memberikan perawatan kepada pasien dengan
baik. Keesokan harinya perawat masuk ke kamar pasien dan menanyakan tentang kondisi
pasien, tetapi Nn M menjawab dengan sinis bahwa ia masih sakit di bagian perut. Perawat juga
melihat bahwa makanan pasien masih terlihat banyak dan dimakan hanya sedikit saja. Perawat
mengajak pasien untuk berjalan keluar dengan kursi roda, setelah dibujuk akhirnya pasien mau
menurut untuk keluar dari kamar menuju ke taman. Selama berada di taman pasien merasa
sedikit tenang, rasa nyerinya juga sudah sedikit berkurang karena teralihkan dengan suasana
yang ada. Setelah berada di kamar perawat duduk di sebelah klien dan menanyakan bagaimana
rasa nyerinya? Nn M pun berkata bahwa dirinya sudah berangsur nyaman. Perawat mengatakan
bahwa Nn M harus berusaha lebih rileks. Klien mulai berfikir selama ini dirinya terlalu fokus
pada tugas tanpa memperhatikan kesehatannya. Keesokan harinya perawat ke kamar pasien,
pasien sudah tampak lebih terbuka. Perawat juga mengingatkan pasien untuk makan, karena
nutrisi untuk kesehatan. Pasien makan dengan lahap diit yang diberikan meskipun tidak
dihabiskan. Berangsur angsur kondisi pasien pun pulih dan pasien bisa mengatasi nyeri yang
dialami dengan cara mengalihkan ke hal-hal yang dapat membuat nyerinya hilang. Beberapa
hari kemudian dokter menyarankan Nn M untuk pulang. Nn M berterima kasih pada perawat
yang selama ini merawatnya. Nn M pun sadar bahwa selama ini dia kurang memperhatikan
kesehatannya karena lebih mementingkan tugas. Padahal dia tahu bahwa apabila sakit maka
dia tidak dapat mengerjakan tugasnya.
Kritisan

Dalam kasus tersebut dapat dilakukan pendekatan sesuai dengan teori Kristen M Swanson
untuk menyelesaikan persoalan. Penyelesaian tersebut dapat di atasi dengan pendekatan
dimensi caring.
1. Maintanence belief perawat disini menumbuhkan keyakinan klien seperti membantu
menemukan arti diri bahwa klien adalah seorang mahasiswa, mengerjakan KTI
merupakan tugas utamanya tetapi menjaga kodisi tetap bugar ampat sangant penting
guna menghindari stress. menumbuhkan sikap optimis serta mengambil hikmah dari
setiap peristiwa dan situasi apapun bahwa saat ia sakit ini tuhan ingin berkata bahwa
kesehatan itu amat sangat penting, bila dia tidak menjaga kesehatannya maka ia tidak
dapat menjalani hal-hal yang ia inginkan da malah harus terbaring lemah dirumah sakit.
2. Knowing dalam tahapan ini klien dibantu untuk memahami bahwa sakit yang ia alami
bukan tanpa sebab tetapi dikarenakan dirinya sendiri yang terlalu over dalam
memikirkan tugas sehingga kesehatannya tidak ia jaga, tidak selamanya faktor dari luar
mempengaruhi kesehatan jangan salah bahwa sebenarnya faktor dari dalamlah yang
juga amat berperan penting dalam kesehatannya sehingga hal tersebut harus diluruskan,
knowing adalah menghubungkan keyakinan dengan realita kehidupan yang ada.
3. Being with disini perawat memberikan dukungan sehingga secara emosional dapat
mengurangi perasaan yang tidak diinginkan seperti sikap acuh tak acuh, dan pemikiran
berlebihan akan tugasnya saat ia masih berada dirumah sakit, hal tersebut menggangu
proses kesembuhan.
4. Doing for dalam memberikan asuhan keperawatan klien dan perawat dapat
bekerjasama untuk menyelesaikan masalah yang sedang dialami (sharing).
5. Enablings perawat membantu dalam menyelesaikan masalah ketidak terimaan klien
mengenai kondisinya sekarang yang mengalami kemuduran, perawat berperan
membantu proses pemulihan dan penyadaran kepada pasien sehingga pasien
mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi dan dapat memperbaiki diri sehingga ia
lebih mudah untuk dapat bekerja kedepannya. Setelah pasien pulang dan sembuh dari
penyakitnya pasien sudah memahami dan mengetahui apa yang sebenarnya menjadi
penyebab dari penyakitnya, hal sebut nantinya agar pasien tidak mengulangi
kesalahannya dan mengubah persepsinya pula mengenai penyebab dari penyakit tidak
hanya oleh makanan maupun minuman dari luar melainkan pula oleh pemikirannya
pula. Selain itu mengubah sifatnya yang kurang kooperaatif agar penyembuhannya
menjadi lebih cepat.
Dengan metode tersebut klien dapat memahami sebenarnya penyakit yang ia hadapi saat ini
berkaitan dengan masalahnya sendiri. Teknik dalam teori swanson adalah menggunakan
pendekatan bertahap. Sehingga klien dapat lebih dimampukan untuk menerima kenyataan yang
ada. Penggunaan metode pendekatan secara bertahap juga dapat membantu melihat masalah-
maasalah secara lebih baik dan mendalam, melalui pendekatan tersebut, dapat diketahui
masalah-masalah yang menjadi pencetus penolakan tersebut.

También podría gustarte