Está en la página 1de 19

MATA KULIAH DOSEN PENGAJAR

DASAR-DASAR MIPA RINDI GENESA HATIKA,M.Sc

PERMASALAHAN PENDIDIKAN MIPA

DISUSUN OLEH :
ABD. ARRASYID. M (NIM : 1531001)

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
PASIR PENGARAIAN

i
2016

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Permasalahan Pendidikan MIPA .
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang Permasalahan
Pendidikan MIPA ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Pasir Pengaraian, Desember 2016

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI .................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................ 1
BAB II. PEMBAHASAN .............................................................................. 2
2.1 Permasalahan Pendidikan Matematika ............................................... 2
2.1.1 Faktor yang mempengaruhi pendidikan Matematika disekolah 2
2.1.2 Masalah dan perkembangan Pendidikan Matematika saat ini ... 5
2.2 Permasalahan Pendidikan MIPA........................................................ 9
2.3 Perbandingan Perbedaan Permasalahan MIPA .................................. 13
BAB III. PENUTUP ................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 15
3.2 Saran ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan Pendidikan IPA ini terbagi menjadi dua kegiatan belajar.
Kegiatan belajar yang pertama membahas Permasalahan Pendidikan
Matematika dan kegiatan keduanya membahas Permasalahan Pendidikan
IPA. Dalam bagian yang pertama dibahas faktor-faktor yang mempengaruhi
pendidikan matematika dan masalah-masalah serta perkembangan
matematika dewasa ini. Sedangkan bagian kedua membahas hal yang sama
dengan yang pertama, hanya ruang lingkup bahasannya dikhususkan untuk
pendidikan IPA.
Kemajuan sains dan teknologi serta upaya-upaya untuk mengatasi
pengaruh lingkungan menurut dunia pendidikan untuk lebih berkembang lagi,
khususnya pendidikan MIPA. MIPA sebagai ilmu dasar dan sekaligus ilmu
bantu dalam perkembangan teknologi memegang peranan yang sangat
penting. Semakin majunya teknologi dan sains, menuntut pendidikan MIPA
untuk menemukan bentuk-bentuk baru dan tidak bisa lepas pula dari segala
permasalahnnya, khususnya untuk ruang lingkup pendidikan MIPA di
sekolah-sekolah. Pengetahuan tentang permasalahan pendidikan MIPA yang
berkaitan dengan kegiatan kita sehari-hari didalam proses belajar mengajar
akan menambah wawasan kita dan sekaligus memberikan dampak yang
positif terhadap para siswa kita.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Permasalahan Pendidikan Matematika ?
1.2.2 Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Matematika di Sekolah ?
1.2.3 Apa masalah dan perkembangan Pendidikan Matematika dewasa ini ?
1.2.4 Permasalahan Pendidikan MIPA ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
mengajar matematika.
1.3.2 Menjelasakan Pelaksanaan CBSA dalam proses belajar Matematika
1.3.3 Menentukan kendala-kendala pelaksanaan CBSA
1.3.4 Menjelaskan peranan dan fungsi guru dalam CBSA

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Pendidikan Matematika


2.1.1 Faktor yang mempengaruhi pendidikan Matematika di Sekolah
Suatu kegiatan yang namanya pendidikan merupakan suatu
rangkaian peristiwa yang sangat komplek. Dalam peristiwa ini banyak
faktor-faktor yang saling menunjang. Demikian pula jika kita bicara
tentang pendidikan matematika disekolah maka selain faktor guru,
murid, sekolah, pemerintah, masyarakat dan sebagainya, kita perlu
pula memperhatikan faktor matematikanya itu sendiri.
Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai
karakteristik tertentu bila dibandingkan dengan disiplin-disiplin ilmu
lainnya. Dalam modul yang pertama dari kegiatan belajar yang
pertama, kita telah mengenl pengertian matematika. Secara sederhana
dapat dikatakan, bahwa matematika itu berkenaan dengan ide-ide atau
konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dengan
penalarannya yang bersifat deduktif atau aksiomatik.
Dengan memperhatikan karakteristik matematika dan demi
keberhailan proses belajar mengajar matematika disekolah, maka
perlu untuk kita ketahui beberapa faktor utama yang menentukan
keberhasilan belajar anak didik.

1. Proses Belajar Matematika


Belajar merupakan salah satu perubahan tingkah laku yang
relatif menetap sebagai hasil dari latihan atau pengalaman.
Dilain pihak, karena matematika penalarannya deduktif yang
berkenaan dengan ide-ide, konsep-konsep, simbol-simbol
abstrak dan tersusun secara hirarkis serta bersipat aksiomatik,
sehingga belajar matematika merupakan kegiatan mental yang
tinggi.
Mempelajari materi-materi matematika, tidak cukup hanya
dipelajarinya dengan membacanya saja. Suatu teorema, dalil,
sifat ataupun suatu definisi untuk dapat memahaminya
memerlukan waktu dan ketekunan. Jika perlu, malahan
seringkali kita terpaksa harus berulang-ulang membacanya,
sehingga memahami maknanya padahal tidak jarang hanya
tereiri dri satu kalimat saja.
Bahasa matematika dalah bahasa simbol yang padat, ketat,
akurat, abstrak dan penuh arti. Kita sering menemukan seorang
siswa yang mampu menuliskan sebuah dalil, sebuah definisi
atau sebuah persoalan dalam maematika. Namun, jika kita
2
tanyankan maksudnya atau kita mintakna penjelasannya, maka
banyak antara para siswa itu yang tidak mampu menjelaskan
pengertian, makna, maksud,sasaran, yang tersirat dari yang
tersurat itu. Mereka banyak yang tidak mampu memberikan
penjelasan dengan bahasanya dari metematika yang tertulis
didalam buku, didalam catatan ataupun dipapan tulis sebelum
kita memberikan penjelasan secara panjang lebar.
Memahami konsep matematika perlu pila memperhatikan
konsep-konsep sebelumnya. Matematika tersusun secara
hirarkis yang satu sama lainnya berkaitan dengan erat. Konsep
lanjutan tidak mungkin dapat kita pahami sebelum memahami
dengan baik konsep sebelumnya yang menjadi prasyaratnya.
Ini berarti belajar matematika harus bertahap dan berurutan
secara sistematis serta harus didasarkan pada pengalaman
belajar yang lalu. Seseorang akan mudah mempelajari suatu
materi matematika yang baru, bila didasarkan pada apa yang
telah ia ketahui. Pengalaman belajar yang lalu akan
mempengaruhi proses belajar materi matematika berikutnya
yang tersusun hirarkis itu.

2. Proses Mengajar Matematika


Mengajar dilukiskan sebagai proses interaksi antara guru
dan siswa. Dalam proses interaksi ini, guru mengaharapkan
siswanya dapat mengetahui pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang benar-benar telah diseleksi oleh guru. Pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dipilih guru itu hendaknya relevan
dengan tujuan dari mta pelajaran yang diberikan dan sesuai
dengan struktur kognitif yang dimiliki. Dengan demikian
mengajar adlah untuk melihat bagaimana proses belajar
berlangsung. Tidak hanya sekedar menyatakan dan memberi
intruksi, tidak hanya membiarkan siswa belajar sendiri.
Mengajar sebenarnya memberi kesempatan kepada yang diajar
untuk mencari, bertany, bahkan menebak dan mendebat.
Dalam kegiatan mengajar ini sama halnya belajar, yaitu
tidak lepas dari sifat materi yang diajarkan dan dipelajari.
Dalam hal ini materi itu adalah matematika yang merupakan
ilmu tentang struktur yang terorganisir, ilmu tentang pola
keteraturan, ilmu deduktif yang tidak menerima generalisasi
berdasarkan induktif tetapi harus dibuktikan secara deduktif.
Karenanya yang terpenting dalam teori mengajar adalah
hubungan dengan bagaimana mengembangkan suatu teori
mengajar matematika. Teori mengajar tersebut haruslah
berdasarkan kepada bagaiman siswanya dapat belajar secara
aktif tanpa mencoba memaksa siswa diluar tahap kesiapan
intelektualnya.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam kegiatan yang
pertama, bahwa belajat matematika itu memerlukan
3
pemahaman konsep-konsep yang akan melahirkan rumus-
rumus, terorema atau dalil. Agar konsep atau terorema dapat
diaplikasikan kesituasi yang lain, maka diperlukan
keterampilan. Jadi, seorang guru matematika dituntut untuk
mampu mengajarkan konsep, terorema, dan keterampilan
dalam matematika.
Suatu konsep dalam matematika adalah suatu ide abstark,
yang memungkinkan kita mengklasifikasikan objek-objek atau
peristiwa-peristiwa serta mengklasifikasikan nya termasuk atau
tidak termasuk kedalam ide abstrak tersebut.

3. Faktor yang mempengaruhi proses belajar Matematika


Proses belajar mengajar merupakan ragkaian kegiatan
komunikasi antar manusia, yaitu orang yang belajar (siswa) dan
orang yang mengajar (guru). Komunukasi antara dua subjek
guru dan siswa adalah komunikasi yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor lainnya, yaitu yang menyangkut masalah situasi
dan kondisi termasuk kondisi masyarakat. Faktor-faktor ini
saling mempengaruhi dalam keberhasilan siswa belajar.
Siswa sebagai individu yang potensial tidak akan
berkembang banyak tanpa bantuan guru dan masyarakat
sekitarnya. Namun, ada pula beberapa faktor yang sepenuhnya
bergantung pada siswa dan sebagian lagi sepenuhnya
bergantung pada guru. Untuk lebihnya kita tinjau beberapa
faktor itu.

Guru
Jika membicarakan masalahguru yang baik, maka
kita akan berhadapan dengan berbagai lapian dari sudut
mana kita meninjaunya. Seorang guru yang profesional
dituntut untuk memiliki kemampuan tertentu. Guru
merupakan pribadi yan berkenaan dengan tindakan
didalam kelas, cara komunikasi, berinteraksi dengan
warga sekolah dan masyarakat umumnya.
Proses belajar mengajar matematika yang terjadi
disekolah, kita harapakan dapat berlangsung secara
efektif. Kemampuan seorang guru dalam
menyampaikan materi matematika dan sekaligus
penguasaan materi matematikanya merupakan modal
yang utama dalam kelangsungan proses belajar
mengajar. Faktor penguasaan materi dan penguasaan
suasana belajar disamping faktor kepribadian
merupakan faktor-faktor penyebab proses belajar
mengajar yang sepenuhnya tergantung pada guru.
Siswa
Faktor siswa atau murid sebagai peserta didik
merupakan faktor yang paling penting didalam proses
4
belajar mengajar matematika. Tujuan dari proses belajar
mengajar sebagai interaksi edukatif adalah membantu
siswa dalam mengarahkan perubahan tingkahlaku
secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan.
Dalam membicarakan murid ini banyak faktor-
faktor yang perlu mendapat perhatian, lebih-lebih
hubugan nya dengan matematika. Matematika atau ilmu
pasti bagi anak-anak pada umumnya merupakan
pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran
yang palin dibenci. Karena itu dalam interaksi belajar
matematika seorang guru perlu memperhatikan faktor-
faktor yang menyangku murid. Kita perlu
memperhitungkan karakteristik yang penting dari siswa
yang akan menerima pengajaran yang telah
direncanakan.
Sarana dan Prasarana
Proses belajar mengajar akan berlangsung lebih
baik jika sarana prasarananya menunjang. Sarana yang
cukup lengkap seperti adanya perpustakaan dengan
buku-buku matematika yang relevan dan menunjang
kegiatan belajar mengajar merupakan fasilitas yang
paling penting.nadanya sarana laboratorium matematika
yang sederhana dengan perlengkapan dan pembiayaan
yang cukup dapat meningkatkan kualitas pelajar
matematia siswanya.
Demikian pula dengan adanya prasarana yang
cukup seperti ruangannya yang sejuk dan bersih, tempat
duduk yang nyaman, papan tulis yang memadai,
perlengkapan matematika seperti mistar, jangka,
segitiga, busur derajat tersedia akan lebih memperlancar
terjadi proses belajar mengajar matematika.

2.1.2 Masalah dan Perkembangan Pendidikan Matematika Saat ini.


Pendidikan senantiasa merupakan beban dan tantangan bagi
setiap negara yang tak ada henti-hentinya. Beban dan tantangan itu
datang dari berbagai sumber diantaranya; kemajuan sains dan
teknologi, pertumbuhan penduduk, keterbatasan dana dan masih
banyak kendala kendala lainnya. Semua orang khususnya kita sebagai
pendidik dan guru, harus menyadari adanya tantangan tersebut dan
berusaha mengambil bagian dalam bidang dan kemampuan kita
masing-masing. Kita sebagai tenaga pendidik MIPA umunya dan
bidang studi matematika khususnya perlu untuk mengetahui
permasalahan yang ada disekitar kita. Selain itu kita perlu pula untuk
memahami perkembangan tentang proses belajar mengajar yang
sesuai dengan tuntutan dan harapan dewasa ini.

5
1. Permasalahan Pengajaran Matematika di Sekolah
Ada beberapa masalah pokok yang perlu mendapat
perhatian dari kita sebagai guru matematika disekolah
menengah tingkat pertama. Permasalahan ini adalah
permaalahan yang lebih bersifat umum. Namun demikian untuk
menambah wawasan kita ada baiknya untuk diungkap kembali,
sehingga dapat mebantu kita dalam menyampaikan materi
matematika SMP khusunya dan problematika pengajaran
MIPA pada umunya.
Untuk keperluan pembahasan permasalahan diatas akan
kita tinjau bebrapa pendapat para ahli pendidikan matematika
yang kesemuanya bersumber dari buku-bukunya yang
dijadikan referensi modul ini.
Kualitas Masukan Sekolah
Pada zaman sekarang ini kebutuhan akan
pendidikan sudah merupakan kebutuhan pokok yang
mutlak diperlukan oleh hampir seluruh lapisan
masyaratkat. Sedangkan pada zaman dulu endidkan
tidak populer seperti zaman sekarang ini. Pada zaman
yang lampau kesadaran dan kesempatan untuk
bersekolah tidak seperti sekarang. Lebih-lebih pada
zaman penjajahan sekolah hanya diperuntukan untuk
lapisan masyarakat tertentu.
Sepuluh tahun atau dua puluh tahun kita
merdeka keperluan kan pendidikan tidak sepesat seperti
sekarang ini, walaupun ada peningkatan dibandingkan
zaman penjajahan. Pada waktu itu orang tua umumnya
menyekolahkan anaknya cukup sampai sekolah dasar
saja asal bisa membaca, menulis dan sedikit berhitung.
Anak-anak yang melanjutkan kesekolah menengah
sedikit sekali dan terpilih. Namun ada juga orang tua
yang menyekolahkan anaknya sampai ke junjang yang
lebih tinggi. Namun itu hanya anak-anak yang pandai
yang dapat diterima itu.
Dizaman wajib belajar seperti sekarang ini,
sekolah selain wajib menjadi mode. Orangtua tidak
puas bila anak nya hanya tamat SD, apalagi tidak
sekolah. Orangtua umumnya menginginkan agar anak
nya mendapatkan pendidikan disekolah menengah,
kalau mungkin perguruan tinggi. Orangrua berusaha
sekuat kemampuan agar anaknya dapat sekolah seperti
anak-anak yang lainnya walaupun dengan biaya yang
cukup mahal dan tempat relatif jauh.
Demikian salah satu sebab utama kualitas anak
untuk sekolah menengah pada umumnya menjadi
menurun. Akibat dari banyaknya anak yang kurang
mampu untuk mengikuti kegiatan, guru-guru tidak
6
dapat lagi memperthankan mutu seperti sediakala.
Dalam setiap tahun terpaksa sebagian besar anak-anak
harus naik kelas dan harus lulus walaupun dengan
kemampuan yang pas-pasan, karena yang akan masuk
sebagai siswa baru sudah ngantri.

Minat Siswa terhadap Matematika


Banyak orang tua yang telah mengetahui dan
mengakui manfaat dan bantuan matematika kepada
berbagai bidang ilmu dan kehidupan, namun tidak
sedikitpula orang yang menganggap bahwa matematika
ilmu yang tidak menarik. Demikian pula bagi anak-anak
pada umumnya banyak yang tidak menyenangi
pelajaran matematika.
Pengajaran Matematika
Matematika adalah salah satu alat untuk
mengembangkan cara berfikir. Matematika diperlukan
untuk kehidupan sehari-hari, untuk perkembangan IPA
dan untuk perkembangan teknologi. Akibatnya,
matematika perlu diberikan sebagai bekal kepada setiap
peserta didik sejak SD. Namun dilain pihak,
mmatematika pada hakikatnya adalah suatu ilmu yang
penalarannya bersifat deduktif formal dan abstrak.
Sebagai guru MIPA umumnya dan guru
matematika khususnya harus menyadari kondisi diatas
yang merupakan permasalahan dan kendala dalam
proses belajar mengajar matematika yang demikian
adanya.

2. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar


Matematika.
Dalam proses belajar tradisional , seorang guru
matematika dianggap sebagai sumber ilmu, guru bertindak
otoriter dan mendominasi dikelas. Guru langsung mengajar
materi matematika, membuktikan semua dalil-dalilnya dan
memberikan contoh-contohnya. Sebaliknya murid harus duduk
dengan rapih, mendengarkan dengan tenang dan berusaha
meniru cara-cara guru membuktikan dalil dan cara guru
mengerjakan soal. Pada proses mengajar matematika
tradisionalarah kegiatan proses belajar mengajar pada dunia
guru, bukan dunia murid.
Dalam proses belajar mengajar yang baru, suasana
belajar mengajar dirubah dari pengalaman guru ke pengalaman
murid, dari guru aktif ke siswa aktif. Guru mendapatkan anak
kepada pusat kegiatan belajar, berusaha membantu dan
mendorong anak untuk belajar, bagaimana menyusun
7
pertanyaan, bagaimana membicarakan dan menemukan
jawaban-jawaban persoalan.

Cara Belajar Siswa Aktif


Cara belajar siswa aktif (CBSA) atau Student
active learning (SAL) adalah salah satu sasaran utama
dalam pembaharuan pendidikan. Pengertian CBSA
tidaklah didefinisikan secara tegas sebab walau
bagaimanapun yang nama nya beljar dengan sendirinya
memerlukan keaktifan siswa. Tetapi tentu saja,
walaupun belajar itu terwujud dalam bentuk keaktifan
siswa tentu akan mempunyai derajat keaktifan yang
berbeda-beda.
Istilah keaktifan dapat mempunyi bentuk yang
beraneka macam , misalnya keaktifan dalam
mendengarkan (ceramah), mendiskusikan hubungan
sebab akibat dalam suatu peristiwa, membuaat atau
menulis sesuatu, dan sebagainya. Namun keaktifan-
keaktifan yang lebih penting dan lebih sulit untuk kita
amati adalah keaktifan dengan menggunakan
pengetahuan yang telah dimiliki dalam memecahkan
masalah yang sifatnya baru menyusun suatu rencana,
menyatakan gagasan sendiri dan sejenisnya.
Keaktifan-keaktifan iu sangat lah bervariasi,
namun yang terpenting keaktifan itu haruslah
melibatkan intelektual dan emosional siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Hal ini berarti keaktifan itu
menuntut dibidang kognitif (pengetahuan) afektif
(sikap) maupun psikomotorik (keterampilan). Dengan
kata lain, keaktifan dalam rangka CBSA tertuju pda
keterlibatan mental.

Peranan Guru dalam Cara Belajar Siswa Aktif


Keberhasilan berbagai usaha dalam CBSA dan
strategi cara belajar mengajar matematika akhirnya
sangat tergantung pada guru juga. Jelaslah bahwa
keterampilan dan kemampuan guru dalam
melaksanakan usahanya itu akan menentukan
efektivitasnya.
Perlu disadari bahwa kualitas pribadi serta
keahlian dapat menjadi fakor keberhasilan dalam
CBSA. Banyak siswa yang mengagumi guru
matematika nya, karena ia mengikuti pelajaran dengan
penuh minat. Seorang guru juga memanfaatkan latar
belakang pengalaman sebagai sarana membangkitkan
minat belajar siswa. Dalam hal ini termasuk
pengalaman sebagai siswa, setelah menjadi guru dan
8
pengalaman menerapkan matematika pada pelajaran
lain. Kepribadian guru merupakan faktor yang penting
dalam membangkitkan efektivitas belajar siswa. Para
siswa akan memberikan respon yang positif kepada
guru yang mempunyai sifat jujur, sabar, simpatik, dan
penuh perhatian.
Kemampuan, keterampilan dan pengalaman
guru merupakan faktor-faktor yang penting dalam
menciptakan CBSA. Para guru matematika hendaknya
tidak hanya senang kepada matematikanya, tetapi juga
senang mengajarkan nya. Apabila lebih lanjut kita
telusuri tentang guru ini sehubungan dengan CBSA
ternyata bahwa guru dituntut untuk dapat memainkan
peranan ganda.
Beberapa peranan guru dalam belajar siswa
aktif, diantaranya kombinasi dari peran-peran sebagai :
a. informator (pemberi informasi)
b. komunikator (menyampaikan pesan atau
materi)
c. organisator (pengorganisasi kelas)
d. fasilitator (memberi kemudahan)
e. motivator (pendorong belajar)
f. director (sebagai direktur belajar)
g. katalisator (perangsang dalam belajar)
h. konduktor (penyalur dalam belajar)
i. inisiator (pembangkit inisiatif)
j. moderator (pengatur lalu lintas belajar)
k. transmitter (pemindah pengalaman
belajar)
l. adminisator (pengawas kelas)
m. distributor (penyebar belajar)
n. evaluator (penilai efektivitas belajar
mengajar)

Tentunya masih banyak lagi fungsi dan peranan guru


yang dapat dikombinasikan untuk meningkatkan kadar
CBSA dalam proses belajar mengajar matematika.
Selain itu tentunya dari sekian banyak peranan guru
tersebut diatas, ada beberapa peranan yang secara
panjang lebar diuraikan dalam modul-modul yang lain.

2.2 Permasalahan Pendidikan IPA


1. Cara Belajar Siswa Aktif
Kalau kita perhatikan betapa terkenalnya gagasan CBSA dalam
dunia pendidikan pada umumnya, pendidikan sains pada khususnya,

9
dalam beberapa tahun terakhir ini tentu kita dapat berharap, bahwa
kualitas pendidikan kita akan meningkat. Tetapi ternyata tidak
demikian. Apakah sebabnya? Cukup sulit untuk menjawabnya.
Beberapa hasil pengamatan dikemukakan dibawah ini. Mungkin
karena konsep CBSA itu tidak begitu jelas bagi sebagian besar guru,
ada yang menganggp mengutip pelajaran dari papan tulis sudah
merupakan CBSA, dan adapula yang menganggap siswa baru terlihat
aktif bila ia terlibat dalam pemecahan masalah. Demikian pula CBSA
bertitik tolak dari anggapan bahwa siswa memiliki potensi untuk
berfikir sendiri, dan untuk itu ia harus diberi kesempatan. Bagaimana
pelaksanaannya dilapangan? Guru embiarkan para siswa melakukan
kegiatan-kegiatan tanpa diberi bimbingan, apakah itu berupa
pertanyaan, sebab dengan membimbing kesempatan untuk berfikir
sendiri dikurangi. Ada pula guru yang mengasosiasikan CBSA denan
belajar kelompok. Jadi, kalau para siswa belajar secara klasikal, maka
CBSA tidak dapat diterapkan.

2. Pendekatan Keterampilan Proses


Selain CBSA dunia pendidikan kita juga mendengung-dengungkan
penggunaan pendekatan keterampilan proses. Apakah sebenarnya
keterampilan proses itu?
Conny Semiawan dan kawan-kawan. (1985) mengemukakan,
bahwa dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan
memproseskan perolehan (mengamati, menghitung, mengukur,
mengklasifikasikan, mencari hubungan ruang/waktu, membuat
hipotesis, merencanakan penelitian/eksperimen, mengendalikan
variabel, menafsirkan data, menyusun kesimpulan sementara,
meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan), anak akan mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan kosep serta
menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.
Proses belajar mengajar semacam ini akan menciptakan kondisi cara
belajar siswa aktif. Jadi apa yang dikemukakan terdahulu tentang
CBSA lebih diperjelas oleh pengguanaan pendekatan keterampilan
proses.

3. Kontruktivisme dalam Belajar Mengajar


Pandangan kita akhir-akhir ini mendapat perhatian ialah mendapat
pandangan, bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pemikiran anak.
Inilah pandangan yang dianut para kontruktivis.
Berdasarkan penelitiannya bagaimana anak-anak memperoleh
pengetahuan, Piaget samapi pada kesimpulan, bahwa pengethuan itu
dibangun dalam pikira anak. Penelitiannya inilah yang menyebabkan
ia dikenal sebagai konstruktivis pertama (Bodner, 1986). Ia
mempelajari perkembangan berfikir anak-anak, sebab menurut nya ini
adalah satu-satunya cara untuk menjawab pertanyaan bagaimana kita
memperoleh pengetahuan (kamis, 1980). Piaget mengemukakan,
bahwa pengetahuan itu dibangun sambil anak (yang belajar) mengatur
10
pengalaman-pengalaman nya yang terdiri atas struktur-struktur mental
atau skema-skema yang sudah ada pada nya. Sebagai seorang
epistemolog Piaget membedakan antara pengetahuan fisik (physical
knowledge), pengetahuan logikomatematik (logico-matematical
knowledge).
Implikasi pandangan konstruktivis pendidikan ialah bahwa dalam
mengajar guru seharusnya memperhatikan pengetahuan yang diperoleh
anak-anak dari luar sekolah itu, dan menunjag proses alamiah itu. Ini
berarti kita harus menerima mengajar bukan sebagai proses dimana
gagasan-gagasan guru diteruskan kepada siswa, melainkan sebagai
proses-proses untuk mengubah gagasan-gagasan anak yang sudah ada
mungkin salah itu. Bila guru tidak menyadari akan gagasan-gagasan
yang dibawa anak kekelas, dan terus mengajar untuk memberikan
pengalaman-pengalaman yang didasarkan atas latar belakang diasumsi
sendiri, maka tidak mengherankan bahwa pandangan anak-anak kerap
kali tidak dipengaruhi oleh pengalamn-pengalaman dikelas, atau dapat
pandangan-pandangan itu berubah secara yang tidak diharapkan. Hal
ini sesuai sasaran. Ausubel yang mengemukakan, bahwa pengajaran
yang tidak mengindahkan gagasan-gagasan yang dibawa anak, akan
membuat miskonsepsi-miskonsepsi merekan lebih kompleks dan stabil
(Ausubel, 1978).

4. Kontruktivisma dan Peta Konsep


Gagasan para penganut konstruktivis merupakan dasar teoritis bagi
perbedaan antara belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar
hafalan (rote learning) menurut Ausubel. (Ausubel,1978), dalam beljar
bermakna pengetahuan baru dikaitkan pada konsep-konsep relevan
yang sudah ada dalm struktur kognitif. Bila dalam struktur kognitif
tidak terdapat konsep-konsep yang relevan, pengetahuan baru
dipelajari secara hapalan.. jadi menurut Ausubel penting bagi guru
untuk mengetahui apa yang telah diketahui para siswa sebelum
memulai pelajaran. Tetapi Ausubel belum dapat menyediakan suatu
alat atau cara bgi guru yang dapat digunakan untuk mengetahui apa
yang telah diketahui siswa. Novak (1985) dalam bukunya Learning
how to Learn mengemukakan bahwa hal itu dapat dilakukan dengan
peta konsep.
Menurut Novak pembuatan peta konsep merupakan suatu teknik
untuk mengungkapkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi.
Pengungkapan ini digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah
diketahui siswa sebelum ia mulai mengajarkan pokok bahasan baru.
Dengan demikian guru dapat mengajar dengan bertitik tolak dari apa
yang telah diketahui siswa mengenai topik yang akan diajarkannya.
Inilah yang menjadi dasr pemikiran para konstruktivis, dan ini pula
yang menjadi dasar belajar bermakna yang dikemukakan Ausubel, dan
yang kita harapkan terjadi pada anak kita.

5. Sains , Teknologi dan Masyarakat


11
Setelah membaca 1985 years book of the national science theacer
association mengenai pendidikan sains yang harus dihubungkan
dengan teknologi dan masyarakat (science technology society disingkat
STS) di Amerika Serikat, saya berpendapat bahwa pendidikan dasar
9tahun kita belum perlu memikirkan kurikulum sejauh itu. Mungkin
untuk tingkat yang lebih tinggi hal itu dapat kita perhatikan . saya
berpendapat bahwa unifying concepts untuk STS itu merupakan
konsep-konsep yang belum dapat diberikan pada anak-anak kita
berumur antara 7-15 tahun, dengan pengetahuan sains nya yang sangat
terbatas.

6. Rekomendasi
Setelah memberikan uraian diatas, saya menyarankan hal-hal
berikut bagi perkembangan kurikulum dasar 9 tahun.
Selama ini kurikulum kita dikatakan kurikulum yang
overloaded. Hal ini terbukti dari kegiatan guru yang
mengajar terutama dengan metoda ceramah tanpa
menghiraukan CBSA, pendekatan keterampilan proses,
apalagi memperhatikan gagasan-gagasan apa yang telah
dimiliki para siswa. Oleh karena itu, kita harus
melakukan seleksi konsep-konsep sains dengan cermat
sekali. Tidak perlu semua konsep dianggap penting, dan
jangan pula kita memasukkan begitu banyak
kepentingan bidang lain kealam kurikulum sains.
Pendidikan sains dipendidikan dasar hendaknya
ditekankan pada kemampuan berfikir. Apa yang kita
capai selama ini dalam pendidikan yang kita berikan
pada anak-anak kita ialah mereka malas berfikir. Hal ini
mulai tercermin dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Padahal penerapan CBSA, pendekatan
keterampilan proses, bila dilaksanakan dengan baik,
sudah melatih para siswa berfikir. Apalagi kalau kita
terapkan gagasan para kontruktivis bahwa anak itu
harus aktif membangun pengetahuannya.
Buku-buku pelajaran yang digunakan untuk
menanamkan konsep hendaknya jangan yang berupa
rangkuman. Anak-anak kita sedini mungkin kita
biasakan membaca buku , dan dapat mengeluarkan
konsep-konsep yang telah mereka miliki. Peta konsep
dapat mereka gunakan untuk menolong belajar
bagaimana belajar.

12
2.3 Perbandingan Perbedaan Permasalahan MIPA

MATEMATIKA
Latar Proses pembelajaran dibutuhkannya kemampuan proses berpikir. Dan
belakang dalm proses pembelajaran guru cenderung mentransfer pengetahuan yang
dimiliki ke dalam pikiran siswa.
Penyebab Efek lulusan dari tiap-tiap universitas
Pembelajaran di kelas hanya berdasarkan materi pada buku
pegangan.
Pelaksanaan KBM masih konvensional
tujuan Melatih cara berpikir dan bernalar serta mengembangkan aktivitas kreatif
dalam mengembangkan kemempuan memecahkan masalah serta bisa
menarik kesimpulan,

Sekolah Proses Belajar Matematika (M)


Proses mengajar matematika (M)
Kemempuan berpikir siswa rendah

Saat ini Kualitas masukan sekolah (M)


Minat siswa terhadap matematika kurang(M)

Mengatasi Guru perlu menggunakan media dan pendekatan pembelajaran


yang sesuai dengan materi yang diajarkan
Melatih cara berpikir untuk menyelesaikan soal dengan cara yang
mudah
Melatih nalar otak ,aktifitas dan kreatif dalam matematika untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah
Mengajukan pertanyaan
Belajar matematika menurut cara belajar sendiri

IPA
Latar Lemahnya dalam proses pembelajaran PD kurang didorong untuk
belakang mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran hanya
diarahkan pada hafalan. PD hanya menghafal informasi yang didapatkan
dari sumber belajar
Penyebab Padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan
kurikulum yang berlaku.
Efek Lulusan dari tiap-tiap Universitas
Guru merasa kesulitan mengajarkan IPA terutama materi yang
abstrak
Laboratorium yang kurang memadai
tujuan Agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk
mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu
menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan
mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
Sekolah Gaya mengajar guru yang mengutamakan hafalan berbagai
Saat ini konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep tersebut,
peserta didik tidak terbiasa menggunakan daya nalarnya, tetapi
terlalu terpaku pada buku.
Bahan ajar yang diberikan di sekolah masih terasa lepas dengan
permasalahan pokok yang timbul di masyarakat.
13
Keterampilan proses belum tampak dalam pembelajaran dengan
alasan untuk mengejar target kurikulum.
Pelajaran IPA hanya bersifat konvensional konvensional hanya
menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke perguruan
tinggi, bukan untuk menyiapkan SDM yang kritis, peka terhadap
lingkungan, kreatif, dan memahami teknologi sederhana yang
hadir di tengah-tengah masyarakat
Seringkali IPA disajikan hanya sebagai kumpulan rumus belaka
yang harus dihafal mati oleh peserta didik, akibatnya ketika
diadakan evaluasi belajar, kumpulan tersebut campur aduk dan
menjadi kusut di benak peserta didik.
Dalam penyampaian materi IPA kurang memperhatikan proporsi
materi dan sistematika penyampaiannya, serta kurang
menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit bagi peserta
didik.
Pembelajaran kurang variatif, alat bantu dan analogi yang dapat
memperjelas materi jarang digunakan.
Adanya anggapan bahwa guru adalah orang yang paling mampu
dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan peserta didik.

MengatasiMamampu membelajarkan IPA berdasarkan filosofi konstruktivisme


Gambaran guru IPA masa depan ditentukan oleh kemampuan
guru membelajarkan peserta didik. Kalau sebelumnya guru yang aktif
dalam proses pembelajaran sementara peserta didik hanya menerima
secara pasif penjelasan dari guru, maka ke depan diharapkan peserta didik
berperan aktif dalam pembelajaran. Guru harus mampu meningkatkan
minat dan motivasi peserta didik untuk belajar IPA. Dengan tumbuhnya
minat dan motivasi dalam diri peserta didik, mereka lebih siap untuk
belajar dan terdorong untuk mencari sendiri tanpa perlu diperintahkan oleh
guru. Hal ini juga akan lebih efektif bila menggunakan alat atau media
dalam pembelajaran IPA. Sehingga proses pembelajaran tidak
membosankan. Guru harus menyediakan alat atau media yang mendukung
pembelajaran.

14
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Dalam proses belajar atau mengajar Matematika diperlukan
pengetahuan tentang hakikat matematika sebagai karakteristik dari
matematika, sehingga diharapkan proses berjalan sesuai dengan tujuan.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses belajar mengajar
matematika adalah faktor guru, siswa dan kondisi masyarakat termasuk
sarana dan prasarana sekolah.
Cara belajar siswa aktif (CBSA) atau SAL adalah salahsatu cara
sasaran utama dalam pembaharuaan pendidikan dewasa ini. Konsep CBSA
pada dasarnya berpusatkan pada metode dan tekhnik mengajar yang dapat
menyebabkan siswa belajar aktif.

4.2 Saran
Agar dapat memehami permasalahan pendidikan MIPA dewasa ini
,yaitu : Bagi pendidik hendaknya mengetahui hal yang paling mendasar
yaitu, menetahui dan memahami permasalahan pendidikan MIPA yang
berkaitan dengan kegiatan kita sehari-hari. Dan semakin majunya
teknologi dan sains bagi para pendidik juga diharapkan menemukan
bentuk-bentuk baru dan tidak bias lepas pula dari segala permasalahannya,
khususnya untuk ruang lingkup pendidikan MIPA disekolah-sekolah,

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Damodjo,Hendro.M.A.1985. Ilmu Alamiah Dasar Modul 1-3 .


Jakarta: Universitas Terbuka.
2. Sugeng,Paranto.1981.Motivasi dalam Proses Belajar-Mengajar
P3G.Jakarta: Jakarta Departemen Pendidikan dan kebudayaan
3. Nasution,S,Didaktik. 1982. Asas-asas mengajar.Bandung:Penerbit
Jemmars.
4. Suyono.1981.Usaha-usaha Membangkitkan Minat Terhadap
Matematika.Jakarta:P3G Depdikbud.

16

También podría gustarte

  • Upep 23
    Upep 23
    Documento11 páginas
    Upep 23
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento10 páginas
    Bab I Pendahuluan
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • HOW TO MAKE FRIED BANANA
    HOW TO MAKE FRIED BANANA
    Documento10 páginas
    HOW TO MAKE FRIED BANANA
    indah
    100% (1)
  • Teknik Bertanya
    Teknik Bertanya
    Documento14 páginas
    Teknik Bertanya
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Review Buku
    Review Buku
    Documento1 página
    Review Buku
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Irawati
    Irawati
    Documento9 páginas
    Irawati
    Cici Cweety Chaniago
    Aún no hay calificaciones
  • Tugas
    Tugas
    Documento2 páginas
    Tugas
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Documento34 páginas
    Bab Ii
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Listrik Magnet
    Listrik Magnet
    Documento3 páginas
    Listrik Magnet
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Gaya Abstrakisme
    Gaya Abstrakisme
    Documento1 página
    Gaya Abstrakisme
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Dokumenta Si
    Dokumenta Si
    Documento18 páginas
    Dokumenta Si
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Skrip Si
    Skrip Si
    Documento8 páginas
    Skrip Si
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Perta
    Perta
    Documento4 páginas
    Perta
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Irawati
    Irawati
    Documento9 páginas
    Irawati
    Cici Cweety Chaniago
    Aún no hay calificaciones
  • KPKPDI
    KPKPDI
    Documento10 páginas
    KPKPDI
    Anisa Putri Rinjani
    Aún no hay calificaciones
  • (Profesi Kependidikan) Jabatan Profesional Dan Tantangan Guru
    (Profesi Kependidikan) Jabatan Profesional Dan Tantangan Guru
    Documento18 páginas
    (Profesi Kependidikan) Jabatan Profesional Dan Tantangan Guru
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Nomor Massa
    Nomor Massa
    Documento1 página
    Nomor Massa
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • BAB II Pembahasan
    BAB II Pembahasan
    Documento14 páginas
    BAB II Pembahasan
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Teori Dasar Elektronika Digital Dan Komputer
    Teori Dasar Elektronika Digital Dan Komputer
    Documento24 páginas
    Teori Dasar Elektronika Digital Dan Komputer
    ekobudisantoso
    88% (8)
  • Daftar Komponen Kit Optika
    Daftar Komponen Kit Optika
    Documento2 páginas
    Daftar Komponen Kit Optika
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Be Randa
    Be Randa
    Documento4 páginas
    Be Randa
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Home
    Home
    Documento5 páginas
    Home
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Laporan Penelitian2
    Laporan Penelitian2
    Documento4 páginas
    Laporan Penelitian2
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • 1
    1
    Documento1 página
    1
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Tentang PENDIDIKANAKHMAD SUDRAJAT
    Tentang PENDIDIKANAKHMAD SUDRAJAT
    Documento12 páginas
    Tentang PENDIDIKANAKHMAD SUDRAJAT
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • Eung
    Eung
    Documento10 páginas
    Eung
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • El at Panjang
    El at Panjang
    Documento2 páginas
    El at Panjang
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • File Diamant
    File Diamant
    Documento26 páginas
    File Diamant
    indah
    Aún no hay calificaciones
  • 1 Lks Besaran Fisika
    1 Lks Besaran Fisika
    Documento4 páginas
    1 Lks Besaran Fisika
    heriyanto alazmy
    Aún no hay calificaciones