Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
DISUSUN OLEH :
ABD. ARRASYID. M (NIM : 1531001)
i
2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Permasalahan Pendidikan MIPA .
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang Permasalahan
Pendidikan MIPA ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Guru
Jika membicarakan masalahguru yang baik, maka
kita akan berhadapan dengan berbagai lapian dari sudut
mana kita meninjaunya. Seorang guru yang profesional
dituntut untuk memiliki kemampuan tertentu. Guru
merupakan pribadi yan berkenaan dengan tindakan
didalam kelas, cara komunikasi, berinteraksi dengan
warga sekolah dan masyarakat umumnya.
Proses belajar mengajar matematika yang terjadi
disekolah, kita harapakan dapat berlangsung secara
efektif. Kemampuan seorang guru dalam
menyampaikan materi matematika dan sekaligus
penguasaan materi matematikanya merupakan modal
yang utama dalam kelangsungan proses belajar
mengajar. Faktor penguasaan materi dan penguasaan
suasana belajar disamping faktor kepribadian
merupakan faktor-faktor penyebab proses belajar
mengajar yang sepenuhnya tergantung pada guru.
Siswa
Faktor siswa atau murid sebagai peserta didik
merupakan faktor yang paling penting didalam proses
4
belajar mengajar matematika. Tujuan dari proses belajar
mengajar sebagai interaksi edukatif adalah membantu
siswa dalam mengarahkan perubahan tingkahlaku
secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan.
Dalam membicarakan murid ini banyak faktor-
faktor yang perlu mendapat perhatian, lebih-lebih
hubugan nya dengan matematika. Matematika atau ilmu
pasti bagi anak-anak pada umumnya merupakan
pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran
yang palin dibenci. Karena itu dalam interaksi belajar
matematika seorang guru perlu memperhatikan faktor-
faktor yang menyangku murid. Kita perlu
memperhitungkan karakteristik yang penting dari siswa
yang akan menerima pengajaran yang telah
direncanakan.
Sarana dan Prasarana
Proses belajar mengajar akan berlangsung lebih
baik jika sarana prasarananya menunjang. Sarana yang
cukup lengkap seperti adanya perpustakaan dengan
buku-buku matematika yang relevan dan menunjang
kegiatan belajar mengajar merupakan fasilitas yang
paling penting.nadanya sarana laboratorium matematika
yang sederhana dengan perlengkapan dan pembiayaan
yang cukup dapat meningkatkan kualitas pelajar
matematia siswanya.
Demikian pula dengan adanya prasarana yang
cukup seperti ruangannya yang sejuk dan bersih, tempat
duduk yang nyaman, papan tulis yang memadai,
perlengkapan matematika seperti mistar, jangka,
segitiga, busur derajat tersedia akan lebih memperlancar
terjadi proses belajar mengajar matematika.
5
1. Permasalahan Pengajaran Matematika di Sekolah
Ada beberapa masalah pokok yang perlu mendapat
perhatian dari kita sebagai guru matematika disekolah
menengah tingkat pertama. Permasalahan ini adalah
permaalahan yang lebih bersifat umum. Namun demikian untuk
menambah wawasan kita ada baiknya untuk diungkap kembali,
sehingga dapat mebantu kita dalam menyampaikan materi
matematika SMP khusunya dan problematika pengajaran
MIPA pada umunya.
Untuk keperluan pembahasan permasalahan diatas akan
kita tinjau bebrapa pendapat para ahli pendidikan matematika
yang kesemuanya bersumber dari buku-bukunya yang
dijadikan referensi modul ini.
Kualitas Masukan Sekolah
Pada zaman sekarang ini kebutuhan akan
pendidikan sudah merupakan kebutuhan pokok yang
mutlak diperlukan oleh hampir seluruh lapisan
masyaratkat. Sedangkan pada zaman dulu endidkan
tidak populer seperti zaman sekarang ini. Pada zaman
yang lampau kesadaran dan kesempatan untuk
bersekolah tidak seperti sekarang. Lebih-lebih pada
zaman penjajahan sekolah hanya diperuntukan untuk
lapisan masyarakat tertentu.
Sepuluh tahun atau dua puluh tahun kita
merdeka keperluan kan pendidikan tidak sepesat seperti
sekarang ini, walaupun ada peningkatan dibandingkan
zaman penjajahan. Pada waktu itu orang tua umumnya
menyekolahkan anaknya cukup sampai sekolah dasar
saja asal bisa membaca, menulis dan sedikit berhitung.
Anak-anak yang melanjutkan kesekolah menengah
sedikit sekali dan terpilih. Namun ada juga orang tua
yang menyekolahkan anaknya sampai ke junjang yang
lebih tinggi. Namun itu hanya anak-anak yang pandai
yang dapat diterima itu.
Dizaman wajib belajar seperti sekarang ini,
sekolah selain wajib menjadi mode. Orangtua tidak
puas bila anak nya hanya tamat SD, apalagi tidak
sekolah. Orangtua umumnya menginginkan agar anak
nya mendapatkan pendidikan disekolah menengah,
kalau mungkin perguruan tinggi. Orangrua berusaha
sekuat kemampuan agar anaknya dapat sekolah seperti
anak-anak yang lainnya walaupun dengan biaya yang
cukup mahal dan tempat relatif jauh.
Demikian salah satu sebab utama kualitas anak
untuk sekolah menengah pada umumnya menjadi
menurun. Akibat dari banyaknya anak yang kurang
mampu untuk mengikuti kegiatan, guru-guru tidak
6
dapat lagi memperthankan mutu seperti sediakala.
Dalam setiap tahun terpaksa sebagian besar anak-anak
harus naik kelas dan harus lulus walaupun dengan
kemampuan yang pas-pasan, karena yang akan masuk
sebagai siswa baru sudah ngantri.
9
dalam beberapa tahun terakhir ini tentu kita dapat berharap, bahwa
kualitas pendidikan kita akan meningkat. Tetapi ternyata tidak
demikian. Apakah sebabnya? Cukup sulit untuk menjawabnya.
Beberapa hasil pengamatan dikemukakan dibawah ini. Mungkin
karena konsep CBSA itu tidak begitu jelas bagi sebagian besar guru,
ada yang menganggp mengutip pelajaran dari papan tulis sudah
merupakan CBSA, dan adapula yang menganggap siswa baru terlihat
aktif bila ia terlibat dalam pemecahan masalah. Demikian pula CBSA
bertitik tolak dari anggapan bahwa siswa memiliki potensi untuk
berfikir sendiri, dan untuk itu ia harus diberi kesempatan. Bagaimana
pelaksanaannya dilapangan? Guru embiarkan para siswa melakukan
kegiatan-kegiatan tanpa diberi bimbingan, apakah itu berupa
pertanyaan, sebab dengan membimbing kesempatan untuk berfikir
sendiri dikurangi. Ada pula guru yang mengasosiasikan CBSA denan
belajar kelompok. Jadi, kalau para siswa belajar secara klasikal, maka
CBSA tidak dapat diterapkan.
6. Rekomendasi
Setelah memberikan uraian diatas, saya menyarankan hal-hal
berikut bagi perkembangan kurikulum dasar 9 tahun.
Selama ini kurikulum kita dikatakan kurikulum yang
overloaded. Hal ini terbukti dari kegiatan guru yang
mengajar terutama dengan metoda ceramah tanpa
menghiraukan CBSA, pendekatan keterampilan proses,
apalagi memperhatikan gagasan-gagasan apa yang telah
dimiliki para siswa. Oleh karena itu, kita harus
melakukan seleksi konsep-konsep sains dengan cermat
sekali. Tidak perlu semua konsep dianggap penting, dan
jangan pula kita memasukkan begitu banyak
kepentingan bidang lain kealam kurikulum sains.
Pendidikan sains dipendidikan dasar hendaknya
ditekankan pada kemampuan berfikir. Apa yang kita
capai selama ini dalam pendidikan yang kita berikan
pada anak-anak kita ialah mereka malas berfikir. Hal ini
mulai tercermin dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Padahal penerapan CBSA, pendekatan
keterampilan proses, bila dilaksanakan dengan baik,
sudah melatih para siswa berfikir. Apalagi kalau kita
terapkan gagasan para kontruktivis bahwa anak itu
harus aktif membangun pengetahuannya.
Buku-buku pelajaran yang digunakan untuk
menanamkan konsep hendaknya jangan yang berupa
rangkuman. Anak-anak kita sedini mungkin kita
biasakan membaca buku , dan dapat mengeluarkan
konsep-konsep yang telah mereka miliki. Peta konsep
dapat mereka gunakan untuk menolong belajar
bagaimana belajar.
12
2.3 Perbandingan Perbedaan Permasalahan MIPA
MATEMATIKA
Latar Proses pembelajaran dibutuhkannya kemampuan proses berpikir. Dan
belakang dalm proses pembelajaran guru cenderung mentransfer pengetahuan yang
dimiliki ke dalam pikiran siswa.
Penyebab Efek lulusan dari tiap-tiap universitas
Pembelajaran di kelas hanya berdasarkan materi pada buku
pegangan.
Pelaksanaan KBM masih konvensional
tujuan Melatih cara berpikir dan bernalar serta mengembangkan aktivitas kreatif
dalam mengembangkan kemempuan memecahkan masalah serta bisa
menarik kesimpulan,
IPA
Latar Lemahnya dalam proses pembelajaran PD kurang didorong untuk
belakang mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran hanya
diarahkan pada hafalan. PD hanya menghafal informasi yang didapatkan
dari sumber belajar
Penyebab Padatnya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan
kurikulum yang berlaku.
Efek Lulusan dari tiap-tiap Universitas
Guru merasa kesulitan mengajarkan IPA terutama materi yang
abstrak
Laboratorium yang kurang memadai
tujuan Agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan
sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk
mengembangkan pengetahuan tentang proses alam sekitar, mampu
menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan
mampu menggunakan teknologi sederhana untuk memecahkan masalah
yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
Sekolah Gaya mengajar guru yang mengutamakan hafalan berbagai
Saat ini konsep tanpa disertai pemahaman terhadap konsep tersebut,
peserta didik tidak terbiasa menggunakan daya nalarnya, tetapi
terlalu terpaku pada buku.
Bahan ajar yang diberikan di sekolah masih terasa lepas dengan
permasalahan pokok yang timbul di masyarakat.
13
Keterampilan proses belum tampak dalam pembelajaran dengan
alasan untuk mengejar target kurikulum.
Pelajaran IPA hanya bersifat konvensional konvensional hanya
menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke perguruan
tinggi, bukan untuk menyiapkan SDM yang kritis, peka terhadap
lingkungan, kreatif, dan memahami teknologi sederhana yang
hadir di tengah-tengah masyarakat
Seringkali IPA disajikan hanya sebagai kumpulan rumus belaka
yang harus dihafal mati oleh peserta didik, akibatnya ketika
diadakan evaluasi belajar, kumpulan tersebut campur aduk dan
menjadi kusut di benak peserta didik.
Dalam penyampaian materi IPA kurang memperhatikan proporsi
materi dan sistematika penyampaiannya, serta kurang
menekankan pada konsep dasar, sehingga terasa sulit bagi peserta
didik.
Pembelajaran kurang variatif, alat bantu dan analogi yang dapat
memperjelas materi jarang digunakan.
Adanya anggapan bahwa guru adalah orang yang paling mampu
dan menguasai pelajaran dibandingkan dengan peserta didik.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dalam proses belajar atau mengajar Matematika diperlukan
pengetahuan tentang hakikat matematika sebagai karakteristik dari
matematika, sehingga diharapkan proses berjalan sesuai dengan tujuan.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses belajar mengajar
matematika adalah faktor guru, siswa dan kondisi masyarakat termasuk
sarana dan prasarana sekolah.
Cara belajar siswa aktif (CBSA) atau SAL adalah salahsatu cara
sasaran utama dalam pembaharuaan pendidikan dewasa ini. Konsep CBSA
pada dasarnya berpusatkan pada metode dan tekhnik mengajar yang dapat
menyebabkan siswa belajar aktif.
4.2 Saran
Agar dapat memehami permasalahan pendidikan MIPA dewasa ini
,yaitu : Bagi pendidik hendaknya mengetahui hal yang paling mendasar
yaitu, menetahui dan memahami permasalahan pendidikan MIPA yang
berkaitan dengan kegiatan kita sehari-hari. Dan semakin majunya
teknologi dan sains bagi para pendidik juga diharapkan menemukan
bentuk-bentuk baru dan tidak bias lepas pula dari segala permasalahannya,
khususnya untuk ruang lingkup pendidikan MIPA disekolah-sekolah,
15
DAFTAR PUSTAKA
16