Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1
Psoriasis dikelompokkan dalam penyakit eritroskuamosa dan ditandai
bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis-
lapis berwarna putih mengkilat seperti mika disertai fenomena tetesan lilin,
tanda auspitz dan fenomena kobner. Bercak eritema yang tegas dan kambuh-
kambuhan memberikan efek isik dan psikologi yang mempengaruhi kualitas
hidup pasien. Kemampuan mendiagnosis dan memberikan terapi secara tepat
dapat membantu mengatur masalah pasien psoriasis.
Dalam tinjauan pustaka ini penulis memberikan uraian tentang definisi,
etiopatogenesis, gejala klinis, diagnosis banding dan penatalaksanaan
penyakit psoriasis vulgaris.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Psoriasis merupakan sebuah penyakit autoimun kronik residif yang
muncul pada kulit. Penyakit ini tergolong dalam dermatosis eritroskuamosa
dan bersifat kronik dan residif. Penyakit ini menimbulkan warna kemerahan,
plak bersisik muncul di kulit, disertai oleh fenomena tetesan lilin, tanda
Auspitz, dan Koebner. Psoriasis ini juga disebut dengan psoriasis vulgaris.1,2,4
2.2 Epidemiologi
3
tahun. Onset dini memprediksikan derajat penyakit dan penyakit yang
menahun, dan biasanya disertai riwayat psoriasis pada keluarga. Tidak
terdapat perbedaan insidens antara pria dan wanita. Psoriasis mempengaruhi
1,5 2% populasi dari negara barat. Di Amerika Serikat, terdapat 3 sampai 5
juta orang menderita psoriasis. Kebanyakan dari mereka menderita psoriasis
lokal, tetapi sekitar 300.000 orang menderita psoriasis generalisata.4
2.3 Etiopatogenesis
a. Factor genetik
Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis, resiko mendapat psoriasis
12%, sedangkan jika salah seorang orangtuanya menderita psoriasis
resikonya mencapai 34-39%. Berdasarkan awitan penyakit dikenal dua
tipe : psoriasis tipe I dengan awitan dini bersifat familial, psoriasis tipe II
dengan awitan lambat bersifat nonfamilial. Hal lain yang menyokong
adanya factor genetic ialah bahwa psoriasis berkaitan dengan HLA.1
b. Factor imunologik
Defek genetik pada psoriasis dapat diekspresikan pada salah satu dari
tiga jenis sel, yakni limfosit T, sel penyaji antigen (dermal), atau
keratinosit. Keratinosit psoriasis membutuhkan stimuli untuk aktivasinya.
Lesi pada umumnya penuh dengan sebukan limfosit T pada dermis yang
terutama terdiri atas limfosit T CD4 dengan sedikit sebukan limfositik
pada epidermis. Sedangkan pada lesi baru umumnya lebih banyak
didominasi oleh limfost T CD8. Pada lesi psoriasis terdapat sekita 17
sitokin yang produksinya bertambah. Sel langerhans juga berperan pada
imunopatogenesis psoriasis. Terjadinya proliferasi epidermis diawali
dengan adanya pergerakan antigen, baik eksogen maupun endogen oleh sel
langerhans. Pada psoriasis pembentukan epidermis (turn over time) lebih
cepat, hanya 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.1
4
psoriasis adalah penyakit kekebalan-dimediasi inflamasi sistemik terutama
melibatkan sel Th1. Sitokin dari jalur Th1 (interferon-, interleukin 2,
interleukin 12, dan TNF-) mendominasi di plak psoriasis. Hal ini diterima
secara luas bahwa stimulus tidak diketahui mengaktifkan kulit dendritik
antigen-sel penyajian. Antigen-presenting sel diaktifkan kemudian
mengaktifkan sel T helper yang mengarah ke rilis berikutnya dari kaskade
sitokin inflamasi. Kaskade ini mengakibatkan rekrutmen dan aktivasi dari
jenis sel lain seperti sel-sel endotel dan neutrofil, dan produksi kemokin
dan faktor pertumbuhan. Akhirnya ini mengarah ke proliferasi keratinosit.
Sebuah kondisi inflamasi kronis kemudian memastikan dan mengarah
pada pembentukan lesi kulit psoriasis. Baru-baru ini, Interleukin-17-
mensekresi T helper (Th 17) telah diidentifikasi untuk memainkan peran
penting dalam patogenesis psoriasis. Interleukin-17 mempromosikan
peradangan dengan menginduksi ekspresi chemoattractants yang
ditemukan pada lesi psoriasis. Th17 sel juga mengeluarkan interleukin 22,
yang terlibat dalam diferensiasi keratinosit dan menyebabkan proliferasi
keratinosit.6,7
5
Gambar 2.1 Skema hubungan antara Psoriasis dan penyakit autoimun terkait. 6
6
Gambar 2.2 Predileksi lokasi psoriasis. 3
Lesi primer pada pasien psoriasis dengan kulit yang cerah adalah
merah, papul dan berkembang menjadi kemerahan, plak yang berbatas tegas.
Lokasi plak pada umumnya terdapat pada siku, lutut, skalp, umbilikus, dan
intergluteal.Pada pasien psoriasis dengan kulit gelap, distribusi hampir sama,
namun papul dan plak berwarna keunguan denan sisik abu-abu. Pada telapak
tangan dan telapak kaki, berbatas tegas dan mengandung pustule steril dan
menebal pada waktu yang bersamaan. 3
7
oleh perubahan indeks bias. Cara menggoresnya bisa dengan pinggir gelas
alas. Pada fenomena Auspitz tampak serum atau darah berbintik-bintik yang
disebabkan oleh papilomatosis. Cara mengerjakannya adalah dengan cara
skuama yang berlapis-lapis itu dikerok dengan ujung gelas alas. Setelah
skuama habis maka pengerokan harus dilakukan dengan pelan-pelan karena
jika terlalu dalam tidak tampak perdarahan yang berupa bintik-bintik
melainkan perdarahan yang merata. Trauma pada kulit penderita psoriasis
misalnya trauma akibat garukan dapat menyebabkan kelainan kulit yang sama
dengan psoriasis dan disebut dengan fenomena Koebner yang timbul kira-kira
setelah 3 minggu. 3
8
Psoriasis pada kulit kepala bermula dari pengelupasan yang menyebar
pada daerah kulit kepala yang eritema hingga plak yang menebal disertai
eksudat, mikroabses, serta fisura (retakan). Lesi pada leher, punggung, lengan
dan kaki dapat berupa lesi yang menyeluruh, menyebar, atau seperti tetesan
atau berupa plak besar. Lesi juga bisa didapati pada telapak tangan, telapak
kaki, wajah serta alat genital. Kuku yang diserang seringkali berbintik-bintik
dan dihubungkan dengan material keratotik di bawah lapisan kuku. Dapat
terlihat warna kuning di bawah lempeng kuku. 9
Psoriasis artritis merupakan suatu kesatuan yang berbeda secara klinik
yang mana terjadi baik lesi psoriasis maupun gejala yang menyerupai artritis
inflamasi. Umumnya bagian yang diserang meliputi pergelangan distal
interfalangeal dan kuku yang berdekatan, tetapi dapat juga meliputi lutut,
siku, pergelangan tangan, serta pergelangan kaki. 9
2.4.1 Bentuk klinis psoriasis : 1,2,3,4
1. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini adalah yang lazim terdapat karena itu disebut
psoriasis vulgaris. Dinamakan juga tipe plak karena lesi-lesinya
pada umumnya berbentuk plak. Tempat predileksinya yaitu pada
scalp, perbatasan scalp dengan wajah, ekstremitas terutama bagian
ekstensor yaitu lutut, siku dan daerah lumbosakral.
Plakat eritematosa, berbatas tegas, berskuama dan tersebar
simetris merupakan gambaran khas, terdapat di daerah ekstensor
ekstermitas (terutama siku dan lutut), skalp, lumbosakral bawah,
bokong dan genital (Gambar 2.3). 2
.
9
2. Psoriasis Gutata (Guttate)
Psoriasis Guttate (GUH-tate) adalah salah satu bentuk dari
psoriasis yang mulai timbul sejak waktu anak-anak atau remaja.
kata guttate berasal dari bahasa Latin yang berarti jatuh.(drop).
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya
mendadak dan diseminata, umumya setelah infeksi Streptococcus
di saluran napas bagian atas sehabis influenza atau morbili
terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu juga dapat timbul
setelah infeksi yang lain baik bacterial maupun viral.
Bentuk psoriasis ini menyerupai bintik-bintik merah kecil di
kulit. Bercak (lesions) guttate biasanya timbul pada badan dan kaki.
Bintik-bintik ini biasanya tidak setebal atau bersisik seperti bercak-
bercak (lesions) pada psoriasis plak (Gambar 2.4). 2
10
bersisik lesi terutama di ketiak, selangkangan, di bawah payudara
dan di sekitar alat kelamin (Gambar 2.5). 2
11
dapat menyebar di seluruh tubuh atau lokal hanya untuk kuku,
telapak, jari kaki tangan dan telapak kaki (Gambar 2.6). 2
5. Psoriasis Eritroderma
Tipe psoriasis ini sangat mengancam nyawa, seluruh kulit
penderita merah matang dan bersisik, fungsi perlindungan kulit
hilang, sehingga penderita mudah terkena infeksi. Hanya 1-2% dari
orang yang menderita psoriasis memiliki psoriasis eritroderma.
Hasilnya kemerahan luas, gatal parah, nyeri, dehidrasi dan demam.
Psoriasis eritroderma dapat disebabkan oleh pengobatan topikal
yang terlalu kuat atau karena penyakitnya sendiri yang meluas.
Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi
karena terdapat eritema dan skuama tebal universal. Adakalanya
lesi psoriasis masih tampak samar-samar yakni lebih eritematosa
dan kulitnya lebih meninggi (Gambar 2.7). 2
12
6. Psoriasis Eksudativa
Bentuk ini sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering,
tetapi pada bentuk ini kelainannya eksudatif seperti dermatitis akut.
7. Psoriasis Seboroik
13
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan
antara psoriasis dan dermatitis seboroik, skuama yang biasanya
kering menjadi agak berminyak dan agak lunak. Selain berlokasi
pada tempat yang lazim, juga terdapat pada tempat seboroik
(Gambara 2.8). 2
8. Psoriasis Lain
A. Psoriasis kuku
Salah satu subtipe adalah psoriasis kuku, yang mempengaruhi
satu setengah aktif penderita psoriasis pustular. Psoriasis kuku
mengacu pada perubahan jari dan / atau kuku kaki yang disebabkan
oleh penyakit. Karena rasa sakit, Anda tidak dapat melakukan
pekerjaan tangan yang jauh atau berjalan sendiri bahkan untuk
jarak pendek. Dalam kasus yang parah, di mana psoriasis pustular
dapat merusak kuku, kuku dapat rusak atau hilang secara
permanen. Psoriasis dari jari dan kuku dapat menyerupai kondisi
lain seperti infeksi jamur kronis atau radang kuku.
B. Psoriasis Artritis
Timbul dengan peradangan sendi, sehingga sendi terasa nyeri,
membengkak dan kaku, sama persis seperti gejala rematik. Pada
tahap ini, penderita harus segera ditolong agar sendi-sendinya tidak
sampai terjadi kropos.
14
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Kulit
15
berkelok-kelok, infiltrat inflamasi limfohistiositik ringan sampai sedang
dalam papila dermis atas (ambar 2.10). 3
16
2.6 Diagnosis Banding
1) Dermatofitosis (Tinea dan Onikomikosis)
Pada stadium penyembuhan psoriasis telah dijelaskan bahwa
eritema dapat terjadi hanya di pinggir, hingga menyerupai
dermatofitosis. Perbedaannya adalah skuama umumnya pada perifer
lesi dengan gambaran khas adanya central healing, keluhan pada
dermatofitosis gatal sekali dan pada sediaan langsung ditemukan
jamur.2,3
2) Sifilis Psoriasiformis
Sifilis pada stadium II dapat menyerupai psoriasis dan disebut
sifilis psoriasiformis. Perbedaannya adalah skuama berwarna coklat
tembaga dan sering disertai demam pada malam hari (dolores
nocturnal), STS positif (tes serologik untuk sifilis), terdapat senggama
tersangka (coitus suspectus), dan pembesaran kelenjar getah bening
menyeluruh serta alopesia areata.1,2,3
3) Dermatitis Seboroik
Predileksi Dermatitis Seboroik pada alis, lipatan nasolabial,
telinga sternum dan fleksura. Sedangkan Psoriasis pada permukaan
ekstensor terutama lutut dan siku serta kepala. Skuama pada psoriasis
kering, putih, mengkilap, sedangkan pada Dermatitis Seboroik skuama
berminyak, tidak bercahaya. Psoriasis tidak lazim pada wajah dan jika
skuama diangkat tampak basah bintik perdarahan dari kapiler (Auspitz
sign), dimana tanda ini tidak ditemukan pada dermatitis seboroik.1
2.7 Penatalaksanaan
Secara garis besar, pengobatan pada psoriasis terdiri dari pengobatan
secara sistemik, pengobatan secara topikal, terapi penyinaran dengan PUVA
dan pengobatan dengan cara Goeckman. 5,7
17
2.7.1 Medikamentosa
1. Pengobatan Topikal
a. Preparat Ter
Obat topikal yang biasa digunakan adalah preparat ter, yang
efeknya adalah anti radang.
Konsentrasi yang biasa digunakan 2 5%, dimulai dengan
konsentrasi rendah, jika tidak ada perbaikan konsentrasi dinaikkan.
Supaya lebih efektif, maka daya penetrasi harus dipertinggi dengan cara
menambahkan asam salisilat dengan konsentrasi 3 5 %. Sebagai
vehikulum harus digunakan salap karena salap mempunyai daya
penetrasi terbaik. 2
b. Kortikosteroid
Pada skalp, muka dan daerah lipatan digunakan krim, di tempat
lain digunakan salep. Pada daerah muka, lipatan dan genitalia eksterna
dipilih potensi sedang, bila digunakan potensi kuat pada muka dapat
memberik efek samping di antaranya teleangiektasis, sedangkan di
lipatan berupa strie atrofikans. Pada batang tubuh dan ekstremitas
digunakan salap dengan potensi kuat atau sangat kuat bergantung pada
lama penyakit. Jika telah terjadi perbaikan potensinya dan frekuensinya
dikurangi. 2
c. Ditranol (Atralin)
Obat ini dikatakan efektif. Kekurangannya adalah mewarnai kulit
dan pakaian. Konsentrasi yang digunakan biasanya 0,2-0,8 persen
dalam pasta, salep, atau krim. Lama pemakaian hanya jam sehari
sekali untuk mencegah iritasi. Penyembuhan dalam 3 minggu. 2
d. Pengobatan dengan Penyinaran
Menggunakan sinar ultraviolet artifisial, diantaranya sinar A yang
dikenal dengan UVA. Sinar tersebut dapat digunakan secara tersendiri
atau berkombinasi dengan psoralen (8-metoksipsoralen, metoksalen)
dan disebut PUVA, atau bersama-sama dengan preparat ter yang
dikenal sebagai pengobatan cara Goeckerman. 2
18
Dapat juga digunakan UVB untuk pengobatan psoriasis tipe plak,
gutata, pustular, dan eritroderma. Pada yang tipe plak dan gutata
dikombinasikan dengan salep likuor karbonis detergens 5 -7% yang
dioleskan sehari dua kali. Sebelum disinar dicuci dahulu. Dosis UVB
pertama 12 -23 m J menurut tipe kulit, kemudian dinaikkan berangsur-
angsur. Setiap kali dinaikkan sebagai 15% dari dosis sebelumnya.
Diberikan seminggu tiga kali. Target pengobatan ialah pengurangan
75% skor PASI (Psoriasis Area and Severity Index). Hasil baik dicapai
pada 73,3% kasus terutama tipe plak. 2,7
e. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D. Preparatnya berupa salep
atau krim 50 mg/g. Perbaikan setelah satu minggu. Efektivitas salep ini
sedikit lebih baik daripada salap betametason 17-valerat. Efek
sampingnya pada 4 20% berupa iritasi, yakni rasa terbakar dan
tersengat, dapat pula telihat eritema dan skuamasi. Rasa tersebut akan
hilang setelah beberapa hari obat dihentikan. 2,7
f. Tazaroten
Tersedia dalam bentuk gel, dan krim dengan konsentrasi 0,05 %
dan 0,1 %. Bila dikombinasikan dengan steroid topikal potensi sedang
dan kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. Efek
sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar dan eritema pada 30
% kasus, juga bersifat fotosensitif. 2,7
g. Emolien
Efek emolien ialah melembutkan permukaan kulit. Pada batang
tubuh (selain lipatan), ekstremitas atas dan bawah biasanya digunakan
salep dengan bahan dasar vaselin 1-2 kali/hari, fungsinya juga sebagai
emolien dengan akibat meninggikan daya penetrasi bahan aktif. Jadi
emolien sendiri tidak mempunyai efek antipsoriasis. 2,7
2. Pengobatan Sistemik
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid dapat mengontrol psoriasis dengan dosis ekuivalen
prednisone 30mg per hari. Setelah membaik dosis diturunkan perlahan-
19
lahan lalu diberikan dosis pemeliharaan. Penghentian obat secara
mendadak akan menyebabkan kekambuhan dan dapat terjadi psoriasis
pustulosa generalisata.2
b. Obat Sitostatik
Obat sitostatik yang biasa digunakan adalah metotrexate.
Indikasinya ialah untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis arthritis
dengan lesi kulit dan eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol
dengan obat standar. Kontraindikasinya ialah bila terdapat kelainan
hepar, ginjal, system hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif
(misalnya TBC, Ulkus peptikum, colitis ulserosa dan psikosis). Pada
awalnya metotrexate diberikan dengan dosis inisial 5 mg per oral
dengan psoriasis untuk melihat apakah ada gejala sensitivitas atau
gejala toksik. Jika tidak terjadi efek yang tidak diinginkan maka MTX
diberikan dengan dosis 3 x 2.5mg dengan interval 12 jam selama 1
minggu dengan dosis total 7.5mg. Jika tidak ada perbaikan maka dosis
dinaikkan 2,5 - 5 mg per minggu dan biasanya dengan dosis 3 x 5 mg
akan tampak ada perbaikan. Cara lain adalah dengan pemberian MTX
i.m dosis tunggal sebesr 7,5 25 mg. Tetapi dengan cara ini lebih
banyak menimbulkan reaksi sensitivitas dan reaksi toksik. Jika penyakit
telah terkontrol maka dosis perlahan diturunkan dan diganti ke
pengobatan secara topical. 2,7
Setiap 2 minggu dilakukan pemeriksaan hematologic, urin
lengkap, fungsi ginjal dan fungsi hati. Bila jumlah leukosit < 3500/uL
maka pemberian MTX dihentikan. Bila fungsi hepar baik maka
dilakukan biopsy hepar setiap kali dosis mencapai dosis total 1,5 gram,
tetapi bila fungsi hepar abnormal maka dilakukan biopsy hepar bila
dosis total mencapai 1 gram. 7
Efek samping dari penggunaan MTX adalah nyeri kepala,
alopecia, saluran cerna, sumsum tulang, hepar dan lien. Pada saluran
cerna berupa nausea, nyeri lambung, stomatitis ulcerosa dan diare. Pada
reaksi yang hebat dapat terjadi enteritis hemoragik dan perforasi
20
intestinal. Depresi sumsum tulang menyebabkan timbulnya leucopenia,
trombositopenia dan kadang-kadang anemia. Pada hepar dapat terjadi
fibrosis dan sirosis. 2,7
c. Levodopa
Levodopa sebenarnya dipakai untuk penyakit Parkinson. Pada
beberapa pasien Parkinson yang juga menderita psoriasis dan diterapi
dengan levodopa menunjukkan perbaikan. Berdasarkan penelitian,
Levodopa menyembuhkan sekitar 40% pasien dengan psoriasis.
Dosisnya adalah 2 x 250 mg 3 x 250 mg. Efek samping levodopa
adalah mual, muntah, anoreksia, hipotensi, gangguan psikis dan
gangguan pada jantung. 7
d. Diaminodifenilsulfon
Diaminodifenilsulfon (DDS) digunakan pada pengobatan
psoriasis pustulosa tipe Barber dengan dosis 2 x 100 mg sehari. Efek
sampingnya adalah anemia hemolitik, methemoglobinuria dan
agranulositosis. 7
e. Etretinat & Asitretin
Etretinat merupakan retinoid aromatik, derivat vitamin A
digunakan bagi psoriasis yang sukar disembuhkan dengan obat-obat
lain mengingat efek sampingnya. Etretinat efektif untuk psoriasis
pustular dan dapat pula digunakan untuk psoriasis eritroderma. Pada
psoriasis obat tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi
psoriasis dan kulit normal. Dosisnya bervariasi : pada bulan pertama
diberikan 1mg/kgbb/hari, jika belum terjadi perbaikan dosis dapat
dinaikkan menjadi 1 mg/kgbb/hari. Efek sampingnya berupa kulit
menipis dan kering, selaput lendir pada mulut, mata, dan hidung kering,
kerontokan rambut, cheilitis, pruritus, nyeri tulang dan persendian,
peninggian lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis, dan
teratogenik. Kehamilan hendaknya tidak terjadi sebelum 2 tahun setelah
obat dihentikan. Asitretin (neotigason) merupakan metabolit aktif
etretinat yang utama. Efek sampingnya dan manfaatnya serupa dengan
21
etretinat. Kelebihannya, waktu paruh eliminasinya hanya 2 hari,
dibandingkan dengan etretinat yang lebih dari 100 hari. 2
f. Siklosporin
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 1-4 mg/kgbb/hari.
Bersifat nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis
baik, hanya setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan. 7
g. Terapi biologik
Obat biologik merupakan obat yang baru dengan efeknya
memblok langkah molekular spesifik yang penting pada patogenesis
psoriasis. Contoh obatnya adalah alefaseb, efalizumab dan TNF--
antagonist. 2,7
3. PUVA
Karena psoralen bersifat fotoaktif, maka dengan UVA akan terjadi
efek yang sinergik. Mula-mula 10 20 mg psoralen diberikan per os, 2
jam kemudian dilakukan penyinaran. Terdapat bermacam-macam bagan,
di antaranya 4 x seminggu. Penyembuhan mencapai 93% setelah
pengobatan 3 4 minggu, setelah itu dilakukan terapi pemeliharaan
seminggu sekali atau dijarangkan untuk mencegah rekuren. PUVA juga
dapat digunakan untuk eritroderma psoriatik dan psoriasis pustulosa.
Beberapa penyelidik mengatakan pada pemakaan yang lama kemungkinan
akan terjadi kanker kulit. 2,7
4. Pengobatan Cara Goeckerman
Pada tahun 1925 Goeckerman menggunakan pengobatan kombinasi
ter berasal dari batubara dan sinar ultraviolet. Kemudian terdapat banyak
modifikasi mengenai ter dan sinar tersebut. Yang pertama digunakan ialah
crude coal ter yang bersifat fotosensitif. Lama pengobatan 4 6 minggu,
penyembuhan terjadi setelah 3 minggu. Ternyata bahwa UVB lebih efektif
daripada UVA. 2
22
b. Memberitahu pasien tentang peran stress dalam menyebabkan penyakit.
Bicarakan masalah gaya hidup (seperti olah raga, menghindari alkohol
yang berlebihan dan pengenalan stress.)
c. Jelaskan bahwa penambahan secara bertahap dan berhati-hati paparan
sinar matahari dapat membantu mengendalikan penyakit, tetapi tekankan
untuk menghindari sengatan sinar matahari. Gunakan tabir surya terutama
pada daerah yang terkena penyakit dan terpapar matahari.
d. Mengajari pasien untuk menghentikan obat-obat topikal bila daerah yang
terkena telah sembuh dan alihkan ke obat yang berpotensi paling rendah
yang masih dapat mengendalikan timbulnya lesi baru.
2.8 Prognosis
Pada psoriasis tipe pustular, dapat bertahan beberapa tahun dan ditandai
dengan remisi dan eksaserbasi yang tidak dapat dijelaskan. Psoriasis vulgaris
juga dapat berkembang menjadi psoriasis tipe ini. Pasien denan psoriasis
pustulosa generalisata sering dibawa ke dalam ruang gawat darurat dan harus
dianggap sebagai bakteremia sebelum terbukti kultur darah menunjukkan
negatif. Relaps dan remisi dapat terjadi dalam periode bertahun-tahun.4
23
BAB III
RINGKASAN
24
dengan mengunakan kortikosteroid topikal, preparat ter, ditranol,
fototerapi,calcipotriol, tazaroten dan emolien. Disamping itu juga dapat
dilakukan pengobatan dengan terapi penyinaran dengan PUVA dan
pengobatan dengan cara Goeckman. Prognosis pada psoriasis tergolong baik
namun secara kosmetik menggangu karena perjalanan penyakitnya bersifat
kronis dan residif.
25
DAFTAR PUSTAKA
26