Está en la página 1de 11

Pengaruh Gangguan Reabsorpsi Ren terhadap Hipertensi

Fauzan Fidadi 102010161, Yolanda Febriani R.H 102015004,


Rizka Noviyanti R. 102013218, Clement Panduwinata 102015081.
Aidil Rifki Abar 102013551 Vivianne Herlecia 102015101,
Thangke Margonda T. 102014044, Mutiara Rajany 102015129
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat

Tutor: dr. Ineke Kusumawati Santoso

Abstrak

Ginjal adalah salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk
menjaga homeostasis tubuh, sekresi dan ekskresi, sistem hormonal, dan metabolisme tubuh.
Untuk menjaga keseimbangan tubuh, ginjal memiliki fungsi filtrasi, reabsorpsi dan sekresi
atau ekskresi untuk menyeleksi zat-zat yang masih dibutuhkan atau yang sudah tidak
diperlukan di dalam tubuh kita untuk dibuang melalui urin. Setiap orang memiliki dua buah
ginjal, yang masing-masing terletak di sebelah kanan dan kiri abdomen dengan letak ginjal
kanan yang lebih rendah dari ginjal kiri. Organ ginjal tersusun atas banyak nefron. Nefron
adalah unit fungsional terkecil dan terbanyak pada ginjal yang akan membantu
memaksimalkan fungsi dari organ ginjal tersebut. Jika ada gangguan pada salah satu bagian
ginjal atau salah satu proses pada ginjal, maka akan timbul efek yang buruk bagi tubuh kita.

Kata Kunci: ginjal, nefron, filtrasi, reabsorpsi, sekresi.

Abstract

Kidney is one of the important organs in the human body. Kidney has function to maintain
homeostasis of the body, secretion and excretion, hormonal system, and metabolism. To maintain
body balance, it has filtration, reabsorption and secretion or excretion to select substances that are
still needed or not in our body to be excreted through the urine. Each person has two kidneys, which
are located on the right and left abdomen with the right kidney is lower than the left kidney. Kidney
composed of many nephrons. Nephrons are the smallest and functional units of kidneys that will help
maximize the function of the kidney. If there is interference on kidney or one of the processes in the
kidney, then there will be bad effects to our bodies.

1
Keywords: kidney, nephron, filtration, reabsorption, secretion.

Pendahuluan

Sistem urogenital adalah sistem yang berkaitan tentang proses berkemih dan organ
reproduksi. Dalam menjalankan hidupnya, manusia melakukan kegiatan seperti makan dan
minum, semua yang dikonsumsi tersebut mengalami proses metabolisme di dalam tubuh, dan
menghasilkan zat sisa hasil metabolisme yang harus dikeluarkan dari tubuh. Sistem ini
berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa metabolisme tersebut dalam bentuk cairan. Ginjal atau
ren merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam menjaga keseimbangan atau
homeostasis tubuh. Homeostasis itu sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup individu.
Dengan adanya ginjal, maka suhu tubuh, kondisi cairan tubuh dan lain sebagainya dapat
dijaga agar tetap normal dengan fungsi dasar ginjal. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan
agar lebih mengerti lagi mengenai ginjal dan fungsi utama ginjal bagi tubuh manusia.

Ren

Manusia memiliki sepasang ren yang terletak retroperitoneal pada dinding abdomen
kanan dan kiri columna vertebralis. Ren merupakan organ berbentuk seperti kacang berwarna
merah tua yang memiliki panjang sekitar 10-13 cm, berat 150 gram atau sekitar 0,5% dari
total berat tubuh. Ren sinistra atau ren kiri terletak pada vertebra T11 sampai L2 dan ren
dextra atau ren kanan terletak pada vertebra T12-L3.1 Letak ren dextra lebih rendah dari ren
sinistra karena terdapat hepar di atasnya sehingga mendesak ren dextra lebih ke bawah.1-2
Jarak kutub atas kedua ren adalah 7 cm, kutub bawah kedua ren 11 cm dan kutub bawah ke
crista illiaca 3-5 cm.

Ren sinistra berbatasan dengan gaster, lien, jejenum dan colon descendens,
ssedangkan ren dextra berbatasan dengan hepar, colon ascendens dan duodenum. Tiap ren
memiliki glandula suprarenalis di atasnya.1 Di posterior berhubungan dengan diaphragma,
recessus costodiaphragmaticus, costa XII, musculus psoas major, musculus quadratus
lumborum, dan musculus transversus abdominis. Nervus subcostalis (T12), nervus
iliohypogastricus, dan nervus ilioinguinalis (L1) berjalan ke bawah dan lateral.3

2
Gambar 1. Batas-batas anterior dan posterior ginjal4

Ren memiliki margo superior yang terdapat glandula suprarenalis, margo inferior,
margo lateralis yang berbentuk konveks dan margo medialis yang berbentuk konkaf serta
memiliki hilus renalis. Ren juga terbagi menjadi dua bagian, yaitu cortex renalis yang
menempati 1/3 ren dan medulla renalis yang menempati 2/3 ren. Cortex renalis terdiri dari
glomerulus dan pembuluh darah. Di dalam glomerulus, darah akan disaring kemudian
disalurkan ke medulla yang nantinya akan bermuara di papilla renalis sehingga tampak garis
pada medulla yang disebut dengan processus medullaris (FERHEINI). Pada medulla renalis,
terdapat 8-15 pyramid renalis yang berbentuk segitiga terbalik dengan ujungnya yang disebut
dengan papilla renalis. Saluran yang menembus papilla renalis disebut dengan ductus
papillaris (BELLINI), dan tempat tembus yang berupa ayakan itu disebut dengan area
cribriformis.3 Selain itu juga terdapat 2-4 calyx minor yang akan membentuk calyx mayor,
dan gabungan calyx mayor akan membentuk pelvis renalis, yang kemudian akan menjadi
ureter yang akan keluar dari ren melalui hilus renalis.3

Gambar 2. Struktur ginjal5

3
Ren memiliki 3 pembungkus, yaitu capsula fibrosa, capsula adiposa dan fascia
renalis.1,3 Capsula fibrosa melekat hanya pada ren (tidak melekat pada glandula suprarenalis)
dan memiliki karakteristik yang tipis dan mudah dikupas, kecuali jika terdapat infeksi, maka
capsula fibrosa ini akan sulit dikupas. Capsula adiposa, mengandung banyak lemak dan
membungkus ren beserta glandula suprarenalis. Bagian depan capsula adiposa tipis dan
berperan untuk fiksasi ren, sedangkan bagian belakangnya tebal karena tersusun atas lemak.3
Jika lemak pada capsula adiposa ini berkurang, maka jaringan ikat yang menghubungkan
capsula fibrosa dan capsula renalis akan kendor dan ren akan turun, keadaan ini disebut
dengan nephroptosis yang sering terjadi pada seorang ibu yang sering melahirkan.
Pembungkus yang lainnya yaitu fascia renalis, yang membungkus ren dan glandula
suprarenalis, dan terdiri dari 2 lembar yaitu fascia prerenalis pada bagian depan dan fascia
retrorenalis pada bagian belakang. Pada fascia prerenalis, bagian kanan dan kirinya saling
bersambungan, dan pada fascia retrorenalis, melekat pada Mm. Quadratus lumborum, psoas
3
major dan columna vertebralis. Kedua lembar fascia renalis ini menyatu di cranial dan
membuka di caudal, sehingga kantong ren terbuka ke bawah.

Vaskularisasi ren dimulai dari arteri renalis yang dipercabangkan dari aorta
abdominalis. Arteri renalis kanan lebih panjang dari arteri renalis kiri karena harus menyilang
vena cava inferior di belakangnya. Sewaktu masuk ke hilus renalis, arteri renalis akan terbagi
menjadi 5 arteri segmental yang tidak beranastomosis, yaitu anterior superior, anterior
inferior, superior, inferior dan posterior.1,3 Arteri renalis ini akan terbagi menjadi 2 menurut
pembagian pendarahannya, yaitu yang berjalan ke depan akan memperdarahi ginjal bagian
depan dan yang berjalan ke belakang akan memperdarahi ginjal bagian belakang. Arteri arteri
ini akan saling bertemu pada garis tengah ginjal (Broedel), pendarahan pada garis ini sedikit.
Kemudian akan bercabang lagi menjadi arteri interlobaris yang terletak diantara pyramida
pada perbatasan medula dan cortex, kemudian akan bercabang lagi menjadi arteri arcuata
atau arteri arciformis yang mengelilingi cortex dan medula. Arteri arcuata akan bercabang
lagi menjadi arteri interlobularis yang berjalan ke cortex dan akan mempercabangkan lagi
vasa afferens (glomerulus) yang didalamnya terdapat anyaman kapiler, lalu menuju ke vasa
efferens.3

Pembuluh darah balik ginjal mengikuti jalannya pembuluh nadi yang dimulai dari
dekat permukaan ginjal sebagai kapiler yaitu dari vena interlobularis menuju ke vena arcuata,
lalu ke vena interlobaris, dilanjutkan lagi ke vena renalis, dan kemudian akan kembali ke
vena cava inferior yang akan keluar dari hilus renalis. Aliran getah bening pada ren akan

4
berjalan menuju ke nnll para-aorticae. Sedangkan innervasinya oleh plexus renalis dari plexus
coeliacus, yaitu saraf-saraf simpatik vasomotorik dan viseral aferen yang merupakan segmen
T12-L1-2.1,3

Gambar 3. Vaskularisasi ginjal5

Mikroskopis Ginjal

Ginjal terbagi atas korteks dan medula yang masing-masing menempati 1/3 dan 2/3
bagian ginjal itu sendiri. Korteks ginjal tersusun atas sinar meduler dan labirin Ludwig atau
substansi kortikal proper. Sinar meduler dikenal sebagai Henle berbentuk silinder dan
selaras sejajar satu sama lain. Sinar meduler adalah ekstensi struktur piramidal, sedangkan
substansi yang tepat kortikal diselingi antara mereka. Labirin Ludwig berisi struktur kecil
yang dikenal sebagai glomeruli atau Malphigi tubulus. Medula pada ginjal dikenal sebagai
piramida ginjal. Medula terletak di bagian cekung ginjal atau bagian medial ginjal. Puncak
piramida dikenal sebagai papilla. Papilla memenuhi kelopak, sebuah cabang dari pelvis ginjal.
Basal bagian dari struktur piramida memanjang dan memperluas saat mereka tumbuh menuju
korteks. Ruang antara piramida ginjal dikenal sebagai kolom ginjal.6 Di antara korteks dan
medula ditemukan pembuluh darah yang berjalan sejajar dengan permukaan korteks.6

Ginjal memiliki unit fungsional terkecil, yaitu nefron yang berjumlah satu juta atau
lebih. Nefron ini terdiri dari glomerulus, tubulus ginjal, ansa henle yang akan menuju ke
duktus koligens.7 Nefron memiliki fungsi menyaring darah, mengatur tekanan darah,
mensekresi urin dan mengatur konsentrasi zat, seperti air dan natrium. Dalam menjalankan
fungsinya, nefron ini dipengaruhi oleh hormon-hormon seperti aldosteron, hormon paratiroid

5
dan antidiuretik. Nefron digolongkan lagi menjadi 2, yaitu nefron korpuskel dan nefron
jukstamedullar. Nefron korteks merupakan nefron pendek yang hanya sampai ke batas luar
medula karena memiliki ansa Henle pendek, sedangkan nefron jukstamedullar mencapai
bagian dalam medulla karena memiliki ansa Henle yang panjang dan memiliki kemungkinan
untuk memekatkan urin dengan efektif. Perbandingan jumlah nefron kortikal dan
jukstamedular adalah 7:1.6,8

Glomerulus atau korpus malphigi, memiliki bentuk bundar dengan warna yang lebih
tua dari sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Paling luar diliputi epitel selapis
gepeng dan disebut kapsula Bowman lapis parietal. Kadang ditemukan kapsula Bowman
lapis parietal yang bersambung dengan kontortus proksimal membentuk kutub
tubular/urinari. Pada arah yang berlawanan dari kutub tubular terdapat kutub vaskular, tempat
masuk dan keluarnya arteriol pada glomerulus.7 Arteriol yang masuk disebut vasa aferen
yang kemudian bercabang - cabang menjadi kapiler yang bergelung - gelung di dalam
glomerulus. Kapiler ini diliputi oleh podosit yang membentuk kapsula Bowman lapis viseral,
namun sulit membedakan antara sel endotel kapiler dengan podosit.8 Kapiler kemudian
bergabung menjadi satu lagi membentuk arteriol keluar dari glomerulus dan disebut vasa
eferen.

Pada beberapa glomerulus dapat dibedakan vasa eferen dan vasa eferen, bila
terpotong pada sel-sel jukstaglomerular.8 Sel-sel ini merupakan sel otot polos dinding vasa
aferen di dekat glomerulus yang berubah sifatnya menjadi epiteloid yang menghasilkan renin.
Sel-sel tersebut tampak terang dan kadang di dalam sitoplasmanya terdapat granula. Ditempat
ini, arteriol tidak mempunyai lapis elastika interna. Sel-sel jukstaglomerular di sebelah luar
berhimpit dengan sel-sel makula densa yang merupakan epitel dinding tubulus tersusun lebih
padat daripada di bagian lain. Sel-sel makula densa dan jukstaglomerular bersama-sama
membentuk aparatus jukstaglomerular.6-8 Selain itu terdapat sel-sel mesangial
ekstraglomerular/sel polkisen/sel lacis yang menghasilkan eritropoietin di antara aparatus
jukstaglomerular dan tempat keluarnya vasa eferen glomerulus.
Tubulus kontortus proksimal merupakan tubulus ginjal pertama setelah glomerulus
dan kapsula bowman, terletak di bagian korteks. Diliputi oleh epitel kuboid rendah dan inti
bulat dengan lumen yang tidak jelas karena terdapat brush burder. Biasanya asidofil dan
memiliki inti sel dengan jarak yang berjauhan. Tubulus ini memiliki fungsi absorpsi
makromolekul dari filtrat glomerulus dan untuk transpor ion. Tubulus kontortus distalis juga

6
memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan tubulus kontortus proksimal, bedanya pada
tubulus ini, batas antar selnya agak lebih jelas karena tidak terdapat brush border, jarak antar
sel lebih berdekatan, dan bersifat basofil. Tubulus ini berfungsi untuk reabsorpsi, sekresi dan
ekskresi.8
Ansa Henle, terletak di berkas medula dan medula, memiliki karakteristik selnya yang
lebih rendah dari sel pada tubulus kontortus proksimal, dan memiliki epitel selapis gepeng,
serta memiliki fungsi untuk reabsorpsi air dan ion-ion. Ansa Henle terbagi menjadi 3, yaitu
segmen tebal descenden (STD) yang mirip tubulus kontortus proksimal, tetapi garis
tengahnya lebih kecil, ansa henle tipis (ST) yang mirip pembuluh kapiler darah, tetapi
epitelnya lebih tebal sedikit sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat dan juga tidak terdapat
sel-sel darah dalam lumen, dan segmen tipis ascendens (STA) yang mirip tubulus kontortus
distal, tetapi garis tengahnya lebih kecil.6 Selain itu juga terdapat duktus koligens atau duktus
pengumpul setelah melewati tubulus kontortus distal, yang memiliki karakteristik yang mirip
dengan tubulus kontortus distal, tetapi batas-batas sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih
tinggi dan lebih pucat.7-8

Gambar 4. Mikroskopis ginjal9

7
Fungsi Utama di Ginjal

Tiga proses utama yang penting dalam ginjal ialah filtrasi, reabsorpsi dan sekresi
dengan hasil akhir yaitu urin yang akan dikeluarkan dari tubuh.2,10 Proses filtrasi berlangsung
dalam glomerulus. Sedangkan proses reabsorpsi dan sekresi berlangsung dalam tubulus.
Setelah urin terbentuk maka urin dari ginjal di salurkan ke dalam ureter lalu memasuki vesika
urinaria. Dari vesika urinaria ini terdapat mekanisme berkemih yang akan menyalurkan urin
ke uretra untuk dikeluarkan dari tubuh.2

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur


spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan medium-molekular-protein besar
kedalam vascular sistem, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan
komposisi air.10 Cairan ini disebut filtrat glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari
jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai
arteriol eferen yang meninggalkan glomerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus di dalam
lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula
bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate
glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Ada beberapa
mekanisme tekanan yang menimbulkan terjadinya filtrasi. Tekanan-tekanan itu antara lain
ialah tekanan hidrostatik glomerulus, tekanan hidrostatik kapsula bowman dan tekanan
onkotik.2.10

Tekanan hidrostatik glomerulus adalah tekanan cairan yang ditimbulkan oleh darah di
dalam kapiler glomerulus. Tekanan ini yang mendorong filtrasi. Tekanan hidrostatik
glomerulus diperkirakan 55 mm Hg, lebih tinggi daripada tekanan di tempat lain. Tekanan
hidrostatik kapsula bowman, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan di bagian awal tubulus ini
15 mm Hg yang melawan filtrasi cairan dari glomerulus menuju kapsula bowman. Sedangkan
tekanan onkotik (protein plasma) ditimbulkan oleh distribusi tak seimbang protein-protein
plasma di kedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi maka protein plasma
terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak di kapsula bowman. Konsentrasi H2O lebih tinggi
di kapsul bowman daripada di kapiler glomerulus. Timbul kecenderungan H2O untuk
berpindah melalui osmosis menuruni gradien konsentrasinya sendiri dari kapsul ke
glomerulus melawan filtrasi glomerulus rata-rata 30 mm Hg. Jadi gaya total yang mendorong
filtrasi= 55-30-15=10mmHg, yang disebut sebagai tekanan filtrasi netto.10

8
Tekanan hidrostatik kapiler glomerulus bergantung pada tekanan darah sistemik dan
diameter arteriola aferen dan eferen. 10 Jika ada perubahan pada tekanan kapiler glomerulus,
maka akan mempengaruhi laju filtrasi glomerulus. Misal, jika tekanan darah sistemik
menurun, maka GFR akan menurun, dan arus filtrat akan menurun juga sehingga durasi
reabsorpsi natrium lebih lama yang akan menyebabkan konsentrasi natrium berkurang.
Karena rendahnya konsentrasi natrium, maka akan terdeteksi oleh macula densa yang
merupakan reseptor untuk kadar natrium, selanjutnya akan mengaktivasi RAAS dan
menyebabkan tekanan darah, arus darah dan GFR meningkat.10

Sebagian besar filtrat (99%) secara efektif direabsorpsi dalam tubulus ginjal melalui
difusi pasif gradien kimia atau listrik, transpor aktif terhadap gradien tersebut,atau difusi
terfasilitasi. Sebanyak 99% air, 99.5% natrium, 100% kalium dan glukosa, 50% urea
direabsorpsi di tubulus. 10 Reabsorpsi sejumlah kecil Na di tubulus distal berada di bawah
kontrol hormon, sistem ini disebut sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS). Sel-sel
granuler apparatus juxtaglomerulus akan mensekresi suatu hormone renin ke darah sebagai
respons terhadap penurunan tekanan darah. Lalu hormon renin bekerja sebagai enzim yang
berguna untuk mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin 1. Pada saat melewati paru,
angiotensin 1 diubah oleh angiotensin-converting enzyme (ACE) menjadi angiotensin 2.
Angiotensin 2 ini menstimulus untuk sekresi aldosteron. Efek dari aldosteron adalah
meningkatkan reabsorpsi Na oleh tubuli distal & pengumpul. Dengan demikian, sistem
rennin-angiotensin-aldosteron mendorong retensi garam yang akhirnya menyebabkan retensi
H2O dan peningkatan tekanan darah arteri. 10

9
Gambar 5. Sistem RAAS10

Sekresi tubulus adalah mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari 80% plasma yang
tidak terfiltrasi di kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang sudah ada di
tubulus sebagai hasil filtrasi.2 Lalu untuk plasma yang terfiltrasi atau disekresikan, tetapi
tidak direabsorpsi akan tetap di tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal untuk diekskresikan
sebagai urine dan dikeluarkan dari tubuh selanjutnya.

Penutup

Ginjal sebagai salah satu organ pengatur regulasi homeostatis dalam tubuh memiliki
tugas yang vital. Selain pengatur regulasi air, ginjal juga bertugas mengeluarkan zat-zat sisa
ke dalam urin, melepaskan hormon, serta melakukan metabolisme zat-zat tertentu. Urin yang
dihasilkan berasal dari filtrasi plasma darah yang dilakukan dengan bantuan sekresi dan
reabsorpsi. Dengan ini ginjal dapat memastikan cairan tubuh tetap seimbang, dan tidak ada
zat baik yang terbuang maupun zat racun yang tertinggal dalam darah. Dalam mereabsorpsi

10
terutama, ginjal dibantu oleh hormon-hormon yang mengatur permeabilitas dinding tubulus
ginjal. Bila terjadi ketidakseimbangan cairan, maka ginjal akan mengatur sedemikian rupa
hingga keadaan tubuh tidak akan memburuk. Salah satunya pada keadaan tekanan darah yang
menurun, maka ginjal akan mengatur pengeluaran zat dan hormon yang dapat merangsang
naiknya tekanan darah pada tubuh lagi dengan RAA system.

Daftar Pustaka

1. Moore KL, Agur AMR. Anatomi klinis dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002. 125-9.
2. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama; 2015. 298-302.
3. Inggriani YK. Buku ajar traktus urogenitalis. Edisi ke-2. Bagian Anatomi Fakultas
Kedokteran UKRIDA; 2012. 23-5.
4. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2004. 44.
5. Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2006. 250-4.
6. Don W, Fawcett. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2002.
650-5.
7. Junqueira LC, Carneiro J. Teks dan atlas histologi dasar. Edisi ke-10. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007. 340-5.
8. Leeson CR, Leeson TS, Paparo AA. Buku ajar histologi. 5th Ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008. 427-53.
9. Eroschenko VP. Atlas histologi di fiore dengan korelasi fungsional. Edisi ke-9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. 248-55.
10. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-8. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2014. 541-55.

11

También podría gustarte