Está en la página 1de 19

REKAYASA IDE

MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA PESERTA


DIDIK

Disusun
Ati Malem Sari Ginting 4143312002
Kelas : Pend. Matematika Bilingual

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah yang berisikan laporan Rekayasa Ide yang berjudul Mengembangkan Kecerdasan
Emosional Peserta Didik ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 26 April 2017

ATI MALEM SARI GINTING


4143312002
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahasan ........................................................................ 2
1.4 Manfaat ........................................................................ 3
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN GAMBARAN UMUM
2.1 Kajian Teori Kecerdasan dan Emosi ........................................................................ 4
2.2 Penguraian Konsep Kecerdasan Emosi ...................................................................... 6
BAB III PENULISAN REKAYASA IDE
3.1 Metode Penelitian ...................................................................... 11
3.2 Langkah Penelitian ...................................................................... 11
3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Analisis Pembahasan ...................................................................... 12
4.2 Kekuatan Penelitian ...................................................................... 13
4.3 Kelemahan Penelitian ...................................................................... 14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...................................................................... 15
5.2 Saran ...................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kecerdasan emosional merupakan konsep baru yang dikembangkan oleh Daniel Goleman
dalam karyanya pada tahun 1995 berjudul Emotional Intelligence. Ia mengambil konsep
kecerdasan emosional dari psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari
University of New Hampshire (Lawrence E. Shapiro.2003:45). Kecerdasan emosional merupakan
salah satu kemampuan yang dimiliki oleh individu dan bisa berkembang jika dilakukan beberapa
latihan yang sifatnya terus menerus. Kecerdasan ini akan memberikan motivasi pada individu
untuk menjadikan orang lain dapat dipengaruhi oleh perilakunya. Kecerdasan emosional
memberikan andil yang cukup berarti dalam membina moralitas peserta didik, karena individu
yang memiliki kecerdasan emosional akan sangat peka dengan keadaan sekitar. Kecerdasan
emosional atau emotional intelligence merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita
sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.(Daniel
Goleman.2002:512)
Keterampilan dasar kecerdasan emosional tidak dapat dimiliki secara tiba-tiba, tetapi
membutuhkan proses dalam mempelajarinya, dan lingkungan yang membentuk kecerdasan
emosional tersebut besar pengaruhnya. ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengembangkan kecerdasan emosional dalam pembelajaran, yakni: (1) Menyediakan
lingkungan yang kondusif; (2) Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis; (3)
Mengembangkan sikap empati, dan merasakan apa yang sedang dirasakan peserta didik; (4)
Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya; (5)
Melibatkan peserta didik secara optimal dalam pembelajaran, baik secara fisik, sosial,
maupun emosional; (6) Merespon setiap perilaku peserta didik secara positif, dan
menghindari respon negatif; (7) Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam
pembelajaran; dan (8) Memberi kebebasan berfikir kreatif serta partisipasi secara aktif.
(Daniel Goleman.2006:44)
Inti dari kecerdasan emosional yang selama ini diperkenalkan adalah kemampuan kita
dalam membangun emosi secara baik dalam hubungannya dengan diri sendiri dan orang lain.
Salah satu ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional adalah empati. Empati adalah
kemampuan untuk memahami perasaan orang lain atau kemampuan untuk merasakan apa
yang dirasakan oleh orang lain (Muhammad Muhyidin.2007:47). Kecerdasan emosional
dapat menjadikan peserta didik memiliki sikap: (1) Jujur, disiplin, dan tulus pada diri sendiri,
membangun kekuatan dan kesadaran diri, mendengarkan suara hati, hormat dan tanggung
jawab; (2) Memantapkan diri, maju terus, ulet, dan membangun inspirasi secara
berkesinambungan; (3) Membangun watak dan kewibawaan, meningkatkan potensi, dan
mengintegrasi tujuan belajar ke dalam tujuan hidupnya; (4) Memanfaatkan peluang dan
menciptakan masa depan yang lebih cerah (IBID:45). Kecerdasan emosional bukan
merupakan lawan dari kecerdasan akal/otak maupun kecerdasan spiritual, akan tetapi
ketiganya berinteraksi secara dinamis. Tidak dapat dipungkiri pada kenyataannya kecerdasan
emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah
maupun lingkungan masyarakat. Oleh karenanya dalam penelitian ini peneliti lebih fokus
kepada kecerdasan emosional.
Disadari atau tidak segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat dapat
mempengaruhi perkembangan remaja, baik seperti perilaku yang bisa dilihat langsung oleh
remaja dan yang disaksikan melalui tayangan film, televisi, video, internet dan sebagainya.
Semua itu bisa berpengaruh positif maupun negatif terhadap remaja, tergantung bagaimana
remaja tersebut menyikapinya. Saat ini melalui media masa cetak dan elektronik makin sering
diberitakan berbagai fenomena kenakalan yang melanda remaja, ada yang berbentuk
perkelaihan, pencurian, penghancuran, pelanggaran susila, pembangkangan terhadap orang
tua, guru, bahkan tindakan yang bisa menyengsarakan diri sendiri seperti mengkonsumsi
narkoba.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana guru mengelola emosi diri sendiri dalam membina moralitas peserta
didik?
2. Bagaimana guru mengenali emosi peserta didik dalam membina moralitas peserta
didik?
3. Bagaimana guru membina hubungan dengan baik dalam membina moralitas peserta
didik?
1.3 Tujuan Pembahasan
a. Untuk mendiskripsikan kemampuan guru mengelola emosi diri sendiri dalam
membina moralitas peserta didik.
b. Untuk mendiskripsikan kemampuan guru mengenali emosi peserta didik dalam
membina moralitas peserta didik.
c. Untuk mendiskripsikan kemampuan guru membina hubungan dengan baik dalam
membina moralitas peserta didik.
1.4 Manfaat
1. Secara Teoritis
Hasil Penelitian ini di harapkan dapat menambah khasanah keilmuan di bidang
pendidikan khususnya terkait tentang implementasi kecerdasan emosional guru dalam
membina moralitas peserta didik.
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang implementasi kecerdasan
emosional guru dalam membina moralitas peserta didik Medan
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi guru dalam membina
moralitas peserta didik.
c. Bagi Peserta didik
Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi peserta didik dalam
pengembangan moral diri peserta didik.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN GAMBARAN UMUM

2.1 Kajian Teori Kecerdasan dan Emosi


2.1.1 Pengertian Kecerdasan
Inteligensi atau kecerdasan menurut Dusek (Casmini,2007:14) dapat didefinisikan
melalui dua jalan yaitu secara kuantitatif adalah proses belajar untuk memecahkan masalah
yang dapat diukur dengan tes inteligensi, dan secara kualitatif suatu cara berpikir dalam
membentuk konstruk bagaimana menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang
disesuaikan dengan dirinya. Howard Gardner (Agus Efendi, 2005: 81) kecerdasan adalah
kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.
Munzert mengartikan kecerdasan sebagai sikap intelektual mencakup kecepatan memberikan
jawaban, penyeleasaian, dan kemampuan menyelesaikan masalah. David Wescler juga
memberi pengertian kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk bertindak,
berpikir rasional dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif (Syaiful Sagala, 2010:
82).Sehingga dapat diartikan pula bahwa kecerdasan atau Intelligensi adalah kemampuan
untuk menguasai kemampuan tertentu.
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan antara lain :
a. Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. Batas
kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama tama ditentukan oleh
pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang kurang pintar. Meskipun menerima
latihan dan pelajaran yang sama, perbedaan-perbedaan itu masih tetap ada.
b. Kematangan
Tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Organ
baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang apabila dapat menjalankan fungsinya
masing-masing.
c. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan kecerdasan. Dapat dibedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di
sekolah) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
d. Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan
menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi). Dari manipulasi dan eksplorasi
yang dilakukan dalam dunia luar itu, lama kelamaan timbullah minat terhadap sesuatu. Minat
itulah yang mendorong seseorang untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
e. Kebebasan
Kebebasan berarti bahwa manusia dapat memilih metode-metode tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah. Manusia memiliki kebebasan memilih metode, dan bebas
pula memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti
bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan inteligensi (Dalyono, 2009:
188-189).
2.1.3 Karakteristik Umum dalam Inteligensi atau Kecerdasan antara lain:
a. Kemampuan untuk belajar dan mengambil manfaat dari pengalaman;
b. Kemampuan untuk belajar atau menalar secara abstrak;
c. Kemampuan untuk beradaptasi terhadap hal-hal yang timbul dari perubahan dan
ketidakpastian lingkungan;
d. Kemampuan untuk memotivasi diri guna menyelesaikan secara tepat tugas-tugas yang
perlu diselesaikan.
Menurut pandangan para ahli dapat disimpulkan bahwa kecerdasan atau Inteligensi adalah
kemampuan untuk menguasai kemampuan tertentu. Inteligensi atau kecerdasan adalah suatu
kekuatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu.
2.1.4 Pengertian Emosi
Emosi menurut Goleman (2005: 7) pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak,
rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur
oleh evolusi.Akar kata emosi adalah movere, kata kerja dalam Bahasa Latin adalah
menggerakkan atau bergerak. Kecenderungan bergerak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Emosi memancing tindakan, emosi menjadi akar dorongan untuk bertindak terpisah dari
reaksi-reaksi yang tampak di mata. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anthony Dio
Martin, 2003: 91) emosi di definisikan sebagai (1) luapan perasaan yang berkembang dan
surut dalam waktu singkat (2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis.
J.P Du Preez (Anthony Dio Martin, 2003: 91) emosi adalah suatu reaksi tubuh
menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas
kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Emosi adalah hasil reaksi
kognitif terhadap situasi spesifik.Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran-pikiran khas, suatu
keadaan biologis dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak (Agus
Efendi, 2005: 176). Dari beberapa pendapat para ahli dapat diperoleh kesimpulan bahwa
emosi adalahsuatu keadaan gejolak jiwayang berhubungan dengan pikiran dan perasaan yang
meliputi rasa senang, cinta, terharu, sedih, marah, cemburu, cemas, takut, panik dan
sebagainya.
2.2 Penguraian Konsep Kecerdasan Emosi
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi
Davies (Casmini, 2007: 17) menjelaskan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan
seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan satu
emosi dengan lainnya dan menggunakan informasi tersebut untuk menuntun proses berpikir
dan berperilaku seseorang. Daniel Goleman (Hariwijaya, 2005: 7) mengungkapkan bahwa
kecerdasan emosi adalah :
a. Kemampuan seseorang untuk mengenali emosi pribadinya sehingga tahu kelebihan
dan kekurangnnya;
b. Kemampuan sesorang untuk mengelola emosi tersebut;
c. Kemampuan seseorang untuk memotivasi dan memberikan dorongan untuk maju
kepada diri sendiri;
d. Kemampuan seseorang untuk mengenal emosi dan kepribadian orang lain;
e. Kemampuan seseorang untuk membina hubungan dengan pihak lain secara baik. Jika
kita memang mampu memahami dan melaksanakan kelima wilayah utama kecerdasan
emosi tersebut, maka semua perjalanan bisnis atau karier apapun yang kita lakukan
akan lebih berpeluang berjalan mulus.
John Mayer (Lawrence E. Shapiro, 1997: 5) untuk menerangkan kualitas-kualitas
emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas tersebut anatara lain
adalah empati, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai,
kemampuan memecahkan masalah antarpribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan.
sikap terhormat.
Kesimpulan yang dapat diperoleh mengenai pengertian kecerdasan emosi adalah jenis
kecerdasan yang fokusnya memahami, mengenali, merasakan, mengelola dan memimpin
perasaan sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan
sosial. Kecerdasan dalam memahami, mengenali, meningkatkan, mengelola dan memimpin
motivasi diri sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi dan
sosial.
Kecerdasan dalam memahami, mengenali, meningkatkan, mengelola dan memimpin
motivasi diri sendiri dan orang lain untuk mengoptimalkan fungsi energi, informasi,
hubungan dan pengaruh bagi pencapaian-pencapaian tujuan yang dikehendaki dan ditetapkan.
2.3.2 Aspek-aspek Kecerdasan Emosi
Daniel Goleman (2005: 58-59) Aspek-aspek Kecerdasan Emosi menurut Salovey
yang menempatkan kecerdasan pribadi Gardner yang mencetuskan aspek-aspek kecerdasan
emosi sebagai berikut :
a. Mengenali emosi diri
Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan
sewaktu perasaan itu terjadi. Aspek mengenali emosi diri terjadi dari: kesadaran diri,
penilaian diri, dan percaya diri. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosi, para
ahli psikologi menyebutkan bahwa kesadaran diri merupakan kesadaran seseorang akan
emosinya sendiri.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan inividu dalam menangani perasaan agar
dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri
individu.
c. Memotivasi diri sendiri
Dalam mengerjakan sesuatu, memotivasi diri sendiri adalah salah satu kunci
keberhasilan.Mampu menata emosi guna mencapai tujuan yang diinginkan.Kendali diri
secara emosi, menahan diri terhadap kepuasan dan megendalikan dorongan hati adalah
landasan keberhasilan di segala bidang.
d. Mengenali emosi orang lain
Kemampuan mengenali emosi orang lain sangat bergantung pada kesadaran diri
emosi. Empati merupakan salah salah satu kemampuan mengenali emosi orang lain, dengan
ikut merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Menurut Goleman (2005: 59) kemampuan
seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan empati seseorang. Individu
yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang
tersembunyi dan mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan oleh oaring lain sehingga ia lebih
mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasan orang lain dan lebih
mampu untuk mendengarkan orang lain.
e. Membina hubungan dengan orang lain
Kemampuan membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola
emosi orang lain. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang menunjang popularitas,
kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang yang dapat membina hubungan dengan
orang lain akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus
dengan orang lain.
Menurut Goleman (2005: 274) ada tujuh unsur kemampuan anak yang berkaitan erat
dengan kecerdasan emosi adalah
a. Keyakinan
Perasaan kendali dan penguasaan seseorang terhadap tubuh, perilaku, dan dunia;
perasaan anak bahwa ia lebih cenderung berhasil daripada tidak dalam apa yang
dikerjakannya,dan bahwa orang-orang dewasa akan bersedia menolong.
b. Rasa ingin tahu
Perasaan bahwa menyelidiki sesuatu itu bersifat positif dan menimbulkan kesenangan.
c. Niat
Hasrat dan kemapuan untuk berhasil, dan untuk bertindak berdasarkan niat itu dengan
tekun, ini berkaitan dengan perasaan terampil, perasaan efektif.
d. Kendali diri
Kemampuan untuk menyesuaikan dan mengendalikan tindakan dengan pola yang sesuai
dengan usia; suatu rasa kendali batiniah.
e. Keterkaitan
Kemampuan untuk melibatkan diri dengan orang lain berdasarkan pada perasaan saling
memahami.
f. Kecakapan berkomunikasi
Keyakinan dan kemampuan verbal untuk bertukar gagasan, perasaan dan konsep dengan
orang lain. Ini ada kaitannya dengan rasa percaya pada orang lain dan kenikmatan terlibat
dengan orang lain, termasuk orang dewasa
g. Koperatif
Kemampuan untuk menyeimbangkan kebutuhannya sendiri dengan kebutuhan orang
lain, termasuk orang dewasa.
Apabila unsur-unsur di atas dapat terpenuhi dengan baik, akan mempermudah peserta
didik untuk mencapai keberhasilan dalam menguasai, mengelola emosi dan memotivasi diri
yang berkaitan erat dengan kecerdasan emosi.
2.3.3 Faktor-faktor kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi juga akan dipengaruhioleh beberapa faktor penting penunjangnya.
Menurut Goleman (Casmini, 2007: 23-24) ada faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain :
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang. Setiap manusia akan
memiliki otak emosional yang di dalamnya terdapat sistem saraf pengatur emosi atau
lebih dikenal dengan otak emosional. Otak emosional meliputi keadaan amigdala,
neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal dan keadaan lain yang lebih kompleks
dalam otak emosional.
Faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor
eksternal kecerdasan emosi adalah faktor yang datang dari luar dan mempengaruhi perubahan
sikap. Pengaruh tersebut dapat berupa perorangan atau secara kelompok. Perorangan
mempengaruhi kelompok atau kelompok mempengaruhi perorangan. Hal ini lebih memicu
pada lingkungan. Seseorang akan memiliki kecerdasan emosi yang berbeda-beda. Ada yang
rendah, sedang maupun tinggi. Dapsari (Casmini, 2007: 24) megemukakan ciri-ciri
kecerdasan emosi yang tinggi antara lain :
a. Optimal dan selalu berpikir positif pada saat menangani situasi-situasi dalam hidup.
Seperti menagani peristiwa dalam hidupnya dan menangani tekanan-tekanan
masalah pribadi yang dihadapi.
b. Terampil dalam membina emosi
Terampil di dalam mengenali kesadaran emosi diri dan ekspresi emosi dan
kesadaran emosi terhadap orang lain.
c. Optimal pada kecakapan kecerdasan emosi meliputi : intensionalitas, kreativitas,
ketangguhan, hubungan antar pribadi, ketidakpuasan konstruktif
d. Optimal pada emosi belas kasihan atau empati, intuisi, kepercayaaan, daya pribadi,
dan integritas.
e. Optimal pada kesehatan secara umumkualitas hidup dan kinerja yang optimal.
2.3.4 Kategori kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi seseorang dapat pula dikategorikan seperti halnya kecerdasan
inteligensi.Tetapi kategori tersebut hanya dapat diketahui setelah seseorang melakukan tes
kecerdasan emosi. Dalam penelitian ini juga akan diketahui anak yang memiliki kecerdasan
emosi tinggi, rendah maupun sedang. Hal tersebut dapat dilihat setelah anak melakukan tes
kecerdasan emosi. Kategorisasi kecerdasan emosi akan diketahui pada skor tertentu,
tergantung pada jenis kecerdasan emosinya. Pada bab selanjutnya akan dijabarkan skor-skor
yang menjadi kategori kecerdasan emosi tinggi, rendah dan sedang terhadap hasil belajar
matematika pada materi pecahan yang diberikan.
Adapun ciri-ciri seseorang dikatakan memiliki kecerdasan emosi yang tinggi apabila
ia secara sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka. Tidak mudah takutatau gelisah, mampu
menyesuaikan diri dengan beban stres.Memiliki kemampuan besar untuk melibatkan diri
dengan orang-orang atau permasalahan, untuk mengambil tanggung jawab dan memiliki
pandangan moral. Kehidupan emosional mereka kaya, tetapi wajar, memiliki rasa nyaman
terhadap diri sendiri, orang lain serta lingkungannya (Goleman, 2005: 60-61).
Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan emosi rendah apabila seseorang tersebut
tidak memiliki keseimbangan emosi, bersifat egois, berorientasi pada kepentingan
sendiri.Tidak dapat menyesuaian diri dengan beban yang sedang dihadapi, selalu
gelisah.Keegoisan menyebabkan seseorang kurang mampu bergaul dengan orang-orang
disekitarnya.Tidak memiliki penguasaan diri, cenderung menjadi budak nafsu dan amarah.
Mudah putus asa dan tengelam dalam kemurungan (Goleman, 2005: xi-xv).
BAB III
PENULISAN REKAYASA IDE
3.1 Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Penelitian ini dilakukan melalui proses kolaborasi antara guru TK, kepala sekolah dan
peneliti dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional anak melalui bercerita dengan
menggunakan boneka tangan.
3.2 Langkah Penelitian
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan teknik analisis
komparatif dan teknik analisis interaktif
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dilakukan dengan metode observasi,
catatan lapangan dan dokumentasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Pembahasan
1. Pra Siklus
Kegiatan pra siklus adalah kegiatan untuk melakukan pengamatan guna mendapatkan
data tentang kecerdasan emosional anak melalui bercerita dengan boneka tangan. Observasi
dilakukan dengan menggunakan pedoman lembar observasi kecerdasan emosional anak yang
sesuai dengan lembar observasi.
2. Siklus I
Adapun perencanaan tindakan dalam siklus I ini akan dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan.
Pengamatan yang dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua siklus I dibandingkan
dengan indikator pencapaian siklus I.
3. Siklus II
Tindakan yang dilakukan pada siklus II ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Dalam dua kali pertemuan dari setiap pertemuan media yang digunakan sama yaitu boneka
tangan.
Pelaksanaan Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap
siklusnya silaksnakan dalam dua pertemuan yang meliputi: tahap perencanaan tindakan,
tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi dan tahap analisis dan refleksi. Pada siklus I dan
siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi pertemuan pada siklus I 30
menit dan pertemuan pada siklus II 60 menit. Alasan peneliti memilih bercerita
menggunakan boneka tangan adalah kegiatan bercerita menggunakan boneka tangan menarik
dan anak tidak cepat bosan. Tahap pertemuan peneliti dan guru menyusun rencana untuk
siklus I. Siklus I ini pada kegiatan pertemuan pertama yaitu bercerita menggunakan satu
boneka tangan. Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan pada
siklus I yaitu dengan memperbaiki proses kegiatan pembelajaran dan memberikan motifasi
pada anak. Dari siklus II ini bahwa melalui bercerita dengan menggunakan boneka tangan
dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak. Kegiatan pembelajaran ini bermanfaat bagi
anak untuk meningkatakan kecerdasan emosional anak, agar anak mampu mengekspresikan
perasaannya dengan benar,anak mengenali emosi dan membantu guru untuk memberikan
variasi dalam menggunakan media dalam pembelajaran
4.2 Kekuatan Penelitian
Kerja sama dengan teman sejawat dalam penelitian tindakan kelas dapat
menimbulkan rasa memiliki. Kerja sama ini memberikan wahana untuk menciptakan
kelompok dasar yang baru di antara para dan mendorong lahirnya rasa berkaitan antara
mereka untuk saling tukar pikiran dan saling memberikan masukan dalam upaya
memperbaiki proses pembelajaran yang selama ini sama-sama dilaksanakan. Guru akan
saling termotivasi antara satu dengan yang lain. Apalagi, jika hasil diskusi dengan teman
sejawat itu mampu menghasilkan perbaikan yang nyata pada proses pembelajaran dan hasil
belajar siswanya.
Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas mendorong berkembangnya pemikiran
kritis dan kreativitas guru. Melalui diskusi dan interaksi dengan teman sejawat atau peneliti
dari perguruan tinggi kependidikan atau orang lain dalam melakukan penelitian tindakan
kelas, guru itu akan dapat menemukan dan mengembangkan kesadaran bahwa setiap manusia
memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan cara demikian itu guru akan dapat menerima
dirinya sendiri secara wajar. Melalui diskusi dengan teman sejawat atau peneliti dari
perguruan tinggi kependidikan guru akan dapat melihat lebih banyak cara memandang
masalah, lebih banyak saran-saran dan dan pemikiran untuk penyelesaian masalah
pembelajaran yang dihadapi, lebih banyak analisis dan kritikan terhadap rencana tindakan
yang diajukan. Situasi keterbukaan seperti ini dapat mendorong berkembangnya pemikiran
kritis dan kreativitas pada diri guru.
Kerja sama dalam penelitian tindakan kelas meningkatkan kemampuan guru untuk
membawa kepada kemungkinan untuk berubah. Mencoba sesuatu yang baru pasti
mengandung resiko. hasil Penelitian tentang dinamika kelompok menunjukkan bahwa
seseorang yang merupaka anggota kelompok lebih mudah berubah daripada perorangan
(bukan sebagai anggota kelompok). Orang yang ingin berubah harus terlibat dalam setiap
aspek penelitiannya, dari identifikasi masalah, perencanaan tindakannya, menerapkan
rencana tindakan yang telah disusun, melakukan pengamatan atau pengumpulan data,
menganalisis data dan melakukan refleksi, sampai pada pengambilan kesimpulan dan
pemaknaan hasil. Asumsi dasar dari gerakan penelitian tindakan kelas adalah bahwa cara
yang menjanjikan untuk memulai dan menjamin terjadinya perubahan adalah dengan
melibatkan seseorang dalam keseluruhan proses penelitian tersebut secara berkelanjutan.
Dengan cara ini berarti guru sebagai peneliti terlibat secara aktif dalam memikirkan
perubahan dan perbaikan pembelajaran yang selama ini dilakukan untuk mewujudkan hasil
belajar siswa yang lebih baik. Proses berpikir dan sekaligus bertindak secara aktif dan
berkelanjutan seperti ini berarti mamacu guru untuk membiasakan mengubah dirinya sendiri,
Sebab jika dirinya sendiri belum ada keinginan untuk berubah, maka akan menjadi sulit untuk
melakukan perubahan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
4.3 Kelemahan Penelitian
Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan

kelas pada pihak peneliti ( guru ). penelitian tindakan kelas yang lazimnya dilakukan oleh

guru, pelatih pengelolah, pengawas, kepala sekolah, widyaiswara dan pihak-pihak lainnya

yang selalu peduli akan ketimpangan atau kekurangan yang ada dalam situasi kerjanya dan

berkehendak untuk memperbaikinya. Karena para praktisi ini biasanya berurusan dengan hal-

hal yang praktis, mereka kurang dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan tentang

teknik dasar penelitian tindakan kelas. Hal ini diperparah oleh perasaan tentang kegiatan

penelitian hanya layak dilakukan oleh masyarakat kampus yang bergelut dengan kegiatan

ilmiah, sehingga para praktis (guru) pada umumnya kurang tertarik untuk melakukan

penelitian. Berkenaan dengan waktu. Karena penelitian tindakan kelas memerlukan

komitmen peneliti untuk terlibat dalam prosesnya, faktor waktu ini dapat menjadi kendala

yang cukup besar.


BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan melalui beberapa
tindakan, yaitu siklus I dan siklus II serta berdasarkan hasil seluruh pembahasan dan analisis
yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan: Penerapan bercerita dengan boneka tangan
dapat meningkatkan kecerdasan emosional pada anak. Hal tersebut dibuktikan dari hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prosentase kecerdasan emosional
pada setiap siklusnya

5.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang telah dilakukan diajukan beberapa saran,maka
saran tersebut disarankan ditunjukan kepada Kepala sekolah ,guru kelas, peneliti berikutnya.

REFERENSI
Agus,Efendi.2005. Revolusi Kecerdasan abad ke 21.Bandung:Alfabeta
Ali,Rohmad.2009.Kapita Selekta pendidikan.Yogyakarta:Teras
Anthony Dio Martin.2003. Emotional Quality Management.Jakarta:HR Excellency
Dalyono.2009.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Rineka Cipta
Daniel,Goleman.2005.KecerdasanEmosiUntukMencapaiPrestasi.Jakarta:PTGramedia
Pustaka Utama
Daniel Goleman.2006.Emotion Intelegensi.Jakarta:PT Gramedia
David,Wescler.2007.Human Intelegensi.Amerika:Paperback
Dusek,Casmini.2007. Emotional Parenting Dasar-Dasar Pengasuhan Kecerdasan Emosi
Anak.Tangerang.BSD City
Gardner,H.1983.Pendidikan Emosional Usia dini.Bandung:C.V Tirta
Hariwijaya.2005. Metode Pengembangan Sosial Emosional. Jakarta: Universitas Terbuka
John,Mayer.1991.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:DpeDikBudDirektoratJenderalPendidika
Maliki,S.2009.Manajemen Pribadi Untuk Kesuksesan Hidup.Yogyakarta: Kertajaya.
May,Lwinet al.2008.Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan.Jakarta:PT
INDEKS
Muhammad,muhyidin.2007. Manajemen ESQ Power.Yogyakarta:Diva Press
Moedjono. 2000.Kecerdasan Manusia.Jakarta: Gramedia.
Lawerence E, Shaporo.2003.Mengajarkan Emosi Intelegensi.Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama
Shapiro.1998.Kecerdasan Otak Manusia.Jakarta:Kanaya Press

También podría gustarte