Está en la página 1de 19

PEGAWAI NEGERI SIPIL, POLRI, TNI

LAPORAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Hukum Tata Pemerintahan

Yang diampu oleh Tinda Irawaty, SH., M.Si

Disusun oleh:

Aldhy Sandika Wahyudin NIM: 6111161112

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2017
Konsep Aparatur Sipil Negara

Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai
negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Nicholas Henry (988:286), mengatakan bahwa administrasi kepegawaian
negara adalah pengurusan, pengaturan, atau manajemen tentang kebijakan dalam
birokrasi pemerintah.

Fungsi Aparatur Sipil Negara

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara Pasal 10.

a. Pelaksana kebijakan publik


b. Pelayan publik
c. Perekat dan pemersatu bangsa

Tugas Aparatur Sipil Negara

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara Pasal 11.

a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Peran Aparatur Sipil Negara


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 12.

Pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan


tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan
dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersihdari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Hak dan Kewajiban Aparatur Sipil Negara
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 21.

ASN berhak memperoleh:


a. gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. cuti;
c. jaminan pensiun dan jaminan hari tua;
d. perlindungan; dan
e. pengembangan kompetensi.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur


Sipil Negara Pasal 23.

Pegawai ASN wajib:


a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945,Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wewenang Komisi Aparatur Sipil Negara
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 32.

a. mengawasi setiap tahapan proses pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi mulai dari
pembentukan panitia seleksi instansi, pengumuman lowongan, pelaksanaan
seleksi,pengusulan nama calon, penetapan, dan pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi;

b. mengawasi dan mengevaluasi penerapan asas,nilai dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN;

c. meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat mengenai laporan pelanggaran
norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN;

d. memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN;

e. meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi Pemerintah


untuk pemeriksaan laporan atas pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN.

(2) Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, KASN
berwenang untuk memutuskan adanya pelanggaran kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN.

(3) Hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b disampaikan
kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang Berwenang
untuk wajib ditindaklanjuti.

Sanksi Aparatur Sipil Negeri


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 33.
Berdasarkan hasil pengawasan yang tidak ditindaklanjuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal
32 ayat (3), KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk menjatuhkan sanksi terhadap
Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang
Berwenang yang melanggar prinsip Sistem Merit dan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. Peringatan;
b. Teguran;
c. Perbaikan, pencabutan, pembatalan, penerbitan keputusan, dan/atau pengembalian
pembayaran;
d. Hukuman disiplin untuk Pejabat yang Berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;dan
e. Sanksi untuk Pejabat Pembina Kepegawaian, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.

Pangkat Aparatur Sipil Negara


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara Pasal 68.

(1) PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu pada Instansi Pemerintah.
(2) Pengangkatan PNS dalam jabatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan
yang dimiliki oleh pegawai.
(3) Setiap jabatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan dalam
klasifikasi jabatan PNS yang menunjukkan kesamaan karakteristik,
mekanisme, dan pola kerja.
(4) PNS dapat berpindah antar dan antara Jabatan Pimpinan Tinggi, Jabatan Administrasi, dan
Jabatan Fungsional di Instansi Pusat dan Instansi Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
dan penilaian
kinerja.
(5) PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada lingkungan instansi Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(6) PNS yang diangkat dalam jabatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5), pangkat
atau jabatan disesuaikan dengan pangkat dan jabatan di lingkungan instansi Tentara Nasional
Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pangkat, tata cara pengangkatan PNS dalam jabatan,
kompetensi jabatan, klasifikasi jabatan, dan tata cara perpindahan antar Jabatan Administrasi
dan Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat
(5), dan ayat (6) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pengertian Polisi
Menurut Satjipto Raharjo polisi merupakan alat negara yang bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan pengayoman, dan memberikan
perlindungan kepada masyarakat (Satjipto Raharjo, 2009: 111). Selanjutnya Satjipto Raharjo
yang mengutip pendapat Bitner menyebutkan bahwa apabila hukum bertujuan untuk
menciptakan ketertiban dalam masyarakat, diantaranya melawan kejahatan. Akhirnya polisi
yang akan menentukan secara konkrit apa yang disebut sebagai penegakan ketertiban
(Satjipto Rahardjo, 2009:117). Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa Kepolisian adalah segala
hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Istilah kepolisian dalam Undang-undang ini mengandung dua
pengertian, yakni fungsi polisi dan lembaga polisi. Dalam Pasal 2 Undang-undang N0.2 tahun
2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian sebagai salah satu
fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat,
penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan kepada masyarakat. Sedangkan
lembaga kepolisian adalah organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan
diberikan kewenangan menjalankan 17 fungsinya berdasarkan peraturan perundang-
undangan( Sadjijono, 2008: 52- 53).

Tugas Polisi
Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 2
Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, menyebutkan bahwa tugas pokok
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : a. Memberikan keamanan dan ketertiban
masyarakat b. Menegakkan hukum c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat ( Pasal 13 Undang Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia ) Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi
juga memiliki tugas-tugas tertentu sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) Undang
Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah sebagai
berikut : 18 1) Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap
kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. 2) Menyelenggarakan segala
kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas di jalan. 3)
Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum
masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan. 4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional. 5) Memelihara ketertiban dan
menjamin keamanan umum : melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis
terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipildan bentuk-bentuk pengamanan
swakarsa. 6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian
khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. 7)
Melakukan penyelidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya. 8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian,
kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan
tugas kepolisian. 9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan
lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan / atau bencana termasuk memberikan
bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. 10) Melayani
kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi/ atau pihak
berwenang. 11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan
dalam lingkup tugas kepolisian. 12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan
perundangundangan. (Pasal 14 ayat (1) Undang Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia) Dari tugas-tugas polisi tersebut dapat dikemukakan
bahwa pada dasarnya tugas polisi ada dua yaitu tugas untuk memelihara keamanan,
ketertiban, menjamin dan memelihara keselamatan negara, orang, benda dan masyarakat
serta mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap peraturan negara.
Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas yang kedua adalah tugas represif.
Tugas ini untuk menindak segala hal yang dapat mengacaukan keamanan masyarakat,
bangsa, dan negara. Berdasarkan 19 uraian tersebut maka dalam penanggulangan kasus
tindak pidana judi togel polisi melakukan tindakan preventif dan represif.

Hak Polisi

Aparat Kepolisian Republik Indonesia,selain mempunyai wewenag dan kewajiban tentunya


juga mempunyai hak-hak,adapun hak-hak aparat kepolisian Republik Indonesia adalah
sebagai berikut:

Hak memperoleh gaji dan hak-hak lainnya yang layak (pasal 26 ayat (1) UU No.2/2002)
Menduduki jabatan diluar kepolisian setelah pensiun (Pasal 28 ayat (3) UU No,2/2002)
Memperoleh gaji ketigabelas (pasal 2 ayat (1) jo pasal 1 angka 1 PP No.42/2009)
Memerima uang pensiun (pasal 2 ayat (1) jo pasal 1 angka 1 PP No.25/2005)

Kewajiban Polisi

Secara umum kewajiban pokok kepolisian diatur dalam pasal 13 UU No.2/2002,yaitu sebagai
berikut:

Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat


Menegakkan hukum
Memberikan perlindungan,pengayoman,dan pelayanan pada masyarakat

Untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok pada pasal 13, polisi mempunyai


kewajiban-kewajiban khusus yang diatur dalam pasal 14 ayat (1) UU No.2/2002,yaitu sebagai
berikut:

Melaksanakan pengaturan,penjagaan,pengawalan,dan patroli terhadap kegiatan


masyarakat dan pemerintah sesuai dengan kebutuhan
Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,ketertiban,dan
kelancaran lalu lintas di jalan
Membinan masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,kesadaran hukum
masyarakat,serta kataatan warga masyarakat terhadap hukum dan perundang-
undangan
Turut serta dalam pembinaan hukum nasional
Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum
Melakukan koordinasi,pengawasan,dan pembinaan teknis terhadap aparat kepolisian
khusus,penyidik pegawai negeri sipil,dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai hukum
acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya
Menyelenggarakan identifikasi kepolisian,kedokteran kepolisian,laboratorium
forensik,psikologi kepolisian demi kepentingan kepolisian
Melindungi keselamatan jiwa raga,harta benda,masyarakat,dan lingkungan hidup dari
gangguan ketertiban dan atau bencana termasuk memberikan bantuan dan
pertolongan dengan menjunjung tinggi HAM
Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai kepentingannya dalam lingkup
tugas kepolisian
Melaksanakan tugas lain sesuai peraturan perundang-undangan.

Kewajiban-kewajiban lain Kepolisian Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

Bersikap netral dalam kehidupan politik dan tidak menggunakan hak memilih dan
dipilih (pasal 28 ayat (1) dan (2) UU No.2/2002)
Tunduk pada peradilan umumm (pasal 29 ayat (1) UU No.2/2002)
Terikat pada kode etik profesi Kepolisian Republik Indonesia (pasal 34 ayat (1) UU
No,2/2002)
Wajib mengenakan tanda pengenal dalam menjalankan fungsinya (pasal 36 ayat (1)
UU No.2/2002)

Tujuan Polisi

Menetapkan landasan hukum dan kewenangan kepolisian agar disatu sisi hukum dan
keadilan dapat terjamin. Sedangkan dilain pihak dapat terwujud landasan hukum yang
lebih kokoh bagi setiap tindakannya bukan tanpa latar belakang dan tujuan, adanya
perwujudan kepolisian di Indonesia, terlebih lagi bagi peningkatan kesejahteraan,
keamanan dan ketertiban bangsa.
Jabatan dalam Polisi

Bintara : Bripda, Briptu, Brigadir, Bripka

Simbol : Bentuk V

Bintara Tinggi : Aipda, Aiptu

Simbol: Bentuk W

Perwira Pertama (Pama) : IPDA, IPTU, AKP

Simbol: Bentuk Balok/Strip Tebal

Perwira Menengah (Pamen) : Komisaris Polisi, AKBP, Kombes

Simbol: Bentuk Bunga Melati

Perwira Tinggi (Pati) : Brigjen, Irjen, Komjen, Jenderal

Simbol: Bentuk Bintang

Perbedaan utama antara golongan BINTARA dengan PERWIRA adalah pada tugasnya. Kalau
golongan BINTARA itu adalah pelaksana utama di lapangan, sedangkan PERWIRA lebih
bersifat managerial/manajer/pengatur.

Sanksi Polisi

Dalam Perkap No 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi Polri Pasal 21 dijelaskan bahwa
ada 7 jenis sanksi pelanggara Kode Etik Profesi Polri yaitu :
a. Perilaku Pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela; sanksi ini
merupakan sanksi tertulis yang menyatakan bahwa perbuatan pelanggar telah
menciderai nilai-niai kode etik profesi Polri.

b. kewajiban Pelanggar untuk meminta maaf secara lisan dihadapan Sidang KKEP
dan/atau secara tertulis kepada pimpinan Polri dan pihak yang dirugikan; sanksi ini
bersifat perintah dan harus dilakukan oleh pelanggar kepada pihak yang dirugikan.
c. kewajiban Pelanggar untuk mengikuti pembinaan mental kepribadian,
kejiwaan, keagamaan dan pengetahuan profesi, sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu
dan paling lama 1 (satu) bulan; sanksi ini bersifat perintah yang ditujukan untuk
membina mental kepribadian pelanggar sehingga dapat sejalan kembali dengan nilai-
nilai kode etik profesi Polri.

d. dipindahtugaskan ke jabatan berbeda yang bersifat Demosi sekurang-


kurangnya 1 (satu) tahun; sanksi ini bersifat rekomendasi dimana pelanggar
direkomendasikan untuk dimutasi dari jabatan yang sedang diduduki.

e. dipindahtugaskan ke fungsi berbeda yang bersifat Demosi sekurang-


kurangnya 1 (satu) tahun; sanksi ini bersifat rekomendasi dimana pelanggar
direkomendasikan untuk dimutasi dari satuan fungsi asal ke satuan fungsi yang lain.

f. dipindahtugaskan ke wilayah berbeda yang bersifat Demosi sekurang-


kurangnya 1 (satu) tahun; sanksi ini bersifat rekomendasi dimana pelanggar
direkomendasikan untuk dimutasi dari wilayah hukum satu ke wilayah hukum yang
lain.

g. PTDH sebagai anggota Polri. Sanksi ini dijatuhkan apabila terdapat kondisi
antara lain : terduga pelanggar dihukum pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, diketahui memberikan
keterangan palsu saat mendaftar sebagai anggota Polri, melakukan usaha atau
perbuatan yang bertujuan mengubah Pancasila dan menentang negara, menjadi
anggota partai politik, dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 3 kali, dan lainnya sesuai
yang tercantum dalam pasal 21 ayat (3).

Selain diatur dalam peraturan kode etik profesi Polri, tingkah laku anggota juga diatur dalam
peraturan disiplin yang harus ditaati. Apabila anggota tersebut melanggar peraturan disiplin
maka anggota akan dikenakan sanksi disiplin sesuai dengan yang diamanatkan dalam PP No
2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. Bagi
anggota yang melanggar peraturan disiplin maka dapat dikenakan sanksi berupa tindakan
disiplin atau hukuman disiplin.
Tindakan disiplin sesuai yang diatur dalam Pasal 8 undang-undang ini berupa teguran lisan
dan tindakan fisik. Dan yang berhak untuk menjatuhkan tindakan ini adalah ankum dari
anggota tersebut.
Hukuman disiplin sesuai yang diatur dalam pasal 9 undang-undang ini dapat dikenakan sanksi
berupa:

a. teguran tertulis;

b. penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 tahun;

c. penundaan kenaikan gaji berkala;

d. penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 tahun;

e. mutasi yang bersifat demosi;

f. pembebasan dari jabatan;

g. penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 hari

Pengertian TNI

Perubahan UUD 1945 mengenai Tentara Nasional Indonesia (TNI), sebagaimana tercantum
dalam Pasal 30. Dalam pasal ini ditentukan dengan jelas mengenai perbedaan tugas dan
kewenangan masing-masing untuk menjamin perwujudan demokrasi dan tegaknya rule of
law. Dalam pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menentukan, Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.

Pasal 30 ayat (2) menentukan pula bahwa usaha pertahanan dan keamanan rakyat semesta
oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan
utama, dan rakyat sebagai kekuatan pendukung. Sementara itu, dalam ayat (3) Pasal 30
menentukan, Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara
keutuhan dan kedaulatan negara.

Sesudah reformasi nasional, diadakan pemisahan yang tegas antara kedudukan dan peran TNI
dan POLRI sebagsi ABRI ditiadakan. Pemisahan tersebut ditetapkan dengan Ketetapan
MPR No. VI/MPR/2000 tentang Pemisahan TNI dan POLRI, serta Ketetapan MPR No.
VII/MPR/2000 tentang Peran TNI dan Peran POLRI. Berdasarkan hal itu, pada tahun 2002
diundangkan UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan juga
UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
Selanjutnya, pada tahun 2004 dibentuk pula undang-undang khusus tentang TNI. Rancangan
UU tentang TNIbitu disetujui bersama oleh DPR dan Presiden dan pada rapat paripurna DPR
30 September 2004. Berdasarkan UU tentang TNI ini, jelas ditentukan bahwa TNI terdiri atas
Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Masing-masing angkatan dipimpin oleh
Kepala Staf Angkatan.

Sesuai ketentuan Pasal 2 UU No. 34 Tahun 2004 tentang TNI tersebut, Tentara Nasional
Indonesia adalah :

a. Tentara Rakyat, yaitu tentara yang anggotanya berasal dari warga negara indonesia;

b. Tentara Pejuang, yaitu tentara yang berjuang menegakkan Negara Kesatuan


Republik Indonesia dan tidak mengenal menyerah dalam melaksanakan dan menyelesaikan
tugasnya;

c. Tentara Nasional, yaitu tentara kebangsaan indonesia yang bertugas demi


kepentingan negara di atas kepentingan daerah, suku, ras, dan golongan agama;

d. Tentara Professional, yaitu tentara yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik,
tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya. serta mengikuti
kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia,
ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi.

Menurut UU No. 34 Tahun 2004, dalam pengarahan dan penggunaan kekuatan militer, TNI
berkedudukan di bawah Presiden. Dalam kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan
administrasi, TNI dibawah koordinasi Departemen Pertahanan.

TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya
berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara. Tugas pokok TNI sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 7 adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD
Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Fungsi TNI

(1) TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai;


penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar
dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;
penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a; dan
pemulih terhadap kondisi keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan
keamanan.

(2) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), TNI merupakan
komponen utama sistem pertahanan negara.

Tugas TNI

(1) Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan
seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara.

(2) Tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:

1. Mengatasi gerakan separatis bersenjata;


2. Mengatasi pemberontakan bersenjata;
3. Mengatasi aksi terorisme;
4. Mengamankan wilayah perbatasan;
5. Mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis;
6. Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri;
7. Mengamankan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya;
8. Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai
dengan sistem pertahanan semesta;
9. Membantu tugas pemerintahan di daerah;
10. Membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang;
11. Membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan
pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia;
12. Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian
bantuan kemanusiaan;
13. Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue); serta
14. Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan dan penyelundupan.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan berdasarkan kebijakan dan
keputusan politik negara.

Pangkat dalam TNI:

TAMTAMA :

PRAJURIT DUA (PRADA)

PRAJURIT SATU (PRATU)

PRAJURIT KEPALA (PRAKA)

TAMTAMA KEPALA :

KOPRAL DUA (KOPDA)

KOPRAL SATU (KOPTU)

KOPRAL KEPALA (KOPKA)

BINTARA :

SERSAN DUA (SERDA)

SERSAN SATU (SERTU)

SERSAN KEPALA (SERKA)


SERSAN MAYOR (SERMA)

BINTARA TINGGI :

PEMBANTU LETNAN DUA (PELDA)

PEMBANTU LETNAN SATU (PELTU)

PERWIRA PERTAMA :

LETNAN DUA (LETDA)

LETNAN SATU (LETTU)

KAPTEN

PERWIRA MENENGAH:

MAYOR

LETNAN KOLONEL (LETKOL)

KOLONEL

PERWIRA TINGGI :

BRIGADIR JENDRAL (BRIGJEN)

MAYOR JENDRAL (MAYJEN)

LETNAN JENDRAL (LETJEN)

JENDRAL

PANGKAT KEHORMATAN :

JENDRAL BESAR
Penyelewengan/Sanksi:

Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan dan kepatuhan. disiplin bagi seorang anggota
militer atau seorang Prajurit TNI merupakan suatu keharusan dan pola hidup yang harus
dijalani.

Pembentukan disiplin bagi Prajurit diawali dari masa pendidikan dasar keprajuritan.
pembinaan dan pengasuhan merupakan salah satu cara pembentukan disiplin bagi Prajurit.
pola pembinaan diberikan melalui intensitas kegiatan disertai doktrin bagi anggota TNI.
karena sifatnya yang harus tadi, maka perlu diberlakukan suatu peraturan dan ketentuan
demi lancarnya penegakan disiplin dalam tubuh organisasi militer.

Penegakkan hukum disiplin militer bersumber kepada peraturan-peraturan hukum disiplin


prajurit. Terdapat beberapa peraturan yang berlaku ataupun sudah berlaku dalam rangka
penegakkan hukum disiplin militer. Beberapa peraturan tersebut adalah :

1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit ABRI.

2. Peraturan Disiplin Prajurit TNI yang disahkan dengan Keputusan Panglima TNI Nomor
Kep/22/VIII/2005 Tanggal 10 Agustus 2005.

3. Peraturan pelaksanaan lainnya yaitu Peraturan Urusan Dalam (PUD).

4. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

5. Dokumen-dokumen penting lainnya yang materinya menyangkut disiplin militer :

a) Sumpah Prajurit.
b) Sapta Marga.

c) Delapan (8) Wajib TNI.

dalam undang-undang nomor 26 tahun 1997 tentang hukum disiplin prajurit menyebutkan
pelanggaran disiplin militer terbagi menjadi dua (2), yakni pelanggaran disiplin militer murni
dan pelanggaran disiplin militer tidak murni. pelanggaran disiplin militer murni setiap
perbuatan yang bukan tindak pidana, tetapi bertentangan dengan perintah kedinasan atau
peraturan kedinasan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan tata kehidupan prajurit.
sedangkan pelanggaran disiplin militer tidak murni merupakan Pelanggaran hukum disiplin
tidak murni merupakan setiap perbuatan yang merupakan tindak pidana yang sedemikian
ringan sifatnya sehingga dapat diselesaikan secara hukum disiplin prajurit.

Kewenangan untuk menyelesaikan pelanggaran hukum disiplin militer tidak murni secara
hukum disiplin ada pada Komandan yang bertindak sebagai Papera (Perwira penyerah
perkara) setelah mendapat pendapat dan opini hukum dari Oditurat militer.

Prajurit yang melakukan pelanggaran hukum disiplin militer akan dikenakan sanksi berupa
tindakan disiplin dan hukuman disiplin. Pemberian sanksi dilakukan oleh Ankum (Atasan yang
Berhak Menghukum). Sanksi tindakan disiplin yang dijatuhkan Ankum berupa tindakan fisik
dan/atau teguran lisan untuk menumbuhkan kesadaran dan mencegah terulangnya
pelanggaran hukum disiplin prajurit. Selanjutnya dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 26
Tahun 1997 tentang Hukum Disiplin Prajurit TNI menjabarkan jenis hukuman disiplin yang
dapat dijatuhkan Ankum berupa :

1. Teguran;

2. Penahanan ringan, paling lama empat belas (14) hari;

3. Penahanan berat, paling lama dua puluh satu (21) hari.

Penjatuhan tindakan disiplin tidak menghapuskan kewenangan Ankum dalam memberikan


hukuman disiplin kepada prajurit yang melakukan pelanggaran hukum disiplin militer.
Daftar Pustaka

UU Tentang Aparatur Sipil Negara No 5 tahun 2004

UU Tentang Polri

UU Tentang TNI

Banurusman, Polisi Masyarakat Op.cit., hlm. 73.

Website NTMC Polri ntmcpolri.info

Website Resmi TNI tni.mil.id

También podría gustarte