Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
BAB I
PENDAHULUAN
Namun pembelajaran puisi dengan pelafalan dan intonasi yang tepat sering
mengalami kendala.Kendala tersebut antara lain : 1) pengaruh dialek bahasa lokal,
2) kurang adanya percaya diri dan 3) minimnya contoh pembacaan puisi yang
benar. Guru bahasa Indonesia sendiri belum tentu memiliki kemampuan membaca
puisi yang baik dan benar.
1
2
menyebabkan siswa malu untuk maju ke depan kelas dan merasa terpaksa.
Minimnya contoh membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat membuat
siswa tidak memiliki acuan atau gambaran tentang membaca puisi yang tepat.
Kendala-kendala di atas menyebabkan siswa belum dapat membaca puisi dengan
baik dan benar sesuai kompetensi dasar yang ditentukan.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
membaca puisi siswa kelas V SDN IV Sungaiselam adalah menerapkan model
pembelajaran kontekstual atau Contekstual Teaching Learning (CTL). Nurhadi
(2003:13) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual (CTL) adalah konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dan usaha siswa
mengkonstruksi sendini pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
Pembelajaran berbasis CTL melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran produktif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya
(Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning Community),
pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan jawaban bagaimana cara
meningkatkan kemampuan siswa kelas V SDN IV Sungaiselam dalam membaca
puisi dengan pelafalan dan intonasi yang tepat dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia melalui penerapan strategi pembelajaran kontekstual (CTL). Dengan
penerapan CTL diharapkan timbul semangat dan kepercayaan diri siswa sehingga
dapat menghayati dan membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang baik dan
benar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
3. guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta
didiknya;
4. orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan daan kesastraan di sekolah;
5. sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang
tersedia;
6. daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan
sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional.
B. Tujuan
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut.
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,
baik secara lisan maupun tulis
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa negara
3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif
untuk berbagai tujuan
4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial
5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa
6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya
dan intelektual manusia Indonesia.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen
kemampuan
7
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), Puisi adalah ragam sastra
yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait;
atau gubahan dalam bahasa yg bentuknya dipilih dan ditata secara cermat
sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan
tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus. Nuraini
(2008:39) menyimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra yang menggunakan
kata-kata indah, singkat, padat, dan kaya makna Singkat karena diungkapkan
tidak panjang lebar seperti prosa. Padat, maksudnya puisi digarap dengan pilihan
kata yang mengandung kekuatan rasa dan makna. Yakni dengan memilih kata
yang mempunyai majas, lambang, rima, sajak dan ungkapan yang menarik. Jadi,
puisi berbeda dengan bahasa keseharian. .
1. Tema, yaitu pokok persoalan yang akan diungkapkan oleh penyair. Tema di
dalam keseluruhan isi puisi.
2. Rasa, yaitu sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terkandung didalam
8
puisi.
3. Nada, yaitu sikap penyair terhadap pembacaannya. Nada berkaitan erat dengan
tema dan rasa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap merayu, mengadu
4. Amanat, yaitu pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisi itu.
1. Puisi yang terkait aturan-atur an bait dan baris. Antara lain: pantun, syair ,
dan soneta. Dikenal juga puisi yang berbentuk distikon, terzina, kuatren, kuint,
sektet septima, dan oktaf.
2. Puisi bebas yaitu puisi yang tidak terikat oleh aturan-aturan bait, baris,
maupun rima. Contoh: puisi karangan Chairil Anwar, Taufik Ismail, W.S.
Rendra.
1. Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang merupakan peninggalan sastra melayu lama.
Puisi lama terdiri atas puisi asli dan puisi pengaruh asing. Contoh puisi asli
masyarakat melayu adalah pantun dan contoh puisi asing pengaruh bahasa
Arab adalah syair. Yang termasuk puisi lama adalah:
a) Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis karya sastra lama yang berbentuk puisi.
Sebagaimana bentuk puisi lainnya, pantun mementingkan keindahan bahasa,
pemadatan makna kata, serta bentuk penulisannya yang berbait-bait.
Ciri-ciri pantun:
b) Syair
Syair termasuk dalam jenis puisi lama.Hampir sama dengan pantun, syair
terikat akan aturan-aturan baku. Ciri-cirinya adalah:
2) Setiap baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata;
e) Karmina (pantun kiat), yaitu pantun yang hanya terdiri atas 2 baris.
2. Puisi baru
Puisi baru adalah puisi yang lahir pada tahun dua puluhan. Menurut
bentuknya
h) Soneta, sajak empat belas seuntai. Soneta adalah bentuk puisi yang
berasal dari Italia. Masuknya soneta ke Indo nesia dimulai sekitar
zaman angkatan pujangga baru. Pelopor soneta adalah Moh. Yamin
dan Rustam Effendi.
4 Himne, yaitu puisi yang berisikan doa dan pujian kepada Tuhan.
Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis
dan kreatif : dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,
membuat keputusan dan menggunakan logika dan bukti-bukti
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual)
Siswa memelihara pribadinya : mengetahui, memberi perhatian, memiliki
harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa
tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa. Siswa menghormati temannya
dan juga orang dewasa
e. Ketika kelas hidup (siswa belajar dan berlatih) dan bukan guru yang beraktig di
depan kelas dan siswa hanya menonton.
f. Ketika setiap pelajaran akan dimulai, siswa terlihat senang dan antusias seperti
berteriak Hore atau asyik pelajaran akan dimulai.
g. Ketika guru menilai apa yang seharusnya dinilai, bukan hanya menilai
pengetahuan siswa
h. Ketika guru mengumpulkan nilai dari proses,produk, kinerja dan tes.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
16
menganalisis data, menanik kesimpulan dan membuat laporan. Hal ini sesuai
dengan ciri-ciri pendekatan kualitatif, yaitu:
1) menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung;
2) bersifat deskriptif analitik karena data yang diperoleh tidak dituangkan dalam
bentuk bilangan statistik, namun dalam bentuk kata-kata atau gambar-gambar;
3) lebih menekankan proses daripada hasil;
4) analisa data bersifat induktif karena penelitian tidak dimulai dan deduksi teori,
tetapi dimulai dan lapangan; dan
5) mengutamakan makna (Sudjana dalam Hobri, 2007:8)
Proses yang ditekankan dalam penelitian ini adalah respon siswa terhadap
penyampaian materi oleh guru yang menerapkan strategi pembelajaran
kontekstual (CTL). Data akhir hasil penelitian berupa narasi dan akan dipaparkan
sesuai dengan kejadian yang terjadi dan dianalisis secara induktif.
TINDAKAN
PENDAHULUAN
PERENCANAAN
TINDAKAN
dan
OBSERVASI REFLEKSI
PERENCANAAN
PERBAIKAN
TINDAKAN
dan
OBSERVASI REFLEKSI
PERENCANAAN
PERBAIKAN
TINDAKAN
dan
OBSERVASI REFLEKSI
22
LAPORAN AKHIR
Gambar 1 : desain penelitian model Hopkins
A. SIKLUS I
Tahapan-tahapan di dalam siklus I dalam PTK ini adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Kegiatan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) membuat
pedoman pengamatan (observasi), interview (wawancara), dan angket,
dilaksanakan pada tahap ini. Disamping itu juga disusun tes akhir tindakan.
Peneliti mengumpulkan materi pelajaran berupa contoh puisi, kaset atau
video contoh pembacaan puisi dari internet.
2. Action/ Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah menerapkan atau melaksanakan skenario
pembelajaran yang direncanakan. Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah
melaksanakan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual (CTL).
Setelah pembelajaran selesai, dilakukan tes hasil belajar. Maka peneliti melakukan
rangkaian tindakan pembelajaran sebagai berikut :
1. Kegiatal Awal:
- Menjelaskan tentang materi puisi dan tujuan pembelajaran
- Menyajikan contoh puisi beserta contoh pembacaan puisi dengan kaset
rekaman / video
2. Kegiatan Inti
- Siswa mendiskusikan puisi yang diberikan guru dalam kelompok
23
B. SIKLUS II
24
kegiatan /aktifitas siswa oleh observer I dan observer II serta aktifitas guru oleh
observer III selama proses belajar mengajar berlangsung
4. Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk mengkaji
atau memikirkan apa dan mengapa dampak dari suatu tindakan kelas. Refleksi
juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang masih ditemui.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu siklus, yakni
apabila :
1. Aktifitas guru dan siswa baik
2. Penilaian subjek penelitian terhadap pembelajaran baik
3. Hasil belajar subjek penelitian minimal 70
4. Ketuntasan klasikal adalah = 75 % atau lebih
Baik apabila hasil refleksi belum baik ataupun telah terpenuhi, maka
peneliti tetap akan melanjutkan penelitian pada siklus III. Tujuan siklus III adalah
untuk memperbaiki kekurangan dalam siklus II. Meskipun hasil belajar telah
tuntas dalam siklus II, Peneliti akan tetap melanjutkan pada sikus III untuk
melakukan perbaikan proses pembelajaran berdasarkan evaluasi dan diskusi
dengan observer II dan III. Dengan demikian peneliti dapat melakukan
perbandingan hasil belajar siswa antara hasil dari siklus I, II dengan siklus III.
C. SIKLUS III
Tahapan-tahapan di dalam siklus III dalam PTK ini adalah sebagai berikut :
1. Planning /Perencanaan
Kegiatan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat
pedoman pengamatan (observasi), interview (wawancara), dan angket,
dilaksanakan pada tahap ini. Disamping itu juga disusun tes akhir tindakan.
Peneliti mengumpulkan kembali materi pelajaran berupa contoh puisi,
kaset atau video contoh pembacaan puisi dari internet.
2. Action/ Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah menerapkan atau melaksanakan skenario
pembelajaran yang direncanakan. Tindakan yang dilakukan pada tahap ini adalah
melaksanakan pembelajaran dengan penerapan pembelajaran berbasis pengamtan
26
langsung. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan tes hasil belajar. Maka peneliti
melakukan rangkaian tindakan pembelajaran sebagai berikut :
1. Kegiatal Awal:
- Mengulang sekilas tentang materi puisi sebelumnya dan menyampaikan
tujuan pembelajaran
- Menyajikan contoh puisi beserta contoh pembacaan puisi dengan kaset
rekaman / video
2. Kegiatan Inti
- Siswa mendiskusikan puisi yang diberikan guru dalam kelompok
- Siswa melengkapi LKS berisi tentang pertanyaan-pertanyaan
- Siswa mengumpulkan puisinya masing-masing
- Siswa yang siap, membaca puisi di depan kelas
- masing-masing kelompok memberikan tanggapan terhadap pembacaan
puisi.
3. Kegiatan Akhir:
- Guru berdiskusi dengan siswa tentang hasil diskusi
- Siswa menyimpulkan hasil belajar
3. Observasi
Kegiatan observasi bertujuan untuk mendokumentasikan segala sesuatu
berkaitan dengan pemberian tindakan. Data yang ingin diperoleh adalah
kegiatan /aktifitas siswa oleh observer I dan observer II serta aktifitas guru oleh
observer III selama proses belajar mengajar berlangsung
4. Refleksi
Refleksi dalam penelitian tindakan kelas adalah upaya untuk mengkaji
atau memikirkan apa dan mengapa dampak dari suatu tindakan kelas. Refleksi
juga dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang masih ditemui.
Kriteria yang digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu siklus, yakni
apabila :
1. Aktifitas guru dan siswa baik
2. Penilaian subjek penelitian terhadap pembelajaran baik
3. Hasil belajar subjek penelitian minimal 70
4. Ketuntasan klasikal adalah > 75% (lebih dari atau sama dengan 75%)
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Siklus I
4.1.1. Perencanaan Tindakan
Kegiatan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) membuat
pedoman pengamatan (observasi), interview (wawancara), dan angket,
dilaksanakan pada tahap ini. Disamping itu juga disusun tes akhir tindakan.
Peneliti mengumpulkan materi pelajaran berupa contoh puisi, kaset atau
video contoh pembacaan puisi dari internet.
Data yang diperoleh adalah kegiatan /aktifitas siswa oleh observer I dan
observer II serta aktifitas guru oleh observer III selama proses belajar mengajar
berlangsung Berdasarkan hasil observasi dan rangkaian tahapan penelitian,
didapatkan temuan-temuan sebagai berikut :
26
Nama siswa
12 5 0 100 SANGAT BAIK
kelas V
Nama siswa
13 5 0 100 SANGAT BAIK
kelas V
Nama siswa
14 5 0 100 SANGAT BAIK
kelas V
Nama siswa
15 4 1 80 BAIK
kelas V
Nama siswa
16 5 0 100 SANGAT BAIK
kelas V
Nama siswa
17 5 0 100 SANGAT BAIK
kelas V
Nama siswa
18 5 0 100 SANGAT BAIK
kelas V
Nama siswa
19 5 0 100 SANGAT BAIK
kelas V
Nama siswa
20 4 1 80 BAIK
kelas V
Keterangan :
Jawaban Ya diberikan skor 1 dan tidak diberikan skor 0
Skor kemudian diinterpretasi dengan rentang nilai 0-100. Rumus yang dapat
digunakan menurut Ali (1987:184) adalah :
SI
N= X 100
SD
Keterangan :
N = Nilai
SM = Skor Yang diinginkan
SP = Skor Yang didapat
Nilai 100 = Respon Sangat Baik
Nilai 80 = Respon Baik
Nilai 60 = Respon Cukup Baik
Nilai 20-40 = Respon Kurang Baik
Nilai 0 = Tidak Merespon
Berdasar data di atas dapat ditarik kesimpulan :
Siswa yang memiliki Respon Sangat Baik = 14 Siswa (70,0%)
Siswa yang memiliki Respon Baik = 6 Siswa (30,0%)
Siswa yang memiliki Respon Cukup Baik = 0 Siswa (0%)
30
JUMLAH SISWA
NO KOMPONEN OBSERVASI
OBSERVER
PENELITI
II
seluruh siswa
Guru memberikan tugas
10
individu
Guru memberikan bimbingan
11 pada kelompok yang
memerlukan
Guru memberikan penguatan
12
berupa pujian secara merata
Guru berhasil mendorong
13
partisipasi aktif siswa
Guru mereview materi di akhir
14
pembelajaran
Pembelajaran sesuai dengan
15
RPP
Dari data di atas, guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan BAIK
mengingat 14 dari 15 poin pengajaran (93,3%) penilaian telah terpenuhi.
NILAI
NAMA RATA-
NO SISWA PRAKTIK PREDIKAT TULIS PREDIKAT RATA PREDIKAT
Nama siswa
1 kelas V 70.0 TUNTAS 75 TUNTAS 71.3 TUNTAS
Nama siswa
2 kelas V 75.0 TUNTAS 70 TUNTAS 73.8 TUNTAS
Nama siswa
3 kelas V 71.7 TUNTAS 75 TUNTAS 72.5 TUNTAS
Nama siswa
4 kelas V 75.3 TUNTAS 80 TUNTAS 76.5 TUNTAS
Nama siswa
5 kelas V 71.7 TUNTAS 70 TUNTAS 71.3 TUNTAS
33
Nama siswa
6 kelas V 74.0 TUNTAS 75 TUNTAS 74.3 TUNTAS
Nama siswa
7 kelas V 75.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.0 TUNTAS
Nama siswa
8 kelas V 71.7 TUNTAS 70 TUNTAS 71.3 TUNTAS
Nama siswa
9 kelas V 73.7 TUNTAS 75 TUNTAS 74.0 TUNTAS
Nama siswa
10 kelas V 76.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.8 TUNTAS
Nama siswa
11 kelas V 71.0 TUNTAS 70 TUNTAS 70.8 TUNTAS
Nama siswa TIDAK TIDAK
12 kelas V 69.0 TUNTAS 70 TUNTAS 69.3 TUNTAS
Nama siswa
13 kelas V 71.7 TUNTAS 70 TUNTAS 71.3 TUNTAS
Nama siswa
14 kelas V 73.3 TUNTAS 75 TUNTAS 73.8 TUNTAS
Nama siswa
15 kelas V 72.3 TUNTAS 70 TUNTAS 71.8 TUNTAS
Nama siswa
16 kelas V 71.7 TUNTAS 75 TUNTAS 72.5 TUNTAS
Nama siswa
17 kelas V 75.0 TUNTAS 70 TUNTAS 73.8 TUNTAS
Nama siswa
18 kelas V 75.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.0 TUNTAS
Nama siswa
19 kelas V 70.0 TUNTAS 70 TUNTAS 70.0 TUNTAS
Nama siswa
20 kelas V 70.0 TUNTAS 75 TUNTAS 71.3 TUNTAS
RATA-RATA 72.6 73 72.7
Dari data diatas, untuk nilai praktik membaca puisi dengan lafal dan
intonasiyang tepat, diambil kesimpulan :
Jumlah Siswa Tuntas = 19 (95,0 %) / Tuntas Kelasikal
Jumlah Siswa Tidak Tuntas = 1 (5,0 %)
Jumlah rata-rata kelas = 72,7 (Memenuhi target KKM kelasikal SIKLUS I,
yakni 70)
Hasil ini jika dibandingkan dengan pembelajaran sebelum penerapan
pembelajaran kontekstual (CTL) sebagai berikut :
66,8
Sebelum
12 (60,0 %) / (Tidak
Penerapan
Tidak Tuntas 8 (40,0%) Memenuhi
Pembelajaran
Kelasikal target KKM
kontekstual
kelasikal)
72,7
Sesudah (Memenuhi
Penerapan 19 (95,0%) / target KKM
1 (5,0%)
Pembelajaran Tuntas Kelasikal kelasikal
kontekstual siklus I)
PERBANDINGANNILAI PRASIKLUS
danSIKLUSI
80
70
60
Jumlah Siswa
JUMLAH 50 Tuntas
SISWA/ 40 Jumlah Siswa
NILAI 30 Tidak Tuntas
20
Jumlah Nilai rata-
10 rata
0
Pra Siklus Siklus I
1. Siswa merasa tidak percaya diri sehingga dalam membaca puisi selalu ragu-
ragu sehingga pembacaan puisi terkesan tergesa-gesa dan tidak jelas
2. Siswa memiliki kemampuan membaca puisi yang belum sesuai dengan lafal
dan intonasi yang tepat karena belum melihat contoh nyata pembacaan puisi
yang tepat.
4.2 Siklus II
4.2.1. Perencanaan Tindakan
36
Nama siswa
20 4 1 80 BAIK
kelas V
Berdasar data di atas dapat ditarik kesimpulan :
Siswa yang memiliki Respon Sangat Baik = 17 Siswa (85,%)
Siswa yang memiliki Respon Baik = 3 Siswa (15,0%)
Siswa yang memiliki Respon Cukup Baik = 0 Siswa (0%)
Siswa yang memiliki Respon Kurang Baik = 0 Siswa (0%)
Siswa yang Tidak Merespon = 0 Siswa (0%)
Berdasarkan dari hasil angket data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
mayoritas siswa memiliki respon yang BAIK terhadap penerapan strategi
pembelajaran kontekstual (CTL) dalam siklus II yang dilaksanakan oleh guru.
Nama siswa
9 76.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.8 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
10 77.7 TUNTAS 75 TUNTAS 77.0 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
11 73.3 TUNTAS 75 TUNTAS 72.5 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
12 74.7 TUNTAS 70 TUNTAS 73.5 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
13 74.0 TUNTAS 70 TUNTAS 73.0 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
14 73.3 TUNTAS 75 TUNTAS 73.8 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
15 75.7 TUNTAS 75 TUNTAS 74.3 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
16 71.7 TUNTAS 75 TUNTAS 72.5 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
17 75.0 TUNTAS 70 TUNTAS 73.8 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
18 75.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.0 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
19 75.3 TUNTAS 76 TUNTAS 74.0 TUNTAS
kelas V
Nama siswa
20 75.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.0 TUNTAS
kelas V
RATA-RATA 75.1 76 75.2
Dari data diatas, untuk nilai praktik membaca puisi dengan lafal dan
intonasiyang tepat, diambil kesimpulan :
Jumlah Siswa Tuntas = 20 (100 %) / Tuntas Kelasikal
Jumlah Siswa Tidak Tuntas = 0 (0 %)
Jumlah rata-rata kelas = 75,1 (Memenuhi target KKM kelasikal Siklus II
yakni 75)
Hasil ini jika dibandingkan dengan pembelajaran pra siklus dan siklus I
sebagai berikut :
66,8
Sebelum
(Tidak
Penerapan 12 (60,0 %) /
8 (40,0%) Memenuhi
Pembelajaran Tidak Tuntas Kelasikal
target KKM
kontekstual
kelasikal)
72,7
Setelah
(Memenuhi
Pembelajaran 19 (95,0%) /
1 (5,0%) target KKM
kontekstual Tuntas Kelasikal
kelasikal
Siklus I
siklus I)
75,1
Setelah
20 (100%) / (Memenuhi
Pembelajaran
Tuntas Kelasikal 0 (0%) target KKM
kontekstual
kelasikal
Siklus II
siklus II)
Bila disajikan dalam grafik, didapatkan gambar sebagai berikut :
PERBANDINGANHASILBELAJAR
PRASIKLUS, SIKLUSI danSIKLUSII
JUMLAH SISWA /NILAI
80
70
60 JumlahSiswa
Tuntas
50
JumlahSiswa
40 TidakTuntas
30 JumlahNilai rata-
rata
20
10
0
Pra Siklus I Siklus II
Siklus
Nama siswa
20 4 1 80 BAIK
kelas V
Berdasar data di atas dapat ditarik kesimpulan :
Siswa yang memiliki Respon Sangat Baik = 20 Siswa (100%)
Siswa yang memiliki Respon Baik = 0 Siswa (0%)
Siswa yang memiliki Respon Cukup Baik = 0 Siswa (0%)
Siswa yang memiliki Respon Kurang Baik = 0 Siswa (0%)
Siswa yang Tidak Merespon = 0 Siswa (0%)
Berdasarkan dari hasil angket data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
mayoritas siswa memiliki respon yang Sangat Baik terhadap penerapan strategi
pembelajaran kontekstual (CTL) dalam siklus III yang dilaksanakan oleh guru.
kelas V
Nama siswa
10 kelas V 76.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.8 TUNTAS
Nama siswa
11 kelas V 74.0 TUNTAS 76 TUNTAS 74.5 TUNTAS
Nama siswa
12 kelas V 72.7 TUNTAS 77 TUNTAS 73.8 TUNTAS
Nama siswa
13 kelas V 74.7 TUNTAS 76 TUNTAS 75.0 TUNTAS
Nama siswa
14 kelas V 76.0 TUNTAS 78 TUNTAS 76.5 TUNTAS
Nama siswa
15 kelas V 75.7 TUNTAS 74 TUNTAS 75.3 TUNTAS
Nama siswa
16 kelas V 75.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.0 TUNTAS
Nama siswa
17 kelas V 75.0 TUNTAS 76 TUNTAS 75.3 TUNTAS
Nama siswa
18 kelas V 75.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.0 TUNTAS
Nama siswa
19 kelas V 74.7 TUNTAS 76 TUNTAS 75.0 TUNTAS
Nama siswa
20 kelas V 76.0 TUNTAS 75 TUNTAS 75.8 TUNTAS
RATA-RATA 75.4 76 75.5
Dari data diatas diambil kesimpulan :
Dari data diatas, untuk nilai praktik membaca puisi dengan lafal dan
intonasi yang tepat, diambil kesimpulan :
Jumlah Siswa Tuntas = 20 (100 %) / Tuntas Kelasikal
Jumlah Siswa Tidak Tuntas = 0 (0 %)
Jumlah rata-rata kelas = 75,4 (Memenuhi target KKM kelasikal Siklus III
yakni 75)
Hasil ini jika dibandingkan dengan hasil pra tindakan, siklus I, Siklus II
dan hasil siklus III, sebagai berikut :
Sebelum 66,8
Penerapan 12 (60,0 %) / (Tidak
Pembelajaran Tidak Tuntas 8 (40,0%) Memenuhi
Kontekstual
Kelasikal target KKM
kelasikal)
Setelah 72,7
Pembelajaran (Memenuhi
Kontekstual 19 (95,0%) /
1 (5,0%) target KKM
Siklus I Tuntas Kelasikal
kelasikal
siklus I)
Setelah 75,1
Pembelajaran 20 (100%) / (Memenuhi
PAKEM Tuntas Kelasikal 0 (0%) target KKM
Siklus II
kelasikal
siklus II)
Setelah 75,4
Pembelajaran 20 (100%) / (Memenuhi
Kontekstual Tuntas Kelasikal 0 (0%) target KKM
Siklus III kelasikal
siklus II)
80
70
JUMLAH SISWA/NILAI
60
50
J umlah Siswa Tuntas
40 J umlah Siswa Tidak Tuntas
J umlah Nilai rata-rata
30
20
10
0
Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III
51
Gambar 4 : Grafik Perbandingan Hasil Para Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus
III
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab III dan IV, dapat diberikan beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan membaca puisi siswa dengan lafal dan intonasi yang tepat masih
rendah dikarenakan siswa merasa tidak percaya diri sehingga dalam membaca
puisi selalu ragu-ragu sehingga pembacaan puisi terkesan tergesa-gesa dan
tidak jelas serta tidak adanya contoh nyata pembacaan puisi yang tepat.
Pengaruh dialek bahasa lokal juga mempengaruhi ketepatan pembacaan puisi.
53
2. Guru mampu meningkatkan kemampuan membaca puisi siswa dengan lafal dan
intonasi yang tepat melalui proses pembelajaran yang menggunaan
pembelajaran kontekstual (CTL) Hal ini terbukti dengan hasil data yang
diperoleh sebagai berikut :
Jumlah Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
siswa yang siswa yang siswa yang
Hasil siswa yang siswa yang
merespon merespon merespon
Angket merespon Tidak
Sangat Cukup Kurang
Baik Merespon
Baik Baik Baik
14 6 0 0 0
Siklus I
(70 %) (30%) (0%) (0%) (0%)
17 0 0 0
Siklus II 3 (15%)
(85%) (0%) (0%) (0%)
20 0 0 0 0
Siklus III
(100%) (0%) (0%) (0%) (0%)
4. Berdasarkan hasil observasi pengamat III terhadap tindakan guru saat proses
pembelajaran, guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan BAIK pada
siklus I dan menjadi SANGAT BAIK pada siklus II dan III. Hal ini
membuktikan bahwa guru telah berhasil menerapkan teori pembelajaran
dengan benar ke dalam kelas. Data observasi pengamat III sebagai berikut :
52
Sebelum 66,8
Penerapan 12 (60,0 %) / (Tidak
Pembelajaran Tidak Tuntas 8 (40,0%) Memenuhi
PAKEM
Kelasikal target KKM
kelasikal)
Setelah 72,7
Pembelajaran (Memenuhi
PAKEM 19 (95,0%) /
1 (5,0%) target KKM
Siklus I Tuntas Kelasikal
kelasikal
siklus I)
Setelah 75,1
Pembelajaran 20 (100%) / (Memenuhi
PAKEM Tuntas Kelasikal 0 (0%) target KKM
Siklus II
kelasikal
siklus II)
Setelah 75,4
Pembelajaran 20 (100%) / (Memenuhi
PAKEM Tuntas Kelasikal 0 (0%) target KKM
Siklus III kelasikal
siklus II)
karena adanya pengaruh dialek bahasa lokal, kurang adanya percaya diri dan
minimnya contoh pembacaan puisi yang benar.
2. Penerapan pembelajaran kontekstual (CTL) dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia dapat meningkatkan secara signifikan kemampuan siswa kelas V
SDN IV Sungaiselam semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 dalam
membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti memberikan
saran kepada :
1. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, untuk turut menerapkan dan
mengembangkan strategi pembelajaran menyenangkan dengan penerapan
strategi pembelajaran kontekstual (CTL) khususnya bagi siswa SD.
2. Pihak sekolah, untuk lebih mendorong guru-guru untuk menerapkan
pembelajaran kontekstual (CTL) baik untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia
ataupun mata pelajaran lain serta menyediakan kebutuhan pembelajaran
tersebut bagi guru-guru.
3. Siswa, untuk dapat lebih termotivasi dalam mempelajari Bahasa Indonesia
khususnya bila dilakukan dengan rasa senang dan karena menggunakan
strategi pembelajaran kontekstual (CTL).
4. Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan, untuk dapat
mensosialisasikan dan merokemendasikan hasil penelitian ini ke seluruh
sekolah di wilayah Bangka dan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Prof Dr. 1995. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta Jakarta
Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA SD. Jakarta
Dryden, Gordon dan Vos, Jeannette. 2003. Revolusi Cara Belajar. Bandung :
Kaifa
Nuraini, Umri. 2008. Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas V Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Suyatno,H. 2008. Ilmu Indahnya Bahasa dan Sastra Indoensia untuk SD dan MI
Kelas V. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud