Está en la página 1de 6

LAPORAN PENDAHULUAN

SHOCK ANAFILAKTOID

a. Definisi
Shock adalah sutu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan,
dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis (Toni Ashadi, 2006).
Reaksi anafilaktoid bisa juga dikatakan sebagai reaksi pseudoalergi.
Reaksi anafilaktoid ini adala reaksi sistemik umum yang melibatkan
pengelepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tanpa melalui IgE.
Reaksi anafilaksis non alergi, sebelumnya disebut reaksi anafilaktoid
atau reaksi pseudo alergi, adalah jika anafilaksis disebabkan oleh penyebab non
imunologis. ( Johansson, 2003)
Syok anafilaktoid adalah reaksi anafilaktoid yang disertai hipotensi
dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi anafilaktoid adalah reaksi
reaksi sistemik umum yang melibatkan pengelepasan mediator oleh sel mast
yang terjadi tanpa melalui IgE dengan efek pada beberapa sistem organ
terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro intestinal yang tidak
memerlukan sensitisasi.
b. Etiologi
Mekanisme anafilaksis manusia. (Diadaptasi dari Akib et al, 2010)
Penyebab anafilaktoid (Diadaptasi dari Baratawidjaja dan Rengganis,
2010)

Akibat Sebab
Aktivasi Komplemen Langsung
Gamaglobulin (standar) (Agregasi
IgG)
Larutan Plasmaprotein (agregasi
Klasik IgG)
RCM (Radio Kontras)
Aktivasi bypass Anestesi IV
Anafilaktoid oleh opiat, kontras,
desferoksamin, taksol, pengganti
volume koloid, gamaglobulin,
antibiotik vankomisin (polimiksin),
anestetik IV, pelemas otot, anestesi
Lokal, asam asetilsalisilat, inhibitor
siklooksigenase, NSAIDs, onat yang
Pelepasan Mediator Langsung Sel meningkatkan arus mikrosirkulasi,
Mast Tanpa Melalui IgE telaksan, gelatin
Batuk dan Angioedem oleh ACE
Akumulasi Bradikinin Inhibitor
Aspirin yang menginduksi asma dan
Produksi Leukotrin berlebihan urtikaria
Kerusakan Enzim
Inaktivator C1 Edema angioneurotik herediter
G6PD Anemia Hemolitik
Kolinesterase Inkompatibilitas Suksinilkolin
Refleks Neuropsikogenik Anestesi Lokal
Reaksi Emboli-Toksis Penisilin Depot (IV)
Pengrusakan sel (Misal pada terapi
Reaksi Jarisch-Herxheimer sifilis dengan penisilin)
Peningkatan Aliran Darah Ester asam nikotinik
Sulfit yang diinhalasi atau dimakan
Bronkospasme dan -blocker
Aktivasi komplemen
multimediator olahraga
Media radio kontras Suhi ( dingin atau panas )

c. Manifestasi Klinis
Secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi Tipe I seperti syok, urtikaria,
bronkospasme, anafilaksis, pruritus, tetapi tidak berdasarkan atas reaksi imun.
Manifestasi klinisnya sering serupa, sehingga sulit dibedakan satu dari lainnya.
Reaksi ini tidak memerlukan pajanan terdahulu untuk menimbulkan sensitasi.
Reaksi anafilaktoid dapat ditimbulkan antimikroba, protein, kontras dnegan
yodium, AINS, etilenoksid, taksol, penisilin dan muscle relaxan.
Adapun kriteria serta mekanisme untuk membedakan reaksi anafilaksis dari
reaksi anafilaktoid terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perbedaan antara Alergi dan Pseudoalergi

d. Pemeriksaan penunjang
e. Penatalaksanaan
Menurut Syamsul H (2016) penatalaksanaan anafilaktoid sama dengan
anafilaktik
1. Terapi segera terhadap reaksi yang berat
Penatalaksanaan segera
a) Hentikan pemberian bahan penyebab dan minta pertolongan
b) Lakukan resusitasi ABC
c) Adrenalin sangat bermanfaat dalam mengobati anafilaksis, juga efektif
pada bronkospasme dan kolaps kardiovaskuler.
A Saluran Napas dan Adrenalin
- Menjaga saluran napas dan pemberian oksigen 100%
- Adrenalin. Jika akses IV tersedia, diberikan adrenalin 1 : 10.0000, 0.5
1 ml, dapat diulang jika perlu. Alternatif lain dapat diberikan 0,5 1
mg (0,5 1 ml dalam larutan 1 : 1000) secara IM diulang setiap 10
menit jika dibutuhkan.
B Pernapasan
- Jamin pernapasan yang adekuat. Intubasi dan ventilasi mungkin
diperlukan
- Adrenalin akan mengatasi bronkospasme dan edema saluran napas atas.
- Bronkodilator semprot (misalnya salbutamol 5 mg) atau aminofilin IV
mungkin dibutuhkan jika bronkospasme refrakter (dosis muat 5 mg/kg
diikuti dengan 0,5 mg/kg/jam).
C - Sirkulasi
- Akses sirkulasi. Mulai CPR jika terjadi henti jantung.
- Adrenalin merupakan terapi yang paling efektif untuk hipotensi berat.
3
- Pasang 1 atau dua kanula IV berukuran besar dan secepatnya
memberikan infus saline normal. Koloid dapat digunakan (kecuali jika
diperkirakan sebagai sumber reaksi anafilaksis).
- Aliran balik vena dapat dibantu dengan mengangkat kaki pasien atau
memiringkan posisi pasien sehingga kepala lebih rendah.
- Jika hemodinamik pasien tetap tidak stabil setelah pemberian cairan
dan adrenalin, beri dosis adrenalin atau infus intravena lanjutan (5 mg
dalam 50 ml saline atau dekstrose 5% melalui syringe pump, atau 5 mg
dalam 500 ml saline atau dekstrose 5% yang diberikan dengan infus
lambat). Bolus adrenalin intravena yang tidak terkontrol dapat
membahayakan, yaitu kenaikan tekanan yang tiba-tiba dan aritmia.
Berikan obat tersebut secara berhati-hati, amati respon dan ulangi jika
diperlukan. Coba lakukan monitor EKG, tekanan darah dan pulse
oximetry
Dosis intramuskuler adrenalin pada anak
>5 tahun 0,5 ml dengan pengenceran 1 :
1000
4 tahun 0,4 ml dengan pengenceran 1 :
1000
3 tahun 0,3 ml dengan pengenceran 1 :
1000
2 tahun 0,2 ml dengan pengenceran 1 :
1000
1 tahun 0,1 ml dengan pengenceran 1 :
1000

Penatalaksanaan Lanjut
a) Berikan antihistamin. H1 bloker misalnya klorfeniramin (10 mg IV)
dan H2 bloker ranitidin (50 mg IV lambat) atau simetidin (200 mg
IV lambat).
b) Kortikosteroid. Berikan hidrokortison 200 mg IV diikuti dengan 100
200 mg 4 sampai 6 jam. Steroid memakan waktu beberapa jam
untuk mulai bekerja.
c) Buat keputusan apakah membatalkan atau melanjutkan usulan
pembedahan.
d) Pindahkan pasien di tempat yang perawatannya yang lebih baik
(misalnya unit perawatan intensif, ICU) untuk observasi dan terapi
lebih lanjut. Reaksi anafilaktik mungkin memakan waktu beberapa
jam untuk dapat diatasi dan pasien harus diobservasi secara ketat
pada masa-masa tersebut.
2. Reaksi yang tidak terlalu berat
Anafilaksis kadang-kadang menimbulkan reaksi yang tidak terlalu berat.
Terapi serupa dengan regimen di atas, tetapi adrenalin IV mungkin tidak
dibutuhkan. Lakukan tindakan ABC seperti yang telah dijelaskan, dan nilai
respon terhadap terapi tersebut. Obat seperti efedrin dan metoksamin
mungkin efektif untuk mengatasi hipotensi bersama dengan cairan IV.
Tetapi, jika keadaan pasien menunjukkan perburukan gunakan selalu
adrenalin.
DAFTAR PUSTAKA

Cukasah, Ukas . Reaksi anafilaksis / anafilaktoid.


https://rludifkunjani.wordpress.com/2011/05/03/reaksi-
anafilaksisanafilaktoid/ diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul 22.00
WIB

HMPD. 2013. Anafiaksis vs anafilaktoid http://hmpd.fk.uns.ac.id/anafilaksis-vs-


anafilaktoid/ diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul 22.00 WIB

Johansson et al. Revised nomenclature for allergy for global use: Report of the
Nomenclature Review Committee of the World Allergy Organization, October
2003. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15131563 penulis J Allergy
Clin Immunol. 2004 diakses pada tanggal 25 September 2017 pukul 21.00
WIB

Hilal, Syamsul. Penatalaksanaan Syok Anafilaktik.


http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/SYOK-
ANAFILAKSIS-1.pdf diakses pada tanggal 25 September 22.00 WIB

También podría gustarte