Está en la página 1de 21

KONSEP TEORI

A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN SKABIES
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi (kepekaan)
terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya (Adhi Djuanda. 2007: 119-120).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah
Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N, 2005,http: //journal.unair.ac.id, diakses
tanggal 30 September 2008).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke
manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan
di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,
1997: Rosendal, 1997,http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).

2. EPIDEMIOLOGI
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara
yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan
cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. (Sungkar, S, 1995).
Ada dugaan bahwa setiap sikius 30 tahun terjadi epidemi scabies. Banyak factor yang
menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi yang rendah, hygiene
yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas (ganti-ganti pasangan), kesalahan
diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi. Selain itu faktor penularannya bisa
melalui tidur bersama dalam satu tempat tidur, lewat pakaian, perlengkapan tidur atau
benda-benda lainnya.
Cara penularan (tranmisi) :
1. Kontak langsung misal berjabat tangan, tidur bersama dan kontak seksual.
2. Kontak tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lainnya.
Penularannya biasanya melalui sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-
kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang
menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaannya
misalnya anjing. (Adhi Djuanda. 2007: 120)

1
3. ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik sarcoptes
scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan bagian perutnya
rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan
kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam
terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut
menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes
betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita mengalami rasa
gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002)
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes. Pada
manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei yang lain,
misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith kotor, dan tidak bermata.
Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang
jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas
kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari dan sambil meletakkan telurnya
2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini
dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Kelainan kulit disebabkan oleh masuknya tungau Sarcoptes Scabie Var Hominis kedalam
lapisan kulit. Tungau betina yang dewasa akan membuat terowongan pada lapisan
superficial kulit dan berada di sana selama sisa hidupnya. Dengan rahang dan pinggir yang

2
tajam dari persendian kaki depannya, tungau tersebut akan memperluas terowongan dan
mengeluarkan telurnya 2-3 butir sehari selama 2 bulan. Kemudian kutu betina tersebut akan
mati. Larva atau telur menetas dalam waktu 3-4 hari dan berlanjut lewat stadium larva serta
nimfa menjadi bentuk tungau dewasa dalam tempo sekitar 10 hari. Sedangkan tungau
jantan mati setelah kovulasi. Kelainan yang timbul di kulit tidak hanya disebabkan oleh
tungau Scabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan karena merasa gatal,
sehingga dapat menimbulkan infeksi sekunder. Gatal disebabkan oleh sensitisasi terhadap
cairan yang dikeluarkan oleh tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah
infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula,
vesikel, urtikaria, dll. Dengan garukan dapat menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta dan
infeksi sekunder.
Cara penularan dari jenis tungau ini dapat melalui kontak langsung antara kulit dengan kulit
misalnya dengan berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual dan juga kontak tak
langsung (melalui benda seperti pakaian, handuk, seprei, bantal, dll).
4. MANIFESTASI KLINIK

Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardial berikut :

1. Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lembab dan panas.
2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia,misalnya mengenai seluruh anggota
keluarga.
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada
ujung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan
stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus,
bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian
telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang
dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemikan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini.

3
Keluhan utama pada penderita scabies adalah :

a. Rasa gatal terutama pada malam hari.


b. Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm.
c. Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat garukan.

Klasifikasi scabies antara lain :

1. Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan
yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
2. Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus cokelat kemerahan yang gatal. Nodus
biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetalia laki-laki. Nodus ini
timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
3. Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing,
kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan,
tidak menyerang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah
dimana orang sering kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya
bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya
pada manusia.
4. Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh
tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi
infeksi sekunder impetigo sehingga terowomgan jarang ditemukan.
5. Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang penderita
penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa harus tinggal ditempat
tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang terbatas.
6. Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan
krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi biasanya
kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang
disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjol tetapi sangat menular
karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila gejala klinis spesifik, diagnostik skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita datang
dengan lesi yang bervariasi, sehingga diagnostik sulit untuk ditegakkan. Pada umumnya

4
diagnostik klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal sign. Beberapa cara
yang digunakan untuk menemukan tungau dan produknya yaitu :
1. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi minyak mineral atau KOH 10% lalu dilakukan
kerokan dengan menggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula
atau kanalikuli. Bahan penelitian diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup
lalu diperiksa dibawah mikroskop.
2. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan ke dalam terowongan
yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila
positif, tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan.
Cara ini mudah dilakukan tetapi perlu keahlian tinggi.
3. Tes tinta pada terowongan ( Burrow ink test )
Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tinta warna
hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah tinta
tersebut dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan terlihat lebih gelap
dibanding kulit disekitarnya, karena akumulasi tinta dalam terowongan. Tes akan dinyatakan
positif bila terbentuk gambaran kanikula yang khas berupa garis menyerupai bentuk zig-zag.
4. Membuat biopsi irisan ( Epidermal shave biopsi )
Diagnosis pati dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala melalui mikroskopik. Ini
dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian diiris tipis, dan
dilakukan irisan superficial secara menggunakan pisau dan berhati-hati melakukannya agar
tidak berdarah. Kerokan tersebut kemudian diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi
dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
5. Uji tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli. Setelah
dibersihkan dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut
akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli.
Dari berbagai macam pemeriksaan tersebut, pemeriksaan kerokan kulit merupakan cara
yang paling mudah dan hasilnya cukup memuaskan. Agar pemeriksaan berhasil, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni:

5
a. Kerokan harus dilakukan pada lesi yang utuh (papula, kanalikuli) dan tidak dilakukan
pada tempat dengan lesi yang tidak spesifik.
b. Sebaiknya lesi yang akan dikerok diolesi terlebih dahulu dengan minyak mineral agar
tungau dan produknya tidak larut, sehingga dapat menemukan tungau dalam keadaan
hidup dan utuh.
c. Kerokan dilakukan pada lesi di daerah predileksi.
d. Oleh karena tungau terdapat dalam stratum korneum maka kerokan harus dilakukan di
superficial dan menghindari terjadinya perdarahan. Namun karena sulitnya menemukan
tungau maka diagnosis scabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita yang
datang dengan keluhan gatal yang menetap.

6. PENATALAKSANAAN
Farmakologis
Pengobatan penyakit ini menggunakan obat-obatan berbentuk krim atau salep yang
dioleskan pada bagian kulit yang terinfeksi. Banyak sekali obat-obatan yang tersedia di
pasaran. Namun, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain : tidak berbau, efektif
terhadap semua stadium kutu (telur, larva maupun kutu dewasa), tidak menimbulkan iritasi
kulit, juga mudah diperoleh dan murah harganya.
Sistemik
a. Antihistamin klasik sedative ringan untuk mengurangi gatal, misalnya
klorfeniraminmaleat 0.34 mg/kg BB 3 x sehari.
b. Antibiotik bila ditemukan infeksi sekunder misalnya ampisilin, amoksisilin,eritromisin.
Topikal
a. Obatan-obatan yang dapat digunakan antara lain:
1. Salep, biasanya dalam bentuk salep atau krim.Kekurangannya, obat ini menimbulkan
bau taksedap (belerang), mengotori pakaian, tidak efektif membunuh stadium telur,
dan penggunaannya harus lebihdari 3 hari berturut-turut.
2. Emulsibenzil-benzoas20 ? 25%, efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 hari berturut-turut. Kekurangannya, dapat menimbulkan iritasi kulit.
3. Gamexan 1%, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium kutu,
mudah digunakan, serta jarang menimbulkan iritasi kulit. Namun obat ini tidak
dianjurkan bagi wanita hamil, maupun anak dibawah usia 6 tahun, karena bersifat

6
toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemakaiannya cukup satu kali dioleskan seluruh
tubuh. Dapat diulangi satu minggu kemudian bila belum sembuh.
4. Krotamiton 10%, termasuk obat pilihan karena selain memiliki efek anti skabies,juga
bersifat anti gatal.
5. Permetrin HCl 5%, efektifitasnya seperti Gamexan, namun tidak terlalu toksik.
Penggunaannya cukup sekali, namun harganya relative mahal.
Setelah pengobatan scabies benar-benar tuntas, rasa gatal masih dapat berlangsung sampai
sekitar 4 minggu lamanya.Pasien dapat diberikan steroid topikal/ sistemik atau pun
antihistamin untuk mengatasinya.
Non-farmakologis (+Pencegahan)
a. Selain menggunakan obat-obatan, yang tidakkalah penting untuk diperhatikan adalah
upaya peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan ara:
1. Mencuci bersih atau merebus dengan air panas handuk, seprai maupun baju penderita
skabies (yang dipakai dalam 5 hari terakhir), kemudian menjemurnya hingga kering.
Menghilangkan factor predisposisi, antara lain dengan penyuluhan mengenai hygiene
perorangan dan lingkungan.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan. Hewan peliharaan tidak perlu diobati karena kutu
scabies tidak hidup disana.

7
B. KONSEP KEPERAWATAN SECARA TEORI
1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien

Indentitas terdiri dari nama, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, status, alamat, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, no bed, nama ruangan dan diagnosa medis.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan saat didata.
Klien merasakan gatal, ketidaknyaman pada kulit, tidak bisa tidur akibat gatal yang
dirasakan. Kulit klien tampak kemerahan, terdapat ulkus dan erosi.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Tidak menjaga kebersihan badan, rambut dan pubis ( personal hiygine yang buruk )
c. Data sosial
Hubungan klien dengan keluarga dan perawat baik tetapi hubungan dengan masyarakat
kurang baik karena klien merasa malu akibat penyakit yang diderita.
d. Data biologis
Nutrisi
Penderita tidak nafsu makan akibat penyakit yang diderita.
Istirahat tidur
Penderita kurang tidur akibat rasa gatal yang diderita
Eliminasi
Pola eliminasi teratur.
Personal hygnies.
Personal hygnies klien buruk.
Pola aktifitas.
Aktivitas terhambat akibat penyakit yang diderita.
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: keadaan umum klien lemah
Kesadaran: composmetis
Kulit: Pada klien dengan skabies, terdapat terowongan dan di ujungnya ada papul dan
vesikel pada daerah-daerah tertentu.
Turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa dan kulit kering, kulit terasa kasar.

8
Kulit kepala: Pada klien Pedicolosis ditemukan telur-telur dirambut pada oksiput terdapat
kurang dari 10 ekor kutu dewasa dan ditemukan impetigo sekunder dan furunkulosis.
Badan: pada penderita pedicolosis terlihat bekas garukan sejajar, perubahan-perubahan
urtikaria, papula erithematosa yang awet, lesi tampak jelas
Pubis: Pada penderita pedicolosis rambut pubis didapatkan phthirus pubis dan ditemukan
noktah-noktah hitam kecil yang merupakan titik-titik darah dan terdapat dalam jumlah
banyak.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal.
2. Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus.
3. Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan.
4. Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari.
5. Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi.
6. Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri b/d lesi kulit, pruritus nocturnal
Kriteria hasil :
- Klien menunjukan nyeri berkurang dan terkontrol.
- Terlihat rileks dan dapat tidur/istirahat.
a. Kaji tingkat nyeri dengan skala 0-10.
Rasional : Memudahkan perawat dalam menentukan tingkat nyeri.
b. Catat lokasi dan factor-faktor pencetus.
Rasional : Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan asuhan.
c. Gunakan terapi bermain, relaksasi sesuai usia dan kondisi.
Rasional : Mengalihkan perhatian terhadap nyeri sehingga nyeri berkurang.
d. Biarkan klien untuk mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur/ duduk.
Rasional : Pemberian posisi yang nyaman membantu klien untuk berelaksasi.
2. Kerusakan integritas kulit b/d penggarukan pruritus
Kriteria hasil :
- Menunjukan regenerasi jaringan.

9
Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka.
a. Lakukan program terapeutik sesuai ketentuan atau dukungan dan bantu orang tua
dalam melakukan rencana pengobatan.
Rasional : Untuk meningkatkan pemulihan kulit.
b. Kaji kulit setiap hari, catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi gambaran lesi dan amati
perubahan.
Rasional : Memberikan informasi dasar tentang sirkulasi pada area graft.
c. Jaga agar pakaian dan linen tetap bersih dan kering.
Rasional : Untuk meminimalkan ekskoriasis dan infeksi kulit.
d. Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih.
Rasional: Untuk meminimalkan trauma dan infeksi sekunder.
e. Berikan pakaian yang tipis, longgar dan tidak mengiritasi.
Rasioanl : Panas yang berlebihan dapat meningkatkan rasa gatal.
f. Anjurkan klien untuk mandi air hangat dan menggunakan sabun yang tidak mengiritasi.
Rasional : Untuk meningkatkan personal hygiene, meminimalkan rasa gatal.
g. Berikan obat topical sesuai indikasi dan anjurkan kepada klien untuk tidak mandi selama
pengobatan (24 jam).
- Gamecsan atau benzyl benzoat
- Vaselin, lindane
Rasional : Obat diatas membantu untuk mengontrol lesi/gatal.
3. Gangguan citra tubuh b/d persepsi penampilan
Kriteria hasil :
- Klien menunjukan citra diri yang positif.
a. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan tentang penampilan pribadi dan reaksi
yang dirasakan dari orang lain.
Rasional : Untuk memfasilitasi koping pada anak.
b. Diskusikan bersama anak dan orang tua tentang perbaikan kondisi kulit.
Rasional : Untuk memberikan harapan pada anak.
c. Ajarkan perawatan diri yang tepat.
Rasional : Untuk mendorong rasa keadekuatan.
d. Bantu anak memperbaiki penampilan (pakaian yang bersih).
Rasional : Untuk meningkatkan citra diri yang positif.

10
4. Gangguan istirahat tidur b/d rasa gatal pada malam hari
Kriteria hasil :
- Klien melaporkan perbaikan dalam pola tidur.
- Mengungkapkan peningkatan rasa sejahtera dan segar.
a. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional : Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b. Berikan tempat tidur yang nyaman, pertahankan agar seprei tetap bersih, kering dan
tidak berkerut.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis dan
gatal kulit disebabkan oleh kain lembab menyebabkan iritasi dan potensial terhadap
infeksi.
c. Intruksikan tindakan relaksasi dan kurangi kebisingan.
Rasional : Membantu menginduksi tidur, menciptakan situasi yang kondisif untuk
tidur.
d. Tingkatkan regrigmen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi air hangat, minum
segelas susu hangat.
Rasional : Meningkatkan efek relaksasi.
5. Kecemasan orang tua dan anak b/d kondisi penyakit klien, reaksi hospitalisasi
Kriteria hasil :
- Orang tua dan anak menunjukan kecemasan yang minimal.
- Klien menunjukan keterampilan pemecahan masalah dan menggunakan koping yang
efektif.
a. Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur perawatan.
Rasional : Menurunkan ketakutan dan ansietas, memperjelas kesalahan konsep dan
meningkatkan kerja sama.
b. Anjurkan orang tua untuk selalu berada disamping anak.
Rasional : Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat rasa
kedekatan dan kesinambungan hidup.
c. Berikan permainan yang menarik kepada anak selama tidak bertentangan dengan
pengobatan dan perawatan.
Rasional : Dengan permainan dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan sewaktu
dilaksanakan asuhan keperawatan.

11
d. Libatkan keluarga/ orang tua klien dalam setiap tindakan.
Rasional : Meningkatkan partisipasi orang tua terhadap tindakan keperawatan di
harapkan dapat mengurangi ansietas.
e. Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.
Rasional : Dapat meningkatkan rasa percaya diri pada anak dan meminimalkan
ansietas.
6. Kerusakan interaksi sosial b/d isolasi dari teman sebaya
Kriteria hasil :
- Pasien memahami alasan isolasi
- Pasien mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang tepat.
a. Jelaskan alasan pengisolasian dan penggunaan kewaspadaan khusus.
Rasional : Untuk meningkatkan pemahaman anak tentang pembatasan.
b. Sebelum melakukan tindakan perkenalkan diri pada anak.
Rasional : Menjalin hubungan kedekatann dan meningkatkan harga diri anak.
c. Siapkan teman sebaya anak untuk perubahan penampilan fisik.
Rasional : Untuk mendorong penerimaan teman sebaya.

12
KASUS PEMICU PENYAKIT SKABIES
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun dibawa ke RS A karena mengeluh gatal-gatal pada
kulit sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengatakan rasa gatal-gatal bertambah terutama saat
malam hari. Dari pemeriksaan diperoleh urtikaria pada ekstremitas superior dan inferior
serta pada beberapa bagian tubuh yang lain, juga terdapat pustule di beberapa lokasi
urtikaria.klien mengeluh nyeri pada kulit.terlihat tonjolan kulit berwarna keabu-abuan
sepanjang sekitar 1 cm akibat digaruk. Orang tua pasien mengatakan bahwa anaknya sering
bermain di sungai belakang rumahnya, kondisi sungai kotor karena menjadi tempat
pembuangan limbah industri rumah tangga dan peternakan unggas.

13
ANALISA DATA

NO ANALISA DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB
1. DS : Nyeri dan gatal yang Ganguan pola tidur
- Klien mengeluh gatal-gatal dirasakan
terutama pada malam hari.
DO :
- Terlihat ruam/merah-merah
pada tangan klien.
- Klien kurang tidur karena gatal-
gatal yang dia derita.
- Klien tampak menggaruk-garuk
dengan menggunakan kukunya
2. DS : lesi kulit, pruritus Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri pada kulit nocturnal
DO :
- Terlihat Tonjolan kulit (lesi)
berwarna putih keabu-abuan
sepanjang sekitar 1 cm akibat
digaruk

3. DS : Persepsi penampilan Gangguan citra


- Klien mengatakan malu dengan tubuh
kondisi kulit
DO:
- Terlihan tonjolan pada kulit (lesi)
berwarna putih keabu-abuan,
- Gelisah
- Cemas

14
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF


1. 30-10-2013 Kerusakan integritas kulit b/d kerusakan permukaann kulit
12.00 WIB karena dekstrusi lapisan dan kulit d/d klien mengeluh
gatal-gatal pada malam hari, klien kurang tidur karena
gatal-gatal yang dideritanya.
2. 30-10-2013 Lesi kulit, pruritus nocturnal b/d nyeri akut d/d klien
12.00 WIB mengeluh nyeri pada kulit dan terlihat tonjolan kulit (lesi)
berwarna putih keabu-abuan sepanjang sekitar 1 cm
akibat digaruk.
3. 30-10-2013 Ganguan citra tubuh b/d presepsi penampilan d/d klien
12.00 WIB mengatakan malu pada kondisi kulit, terlihat tonjolan pada
kulit (lesi) keabu- abuan , gelisah dan cemas .

15
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN
1. Dx 1 Setelah dilakukan tindakan 2x24 - Nasihati klien untuk menjaga - Udara yang kering membuat
jam diharapkan istirahat tidur
kamar tidur agar tetap memiliki kulit terasa gatal, lingkungan
terpenuhi karena berkurangnya
nyeri dan rasa gatal dengan K/H : ventilasi dan kelembaban yang yang nyaman meningkatkan
- Tidur yang nyenyak.
baik. relaksasi.
- Gatal teratasi
- Mempertahankan kondisi - Menjaga agar kulit selalu lembab. - Tindakan ini mencegah
lingkungan yang nyaman
- Mandi hanya diperlukan, gunakan kehilangan air, kulit yang
sabun lembut, oleskan krim kering dan gatal biasanya
setelah mandi. tidak dapat disembuhkan
- Hindari minuman yang tetapi bisa dikendalikan.
mengandung kafein menjelang - Memelihara kelembaban
tidur. kulit
- Melaksanakan gerak badan secara - Kafein memiliki efek puncak
teratur. 2-4 jam setelah dikonsumsi.
- Memberikan efek
menguntungkan bila
dilaksanakan di sore hari.

16
2. Dx 2 Setelah dilakukan tindakan 2x24 - Kaji tingkat nyeri dengan skala 0- - Memudahkan perawat
jam diharapkan klien 10. dalam menentukan tingkat
melaporkannyeriberkurang/terko - Catat lokasi dan factor-faktor nyeri.
ntrol,menunjukkan ekspersi pencetus. - Membantu dalam
wajah/postur tubuh - Gunakan terapi bermain, relaksasi menentukan kebutuhan
rileks,berpartisipasi dalam sesuai usia dan kondisi. manajemen nyeri dan
aktivitas dan tidur/istirahat - Biarkan klien untuk mengambil keefektifan asuhan.
dengan tepat dengan K/H : posisi yang nyaman pada waktu - Mengalihkan perhatian
- Skala nyeri 0-1 tidur/ duduk. terhadap nyeri sehingga
- Nyeri teratasi/hilang nyeri berkurang.
- Rileks - Pemberian posisi yang
nyaman membantu klien
untuk berelaksasi.

17
3. Dx 3 Setelah dilakukan tindakan 2x24 - Dorong anak untuk - Untuk memfasilitasi koping
jam diharapkan klienkonsep diri mengekspresikan perasaan pada anak
dipertahankan dan ditingkatkan tentang penampilan pribadi dan - Untuk memberikan harapan
dengan K/H : reaksi yang dirasakan dari orang pada klien
- Menyatakan penerimaan lain. - Untuk mendorong rasa
situasi diri - Diskusikan bersama anak dan keadekuatan.
- Bicara dengan keluarga/ orang tua tentang perbaikan - Untuk meningkatkan citra
orang terdekat tentang kondisi kulit. diri yang positif.
situasi, perubahan yang - Ajarkan perawatan diri yang tepat.
terjadi. - Bantu anak memperbaiki
- Membuat tujuan realitas/ penampilan (pakaian yang bersih).
rencana untuk masa depan
- Memasukkan perubahan
dalam konsep diri tanpa harga
diri negatif.

18
PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

NO DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF


1. 30-10-2013 - Menasihati klien untuk menjaga kamar tidur
14.00 WIB
agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban
yang baik.
- Menjaga agar kulit selalu lembab.
- Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun
lembut, oleskan krim setelah mandi.
- Menghindari minuman yang mengandung
kafein menjelang tidur.
- Melaksanakan gerak badan secara teratur.
2. 30-10-2013 - Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0-10.
14.00 WIB
- Mencatat lokasi dan factor-faktor pencetus.
- Menggunakan terapi bermain, relaksasi
sesuai usia dan kondisi.
- membiarkan klien untuk mengambil posisi
yang nyaman pada waktu tidur/ duduk.
3. 30-10-2013 - Mendorong anak untuk mengekspresikan
14.00 WIB
perasaan tentang penampilan pribadi dan
reaksi yang dirasakan dari orang lain.
- Mendiskusikan bersama anak dan orang tua
tentang perbaikan kondisi kulit.
- Mengajarkan perawatan diri yang tepat.
- Membantu anak memperbaiki penampilan
(pakaian yang bersih).

19
EVALUASI

MASALAH TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN PARAF


KEPERAWATAN
Ganguan pola tidur 31-10-2013 S:
06.00 WIB - Klien mengatakan gatal-gatal
berkurang pada saat malam
hari
O:
- Tidak Terlihat ruam/merah-
merah pada tangan klien.
- Klien tidak tampak
menggaruk-garuk dengan
menggunakan kukunya
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Nyeri akut 31-10-2013 S:
06.00 WIB - Klien mengatakan tidak nyeri
pada kulit
O:
- Tidak terlihat tonjolan kulit
(lesi)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Gangguan citra 31-10-2013 S:
tubuh 06.00 WIB - Klien mengatakan malu
dengan kondisi kulit
O:
- Tidak terlihat tonjolan pada
kulit (lesi) berwarna putih
keabu-abuan,
- Klien tidak gelisah
- Rileks
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan

20
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 Jilid 2. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI. Jakarta. 2000
Brunner dan Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 .Vol. 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2001.
Marilynn E. Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC. Jakarta. 1999
Donna L Wong, Pedoman klinis perawatan pediatric, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta,
2004.

21

También podría gustarte