Está en la página 1de 13

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah, puji dan puja penulis haturkan kehadiran Allah SWT. Atas Rahmat
dan Anugerah serta Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Sebagai Uswatun Hasanah bagi manusia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, meskipun
penulis telah mendayagunakan kemampuan semaksimal mungkin untuk menjadikan makalah
ini berbobot ilmiah sekalipun dalam kategori sederhana. Keterbatasan potensi ilmu dan waktu
yang penulis miliki menyebabkan adanya kekurangan dan kesalahan yang tidak disadari baik
menyangkut materi penyusunan maupun pembahasannya. Oleh karena itu, dengan penuh
kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis, dosen
mata kuliah, dan pihak-pihak yang membantu dalm penyusunan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat beguna bagi semua pihak yang membacanya dan terutama bagi penulis dan
dunia pendidikan pada umumnya.
Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta,Septeber 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................ 2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam bidang farmasi khususnya kimia atau analisis farmasi sering dilakukan
analisis sediaan farmasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif
seperti identifikasi organoleptik, sedangkan analisa kuantitatif digunakan untuk
menentukan kadar suatu senyawa.
Sulfonamida adalah senyawa yang biasa digunakan dalam sediaan bentuk tablet,
suspensi, injeksi, tetes mata, dan salep. Metode analisis untuk sulfonamida berdasarkan
pada gugus amin aromatis primer atau hydrogen asam dalam molekulnya. Gugus amin
aromatis primer dapat dilakukan secara diazotasi, adanya inti benzene pada sulfonamida
dapat dilakukan dengan cara brominasi atau iodasi. Hidrogen asam sulfonamida dapat
membentuk asam perak yang tidak larut sedangkan dasar metode kolorimetri atau
spektrofotometri sinar tampak senayawa sulfonamida berdasarkan pada gugus fungsi
amin aromatis primer, yang dapat diazotasi dan dikopling dengan naftil diamin sehingga
menghasilkan senyawa berwarna.
Bromometri merupakan salah satu metode penentuan kadar suatu senyawa
berdasarkan atas reaksi reduksi-oksidasi baik itu dengan titrasi langsung atau tidak
langsung dan didalam percobaan ini dilakukan titrasi tidak langsung dimana bahan
pereduksi dioksidasi terlebih dahulu dengan larutan baku berlebih, kemudian
ditambahkan indikator dan dititrasi kembali hingga berubah warna.
Analisis senyawa barbiturat seperti fenobarbital ini dianggap penting khususnya bagi
mahasiswa farmasi karena sebagaimana diketahui senyawa turunan barbiturat memiliki
aktivitas farmakologis yakni sebagai hipnotik-sedativ, dimana hipnotik artinya berkhasiat
menidurkan dan sedativ artinya berkhasiat menenangkan. Oleh karena itu, penting untuk
menganalisis senyawa ini. Hal inilah yang melatarbelakangi percobaan ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

Sulfonamide

Sulfonamida adalah kemoterapeutik dalam resep. Biasanya sulfa dikombinasi dengan


Na-bicarbonat atau Natrium nitrat untuk mendapatkan suasana alkalis, karena jika tidak
dalam suasana alkalis maka sulfa-2 akan menghablur dalam saluran air kencing, hal ini akan
menimbulkan iritasi yang cukup mengerikan. Tapi tidak semua sulfa dikombinasi dengan
Natrium bikarbonat atau Natrium sitras, misalnya : Trisulfa dan Elkosin, hal ini karena pH-
nya sudah alkalis, maka Kristal urea dapat dihindari.

1. Pemakaian
a) Kemoterapeutikum: Sulfadiazin, Sulfathiazol
b) Antidiabetikum : Nadisa, Restinon
c) Desibfektan saluran air kencing : Thidiour
d) Diuretikum : Diamox
2. Sifat sifat
- Bersifat ampoter, karena itu sukar di pindahkan dengan acara pengocokan yang
umum digunakan dalam analisa organik.
- Mudah larut dalam aseton, kecuali Sulfasuksidin, Ftalazol dan Elkosin
3. Penarikan
Sebaiknya dilakukan pada pH 7, lalu diuapkan dan ditarik dengan aseton. Tablet :
ditarik dengan HCL encer atau NH4OH, filtrate ditambahkan Natrium asetat atau
asam asetat maka Sulfonamida akan mengendap.
4. Kelarutan
- Umumnya tidak melarut dalam air, tapi adakalanya akan larut dalam air panas
anas.
- Elkosin biasanya larut dalam air panas dan dingin.
- Tidak larut dalam eter, kloroform, petroleum eter.

4
- Larut baik dalam aseton.
- Sulfa sulfa yang mempunyai gugus amin aromatik tidak bebas akan mudah
larut dalam HCl encer. Irgamid dan Irgafon tidak lariut dalam HCl encer.
- Sulfa sulfa dengan gugusan aromatik sekunder sukar larut dalam HCl, misalnya
septazin, soluseptazin, sulfasuksidin larut dalam HCl, akan tetapi larut dalam
NaOH.
- Sulfa dengan gugusan SO2NHR akan terhidrolisis bila dimasak dengan asam
kuat HCl atau HNO3.

Sulfa bersifat bakteriostatik luas terhadap banyak bakteri gram positif dan negatif.
Mekanisme kerjanya berdasarkan antagonisme saingan antara PABA (Para Amino Benzoic
Acid) yang rumus dasarnya mirip dengan rumus dasar sulfa :

H2N C6H4 COOH

Sulfonamida bertindak sebagai analog struktural dari asam p-aminobenzoik


(PABA), yang menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam sintesis
asam folat.Organisme yang membuat sendiri asam folatnya dan tidak dapat memakai
pasokan eksogen dari vitamin menjadi sensitif terhadap sulfonamida, karena selnya dapat
menyerap obat ini, sementara organisme yang memerlukan asam folat eksogen untuk
pertumbuhannya tidak sensitif.Penundaan periode beberapa generasi terjadi antara
paparan sel yang sensitif pada sulfonamida dan penghambatan pertumbuhan; pada saat ini
sel menghabiskan pasokan asam folat endogen yang telah dibuat sebelumnya.Efek
penundaan ini memungkinkan sulfonamida dipakai bersama dengan antibiotik (misalnya
penisilin) yang hanya aktif terhadap organisme yang tumbuh.
Efek penghambat sulfonamida dapat dinetralkan dengan memasok sel dengan
metabolit yang normalnya membutuhkan asam folat untuk sintesisnya (misalnya purin,
asam amino tertentu); zat demikian dapat hadir misalnya dalam pus, sehingga
sulfonamida menjadi tidak efektif dalam perawatan infeksi suppuratif tertentu.Bakteri
yang siap mengembangkan resistansi pada sulfonamida, seperti modifikasi Streptococcus
pneumoniae yang dihasilkan lewat mutasi satu langkah pada sintetase asam
dihidropteroik dapat mengurangi afinitas enzim sulfonamida tanpa mengurangi
afinitasnya pada PABA.Hambatan dari plasmid juga muncul dan dapat terlibat, misalnya
plasmid tersandi sintase asam dihidropteroik resistan sulfonamida.
Gugus Fungsi Sulfonamida

5
Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat klinisnya,
toksisitasnya, dll.Sebagian besar turunan memiliki penyusun nitrogen dari grup
sulfonamida (NH2.C6H4.SO2.NHR). Substitusi grup p-amino menghasilkan hilangnya
aktifitas anti bakterial, namun turunan demikian dapat dihidrolisa in vivo menjadi turunan
yang aktif. Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak aktif dan
sulit diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus bawah untuk melepaskan
komponen aktif sulfatiazol; obat ini telah digunakan misalnya pada saat sebelum dan
sesudah bedah perut.Hubungan Struktur dan aktivitas

a) Gugus amino-primer aromatik sangat penting untuk aktivitas karena banyak


modifikasi pada gugus tersebut ternyata menghilangkan aktivitas antibakteri, cont
oh- metabolit N4
b) asetilasi tidak aktif sebagai antibakteri. Oleh karena itu gugus amino harus tidak te
rsubtitusi (R=H atau mengandung subtituen yang mudah dihilangkan pada in
vivo)
c) Bentuk yang aktif sebagai antibakteri adalah bentuk garam N1terionisasi (N1
mono subtitusi, sedangkan N1 disubtitusi tidak aktif sebagai antibakteri).
Penggantian cincin benzene dengan system cincin yang lain dan pemasukkan
substituent lain pada cincin benzene akan menurunkan atau menghilangkan
aktivitas.
d) Penggantian gugus SO2NH2 dengan SO2-C6H4-(p)NH2 senyawa tetap aktif
sebagai antibakteri. Penggantian dengan CONH- C 6H4-(p) N H2 atau CO6H4-
(p)NH2 akan menurunkan aktivitas.
e) Dari studi hubungan nilai pKa, turunan sulfonamide dengan aktivitas
antibakterinya secara in vitro, Bell dan Roblin mendapatkan bahwa aktivitas
antibakteri cukup tinggi ditunjukkan oleh turunan sulfonamida yang mempunyai
nilai pKa antara 6-7,4 dan terlihat bahwa aktivitas maksimal dicapai oleh
senyawa yang mempunyai nilai pKa mendekati pHfisiologis. Salah satu efek
samping turunan sulfonamida adalah kerusakan ginjal yang disebabkankarena
pembentukan kristal yang sukar larut di ginjal oleh metabolit sulfonamida dan
asetilsulfonamida. Sulfonamida mempunyai nilai pKa 10,4 dan dalam urin
mempunyai pH 6terdapat dalam bentuk tak terionisasi. Bentuk ini sukar larut
dalam air sehingga mudah membentuk Kristal di ginjal. Untuk membuat

6
sulfanilamide lebih mudah larut dalam urin sehingga memperkecil kemungkinan
pembentukan Kristal asetil sulfonamida di ginjal dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
Meningkatkan volume dan aliran urin, yaitu dengan minum air yang banyak pada
awal pemberian sulfonamida.
meningkatkan pH urun sampai > 10,4 (basa) yaitu dengan pemberian natrium
bikarbonat, 1-4 gram.
Pada pH basa sulfanilamide akan membentuk garam yang mudah larut air.
Membuat turunan sulfonamida yang mempunyai nilai pKa rendah, sehingga
pada pH urin terdapat dalam bentuk terionisasi yang mudah larut dalam air.
Contoh : sulfametoksasol pKa 6,1 dan sulfisoksasol pKa.
Berdasarkan penggunaan terapetik sulfonamida dibagi menjadi enam
kelompok
yaitu sulfonamida untuk infeksi sistemik, untuk infeksi usus, untuk in
feksi mata, untuk infeksi saluran seni, untuk pengobatan luka bakar, dan lain-lain.
(Siswandono dan Soekardjo, 2008)

Efek samping

Kerusakan parah pada sel-sel darah, yang berupa antara lain agranulositosis dan
anemia hemolitis. Reaksi alergi , gangguan saluran cerna(mual,muntah, diare dan
sebagainya). Bahaya kristaluria

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan sedatif.
Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak
digantikan oleh benzodiazepin yang lebih aman (Ganiswara, 1995).
Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat (2,4,6-
trioksoheksahidropirirmidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam
malonat (Ganiswara, 1995).
Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi SSP, efek hipnotik dan sedatif serta efek
lainnya ditimbulkan bila pada posisi 5 ada gugusan alkil atau aril (Ganiswara, 1995).
Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya, yaitu (Tadjuddin, 2001):
1. Barbiturat kerja panjang

7
Contohnya: Fenobarbital digunakan dalam pengobatan kejang
2. Barbiturat kerja singkat
Contohnya: Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital yang efektif sebagai sedatif dan
hipnotik
3. Barbiturat kerja sangat singkat

Contohnya: Tiopental, yang digunakan untuk induksi intravena anestesia.


Analisis kimia farmasi kuantitatif dapat didefinisikan sebagai aplikasi prosedur kimia analisis
kuantitatif terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam bidang farmasi terutama dalam
menentukan kadar dan mutu dari obat-obatan dan senyawa-senyawa kimia yang tercantum
dalam farmakope-farmakope serta buku-buku resmi lainnya seperti formularium-formularium
(Susanti, 1997).
Analisis kimia farmasi kuantitatif biasanya dibagi menjadi beberapa analisis berdasarkan
metode dan teknik kerjanya (Susanti, 1997):
1. Analisis gravimetri
2. Analisis volumetri yang biasa desebut juga analisis titrimetri
3. Analisis gasometri
4. Analisis dengan metode fisika dan kimia
Analisis titrimetri umumnya dapat dibagi dalam 4 bentuk, yaitu (Susanti, 1997):
1. Reaksi netralisasi atau disebut asidimetri/alkalimetri
2. Reaksi pembentukan kompleks
3. Reaksi pengendapan
4. Reaksi oksidasi-reduksi.
Bromometri merupakan penentuan kadar senyawa berdasarkan reaksi reduksi-oksidasi
dimana proses titrasi (reaksi antara reduktor dan bromin berjalan lambat), sehingga dilakukan
titrasi secara tidak langsung dengan menambahkan bromin berlebih (Susanti, 1997).
II.2. Uraian bahan
1. Fenobarbital
Nama resmi : PHENOBARBITALUM
Nama lain : Luminal
Nama kimia : asam-5-etil-5 fenilbarbiturat
RM/BM : C12H12N2O3/232,24
Rumus struktur :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak pahit.

8
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam kloroform; larut dalam
etanol.
Persen kadar : 19,0%-21,0%.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sampel.
2. Iodium
Nama resmi : IODUM
Nama lain : Iodium
RM/BM : I/126,91
Pemerian : keping atau butir, berat, mengkilat seperti logam;hitam kelabu; bau khas.
Kelarutan : larut dalam lebih kurang 300 bagian air, dalam 13 bagian etanol (95 %) P.
dalam lebih kurang 80 bagian gliserol P dan dalam lebih kurang 7 bagian karbondisulfida P ;
larut dalam kloroform P dan dalam karbontetraklorida P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.
3. H2SO4
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : Asam sulfat
RM/BM : H2SO4/98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif; tidak berwarna; jika ditambahkan
kedalam air menimbulkan panas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai penetral kelebihan basa.
4. Na2S2O3
Nama resmi : NATRII THIOSULFAS
Nama lain : Natrium tiosulfat
RM/BM : Na2S2O3/248,17
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk hablur kasar. Dalam udara
lembab meleleh basah. Dalam hampa udara pada suhu diatas 330 merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai penitran.
5. Kanji 1%
Nama resmi : AMILUM SOLANI

9
Nama lain : Amilum/pati kentang
Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai indikator.
6. KI (FI Edisi III:330)
Nama resmi : KALII IODIDUM
Nama lain : Kalium iodida
RM/BM : KI/166,00
Pemerian : Hablur heksahedral; transparan atau tidak berwarna, opak dan putih; atau
serbuk butiran putih, higroskopik.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih; larut
dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Membantu melepaskan I2
7. Kloroform (FI edisi III:151)
Nama resmi : CHLOROFORMUM
Nama lain : Kloroform
RM/BM : CHCl3/119,38
Pemerian : Cairan, mudah menguap; tidak berwarna; bau khas; rasa manis dan
membakar.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 200 bagian air; mudah larut dalam etanol mutlak
P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak
lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca.
Kegunaan :
8. KbrO3 (FI Edisi III:687)
Nama lain : Kalium bromat
Pemerian : Serbuk hablur; putih.
Kelarutan : Pada suhu 15,50 larut dalam 12,5 bagian air, dalam 2 bagian air mendidih;
sangat sukar dalam etanol (95%)P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pereaksi pembentuk endapan Br2.
9. Kbr (FI edisi III:328)

10
Nama resmi : KALII BROMIDUM
Nama lain : Kalium bromida
RM/BM : Kbr/119,01
Pemerian : Hablur tidak berwarna, transparan atau buram atau serbuk butir; tidak
berbau; rasa asin dan agak pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air dan dalam lebih kurang 200 bagian
etanol (90%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pereaksi.

11
BAB III
KESIMPULAN

Sulfonamida adalah kemoterapik yang pertama digunakan secara sisitemik untuk


penghambat dan pencegahan penyakit infeksi pada manusia. Penggunaanya kemidian
terdesak oleh antimikroba.
Adapun jenis-jenis sulfonamida adalah :
1. Berdasarkan masa kerjanya sulfonamida sistemik dibagi menjadi 3 kelompok
yaitu sulfonamida dengan masa kerja pendek, sulfonamida dengan masa kerja
sedang, sulfonamida dengan masa kerja panjang.
a. Sulfonamida dengan masa kerja pendek; Waktu paruh lebih kecil dari 10 jam.
Contoh: sulfetidol, sulfamerazin, sulfametazin, sulfatiazol, sulfasomidin dan
sulfaksasol.
b. Sulfonamida dengan masa kerja sedang; waktu paroh 10 24 jam
c. Sulfonamida dengan masa kerja panjang; waktu paroh lebih besar 24 jam..

2. Berdasarkan kecepatan absorpsi dan ekskresinya, sulfonamid dibagi dalam empat


golongan besar:
a. sulfonamida dengan ekskresi cepat, antara lain sulfadiazin dan sulfisoksazol
b. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dan karena
itu kerjanya dalam lumen usus, antara lain sulfasalazin.
c. Sulfonamida yang terutama digunakan untuk pemberian topical, antara lain
sulfasetamid, mafenid, dan Ag-sulfadiazin
d. Sulfonamid dengan masa kerja panjang,seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat
dan ekskresinya lambat. (Utamiderlauw, 2010).
Penggolongan barbiturat disesuaikan dengan lama kerjanya, yaitu (Tadjuddin, 2001):
1. Barbiturat kerja panjang
Contohnya: Fenobarbital digunakan dalam pengobatan kejang
2. Barbiturat kerja singkat
Contohnya: Pentobarbital, Sekobarbital, dan Amobarbital yang efektif sebagai
sedatif dan hipnotik
3. Barbiturat kerja sangat singkat
Contohnya: Tiopental, yang digunakan untuk induksi intravena anestesia.

12
DAFTAR PUSTAKA

A. L. Underwood. 1989. Analisa Kuantitatif Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga

Dirjen POM,. Farmakope Indonesia edisi III. DEPKES RI: Jakarta. 1979.

Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Ilmu Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia

Susanti, S., Jeanny Wunas. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif. UNHAS:
Makassar.1997.P. 1, 29,30, 100, 101, 103, 105, 140, 141.

Tadjuddin, Naid. Penuntun Praktikum Analisa Farmasi. UNHAS: Makassar.2001.P.22, 23

Tim penyusun,. Penuntun praktikum analisis farmasi. STIFA: Makassar. 2013.

Utamiderlauw. 2010. Farmakologi Dan Terapi. Balai penerbit FKUI : Jakarta.

13

También podría gustarte