Está en la página 1de 82

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sakit pinggang dan susah berkemih dapat menyerang siapa saja

dan dimana saja. Keluhan semacam itu dapat mengganggu penderita

dalam berakktivitas.tidak jarang pada penderita harus menunda

kegiatannya karena khawatir mengalami sakit pinggang secara

mendadak.urolitiasis dapat dihancurkan dengan obat maupun dengan

tanaman obat yang ada di sekitar kita .Indonesia sangat kaya akan

tanaman obat yang berfungsi untuk menghancurkan batu ginjal. Tanaman

tersebut mudah tumbuh dan terbesar di seluruh wilayah Indonesia

(Soeryoko, 2011).

Pembentukan batu bisa di sebabkan karena pola hidup yang tidak

sehat. Selanjutnya kekurangan minum juga dapat menyebabkan

pembentukan batu (Sudoyo, dkk, 2009).

Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius

ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium

fosfat dan asam urat meningkat, dan batu tersebut dapat terjadi

khususnya pada pasien dehidrasi, batu tersebut dapat ditemukan di setiap

bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari

deposit granuler yang kecil yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu

sebesar kandung kemih yang berwarna oranye (Prabowo, dkk, 2014).

Urolitiasis merupakan benda padat yang dibentuk oleh presipitasi

berbagai zat terlarut pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium

oksalat (60%), fosfat sebagai campuran urin kalsium, amonium, dan

1
magnesium fosfat (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%) (Brunner, dkk,

2000).

Lokasi urolitiasis dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan

keluar dapat terhenti di ureter atau di kandung kemih. urolitiasis sebagian

besar mengandung batu kalsium, batu oksalat, kalsium oksalat,atau

kalsium fosfat, secara bersamaan dapat dijumpai sampai 65.85% dari

jumlah keseluruhan batu ginjal (Sudoyo, dkk, 2009).

Urolitiasis merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran

kemih. Di Negara maju seperti Amerika serikat, Australia, batu saluran

kemih banyak dijumpai di saluran kemih bagian atas, sedang di Negara

berkembang seperti India, Thailand dan Indonesia lebih banyak dijumpai

relatif meningkat di banding proporsi batu kandung kemih. Peningkatan

kejadian batu saluran kemih bagian atas terjadi di abad ke -20, khususnya

di daerah bersuhu tinggi dan dari Negara yang sudah berkembang. Pada

study epidemiologi, diketahui bahwa penduduk pria Eropa memiliki

prevalensi kejadian urolitiasis 3% di banding wanita. Pria lebih beresiko

daripada wanita untuk terkena batu saluran kemih. Hal ini di pengaruhi

oleh banyak faktor, utamanya adalah lifestyle yang tidak sehat, sehingga

memicu pembentukan batu, baik yang bersifat primer, sekunder, maupun

tersier (Prabowo, dkk, 2014).

Di Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan tahun

2006-2010 diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap urolitiasis 111

penderita dengan proporsi 11,5% dari 963 kasus penyakit di bagian

urologi, dengan rincian 24 penderita (2,5%) tahun 2006, 21 penderita

(2,2%) tahun 2007, 22 penderita (2,3%) tahun 2008, 11 penderita (1,1%)

2
tahun 2009, dan 33 penderita (3,4%) pada tahun 2010. Data rekam medik

Rumah Sakit Tembakau Deli PTP Nusantara II Medan, di ketahui bahwa

selama 5 tahun dari tahun 2006-2010 penyakit urolitiasis merupakan

penyakit ke tiga terbanyak kasusnya di bagian urologi, yaitu setelah Gagal

Ginjal Kronik (GGK) dengan proporsi 39,1 % dan infeksi Saluran Kemih

(ISK) dengan proporsi 22,5% (www.//http.journal chapter, 2013).

Berdasarkan uraian diatas, dan banyaknya kejadian di Negara-

negara berkembang juga yang terjadi di Indonesia berdasarkan penyebab

tertentu, maka penulis tertarik untuk memperoleh pengalaman secara

nyata tentang pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Tn. J. Dengan

Gangguan Sistem Perkemihan Urolitiasis di Ruang V Kamar II Rumah

Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2015.

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh pengetahuan yang lebih spesifik mengenai

asuhan keperawatan pada Tn. J dengan gangguan sistem

perkemihan dengan urolitiasis di Ruang V Kamar II Rumah Sakit

Umum Kabanjahe.

1.2.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan asuhan keperawatan ini

adalah :

1. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada Tn. J

dengan gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di

Ruang V Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

3
2. Mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn. J dengan

gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di Ruang V

Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

3. Mampu menyusun intervensi keperawatan pada Tn. J dengan

gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di Ruang V

Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

4. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn. J

dengan gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di

Ruang V Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

5. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada Tn. J

dengan gangguan sistem perkemihan dengan urolitiasis di

Ruang V Kamar II Rumah Sakit Umum Kabanjahe.

1.3. Metode Penulisan

Dalam penulisan asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan

metode deskriptif yang merupakan suatu metode ilmiah yang

menggambarkan keadaan yang sebenarnya dengan cara pengumpulan

data :

1. Wawancara : Melakukan tanya jawab langsung pada klien,

keluarga, perawat, dokter yang langsung

bertugas di Rumah Sakit dimana klien

dirawat.

2. Observasi : Mengadakan pengawasan terhadap klien

dengan pengawasan perkembangan

kesehatan klien melalui proses keperawatan.

4
3. Studi kepustakaan : Pengambilan data dengan membaca buku-

buku yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan ini.

4. Studi dokumentasi : Penulis mempelajari dokumentasi berupa

catatan keperawatan dan hasil tindakan.

5. Pemeriksaan fisik : Pengumpulan data melalui inspeksi.

1.4. Sistematika penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

1.2.2. Tujuan Khusus

1.3 Metode Penulisan

1.4 Sistematika Penulisan

BAB II. TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

2.1.2 Anatomi fisiologi

2.1.3 Etiologi

2.1.4 Patofisiologi

2.1.5 Manifestasi klinis

2.1.6 Komplikasi

5
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

2.1.8 Penatalaksanaan

2.1.9 Pencegahan

2.2. Konsep dasar keperawatan

2.2.1 Pengkajian

2.2.2 Diagnosa keperawatan

2.2.3 Intervensi keperawatan

2.2.4 Evaluasi
BAB III. TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Pasien
3.1.2. Keluhan Utama
3.1.3. Riwayat Kesehatan Sekarang
3.1.4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
3.1.5. Riwayat Sosial dan Ekonomi
3.1.6. Riwayat Kesehatan Keluarga
3.1.7. Riwayat Kesehatan Keluarga/ Psikososial
3.1.8. Pemeriksaan Fisik
3.2. Analisa Data
3.3. Diagnosa Keperawatan
3.4. Prioritas Masalah
3.5. Asuhan Keperawatan
3.6. Implementasi
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1. Pengkajian
4.2. Diagnosa Keperawatan

6
4.3. Intervensi Keperawatan
4.4. Implementasi
4.5. Evaluasi
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

FOTO DOKUMENTASI

DAFTAR KONSUL

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian

Urolitiasis adalah obstruksi benda padat pada saluran kencing yang

terbentuk karena faktor presipitasi endapan dan senyawa tertentu. bisa

terbentuk dari berbagai senyawa, misalnya kalsium oksalat( 60%), fosfat

(30%), asam urat (5%), dan sistin (1%). Namun saat ini sumber presipitasi

dari batu lebih sering dari asam urat dan infeksi yang menjadi komplikasi

dari penyakit, sehingga makna dari urolitiasis sendiri bukan hanya batu

yang bersifat mineral (Prabowo, dkk, 2014).

Urolitiasis adalah bentuk deposit mineral, paling umum oksalat dan

fosfat, namun asam urat dan kristal lain juga pembentuk batu (Doenges,

2000).

Urolitiasis adalah benda keras atau padat, merupakan endapan

beberapa mineral yang bersarang di dalam ginjal atau saluran kemih.

Mineral-mineral tersebut tidak larut dan tidak terbawa oleh air kencing.

(Soeryoko, 2011)

8
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi

(www.apotekerbercerita.wordpress.com)

b. Fisiologi

1. Ginjal

Ginjal yaitu suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum

abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra

lumbalis ke-3, melekat langsung pada dinding belakang abdomen,

tiap-tiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm, tebal

2,5 cm. Bentuk ginjal seperti biji kacang jumlahnya ada dua buah

kiri dan kanan. Ginjal kiri lebih panjang dari ginjal kanan, berat

ginjal pada laki-laki dewasa150-170 gram, wanita dewasa 115-155

gram

9
Fungsi ginjal :

a) Memegang peran penting dalam pengeluaran zat-zat toksis

atau racun.

b) Mempertahankan keseimbangan cairan

c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari

cairan tubuh

d) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat

lain dalam tubuh

e) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil dari protein ureum,

kreatinin dan amoniak

2. Ureter

Ureter terdiri dari dua buah saluran, masing-masing bersambung

dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya 25-30

cm, dengan penampang kurang lebih 0,5 cm, mempunyai 3

jepitan di sepanjang jalan. Piala ginjal berhubungan dengan

ureter, menjadi kaku ketika melewati tepi pelvis dan ureter

menembus kandung kemih.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b) Lapisan tengah (otot polos)

c) Lapisan sebelah dalam (mukosa)

3. Vesika urinaria

Vesika urinaria terletak tepat di belakang os pubis. Bagian ini

tempat menyimpan urine, berdinding otot kuat, bentuknya

bervariasi sesuai dengan jumlah urine yang dikandung. Vesika

10
urinaria pada waktu kosong terletak di apeks vasika urinaria di

belakang tepi atas simfisis pubis.

Bagian vesika urinaria terdiri dari :

a) Fundus, yaitu bagian menghadap ke arah belakang dan

bawah. Bagian ini terpisah dari rectum oleh spatium rektor

vesikale yang terisi oleh jaringan ikat ductus deferens, vesika

seminalis, dan prostat

b) Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus

c) Verteks, yaitu bagian yang mancung kearah muka dan

berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis.

d) Dinding kandung kemih terdiri dari dinding lapisan sebelah

luar (peritoneum), tunika muskularis ( lapisan otot, tunika

submukosa) dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam)

4. Uretra

Uretra merupakan bagian sempit yang berpangkal pada kandung

kemih yang berfungsi menyalurkan urine keluar.

a) Uretra pada laki-laki

Uretra pada laki-laki brjalan berkelok-kelok melalui tengah

prostat kemudian menembus tulang pubis ke bagian penis,

panjangnya kurang lebih 20 cm, uretra pada laki-laki terdiri

dari:

1) Uretra prostatika

2) Uretra membranosa

3) Uretra kavernosa

11
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa( lapisan

paling dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pri mulai dari

orifisium uretra eksterna.

b) Uretra pada Wanita :

Uretra pada Wanita terletak di belakang simfisis pubis,

berjalan miring sedikit ke arah atas, panjangnya lebih kurang 4

cm, salurannya danngkal mulai dari orifisium uretra interna

sampai ke orifisium eksterna.

Lapisan uretra wanita terdiri dari:

1) Tunika muskularis

2) Lapisan spongeosa

3) Lapisan mukosa sebelah dalam

(Syaifuddin, 2012)

2.1.3 Etiologi

Ada beberapa faktor-faktor yang berperan pada pembentukan batu

saluran kemih, dapat di bagi atas 2 golongan, yaitu :

a. Faktor endogen; seperti faktor genetic pada hipersistinuria,

hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer

b. Faktor eksogen ; seperti faktor lingkungan, pekerjaan, makanan,

infeksi, dan kejenuhan mineral dalam air minum

Patogenesis dan patofisiologi : sebagian besar batu saluran

kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun

asimtomatik.ada beberapa teori terbentuknya batu, yaitu :

12
1. Teori inti matriks

Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya subtansia

organik sebagai inti.

Substansia organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarid dan

mikroprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi

substansi pembentukan batu.

2. Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti:

sistin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya

batu

3. Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan Ph akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam

urine.pada urine yang bersifat asam akan mengendap sistin, asam

dan garam urat, sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan

mengendap garam-garam fosfat

4. Teori berkurang nya faktor penghambat

Berkurangnya faktor penghambat seperti; peptid fosfat, pirofosfat,

polifosfat, sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan

mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.

Selanjutnya ada beberapa faktor yang diduga dalam

pembentukan kalkuli :

a. Infeksi

Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal

dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih.infeksi

oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk amonium

13
akan mengubah Ph urine menjadi alkali dan akan mengendapkan

garam-garam fosfat sehingga akan mempercepat pembentukan

batu

b. Obstruksi dan stasis urine

Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah terjadinya

infeksi

c. Jenis kelamin

Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak di

temukan pada pria dibandingkan wanita

d. Ras

Batu saluran kencing lebih banyak di temukan di Afrika dan Asia,

sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang.

e. Keturunan

Ternyata anggota keluarga dengan batu saluran kencing lebih

banyak mempunyai kecenderungan untuk menderita batu saluran

kemih.

f. Air minum

Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan

mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan bila

kurang minum akan mempermudah pembentukan batu.

g. Pekerjaan

Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak, seperti buruh dan

petani akan mengurangi kemungkinan batu saluran kemih bila di

bandingkan dengan pekerja yang lebih banyak duduk.

14
h. Makanan

Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan protein

hewani angka morbiditas batu saluran kemih berkurang,

sedangkan pada golongan masyarakat dengan kondisi sosial

ekonominya rendah lebih sering terjadi

i. Suhu

Tempat yang bersuhu panas, seperti di daerah tropis

menyebabkan banyak mengeluarkan keringat, akan mengurangi

produksi urine dan mempermudah pembentukan batu saluran

kemih.

(Wijaya, 2013)

15
2.1.4 Patofisiologi

- Jenis - Profesi - Konstitusi - Musim - Keturunan

kelamin - Mentalitas - Nutrisi - Ras

- Kelainan - Ganguan aliran - Infeksi - Kelainan Faktor

morfologi air keruh saluran kemih metabolik genetik

Ekskresi bahan Ekskresi inhibitor

pembentuk batu kristal menurun

meningkat

Perubahan psiko-

kimiawi supersaturasi

- Kelainan kristaluria

- Agregalasi krista

- Pertumbuhan krita

BATU SALURAN KEMIH

( Sudoyo, dkk. 2009)

16
2.1.5 Manifestasi klinis

Tanda dan gejala penyakit urolitiasis sangat ditentukan oleh

letaknya, besarnya dan marfologinya, walaupun demikian penyakit ini

mempunyai tanda gejala umum seperti :

a. Batu pelvis ginjal

Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai

dengan gejala berat, umumnya gejala batu saluran kemih merupakan

akibat obstruksi aliran kemih infeksi.tanda dan gejala yang ditemui

antara lain:

1. Nyeri di daerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral) : dapat

dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus

dan hebat karena adanya pionefrosis

2. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada,

sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya

hidronefrosis

3. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus

kosta pada sisi ginjal yang terkena

4. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan

5. Gangguan fungsi ginjal

6. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

b. Batu ureter

1. Kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul di sertai perasaan mual

dengan atau tanpa muntah.

2. Nyeri alih yang khas ke regio inguinal

17
3. Perut kembung ( ileus paralitik)

4. Hematuria

5. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

6. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan

c. Batu kandung kemih

1. Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher

kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-

tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.

2. Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik

penisnya pada waktu buang air kecil sehingga tidak jarang dilihat

penis yang agak panjang.

3. Bila terjadi infeksi sekunder, maka selain nyeri sewaktu miksi juga

akan terdapat nyeri yang menetap suprapubik

4. Hematuria

5. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

6. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan

c. Batu prostat

Pada umumnya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara

retrograd terdorong kedalam saluran prostat dan mengendap yang

akhirnya berupa batu yang kecil.pada umumnya batu ini tidak

memberikan gejala sama sekalian karena tidak menyebabkan

gangguan pasase air kemih.

18
b. Batu uretra

Batu uretra umunya merupakan batu yang berasal dari ureter atau

kandung kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke

uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar.

Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti,

menjadi menetes dan nyeri. Penyulitnya dapat berupa terjadinya

divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urine.

(Wijaya,dkk, 2013)

2.1.6 Komplikasi

a. Obstruksi

b. Infeksi

c. Gangguan fungsi ginjal

d. Infeksi dan sepsis dari Pielonefritis

e. Obstruksi traktus urinarius oleh batu atau edema pada gagal ginjal

akut berikutnya (Wijaya, dkk, 2013)

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik

a. Radiologi : untuk mengetahui batu bersifat radiopak/radiolusen.

Pemeriksaan radiologi yang biasanya di lakukan ada foto polos

abdomen, bisa dengan penambahan zat kontras untuk memperjelas

gambaran dari batu.

b. Ultrasonografi( USG) : untuk menentukan posisi batu lebih jelas dan

bisa di gunakan selama operasi di lakukan

19
c. Laboratorium: Urinalisis dilakukan untuk menentukan adanya darah

(hematuria) dalam urine, jenis batu, pencetus batu. Selain itu,

pemeriksaan fungsi ginjal (RFT/ Renal Function Test) juga dilakukan

untuk mengetahui status faal ginjal (Doenges, 2000).

2.1.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klinis pada pasien urolitiasis bergantung pada

letak dan ukuran batu.

Hal ini untuk mempertimbangkan apakah memerlukan tindakan

pembedahan atau cukup dengan mini invasive.Tujuan penatalaksanaan

batu saluran kemih adalah, menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi,

menghilangkan rasa nyeri, serta mencegah terjadinya gagal ginjal dan

mengurangi terjadinya rekurensi

Untuk mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

a. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya

batu

b. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih, seperti ; rasa

nyeri, obstruksi disertai perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan

adanya gangguan fungsi ginjal

c. Menghilangkan obstruksi, infeksi, dan rasa nyeri

d. Analisis batu

e. Mencari latar belakang terjadinya batu

f. Mengusahakan pencegahan terjadinya rekurensi

Penatalaksanaan secara umum pada obstruksi saluran kemih

bagian bawah :

20
a. Cytostomy : Salah satu usaha untuk drainase dengan menggunakan

pipa sistostomy yang di tempatkan langsung di dalam kandung kemih

melalui insisi supra pubis

b. Uretrolitotomy : Tindakan pembedahan untuk mengangkat batu yang

berada di uretra

c. Uretrotomy Visual / Urethroplasti

(Wijaya,dkk, 2013)

2.1.9 Pencegahan

a. Menurunkan konsentrasi reaktan ( kalsium oksalat)

b. Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentukan batu

c. Pengaturan diet

1. Meningkatkan masukan cairan

2. Masukan cairan terutama pada malam hari akan meningkatkan

aliran kemih dan menurunkan konsentrasi pembentuk batu dalam

air kemih

3. Hindari masukan minum gas lebih 1 liter perminggu

4. Kurangi masukan protein (sebesar 1kg berat badan/ hari)

5. Membatasi masukan natrium

6. Pembatasan masukan kalsium tidak dianjurkan

(Sudoyo, dkk, 2009)

21
2.2 Konsep Dasar Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala :

Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada

lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi

sehubungan dengan kondisi sebelummnya

2. Sirkulasi

Gejala :

a. Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis : obstruksi

sebelumnya ( kalkuli)

b. Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh.

c. Rasa terbakar, dorongan berkemih

d. Diare

Tanda :

a. Oliguria, hematuria, piuria

b. Perubahan pola berkemih

3. Makanan/ cairan

Gejala :

a. Mual/muntah, nyeri tekan abdomen

b. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, atau fosfat

c. Ketidak cukupan pemasukan cairan ; tidak minum air dengan

cukup.

Tanda :

a. Distensi abdominal, penurunan/ tidak adanya bising usus

22
b. Muntah

4. Nyeri/ Kenyamanan

Gejala :

Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi

batu, contoh pada panggul di regio sudut kostovertebral; dapat

menyebar ke punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genetalia.

Nyeri konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal.

Nyeri dapat di gambarkan sebagai akut, tidak hilang dengan posisi

atau tindakan lain.

Tanda :

a. Melindungi perilaku distraksi

b. Nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi

5. Keamanan

Gejala :

a. Penggunaan alkohol

b. Demam, menggigil

6. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala :

a. Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,

infeksi saluran kemih kronis.

b. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,

hiperparatiroidisme.

c. Penggunaan antibiotik, antihipertensi, natrium bikarbonat,

alupurinol, fosfat, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin

23
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan

kontraksi ureteral

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung

kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah dan

diuresis pascaobstruksi

4. Kurang pengetahuan tentang kondisi,prognosis, dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi,

salah interprestasi informasi.

2.2.3 Intervensi

1. Diagnosa I

Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan

kontraksi ureteral

Tujuan :

Tidak terjadi peningkatan frekuensi/dorogan kontraksi ureteral

Kriteria Hasil :

a. Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol

b. Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat

Intervensi :

a. Catat lokasi, lamanya intensitas, perhatikan tanda non-verbal

contoh Tekanan darah dan nadi gelisah merintih, menggelepar

Rasional : Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan

kemajuan gerakan kalkulus. Nyeri tiba-tiba dan hebat

dapat mencetuskan ketakutan, gelisah, ansietas berat

24
b. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf

terhadap perubahan kejadian atau karakteristki nyeri

Rasional : Membantu dalam meningkatkan kemampuan koping

pasien dan dapat menurunkan ansietas

c. Perhatikan keluhan peningkatan/ menetapnya nyeri abdomen

Rasional : Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan

perforasi dan ekstravasai urine kedalam area

parirenal.

Kolaborasi :

a. Berikan obat sesuai indikasi contoh Antispasmodik, oksibutin

Rasional : Menurunkan refleks spasme dapat menurunkan kolik

dan nyeri

b. Berikan kompres hangat pada punggung

Rasional : Menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunkan

refleks spasme

2. Diagnosa II

Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung

kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral

Tujuan :

Mencegah terjadinya iritasi ginjal atau ureteral

Kriteria hasil :

a. Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya

b. Tidak mengalami tanda obstruksi

Intervesi :

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine

25
Rasional : Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan

adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan

b. Dorong meningkatkan pemasukan cairan

Rasional : Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan

debris dan dapat membantu lewatnya batu

Kolaborasi :

a. Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN,Kreatinin

Rasional : Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit

mengindikasikan disfungsi ginjal.

b. Ambil urine untuk kultur dan sensivitas

Rasional : Menentukan adanya Infeksi saluran kemih , yang

penyebab/gejala komplikasi

3. Diagnosa III

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah,

diuresis pasca obstruksi

Tujuan :

Tidak terjadi kekurangan volume cairan

Kriteria Hasil :

a. Mempertahankan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh

tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang normal, nadi

perifer normal, membran mukosa lembab, turgor kulit baik

Intervensi :

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran

26
Rasional : Membandingkan keluaran aktual dan yang diantisipasi

membantu dalam evaluasi adanya derajat stasis atau

kerusakan ginjal

b. Tingkatkan pemasukan cairan sampai 3-4 Liter/hari dalam

toleransi jantung

Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan untuk

homeostatis juga tindakan atau mencuci yang dapat

membilas batu keluar.

Kolaborasi :

a. Awasi Hb, elektrolit

Rasional : Mengkaji hidrasi dan keefektifan/kebutuhan intervensi

b. Berikan cairan Intra vena

Rasional : Mempertahankan volume sirkulasi ( bila pemasukan

oral tidak cukup) meningkatkan fungsi ginjal

c. Berikan obat sesuai indikasi : antiemetik, (compazin)

Rasional : Menurunkan mual/muntah

4. Diagnosa IV

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis,dan kebutuhan

pengobatan

Tujuan :

a. Menambah pengetahuan tentang kondisi, dan pengobatan

Kriteria Hasil :

a. Menyatakan pemahaman proses penyakit

b. Menghubungkan gejala dengan faktor penyebab

c. Melakukan perubahan perilaku dalam program pengobatan

27
Intervensi :

a. Kaji ulang proses penyakit dan harapan masa datang

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat

membuat pilihan berdasarkan informasi

b. Mendengar dengan aktif tentang program terapi/ perubahan pola

hidup

Rasional : Membantu pasien bekerja melalui perasaan dan

meningkatkan rasa kontrol terhadap apa yang terjadi

c. Diet rendah oksalat, contoh pembatasan coklat, minuman yang

mengandung kafein, bit, bayam

Rasional : Menurunkan pembentuka batu kalsium oksalat

d. Tunjukkan perawatan yang tepat terhadap insisi/ kateter bila ada

Rasional : Meningkatkan kemampuan perawatan diridan

kemandirian

2.2.4. Evaluasi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan I

a. Melaporkan nyeri hilang dengan spasme terkontrol

b. Tampak rileks, mampu tidur/ istirahat dengan tepat

2. Diagnosa keperawatan II

a. Berkemih dengan normal dan pola biasanya

b. Tidak mengalami tanda obstruksi

3. Diagnosa keperawatan III

a. Dibuktikan oleh tanda vital stabil dan berat badan dalam rentang

normal

b. Membran mukosa lembab

28
c. Turgor kulit baik

4. Diagnosa keperawatan IV

a. Menyatakan pemahaman proses penyakit

b. Melakukan perubahan perilaku yang perlu

c. Berpartisipasi dalam program pengobatan

(Doengoes, 2000)

29
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Pengkajian

3.1.1. Identitas Pasien

1. Biodata

Nama : Tn.K

Umur : 56 Tahun

Tanggal lahir : 12 April 1959

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Menikah

Agama : Kristen Protestan

Suku/bangsa : Karo/Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Alamat : Desa Seberaya kec.Tiga Panah

No Medikal Record : 11-88-69

Tanggal masuk : 02 Mei 2015

Diagnosa Medis : Infark Miokard Akut

Golongan darah : A

2. Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri dada, pening, sesak nafas, lemah, dan

tidak selera makan

30
3. Penanggung jawab pasien/keluarga terdekat

Nama : Ny. S

Umur : 52 tahun

Pekerjaan : PNS

Hubungan dengan pasien : Istri

Alamat : Desa Seberaya Kec.Tiga Panah

4. Riwayat kesehatan sekarang

a. Provocative/pallietive

1) Penyebab: Kurangnya suplai oksigen otot jantung

2) Hal-hal yang memperbaiki keadaan : klien di bawa ke

RSU Kabanjahe

b. Quantitatif/Qualitatif

1) Bagaimana dirasakan : Klien merasakan nyeri dada,

pening, sesak nafas, lemah, dan tidak selera makan

2) Bagaimana terlihat : Klien tampak lemah dan meringis

kesakitan.Skala nyeri 7

c. Regional

1) Dimana Lokasinya : bagian dada sebelah kiri klien

2) Apakah menyebar : Tidak menyebar

d. Apakah mengganggu aktivitas : Ya, klien tidak bisa

beraktivitas seperti biasanya

e. Kapan mulai timbul : 2 (dua) hari sebelum masuk rumah

sakit

f. Bagaimana terjadinya : 2 (dua) Hari yang lalu sebelum klien

di bawa ke rumah sakit, klien mengalami nyeri dada, pening,

31
sesak nafas, dan lemah. Kemudian klien di bawa oleh

keluarga berobat ke rumah sakit umum Kabanjahe pada

tanggal 02 Mei 2015 dan tiba di IGD pukul 09.00 Wib

5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Sakit yang pernah dialami : Hipertensi, influenza

Tindakan yang dilakukan : Klien berobat ke puskesmas

Pernah dirawat : Tidak pernah

Lamanya dirawat : Tidak pernah

Apakah ada alergi : Tidak ada alergi

Lamanya dirawat : Tidak pernah

Imunisasi : Lengkap (hepatitis, DPT, BCG,

Polio, dan campak)

6. Riwayat sosial dan ekonomi

Biaya perawatan rumah sakit : BPJS

Apakah aktif kegiatan sosial : Ya, klien aktif dalam mengikuti

kegiatan sosial (ibadah,

gotong royong)

Penghasilan keluarga : Rp. 3.000.000/ bulan

7. Riwayat Kesehatan Keluarga

Orang tua : Sudah meninggal

Saudara kandung : Tidak ada memiliki

penyakit keturunan

Penyakit keturunan yang ada : Tidak ada penyakit

keturunan

Anggota keluarga yang meninggal : Ada, Orang tua

Penyebab meninggal : Faktor usia

32
8. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Laki-laki meninggal

= Perempuan meninggal

= Pasien

_____ = Garis keturunan

--------- = Tinggal serumah

9. Riwayat kesehatan keluarga /psikososial

Bahasa yang digunakan : Bahasa Karo/Indonesia

Konsep diri : Klien ingin cepat sembuh

Persepsi pasien tentang penyakitnya : Klien yakin bahwa

penyakitnya dapat di

sembuhkan

Keadaan emosi : Stabil

Perhatian terhadap orang lain : Baik, klien dapat bersosia-

lisasi terhadap orang lain

33
Lawan bicara : Baik, adanya respon

ketika diajak bicara

Hubungan dengan keluarga : Baik, banyak keluarga

yang mendampingi klien

selama di rawat di rumah

sakit

Hubungan dengan orang lain : Baik, klien banyak

dikunjungi oleh keluarga,

termasuk perkumpulan

gereja

Kegemaran : Bermain catur

Daya adaptasi : Baik, klien dapat

beradaptasi dengan

lingkungan rumah sakit

Mekanisme pertahanan diri : Klien selalu berdoa

supaya cepat sembuh

3.1.2. Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital : TD : 160/100 mmHg HR : 100 x/i

RR : 30 x/i Temp : 36,40 C

Keadaan umum : Klien lemah, pucat, dan tampak meringis

kesakitan

Kesadaran : Compos mentis

Penampilan : Rapi

TB : 162 cm

BB : 65 kg

34
Kepala

Bentuk : Oval

Distribusi rambut : Pertumbuhan rambut merata, tidak rontok

Kulit kepala : Bersih, tidak berketombe

Penglihatan Mata

Ketajaman penglihatan : Baik, klien dapat melihat dengan

jelas

Sclera : Baik, tidak ikterus

Pupil : Isokor kiri dan kanan

Conjungtiva : Baik, klien tidak ada tanda-tanda

anemia

Apakah memakai alat bantu : Tidak, klien tidak menggunakan

alat bantu penglihatan

Penciuman Hidung

Polip : Ada, dalam batas normal

Peradangan : Tidak ada tanda peradangan

Perdarahan : Tidak ada perdarahan

Fungsi penciuman : Baik, dapat membedakan bau-

bauan

Pendengaran Telinga

Fungsi pendengaran : Baik, dapat mendengar dengan

jelas

Serumen : Ada dalam batas normal

Cairan : Ada dalam batas normal

35
Tanda-tanda peradangan : Tidak ada tanda-tanda

peradangan

Alat bantu : Tidak, klien tidak memakai alat

bantu pendengaran

Pengecapan Mulut

Bau : Khas

Membran mukosa : Lembab

Perdarahan : Tidak ada perdarahan

Peradangan : Tidak ada tanda-tanda

peradangan

Gigi

Carries : Ada, pada gigi geraham bawah

Lidah : Bersih tidak ada beslag

Fungsi pengecapan : Baik, dapat membedakan rasa

(asam, asin, manis, pahit)

Tonsil : Tidak ada terdapat pembeng-

kakan pada tonsil

Leher

Kelenjar tyroid : Tidak terdapat pembengkakan

pada kelenjar tyroid

Tekanan vena jugularis : Tidak ada peningkatan tekanan

vena jugularis

Jantung

Bentuk dada : Simetris

36
Nyeri dada : Adanya nyeri pada dada sebelah

kiri klien. Skala nyeri 7

Denyut jantung : 100 x/i

Bunyi jantung : Tidak teratur, terdengar lemah

Abdomen

Hepar : Normal, tidak teraba

Massa/cairan : Tidak ada

Ginjal : Normal, tidak teraba

Nyeri (lokasi) : Tidak ada nyeri pada abdomen

Oedema : Tidak ada oedema

Kulit

Turgor kulit : Baik, elastis karena ketika dicubit

kembali dalam waktu kurang dari

2 detik

Pigmentasi : Baik, tidak ada

peningkatan/perubahan

pigmentasi

Dekubitus : Tidak ada dekubitus

Ekstremitas

Atas :

Tidak dapat bergerak dengan bebas karena tangan sebelah kanan

terpasang cairan infus RL 10 gtt/i

Bawah :

Pada bagian ekstremitas bawah dapat di gerakkan dengan bebas

Genitourianaria

37
Retensi : Tidak ada retensi

Inkotinensia : Tidak ada inkotinensia

Terpasang kateter : Tidak terpasang kateter

Anuria : Tidak ada anuria

Poliuria : Tidak ada poliuria

Hematuria : Tidak ada hematuria

Sistem Persyarafan

Gangguan saraf kranial : Tidak ada gangguan pada saraf

kranial

Kekuatan motorik : Lemah, pengaruh penyakit yang

di derita

3.1.3. Pola Kebiasaan Nutrisi

Sebelum MRS

Pola makan : 3 x sehari

Makanan yang disukai : Nasi + daging

Makanan pantangan : Tidak ada

Minum : 7-8 gelas/hari

Banyaknya : 1500cc/hari

Minuman kesukaan : Air putih

Sesudah MRS :

Pola makan : 3 x sehari

Diet : ML (Makanan Lunak) rendah

garam

38
Nafsu makan : Berkurang, diet yang disediakan

hanya 1/3 porsi yang habis dari

porsi yang disediakan

Minum : 1500 cc/hari

Pola Eliminasi

Sebelum MRS

BAB : Teratur

Bau : Khas

Frekuesi : 1 x/hari

Kelainan : Tidak ada kelainan

Konsistensi : Lembek

Warna : Kekuningan

Sesudah MRS

BAB : Teratur

Bau : Khas

Frekuensi : 1 x sehari

Kelainan : Tidak ada kelainan

Konsistensi : Lembek

Warna : Kekuningan

Pola Istirahat

Sebelum MRS

Kebiasaan tidur siang : 1 jam

Tidur malam : 7-8 jam

Sering sukar tidur : Tidak

39
Yang dilakukan untuk mengatasi : Tidak ada

Sesudah MRS

Kebiasaan tidur siang : 1 jam

Tidur malam : 4 jam

Konsentrasi : Terganggu, klien tampak sering

menguap dan mata tampak

merah dipagi hari

Sering sukar tidur : Ya, karena klien sesak bernafas

dan nyeri dada

Yang dilakukan untuk mengatasi : Mengatur posisi yang nyaman

Pola Aktivitas

Bekerja di : Ladang

Jarak tempat kerja dengan rumah : 500m

Kendaraan yang digunakan ke tempat kerja : jalan kaki

Jumlah kerja/hari : 8 jam/hari

Kebersihan

Sebelum MRS

Mandi : 1 x sehari

Gosok gigi : 2 x sehari

Kuku : Bersih

Cuci rambut : 3 x seminggu

Pakaian : Rapi

Sesudah MRS

Mandi : Hanya di lap

40
Gosok gigi : 1 x sehari

Kuku : Bersih

Cuci rambut : Belum pernah

Pakaian : Rapi dan bersih

Hambatan dalam melalakukan personal hygiene :Tidak ada

hambatan karena klien di bantu

oleh keluarga dan perawat

dalam melakukan personal

hygiene

2.1.4. Pemeriksaan Laboratorium/ Diagnostik

a. EKG ( tanggal 02 Mei 2015 )

b. Darah Lengkap ( tanggal 02 Mei 2015 )

No Pemeriksaan Nilai Normal


1 WBC 14,2 x 10^9/L 4,0 - 10,0
2 Lymph# 0,7 x 10^9/L 0,8 - 4,0
3 Midh# 1,1 x 10^9/L 0,1 - 1,5
4 Gran# 12,4 x 10^9/L 2,0 -7,0
5 Lymph% 4,7 % 20,0 - 40,0
6 Mid% 7,9 % 3,0 -15,0
7 Gran% 87,4% 50,0 - 70,0
8 HGB 15,0 g/dL 11,0 - 16,0
9 RBC 4,74 x 10^12/L 3,50 - 5,50
10 HCT 44,1% 37,0 - 54,0
11 MCV 93,1 fL 80,0 -100,0
12 MCH 31,6pg 27,0 - 34,0
13 MCHC 34,0 g/dL 32,0 - 36,0

41
14 RDW-CV 15,4% 11,0 - 16,0
15 RDW-SD 53,6 fL 35,0 - 56,0
16 PLT 258 x10^9/L 150 450
17 MFV 8,3 fL 6,5 - 12,0
18 PDW 16,0 9,0 -17,0
19 PCT 0,214% 0,108 - 0,282

c. LFT ( Tanggal 02 Mei 2015)

No Pemeriksaan Nilai Normal

1 Glukosa : 208 Puasa < 120 mg/dl;

Sewaktu ; 2 jam- sewaktu/2 jam-PP <

PP 200mg/dl

2 Ureum 50,8 10 50 mg/dl

3 Kreatinin 1,1 Lk.0,6 1,1 mg/dl ; Pr.

0,5 o.9 mg/dl

4 Asam Urat 6,2 Lk.3,4-7,10mg/dl; Pr.2.4

5.7 mg/dl

5 Kolesterol Total 144 < 200 mg/dl

6 Trigliserida 108 Tanpa PJK < 200 mg/dl

Dengan PJK <150 mg/dl

7 Kolesterol - HDL 47 >45mg/dl

8 Kolesterol - LDL 79 Tanpa PJK<130 mg/dl

Dengan PJK < 100 mg/dl

42
Therapy :

1. IVFD RL gtt 10x/i

2. Bed Rest

3. Diet Ml Rendah garam

4. Oksigen 2L/i

5. CPG 1x1

6. Furosemid 1 Amp/12jam

7. Levecin 500mg 1x1

8. Simvastatin 1x1

9. KSR 2x1

10. Isosorbid 10 mg 3x1

11. Cravit 500mg 3x1

Kabanjahe, 02 Mei 2015

Yang Mengkaji,

SET ERVINDO NAINGGOLAN


NIM: 2012.015

43
3.2. Analisa Data

Kemungkinan Masalah
No Data
Penyebab Keperawatan
1 DS : Klien mengatakan nyeri Iskemia Nyeri

pada dada sebelah kiri, jaringan

dan merasa pening sekunder

DO : Klien tampak meringis terhadap

kesakitan dan adanya sumbatan

peningkatan frekuensi arteri koroner

jantung.

TD:160/100mmHg, HR:

100x/i, Skala nyeri 7

2 DS: Klien mengatakan tidak Kelemahan Intoleransi

dapat melakukan fisik aktivitas

aktivitas seperti biasa

DO: klien tampak lemah,

dan aktivitas klien

dibantu oleh keluarga

dan perawat

3 DS : Klien mengatakan tidak anoreksia Gangguan

selera makan pemenuhan nutrisi

DO : Klien tampak hanya

menghabiskan 1/3 dari

porsi yang disediakan

4 DS : Klien mengatakan Sesak nafas Gangguan

44
susah tidur dan nyeri dada pemenuhan

DO : Klien tampak sering istirahat tidur

menguap dan mata

memerah dipagi hari

5 DS : Klien mengatakan Perubahan Gangguan

lemah dan sesak nafas membran pertukaran gas

DO : Klien tampak sesak kapiler

nafas, lemah, RR: alveolus

30x/i, terpasang

oksigen 2 liter

3.3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap

sumbatan arteri koroner ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada

dada sebelah kiri dan merasa pening, klien tampak meringis kesakitan

dan adanya peningkatan frekuensi jantung. TD: 160/100 mmHg, HR:

100x/i, skala nyeri 7

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan klien mengatakan tidak dapat melaksanakan aktivitas seperti

biasa, klien tampak lemah dan aktivitas klien dibantu oleh keluarga

dan perawat

3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia

ditandai dengan klien mengatakan tidak selera makan, klien tampak

hanya menghabiskan 1/3 dari porsi diet yang disediakan

45
4. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan sesak

nafas dan nyeri dada ditandai dengan klien mengatakan susah tidur,

klien tampak sering menguap dan mata memerah dipagi hari

5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

kapiler alveolus ditandai dengan klien mengatakan lemah dan sesak

nafas, klien tampak sesak nafas, lemah. RR: 30x/i, terpasang oksigen

2 Liter

3.4. Prioritas Masalah

1. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap

sumbatan arteri koroner ditandai dengan klien mengatakan nyeri

pada dada sebelah kiri dan merasa pening, klien tampak meringis

kesakitan dan adanya peningkatan frekuensi jantung. TD: 160/100

mmHg, HR: 100x/i, skala nyeri 7

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran kapiler alveolus ditandai dengan klien mengatakan lemah

dan sesak nafas, klien tampak sesak nafas, lemah. RR: 30x/i,

terpasang oksigen 2 Liter

3. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia

ditandai dengan klien mengatakan tidak selera makan, klien tampak

hanya menghabiskan 1/3 dari porsi diet yang disediakan

4. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan

sesak nafas dan nyeri dada ditandai dengan klien mengatakan

susah tidur, klien tampak sering menguap dan mata memerah

dipagi hari

46
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai

dengan klien mengatakan tidak dapat melaksanakan aktivitas

seperti biasa, klien tampak lemah dan aktivitas klien dibantu oleh

keluarga dan perawat

47
3.5. Intervensi

Nama : Tn.K No.RM : 11-88-69

Umur : 56 Tahun Ruang : Paviliun Kamar VI

Jenis kelamin : Laki- laki

Diagnosa
No Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri berhubungan - Tidak ada - Menyatakan nyeri - Ambil gambaran - Nyeri sebagai pengalaman

dengan iskemia nyeri/nyeri dada hilang/terkontrol lengkap terhadap nyeri subjektif dan harus

jaringan sekunder terkontrol - Mendemonstrasikan dari klien termasuk digambarkan oleh klien

terhadap sumbatan penggunaan teknik lokasi, intensitas(1-10), bantu klien dalam menilai

arteri koroner ditandai relaksasi lamanya, kualitas nyeri dengan

dengan klien - Menunjukkan (dangkal/menyebar) membandingkannya

mengatakan nyeri menurunnya - Bantu klien dalam dengan pengalaman lain

pada dada sebelah kiri tegangan, rileks, melakukan teknik - Membantu dalam

dan merasa pening, mudah bergerak relaksasi, misalnya penurunan

klien tampak meringis nafas dalam/perlahan , persepsi/respons nyeri.

kesakitan dan adanya perilaku,distraksi, memberikan kontrol situasi,


48
peningkatan frekuensi visualisasi, bimbingan meningkatkan perilaku

jantung TD: 160/100 imajinasi positif

mmHg, HR: - Kolaborasi dengan - meningkatkan jumlah

100x/i.Skala nyeri 7 dokter pemberian oksigen yang ada untuk

oksigen tambahan pemakaian miokardia, dan

sesuai indikasi mengurangi

- Kolaborasi dengan ketidaknyamanan

dokter pemberian obat sehubungan dengan

sesuai indikasi iskemia jaringan

- Berguna untuk kontrol nyeri

dan dengan efek

vasodilatasi koroner, yang

meningkatkan aliran darah

koroner dan perfusi

moikardia

2 Gangguan pertukaran Tidak terjadi - mendemonstrasikan - pertahankan duduk - Menurunkan konsumsi

gas berhubungan perubahan ventilasi dan oksigen dikursi tirah baring oksigen
49
dengan membran membran yang adekuat dengan posisi semi

kapiler alveolus kapiler alveolus - berpartisipasi dalam fowler

ditandai dengan klien program pengobatan - Ajarkan klien nafas - Membersihkan jalan nafas

mengatakan lemah dalam batas efektif dan dalam dan memudahkan aliran

dan sesak nafas, klien kemampuan oksigen

tampak sesak nafas, - kolaborasi dengan - Meningkatkan konsumsi

lemah, RR: 30x/i dokter dalam pemberian oksigen di alveolus

oksigen tambahan - Untuk mengetahui adanya

sesuai indikasi peningkatan pernafasan

- ukur TTV klien dan gejala lainnya

3 Gangguan pemenuhan mempertahanka - nafsu makan - berikan makanan sedikit - untuk meningkatkan nafsu

nutrisi berhubungan n nutrisi yang meningkat dan porsi tapi sering makan

dengan anoreksia adekuat makanan yang - berikan makanan yang - meminimalkan anoreksia

ditandai dengan klien disediakan habis mudah dicerna

mengatakan tidak - kolaborasi dengan tim - untuk menurunkan beban


50
selera makan, klien gizi tentang pemberian kerja ginjal

tampak hanya diet rendah garam

menghabiskan 1/3 dari - berikan makanan yang - untuk meningkatkan nafsu

porsi diet yang hangat makan

disediakan - bantu klien dalam - mulut yang bersih dapat

melakukan perawatan meningkatkan nafsu makan

mulut

51
4 Gangguan pemenuhan - Kebutuhan - Klien mampu tidur - ciptakan lingkungan - membantu konsentrasi dan

istirahat dan tidur istirahat tidur dengan nyaman yang nyaman ketenangan klien

berhubungan dengan klien terpenuhi - batasi kunjungan - membantu kenyamanan

sesak nafas dan nyeri keluarga dan kerabat klien dalam istirahat tidur

dada ditandai dengan klien - meningkatkan relaksasi

klien mengatakan - berikan makanan kecil dengan perasaan

susah tidur, klien dan susu hangat serta mengantuk

tampak sering masase punggung

menguap dan mata

memerah dipagi hari

52
5. Intoleransi aktivitas Dapat - Berpartisipasi pada - Kaji penyebab - Nyeri dan program penuh

berhubungan dengan memenuhi aktivitas yang di kelemahan stres juga memerlukan

kelemahan fisik ditandai kebutuhan inginkan - Berikan bantuan energi dan menyebabkan

dengan klien perawatan diri - Mencapai tingkat dalam aktivitas kelemahan

mengatakan tidak dapat secara mandiri toleransi yang dapat perawatan diri - Pemenuhan kebutuhan

melakukan aktivitas diukur - Catat respon perawatan diri tanpa

seperti biasa, klien kardiopulmonal mempengaruhi stres

tampak lemah dan terhadap aktivitas miokard/ penurunan

aktivitas klien dibantu - Dekatkan barang - oksigen berlebihan

oleh keluarga dan barang segala ke - Penurunan/

perawat utuhan klien ketidakmampuan

miokardium untuk

meningkatkan aktivitas

- Mempermudah klien

dalam memenuhi

kebutuhannya

53
54
3.6. Implementasi dan Evaluasi

No
Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Dx
Senin 05 mei 09.10 Wib - Mengambil S : Klien mengatakan

2015 I gambaran nyeri pada dada

( Hari pertama) lengkap sebelah kiri dan

terhadap nyeri pening

dari klien O : Klien tampak

termasuk lokasi, meringis

intensitas( 1-10) kesakitan, skala

lamanya kualitas nyeri 7, TD:

(dangkal/ 160/100 mmHg,

menyebar) TD: HR: 100x/i

160/100 mmHg, A : Masalah belum

HR: 100x/i, teratasi

Skala nyeri 7, P : Intervensi

10.30 Wib Nyeri dilanjutkan

berlangsung - Ambil gambaran

selama 20 menit lengkap terhadap

- Membantu nyeri dari klien

melakukan termasuk lokasi,

11.00 Wib teknik relaksasi intensitas (1-10),

misalnya nafas lamanya, kualitas

dalam dangkal/menyebar

pertahankan - Bantu melakukan

perilaku distraksi teknik relaksasi


55
visualisasi, misalnya nafas

bimbingan dalam/perlahan,

imajinasi perilaku distraksi,

- Berkolaborasi visualisasi,

dengan dokter bimbingan imajinasi

11.45 Wib pemberian - kolaborasi bersama

oksigen dokter dalam

tambahan pemberian oksigen

sesuai indikasi tambahan sesuai

2Liter/i indikasi

- Berkolaborasi - kolaborasi dengan

dengan dokter dokter pemberian

pemberian obat obat sesuai indikasi

sesuai indikasi ;

IVFD RL

gtt10x/i, CPG

1x1, Furosemid

1 Amp/12jam,

Levecin 500mg

1x1, simvastatin

1x1, KSR 2x1,

Isosorbid 10mg

3x1, Cravit

500mg 3x1

Senin 05 mei II 09.10 Wib - Membuat klien S : Klien mengatakan

56
2015 dengan posisi lemah dan sesak

semi fowler nafas

10.00 Wib - Mengajarkan O : klien tampak

klien nafas efektif sesak nafas, RR:

dan dalam 30x/i

10.30 Wib - Kolaborasi A : Masalah belum

dengan dokter teratasi

dalam pemberian P : Intervensi

oksigen dilanjutkan

tambahan sesuai - pertahankan duduk

indikasi 2L/i. dikursi/ tirah baring

- Mengukur TTV dengan posisi semi

klien, fowler

TD:160/100mmH - ajarkan klien nafas

g, RR : 30x/i, HR efektif dan dalam

: 100x/i, Temp : - kolaborasi dengan

36,5C tim dokter tentang

pemberian oksigen

tambahan sesuai

indikasi

- ukur TTV klien

Senin 05 Mei III 09.00 Wib - Memberikan S : Klien mengatakan

2015 makanan sedikit tidak selera

tapi sering makan

10.30 Wib - Memberikan O : klien tampak

57
makanan yang hanya

mudah di cerna menghabiskan 1/3

11.00 Wib - Berkolaborasi dari porsi diet

dengan tim gizi yang disediakan

tantang A : Masalah belum

pemberian diet : teratasi

ML rendah P : Intervensi

11.45 Wib garam dilanjutkan

- Memberikan - berikan makanan

makanan yang sedikit tapi sering


12.00 hangat - berikan makanan
Wib
- Membantu klien yang mudah dicerna

dalam - kolaborasi dengan

melakukan tim gizi dalam

perawatan mulut pemberian diet

rendah garam

- berikan makanan

yang hangat

- bantu klien dalam

melakukan

perawatan mulut

58
Senin 05 mei IV 09.30 wib - Menciptakan S : Klien mengatakan

2015 lingkungan yang susah tidur

nyaman O : Klien tampak

10.05 Wib - Membatasi sering menguap

kunjungan dan mata

keluarga dan memerah dipagi

kerabat klien hari

11.30 Wib - Memberikan A : Masalah belum

makanan kecil teratasi

dan susu hangat P : Intervensi

serta masase dilanjutkan

punggung - ciptakan lingkungan

yang nyaman

- batasi kunjungan

keluarga dan kerabat

klien

- berikan makanan

kecil dan susu

hangat serta masase

punggung

59
Senin 05 mei
2015 V 08.00 - Mengkaji S : klien mengatakan

Wib penyebab tidak dapat

kelemahan melaksanakan

aktivitas seperti
08.45 - Memberikan
biasa
Wib bantuan
O : Klien tampak
dalam
lemah, dan
aktivitas
aktivitas klien
perawatan diri
dibantu oleh
10.00 - Mencatat
keluarga dan
Wib respon
perawat
kardiopulmon
A : Masalah belum
al terhadap
teratasi
aktivitas, HR :
P : Intervensi
10.00 100x/i
dilanjutkan
Wib - Mendekatkan
- kaji penyebab
barang- kelemahan
barang dan - berikan bantuan
segala dalam aktivitas

kebutuhan perawatan diri

klien - catat respon

kardiopulmonal

terhadap aktivitas

- dekatkan barang-

barang dan segala


kebutuhan klien

60
Selasa 06 mei I 08.20 Wib - Mengambil S : Klien mengatakan

2015 gambaran masih nyeri pada

( Hari kedua) lengkap dada sebelah kiri,

terhadap nyeri tetapi sudah

dari klien berkurang

termasuk lokasi, O : Klien tampak

intensitas (1-10), masih meringis

lamanya, kesakitan skala

kualitas nyeri 4,

(dangkal/menye TD:150/100

bar) skala nyeri mmHg

4 A : Masalah sebagian

09.00 Wib - membantu teratasi

melakukan P : Intervensi

teknik relaksasi dilanjutkan

misalnya nafas - ambil gambaran

dalam/perlahan lengkap terhadap

09.40 Wib perilaku distraksi nyeri dari klien

visualisasi, termasuk lokasi,

bimbingan intensitas ( 1-10),

imajinasi lamanya kualitas (

- Berkolaborasi dangkal/menyebar)

10.15 Wib pemberian - kolaborasi dengan

oksigen dokter dalam

tambahan pemberian oksigen

61
sesuai indikasi : tambahan sesuai

2L/i. indikasi

- Berkolaborasi - kolaborasi dengan

dengan dokter dokter dalam

dalam pemberian obat

pemberian obat sesuai indikasi

sesuai indikasi ;

IVFD RL

10gttx/i, CPG

1X1, Furosemid

1Amp/12jam,

Levecin 500mg

1x1, Simvastatin

1x1, KSR 2x1,

Isosorbid 10mg

3x1, Cravit

500mg 3x1

62
Selasa 06 mei II 09.00 Wib - Membuat klien S : Klien mengatakan

2015 dengan posisi masih lemah dan

semi fowler sesak nafas,

10.00 Wib - Mengajarkan tetapi sudah

klien nafas berkurang.

efektif dan O : klien tampak

dalam masih sesak

10.55 Wib - mengukur TTV nafas RR: 26x/i

klien TD:150/100 A : Masalah sebagian

mmHg, RR: teratasi

26x/i, HR: 94x/i, P : Intervensi

Temp: 36,5C dilanjutkan

11.00 - Berkolaborasi - buat klien dengan


Wib
dengan dokter posisi semi fowler

dalam - ajarkan klien nafas

pemberian efektif dan dalam

oksigen - ukur TTV klien

tambahan

sesuai indikasi

2L/i

Selasa 06 mei III 09.20 Wib - Memberikan S : Klien mengatakan

2015 makan sedikit mulai selera

tapi sering makan

10.55 Wib - Memberikan O : klien tampak

makanan yang sudah

63
mudah dicerna menghabiskan

11.00 Wib - Berkolaborasi dari porsi

dengan tim gizi makanan yang di

dalam sediakan

pemberian diet A : Masalah sebagian

rendah garam teratasi

11.45 Wib - Membantu klien P : Intervensi di

dalam lanjutkan

melakukan - berikan makan

perawatan mulut sedikit tapi sering

- Memberikan - berikan makanan

makanan yang yang mudah dicerna

hangat - kolaborasi dengan

tim gizi dalam

pemberian diet

rendah garam

- bantu klien dalam

melakukan

perawatan mulut

64
Selasa 06 mei IV 09.45 Wib - Menciptakan S : Klien mengatakan

2015 lingkungan yang sudah dapat tidur

nyaman malam ini

10.20 Wib - Membatasi O : Klien tampak lebih

kunjungan segar

keluarga dan A : Masalah teratasi

kerabat klien P : Intervensi

11.45 Wib - Memberikan dihentikan

makanan kecil

dan susu hangat

serta masase

punggung

65
Selasa 06 mei V 08.00 - Mengkaji S : klien mengatakan

2015 Wib penyebab lemah tidak

kelemahan dapat melakukan

10.00 aktivitas seperti


- Melatih dalam
Wib biasanya
melakukan
O : klien tampak
aktivitas
lemah, dan
ringan dan
aktivitas klien di
berikan
bantu oleh
bantuan
keluarga dan
dalam
perawat
aktivitas
A : Masalah belum
perawatan diri
teratasi
10.30 - Mencatat
P : Intervensi
Wib respon
dilanjutkan
terhadap
- Kaji penyebab
aktivitas,HR : kelemahan
94x/i - Berikan bantuan
- Dekatkan dalam aktivitas

barang- perawatan diri

barang dan - Catat respon

segala kardiopulmonal

terhadap aktivitas
kebutuhan
- Dekatkan barang-
klien
barang dan segala
kebutuhan klien

66
Rabu 07 mei I 09.30 Wib - Mengambil S : Klien mengatakan

2015 gambaran masih nyeri pada

( Hari ketiga) lengkap dada sebelah kiri

terhadap nyeri dan pening

dari klien O : Klien tampak

termasuk lokasi, masih meringis

intensitas (1-10), kesakitan skala

lamanya, nyeri 4

kualitas A : Masalah masih

(dangkal/menye sebagian teratasi

bar), skala nyeri P : Intervensi

4 dilanjutkan oleh

10.00 Wib perawat ruangan

- Berkolaborasi

pemberian

oksigen

tambahan

sesuai indikasi

11.00 Wib - Berkolaborasi

dengan dokter

dalam

pemberian

obat sesuai

indikasi ; IVFD

RL 10gttx/i,

67
CPG 1x1,

Furosemid 1

Amp/12 jam,

levecin 500mg

1x1,

Simvastatin

1x1, KSR 2x1,

Isosorbid

10mg 3x1,

Cravit 500mg

3x1

Rabu 07 mei II 10.00 Wib - Membuat klien S : Klien mengatakan

2015 dengan posisi lemah dan sesak

semi fowler bernafas

10.50 Wib - Mengajarkan O : Klien tampak

klien nafas efektif sesak nafas

dan dalam A : Masalah sebagian

- Mengukur TTV teratasi

klien TD : 150/90 P : Intervensi

mmHg, RR : dilanjutkan oleh

26x/i, HR : 94x/i, perawat ruangan

Temp : 36,5c

Rabu 07 mei III 09.45 Wib - Memberikan S : Klien mengatakan

2015 makanan sedikit mulai selera

tapi sering makan

68
- Memberikan O : Klien tampak

makanan yang hanya

mudah dicerna menghabiskan

10.50 Wib - Berkolaborasi dari porsi diet

dengan tim gizi yang disediakan

dalam A : Masalah sebagian

pemberian diet teratasi

rendah garam P : Intervensi

- membantu klien dilanjutkan oleh

dalam perawat ruangan

melakukan

perawatan mulut

Rabu 07 mei V 09.40 Wib - Mengkaji S : Klien mengatakan

2015 penyebab sudah dapat

kelemahan melakukan

10.15 Wib - Memberikan aktivitas seperti

bantuan dalam duduk, berdiri,

aktivitas dan menyisir

perawatan diri rambutnya

11.45 Wib - Mencatat respon O : klien tampak lebih

kardiopulmonal segar dan

terhadap aktivitas bergairah

HR : 94x/i A : Masalah sebagian

- Mendekatkan teratasi

barang-barang P : Intervensi

69
dan segala dilanjutkan oleh

kebutuhan klien perawat ruangan

70
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.K

dengan gangguan sistem kardiovaskuler Infark Miokard Akut di Ruang

paviliun Kamar VI Rumah Sakit Umum Kabanjahe dari tanggal 05 mei

sampai 07 mei 2015, penulis menemukan kesenjangan diantara tinjauan

teoritis dengan tinjauan kasus mulai dari tahap pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

4.1. Pengkajian Keperawatan

Bila dilihat dari landasan teoritis yang ada pada BAB II dan yang di

alami oleh Tn. K dengan gangguan sistem kardiovaskuler di Ruang

paviliun Kamar VI Rumah Sakit Umum Kabanjahe, pengkajian yang

terdapat sama seperti ; nyeri dada sebelah kiri yang berlangsung lebih

kurang selama 20 menit, peningkatan frekuensi pernapasan atau sesak

pada istirahat/aktivitas, perubahan frekuensi jantung seperti peningkatan

denyut nadi, peningkatan tekanan darah, kehilangan nafsu makan, wajah

pucat dan adanya kelemahan.

4.2. Diagnosa Keperawatan

Bila ditinjau dari diagnosa keperawatan yang ada pada BAB II

diagnosa keperawatan yang tidak terdapat pada kasus yang dialami Tn.

K dengan gangguan sistem kardiovaskuler Infark Miokard Akut di Ruang

paviliun Kamar VI Rumah Sakit Umum Kabanjahe yaitu :

a. Ansietas/ketakutan berhubungan dengan ancaman atau perubahan

kesehatan dan status sosial ekonomi

71
b. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan

dengan perubahan frekuensi, irama, konduksi elektrikal

c. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan

dengan penurunan/penghentian aliran darah, contoh vasokontriksi ,

hipovolemia/kebocoran dan pembentukan trombo emboli

d. Resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan

penurunan perfusi organ ( ginjal)

e. Kurang pengetahuan ( kebutuhan belajar) mengenai kondisi,

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang informasi

tentang fungsi jantung/implikasi penyakit jantung dan status kesehatan

akan datang

Sedangkan pada diagnosa keperawatan yang terdapat pada kasus

Tn. K dengan gangguan sistem kardiovaskuler di Ruang paviliun Kamar

VI Rumah Sakit Umum Kabanjahe, tetapi tidak terdapat pada diagnosa

keperawatan yang ada pada teori yaitu :

a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

kapiler alveolusdan ditandai dengan klien mengatakan lemah dan

sesak nafas, klien tampak sesak dan lemah, RR: 30x/i.

b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia

ditandai dengan klien mengatakan tidak selera makan, klien tampak

hanya menghabiskan1/3 dari porsi diet yang disediakan.

c. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan sesak

nafas dan nyeri dada ditandai dengan klien mengatakan susah tidur,

klien tampak sering menguap dan mata memerah dipagi hari.

4.3. Intervensi Keperawatan

72
Pada tahap ini perencanaan keperawatan tidak jauh berbeda

antara rencana keperawatan yang ada pada tinjauan teoritis dengan

tinjauan kasus karena semua perencanaan merupakan perencanaan

mandiri dan kolaboratif, sehingga dalam tahap ini tidak ditemukan

kesenjangan dan penulis juga tidak menemukan kesulitan dalam

menyusun rencana tindakan keperawatan atau intervensi keperawatan

4.4. Implementasi Keperawatan

Dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan, penulis

memfokuskan rencana keperawatan yang ditetapkan sebelumnya serta

melaksanakan dengan situasi kebutuhan klien saat ini.

Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan atau

implementasi keperawatan yang dapat dilaksanakan yaitu :

a. Mengkaji tanda-tanda vital terutama frekuensi jantung secara terus

menerus

b. Mempertahankan posisi yang nyaman

c. Membantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

d. Menggunakan pendekatan terapeutik untuk menenangkan klien

e. Berkolaborasi bersama tim kesehatan ( dokter sebagai penangguang

jawab dalam pemberian injeksi dan obat oral kepada klien

f. Memberi diet kepada klien sesuai dengan pengobatan klien

4.5. Evaluasi

Dalam tahap evaluasi, masalah-masalah klien dapat teratasi dan

sebagian dapat teratasi karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh

73
penulis, maka penulis mendelegasikan kepada perawat ruangan untuk

perawatan selanjutnya.

74
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah penulis membahas kesenjangan tentang asuhan keperawatan

pada Tn.K dengan gangguansisitem kardiovaskuler Infark Miokard Akut di

Ruang Paviliun Kamar VI Rumah Sakit Umum Kabanjahe mulai tanggal 05

Mei 2015 sampai sampai dengan tanggal 07 Mei 2015, maka dapat ditarik

kesimpulan yaitu :

a. Infark Miokard Akut adalah sebuah kondisi kematian pada miokard (otot

jantung) akibat dari aliran darah ke otot jantung terhambat atau juga

terganggu. Infark Miokard Akut ini disebabkan adanya penyempitan

ataupun sumbatan pembuluh darah koroner.

b. Diagnosa utama yang ditemukan pada Tn.K adalah Nyeri berhubungan

dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner

ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri dan

merasa pening, klien tampak meringis kesakitan dan adanya peningkatan

frekuensi jantung. TD : 160/100mmHg, HR : 100x/i. Skala nyeri 7.

c. Adapun tindakan perencanaan keperawatan (intervensi) dan

pelaksanaan ( implementasi) pada Tn.K yaitu :

1. Mengkaji tanda-tanda vital terutama frekensi jantung secara terus

menerus.

2. Mempertahankan posisi yang nyaman .

3. Membantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

4. Menggunakan pendekatan teraupeutik untuk menenangkan pasien

75
5. Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (dokter sebagai

penanggung jawab dalam pemberian injeksi dan obat oral kepada klien)

6. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen sesuai indikasi

7. Memberi diet kepada klien sesuai dengan program pengobatan.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran

sebagai berikut :

1. Bagi Instansi Rumah Sakit umum Kabanjahe agar dapat memberikan

asuhan keperawatan segera mungkin kepada klien dengan gangguan

sistem kardiovaskuler Infark Miokard Akut agar tidak terjadi

komplikasi dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui

informasi-informasi tentang kesehatan terutama pada penyakit Infark

Miokard Akut.

2. Bagi klien dan keluarga klien diharapkan agar dapat mengenal lebih

dalam dan pencegahan mengenai penyakit Infark Miokard Akut.

3. Bagi Instansi Akademi Keperawatan ARTA Kabanjahe diharapkan

dapat menambah literature yang ada di perpustakaan mengenai buku-

buku penunjang terutama buku mengenai Infark Miokard Akut

4. Bagi Mahasiswa/i keperawatan penulis selanjutnya diharapkan dapat

lebih memahami dan memperdalam ilmu pengetahuan terutama

dalam pemberian asuhan keperawatan pada Infark Miokard Akut

76
77
DAFTAR PUSTAKA

Abata, 2014, Ilmu Penyakit Dalam.

Brunner, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2


Edisi 8. Jakarta. EGC

Doenges, 2000. Perencanaan Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih
bahasa. Imade karyasa. Edisi 3. Jakarta : EGC

Prabowo, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta


: EGC

Soeryoko, 2011. Batu Ginjal, Yogyakarta : Nuha Medika.

Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar : Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Jilid II
Edisi V

Syaifuddin, 2012 Anatomi dan Fisiologi. Penerbit buku kedokteran.EGC

Wijaya, dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan


Dewasa). Jakarta : CV. Trans Info Media.

www.//http.journal chapter, 2013 diakses tanggal 30 Mei 2015 pukul 14.20


Wib.

www.apotekerbercerita.wordpress.com diakses tanggal 01 Juni 2015


pukul 15.00 Wib.

78
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

atas berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun Asuhan

Keperawatan ini dapat terselesaikan. Asuhan keperawatan ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir program

D-III Jurusan Keperawatan di Akademi perawatan ARTA kabanjahe.

Adapun judul Asuhan Keperawatan ini adalah Asuhan

Keperawatan pada Gangguan Sistem Perkemihan dengan Urolitiasis

Dalam penyusunan Asuhan Keperawatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada Ibu Juli Evianna Br Purba, S.Pd, MKes, selaku

Dosen Pembimbing, yang telah banyak memberi bimbingan, arahan,

nasehat dan petunjuk mulai dari awal penyusunan Asuhan Keperawatan

ini.

Dalam Penulisan Asuhan Keperawatan ini, penulis menyadari

bahwa Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga Asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang keperawatan.

Kabanjahe, Juni 2015

Penulis,

i
79
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR .......................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................... 1
1.2. Tujuan Penulisan ...................................................... 3
1.2.1. Tujuan Umum ................................................. 3
1.2.2. Tujuan Khusus ................................................ 3
1.3. Metode Penulisan ...................................................... 4
1.4. Sistematika Penulisan ............................................... 4
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ....................................................... 6
2.1. Konsep Dasar Medis ................................................ 6
2.1.1. Pengertian ....................................................... 6
2.1.2. Anatomi dan Fisiologi ...................................... 7
2.1.3. Etiologi ............................................................ 10
2.1.4. Patofisiologi ..................................................... 14
2.1.5. Manifestasi Klinis ............................................ 15
2.1.6. Komplikasi ....................................................... 17
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik ................................. 17
2.1.8. Penatalaksanaan ............................................ 18
2.1.9. Pencegahan .................................................... 19
2.2. Konsep Dasar Keperawatan ....................................... 20
2.2.1. Pengkajian ...................................................... 20
2.2.2. Diagnosa Keperawatan ................................... 22
2.2.3. Intervensi ........................................................ 22
2.2.4. Evaluasi Keperawatan .................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR KONSUL
80ii
AKADEMI KEPERAWATAN ARTA KABANJAHE
PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI

Nama : ELNITA SARAGIH


Nim : 2012.008
Judul Askep : ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN
SISTEM PERKEMIHAN DENGAN UROLITIASIS
Dosen Pembimbing : JULI EVIANNA BR PURBA, S.Pd, M.Kes

Materi yang T. Tangan


No Hari / Tanggal Saran Pembimbing
dikonsulkan Pembimbing
Kamis, 23 Pengajuan Judul ACC Judul
1. April 2015

Senin, 27 Pengajuan Bab I Perbaikan Bab I


2. April 2015

Selasa, 28 Pengajuan Bab I Perbaikan Bab I


3. April 2015 Latar Belakang

Rabu, 29 April Pengajuan Bab I ACC Bab I


4. 2015 Latar Belakang Lanjut Bab II

Sabtu, 02 Mei Pengajuan Bab II Perbaikan Bab II


5. 2015

Senin, 04 Mei Pengajuan Bab II Perbaikan Bab II


6. 2015 Konsep Dasar
Keperawatan

Rabu, 06 Mei Pengajuan Bab II ACC Bab II


2015 Konsep Dasar Lanjut Seminar Proposal
7. Keperawatan

Rabu, 17 Juni Pengajuan Bab III Perbaikan Bab III


2015
8.

9. Jumat, 19 Pengajuan Bab III Perbaikan Bab III

81
Juni 2015

Kamis, 25 Pengajuan Bab III ACC Bab III


Juni 2015 Lanjut Bab IV
10.

Selasa, 30 Pengajuan Bab IV ACC Bab IV


Juni 2015 Lanjut Bab V
11.

Jumat, 03 Juli Pengajuan Bab V ACC Bab V,


12. 2015 Lanjut Ujian Meja Hijau

82

También podría gustarte