Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja
Pencapaian kinerja yang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki seorang
karyawan merupakan hal yang selalu menjadi perhatian para pemimpin organisasi.
Menurut Robbins (2006), kinerja merupakan ukuran hasil kerja yang mana hal ini
menghasilkan kinerja yang berbeda pula. Individual variable adalah variabel yang
adalah variabel yang bersumber dari situasi pekerjaan yang lebih luas (lingkungan
kualitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Baik tidaknya karyawan dalam
yang dimiliki tetapi juga berdasarkan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Untuk
keahlian medis tetapi harus memiliki empati dan tingkat emosionalitas yang baik
(PPNI, 2002).
penetapan standar praktik keperawatan. Standar praktik sangat penting untuk menjadi
pedoman objektif di dalam menilai asuhan keperawatan. Apabila sudah ada standar,
klien akan yakin bahwa ia mendapatkan asuhan yang bermutu tinggi. Standar praktik
juga sangat penting jika terjadi kesalahan yang terkait dengan hukum (Sitorus, 2006).
asuhan keperawatan yang tinggi. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sudah
Standar III : Perawat mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap klien.
umum yang dilakukan oleh seluruh perawat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya
sebagai perawat.
a. Tujuan Evaluasi.
karyawan. Evaluasi yang digunakan untuk menilai kinerja adalah rating deskriptif.
karyawan.
masa yang akan datang. Aspek pengembangan dari penilaian kinerja mendorong
Unsur-unsur kinerja atau prestasi kerja para karyawan akan dinilai oleh setiap
perusahaan tidak selalu sama, namun pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai tersebut
a. Efisiensi Kinerja
Efisiensi kinerja adalah karyawan selalu berusaha menampilkan hasil kerja yang
b. Efektivitas Kinerja
Efektivitas kinerja adalah melakukan sesuatu dengan tepat atau kemampuan untuk
c. Tanggung Jawab
waktu sesuai dengan ketentuan perusahaan, karyawan bersedia bekerja lembur jika
hal baru yang belum diketahuinya yang menyangkut pekerjaan, karyawan selalu
mencari jalan keluar atas masalah pekerjaan yang dihadapinya dan karyawan selalu
Kerjasama karyawan adalah suatu kondisi dimana setiap karyawan saling bertukar
e. Loyalitas.
f. Komunikasi
rekan kerja.
g. Suasana Kerja
h. Disiplin
Disiplin adalah kepatuhan karyawan akan aturan yang ditentukan oleh perusahaan,
Ada lima manfaat penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Mulyadi (1997),
yaitu:
terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari hari, maka ia lebih mudah untuk
Motivasi terbentuk dari sikap karyawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi
merupakan kondisi yang terarah untuk mencapai tujuan kerja atau organisasi.
yang dimiliki tetapi juga berdasarkan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Untuk
keahlian medis belaka tetapi ia harus memiliki empati dan tingkat emosionalitas yang
baik. Kinerja perawat melalui asuhan keperawatan yang langsung di berikan pada
implementasi, dan evaluasi hasil-hasil tindakan klien. Kinerja perawat yang diukur
Budaya (culture) berasal dari perkataan lain colere yang artinya mengolah,
Atau bisa juga diartikan sebagai segala daya dan aktivitas untuk mengolah dan
mengubah alam. Budaya merupakan nilai-nilai dan kebiasaan yang diterima sebagai
acuan bersama yang diakui dan dihormati. Budaya telah menjadi konsep penting
dalam memahami masyarakat dan kelompok manusia untuk waktu yang lama.
kerjasama kelompok manusia atau orang di bidang tertentu untuk mencapai tujuan
tertentu. Menurut Schmerhorn dalam Tika (2006), organisasi adalah kumpulan orang
J. Bernard dalam Tika (2006), organisasi adalah kerjasama dua orang atau lebih,
realisasi tujuan khusus, adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang mengawasi
tujuan khusus, adanya satu atau lebih pusat kekuasaan yang mengawasi
bersifat resmi, ditandai oleh aktivitas kerjasama, terintegrasi dalam lingkungan yang
lebih luas, memberikan pelayanan dan produksi tertentu dan tanggung jawab kepada
suatu kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya organisasi menjadi
acuan bersama di antara manusia dalam berinteraksi dalam organisasi. Jika orang
Menurut Peter F. Drucker dalam Tika (2006), budaya organisasi adalah pokok
kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan
bahwa budaya perusahaan sebagai pola asumsi dasar yang ditemukan oleh kelompok
masalah adaptasi dari luar dan cara berintegrasi, yang telah berfungsi dengan baik
atau dianggap berlaku, dan karena itu harus diajarkan kepada para anggota baru
masalah ini.
sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang
bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi
lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-
nilai organisasi (a system of shared Meaning held by members that distinguishes the
organization from other organization. This system of shared meaning is, oncloser
suatu kebenaran oleh semua orang dalam organisasi. Budaya organisasi menjadi
acuan bersama diantara manusia dalam melakukan interaksi dan organisasi. Menurut
Susanto (2007) yang menyatakan bahwa budaya organisasi adalah sebagai nilai-nilai
masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana
dan yang tidak kelihatan (unobservable). Pada level observable, budaya organisasi
organisasi yang efektif adalah budaya organisasi yang mengakar kuat dan dalam.
menunjukkan simbol dan ritual yang berbeda karena di dalamnya terdiri dari berbagai
individu dengan latar belakang dan pengalaman yang beragam. Hofstede (1993)
menyatakan bahwa ada 6 (enam) dimensi budaya organisasi yang dapat ditemukan
yang bekerja di dalamnya cenderung memperhatikan pada proses kegiatan dan bukan
pada pencapaian hasil, menghindari risiko, tidak berusaha dengan keras, dan
berpendapat bahwa setiap hari esok yang akan dialaminya bermakna sama dengan
pencapaian hasil terlepas dari proses atau kegiatan yang dilakukannya, merasa
nyaman dengan situasi yang berbeda atau menantang, selalu berusaha secara
maksimal, dan menganggap bahwa datangnya hari esok akan membawa tantangan
tersendiri yang berbeda dengan hari-hari atau waktu sebelumnya. Dengan konteks
berorientasi pada job, karyawan merasakan adanya tekanan yang kuat untuk
secara invidual.
melalui perasaan karyawan dalam hal ikut memiliki organisasi (employees belonging
dan semua karyawannya bersikap terbuka dan mau menerima terhadap hadirnya
pendatang/pegawai baru dan pihak-pihak eksternal lainnya, semua pihak merasa ada
waktu yang lama untuk menyesuaikan diri dengan organisasi. Dalam organisasi
dengan budaya sistem tertutup, interaksi antara karyawan cenderung tertutup dan
rahasia, hanya orang-orang atau pihak tertentu yang merasa cocok atau sesuai dengan
nilai-nilai organisasi, sementara bagi karyawan baru membutuhkan waktu yang lama
pekerjaan dan penyelesaiannya dan karyawan bersikap serius tentang organisasi dan
menunjukkan tidak adanya pihak yang menyadari makna pentingnya tentang biaya
(cost), bekerja tidak sesuai dengan jadwal penyelesaian, dan banyak menggelar jokes
penekanan utama pada pemenuhan kebutuhan pelanggan di mana hasil yang dicapai
prosedur yang benar. Organisasi seperti ini juga bersifat fleksibel dalam menyikapi
terdapat upaya keras untuk mematuhi prosedur dengan benar dan menganggapnya
lebih penting daripada pencapaian hasil, sementara terhadap etika organisasi memiliki
topik terkini dalam bisnis, yaitu tentang orientasi perusahaan pada pelanggan.
Perusahaan yang berbeda pada tekanan kompetensi yang ketat cenderung berbudaya
sebagai aturan main yang ada di dalam perusahaan yang akan menjadi pegangan dari
berperilaku dalam organisasi. Nilai-nilai tersebut tercermin dalam perilaku dan sikap
mereka sehari-hari selama mereka berada dalam organisasi tersebut dan sewaktu
mewakili organisasi berhadapan dengan pihak luar. Dengan kata lain, budaya
1. Inisiatif Individual
individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu organisasi
organisasi/perusahaan.
dianjurkan untuk dapat bertindak agresif, inovasi dan pengambilan risiko. Suatu
3. Pengarahan
menciptakan dengan jelas sasaran perusahaan dan harapan yang diinginkan. Sasaran
dan harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi. Kondisi
4. Integrasi
unit-unit organisasi untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-
unit organisasi dalam bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit
organisasi dalam bekerja dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang
dihasilkan.
5. Dukungan Manajemen
komunikasi atau arahan, bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan
organisasi/ perusahaan.
6. Kontrol
yang berlaku dalam suatu organisasi atau perusahaan. Untuk itu diperlukan sejumlah
7. Identitas
perusahaan dan bukan sebagai kelompok kerja tertentu atau keahlian profesional
tertentu. Identitas diri sebagai satu kesatuan dalam perusahaan sangat membantu
8. Sistem Imbalan
dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan sebaliknya didasarkan
senioritas, sikap pilih kasih, dan sebagainya. Sistem imbalan yang didasarkan atas
Sistem imbalan yang didasarkan atas senioritas dan pilih kasih, akan berakibat
tenaga kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat berlaku pasif dan frustasi.
terhambat.
yang terjadi bisa dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau perubahan
hierarki kewenangan dapat menghambat terjadinya pola komunikasi antara atasan dan
apa-apa saja yang bernilai penting. Bergantung pada kekuatannya, budaya dapat
organisasi. Suatu budaya yang kuat ditandai oleh nilai-nilai inti organisasi yang
dipegang kukuh dan disepakati secara luas. Pada budaya yang kuat para anggota
memegang tata nilai inti organisasi (core values) secara intensif dan dianut bersama
secara meluas (Robbins, 2006). Menurut Sathe seperti dikutip Ndraha (2003), budaya
yang ideal adalah budaya kuat, di mana kekuatan budaya mampu memengaruhi
intensitas perilaku.
Organisasi dengan budaya kuat memiliki serangkaian nilai dan norma yang
kohesif dan mengikat anggota organisasi dan mendorong munculnya komitmen dari
menegaskan nilai-nilai dan norma imperatif untuk diwujudkan dalam tindakan nyata
yang menerima nilai-nilai inti dan semakin besar komitmen mereka terhadap nilai-
nilai tersebut, semakin kuat suatu budaya. Suatu budaya yang kuat memiliki pengaruh
yang besar terhadap sikap anggota organisasi dibandingkan dengan budaya yang
lemah (Robbins, 2006). Sebaliknya, budaya perusahaan dipandang lemah bila sangat
terfragmentasi dan tidak disatukan dan diikat dalam nilai dan keyakinan bersama.
antar organisasi; (2) memberikan pengertian identitas terhadap anggota organisasi; (3)
minat anggota organisasi secara perorangan; (4) menunjukkan stabilitas sistem sosial;
pedoman untuk membentuk sikap serta perilaku para anggota organisasi; dan (6)
budaya organisasi berperan untuk membentuk pola pikir dan perilaku anggota
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh kedua belah pihak, baik
organisasi, dalam pengertian memberi perhatian pada sistem nilai yang dianut
konsistensi perilaku para anggota organisasi; dan (4) mengurangi keraguan para
dalam suatu organisasi sangat penting. Oleh karena itu budaya senantiasa dipelihara
dan dikembangkan karena disadari budaya merupakan alat (tool) dalam setiap
Isi dari suatu budaya organisasi terutama berasal dari tiga sumber (Robbins,
2006), yaitu:
a. Pendiri organisasi. Pendiri sering disebut memiliki kepribadian dinamis, nilai yang
kuat, dan visi yang jelas tentang bagaimana organisasi seharusnya. Pendiri
mempunyai peranan kunci dalam menarik karyawan. Sikap dan nilai mereka siap
organisasi.
didasarkan pada beberapa faktor seperti derajat toleransi risiko, tekanan atau
perhatian tim serta dukungan masyarakat. Persepsi keseluruhan ini (persepsi baik atau
tidak baik) membentuk suatu budaya organisasi atau kepribadian, yang kemudian
memengaruhi kinerja karyawan yang mengakibatkan makin hebat dan kuatnya suatu
(inovation and risk taking), (2) perhatian pada detail (attention to detail), (3) orientasi
sesuatu pemberian atau penghargaan yang diberikan oleh organisasi pada seseorang/
produksi, atau suatu jasa yang dianggap sama dengan itu, yang berwujud uang, tanpa
1. Material berupa bonus, hadiah-hadiah khusus, uang cuti atau materi-materi lain dan
uang lembur. Kenaikan gaji khusus ataupun berkala dalam skala tertentu dapat
3. Pengakuan atau pengumuman dari prestasi seseorang atau grup di lingkungan yang
luas.
4. Dalam bentuk yang berlawanan apabila prestasi atau kinerja tersebut ditemukan
tidak baik atau di bawah target maka bentuk reward lebih tepat disebut sebagai
a. Sederhana, aturan sistem insentif haruslah ringkas, jelas dan dapat dimengerti.
mereka kerjakan.
c. Dapat dicapai, setiap karyawan harus memiliki kesempatan yang masuk akal untuk
memperoleh sesuatu.
d. Dapat diukur, tujuan yang terukur merupakan landasan di mana rencana insentif
dibangun.
memiliki sifat yang berbeda-beda dalam meneguhkan motivasi kerja. Ada manusia
yang tradisionil menurut A. Maslow dalam Moorehead dan Griffin (2000), sangat
dipengaruhi oleh penyediaan kebutuhan fisik dasar seperti makanan dan kebutuhan
sangat berlainan yaitu memenuhi kebutuhan psikologis yaitu self esteem atau self
fulfilment. Psikolog McClelland (1961), mengatakan ada faktor high achiever dan low
Menurut Gibson et.al. (1996), dasar atau kriteria pemberian insentif menjadi
dipantau banyak atau dominan menjadi dasar budaya personel perusahaan. Insentif
lebih dikenal memiliki kaitan langsung dengan materi tetapi secara umum pemberian
upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan
tetap dapat memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis, maka setiap
komponen yang ada di rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem
1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang
lain-lain.
fisik dan peralatan, maka rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah
diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Umum Klas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
2. Rumah Sakit Umum Klas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
subspesialistik terbatas.
3. Rumah Sakit Umum Klas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
4. Rumah Sakit Umum Klas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
Tenaga keperawatan salah satu sumber daya manusia di rumah sakit yang
mengingat perawat adalah bagian dari tenaga paramedik yang memberikan perawatan
kepada pasien secara langsung, sehingga pelayanan keperawatan yang prima secara
psikologis merupakan sesuatu yang harus dimiliki dan dikuasai oleh perawat.
Perawat merupakan sub komponen dari sumber daya manusia khusus tenaga
kesehatan yang ikut menentukan mutu pelayanan kesehatan pada unit pelayanan
kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang menjadi bagian
merupakan profesi tersendiri yang setara dan sebagai mitra dari disiplin profesi
kesehatan lainnya. Masyarakat dewasa ini sudah mulai memerhatikan pemberi jasa
antara masyarakat dengan pihak pelayanan secara menyeluruh. Bahkan menurut Nash
et.al yang dikutip oleh Swisnawati (1997), melaporkan penelitian yang dilakukan
preventif yang semula dilakukan oleh dokter, sebenarnya dapat diberikan oleh
sama.
banyak berhubungan dengan pasien dibandingkan dengan petugas lain di rumah sakit,
maka pelayanan perawat sangat diperlukan dalam memenuhi kepuasan pasien yang
merawat orang sakit, luka dan usia lanjut (Priharjo, 1995). Perawat adalah karyawan
rumah sakit yang mempunyai dua tugas yaitu merawat pasien dan mengatur bangsal
(Hadjam, 2001).
yang telah dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan
menyembuhkan orang yang sakit. Usaha rehabilitasi dan pencegahan penyakit yang
dilaksanakannya sendiri atau dibawah pengawasan dan supervisi dokter atau suster
kepala.
sebagai suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan
pada pelayanan, memiliki empat tingkatan klien (individu, keluarga, kelompok dan
secara keseluruhan.
adalah :
praktek keperawatan.
i. Mengelola perawatan pasien dan berperan sebagai ketua tim dalam melaksanakan
kegiatan keperawatan.
baik antara lain ditentukan oleh kemampuannya berhubungan dengan orang lain,
ketenangan, tanpa adanya gejolak emosi, maka akan memberikan pengaruh yang
e. Percaya diri
Kepercayaan diri menjadi modal bagi seorang perawat karena perawat dituntut
untuk bersikap tegas, tidak boleh ragu-ragu dalam melaksanakan dan memenuhi
kebutuhan pasien.
f. Bersikap wajar
Sikap yang wajar akan memberikan makna yang besar bagi pasien bahwa
profesionalismenya.
g. Berpenampilan memadai
Perawat dengan penampilan yang bersih, dengan penampilan yang segar dalam
pasien.
yang dimiliki tetapi juga berdasarkan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Untuk
keahlian medis belaka tetapi ia harus memiliki empati dan tingkat emosionalitas yang
kemampuan empati yang tinggi akan menimbulkan tingginya intensi prososial pada
pasien maka perawat akan cepat untuk melakukan perbuatan dan tindakan yang
ditujukan pada pasien dan perbuatan atau tindakan tersebut memberi keuntungan atau
yang dihadapinya adalah manusia, sehingga dalam hal ini empati mutlak harus
dimiliki oleh seorang perawat. Dengan empati, seorang perawat akan mampu
mengerti, memahami dan ikut merasakan yang dirasakan, yang dipikirkan dan yang
diinginkan pasien.
Perawat harus peka dalam memahami alur pikiran dan perasaan pasien serta
perawat dapat mengerti bahwa apa yang dikeluhkan merupakan kondisi yang
sebenarnya, sehingga respon yang diberikan terasa tepat dan benar bagi pasien.
pasien yang muncul sebagai akibat penyakit yang dideritanya seperti cemas, takut,
stress sampai depresi. Dalam hal ini perawat berperan dalam menciptakan suasana
psikologis yang kondusif bagi usaha penyembuhan yang optimal yaitu dengan
komunikatif, kerjasama, memiliki etika profesi, stabil, percaya diri, empati dan
2.6 HIV/AIDS
menyertainya. Infeksi oportunistik terjadi oleh karena menurunnya daya tahan tubuh
(kekebalan) yang disebabkan rusaknya sistem imun tubuh akibat infeksi HIV tersebut
(Yunihastuti, 2005).
darah putih yang diserang oleh HIV pada penderita yang terinfeksi HIV adalah sel-sel
limfosit T (CD4) yang berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh. HIV
memperbanyak diri dalam sel limfosit yang diinfeksinya dan merusak sel-sel tersebut,
sehingga mengakibatkan sistem imun terganggu dan daya tahan tubuh berangsur-
AIDS yang pertama kali ditemukan pada tahun 1981 telah berkembang
menjadi masalah kesehatan global. Sekitar 60 juta orang telah tertular HIV dan 25
juta telah meninggal akibat AIDS, sedangkan saat ini orang yang hidup dengan HIV
menit. Pada tahun 2007 terjadi 2,7 juta infeksi baru HIV dan 2 juta kematian akibat
Ada 4,9 juta orang yang terinfeksi HIV di Asia, 440 ribu diantaranya adalah
infeksi baru dan telah menyebabkan kematian 300 ribu orang di tahun 2007. Cara
penularan di Asia sangat bervariasi, namun yang mendorong epidemi adalah tiga
perilaku yang berisiko tinggi: Seks komersial yang tidak terlindungi, berbagi alat
suntik di kalangan pengguna napza dan seks antar lelaki yang tidak terlindungi
(UNAIDS, 2008).
Belanda di Rumah Sakit Sanglah Bali pada tahun 1987. Jumlah orang yang terjangkit
HIV/AIDS yang sebenarnya di Indonesia sangat sulit diukur dan masih belum
diketahui keadaan sesungguhnya secara tepat. Perkiraan jumlah infeksi HIV dan
diselenggarakan secara nasional. Jumlah infeksi HIV dan kasus HIV/AIDS yang
dilaporkan oleh propinsi jauh lebih kecil dari keadaan sesungguhnya. Estimasi yang
dibuat pada tahun 2010 diperkirakan akan terdapat sekitar 90.000 130.000 penderita
HIV/AIDS atau sekitar 0,036 0,052% dari jumlah penduduk Indonesia (KPAN,
pada tahun 2014 akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan
HIV dan AIDS dibandingkan pada tahun 2008 (dari 277.700 orang menjadi 813.720
orang). Ini dapat terjadi bila tidak ada upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang
struktural melibatkan peran aktif semua sektor. Tantangan yang dihadapi sungguh
besar dilihat secara geografi dan sosial ekonomi, Indonesia berpenduduk terbesar ke
empat di dunia dan terdiri lebih dari 17.000 pulau, dengan sistem pemerintahan
terdesentralisasi mencakup lebih dari 400 kabupaten dan kota dan 33 provinsi. Kasus
HIV telah dilaporkan oleh lebih dari 200 kabupaten dan kota di seluruh 33 provinsi
(KPAN, 2009).
Provinsi Papua dan Papua Barat, epidemi HIV pada sebagian besar provinsi di
Provinsi Papua dan Papua Barat, epidemi sudah memasuki masyarakat dengan
Mengingat epidemi HIV merupakan suatu tantangan global dan salah satu
masalah yang paling rumit dewasa ini, maka keberhasilan penanggulangan HIV dan
AIDS di Indonesia, tidak saja memberikan manfaat bagi Indonesia tetapi juga
penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia. Isi strategi dan rencana aksi ini telah
Jangka Menengah Nasional (RPJMN); yang selanjutnya akan menjadi acuan sektor-
Rencana aksi nasional ini bagi daerah juga menjadi acuan untuk penyusunan rencana
aksi masing-masing daerah sebagai dasar untuk penyusunan RAPBD. Selain itu di
tingkat nasional dokumen ini menjadi instrumen untuk mobilisasi dana ke tingkat
gambaran yang lebih jelas tentang penularan HIV saat ini dan perubahannya ke
epidemiologi pada populasi kunci. Dari hasil proyeksi diperkirakan akan terjadi hal-
hal berikut: (a) peningkatan prevalensi HIV pada populasi usia 15-49 tahun dari
0,21% pada tahun 2008 menjadi 0,4% di tahun 2014, (b) peningkatan jumlah infeksi
baru HIV pada perempuan, sehingga akan berdampak meningkatnya jumlah infeksi
HIV pada anak, (c) peningkatan infeksi baru yang signifikan pada seluruh kelompok
risiko, (d) perlu adanya kewaspadaan terhadap potensi meningkatnya infeksi baru
(e) peningkatan jumlah ODHA dari sekitar 404.600 pada tahun 2010 menjadi 813.720
pada tahun 2014, (f) peningkatan kebutuhan ART dari 50.400 pada tahun 2010
yang sangat penting dalam menjalankan aktivitas dan fungsi-fungsi perusahaan dalam
dengan potensi yang dimiliki seorang karyawan. Kinerja dalam penelitian ini
mengacu kepada teori Gibson et.al. (1996), yang menyatakan bahwa ada 3 (tiga)
organisasi dan c. variabel psikologis. Kinerja perawat pelaksana dalam penelitian ini
insentif dalam penelitian ini didasarkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong
inovasi dan mencari prestasi kerja yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian
Budaya merupakan nilai dan norma yang berlaku di suatu organisasi dan
dianut secara bersama-sama oleh para anggotanya, yang merupakan faktor penting
kekuatannya, budaya dapat mempunyai pengaruh yang bermakna pada sikap dan
perilaku anggota organisasi. Semakin kuat suatu budaya, semakin besar pengaruhnya
terhadap perilaku dan kinerja seorang karyawan. Budaya organisasi dalam penelitian
ini meliputi: (1) proaktif, (2) inovasi dan pengambilan risiko, (3) orientasi hasil dan