Está en la página 1de 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Chest x ray adalah yang paling sering dilakukan pada pemeriksaan


diagnostik sinar X. chest x- ray mempelihatkan gambaran dari jantung, par
paru, saluran udara, pembuluh darah dan tulang belakang. Tabung sinar x
memancarkan sinar yang menenbus tubuh hingga terekam pada film rontgen
yang berada di dalm kaset. Berbagai bagian dari tubuh menyerap sinar x dalm
beberapa tingkatan, tulang padat menyerap banyak radiasi dari pada jaringan
lunak separti otot,lemak dan organ, akibatnya tulang tampak putih di film
rontgen, jaringan lunak tampak dalam nuansa abu- abu.dan udara tampak
hitam( Nugrah,2011).
Thomas A. Edison menemukan fluoroskopi pada tahun 1896,
fluoroskopi digunakan sebagai alat kedokteran yang praktis. Di dalam dunia
kedokteran peranan fluoroskopi dalam menegakkan diagnose sangatlah besar.
Setidaknya sampai saat ini pemeriksaan dengan menggunakan media kontras
masih cenderung menggunakan bantuan fluoroskopi untuk pelaksanaanya.
Selain itu mempunyai kurasi yang baik, pemakaian fluoroskopi bagi radiolog
bisa langsung untuk mengamati objek yang dikehendaki dan sekaligus dapat
mengambil radiograf sesuai dengan kebutuhan secara efektif dan efisien(
Nugrah,2011).
Fluoroskopi dengan menggunakan tabir fluoroskopi ternyata memiliki
beberapa kekurangan, diantaranya yaitu setiap melakukan pemeriksaan dokter
radiolog atau petugas yang akan melakukan pemeriksaan harus beradaptasi
terlebih dahulu dengan keadaan ruangan yang gelap. Hal ini menyebabkan
pemeriksaan yang akan dilakukan menjadi lebih lama. Tetapi saat ini pesawat
fluoroskopi telah berkembang yaitu telah dilengkapi dengan Intensif yang

1
Image yang berupa televise ataulayar monitor, sehingga dokter radiolog dapat
berada diluar daerah radiasi saat pemeriksaan berlangsung (Nugrah,2011).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang Chest x ray dab fluoroskopi.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang pengertian Chest X ray.
2. Untuk mengetahui langkah- langkah pembuatan Foto Thoraxa.
3. Untuk mengetahui Pasca Pemeriksaan Prosedur Pelaksanaan
Perawatan Pasien Pasca Pemeriksaan Chest X ray.
4. Untuk mengetahui pengertian Fluoroskopi.
5. Untuk mengetahui Cara Kerja Fluoroskopi.
6. Untuk mengetahui Prinsip Kerja Peralatan Fluoroskopi.
7. Untuk mengetahui Pasca Pemeriksaan Prosedur Pelaksanaan
Perawatan Pasien Pasca Pemeriksaan Fluoroskopi.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Chest X Ray (CXR)

Foto thorax atau sering disebut chest x ray (CXR) adalah suatu proyeksi
rediografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi kondisi yang
mempengaruhi thorax, isi dan struktur struktur di dekatnya. chest x-ray (CXR)
bertujuan menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang terdapat di
dalam rongga dada. Teknik radiografi thorax terdiri dari bermacam-macam
posisi yang harus dipilih disesuaikan dengan inidikasi pemeriksaan, misalnya
bronchitis kronis, KP, fleural effusion, pneumo thorax dan lain-lain.Foto thorax
digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax,
tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-
paru, jantung dan saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung
kongestif sering terdiagnosis oleh foto thorax. CXR sering digunakan untuk
skrining penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan di industri-industri
seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu (J.Lisy,2014).
Secara umum kegunaan Foto thorax/CXR adalah :

1. untuk melihat abnormalitas congenital (jantung, vaskuler).


2. untuk melihat adanya trauma (pneumothorax, haemothorax).
3. untuk melihat adanya infeksi (umumnya tuberculosis/TB).
4. untuk memeriksa keadaan jantung.
5. untuk memeriksa keadaan paru-paru(J. Lisy,2015).

Abnormalitas atau kelainan gambaran yang biasa terlihat dari CXR adalah :

1. Nodule (daerah buram yang khas pada paru)

3
Biasanya disebabkan oleh neoplasma benign/malignan, granuloma
(tuberculosis), infeksi (pneumoniae), vascular infarct, varix, wegeners
granulomatosis, rheumatoid arthritis. Kecepatan pertumbuhan, kalsifikasi,
bentuk dan tempat nodul bisa membantu dalam diagnosis. Nodul juga dapat
multiple.

2. Kavitas

Yaitu struktur lubang berdinding di dalam paru. Biasanya disebabkan


oleh kanker, emboli paru, infeksi Staphyllococcus. aureus, tuberculosis,
Klebsiella pneumoniae, bakteri anaerob dan jamur, dan wegeners
granulomatosis.

3. Abnormalitas pleura.

Pleural adalah cairan yang berada diantara paru dan dinding thorax.
Efusi pleura dapat terjadi pada kanker, sarcoid, connective tissue diseases dan
lymphangioleiomyomatosis (Zulkifli,2007).

2.2 Langkah-Langkah Pembuatan Foto Thoraxa.

2.2.1 Persiapan Alat Dan Bahan

1. Meja pemeriksaan
2. Film, kaset
3. Marker dan asesoris lain
4. Pesawat Rontgen(Mashari,2013).

4
2.2.2 Indikasi Pemeriksaan

Indikasi dilakukannya foto toraks antara lain :

1. Infeksi traktus respiratorius bawah, Misalnya : TBC Paru,


bronkitis, Pneumonia
2. Batuk kronis
3. Batuk berdarah
4. Trauma dada
5. Tumor
6. Nyeri dada
7. Metastase neoplasma
8. Penyakit paru akibat kerja
9. Aspirasi benda asing (Hanifah,2014).

2.2.3 Persiapan Pemeriksaan

1. Mengidentifikasi klinis / indikasi pemeriksaan


2. Memilih teknik radiografi yang tepat
3. Memberikan instruksi kepada pasien (Mashari,2013).

2.2.4 Posisi Pemeriksaan

1. Posisi PA (Postero Anterior)

Pada posisi ini film diletakkan di depan dada, siku ditarik kedepan
supaya scapula tidak menutupi parenkim paru.

5
2. Posisi AP (Antero Posterior)

Dilakukan pada anak-anak atau pada apsien yang tidak kooperatif.


Film diletakkan dibawah punggung, biasanya scapula menutupi
parenkim paru. Jantung juga terlihat lebih besar dari posisi PA.

3. Posisi Lateral Dextra & Sinistra

Posisi ini hendaknya dibuat setelah posisi PA diperiksa. Buatlah


proyeksi lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di
sebelah kanan, maka dibuat proyeksi lateral kanan,berarti sebelah kanan
terletak pada film. Foto juga dibuat dalam posisi berdiri.

6
4. Posisi Lateral Dekubitus

Foto ini hanya dibuat pada keadaan tertentu,yaitu bila klinis diduga
ada cairan bebas dalam cavum pleura tetapi tidak terlihat pada foto PA
atau lateral. Penderita berbaring pada satu sisi (kiri atau kanan). Film
diletakkan di muka dada penderita dan diberikan sinar dari belakang
arah horizontal.

5. Posisi Apikal (Lordotik)

Hanya dibuat bila pada foto PA menunjukkan kemungkinan adanya


kelainan pada daerah apex kedua paru. Proyeksi tambahan ini
hendaknya hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila ada
kesulitan menginterpretasikan suatu lesi di apex.

6. Posisi Oblique Iga

Hanya dibuat untuk kelainan-kelainan pada iga (misal


pembengkakan lokal) atau bila terdapat nyeri lokal pada dada yang tidak

7
bisa diterangkan sebabnya, dan hanya dibuat setelah foto rutin diperiksa.
Bahkan dengan foto oblique yang bagus pun, fraktur iga bisa tidak
terlihat.

7. Posisi Ekspirasi

Adalah foto toraks PA atau AP yang diambil pada waktu penderita


dalam keadaan ekspirasi penuh. Hanya dibuat bila foto rutin gagal
menunjukkan adanya pneumothorax yang diduga secara klinis atau
suatu benda asing yang terinhalasi( Hanifah,2014).

2.2.5 Prosedur Pemeriksaan

1. Memasang kaset dan memberikan marker.


2. Mengatur posisi pasien.
3. Mengatur jarak ( FFD).
4. Menentukan Arah Sinar (CR) dan Pusat Sinar (CP).
5. Mengatur kolimasi Menentukan faktor eksposi dan proteksi
radiasi.
6. Melakukan eksposi.
7. Melakukan processing film.
8. Mengevaluasi hasil foto (Mashari,2013).

2.2.6 Syarat / Kriteria Gambaran Foto Thorax Pa

1. Seluruh lapangan paru tampak atau tercover


2. Batas atas Apex paru tampak (tidak terpotong)
3. Batas bawah Kedua Sinus Prenico costalis tidak terpotong
4. Kedua Sterno Clavicular Joint tampak simetris kanan dan kiri
5. Lapangan Pulmo terbebas dari gambaran os. Scapula
6. Inspirasi penuh ditunjukkan dengan terlihatnya Costae 9-10
Posterior

8
7. Faktor Eksposi cukup ditunjukkan dengan terlihatnya CV
Thoracal 1-4
8. Tampak Carina (percabangan Bronkus) setinggi CV Thoracal 3
atau 4
9. Tampak gambaran vaskularisasi paru.
10. Diafragma terlihat naik, tampak gambaran jantung(
Hanifah,2014).

2.2.7 Membedakan Kiri Dan Kanan

1. Gambaran jantung lebih besar di sebelah kiri.


2. Diafragma kanan lebih tinggi daripada diafragma kiri.
3. Arcus aorta di sebelah kiri.
4. Di sebelah kiri ada gambaran udara didalam lambung
(Mashari,2013).

2.3 Pasca Pemeriksaan Prosedur Pelaksanaan Perawatan Pasien Pasca


Pemeriksaan Chest X Ray.

1. Pada pasien wanita usia subur, harus ditanya apakah hamil/tidak


dan usia kehamilannya.
2. Melepas kalung dan anting-anting.
3. Mengganti baju dengan baju yang telah disediakan dibagian
radiologi.
4. Membantu radiographer/petugas radiologi memposisikan pasien.
5. Membantu memberi marker untuk guiding fungsi cairan atau
FNA.
6. Anamnesa adanya reaksi alergi terhadap obat.
7. Setelah selesai pemeriksaan, pasien dianjurkan untuk banyak
minum, terutama pemeriksaan dengan kontras.

9
8. Melaporkan kepada dokter yang merawat tentang keadaan
pasien, bila kondisi memburuk sesudah pemeriksaan CT Scan
(Indrastati,2015).

2.4 Pengertian Fluoroscopi

Fluoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang digunakan oleh


dokter untuk mengambil gambar dari organ tubuh tertentu dan untuk melihat
video pergerakan berbagai bagian tubuh di layar fluoresen secara langsung.
Tindakan ini menggunakan teknologi sinar-X dan bahan pewarna pembanding,
yang membuat bagian tubuh menjadi tidak tembus pandang dan terlihat dengan
lebih jelas. Fluoroskopi umumnya digunakan untuk mendiagnosis penyakit dan
juga sebagai tindakan intervensi dalam bidang ortopedi, gastroenterologi, dan
kardiovaskuler (J.Lisy,2014).

Fluoroskopi biasanya digunakan untuk mendiagnosis penyakit dalam bidang:

1. Gastroenterologi Fluoroskopi yang dilakukan untuk memantau


bagian perut dan usus biasanya menggunakan barium sebagai agen
pembanding untuk menilai kondisi organ pencernaan dan melihat
pergerakannya, yang mencakup kerongkongan, lambung, usus besar,
dan usus kecil untuk menemukan penyebab gejala gangguan
pencernaan, seperti muntah, kesulitan menelan, nyeri perut, atau
gangguan pencernaan. Tindakan ini juga dapat digunakan untuk
menemukan polip, tumor, atau untuk memastikan keberadaan sindrom
kelainan penyerapan.
2. Ortopedi Fluoroskopi paling umum digunakan dalam bidang ortopedi
untuk melihat proses penyembuhan dari tulang yang rusak untuk
memastikan bahwa tulang tersebut telah kembali ke posisi dan susunan
yang benar selama penyembuhan. Fluoroskopi juga digunakan untuk
membantu proses pemasangan implan.

10
3. Perawatan Kardiovaskuler Fluoroskopi kardiovaskuler biasanya
dilakukan ketika diduga ada penyumbatan pembuluh darah; tindakan ini
dapat membantu proses masuknya kateter dan pergerakannya yang
digunakan untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit (
Indrastati,2015).

2.5 Cara Kerja Fluoroskopi

Fluorosokopi adalah uji pencitraan rutin yang biasanya membutuhkan


waktu 45 menit 1 jam, walaupun durasi setiap fluoroskopi dapat beragam,
tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa. Proses fluoroskopi biasanya
dimulai dengan pemberian zat warna pembanding. Apabila fluoroskopi
digunakan untuk pencitraan saluran pencernaan, proses ini dapat menyebabkan
sedikit ketidaknyamanan karena pasien harus menelan zat pewarna tersebut.
Saat zat pewarna tersebut mengalir melalui saluran pencernaan, dokter akan
mendapatkan gambar yang jelas dari kerongkongan, perut, usus kecil, dan usus
besar. Zat warna pembanding juga dapat digunakan untuk pemeriksaan rektum,
namun zat tersebut tidak ditelan oleh pasien, melainkan dimasukkan ke tubuh
melalui tabung enema ( Zulkifli,2007 ).

Fluoroskopi membutuhkan persiapan yang sederhana. Setelah pasien


tiba di tempat pencitraan, ia akan diminta untuk menggunakan pakaian
laboratorium. Kemudian, tindakan dilanjutkan dengan memberikan obat bius
atau obat penenang. Ada beberapa aturan yang harus diikuti mengenai
pemberian obat bius dan peraturan ini biasanya dikirim ke pasien beberapa hari
sebelum fluoroskopi. Daftar peraturan ini harus terus ditinjau dan diikuti(
Zulkifli, 2007 ).

Setelah persiapan selesai dilakukan, pemindaian fluoroskopi akan


dimulai. Ada dua jenis peralatan yang dapat digunakan dalam tindakan ini,
yaitu sistem tetap dan alternatif berjalan. Sistem tetap digunakan dalam

11
laboratorium pencitraan yang tetap, sedangkan unit fluoroskopi C-arm berjalan
memberikan fleksibilitas dalam lokasi pelaksanaan fluoroskopi ( Zulkifli, 2007
).

Tindakan fluoroskopi pada dasarnya menggunakan sinar-X, yang


menghasilkan gambar dari lapisan tubuh saat melewati tubuh dengan kecepatan
maksimum 25-30 frame setiap detiknya, sehingga video dari tubuh dapat
dibuat. Hasil dari fluoroskopi akan diproses dengan peralatan khusus yang
membantu memperjelas dan mencerahkan gambar sebelum gambar tersebut
dipindahkan ke layar fluoresen. Model peralatan yang lebih baru dapat
menghasilkan gambar digital (Zulkifli,2007).

2.6 Prinsip Kerja Peralatan Fluoroskopi

2.6.1 Pembatasan ukuran berkas radiasi

1. Usahakan ukuran berkas radiasi sekecil mungkin, ukuran berkas


mempengaruhi penerimaan radiasi pada pasien.
2. Berkas yang sempit juga memperbaiki kualitas bayangan, karena
mengurangi radiasi hamburan pada tabir fluoroskopi.

12
3. Untuk proteksi radiasi hamburan di bawah tabir fluoroskopi
ketebalan tabir setara dengan 0,5 1,0 mm Pb; ukurannya tidak
boleh kurang dari 45 x 45 cm.
4. Diafragma harus diatur sedemikian, sehingga tidak dapat dibuka
sampai luas tertentu yang dapat menyebabkan berkas langsung
melebihi batas tabir ( Indrastati,2015 ).

2.6.2 Prosedur Pengoperasian


1. Hanya petugas yang diperlukan boleh berada dalam kamar
penyinaran.
2. Mereka harus menggunakan apron pelindung dan jika perlu
sarung tangan pelindung, sebaik mungkin pemanfaatan penahan
radiasi tetap yang tersedia di tempat itu.
3. Untuk fluoroskopi konvensional penting dilakukan adaptasi
keadaan gelap selama 20 menit, arus listrik yang dipakai tidak
boleh melebihi 4 mA pada tegangan 100 kV.
4. Fluoroskopi dapat dianggap sebagai alat radiografi murni.
5. Untuk diingat pada tegangan (kVp) yang sama, penyinaran
radiografi dengan 60 mAs adalah sama dengan fluoroskopi pada
1 mA untuk jangka waktu 1 menit ( J.Lisy,2014 ).

2.6.3 Alat Keselamatan


1. Tanda yang sederhana pada pintu (lampu merah menyala) dan
kunci untuk mencegah dibukanya pintu selama fluoroskopi.
2. Dosimeter untuk pasien yang dapat memberikan peringatan
dengan bunyi terhadap kombinasi waktu, ukuran berkas dan
output.
3. Penguat bayangan yang dipasang secara benar dan digunakan
hati-hati dapat memperkecil keluaran sinar-X yang dibutuhkan
sampai dengan faktor 10.

13
4. Penguat bayangan juga memungkinkan fluoroskopi dilakukan
dengan cahaya ruangan.
5. Dengan penguat bayangan arus listrik tidak boleh melebihi 1 mA
pada 100kV ( J.Lisy, 2014 ).

2.6.4 Pemilihan Alat Fluoroscopi


1. Pesawat harus mempunyai jarak folus-kulit yang panjang
(minimum 40 cm).
2. Kesetaraan aluminium untuk filter total (filter inheren + filter
tambahan) yang secara permanen terdapat dalam berkas Sinar
Guna harus mempunyai nilai minimum ( J.Lisy,2014 ).

2.7 Pasca Pemeriksaan Prosedur Pelaksanaan Perawatan Pasien Pasca


Pemeriksaan Fluoroscopi.

1. Melepas kalung dan anting-anting.


2. Mengganti baju dengan baju yang telah disediakan dibagian
radiologi.
3. Membantu radiographer/petugas radiologi memposisikan pasien.
4. Membantu memberi marker untuk guiding fungsi cairan atau
FNA.
5. Anamnesa adanya reaksi alergi terhadap obat.
6. Setelah selesai pemeriksaan, pasien dianjurkan untuk banyak
minum, terutama pemeriksaan dengan kontras ( Indrastati, 2015).

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Foto thorax yaitu suatu proyeksi rediografi dari thorax untuk


mendiagnosis kondisi -kondisi yang mempengaruhi thorax, isi
dan struktur struktur di dekatnya. chest x-ray (CXR) bertujuan
menggambarkan secara radiografi organ pernafasan yang
terdapat di dalam rongga dada.Foto thorax yaitu untuk melihat
abnormalitas congenital (jantung, vaskuler).Foto thorax yaitu
untuk melihat adanya trauma (pneumothorax,
haemothorax). Foto thorax yaitu untuk melihat adanya infeksi
(umumnya tuberculosis/TB). Foto thorax yaitu untuk
memeriksa keadaan jantung. Foto thorax yaitu untuk memeriksa
keadaan paru-paru.
2. Langkah- langkah pembuatan Foto Thoraxa,bagai mana cara
persiapan alat dan bahan,indikasi pemeriksaan,persiapan
pemeriksaan, mengtur posisi pemeriksaan, syarat gambaran
thorax dan membedakan antara kiri dan kanan.
3. Pasca Pemeriksaan Prosedur Pelaksanaan Perawatan Pasien
Pasca Pemeriksaan Chest X Ray, Pada pasien wanita usia subur,
harus ditanya apakah hamil/tidak dan usia
kehamilannya,Melepas kalung dan anting-anting,Mengganti baju
dengan baju yang telah disediakan dibagian radiologi,Membantu
radiographer/petugas radiologi memposisikan pasien,Membantu
memberi marker untuk guiding fungsi cairan atau
FNA,Anamnesa adanya reaksi alergi terhadap obat,Setelah
selesai pemeriksaan, pasien dianjurkan untuk banyak minum,

15
terutama pemeriksaan dengan kontras,Melaporkan kepada
dokter yang merawat tentang keadaan pasien, bila kondisi
memburuk sesudah pemeriksaan CT Scan
4. Fluoroskopi adalah tindakan pencitraan medis yang digunakan
oleh dokter untuk mengambil gambar dari organ tubuh tertentu
dan untuk melihat video pergerakan berbagai bagian tubuh di
layar fluoresen secara langsung. Tindakan ini menggunakan
teknologi sinar-X dan bahan pewarna pembanding, yang
membuat bagian tubuh menjadi tidak tembus pandang dan
terlihat dengan lebih jelas. Gastroenterologi Fluoroskopi yang
dilakukan untuk memantau bagian perut dan usus biasanya
menggunakan barium sebagai agen pembanding untuk menilai
kondisi organ pencernaan dan melihat pergerakannya, yang
mencakup kerongkongan, lambung, usus besar, dan usus kecil
untuk menemukan penyebab gejala gangguan pencernaan,
seperti muntah, kesulitan menelan, nyeri perut, atau gangguan
pencernaan,Ortopedi Fluoroskopi paling umum digunakan
dalam bidang ortopedi untuk melihat proses penyembuhan dari
tulang yang rusak untuk memastikan bahwa tulang tersebut telah
kembali ke posisi dan susunan yang benar selama
penyembuhan,Perawatan Kardiovaskuler Fluoroskopi
kardiovaskuler biasanya dilakukan ketika diduga ada
penyumbatan pembuluh darah; tindakan ini dapat membantu
proses masuknya kateter dan pergerakannya yang digunakan
untuk mendiagnosis dan mengobati penyakit.
5. Fluoroskopi membutuhkan persiapan yang sederhana. Setelah
pasien tiba di tempat pencitraan, ia akan diminta untuk
menggunakan pakaian laboratorium, Setelah persiapan selesai
dilakukan, pemindaian fluoroskopi akan dimulai. Ada dua jenis
peralatan yang dapat digunakan dalam tindakan ini, yaitu sistem

16
tetap dan alternatif berjalan. Sistem tetap digunakan dalam
laboratorium pencitraan yang tetap, sedangkan unit fluoroskopi
C-arm berjalan memberikan fleksibilitas dalam lokasi
pelaksanaan fluoroskopi, Tindakan fluoroskopi pada dasarnya
menggunakan sinar-X, yang menghasilkan gambar dari lapisan
tubuh saat melewati tubuh dengan kecepatan maksimum 25-30
frame setiap detiknya, sehingga video dari tubuh dapat dibuat.
Hasil dari fluoroskopi akan diproses dengan peralatan khusus
yang membantu memperjelas dan mencerahkan gambar sebelum
gambar tersebut dipindahkan ke layar fluoresen.
6. Prinsip kerja peralatan Fluoroskopi di dalamnya terdapat
pembatasan ukuran berkat radiasi,prosedur pengoperasian alat
dan keselamatan pemilihan alat flourocopi.
7. Pasca Pemeriksaan Prosedur Pelaksanaan Perawatan Pasien
Pasca Pemeriksaan Fluoroscopi Melepas kalung dan anting-
anting,Mengganti baju dengan baju yang telah disediakan
dibagian radiologi,Membantu radiographer/petugas radiologi
memposisikan pasien,Membantu memberi marker untuk guiding
fungsi cairan atau FNA,Anamnesa adanya reaksi alergi terhadap
obat,Setelah selesai pemeriksaan, pasien dianjurkan untuk
banyak minum, terutama pemeriksaan dengan kontras.

3.1 Saran

1. Bagi Mahasiswa

a) Mengerti bahaya sinar-X dan cara mengatasinya.


b) Dapat mengoprasikan alat yang menggunakan sinar x
dengan aman
c) Dapat menciptakan suatu alat foto retgen yang lebih
baik.

17
2. Bagi Masyarakat

a) Tidak terlalu khawatir tentang bahaya sinar X.


b) Mengerti konsep sinar-X.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hanifah,dkk. (2014). Kapita Selekta Kedokteran, edisi IV.Jakarta: Media


Aesculapius.

Indrastati, dkk. ( 2015). Pengantar radiologi respirasi di bidang keperawatan.


http:/ dokumen. Tips >documents. Diakses 23 september 2017 pukul 10:
00 Wib.

J. Lisy. (2014). X- rays and fluoroscopy. https: // www. Google. Co.id/ url?q=
https: //www. Lfz.cuni.cz/ files/ page/files/2014/ x-rays- and fluoroscopy.
Pdf. Di akses 22 september 2017 pukul 11:15 Wib.

Nugraha.(2011). BAB 1 PENDAHULUAN. Eprints. Ums. Com . id. Pdf. 25


september 2017 pukul 20: 00 Wib.

Mashari. A. ( 2013). Pemeriksaan radiografi tharax. https: //radiologitop. Com.


Diakses 22 september 2017 pukul 13: 20 Wib.

Zulkifli, dkk. ( 2007). Indikasi dan prosedur pleurodosis. www. Academia. Eda
> indikasi_dan prosedur _pleurodosis. Diakses 24 september 2017 pukul
12:05 Wib.

19

También podría gustarte