Está en la página 1de 43

BAB II

PEMAHAMAN TERHADAP KAK

2.1 Umum

Kerangka Acuan Kerja Pekerjaan Perencanaan UKP-UPL/DPLH Pembangunan Dermaga


Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi) yang jelas
mengenai latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai dari
kegiatan ini, hingga tahapan pelaksanaan kegiatan. Kerangka Acuan Kerja yang di
diberikan sudah memberi gambaran kepada konsultan tentang pekerjaan yang
ditawarkan. Konsultan berpendapat bahwa secara umum Kerangka Acuan Kerja
tersebut sudah dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan penyusunan
dokumen usulan teknik.

2.2 Lingkup Umum Kegiatan

Adapun Lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan oleh konsultan adalah:


Lingkup kegiatan ini, adalah:
Tahapan kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan ini antara lain :
Aktivitas Pra Study
Mencangkup pemeriksaan / survey kondisi lapangan dan pemeriksaan
rencana kerja.
Aktivitas Study
Mencangkup pelaksanaan pengambilan data-data dilapangan dan pengolahan data
Aktifitas Akhir Study.
Mencangkup atas pengesahan dan penyerahan hasil pekerjaan dan pembuatan laporan
akhir

2.3 Batasan-Batasan Lingkup Kegiatan

a. Konsultan akan melakukan seluruh pekerjaan Perencanaan, analisa lingkungan,


ekonomi, dan keuangan serta pekerjaan terkait sebagaimana diuraikan disini
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
b. Konsultan akan dilengkapi dengan laporan, data, informasi terkait yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas.
- Sehubungan dengan tugas-tugas yang akan dikerjakan oleh konsultan akan
memerlukan kerjasama dengan instansi pemerintah dan instansi swasta yang
terkait dengan proyek ini maka konsultan menjalin kerjasama yang baik agar
konsultan memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan ini.
- Konsultan akan bertanggung jawab atas mutu hasil kerja dan penafsiran semua
data yang diterima dan penyusunan kesimpulan serta rekomendasi dalam
bentuk laporan.

2.4. Latar Belakang


Dalam menghadapai tantangan dan situasi yang semakin kompleks di era
desentralisasi, saat ini Kantor Balai Lalu Lintas Angkutan Jalan Sungai Danau dan
Penyeberangan Palangka Raya dalam menjalankan kebijakan dan strategi
pengembangan sarana transportasi yang memadai. Dalam mewujudkan pemerataan
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di daerah, selain jalan yang
menghubungkan antara wilayah juga diperlukan dermaga sungai untuk
menghubungkan daerah-daerah yang yang sulit di jangkau melalui jalan, dan juga
dermaga dapat di jadikan sarana bongkar muat barang untuk menunjang
perekonomian di daerah tersebut.
Salah satu program yang dilaksanakan Kantor Balai Lalu Lintas Angkutan
Jalan Sungai Danau dan Penyeberangan Palangka Raya dengan tujuan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan sarana lalu lintas melalui
Perencanaan UKL-UPL / DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan
Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi).
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pelaksanaan pekerjaan yang tepat
sasaran dan memenuhi kualitas yang diisyaratkan, maka dalam pelaksanaannya
dibutuhkan Konsultan untuk melakukan pekerjaan perencanaan tersebut.
2.5 Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakan pekerjaan Perencanaan UKL-UPL / DPLH Pembangunan
Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi)
yaitu :
Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk mengadakan Pekerjaan Perencanaan
UKL-UPL / DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan
Kuala (Dermaga Penggilingan Padi) guna melakukan penelitian/kajian terhadap
lokasi untuk mengetahui seberapa pentingnya dampak yang timbul dari adanya
pembangunan Dermaga tersebut;
Tujuan pokok dari kegiatan ini adalah melaksanakan Pekerjaan Perencanaan UKL-
UPL / DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala
(Dermaga Penggilingan Padi). secara terperinci sedemikian rupa sehingga tercapai
tepat sasaran,tepat mutu/kualitas dan tepat dana.
Konsultan Perencana yang diserahi pekerjaan ini wajib menyediakan jasa-jasanya
semaksimal mungkin untuk menyelenggarakan pekerjaan Perencanaan UKL-UPL /
DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga
Penggilingan Padi) sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang maksimal dari segi
kualitas dan kuantitas yang mencukupi segala persyaratan yang ditetapkan dan
dapat dipertanggung jawabkan.

2.6 Sasaran
Adapun sasaran dari pekerjaan Perencanaan UKL-UPL / DPLH Pembangunan Dermaga
Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi) adalah ;

Tersedianya output / hasil akhir dari kajian penelitian yang detail, akurat, yang
dapat dipertanggung jawabkan, dan dihasilkan Buku UKL-UPL / DPLH;

LINGKUP SUBSTANSI MATERI


Lingkup substansi materi Perencanaan UKL-UPL / DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM
di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi) meliputi Aspek Institusi, Aspek
Teknis, Aspek Pembiayaan, Aspek Peraturan dan Aspek Peran Serta Masyarakat dan
Swasta.
Mengacu pada lingkup substansi di atas, maka kerangka logis penyelenggarannya dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. KELUARAN (OUTPUT)
Adapun keluaran (output) fisik dari pekerjaan ini adalah :
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah Buku UKL-UPL /
DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga
Penggilingan Padi) yang telah mendapat rekomendasi/pengesahan dari Kantor BLH
setempat.

2. PELAPORAN
Laporan yang menjadi tanggung jawab konsultan perencana adalah :
a. Laporan Pendahuluan:
b. Laporan Executive Summary
c. Laporan Akhir UKL-UPL / DPLH.

PENDEKATAN DAN METODOLOGI


A. SURVEI PENDAHULUAN
Dalam survai pendahuluan ini konsultan harus mengumpulkan sebanyak mungkin data-data
yang diperlukan untuk pekerjan lebih lanjut.
Untuk itu konsultan melakukan hal-hal sebagai berikut :
Melakukan tinjauan lapangan (site orientation), untuk mendapatkan gambaran
lokasi proyek secara keseluruhan dan mengambil langkah-langkah yang diperiukan
dalam menentukan tahapan pekerjaan selanjutnya.
Melakukan kajian literatur, konsep-konsep maupun pengumpulan data terkait berupa
perencanaan terdahulu (bila ada) dll
Tinjauan terhadap kawasan lokasi proyek secara umum, lengkap dengan peta lokasi
pekerjaan
Memanfaatkan data pokok wilayah yang sudah ada untuk penyusunan laporan awal
Menentukan pokok-pokok kegiatan dalam peyelesaian pekerjaan berupa barchart jadwal
pelaksanaan pekerjaan.
B. SURVEI DAN ANALISA DATA LAPANGAN
Pengukuran di darat (topografi)
Pengukuran ini dimaksudkan untuk memetakan permukaan bumi lengkap dengan obyek
permanent maupun semi permanent, sehingga hasil pengukuran ini diharapkan dapat
mencerminkan kondisi lapangan. Pekerjaan pengukuran ini meliputi:
Pengukuran titik control horizontal dan vertical dengan sistim polygon dengan cara
ring-ring atau raster (grade) atau cara lain yang memungkinkan untuk dilaksanakan.
Pengambilan azimuth (utara magnetis) dilakukan dengan kompas atau dengan Global
Positioning System (GPS)
Pengukuran Levelling dilakukan pada titik-titik polygon dengan cara pulang/pergi
Pengukuran situasi meliputi semua areal pelabuhan dengan pengambilan titik-titik
ketinggian (night spof) sebanyak-banyaknya, juga pada obyek-obyek yang dianggap
perlu, yang berpengaruh terhadap rencana pelabuhan
Patok Tetap (Bench Mark), dipasang pada lokasi yang dimungkinkan aman terhadap
pelaksanaan fisik dan mudah dicari, patok tetap ini dibuat dari beton 20 x 20 cm atau
pipa diameter 10 cm dicor beton pada bagian ujung diberi mur/baut.

Pengukuran di air (bhatimetri)


Survey bathimetri atau sering juga disebut Sounding/Pemeruman dilakukan untuk
mengukur dan mengamati kedalaman sungai dengan menggunakan alat ukur kedalaman,
sehingga dapat diperoleh gambaran mengenai bentuk dasar sungai, posisi-posisi dangkal
ataupun posisi benda-benda yang dapat mengganggu alur pelayaran.
Survey ini bertujuan untuk membuat bhatimetri perairan di rencana areal pelabuhan,
sepanjang alur pelabuhan dan rencana lokasi pengembangan pelabuhan.
Pekerjaan pengukuran ini meliputi:
Menentukan patok-patok tetap untuk titik referensi.
Pengukuran kedalaman menggunakan echosounder dan pengukuran posisi
menggunakan satelit GPS (Global Positioning System).
Kalibrasi pemerumusan dengan bar check.
Perhitungan koordinat dan posisi.
Survey Hidro-Oceanografi
Survey Hidro-ocianografi dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi
perairan setempat yaitu kondisi arus, dan sediment.

Penyelidikan tanah
Untuk mengetahui karakterristik lapisan tanah dan sifat-sifat tanah guna memperoleh data
yang baik dan memadai untuk menunjang perencanaan.
Boring
Sondir
Pemeriksaan CBR

Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis ini konsultan harus melakukan beberapa tahapan pelaksanaan
pekerjaan sebagai berikut :

Penyusunan konsep detail perencanaan (pra-desain)


Penyusunan draft detail perencanaan
Penyusunan detail perencanaan akhir

Mempersiapkan rencana kerja tim lapangan mencakup :


Pemilihan peralatan dan perlengkapan
Penentuan team konsultan lapangan
Pembuatan rencana kerja terutama persiapan waktu dan persiapan alat

LINGKUP KEWENANGAN YANG DILIMPAHKAN KEPADA KONSULTAN


Lingkup kewenangan yang sekaligus merupakan lingkup pekerjaan konsultan,
diantaranya adalah :
1. Melakukan tanggapan (bila ada) sekaligus penjabaran KAK ini, untuk
selanjutnya menyusun rencana kerja dan melakukan persiapan-persiapan
pekerjaan, serta menyerahkan kepada Pemimpin Pelaksana Teknis Kegiatan
dalam bentuk Laporan Pendahuluan, untuk dikoordinasikan guna memperoleh
kesepakatan yang akan menjadi pegangan bersama;
2. Melakukan koordinasi dengan aparat/petugas setempat, serta instansi terkait,
baik secara individu (berdasarkan surat pengantar dari Pemimpin Pelaksana
Teknis Kegiatan) untuk memperoleh informasi lisan terkait dengan kajian/
penelitian yang dilaksanakan;
3. Melakukan survey dan kompilasi d a t a berbagai aspek fakta di wilayah
penelitian/ kajian diantaranya jenis, volume dan komposisi;
4. Melakukan pengumpulan data dan analisa, dan hasil tersebut dituangkan dalam
laporan. Hasil laporan tersebut dalam bentuk laporan antara (interm report)
dan diserahkan kepada Pemimpin Pelaksana Teknis Kegiatan untuk dapat
didiskusikan dengan pihak pemberi pekerjaan guna memperoleh berbagai
masukan yang konstruktif;
5. Menyusun rancangan rencana berupa konsep, tujuan kebijakan, strategi dan
alternatif-alternatif rencana/ pilihan, hasil dalam bentuk laporan Draft Akhir
Rencana (Laporan Rancangan Rencana)
6. Hasil penyusunan serta masukan dari pemberi pekerjaan tersebut dijadikan
sebagai rencana-rencana yang meliputi rencana daerah pelayanan, proyeksi
kebutuhan pelayanan, rencana pengembangan secara teknis, rencana
pengembangan kelembagaan, rencana pengembangan peraturan, rencana
pendanaan dan rencana pengembangan PSM dan Swasta disamping itu juga
memberikan tahapan-tahapan perencanaan yang diperlukan dalam rangka
pengelolaan persampahan. Hasil tersebut dituangkan dalam Laporan Akhir/
Laporan Perencanaan UKL-UPL/DPLH PembangunanDermaga Sungai RPM di
Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi)
7. Membuat serta menyerahkan setiap bentuk kewajiban berupa laporan
pendahuluan, laporan antara, laporan draft rencana, laporan akhir, executive
summary dan data digital disk dan diserahkan kepada Kuasa Pengguna
Anggaran secara tepat waktu dengan suatu Berita Acara Serah Terima.

ARAHAN PELAKSANAAN PEKERJAAN


Arahan awal yang dapat diberikan kepada rekanan jasa Konsultan terpilih untuk
melaksanakan kegiatan ini, antara lain :
1. Arahan ini dimaksudkan sebagai petunjuk bagi konsultan yang memuat dan
harus dipenuhi atau dipertanggungjawabkan dalam pelaksanan tugasnya.
Dengan arahan ini diharapkan konsultan dapat melaksanakan tugas dengan baik
dan lancar sehingga dapat menghasilkan produk akhir sengan kualitas maupun
kuantitas sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku.
2. Arahan penugasan ini dimaksudkan sebagai pedoman penyusunan bagi
konsultan, karena didalam Dokumen Pengadaan Penyediaan Jasa konsultasi ini
tercantum ketentuan-ketentuan pangajuan usulan Administrasi, teknis dan
biaya dalam rangkai mencapai produk akhir yang ditetapkan sesuai persyaratan
yang telah ditentukan.
3. Arahan penugasan ini memberikan pedoman bahwa konsultan dapat
melakukan penyusunan Rencana Induk Persampahan Kawasan Perkotaan
Kasongan

KEBUTUHAN PERSONIL (TENAGA AHLI DAN TENAGA PENDUKUNG)


Untuk melaksanakan Pekerjaan Penyusunan Rencana Induk Persampahan Kawasan
Perkotaan Kasongan, dibutuhkan jasa konsultansi penelitian dengan layanan keahlian
sebagai berikut :
Tenaga Ahli/ Profesional Staff
1. Ketua Tim/Team Leader;
Adalah seorang Magister (S2) di bidang teknik lingkungan dan berpengalaman minimal
5 (Lima) tahun di bidang Ahli Teknik Lingkungan yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab sebagai berikut:
Mengkoordinasikan dan mengendalikan semua kegiatan dan personil yang
terlibat dalam pekerjaan ini sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
baik serta
mencapai hasil yang diharapkan.
Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam tahap
pengumpulan data, pengolahan keseluruhan pekerjaan.
2. Ahli Fisika-Kimia,Kualitas Air,Iklim dan Kualitas Udara
Adalah seorang sarjana (S1) atau strata yang lebih tinggi di bidang Fisika dan
berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidang nya. Secara umum tugas dan
tanggung jawabnya adalah membantu ketua tim dalam mengadakan perencanaan
dari segi kajian pengolahan data- data tanah,air dan udara.
3. Ahli Biologi, Vegetasi dan Satwa
Adalah seorang sarjana (S1) atau strata yang lebih tinggi di bidang biologi dan
berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidangnya. Secara umum tugas dan
tanggung jawabnya adalah membantu ketua tim dalam mengadakan perencanaan
dari segi kajian vegetasi mahluk hidup.
4. Ahli Sosial ,Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat
Adalah seorang sarjana (S1) atau strata yang lebih tinggi di bidang Sosial Ekonomi
dan Kesehatan Masyarakat dan berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di
bidangnya, Secara umum tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu ketua
tim dalam mengadakan perencanaan dari segi bidang tersebut.

5. Ahli Lingkungan
Adalah seorang sarjana (S1) atau strata yang lebih tinggi di bidang Ilmu Lingkungan
dan berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidangnya, Secara umum tugas dan
tanggung jawabnya adalah membantu ketua tim dalam mengadakan perencanaan
dari segi bidang Lingkungan.

6. Ahli Perairan
Adalah seorang sarjana (S1) atau strata yang lebih tinggi di bidang Teknik Perairan
dan berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidangnya, Secara umum tugas dan
tanggung jawabnya adalah membantu ketua tim dalam melakukan survey dan
analisis data pengairan/hidrologi, evaluasi ketersediaan air dan analisis banjir.

7. Surveyor
Minimal Diploma (D3) atau SMK dan berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di
bidang Juru Ukur (SKTK Juru Ukur), Secara umum tugas dan tanggung jawabnya
adalah membantu ketua tim dalam mengadakan pengukuran.

8. Drafter
Adalah seorang sarjana (S1) atau Diploma (D3) di bidang Teknik sipil/arsitek dan
berpengalaman minimal 3 (tiga) tahun di bidang Juru Gambar, Secara umum
tugas dan tanggung jawabnya adalah membantu ketua tim dan ahli desain dalam
menggambar desain bangunan/lay out.

9. Administrasi / Operator computer


Minimal Diploma (D3) dan berpengalaman minimal 2 (Dua) tahun di bidangnya.
Secara umum tugas dan tanggung jawabnya adalah mengelola administrasi dan
keuangan pekerjaan.
BAB III
TANGGAPAN TERHADAP KAK

E.1 UMUM
Didalam bab ini akan diuraikan secara rinci mengenai gambaran umum, konsepsi
pendekatan, metodologi dan program kerja Konsultan dalam mempersiapkan,
melaksanakan dan menyelesaikan penugasan Pekerjaan Perencanaan UKL-UPL /DPLH
Pengembangan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan
Padi) sesuai dengan arahan pelaksanaan pekerjaan pada Kerangka Acuan Kerja.
Pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan yang kami susun diharapkan akan
menghasilkan suatu Dokumen UKL/UPL yang sesuai dengan yang diharapkan.

E.2 KONSEPSI PENDEKATAN

Dalam pengelolaan lingkungan dampak pembangunan yang digunakan dalam penyusunan


UKL & UPL pada dasarnya dilakukan upaya pencegahan sebagai berikut :

1. Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk menghindari atau mencegah dampak negatif


lingkungan, melalui cara rekayasa teknologi.
2. Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk menanggulangi, mengeliminir atau
mengendalikan dampak negatif yang muncul pada saat tahap pra konstruksi, konstruksi
maupun tahap pasca konstruksi.
3. Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk memberikan pertimbangan ekonomis, sebagai
dasar pemberian kompensasi atas sumber daya yang tidak dapat dipulihkan kembali,
baik dalam artian fisik, ekonomi dan sosial.

Program pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan ditunjukan untuk


menekan/meminimalkan dampak negatif yang terjadi dan memaksimalkan dampak positif
terhadap lingkungan hidup. Pendekatan yang dilakukan dapat berupa pendekatan teknologi,
sosial ekonomi- budaya dan institusi, yakni:

1. Pendekatan Umum
2. Pendekatan Struktur Organisasi
3. Pendekatan Kelembagaan
4. Pendekatan Teknis
5. Pendekatan Sosial Ekonomi

E.2.1 Pendekatan Umum

Pendekatan umum antara lain :

1. Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan untuk digunakan sebagai acuan saat


pelaksanaan pekerjaan.
2. Memahami maksud dan tujuan proyek

Merupakan hal yang sangat penting karena hanya dengan pemahaman yang baik
terhadap latar belakang dan tujuan pekerjaan, maka dapat disusun metodologi
penanganan dan rencana kerja yang memuaskan. Pengetahuan dan pemahaman
mengenai maksud dan tujuan serta sasaran pekerjaan sangat membantu sehingga
pekerjaan diharapkan akan berjalan dengan efisien dan efektif.

3. Berpedoman pada peraturan dan kebijakan pihak terkait.


- Pekerjaan ini akan selalu berpedoman pada peraturan dan kebijakan pihak yang
terkait yang berhubungan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
86 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup tentang Kegiatan Usaha yang wajib
dilengkapi dengan Amdal dan UKL UPL.
- Menggunakan peraturan dan kebijakan Pemerintah Daerah setempat serta
kriteria/standar dari Kementerian Lingkungan Hidup sebagai pedoman.
4. Kajian terhadap studi terdahulu terkait Perencanaan Embung yang akan ditindaklanjuti
penyusunan Dokumen UKL/UPL nya.

E.2.2 Pendekatan Struktur Organisasi

Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan disusun sedemikian rupa sehingga:

1. Terbentuk kerjasama yang baik antara Konsultan dengan Pemberi Tugas.


2. Adanya garis instruksi dan koordinasi yang jelas diantara tenaga Konsultan

Semua anggota Tim Konsultan akan dilengkapi dengan uraian pekerjaan yang akan
memberikan gambaran yang jelas untuk setiap tenaga ahli mengenai tanggung jawab,
wewenang dan hasil yang diharapkan dari Pekerjaan Perencanaan UKL-UPL DPLH
Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kecamatan Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan
Padi
E.2.3 Pendekatan Kelembagaan

Dalam melaksanakan Pekerjaan Perencanaan UKL-UPL /DPLH Pembangunan Dermaga


Sungai RPM di Katingan Kuala ini ini, Konsultan selain berhubungan langsung dengan
instansi yang terlibat langsung dengan pekerjaan ini, yaitu Balai Wilayah Sungai Nusa
Tenggara I, juga diperlukan koordinasi dengan instansi-instansi terkait lainnya terutama
dengan Badan Pengelola Lingkungan Hidup setempat yang akan
mengeluarkan/menerbitkan ijin lingkungan terkait Dokumen UKL/UPL 10 buah Embung di
Pulau Lombok.
Selain itu koordinasi dengan instansi lain seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum,
Bappeda, dll juga sangat diperlukan untuk pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan
UKP-UPL/DPLH Pembangunan Sungai RPM di Kec. Katingan Kuala ini.

Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan Kelembagaan, adalah upaya


pengelolaan dengan memanfaatkan mekanisme kelembagaan yang ada, alternatif yang
dilakukan antara lain :

1. Menjalin kerjasama yang harmonis dengan instansi-instansi yang berkepentingan dan


berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup, terutama dalam hal penanganan
dampak negatif.
2. Memberi kewenangan pengawasan yang penuh terhadap hasil unjuk kerja pengelolaan
lingkungan hidup, kepada instansi yang berwewenang.
3. Memberikan pelaporan hasil pengelolaan lingkungan hidup, secara berkala kepada
instansi yang berkepentingan.
4. Menjalin kerjasama dengan instansi teknis, berkaitan dengan pemberian penyuluhan
secara berkala tentang menjaga kelestarian lingkungan.

E.2.4 Pendekatan Teknis

Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan teknis, pada prinsipnya merupakan


upaya untuk mencegah, mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan
yang bersifat negatif dan mengembangkan dampak positif yang terjadi, dengan
memanfaatkan rekayasa teknik atau teknologi yang saling menguntungkan antara
pembangunan dengan lingkungan sekitarnya. Pada pendekatan teknis, pengelolaan dampak
lingkungan dilakukan dengan memanfaatkan rekayasa teknologi yang tepat, yaitu dengan
cara membatasi atau mengisolasi dampak yang terjadi.

Dalam melaksanakan Pekerjaan Perencanaan UKP-UPL/DPLH Pembangunan Sungai RPM


di Kec. Katingan Kuala ini, Konsultan akan melakukan pendekatan teknis sebagai berikut :
1. Pengumpulan data dan informasi
2. Kajian dan evaluasi terhadap Studi Perencanaan DED Embung terdahulu
3. Sampling
4. Survey Sosial Ekonomi
5. Penyusunan Dokumen UKL/UPL

E.2.5 Pendekatan Sosial Ekonomi

Pengelolaan dampak lingkungan dengan pendekatan sosial ekonomi, merupakan langkah-


langkah yang akan ditempuh pemrakarsa dalam upaya menanggulangi dampak penting,
melalui tindakan-tindakan yang berlandaskan interaksi sosial, dan bantuan peran dari
pemerintah. Dengan demikian, upaya untuk mengelola dampak dengan pendekatan sosial
ekonomi, diharapkan mampu untuk menanggulangi dampak negatif akibat pembangunan.
Alternatif pengelolaan lingkungan yang dilakukan dengan cara pendekatan sosial ekonomi,
antara lain :

1. Melibatkan masyarakat disekitarnya, untuk ikut serta berperan aktif dalam pengelolaan
lingkungan.
2. Memprioritaskan penggunaan tenaga kerja dari sekitar lokasi, atau memberikan
manfaat kesempatan kerja yang dapat dinikmati oleh masyarakat sekitarnya.
3. Menjalin koordinasi yang harmonis antara pemrakarsa dengan masyarakat setempat,
dalam pembina hubungan interaksi sosial.
4. Melakukan penyuluhan dan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat di masing-
masing lokasi pekerjaan

E.3 METODOLOGI UKL/UPL

E.3.1 Umum

Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia harus diselenggarakan


berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai
dengan amanah Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pemanfaatan sumber daya alam masih menjadi modal dasar pembangunan di
Indonesia saat ini dan masih diandalkan di masa yang akan datang. Oleh karena itu,
pengunaan sumber daya alam tersebut harus dilakukan secara bijak.

Pemanfaatan sumber daya alam tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga pilar pembangunan
berkelanjutan, yaitu menguntungkan secara ekonomi (economically viable), diterima secara
sosial (socially acceptable), dan ramah lingkungan (environmentally sound). Proses
pembangunan yang diselenggarakan dengan cara tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang akan datang.

Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk Usaha dan/atau Kegiatan
pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dengan diterapkannya
prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam proses pelaksanaan pembangunan,
dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan oleh berbagai aktivitas pembangunan
tersebut dianalisis sejak awal perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak
negatif dan pengembangan dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau
instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah Amdal dan UKL-UPL.
Pasal 22 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Amdal tidak hanya mencakup
kajian terhadap aspek biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial
budaya, dan kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang
tidak akuntabilitas, dan integritas semua pihak terkait, agar instrumen ini dapat digunakan
sebagai perangkat pengambilan keputusan yang efektif.

Amdal dan UKL-UPL juga merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan Izin Lingkungan.
Pada dasarnya proses penilaian Amdal atau permeriksaan UKL-UPL merupakan satu
kesatuan dengan proses permohonan dan penerbitkan Izin Lingkungan. Dengan
dimasukkannya Amdal dan UKL-UPL dalam proses perencanaan Usaha dan/atau Kegiatan,
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya mendapatkan
informasi yang luas dan mendalam terkait dengan dampak lingkungan yang mungkin terjadi
dari suatu rencana Usaha dan/atau Kegiatan tersebut dan langkah-langkah pengendaliannya,
baik dari aspek teknologi, sosial, dan kelembagaan. Berdasarkan informasi tersebut,
pengambil keputusan dapat mempertimbangkan dan menetapkan apakah suatu rencana
Usaha dan/atau Kegiatan tersebut layak, tidak layak, disetujui, atau ditolak, dan Izin
lLngkungannya dapat diterbitkan. Masyarakat juga dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan dan penerbitan Izin Lingkungan.

Tujuan diterbitkannya Izin Lingkungan antara lain untuk memberikan perlindungan terhadap
lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan, meningkatkan upaya pengendalian Usaha
dan/atau Kegiatan yang berdampak negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan
prosedur, mekanisme dan koordinasi antarinstansi dalam penyelenggaraan perizinan untuk
Usaha dan/atau Kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam Usaha dan/atau
Kegiatan. berdampak penting, sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan untuk
memiliki UKL-UPL. Pelaksanaan Amdal dan UKL/UPL harus lebih sederhana dan
bermutu, serta menuntut profesionalisme.

UKL-UPL merupakan instrumen untuk merencanakan tindakan preventif terhadap


pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang mungkin ditimbulkan oleh aktivitas
pembangunan. Mengingat fungsinya sebagai salah satu instrumen dalam perencanaan
Usaha dan/atau Kegiatan, UKL-UPL tidak dilakukan setelah Usaha dan/atau Kegiatan
dilaksanakan. UKL-UPL yang dimaksud dalam ayat ini dilakukan pada tahap studi kelayakan
atau desain detail rekayasa.

Penyusunan dalam 1 (satu) UKL-UPL dimaksudkan agar terwujud efisiensi dan efektivitas
dalam pemeriksaan UKL-UPL dan dampak kumulatif yang mungkin timbul akibat keterkaitan
antar Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan dapat diidentifikasi dengan jelas.

E.3.2 Pembangunan Berwawasan Lingkungan

Pembangunan berwawasan lingkungan mengandung pengertian bahwa upaya peningkatan


kesejahteraan dan mutu hidup rakyat dilakukan sekaligus dengan melestarikan kemampuan
lingkungan agar dapat tetap menunjang pembangunan secara berkesinambungan. Hal ini
berarti bahwa pelaksanaan suatu kegiatan wajib diikuti dengan upaya mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.

Gagasan pembangunan berkelanjutan dikenal juga dengan pembangunan berwawasan


lingkungan, secara bertahap mulai dimasukkkan dalam kebijakan perencanaan dan
pembangunan nasional. Hal tersebut terdapat dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982
tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
direvisi dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan.

Emil Salim (1990) dan Hadi (2001) mengemukakan beberapa konsep pembangunan
berkelanjutan yang diterapkan negara berkembang yaitu:

1. Pembangunan berkelanjutan menghendaki penerapan perencanaan tata ruang


Pembangunan sumber daya alam harus memperhatikan daya dukung lingkungan.
Segala kegiatan yang memanfaatkan sumber daya alam harus memperhatikan kapasitas
lingkungan.
2. Perencanaan pembangunan menghendaki adanya standar lingkungan Hal tersebut
dimaksudkan agar kualitas lingkungan dapat terjaga, misal: adanya standar baku mutu
air limbah, baku mutu udara dan sebagainya
3. Penerapan AMDAL pada setiap kegiatan Setiap rencana usaha dan atau kegiatan yang
diperkirakan menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan harus dilengkapi
dengan Amdal atau UKL UPL. Setelah dampak penting tersebut diidentifikasi,
dipekirakan dan dievaluasi maka langkah selanjutnya dalah bagaiman dampak tersebut
dikelola. Pengelolaan tersebut tertuang dalam RKL RPL.
4. Rehabilitasi kerusakan lingkungan didaerah kritis, missal sungai sebagai tempat
pembuangan. Langkah yang diambil adalah dengan adanya program kali bersih atau
terkenal dengan sebutan prokasih.
5. Usaha memasukkan pertimbangan lingkungan kedalam perhitungan ekonomi sebagai
dasar untuk kebijakan ekonomi lingkungan.

Sony Keraf (2002) menjelaskan konsep pembangunan berkelanjutan dimaksudkan untuk


mensinkronkan dan memberi bobot yang sama bagi 3 aspek utama pembangunan yaitu
aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan hidup. Gagasan tersebut
mengandung maksud bahwa pembangunan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup
harus terkait satu sama lain, sehingga unsur dari kesatuan yang saling terkait ini tidak boleh
dipisahkan dan dipertentangkan satu sama lain.

E.3.3 Peraturan Perundangan Mengenai UKL/UPL

Sebagai landasan dalam penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) Kegiatan Pembangunan Embung adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang No. 11 Tahun 1974, tentang Pengairan


2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Sistemnya.
3. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Dearah
5. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang.
6. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991, tentang Sungai
7. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999, tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan
8. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 718/MENKES/Per/XI/1987, tentang Kebisisngan
yang Berhubungan dengan Kesehatan.
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990, tentang Syarat-Syarat
dan pegawasan Kualitas Air Bersih.
11. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 296/KPTS/1996, tentang Pedoman Teknis
Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL).
12. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 377/KPTS/1996, tentang Petunjuk Tata
Laksana Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
Departemen Pekerjaan Umum.
13. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 481/KPTS/1996, tentang penetapan jenis
Kegiatan bidang pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
14. Keputusan Meteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/Per/2002, tentang Syarat-Syarat
Pengawasan Air Minum
15. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 86 Tahun 2002, tentang Pedoman
Pelaksanaan UPL dan UKL

E.3.4 Kewajiban Dokumen UKL/UPL

Kewajiban ketersediaan dokumen Amdal berikut UKL dan UPL didasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan yang ditetapkan tanggal 23 Oktober 1993. Peraturan Pemerintah ini sering
disebut juga sebagai upaya "deregulasi Amdal", karena umumnya lebih sederhana jika
dibandingkan dengan peraturan yang lama yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
1986 (yang kemudian dicabut dengan dikeluarkannyaP P Nomor 51 Tahun 1993 ini).
Berdasarkan PP Nomor 51 Tahun 1993 dokumen Amdal yang ada hanya ANDAL (Analisis
Dampak Ungkungan), RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dan RPL (Rencana Pemantauan
Lingkungan). Jadi bentuk dokumen seperti PIL (Penyajiar. Informasi Lingkungan), PEL
(Penyajian Evaluasi Lingkungan). dan SEL (Studi Evaluasi Lingkungan) sudah tidak digunakan
lagi sejak 23 Oktober 1993.

Menurut PP Nomor 51 Tahun 1993 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan


bagian kegiatan studi kelayakan rencana usaha atau kegiatan. Hasil analisis mengenai
dampak lingkungan ini digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan wilayah. Usaha
atau kegiatan yang diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan meliputi:
1. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbarui maupun yang tak terbarui
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan, kerusakan,
dan kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan atau perlindungan cagar budaya
6. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, jenis hewan, dan jasad renik
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati
8. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi
lingkungan
9. Kegiatan yang mempunyai resiko tinggi, dan mempengaruhi pertahanan Negara

Suatu rencana usaha atau kegiatan yang akan dibangun di kawasan lindung yang telah
berubah peruntukannya atau lokasi rencana usaha atau kegiatan tersebut berbatasan
langsung dengan kawasan lindung, termasuk dalam kategori menimbulkan dampak penting.
Yang dimaksud dengan kawasan lindung menurut Penjelasan Pasal 7 UU Nomor 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang adalah sebagai berikut:

1. Kawasan Hutan Lindung


2. Kawasan Bergambut
3. Kawasan Resapan Air
4. Sempadan Pantai
5. Sempadan Sungai
6. Kawasan Sekitar DanaulWaduk
7. Kawasan Sekitar Mata Air
8. Kawasan Suaka Alam (terdiri dari Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Hutan Wisata, Daerah
Pertindungan Plasma Nutfah, dan Daerah Pengungsian Satwa)
9. Kawasan Suaka AMam Laut dan Perairan lainnya (termasuk perairan laut, perairan
darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan karang atau terumbu karang, dan atoll
yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan/atau keunikan ekosistim)
10. Kawasan Pantai Berhutan Bakau (mangrove)
11. Taman Nasional
12. Taman Hutan Raya
13. Taman Wisata Alam
14. Kawasan Cagar Budaya dan limu Pengetahuan (termasuk daerah Karst berair, daerah
dengan budaya masyarakat istimewa, daerah lokasi situs purbakala atau peninggalan
sejarah yang bemilai tinggi)
15. Kawasan Rawan Bencana Alam

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Republik Indonesia telah mengeluarkan


keputusan nomor : KEP 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak
Penting. Menurut keputusan ini ukuran dampak penting terhadap lingkungan perlu disertai
dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan berkaitan secara relative


dengan besar kecilnya rencana usaha atau kegiatan, hasil guna dan daya gunanya, bila
rencana usaha atau kegiatan tersebut dilaksanakan.
2. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan dapat pula didasarkan pada
dampak usaha atau kegiatan tersebut terhadap salah satu aspek lingkungan saja, atau
dapat juga terhadap kesatuan dan tata kaitannya dengan aspek-aspek lingkungan
lainnya dalam batas wilayah studi yang telah ditentukan.
3. Bahwa penilaian pentingnya dampak terhadap lingkungan atas dasar kemungkinan
timbulnya dampak positif atau dampak negatif tak boleh dipandang sebagai faktor yang
masing-masing bisa berdiri sendiri, melainkan harus diperhitungkan bobotnya guna
dipertimbangkan hubungan timbal baliknya untuk mengambil keputusan.

Pedoman mengenai ukuran dampak penting menurut keputusan ini adalah sebagai berikut;

1. Jumiah Manusia yang Akan Terkena Dampak

Setiap rencana usaha atau kegiatan mempunyai sasaran sepanjang menyangkut jumiah
manusia yang diperkirakan akan menikmati manfaat dari rencana usaha atau kegiatan
itu bila nanti usaha atau kegiatan tersebut dilaksanakan. Namun demikian, dampak
lingkungan, baik yang bersifat negatif maupun positif yang mungkin ditimbulkan oleh
suatu usaha atau kegiatan, dapat dialami oleh baik sejumiah manusia yang termasuk
maupun yang tak termasuk dalam sasaran rencana usaha atau kegiatan. Mengingat
pentingnya manusia yang akan terkena dampak mencakup spek yang luas, maka kriteria
dampak penting dikaitkan dengan sendi-sendi kehidupan yang di kalangan masyarakat
luas berada dalam posisi atau mempunyai nilai yang penting. Karena itu, dampak
lingkungan atau suatu rencana usaha atau kegiatan, yang penentuannya didasarkan
pada perubahan sendi-sendi kehidupan pada masyarakat tersebut dan jumlah manusia
yang terkena dampak menjadi penting bila: manusia di wilayah studi ANDAL yang
terkena dampak lingkungan tetapi tidak menikmati manfaat dari usaha atau kegiatan,
jumiahnya sama atau lebih besar dari jumiah manusia yang menikmati manfaat dari
usaha atau kegiatan di wilayah studi.

Adapun yang dimaksud dengan manfaat dari usaha atau kegiatan adalah manusia yang
secara langsung menikmati produk suatu rencana usaha atau kegiatan dan atau yang
diserap secara langsung sebagai tenaga kerja pada rencana usaha atau kegiatan.

2. Luas Wilayah Persebaran Dampak

Luas wilayah persebaran dampak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan
pentingnya dampak terhadap lingkungan. Dengan demikian dampak lingkungan suatu
rencana usaha atau kegiatan bersifat penting bila: rencana usaha atau kegiatan
mengakibatkan adanya wilayah yang mengalami perubahan mendasar dan segi
intensitas idampak, atau tidak berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak.

3. Lamanya Dampak Berlangsung

Dampak lingkungan atau suatu rencana usaha atau kegiatan dapat berlangsung pada
suatu tahap tertentu atau pada berbagai tahap dari kelangsungan usaha atau kegiatan.
Dengan kata lain dampak suatu usaha atau kegiatan ada yang berlangsung relatif
singkat, yakni hanya pada tahap tertentu dari siklus usaha atau kegiatan (perencanaan,
konstruksi, operasi, pasca operasi); namun ada pula yang berlangsung relatif lama, sejak
tahap konstruksi hingga masa pasca operasi usaha atau kegiatan. Berdasarkanp
engertian ini dampak lingkungan bersifat penting bila: rencana usaha atau kegiatan
mengakibatkanti mbulnyap erubahan mendasar dari segi intensitas dampak atau tidak
berbaliknya dampak, atau segi kumulatif dampak, yang berlangsung hanya pada satu
atau lebih tahapan kegiatan.

4. Intensitas Dampak

Intensitas dampak mengandung pengertian perubahan lingkungan yang timbul bersifat


hebat, atau drastis, serta berlangsung di areal yang relatif luas, dalam kurun waktu yang
relatif singkat. Dengan demikian dampak lingkungan tergolong penting bila:

a. Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan pada sifat-sifat fisik
dan atau hayati lingkungan yang melampaui baku mutu lingkungan menurut
peraturan perundang-undang yang berlaku
b. Rencana usaha atau kegiatan akan menyebabkan perubahan mendasar pada
komponen lingkungan yang melampaui kriteria yang diakui, berdasarkan
pertimbangan ilmiah
c. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkans pesies-spesiesy ang langka
dan atau endemik, dan atau dilindungi menurut peraturan perundang - undangan
yang berlaku terancam punah ; atau habitat alaminya mengalami kerusakan
d. Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap
kawasan lindung (hutan lindung, cagar alam, taman nasional, suaka margasatwa,
dan sebagainya) yang telah ditetapkan rnenurut peraturan perundang-undangan
e. Rencana usaha atau kegiatan akan merusak atau memusnahkan benda-benda dan
bangunan peninggalan sejarah yang bemilai tinggi
f. Rencana usaha atau kegiatan akan mengakibatkan konflik atau kontroversi
dengan masyarakat, pemerintah daerah, atau pemenntah pusat ; dan atau
menimbulkan konflik atau kontroversi di kalangan masyarakat, pemerintah daerah
atau pemerintah pusat
g. Rencana usaha atau kegiatan mengubah atau memodifikasi area) yang
mempunyai nilai keindahan alami yang tinggi
5. Banyaknya Komponen Lingkungan Lain yang Terkena Dampak

Mengingat komponen lingkungan hidup pada dasamya tidak ada yang berdiri sendiri,
atau dengan kata lain satu sama lain saling terkait dan pengaruh mempengaruhi, maka
dampak pada suatu komponen lingkungan umumnya berdampak lanjut pada
komponen lingkungan lainnya. Atas dasar pengertian ini dampak tergolong penting bila:
Rencana usaha atau kegiatan menimbulkan dampak sekunder dan dampak lanjutan
lainnya yang jumiah komponennya Iebih atau sama dengan komponen lingkungan yang
terkena dampak primer.

6. Sifat Kumulatif Dampak

Kumulatif mengandung pengertian bersifat bertambah, bertumpuk, atau bertimbun.


Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila. pada awalnya
dampak tersebut tidak tampak atau dianggap tidak penting, tetapi karena aktivitas
tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan dampaknya
bersifat kumulatif. Dengan demikian dampak suatu usaha atau kegiatan tergolong
penting bila:
a. Dampak Iingkungan berdangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga pada
kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang
menerimanya
b. Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga
tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya
c. Dampak lingkungan dan berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling
memperkuat (sinergetik)
7. Berbalik atau Tidak Berbaliknya Dampak

Dampak kegiatan terhadap lingkungan ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada
pula yang tidak dapat dipulihkan walau dengan intervensi manusia sekalipun. Dalam hal
ini maka dampak bersifat penting bila: Perubahan yang akan dialami oleh suatu
komponen lingkungan tidak dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi
manusia

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-
11/MENLH/3/94 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan, daftar kegiatan wajib Amdal untuk bidang Pekerjaan Umum
adalah sebagai berikut:

1. Pembangunan Bendungan atau Waduk dengan tinggi 15 m atau luas genangan 100
ha
2. Pengembangan Daerah Irigasi dengan luas yang diairi 2000 ha
3. Pengembangan Daerah R awa Pasang Surut/Lebakd engan luas 5000 ha
4. Pengamanan pantai, dikota besar dengan 500.000 penduduk
5. Perbaikan sungai, dikota besar dengan 500.000 penduduk

6. Kanalisasi / Kanal banjir dikota besar dengan panjang 5 km atau lebar > 20 m
7. Kanalisasi selain no 6 (Pantai, Rawa atau lainnya) dengan panjang 25 km atau
lebar 50 m
8. Pembangunan jalan tol dan jalan layang
9. Pembangunanja lan raya dengan panjang > 25 km
10. Pembangunan dan peningkatan jalan dengan pelebaran diluar daerah milik jalan
kota besar dan metropolitan yang berfungsi arteri atau kolektor dengan panjang
> 5 km atau luas 5 ha
11. Pengolahan sampah dengan incinerator dengan 800 ton/hari
12. Pembuangan sampah dengan sistem control landfill dan sanitary landfill dengan
800 ton/hari
13. Pembuangan sampah dengan sisten open dumping dengan 80 ton/hari
14. Pembuangan sistem drainase dengan saluran dikota metropolitan dan besar dengan
saturan primer panjang 5 km
15. Air Limbah : Pembuangan IPAL untuk pemukiman dengan luas 50 ha, Pembangunan
sistem sewerage dengan pelayanan 2500 ha
16. Pengambilan air dari danau, sungai, mata air, atau sumber air lainnya dengan debit 2
m3/detik
17. Pembangunan perumahan dan pemukiman umum dengan luas 200 ha
18. Peremajaan kota dengan luas 5 ha
19. Gedung bertingkat I apartemen dengan tinggi 60 m

E.3.5 Kewajiban UKL/UPL

Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor: KEP-12/
MENLH/3/94 tanggal 19 Maret 1994, lampiran Mll dan IV tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Rencana usaha atau kegiatan
yang tidak ada dampak pentingnya, dan atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak
pentingnya diharuskan melakukan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UPL) sesuai dengan yang ditetapkan didalam syarat-syarat
perizinannya menurut peraturan yang berlaku.

Berdasarkan ketentuan tersebut, oleh karena itu maka Pembangunan 10 Embung di Pulau
Lombok melakukan penapisan proyek, dengan kriteria yang telah disesuaikan dengan
kondisi di lokasi, Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) bukan merupakan bagian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, oleh sebab itu UKL
dan UPL tidak dinilai oleh Komisi AMDAL, melainkan diarahkan langsung oleh instansi teknis
yang membidangi dan bertanggung jawab langsung atas pembinaan usaha atau kegiatan
tersebut melalui suatu petunjuk teknis sesuai jenis usaha atau kegiatannya. Pedoman Umum
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Inffrastruktur Embung
berfungsi sebagai:

1. Acuan dalam penyusunan Pedoman Teknis Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan bagi Andal khusus.
2. Acuan pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan
bagi pemrakarsa di lapangan.
3. Instrumen pengikat bagi pihak pemrakarsa untuk melaksanakan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.

Dengan adanya pedoman ini, maka pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan baik,
lebih terarah, efektif dan efisien. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan perlu disusun sedemikian rupa, sehingga dapat:

1. Langsung mengemukakan informasi penting setiap jenis rencana usaha atau kegiatan
yang merupakan sifat khas proyek itu sendiri dan dapat menimbulkan dampak potensial
terhadap lingkungannya
2. Informasi komponen lingkungan yang terkena dampak.
3. Upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang harus dilakukan oleh
pemrakarsa pada tahap prakonstruksi, konstruksi, maupun pasca konstruksi.

E.3.6 Rencana Usaha Atas Kegiatan dan Komponen Lingkungan

Menurut KEP-12/MENLH/3/94, sistematika Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya


Pemantauan Lingkungan mencakup:

1. Rencana Usaha atau Kegiatan


2. Komponen Lingkungan
3. Dampak-dampak Yang Akan Terjadi
4. Upaya Pengelolaan Lingkungan
5. Upaya Pemantauan Lingkungan
6. Pelaporan
7. Pernyataan Pelaksanaan

Pada bagian ini hanya akan diuraikan tentang Rencana Usaha atau Kegiatan dan Komponen
Lingkungan. Dampak-dampak yang akan terjadi dan upaya Pengelolaan Lingkungan serta
upaya Pemantauan Lingkungan akan diuraikan menurut komponen proyek pada bagian
berikut. Pada bab terakhir akan diuraikan tentang Pelaporan dan Pernyataan Pelaksanaan.
E.3.7 Metodologi Penyusunan UKL UPL

Dalam melaksanakan PekerjaanPerencanaan UKP-UPL/DPLH Pembangunan Sungai RPM di

Kec. Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi) ini, Konsultan menyusun


langkah-langkah yang akan dijadikan panduan dalam pelaksaan pekerjaan.
Langkah-langkah tersebut sesuai dengan Konsepsi Pendekatan yang telah diuraikan
sebelumnya.Berikut adalah tata cara penyusunan UKL dan UPL sesuai dengan Permen
LH No. 13 Tahun 2010.

Penapisan terhadap jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UKL-UPL) perlu
dilakukan mengingat besarnya rentang jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
UKL-UPL. Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur bahwa setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
termasuk dalam kriteria wajib amdal, wajib memiliki UKL-UPL. Pasal 35 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
mengatur pula bahwa usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL- UPL, wajib
membuat surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
(SPPL). Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL
dan SPPL diatur dengan peraturan Menteri. Secara skematik, pembagian tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :

Gambar E-1. Skema Pembagian Amdal, UKL-UPL dan SPPL

Skema tersebut di atas dalam pelaksanaannya berbeda-beda untuk setiap daerah sehingga
menimbulkan perbedaan pembebanan tanggung jawab bagi pemrakarsa usaha dan/atau
kegiatan untuk daerah yang berbeda walaupun jenis usaha dan/atau kegiatannya adalah
sama. Untuk menjamin bahwa UKL-UPL dilakukan secara tepat, maka perlu dilakukan
penapisan untuk menetapkan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan UKL-UPL.

Adapun usaha dan/atau kegiatan di luar daftar jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan UKL-UPL dapat langsung diperintahkan melakukan upaya
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai prosedur operasional standar (POS)
yang tersedia bagi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, dan melengkapi diri dengan
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup (SPPL).
Disamping itu, mekanisme perizinan telah berkembang ke arah lebih sempurna, sehingga
dengan kondisi tersebut beban kajian lingkungan dapat didorong untuk dapat menjadi
bagian langsung dari mekanisme penerbitan izin.

UKL-UPL merupakan salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam pelaksanaan
penerbitan izin lingkungan, sehingga bagi usaha dan/atau kegiatan yang UKL-UPLnya ditolak
maka pejabat pemberi izin wajib menolak penerbitan izin bagi usaha dan/atau kegiatan
bersangkutan. UKL-UPL dinyatakan berlaku sepanjang usaha dan/atau kegiatan tidak
melakukan perubahan lokasi, desain, proses, bahan baku dan/atau bahan penolong. Bagi
UKL-UPL yang telah dinyatakan sesuai dengan isian formulir atau layak, maka UKL-UPL
tersebut dinyatakan kadaluarsa apabila usaha dan/atau kegiatan tidak dilaksanakan dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak rekomendasi atas UKL-UPL diterbitkan.

1) Langkah dan Kriteria Penapisan Kegiatan yang Wajib Dilengkapi Dengan UKL-UPL

Penapisan jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan UKL-UPL
dilakukan dengan langkah berikut:

a) Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak termasuk dalam
jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi amdal.
i) Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak termasuk
dalam daftar jenis usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi amdal, baik
yang ditetapkan dalam peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup atau
keputusan bupati/walikota sesuai kaidah penetapan wajib amdal;
Catatan: Bupati/walikota atau Gubernur atas pertimbangan ilmiah dapat
menetapkan suatu jenis usaha dan/atau kegiatan menjadi wajib amdal atas
pertimbangan daya dukung, daya tampung dan serta tipologi ekosistem
setempat menjadi lebih ketat dari daftar jenis usaha dan/atau kegiatan yang
wajib dilengkapi amdal dalam peraturan Menteri.
ii) Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak berlokasi di
kawasan lindung;
Catatan: Usaha dan/atau kegiatan yang berbatasan dan/atau berlokasi di
kawasan lindung wajib dilengkapi amdal.
iii) Pastikan bahwa rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut tidak berlokasi di
lokasi yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan/atau
rencana tata ruang kawasan setempat.
Catatan: Usaha dan/atau kegiatan yang berlokasi tidak sesuai tata ruang wajib
ditolak.
b) Pastikan bahwa potensi dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan telah
tersedia teknologi untuk menanggulangi dampak tersebut.
Catatan : Jika tidak tersedia teknologi penanganan dampak dari suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan, maka kemungkinan rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut
wajib dilengkapi amdal.
c) Periksa peraturan yang ditetapkan oleh menteri departemen sektoral atau kepala
lembaga pemerintah non departemen (LPND) tentang jenis usaha dan/atau kegiatan
wajib UKL-UPL untuk ditetapkan menjadi usaha dan/atau kegiatan yang wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL.
Catatan:
i) Dalam hal menteri departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non
departemen (LPND) belum menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib
UKL-UPL, maka lakukan penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL
sebagaimana langkah keempat dan langkah kelima.
ii) Dalam hal menteri departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non
departemen (LPND) telah menetapkan jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-
UPL tetapi tidak dilengkapi dengan skala/besaran, atau skala/besarannya
ditentukan tetapi tidak ditentukan batas bawahnya, maka lakukan penetapan
jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL sebagaimana langkah keempat dan
langkah kelima.
iii) Dalam hal terjadi perubahan terhadap peraturan yang ditetapkan oleh menteri
departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non departemen (LPND)
tentang jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL, maka ketentuan dalam
langkah ketiga ini wajib mengikuti peraturan yang mengalami perubahan
tersebut.
d) Lakukan penapisan rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut untuk memastikan
bahwa dampak dari rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut memerlukan UKL-
UPL atau SPPL dengan menjawab pertanyaan berikut:

Apakah Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Tersebut Akan


Ya/Tidak
Memberikan Dampak Terhadap Lingkungan Hidup Dan
Jelaskan!
Memerlukan UKL-UPL Berdasarkan Kriteria Berikut:
Jenis Kegiatan
Skala/besaran/ukuran
Kapasitas produksi
Luasan lahan yang dimanfaatkan
Limbah dan/atau cemaran dan/atau dampak lingkungan
Teknologi yang tersedia dan/atau digunakan
Jumlah komponen lingkungan hidup yang terkena dampak
Besaran investasi
Terkonsentrasi atau tidaknya kegiatan
Jumlah tenaga kerja
Aspek sosial kegiatan
kriteria tersebut, maka diindikasikan kegiatan tersebut wajib dilengkapi dengan UKL-
UPL.
e) Tetapkan jenis dan skala/besaran rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut wajib
dilengkapi dengan UKL-UPL atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup (SPPL).
Catatan : Pemerintah daerah dapat menetapkan jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan wajib UKL-UPL di luar jenis usaha dan/atau kegiatan wajib UKL-UPL yang
ditetapkan oleh menteri departemen sektoral atau kepala lembaga pemerintah non
departemen (LPND).

2) Manfaat UKL-UPL

a) Pada Pemerintah :
i) Sebagai alat pengambil keputusan tentang kelayakan lingkungan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan.
ii) Merupakan bahan masukan dalam perencanaan pembangunan wilayah
iii) Mencegah potensi SDA di sekitar lokasi proyek tidak rusak dan menjaga
kelestarian LH.
b) Pada Masyarakat :
i) Dapat mengetahui rencana pembangunan di daerahnya sehingga dapat
mempersiapkan diri untuk berpartisipasi.
ii) Mengetahui perubahan lingkungan yang akan terjadi dan manfaat serta
kerugian akibat adanya suatu kegiatan.
iii) Mengetahui hak dan kewajibannya di dalam hubungan dengan usaha dan/atau
kegiatan di dalam menjaga dan mengelola kualitas lingkungan.
c) Pada Pemrakarsa :
i) Untuk mengetahui masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi pada masa
yang akan datang.
ii) Sebagai bahan untuk analisis pengelolaan dan sasaran proyek.
iii) Sebagai pedoman untuk pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup.

E.4 METODOLOGI PENYUSUNAN UKL/UPL PEMBANGUNAN DERMAGA


Berikut ini tahapan/langkah yang akan dilaksanakan oleh Konsultan dalam menyelesaikan
Pekerjaan Perencanaan UKP-UPL/DPLH Pembangunan Sungai RPM di Kec. Katingan Kuala
(Dermaga Penggilingan Padi) ini, yaitu :

1. Tahap Persiapan : Persiapan,


2. Tahap Survey : Survey Lapangan, Sampling Kualitas Air, Survey Sosial Ekonomi
3. Tahap Analisa : Kajian terhadap Dokumen Perencanaan DED , Kajian Hasil
Analisa Kualitas Air, Kajian Hasil Analisa Kualitas Udara, Kajian Hasil Survey Sosial
Ekonomi, Penyusunan Dokumen UKL/UPL
4. Tahap Akhir : Diskusi Laporan/Dokumen UKL UPL, Sosialisasi pada Masing-masing Lokasi
Embung, Pembahasan di BLH Setempat
Untuk lebih jelasnya mengenai Metodologi ini dapat dilihat pada Gambar E1 berikut ini.
Start

Tahap Persiapan

Mobilisasi Personil Mobilisasi Peralatan Mobilisasi Bahan

Tenaga Ahli Perlengkapan Bahan habis


Tenaga Kantor, Lapangan, pakai kantor,
Pendukung Kendaraan lapangan

cek cek cek

Pengumpulan Data
Persiapan Administrasi Survey Pendahuluan
Awal/Literatur

Orientasi DED masing2


Surat yang
lapangan, embung,
diperlukan
sosialisasi awal Rona awal

cek cek cek

Penyusunan Konsep
Pendauhuluan

Uraian Pekerjaan,
Metotologi,
Rencana Kerja

cek

Diskusi Laporan
Pendahuluan

Perbaikan Laporan
Pendauhuluan

Perbaikan
sesuai hasil
diskusi

Final Laporan
cek Pendahuluan

A
A

Tahap Survey

Komponen Sosial Komponen Fisika Kimia Sampling


Kemasyarakatan Biologi kualitas air

Kependudukan, Sampling Kelas Mutu Air


Ekonomi, Keamanan, Kualitas udara, Kelas I PP 82
ketertiban, persepsi Kebisingan, Tahun 2001
Kesehatan Masy Hidrologi, geologi

cek cek cek

Tahap Analisis

Analisis Dampak
Rona Lingkungan Awal Program UKL/UPL
Lingkungan

Uji Kualitas udara,


Tahap Pra Dampak penting,
Uji Kebisingan,
Konstruksi, Program UKL/UPL,
Uji Kualitas Air
Konstruksi, Operasi, Lokasi UKL/UPL,
Hidrologi, Geologi,
Pasca Operasi Periode UKL/UPL
Sosial masy.

cek cek cek

Penyusunan
Draft UKL/UPL
Sosialisasi

Masukan dan
Persepsi
Masyarakat

Draft Dokumen
cek UKL/UPL

Diskusi Draft Dokumen


UKL/UPL

Perbaikan Laporan
Pendauhuluan

Perbaikan
sesuai hasil
diskusi

Final Dokumen
cek UKL/UPL

Finish
E.4.1 Tahap Persiapan

Persiapan merupakan tahap konsolidasi dari tim pelaksana dalam melaksanakan Pekerjaan
Perencanaan UKL-UPL/DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kec. Katingan Kuala
(Dermaga Penggilingan Padi) ini, menyiapkan dan memobilisasi tenaga ahli dan staf
pendukung untuk memahami Kerangka Acuan Kerja (KAK), penyamaan persepsi,
menyiapkan dan mengumpulkan data, literatur, referensi/studi terdahulu akan
dijadikan dasar pemikiran kegiatan pekerjaan ini, serta menyiapkan keperluan
administrasi keuangan untuk pelaksanaan survey lapangan.
Penyepakatan kembali terhadap maksud dan tujuan, serta ruang lingkup penugasan pada
KAK dan catatan-catatan penjelasan pelelangan akan kami klarifikasikan terhadap rancangan
pendekatan dan metodologi, mekanisme pelaksanaan, rencana kerja dan organisasi kerja
yang telah kami kembangkan, yang selanjutnya bersama-sama dengan hasil penyusunan
metoda survey dan format survey, serta hasil pengumpulan data sekunder berupa : Studi-
studi terdahulu yang berkaitan, permasalahan, potensi daerah studi, kajian terhadap harga
satuan, penentuan lokasi sasaran dan alternatif proses pengolahan air limbah akan kami
masukkan dalam penyusunan Laporan Pendahuluan.

Pada tahapan ini juga akan dilakukan persiapan untuk pengumpulan data berupa Dokumen
Perencanaan DED untuk Dermaga di Kec. Katingan Kaula tersebut. Selain itu dikumpulkan
juga data dari Badan Pusat Statistik yang terbaru.

Tahap Pengumpulan Data merupakan keadaan yang sangat penting karena merupakan
landasan informasi yang akan digunakan pada tahapan pekerjaan selanjutnya. Data yang
akurat dan lengkap sangat dibutuhkan agar hasil perencanaan dapat
dipertanggungjawabkan.

E.4.2 Tahap Survey

Setelah mendapatkan data sekunder, selanjutnya dilakukan survey lapangan untuk meninjau
langsung lokasi perencanaan embung tersebut, serta mengecek apakah ada perubahan
lokasi perencanaan. Selain itu juga dicek tentang status kepemilikan lahan yang akan
dijadikan lokasi embung tersebut.

Dalam survey lapangan ini juga dilakukan dilakukan pengambilan air/sampling kualitas air
sungai yang nantinya akan menjadi sumber air baku embung yang direncanakan. Dilakukan
juga pengambilan/sampling kualitas udara untuk mengetahui seperti apa kondisi udara di
sekitar lokasi rencana pembangunan embung.
Analisa kualitas air dan udara akan dilakukan pada Laboratorium yang telah memiliki
akreditasi. Sebagai acuan baku mutu yang akan digunakan adalah Kelas Mutu Air Kelas I PP
82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Kegiatan lain yang dilakukan dalam Tahap Survey ini adalah Survey Sosial Ekonomi. Tujuan
dari Survey Sosial Ekonomi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
masyarakat tentang kegiatan yang akan dilaksanakan serta mengetahui juga sebesar apa
manfaat untuk masyarakat serta keterlibatan masyarakat untuk pelaksanaan kegiatan ini
mulai dari pra konstruksi konstruksi dan pasca konstruksi.

Yang menjadi responden dalam Survey Sosial Eknomi ini adalah masyarakat yang akan
menerima manfaat dari kegiatan, masyarakat yang terkena dampak (pembebasan lahan)
dari kegiatan ini serta stake holder lainnya yang terkait dengan kegiatan ini.

E.4.3 Tahap Analisa


Dalam Tahap Analisa Pekerjaan Perencanaan UKL-UPL/DPLH Pembangunan Dermaga
Sungai RPM di Kec. Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi) ini, pertama-tama yang
akan dianalisa adalah analisa terhadap Dokumen Perencanaan DED Embung. Dimana dari
dokumen tersebut akan diperoleh beberapa informasi yang akan menjadi bagian dari
Dokumen UKL/UPL, diantaranya:
1. Rona Lingkungan Awal
Pemeriksaan terhadap Rona Lingkungan Awal meliputi:
- Komponen Fisik Kimia, seperti iklim, kualitas udara dan kebisingan, fisiografi dan
morfologi, geologi, hidrologi, tata ruang dan penggunaan lahan, serta keadaan tanah
di lokasi pekerjaan
- Komponen Biologi, seperti flora darat, flora air, fauna darat, fauna air
- Komponen Sosial, seperti kependudukan, ekonomi, kegiatan kemasyarakatan,
keamanan dan ketertiban, sikap dan persepsi masyarakat serta kesehatan
masyarakat.
2. Desain Teknis Embung
3. Tahap Pelaksanaan Pekerjaan
4. Dampak Lingkungan yang akan terjadi
Dampak yang di tinjau yaitu pada komponen sosial ekomomi kemasyarakatan,
komponen geo fisik kimia, komponen biologi dalam beberapa tahap proses berikut ini:
- Dampak pada tahap Pra Konstruksi
- Dampak pada tahap Konstruksi
- Dampak pada tahap operasi
- Dampak pada tahap Pasca-Operasi
5. Program Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
6. Pernyataan Pemrakarsa

Selanjutnya dilakukan kajian terhadap Hasil Analisa Kualitas Air dan Kualitas Udara. Dari
analisa tersebut selanjutnya disusun Dokumen UKL/UPL Pembangunan Dermaga.
Dimana dalam hal ini akan ada 10 buah dokumen untuk masing-masing embung.

E.4.4 Tahap Akhir

Tahap Akhir dari Pekerjaan Perencanaan UKL-UPL/DPLH Pembangunan Dermaga Sungai


RPM di Kec. Katingan Kuala (Dermaga Penggilingan Padi)ini, terdiri dari diskusi dan
sosialisasi.
Adapun diskusi dilakukan baik di BWS Nusa Tenggara I sebagai pemilik pekerjaan, maupun di
Badan Lingkungan Hidup setempat sebagai Institusi terkait dengan Dokumen UKL/UPL.

Selain itu juga dilakukan sosialaisasi pada maisng-masing lokasi embung.

E.5 METODE STUDI

E.5.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data

Metode studi yang digunakan dalam penyusunan dokumen UKL-UPL Pembangunan


Dermaga di Kec. Katingan Kuala meliputi metode pengumpulan dan analisa data serta
metode pengambilan sampel untuk setiap parameter yang akan diukur untuk semua
komponen lingkungan yang telah ditentukan. Penentuan metode studi yang digunakan
mengacu pada Kerangka Acuan Kerja dengan beberapa tambahan untuk lebih
menyempurnakan kualitas atau kedalaman studi ini.

Data yang dikumpulkan dalam studi penyusunan dokumen UKL-UPL pembangunan


Infrastruktur drainase meliputi data primer dan data sekunder yang dibutuhkan dalam
melakukan analisa secara mendalam tentang semua dampak yang mungkin timbul dari
setiap rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Data primer dikumpulkan melalui
pengukuran di lapangan secara langsung atau dengan pengambilan sampel pada lokasi yang
dianggap representatif untuk selanjutnya dianalisa di laboratorium, pengamatan visual dan
wawancara langsung/konsultasi publik/sosialisasi dengan masyarakat di wilayah studi.
Sedangkan data sekunder dikumpulkan atau diperoleh dari dinas/instansi terkait maupun
data-data dari hasil studi yang pernah dilakukan di daerah studi.
Semua data primer maupun data sekunder yang telah diperoleh selanjutnya dianalisa
dengan dua cara, yaitu :

1. Metode analisa kuantitatif

Metode analisa kuantitatif adalah suatu metode yang menganalisa data dari besarnya
atau kuantitasnya.

2. Metode analisa kualitatif

Metode analisa kualitatif adalah suatu metode yang menganalisa data dari sifatnya.

Selanjutnya akan diuraikan metode studi untuk pengumpulan data, analisa data dan
parameter apa saja yang harus diukur dalam setiap komponen lingkungan.

1) Komponen Fisik Kimia


a) Tata Ruang

- Parameter yang akan dikaji:


Pada komponen tata ruang ini akan dikaji kondisi tata guna lahan dengan parameter
berupa:
- Jenis/fungsi dan pola penggunaan lahan
- Arahan rencana pengembangan
- Metode pengumpulan data :
Data tata guna lahan dapat berupa data primer dengan pengamatan visual dengan
cara inventarisasi tata guna lahan. Disamping itu bisa juga berupa data sekunder
yang diperoleh dari data Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang ada.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter tata guna
lahan adalah dengan analisis peta dan analogi.
b) Iklim
- Parameter yang akan dikaji:
Data iklim yang akan dikaji adalah tipe iklim, suhu udara, curah hujan, intensitas
matahari, kelembaban nisbi, tekanan udara, arah dan kecepatan angin.
- Metode pengumpulan data :
Data iklim merupakan data sekunder yang bisa diperoleh dari stasiun metereologi
(BMG) di sekitar lokasi kegiatan. Data iklim yang dikumpulkan dapat mencangkup
rentang waktu 10 tahun terakhir.
- Metode analisa data
Metode analisa data dengan metode trend series, metode analogi atau metode lain
yang relevan seperti metode tabulasi.
c) Hidrologi
- Parameter yang akan dikaji:
Data iklim yang akan dikaji adalah tipe iklim, suhu udara, curah hujan, intensitas
matahari, kelembaban nisbi, tekanan udara, arah dan kecepatan angin.
Indikator hidrologi yang akan dikaji meliputi parameter fisik maupun kimia dari
kualitas air permukaan dan air bawah tanah di daerah lokasi kegiatan dan sekitarnya.
Parameter yang akan ditinjau berdasarkan :
- Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
- Kondisi perairan yang ada di sekitar lokasi.
- Metode pengumpulan data :
Metode pengambilan sampel/contoh air berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metode Analisis Kualitas Air
Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.
- Metode analisa data
Metode analisa data kualitas air berdasarkan :
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang
Metode Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang
Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
- Metode matematik

d) Kualitas Udara dan Kebisingan


- Parameter yang akan dikaji:
Kualitas udara yang akan dikaji sangat tergantung pada kondisi geografis, topografi,
klimatologi dan metereologi di daerah lokasi kegiatan dan rencana kegiatan yang
berpotensi menurunkan kualitas
udara di lokasi studi. Parameter kualitas udara yang berpotensi mengalami
perubahan kualitas dengan adanya kegiatan proyek meliputi partikulat, karbon
monoksida (CO), timbal (Pb), SOx, NOx. Sedangkan kebisingan dijadikan parameter
yang akan dikaji karena dengan adanya kegiatan pembangunan jalan dan drainase
akan menimbulkan perubahan tingkat kebisingan di lokasi studi. Atau parameter
yang akan ditinjau bisa berdasarkan Kondisi kualitas udara dan kebisingan di sekitar
lokasi proyek.
- Metode pengumpulan data :
Metode pengambilan sampel/contoh kualitas udara dan kebisingan dengan
mengukur tinggi rendahnya tingkat kebisingan dengan alat pegukur suara.
- Metode analisa data
Metode analisa data kualitas udara berdasarkan :
- Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35/MenLH/10/1993 tentang
Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.
- Metode matematik

e) Fisiografi dan Geologi


- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator fisiografi dan geologi di sekitar lokasi
kegiatan meliputi :
- Kondisi topografi
- Geomorfologi dan jenis tanah
- Metode pengumpulan data :
Data topografi, geomorfologi dan jenis tanah dapat berupa data primer yang
diperoleh dengan pengamatan di lapangan. Disamping itu bisa juga berupa data
sekunder yang diperoleh dari instansi terkait.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter topografi,
geomorfologi dan jenis tanah adalah dengan analisis grafis dan analogi oleh ahlinya.

2) Komponen Biologi
a) Keanekaragaman Flora
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator keaneka ragaman flora atau vegetasi di
sekitar lokasi kegiatan meliputi :
- populasi
- jenis
- sebaran jenis
- manfaat/fungsi
- Metode pengumpulan data :
Data keanekaragaman flora dapat berupa data primer yang diperoleh dengan
pengamatan di lapangan. Disamping itu bisa juga berupa data sekunder yang
diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui data tersebut.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator keanekaragama adalah dengan analisis tabulasi dan deskriptif.
b) Keanekaragaman Fauna
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator keaneka ragaman fauna atau satwa di
sekitar lokasi kegiatan meliputi :
- populasi
- jenis
- intensitas kasus
- Metode pengumpulan data :
Data keanekaragaman fauna dapat berupa data primer yang diperoleh dengan
pengamatan di lapangan. Disamping itu bisa juga berupa data sekunder yang
diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui data tersebut.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator keanekaragaman adalah dengan analisis tabulasi dan deskriptif.
c) Keanekaragaman Biota Air
Sebagai indikator komponen keanekaragaman biota air adalah keanekaragaman
plankton dan benthos.
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator komponen keanekaragaman biota air
atau satwa di sekitar lokasi kegiatan meliputi :
- jenis
- keanekaragaman
- kelimpahan individu
- Metode pengumpulan data :
Data indeks keanekaragaman plankton dan benthos berupa data primer yang
diperoleh dengan pengambilan sampel di lapangan.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator keanekaragaman plankton dan benthos adalah dengan analisis
matematik.

3) Komponen Sosial Ekonomi Budaya


a) Demografi/Kependudukan
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator kependudukan meliputi :
- Jumlah penduduk
- kepadatan
- struktur umur
- Metode pengumpulan data :
Data kependudukan berupa data sekunder yang bisa diperoleh dari instansi yang
terkait.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator kependudukan adalah dengan analisis tabulasi dan deskriptif.
b) Sosial Budaya
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada komponen sosial budaya di sekitar lokasi kegiatan
meliputi :
- Jumlah pemeluk agama
- Tingkat pendidikan
- Persepsi dan sikap masyarakat
- Tingkat keamanan dan ketertiban
- Metode pengumpulan data :
Data untuk parameter-parameter sosial budaya dapat berupa data primer yang
diperoleh dengan survei dan wawancara. Disamping itu bisa juga berupa data
sekunder yang diperoleh dari BPS atau kantor pemerintahan setempat.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam komponen sosial ekonomi adalah dengan analisis tabulasi, deskriptif, trend
series maupun grafis.
c) Sosial Ekonomi
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada komponen sosial ekonomi di sekitar lokasi kegiatan
meliputi :
- Komposisi lapangan pekerjaan
- Jumlah dan jenis pusat kegiatan perekonomian
- Metode pengumpulan data :
Data untuk parameter-parameter sosial ekonomi dapat berupa data primer yang
diperoleh dengan survei dan wawancara. Disamping itu bisa juga berupa data
sekunder yang diperoleh dari BPS atau kantor pemerintahan setempat.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam komponen sosial budaya adalah dengan analisis tabulasi, deskriptif, trend
series maupun grafis.

4) Komponen Kesehatan Masyarakat


a) Sanitasi Lingkungan
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada indikator sanitasi lingkungan di sekitar lokasi
kegiatan meliputi :
- Sarana pembuangan sampah
- Sarana penyediaan air bersih
- Sarana pembuangan air limbah
- Kondisi rumah tinggal
- Luas dan lama genangan
- Metode pengumpulan data :
Data untuk parameter-parameter kesehatan lingkungan dapat berupa data primer
yang diperoleh dengan survei dan wawancara. Disamping itu bisa juga berupa data
sekunder yang diperoleh dari BPS atau kantor pemerintahan setempat.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator kesehatan lingkungan adalah dengan analisis tabulasi dan deskriptif.
b) Status Kesehatan
- Parameter yang akan dikaji:
Parameter yang akan dikaji pada komponen statkesehatan lingkungan di sekitar
lokasi kegiatan meliputi :
- Jenis penyakit yang pernah diderita
- Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
- Metode pengumpulan data :
Data untuk parameter-parameter kesehatan lingkungan dapat berupa data primer
yang diperoleh dengan survei dan wawancara. Disamping itu bisa juga berupa data
sekunder yang diperoleh dari BPS atau dinas kesehatan setempat.
- Metode analisa data
Metode analisa data yang bisa digunakan dalam mengkaji parameter-parameter
dalam indikator kesehatan lingkungan adalah dengan analisis tabulasi, deskriptif,
maupun trend series.

E.5.2 Metode Identifikasi Dampak

Dalam melakukan identifikasi dampak potensial, metode yang bisa dipakai atau dipilih
antara lain :

1. Metode teoritis, yaitu: ad-hoc, daftar uji, matriks, dan bagan alir.
2. Melakukan observasi lapangan
3. Mengadakan wawancara dengan pemuka masyarakat
4. Mempelajari respon masyarakat terhadap rencana kegiatan
5. Mempelajari peraturan yang berlaku
6. Melakukan penelitian
7. Mengadakan rapat dan lokakarya

E.5.3 Metode Identifikasi Dampak

Metode prakiraan dampak digunakan untuk memprakirakan besaran dampak dan tingkat
kepentingan dampak. Untuk memprakirakan besarnya dampak, digunakan metode :

1. Formal atau teoritis, yaitu metode perkiraan cepat, metode matematika, metode fisik,
metode eksperimental.
2. Informal, yaitu : penilaian para ahli dan analog
3. Khusus untuk dampak sosial tersedia beberapa metode, yaitu : argument dengan
analogi, studi lapangan masyarakat sejenis, Delphi, proses kelompok nominal, diskusi
kelompok terfokus.

Sedangkan untuk memprakirakan tingkat kepentingan dampak digunakan Pedoman


Penentuan Dampak Besar dan Penting.
E.5.4 Metode Evaluasi Dampak

Untuk mengevaluasi semua dampak yang terjadi dengan adanya kegiatan pembangunan
Infrastruktur Embung digunakan metode evaluasi matriks antara daftar rencana kegiatan
proyek dengan komponen lingkungan yang potensial menerima dampak dengan
menentukan tingkat besaran dan pentingnya dampak.

E.6 PROGRAM KERJA


Berikut ini program kerja yang akan dilaksanakan oleh Konsultan dalam Pekerjaan
Perencanaan UKL-UPL/DPLH Pembangunan Dermaga Sungai RPM di Kec. Katingan Kuala
(Dermaga Penggilingan Padi):
1. Tahap Persiapan
- Mobilisasi Personil
- Penyesuaian Metodologi dan Rencana Kerja
- Koordinasi dengan Pemberi Tugas
- Pengumpulan Data Awal
- Penyiapan Format Pendataan
- Penyiapan Kuesioner Survey Sosek
2. Tahap Survey
- Pengamatan Kondisi Eksisting Lokasi Dermaga
- Identifikasi Rona Lingkungan Awal
- Sampling Kualitas Air
- Sampling Kualitas Udara
- Survey Sosial dan Ekonomi
3. Tahap Analisa

- Analisa Dokumen DED Dermaga


- Analisa Rona Lingkungan Awal
- Analisa Hasil Laboratorium Kualitas Air
- Analisa Hasil Laboratorium Kualitas Udara
- Analisa Survey Sosial dan ekonomi
- Penyusunan Dokumen UKL/UPL Dermaga (Konsep)
4. Tahap Akhir
- Diskusi dengan Pihak BWS NTT 1
- Diskusi dengan BLH
- Sosialisasi
- Perbaikan dan Penyempurnaan Dokumen UKL/UPL

E.7 DISKUSI DAN ASISTENSI

Proses asistensi dan diskusi dilakukan oleh Konsultan guna menyempurnakan hasil dari
setiap kegiatan yang dilakukan, sehingga terdapat penyamaan visi dan misi serta sesuai
dengan pokok-pokok substansi yang termuat dalam Kerangka Acuan Kerja. Proses diskusi
akan melibatkan Tim Teknis yang dibentuk oleh Pemberi Kerja

E.8 ORGANISASI
Organisasi dan personil yang akan ditugaskan memegang peranan penting untuk
mengendalikan pelaksanaan seluruh rangkaian kegiatan ini. Oleh karena itu komposisi tim
dan penugasan, pada hakekatnya merupakan jawaban atas kebutuhan struktur organisasi
pelaksana pekerjaan sesuai tuntutan kerangka acuan kerja. Di sini dipresentasikan mengenai
kebutuhan unit-unit pelaksana serta hubungan kerja antar unit tersebut, maupun dengan
pemberi tugas.

Untuk ini konsultan telah menyusun suatu struktur organisasi kerja untuk pelaksanaan yang
secara garis besar terdiri dari 2 bagian yaitu pemberi tugas dan pelaksana tugas. Diharapkan
dengan terbentuknya tim ini, kegiatan diskusi rutin dengan Tim Teknis dalam rangka
pembahasan progres pelaksanaan kegiatan serta memecahkan permasalahan yang mungkin
timbul selama pelaksanaan dapat berjalan lancar.

También podría gustarte