Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
OLIGOHIDRAMNION
Disusun Oleh:
Dwi Endraningtias
108103000025
Pembimbing:
Opponent:
Arini Estetia Putri
M. Kartika Widianto
Hilda Fakhrani F.
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
berkat, rahmat dan anugerahNya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
presentasi kasus dengan judul Oligohidramnion ini. Senantiasa kita ucapkan
pula shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penyusunan presentasi kasus ini adalah dalam rangka
memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan di
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati periode 28 Januari 2013 5 April 2013.
Pada kesempatan ini pula, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada: dr.
Jimmy R. Tambunan, Sp.OG sebagai pembimbing dalam pembuatan kasus ini,
serta semua pihak yang turut serta membantu baik dalam penyusunan kasus
maupun membimbing serta menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam
penyelesaian kasus ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.
Presentasi kasus ini saya susun dengan segenap tenaga dan usaha, namun
saya menyadari bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, saya sangat mengharapkan
saran dan kritik untuk menyempurnakan presentasi kasus ini di masa yang akan
datang.
Akhir kata, semoga presentasi kasus ini dapat bermanfaat baik bagi saya
sendiri, rekan-rekan saya di tingkat klinik, pembaca, Fakultas Kedokteran UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, serta semua pihak yang membutuhkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan
amnion dan korion, terdapat likuor amnii atau yang sering disebut air ketuban.
Volume likuor amnii pada hamil cukup bulan adalah 1000 ml1500 ml, warnanya
putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas (agak amis). Cairan ini
memiliki pH 7,2 dan berat jenis 1,008 yang terdiri atas 98% air. Sisanya terdiri
dari garam anorganik serta bahan organik dan bila diteliti benar, terdapat rambut
lanugo (rambut halus yang berasal dari bayi), sel-sel epitel, dan verniks kaseosa
(lemak yang meliputi kulit bayi). Protein ditemukan rata-rata 2.6% gram per liter,
sebagian besar sebagai albumin.2
Gambar 2. Rasio Lesitin dan Sfingomielin
Sumber: Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta; PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Terdapat lesitin dan sfingomielin yang sangatlah penting untuk
mengetahui apakah janin memiliki paru yang sudah siap untuk berfungsi. Dengan
peningkatan kadar lesitin permukaan alveolus paru diliputi oleh zat yang
dinamakan surfaktan dan merupakan syarat untuk berkembangnya paru dan
bernapas. Untuk menilai hal ini, digunakan perbandingan antara lesitin dan
sfingomielin.3
Pada saat persalinan warna cairan amnion ini terkadang menjadi agak
kehijauan karena sudah tercampur dengan mekonium (kotoran pertama yang
dikeluarkan bayi dan mengandung empedu). Berat jenis likuor akan menurun
berdasarkan dengan tuanya umur kehamilan.3
Pada usia kehamilan < 8 minggu, cairan amnion dihasilkan oleh transudasi
cairan melalui amnion dan kulit janin. Pada usia kehamilan 8 minggu, janin mulai
menghasilkan urin yang masuk ke dalam rongga amnion. Urin janin secara cepat
menjadi sumber utama produksi cairan amnion. Saat menjelang aterm, janin
menghasilkan 800 ml 1000 ml urin. Paru janin menghasilkan sejumlah cairan
300 ml per hari saat aterm, namun sebagian besar ditelan sebelum masuk ruang
amnion.3
ABSORBSI CAIRAN
Absorbsi cairan amnion dalam jumlah sedikit juga terjadi melalui selaput
amnion dan masuk ke dalam aliran darah janin. Menjelang aterm, jalur ini
melakukan absorbsi sebesar 250 ml. Sejumlah kecil cairan amnion melintasi
membran amnion dan masuk ke aliran darah ibu sebesar 10 ml per hari pada usia
kehamilan menjelang aterm.2
Secara klinik cairan amnion akan dapat bermanfaat untuk deteksi dini
kelainan kromosom dan kelainan DNA dari 12 minggu 20 minggu. Cairan
amnion yang terlalu banyak disebut polihidramnion (> 2 Liter) yang mungkin
berkaitan dengan diabetes atau trisomi 18. Sebaliknya, cairan yang kurang disebut
oligohidramnion yang berkaitan dengan kelainan ginjal janin, trisomi 21 atau 13,
atau hipoksia janin. Oligohidramnion dapat dicurigai bila terdapat kantong
amnion yang kurang dari 2 x 2 cm, atau indeks cairan pada 4 kuadran kurang dari
5 cm. Setelah 38 minggu, volume akan berkurang, tetapi pada post-term
oligohidramnion merupakan penanda serius apalagi bila bercampur mekonium.2
2.5 OLIGOHIDRAMNION
Pada beberapa kasus yang jarang, volume cairan amnion mungkin turun
jauh di bawah batas normal dan kadang-kadang berkurang hingga hanya beberapa
ml cairan kental. Berkurangnya volume cairan ini disebut oligohidramnion dan
secara sonografis didefinisikan sebagai indeks cairan amnion (AFI) 5 cm atau
kurang. Penyebab keadaan ini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi secara
umum, oligohidramnion yang terjadi pada awal kehamilan jarang dijumpai dan
sering memiliki prognosis buruk. Sebaliknya, berkurangnya volume cairan
mungkin akan cukup sering ditemukan pada kehamilan yang berlanjut melewati
aterm. Resiko penekanan tali pusat, dan distres janin meningkat akibat
berkurangnya cairan amnion pada semua persalinan, apalagi pada kehamilan
postmatur.1
DEFINISI
Pada suatu keadaan tertentu banyaknya air ketuban berkurang dari normal.
Bila sampai kurang dari 500 cc maka akan disebut sebagai oligohidramnion.
Biasanya cairannya kental, keruh, berwarna kuning kehijau-hijauan. 3
Oligohidramnion merujuk pada jumlah cairan amnion yang lebih sedikit (kurang
dari 400ml).4
EPIDEMIOLOGI
ETIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
1) Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
2) Ibu merasa nyeri di perut pada setiap gerakan janin.
3) Sering berakhir dengan partus premature.
4) Bunyi jantung janin sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas.
5) Persalinan lebih lama daripada biasanya.
6) Pada saat his akan terasa sakit sekali.
7) Bila ketuban pecah, air ketuban yang keluar sedikit sekali bahkan tidak
ada yang keluar.
PATOFISOLOGI
Fisiologi normal
Patofisiologi
Sumber: Gabbe, Steven G. 2012. Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies, 6th Ed. USA: W.B.
Saunders, Elsevier.
PENATALAKSANAAN
KOMPLIKASI
Pulmonary hypoplasia
Oligohydrominios
Extremities defects
Sumber: http://doctorsgates.blogspot.com/2010/10/mnemonic-for-features-of-potter.html
Hipoplasia paru
PROGNOSIS
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
No. RM : 01218148
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Suami Pasien
Usia : 38 tahun
Pekerjaan : Pegawai
Hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-), kelainan ginjal (-), asma
(-), alergi (-).
3.2.9 Riwayat KB
Pasien menggunakan KB suntik setiap 3 bulan (dilakukan rutin selama
7 tahun terakhir).
Kepala : Normochepali
Ekstremitas : Akral hangat, CRP < 3 detik, edema (-), atrofi otot
(-)
RT : Tidak dilakukan
3.5 Resume
Ny. Priantih, usia 30 tahun, mengaku hamil 9 bulan. HPHT 10-06-
2012, TP 17-03-2013 sesuai usia kehamilan 40 minggu. Pasien mengaku
ANC rutin di puskesmas setiap bulan. USG dilakukan 1x saat usia
kehamilan 36 minggu, dikatakan keadaan janin baik. Keluhan dengan
mulas (-), keluar air-air (-), keluar lendir darah 10 jam SMRS. Keputihan
(+) sejak 1 minggu SMRS berwarna putih susu, berbau dan gatal namun
sudah diobati dan keluhan membaik. Keluhan lemas, pusing, sakit kepala,
pandangan kabur, sesak, dan nyeri dada disangkal oleh pasien. Gerak janin
aktif (+), riwayat hipertensi dalam kehamilan sebelumnya (-). BAK
dirasakan lebih sering, BAB normal. 4 hari SMRS pasien diperiksan di
puskesmas Cilandak dan dikatakan Hb 8.8 g/dl kemudian pasien dirujuk
ke poli kebidanan RSUP Fatmawati karena anemia, tidak dilakukan
transfusi hanya perubahan diet kalori. Pasien mengaku selama kehamilan
Hb berkisar 9-10 g/dl. Pasien menikah 1x hingga saat ini, mempunyai 1
orang anak hidup, riwayat KB suntik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TFU: 23cm, puka, HIS: (-),
kontraksi: tidak ada, DJJ: 146 dpm. Inspeksi: v/u tenang, perdarahan (-).
Inspekulo: portio livid, oue tertutup, flx (-), flr (+). VT: portio kenyal,
posterior, t 3cm, (-), ketuban (-), kepala H I-II. Pada pemeriksaan
penunjang didapatkan hasil USG: janin tunggal hidup presentasi kepala,
sesuai kehamilan 40 minggu, lilitan tali pusat 1x, oligohidramnion. CTG
Reassuring. Hasil pemeriksaan OCT negative. Hasil pemeriksaan
laboratorium Hb 11.0 g/dl dan APTT 23.3 detik.
3.6 Diagnosis
Ibu: G2 P1 A0 Hamil 40 minggu JPKTH, oligohidramnion, serviks belum
matang, belum inpartu.
Janin: Janin tunggal hidup presentasi kepala.
3.7 Penatalaksanaan
Rdx/
- Observasi tanda vital (TD, N, RR, Suhu) per jam
- Observasi HIS, DJJ per 30 menit
- CTG
- Cek DPL, UL, GDS, PT/APTT
Rth/ Terminasi kehamilan sesuai CTG:
- CTG Reassuing: terminasi kehamilan pervaginam bila hasil
pemeriksaan OCT (+) SC CITO
pemeriksaan OCT (-) induksi misoprostol 4 x 2 mcg pv
- CTG Non-Reassuring: terminasi kehamilan perabdominan SC
CITO
Red/ Menjelaskan rencana di atas kepada keluarga pasien.
3.8 Prognosis
Prognosis ibu: ad bonam.
Prognosis janin: ad bonam.
3.9 Hasil
Lahir spontan bayi laki-laki, berat lahir 3400 gram, panjang badan
51 cm, skor Apgar 9/10. Cairan ketuban berwarna keruh, jumlah sedikit.
Lahir plasenta lengkap. Rupture grade II dilakukan perineorafi dan
hemostasis. Alat Keluarga Berencana yang dipasang IUD Post Plasenta.
Saat ini ibu dan bayi dalam keadaan baik di ruangan rawat gabung, sudah
pulang setelah 3 hari perawatan (19 Maret 2013 - 21 Maret 2013).
BAB IV
ANALISA KASUS
Tachysystole uterin
Aspirasi Mekonium
Pada bayi tidak didapatkan sindroma Potter seperti wajah Potter (kedua
mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang melebar,
telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang), twisted skin/wrinkly
skin, hipoplasia paru, defek ekstremitas, dan agenesis ginjal.1,2 Lahir spontan bayi
laki-laki dengan berat lahir 3400 gram, panjang badan 51 cm, dan skor Apgar
9/10.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Ibu hamil disarankan untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan
makanan dengan asupan gizi yang seimbang. Ibu hamil juga direkomendasikan
untuk menjalani pemeriksaan USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk
mengamati perkembangan janin dan apakah jumlah cairan ketuban terus
berkurang atau tidak. Jika indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus
menerus berlangsung, disarankan agar ibu hamil segera ke dokter agar dilakukan
terminasi kehamilan lebih awal dengan bantuan induksi untuk mencegah
komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
DAFTAR PUSTAKA
4. Sadler, TW. 2000. Selaput Janin dan Plasenta; dalam buku: Embriologi
Kedokteran LANGMAN. Edisi Ketujuh. Jakarta: EGC; p 101-121.
6. Gilbert WM. Amniotic fluid dynamics: In Obstetrics. 16th Edition. New York:
Oxford University Press. NeoReviews 2006; 7; e292-e299.
7. Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Plasenta dan Likuor Amnii; dalam buku: Ilmu
Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; p
66-76.