Está en la página 1de 4

Amebiasis adalah infeksi parasit pada usus yang disebabkan oleh parasit Entamoebae histolytica

atau disingkat E. histolytica. Entamoeba merupakan gabungan dari beberapa parasit tunggal
yang bertekstur seperti jeli dan dapat hidup di dalam atau permukaan kulit manusia dan binatang.
Sama seperti mikroorganisme bersel satu pada umumnya, entamoeba bergerak dengan
mengubah struktur tubuhnya dan dapat berkembang biak dengan sendirinya.

Secara keseluruhan, terdapat 6 jenis entamoeba, namun hanya parasit E.histolytica yang dapat
membuat seseorang sakit. Parasit ini biasa ditemukan di lingkungan yang lembap, berair dan
berlumpur.

Siapa pun berisiko terkena infeksi amebiasis. Namun risiko ini lebih tinggi pada orang yang
tinggal atau berkunjung ke negara beriklim tropis atau daerah dengan sanitasi buruk. Selain itu,
seseorang yang memiliki daya tahan tubuh rendah dan pria yang melakukan seks sesama jenis
juga berisiko terjangkit penyakit ini.

Penyebab Amebiasis

Infeksi amebiasis terjadi ketika parasit E. histolytica masuk ke dalam tubuh manusia dan
menetap di dalam usus. Parasit ini umumnya menular melalui makanan dan minuman yang telah
terkontaminasi. Selain itu, seseorang juga dapat tertular setelah menyentuh tanah, air, pupuk atau
tangan orang lain yang sudah terpapar tinja yang mengandung parasit tersebut. Penularan juga
dapat terjadi pada orang yang melakukan seks anal, seks oral, atau pada orang yang melakukan
terapi pembilasan atau irigasi usus besar (colonic irrigation).

Secara umum, parasit E. histolytica adalah parasit tidak aktif yang dapat tinggal selama
berbulan-bulan di daerah lembap atau area yang telah terkontaminasi tinja yang terinfeksi.
Parasit yang masuk dalam tubuh manusia akan langsung berkumpul di usus dan beralih ke siklus
aktif mereka (fase tropozoit). Parasit-parasit yang aktif tersebut kemudian akan berpindah ke
usus besar. Saat parasit mengenai bagian dinding usus, penderitanya dapat mengalami masalah
seperti tinja yang disertai darah, diare, radang usus besar (kolitis), hingga kerusakan pada
jaringan usus.

Seseorang yang sudah tertular berisiko mengalami infeksi amebiasis parah jika:

Kerap mengonsumsi alkohol.


Mengalami malnutrisi.
Menderita kanker.
Sedang hamil.
Menggunakan obat kortikosteroid yang dapat menekan sistem imun tubuh.
Sering berpergian ke negara tropis atau lingkungan yang terinfeksi.

Gejala Amebiasis

Gejala amebiasis umumnya mulai dirasakan seseorang dalam kurun waktu 7-28 hari setelah
terinfeksi parasit. Perlu diingat juga bahwa tidak semua penderita akan merasakan gejala, dan
kebanyakan orang hanya akan mengalami gejala yang tergolong cukup ringan, seperti:

Diare.
Nyeri hingga kram perut.
Buang angin berlebihan.
Mudah merasa lelah.

Dalam kasus tertentu, parasit dapat menembus mukosa pada dinding usus dan menyebabkan
luka, atau justru menyebar ke organ hati melalui pembuluh darah dan mengakibatkan abses hati.
Gejala-gejala yang dapat dirasakan saat sudah memasuki kondisi parah seperti ini adalah:

Rasa nyeri saat perut ditekan.


Disentri atau diare dengan tinja yang bercampur lendir dan darah.
Demam tinggi.
Muntah-muntah.
Pembengkakan di bagian perut atau hati.
Perforasi usus atau munculnya lubang pada usus.
Sakit kuning (jaundice).

Diagnosis Amebiasis
Dalam melakukan diagnosis amebiasis, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan fisik
dan menanyakan aktivitas yang dilakukan pasien sebelumya, termasuk lokasi yang dikunjungi.
Selain itu, beberapa tes lanjutan juga akan dilakukan untuk memperkuat diagnosa, seperti:

Pemeriksaan laboratorium. Sampel tinja pasien akan diperiksa di laboratorium untuk


menemukan adanya parasit histolytica. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan ini
idealnya dilakukan beberapa kali pada hari yang berbeda.
Tes darah. Metode ini direkomendasikan dicurigai terdapat parasit histolytica di dinding
usus atau organ tubuh lainnya. Tes ini juga dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi
terkait, seperti anaemia.
Kolonoskopi. Dokter akan mengevaluasi kondisi kolon (usus besar) dan banyaknya
parasit yang ada dengan menggunakan alat khusus seperti selang tipis yang dilengkapi
kamera. Jika diperlukan, biopsi hati (pengambilan sampel jaringan hati untuk diperiksa di
laboratorium) dapat sekaligus dilakukan dalam prosedur ini.
Pemindaian, seperti CT scan atau USG, untuk memeriksa jika terdapat peradangan pada
organ tertentu.
Tes jarum. Tes ini biasanya dilakukan saat ada penumpukan nanah (abses) pada hati.

Pengobatan Amebiasis

Secara umum, obat-obatan yang diberikan untuk amebiasis adalah:

Obat antibiotik, seperti metronidazole atau tinidazole, untuk membunuh bakteri yang
ada di dalam hati atau organ lainnya. Obat ini biasa diberikan bersama dengan antiparasit,
seperti diloxanide furoate.
Obat antimual bagi penderita yang mengalami gejala mual dan muntah.

Pasien amebiasis biasanya akan disarankan untuk mengonsumsi banyak air putih dan oralit untuk
mengganti cairan yang hilang. Jika kondisi yang dialami cukup parah, dokter akan memberikan
cairan infus di rumah sakit.

Dalam kasus tertentu, tindakan operasi akan dilakukan jika terjadi pecahnya abses hati atau jika
terdapat lubang di usus.

Komplikasi Amebiasis

Berikut adalah beberapa potensi komplikasi yang dapat terjadi pada penderita amebiasis yang
tidak diobati atau yang kondisinya sudah parah, seperti:

Anemia atau perdarahan usus pada penderita yang mengalami radang usus besar.
Hambatan pada usus dikarenakan gumpalan jaringan pada dinding usus.
Pembentukan abses di dalam organ hati setelah bertahun-tahun terjangkit parasit
histolytica.
Infeksi pada organ yang terjangkit, termasuk otak dan sistem saraf pusat.
Kematian.
Pencegahan Amebiasis

Beberapa langkah berikut dapat dilakukan untuk mencegah penularan infeksi amebiasis:

Cuci tangan menggunakan sabun cair setelah buang air kecil atau buang air besar. Hal ini
juga perlu dilakukan setelah mengganti popok bayi dan sebelum mengolah makanan.
Cuci sayur atau buah sampai bersih sebelum dikonsumsi.
Cuci peralatan masak sampai bersih sebelum digunakan.
Rebus air hingga mendidih sebelum diminum.
Jangan mengonsumsi susu atau produk olahannya, seperti keju, tanpa dimasak atau
dipasteurisasi terlebih dahulu.
Hindari mengonsumsi makanan atau minuman yang tidak terjamin kebersihannya,
misalnya makanan yang dijual di pinggir jalan.
Jangan berbagi pakai alat mandi, seperti handuk atau spons, dengan siapa pun.

Artikel Terkait

Kesehatan Ini Ciri dan Gejala Usus Buntu pada Anak yang Harus Anda Ketahui

Kesehatan Strongiloidiasis: Infeksi Parasit yang Membahayakan

Ingin bertanya kepada dokter?

Atau ingin berbagi pengalamanmu?

Tanya
Diskusi Terbaru

También podría gustarte