Está en la página 1de 31

Laboratorium Satuan Operasi II

Semester V 2016/2017

LAPORAN PRATIKUM
ABSORPSI

Pembimbing : Ir. Barlian Hasan, M.T.


Tgl. Pratikum : 27 Oktober 2016
Oleh kelompok 1 :
Muhammad Ihsan Yasin (331 14 030)
Fuji Astuti (331 14 029)
Yustin Rada (331 14 036)
Restu Amalia (331 14 038)
Wahyuni Bachtiar (331 14 044)
Nurhidayah (331 14 049)

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2016
I. Tujuan
1. Menentukan penurunan tekanan di dalam kolom.
2. Menentukan karakteristik absorpsi gas CO2 dengan menggunakan air dan
NaOH

II. Rincian Kerja


1. Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian kering dengan variasi laju
alir udara.
2. Menentukan penurunan tekanan dalam kolom isian basah dengan variasi laju
alir udara.
3. Menentukan konsentrasi CO2 yang tidak terserap dalam alat HMPL.
4. Menentukan kadar CO2 didalam air dengan cara titrasi.

III. Alat dan Bahan


a. alat

Alat Kapasitas Banyaknya


Kolom absorpsi - 1 rangkaian
Pipet ukur 25 ml 2 buah
Erlenmeyer asah 250 ml 6 buah
Gelas kimia 400 ml 1 buah
Gelas kimia 100 ml 1 buah
Buret 50 ml 1 buah
Corong kaca - 1 buah
Bulb - 1 buah
Pipet tetes - 1 buah
Labu semprot - 1 buah

b. Bahan
1. Indikator PP
2. NaOH 0,01 N dan 1 N
3. Aquadest
IV. Dasar Teori

Gambar 1. Kolom absorber


Absorpsi merupakan proses yang terjadi ketika suatu komponen gas
(absorbat) berdifusi ke dalam cairan (absorben) dan membentuk suatu larutan.
Prinsip dasar dari absorpsi adalah memanfaatkan besarnya difusivitas molekul-
molekul gas pada larutan tertentu dan dapat dilakukan pada gas-gas atau cairan
yang relatif berkonsentrasi rendah maupun yang berkonsentrasi tinggi
(konsentrat). Bila campuran gas dikontakkan dengan cairan yang mampu
melarutkan salah satu komponen dalam gas tersebut dan keduanya dikontakkan
dalam jangka waktu yang cukup alam pada suhu tetap, maka akan terjadi suatu
kesetimbangan dimana tidak terdapat lagi perpindahan massa. Driving force
dalam perpindahan massa ini adalah tingkat konsentrasi gas terlarut (tekanan
parsial) dalam total gas melebihi konsentrasi kesetimbangan dengan cairan pada
setiap waktu.
Sebagai contoh adalah penyerapan ammonia dari campuran ammonia-udara
oleh zat inert. Campuran amonia-udara dengan konsentrasi tertentu memasuki
bagian bawah kolom absorpsi, bergerak anik secara berlawanan arah
(countercurrent) dengan zat inert yang bergerak turun melalui bagian atas kolom,
gas amonia yang terlarut dalam udara yang keluar akan turun dan sementara
konsentrasi amonia dalam zat inert akan naik. Setelah absorspsi terjadi, maka zat
inert akan diregenerasi kembali dengan cara distilasi sehingga gas amonia yang
terbawa dapat terlepas dari gas inert. Selanjutnya zat inert akan digunakan
kembali untuk penyerapan amonia yang masih tersisa di campuran amonia-udara.
Hal yang perlu diketahui dalam aplikasi absorpsi adalah bahwa laju absorpsi
dapat ditingkatkan dengan cara memperluas permukaan kontak.
Tabel 1. Perbedaan distilasi, absorpsi, ekstraksi, dan leaching
Distilasi Absorpsi Ekstraksi Leaching

Perbedaan titik Perbedaan Perbedaan sifat


Prinsip
didih dan difusivitas dan fisika dan -
pemisahan
tekanan uap tekanan uap kimia
Fasa Cair Gas Cair - Gas Cair - Cair Padat Cair
Kondisi
Suhu masuk Suhu dan
operasi : Suhu dan Suhu dan
dan keluar tekanan
- suhu tekanan tetap tekanan tetap
berbeda tetap
- tekanan
Peralatan
paling banyak Tray column Packed column - -
dipakai

Berdasarkan interaksi antara absorbent dan absorbate, absorpsi


dibedakan menjadi:
Absorpsi Fisika
komponen yang diserap pada absorpsi ini memiliki kelarutan yang lebih
tinggi (dibanding komponen gas lain) dengan pelarut (absorben) tanpa
melibatkan reaksi kimia.
Contoh: Absorpsi menggunakan pelarut shell sulfinol, SelexolTM, RectisolTM
(LURGI), flour solvent (propylene carbonate).
Absorpsi Kimia
melibatkan reaksi kimia saat absorben dan absorbat berinteraksi. Reaksi yang
terjadi dapat mempercepat laju absorpsi, serta meningkatkan kapasitas pelarut
untuk melarutkan komponen terlarut.
Contoh: Absorpsi yang menggunakan pelarut MEA, DEA, MDEA, Benfield
Process (Kalium Karbonat)
Absorpsi gas oleh cairan merupakan proses perpindahan massa antar fasa,
dimana komponen dalam campuran gas diserap oleh cairan. Campuran gas
umumnya terdiri dari komponen yang dapat diserap dan gas sukar diserap/
bereaksi (inert), sedangkan cairannya bersifa tidak melarut dalam fasa gas. Dalam
perpindahan massa antar fasa, terdapat batas antara kedua fasa tersebut, dimana
komponen yang terserap melalui fasanya sendiri kemudian melewati batas antar
fasa dan masuk kefasa yang lain. Hal ini terjadi bila terdapat cukup kekuatan
gerak (driving force) dari suatu fasa yang lain atau dinamakan koefisien
perpindahan massa (mass transfer coefficient). Laju perpindahan massa juga
tergantung antara lain luas permukaan kontak antar fasa.
Adapun tujuan dari proses absorpsi adalah :
1. untuk mendapatkan senyawa yang bernilai tinggi dari campuran gas atau uap;
2. untuk mengeluarkan senyawa yang tidak diinginkan dari produk;
3. pembentukan persenyawaan kimia dari absorben dengan salah satu senyawa
dalam campuran gas.
Bila gas dikontakkan dengan zat cair, maka sejumlah molekul gas akan
meresap dalam zat cair dan juga terjadi sebaliknya, sejumlah molekul gas
meninggalkan zat cair yang melarutkannya. Pada awal waktu, yang terjadi
kecepatan pelarutan gas dalam zat cair lebih besar bila dibandingkan dengan
proses pelepasan gas dari cairan pelarutnya, dengan bertambahnya waktu,
kecepatan dari pelepasan gas juga bertambah hingga pada suatu ketika terjadi
kecepatan pelarutan dan pelepasan sama besar. Keadaan ini disebut keadaan
setimbang, tekanan yang diukur pada keadaan ini juga disebut tekanan setimbang
pada temperatur tertentu.
Daya larut gas dalam cairan bergantung dari suhu dan tekanannya, semakin
tinggi suhunya semakin rendah daya larut gas dalam cairan, sedangkan semakin
tinggi tekanan, gas akan larut lebih banyak dalam cairan.
Operasi absorpsi gas dalam cairan biasanya dilakukan dalam suatu kolom
silinder berunggun (cylindrical packed column). Unggun yang dimaksud
merupakan sekumpulan benda padat dengan bentuk dan bahan tertentu (plastik/
keramik) yang disusun sedemikian rupa untuk menghasilkanluas permukaan
kontak antar fasa gas liquid yang sebesar besarnya. Dalam kolom absorbpsi,
penyerapan komponen gas oleh cairan mengalir melewati packed bed, biasanya
arah aliran fluida diatur sedemikian rupa, dimana cairan mengalir dari atas dan
gas mengalir dari bawah (counter current). Gas dan cairan yang masuk dan keluar
dapat dianalisa untuk mengetahui jumlah gas yang diserap.
Dalam skala laboratorium, peralatan kolom absorpsi gas biasanya sudah
dilengkapi dengan peralatan analisa sampel gas maupun analisa cairan (titrasi).
Perangkat peralatan analisa gas berisi larutan NaOH yang reaksinya dengan CO2.

CO2 + 2 NaOH Na2CO3 + H2O

Jumlah CO2 yang terserap sebanding dengan pertambahan volume larutan


dalam peralatan analisa tersebut.
Dalam industri, proses ini banyak digunakan antara lain dalam proses
pengambilan amonia yang ada dalam gas kota yang berasal dari pembakaran
batubara dengan menggunakan air. Atau penghilangan gas H2S yang dikandung
dalam gas alam dengan menggunakan larutan alkali.
Teori Dua Tahanan
Pada umumnya, campuran gas yang masuk kedalam kolom absorbsi terdiri
atas komponen yang dapat diserap dan gas inert (sukar diserap), sedangkan cairan
yang digunakan bersifat tidak melarut dalam fasa gas. Perpindahan massa solut
dari gas menuju cairan terjadi dalam tiga langkah perpindahan, transfer massa
dari badan utama gas kesuatu fasa antar muka, transfer muka melalui bidang antar
muka kefasa kedua dan transfer massa dari antar muka kebadan utama cairan.
Dari gambar 2 dibawah dapat dilihat bahwa pada kondisi awal, konsentrasi
A dalam badan utama gas adalah yAG fraksi mol. Ketika mulai terjadi kontak
dengan cairan, konsentasi A di daerah interfase menurun hingga yAi pada interfase
menjadi yAI dalam badan utama cairan. Dan sebagai syarat terjadinya perpindahan
perpindahan massa. Konsentrasi awal yAG dan yAI tidak berada dalam keadaan
setimbang.
Konsentrasi dari solut A yang berdifusi

Gas interface

y AG

x Ai Liquid
y Ai

x AL

Jarak

Gambar 2 Teori lapisan dua film

Perpindahan massa solut A dari gas ke cairan akan terjadi bila terdapat
cukup kekuatan gerak (driving force) dari satu fasa ke fasa lainnya yang dikenal
dengan nama koefisien perpindahan massa (mass transfer coefficient). Laju
perpindahan massa ini juga bergantung pada luas permukaan kontak antar fasa.
Menurut Whitman dan Lewis, pada saat terjadi perpindahan massa antar
fasa tahanan terhadap perpindahan tersebut hanya ada pada bahan utama masing
masing fasa. Sedangkan pada daerah antarmuka yang membatasi kedua fasa tidak
terdapat tahanan sama sekali sehingga konsentrasi yAi dan XAi merupakan harga
kesetimbangan yang diperoleh dari data kurva kesetimbangan dari sistem dua fasa
tersebut.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Absorpsi


Ada beberapa hal yang mempengaruhi absorpsi gas ke dalam cairan, yaitu :
1. temperatur operasi
2. tekanan operasi
3. konsentrasi komponen di dalam cairan
4. konsentrasi komponen di dalam aliran gas
5. luas bidang kontak
6. lama waktu kontak
Untuk itu dalam operasi absorpsi harus dipilih kondisi yang tepat sehingga
dapat diperoleh hasil optimum. Karakteristik suatu cairan dalam menyerap
komponen didalam aliran gas ditunjukkan oleh harga koefisien perpindahan
massa antara gas-cairan, yaitu banyaknya mol gas yang berpindah per satuan
waktu per satuan luas serta tiap fraksi mol [(grmol)/(detik)(cm2)(fraksi mol)]A.
Untuk menentukan harga koefisien perpindahan massa suatu zat absorpsi
dapat digunakan perhitungan berdasarkan neraca massa. Persamaan untuk kolom
absorpsi isian adalah :

0
. .
=
. . (1 0 )
1
Y- ialah fraksi mol gas yang berada dalam kesetimbangan dengan cairan
disetiap titik dalam kolom, Y adalah fraksi mol ruah bulk, A adalah luas
penampang kolom, H adalah tinggi isian dan a adalah luas spesifik isisan/satuan
volum isian. Untuk gas encer terkecuali aliran gas inert, persamaan diatas dapat
disederhanakan :
0
. .
=
(1 0 )
1

Ruas kanan dari persamaan diatas sulit diintegrasi. Perhitungan Kog dapat
disederhanakan (tetapi kurang teliti) dengan menggunakan definisi Kog :
= ( )

sehingga,

1
0
= . (1 0 )

dimana N : kecepatan absoprsi (mol/s)


P : tekanan (atm)
A : luas perpindahan massa (m2)

Laju penyerapan CO2 dapat dihitung dengan rumus :


(1 0 )(2 + 3 )
1 =
(1 0 )
Percobaan analisa karbon yang larut dalam air :
2
1 =
(2 + 3 )
Jika M adalah konsentrasi penitraan, Vs adalah volume sampel yang
digunakan untuk titrasi, maka penentuan jumlah CO2 bebas pada suatu tangki
dengan Vt volume penitraan

2 = .

Jenis Menara Absorpsi


Menara Absorpsi yang digunakan adalah Menara Absorpsi dengan Benda
Isi (Packing Column).Menara jenis ini terdiri dari kolom dengan pengisian
khusus, yang digunanya untuk memperbesar permukaan kontak dengan jala
penyebaran zat cair dan penyebaran gas. Pada zaman dahulu bahan isian yang
sering digunakan adalah kokas, pecahan batu, dsb, sedangkan sekarang sering
digunakan dari bahan tanah liat, porselen polimer, kaca, logam, dll.
Zat cair disemprotkan dari atas dan mengalir ke bawah sepanjang bahan
isian, sedangkan gas yang akan dibersihkan dimasukkan dari dasar kolom dan
menyapu sepanjang kolom isian dengan aliran berlawanan arah. Isian biasanya
digunakan berbentuk teratur/seragam. Bahan isian biasanya dipasang
menggantung diatas dasar kolom untuk memperoleh pembagian gas yang
sempurna dan menjaga supaya bagian pengisisan yang paling bawah tidak berada
di bawah zat cair absorpsi. Pada kolom yang tinggi, bagian isian dipasang dalam
paket-paket dengan memberikan jarak antar paket agar aliran zat cair dan gas
dapat terbagi kembali. Dengan cara seperti ini kerugian adanya aliran yang
menempel dinding efek dinding dalam kolom biasanya dipasang suatu alat
penahan ricikan, yaitu alat untuk mencegah tetesan air terseret oleh aliran gas.
Gambar 3.3 Menara absorpsi packing

Kolom Absorpsi

Adalah suatu kolom atau tabung tempatter jadinya proses pengabsorpsi


(penyerapan/penggumpalan) darizat yang dilewatkan di kolom/tabungtersebut.
Proses ini dilakukan dengan melewatkan zat yang terkontaminas ioleh komponen
lain dan zat tersebut dilewatkan ke kolom ini dimana terdapat fase cair dari
komponen tersebut.

Gambar 1.1 kolom absorpsi


Struktur dalam absorber
Struktur Absorber Bagian atas:
Spray untuk megubah gas input menjadi
fase cair.

Bagian tengah:
Packed tower untuk memperluas
permukaan sentuh sehingga mudah
untuk diabsorbsi

Bagian bawah:
Input gas sebagai tempat masuknya gas
ke dalam reaktor.

Keterangan :

(a) input gas (b) gas keluaran

(c) pelarut (d) hasilabsorbsi

(e) disperser (f) packed column

Absorben adalah cairan yang dapat melarutkan bahan yang akan


diabsorpsi pada permukaannya, baik secara fisik maupun secara reaksi
kimia.Absorben sering juga disebut sebagai cairan pencuci.
Persyaratan absorben :
1. Memiliki daya melarutkan bahan yang akan diabsorpsi sebesar mungkin
(kebutuhan akan cairan lebih sedikit, volume alat lebih kecil).
2. Selektif
3. Memiliki tekanan uap yang rendah
4. Tidak korosif.
5. Mempunyai viskositas yang rendah
6. Stabil secara termis.
7. Murah

Jenis-jenis bahan yang dapat digunakan sebagai absorben adalah air (untuk
gas-gas yang dapat larut, atau untuk pemisahan partikel debu dan tetesan cairan),
natrium hidroksida (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti asam) dan asam
sulfat (untuk gas-gas yang dapat bereaksi seperti basa).
Di industri absorpsi mempunyai fungsi untuk meningkatkan nilai guna dari
suatu zat dengan cara merubah fasanya. Contohnya adalah Formalin yang berfase
cair berasal dari formaldehid yang berfase gas dapat dihasilkan melalui proses
absorpsi.
V. Prosedur Kerja

A. Persiapan awal
1. Kran CO2 dibuka.
2. Dinamo air dicolokan ke stop kontak.

B. Penentuan P dalam kolom kering


1. F2 (aliran udara) di on-kan.
2. Kran F2 di atur keluaranya pada 30 L/menit.
3. P1 dan P2diamati .
4. Langkah 2 dan 3 diulangi dengan memvariasikan F2 (40,50,60,70,80,dan

90) L/menit.

C. Penentuan P dalam kolon basah


1. F1 (aliran air ) di on-kan .
2. F1 di atur keluarannya pada 3L/menit.
3. F2 diatur keluarannya pada 30 L/menit.
4. P1 dan P2 diamati
5. Kondisi kolom diamati apakah sudah terjadi floody atau belum.
6. Langkah 3 dan 5 diulangi dengan memvariasikan F2 (40,50,dan 60)

L/menit.

D. Penentuan CO2 yang diabsorpsi dengan cara titrasi


1. F1 di On-kan dan diatur keluarannya pada 3 L/menit.
2. F2 di On-kan dan diatur pada 40 L/menit.
3. F3 di On-kan dan diatur pada 3 L/menit.
4. Sampel air yang masuk dan keluar dari kolom diambil sebanyak 25 ml
pada variasi waktu 0,15,30,45,dan 60 menit.
5. Kemudian sampel air masuk dan keluar kolom dititrasi dengan NaOH
0,01 N dan dicatat volume penitarnya.
6. Langkah 4-6 diulangi dengan memvariasikan F3(4 dan5) L/menit .
E. Penentuan CO2 yang diabsorpsi dengan metode HEMPL
1. Penentuan IV dan V dijalankan bersamaan karena pengaturan F1, F2, dan
F3 sama.
2. Larutan NaOH 1N dimasukan pada labu yang ada dialat absorpsi sampai
level permukaan labu sama dengan level permukaan pengukur volume
disamping kirinnya.
3. Sama seperti penentuan IV F3 diatur pada 3 L/menit, dan pengambilan
data pada 0,15,30,45 dan 60 menit .
4. Pada pengambilan data dicatat P1 dan P2.
5. Selanjutnya aliran udara dari permukaan kolom diubah arah alirannya dan
menuju ke spuit penginjeksi .
6. Spuit penginjeksi ditarik sampai batas 40 dan dibiarkan selama beberapa
saat sampai ada udara yang masuk ke spuit .
7. Aliran udara diarahkan kembali kepengukur tekanan diamati P1.
8. Selanjutnya dilakukan penginjeksi selama 4 kali dan spuit berakhir pada
batas 40, katup penghubung spuit dan larutan NaOH ditutup .
9. Kemudian V1 dibaca pada tinggi larutan yang terinjeksi V2 konstan .
10. Langkah 3-9 diulangi dengan memvariasikan F3 (4 dan 5) L/menit.
VI. Data Pengamatan
a. P dalam kolom kering

F1 (L/min) P1 (mmH2O) P2 (mmH2O) P total (mmH2O)


30 6 1 7
40 6 1 7
50 8 3 11
60 11 5 16
70 14 7 21
80 17 9 26
90 20 13 33
100 23 15 38
110 25 15 40
120 27 17 44
130 29 19 48
140 29 19 48
150 21 20 41

b. P dalam kolom basah


F3 = 3 L/min

F2 (L/min) P1 (mmH2O) P2 (mmH2O) P total (mmH2O) Keadaan


30 29 17 46
40 47 29 76
50 84 69 153
60 104 131 235 flooding
c. Data analisis CO2 yang diserap

Analisis HMPL Analisis Titrasi (ml)


F3 (l/min) Waktu P1 P2
V1 (ml) V2 (ml) masuk keluar
0 - - 110 96 1,2 1,15
15 40 0,6 110 96 1,2 1,125
3 30 40 1,6 107 95 1,275 1,2
45 40 1,7 103 102 1,3 1,2
60 40 2,2 100 101 1,6 1,5
0 - - 129 112 1,2 1,3
15 40 1 129 112 1,2 1,3
4 30 40 1,4 129 114 1,1 1,4
45 40 3,0 125 110 1,45 1,5
60 40 4,1 120 162 1,5 1,05
0 - - 115 107 1,7 1,6
15 40 1,7 151 168 1,8 2,2
5 30 40 2,4 113 115 2,2 1,7
45 40 3,0 130 148 1,55 1,75
60 40 4,1 141 185 2,4 1,5
VII. Perhitungan
1. Metode HMPL

Nilai F2 = 50 L/min
Penentuan fraksi CO2 dalam aliran gas masuk (Yi) dan fraksi CO2 dan
aliran gas keluar (Yo)

3 2
Yi = Yo =
3 + 4 1

3 / 0,6
Yi = (50 + 3) / Yo = 40

Yi = 0,0566 Yo = 0,015

Untuk nilai Yi dan Yo untuk data selanjutnya menggunakan persamaan


seperti diatas dapat dilihat pada table berikut

F3 Waktu Analisis HMPL


P total Yi Yo
(L/min) (min)
V1 (ml) V2 (ml)
0 0 0 206 0.056603774 0
15 40 0.6 206 0.056603774 0.015
3
30 40 1.6 202 0.056603774 0.04
45 40 1.7 205 0.056603774 0.0425
60 40 2.2 201 0.056603774 0.055
0 0 0 241 0.074074074 0
15 40 1 241 0.074074074 0.025
4
30 40 1.4 243 0.074074074 0.035
45 40 3 235 0.074074074 0.075
60 40 4.1 282 0.074074074 0.1025
0 0 0 222 0.090909091 0
1 40 1.7 319 0.090909091 0.0425
5 30 40 2.4 228 0.090909091 0.06
45 40 3 278 0.090909091 0.075
60 40 4.1 326 0.090909091 0.1025
Penentuan CO2 yang diabsorpsi sepanjang kolom (laju alir volume)

( )(2 + 3)
Fa = 1

(0,0566 0,015)(50 + 3) /
Fa = 10,015

Fa = 2,2386 L/min 1 min/s

Fa = 0,03731 L/s

Nilai Fa untuk data selanjutnya menggunakan persamaan seperti diatas


dapat dilihat pada table berikut

F3 Waktu
Yi Yo
(L/min) (min) Fa (L/min) Fa (L/s)
0 0.056603774 0 0 0
15 0.056603774 0.015 2.238579 0.03731
3
30 0.056603774 0.04 0.916667 0.015278
45 0.056603774 0.0425 0.780679 0.013011
60 0.056603774 0.055 0.089947 0.001499
0 0.074074074 0 0 0
15 0.074074074 0.025 2.717949 0.045299
4
30 0.074074074 0.035 2.186528 0.036442
45 0.074074074 0.075 -0.05405 -0.0009
60 0.074074074 0.1025 -1.71031 -0.02851
0 0.090909091 0 0 0
1 0.090909091 0.0425 2.780679 0.046345
5 30 0.090909091 0.06 1.808511 0.030142
45 0.090909091 0.075 0.945946 0.015766
60 0.090909091 0.1025 -0.71031 -0.01184
Penentuan tekana partikel gas CO2 masuk kolom (Pi) dan tekanan gas
CO2 keluar kolom (Po)

Pout = 760 mmHg

Ptotal = 206 mmH2O = 20,6 cmH2O

1 /3
Ptotal = 20,6 cmH2O 13,6 /32

= 1.514705882 cmHg
10
= 1.514705882 cmHg 1

= 15.14705882 mmHg

Pin = Pout + PHg

= (760 + 15.14705882) mmHg

= 775.14706 mmHg
+
Prata-rata = 2

(760 + 775.14706 )
= 2

= 767.573529

Pi = Yi Pin

= 0,0566 775.14706 mmHg

= 43.87625 mmHg

Po = Yo Pout

= 0,015 760 mmHg

= 11,4 mmHg
Nilai Pi dan Po untuk data selanjutnya, menggunakan persamaan seperti diatas dapat dilihat pada table berikut

F3 Waktu P
rata-rata
Yi Yo P total P total P out P in Pi Po
(L/min) (min) (mmHg)
(mmH2O) (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
0 0.056603774 - 206 15.14705882 760 775.14706 767.573529 43.87625 0
15 0.056603774 0.015 206 15.14705882 760 775.14706 767.573529 43.87625 11.4
3
30 0.056603774 0.04 202 14.85294118 760 774.85294 767.426471 43.8596 30.4
45 0.056603774 0.0425 205 15.07352941 760 775.07353 767.536765 43.87209 32.3
60 0.056603774 0.055 201 14.77941176 760 774.77941 767.389706 43.85544 41.8
0 0.074074074 - 241 17.72058824 760 777.72059 768.860294 57.60893 0
15 0.074074074 0.025 241 17.72058824 760 777.72059 768.860294 57.60893 19
4
30 0.074074074 0.035 243 17.86764706 760 777.86765 768.933824 57.61983 26.6
45 0.074074074 0.075 235 17.27941176 760 777.27941 768.639706 57.57625 57
60 0.074074074 0.1025 282 20.73529412 760 780.73529 770.367647 57.83224 77.9
0 0.090909091 - 222 16.32352941 760 776.32353 768.161765 70.57487 0
1 0.090909091 0.0425 319 23.45588235 760 783.45588 771.727941 71.22326 32.3
5 30 0.090909091 0.06 228 16.76470588 760 776.76471 768.382353 70.61497 45.6
45 0.090909091 0.075 278 20.44117647 760 780.44118 770.220588 70.9492 57
60 0.090909091 0.1025 326 23.97058824 760 783.97059 771.985294 71.27005 77.9
Penentuan laju mol CO2 yang terserap dengan alat HMPL (N)

273
N = 22,42 [760 ] [ ]

0,03731 / 767.573529 273


= 22,42 / [ ] [303 ]
760

= 0.001514 mol/s

Nilai Fa untuk data selanjutnya menggunakan persamaan seperti diatas


dapat dilihat pada table berikut

Analisis
F3 Waktu HMPL Prata-rata
Fa (L/s) N (mol/s)
(L/min) (min) V1 V2 (mmHg)
(ml) (ml)
0 0 0 767.573529 0 0
15 40 0.6 767.573529 0.03731 0.001514
3
30 40 1.6 767.426471 0.015278 0.00062
45 40 1.7 767.536765 0.013011 0.000528
60 40 2.2 767.389706 0.001499 6.08E-05
0 0 0 768.860294 0 0
15 40 1 768.860294 0.045299 0.001842
4
30 40 1.4 768.933824 0.036442 0.001482
45 40 3 768.639706 -0.0009 -3.7E-05
60 40 4.1 770.367647 -0.02851 -0.00116
0 0 0 768.161765 0 0
1 40 1.7 771.727941 0.046345 0.001891
5 30 40 2.4 768.382353 0.030142 0.001225
45 40 3 770.220588 0.015766 0.000642
60 40 4.1 771.985294 -0.01184 -0.00048
Penentuan nilai konstanta absorpsi (Kog)

luas spesifik packing (a) = 440 m2/m3


diameter kolom (d) = 0,075 m
tinggi kolom (H) = 1,4 m


Kog = ( )

43.87625
0.001514 /
(43.8762511,4
= 2 1
440 (0,075 )2 1,4 11,4)
3 4

= 2,319 10-5 mol/m2.s.mmHg

Nilai Kog untuk data selanjutnya menggunakan persamaan seperti diatas


dapat dilihat pada table berikut

Analisis HMPL Kog


F3 Waktu N Pi Po
(L/min) (min) (mol/s) (mmHg) (mmHg) (mol/m2.s.mmHg)
V1 (ml) V2 (ml)
0 0 0 0 43.87625 0 0
15 40 0.6 0.001514 43.87625 11.4 2.319E-05
3
30 40 1.6 0.00062 43.8596 30.4 6.229E-06
45 40 1.7 0.000528 43.87209 32.3 5.155E-06
60 40 2.2 6.08E-05 43.85544 41.8 5.241E-07
0 0 0 0 57.60893 0 0
15 40 1 0.001842 57.60893 19 1.952E-05
4
30 40 1.4 0.001482 57.61983 26.6 1.362E-05
45 40 3 -3.7E-05 57.57625 57 -2.36E-07
60 40 4.1 -0.00116 57.83224 77.9 -6.36E-06
0 0 0 0 70.57487 0 0
1 40 1.7 0.001891 71.22326 32.3 1.418E-05
5 30 40 2.4 0.001225 70.61497 45.6 7.899E-06
45 40 3 0.000642 70.9492 57 3.718E-06
60 40 4.1 -0.00048 71.27005 77.9 -2.39E-06
2. Metode Titrasi

Penentuan konsentrasi CO2 pada aliran masuk (Cd) dan konsentrasi CO2
pada aliran keluar (Co)
V1 = volume titrasi
C1 = konsentrasi peniter (NaOH)
V2 = volume titrasi
1 1 1 1
Cd = Co =
2 2

1,2 0,01 1,15 0,01


= =
25 25

= 0,00048 M = 0,00046 M

Nilai Cd dan Co untuk data selanjutnya menggunakan persamaan seperti


diatas dapat dilihat pada table berikut

F3 Waktu Analisis Titrasi (ml) Cd Co


(L/min) (min) masuk keluar (M = mol/L) (M = mol/L)
3 0 1.2 1.15 0.00048 0.00046
3 15 1.2 1.125 0.00048 0.00045
3 30 1.275 1.2 0.00051 0.00048
3 45 1.3 1.2 0.00052 0.00048
3 60 1.6 1.5 0.00064 0.0006
4 0 1.2 1.3 0.00048 0.00052
4 15 1.2 1.3 0.00048 0.00052
4 30 1.1 1.4 0.00044 0.00056
4 45 1.45 1.5 0.00058 0.0006
4 60 1.5 1.05 0.0006 0.00042
5 0 1.7 1.6 0.00068 0.00064
5 15 1.8 2.2 0.00072 0.00088
5 30 2.2 1.7 0.00088 0.00068
5 45 1.55 1.75 0.00062 0.0007
5 60 2.4 1.5 0.00096 0.0006
Penentuan laju CO2 yang diabsorpsi (N)

Vol system = d2 H
= 3,14 (0,075 m)2 1,4 m
= 0,00618

[(Cd(t=N) Cd (t=M))Vol.sistem]
N= (NM)60 s

[(0.00048 0.00048) mol/L 0,00618 3 ] 1 1


N= (15o) min 60 s 1000 3

= 0 mol/s

Nilai N untuk data selanjutnya menggunakan persamaan seperti diatas


dapat dilihat pada table berikut

Analisis Titrasi
F3 Waktu Cd Co N
(ml)
(L/min) (min) (M = mol/L) (M = mol/L) (mol/s)
masuk keluar
0 1.2 1.15 0.00048 0.00046 -
15 1.2 1.125 0.00048 0.00045 0
3
30 1.275 1.2 0.00051 0.00048 1.03E-10
45 1.3 1.2 0.00052 0.00048 1.37333E-10
60 1.6 1.5 0.00064 0.0006 2.74667E-10
0 1.2 1.3 0.00048 0.00052 -
15 1.2 1.3 0.00048 0.00052 0
4 30 1.1 1.4 0.00044 0.00056 -1.37333E-10
45 1.45 1.5 0.00058 0.0006 2.28889E-10
60 1.5 1.05 0.0006 0.00042 2.06E-10
0 1.7 1.6 0.00068 0.00064 -
15 1.8 2.2 0.00072 0.00088 2.74667E-10
5 30 2.2 1.7 0.00088 0.00068 6.86667E-10
45 1.55 1.75 0.00062 0.0007 -1.37333E-10
60 2.4 1.5 0.00096 0.0006 4.80667E-10
VIII. Pembahasan

WAHYUNI BACHTIAR (331 14 044)

Absorbsi adalah proses penyerapan fluida menggunakan absorben berfasa cair.


Pengaplikasian proses ini dapat ditemui dalam proses pengambilan amoniak yang
berada dalam gas hasil pembakaran batubara dengan menggunakan air. Pada kasus ini
digunakan Air sebagai absorben untuk menyerap gas CO2 yang dialirkan secara
berlawanan dalam kolom absorbsi. Alat yang digunakan dalam proses absorpsi disebut
dengan absorber. Pada rangkaian alat absorber terdapat kolom absorpsi yang diisi
dengan packing. Packing atau bahan isian ini berfungsi untuk menghambat aliran fluida
yang melewati kolom sehingga fluida akan mengalami pressure drop sehingga
membantu terjadinya kontak antar fasa. Disamping pengguanaan air dan gas CO2
digunakan juga udara dalam praktikum ini. Udara ini berperan sebagai carrier gas atau
zat yang berfungsi membawa gas CO2 untuk bereaksi dengan H2O. Dalam proses
absorpsi terdapat istilah flooding yang artinya merupakan peningkatan laju alir cairan
lebih lanjut dan menyebabkan terjadinya pengumpulan cairan di bagian atas kolom
(banjir).
Percobaan yang pertama yaitu menentukan penurunan tekanan didalam
kolom kering dengan variasi laju udara. Dari data, dapat dinyatakan bahwa
harga pressure drop (P) berbanding lurus dengan laju alir udara yang
diberikan. Artinya, jika laju alir yang diberikan semakin besar maka pressure
drop yang diperoleh akan semakin besar pula, begitu juga sebaliknya. Dengan
adanya fenomena seperti ini, maka hal tersebut sejalan dengan keadaan gas
ideal suatu operasi absorpsi yang menyatakan bahwa peningkatan laju alir gas
berbanding lurus dengan penurunan tekanan, dikarenakan pada laju alir udara
maksimum terjadi tumbukan antar gas yang mengalir dari bawah dengan isisan
dalam kolom kering.
Percobaan yang kedua yaitu menentukan penurunan tekanan didalam
kolom basah dengan variasi laju udara. Pada percobaan ini, dilakukan kontak
antara air dengan udara dalam kolom isian. Adanya kolom isian akan
menyebabkan tahanan antara aliran air dengan aliran udara dan mengakibatkan
bidang sentuh antara air dan udara jadi semakin besar. Peristiwa absorpsi pada
percobaan ini berupa aliran counter-current dimana aliran udara masuk di
bawah kolom dan aliran air masuk di atas kolom dengan laju alir masing-
masing yang dapat diatur. Sehingga kita dapat melihat bagaimana pengaruh laju
alir udara masuk terhadap tekanan pada kolom yang terbasahi.Pada setiap laju
alir, setelah dilakukan set laju alir air dan udara, terdapat jeda selama beberapa
menit untuk menunggu keadaan kolom menjadi steady. Hal ini dilakukan agar
tejadi kesetimbangan antara air dan udara dalam kolom absorpsi dan untuk
meyakinkan telah terjadi absorpsi yang cukup merata pada semua titik.
Berdasarkan data hasil praktikum, terlihat hubungan yang linier dimana
perbedaan tekanan semakin besar dengan kenaikan laju alir udara pada saat laju
alir air konstan. Hal ini sesuai dengan persamaan Ergun yang menggambarkan
bahwa perbedaan tekanan akan semakin besar dengan naiknya kecepatan
superficial. Fenomena ini terjadi karena laju alir udara yang semakin tinggi
maka transfer massa udara ke air akan semakin sedikit karena waktu tinggal
ataupun waktu kontak akan semakin cepat sehingga komponen yang terabsorpsi
ke air tidak merata. Selain itu terjadi flooding, yaitu pengumpulan cairan di atas
kolom pada laju alir udara 60 L/min yang dapat disebabkan karena ruang antara
bahan pengisi yang semula dilewati ole gas menjadi lebih banyak dilewati oleh
cairan, sehingga akan menyebabkan hold up (cairan yang terikat di dalam
ruangan bertambah). Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa penurunan
tekanan pada kolom kering jauh lebih rendah dibandingkan dengan penurunan
tekanan pada kolom basah.
Pada percobaan ketiga, dilakukan analisis untuk mengetahui banyaknya CO2
yang diserap oleh absorber. Terdapat dua metode analisis yang dilakukan yaitu metode
titrasi dan metode HMPL. Metode titrasi adalah dimana sampel yang telah mengalami
kontak dengan gas yang dialirkan didalam kolom akan dialnalisa kadar CO2 nya
melalui titrasi dengan larutan NaOH 0.01 N. sedangkan metode HMPL adalah dimana
analisa kadar CO2 melalui pengaliran gas CO2 ke dalam sebuah labu pada absorber
berisi NaOH 1N. Dari data hasil analisis kemudian dihitung untuk mengetahui laju
penyerapan CO2 oleh absorber setiap 15 menit. Hasil dari perhitungan dapat dilihat
pada grafik hubungan waktu penyerapan versus laju penyerapan CO2 dibawah ini

Grafik t vs N metode HMPL


0.0025
0.002
Laju penyerapan CO2 (mol/s)

0.0015
0.001
F3 = 3 L/min
0.0005
F3 = 4 L/min
0
F3 = 5 L/min
0 20 40 60 80
-0.0005
-0.001
-0.0015
t (min)

grafik t vs N metode titrasi


8E-13
laju penyerapan CO2 (mol/s)

6E-13

4E-13 F3 = 3 L/min
F3 = 4 L/min
2E-13
F3 = 5 L/min
0
0 20 40 60 80
-2E-13
t (min)
Dari grafik diatas dapat dilihat untuk metode HMPL laju mol (laju penyerapan)
CO2 menurun seiring dengan berjalannya waktu untuk semua variasi laju alir
CO2 (F3). Dengan kata lain laju penyerapan CO2 semakin lama semakin lambat.
Sedangkan untuk analisis dengan metode titrasi dapat dilihat pada grafik bahwa
laju penyerapan CO2 tidak stabil untuk setia waktunya. Laju penyerapan naik
dan turun setiap waktu. Hanya pada laju alir CO2 (F3) = 3 L/min laju alir
penyerapan penyerapan lumayan stabil dapat dilihat bahwa leju penyeraan naik
seiring berjalannya waktu. Namun berbeda dengan hasil analisis yang
didapatkan melalui metode HMPL yakni laju penyerapan berkurang seiring
berjalannya waktu. Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kesalahan pada
saat melakukan titrasi sampel sehingga data yang digunakan untuk menghitung
nilai laju penyarapn tidak akurat. Sedangkan untk nilai koefisien pada metode
HMPL didapatkan untuk setiap variasi laju alir (F3) semakin lama nilai
koefisien semakin menurun.
IX. Kesimpulan
1. Pada kolom kering, penurunan tekanan (P) sebanding dengan peningkatan
laju alir udara.
2. Pada kolom basah (air dan udara dialirkan secara counter-current), penurunan
tekanan (P) sebanding dengan peningkatan laju alir udara.
3. Untuk metode HMPL semakin lama waktu operasi laju penyerapan dengan
gas CO2 semakin menurun.

X. Daftar Pustaka
Zulmanwardi. 2007. Petunjuk Praktikum Satuan Operasi 2. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Ujung Pandang: Makassar
-----.2012.ABSORBSI. Laboratorium Satuan Operasi Diploma 3 Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung: Bandung
Grafik t vs N metode HMPL
0.0025

0.002
Laju penyerapan CO2 (N) (mol/s)

0.0015

0.001
F3 = 3 L/min
0.0005
F3 = 4 L/min
0 F3 = 5 L/min
0 10 20 30 40 50 60 70
-0.0005

-0.001

-0.0015
t (min)

grafik t vs N metode titrasi


8E-13

7E-13
laju penyerapan CO2 (N) (mol/s)

6E-13

5E-13

4E-13
F3 = 3 L/min
3E-13
F3 = 4 L/min
2E-13
F3 = 5 L/min
1E-13

0
0 10 20 30 40 50 60 70
-1E-13

-2E-13
t (min)

También podría gustarte