Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
RANCANGAN MODEL PENGEMBANGAN USAHA
PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
Studi Kasus: Cilacap, Pelabuhanratu, DKI Jakarta dan Cirebon
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
DOKTOR
pada
Program Studi Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PERNYATAAN
Disertasi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Teknologi Kelautan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tertutup Tanggal 5 Februari 2008:
1. Prof. Dr. Ir. Musa Hubies, Dipl.Ing.DEA
Disetujui :
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Mita Wahyuni M.Sc Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA
Anggota Anggota
Diketahui :
Prof. Dr. Ir. John Haluan M.Sc Prof. Dr. Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS
Puji Tuhan, atas kuasa dan kehendak Tuhan jualah sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah dalam bentuk disertasi merupakan
salah satu syarat untuk mencapai gelar doktor di Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari, bahwa tanpa bantuan pihak lain disertasi ini tidak akan dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu , baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian disertasi ini.
Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada Prof. Dr. Ir. John Haluan M.Sc selaku ketua
komisi pembimbing dalam penyusunan disertasi ini. Hal yang sama penulis
sampaikan kepada Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA dan Dr. Ir. Mita Wahyuni
M.Sc selaku anggota komisi pembimbing sekaligus dosen sejak penulis
mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana (S3) pada tahun 2002, yang
telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu selama penulis menempuh
pendidikan. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para anggota
tim penguji luar komisi, yang telah memberikan kritik sekaligus masukan
konstruktif guna penyempurnaan disertasi ini.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Martani Huseini selaku Direktur Jenderal Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Departemen Kelautan dan Perikanan
yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk
menempuh pendidikan doktor di Institut Pertanian Bogor.
2. Bapak Rektor IPB, Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir.Khairil Anwar
Notodiputro, MS, Bapak Ketua Program Studi Teknologi Kelautan, Prof.
Dr. Ir. John Haluan M.Sc beserta seluruh staf pengajar dan staf
administrasi pada program studi Teknologi Kelautan (TKL) atas semua
bantuan dan fasilitas yang disediakan sehingga penulis dapat mengikuti
pendidikan dengan baik dan lancar.
3. Bapak Ir. Santoso M.Phil selaku Kepala Balai Besar Pengembangan dan
Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan program S3
di Institut Pertanian Bogor.
4. Bapak Ir. Nazori Djazuli M.Sc selaku Direktur Standardisasi dan Akreditasi
yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan pendidikan program S3 di Institut Pertanian Bogor
ini.
5. Teman-teman seperjuangan dan seangkatan pada program S3 kelas
khusus program studi Teknologi Kelautan angkatan 2002, mereka telah
banyak memberikan bantuan, dorongan, kritik dan saran kepada penulis.
Sayang, pada akhirnya penulis dan mereka sudah harus mulai berpisah
untuk menentukan jalannya masing-masing dalam menjalani proses
pengabdian selanjutnya.
Akhirnya penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih
secara khusus kepada kakakku, Sri Hartiti dan Sugeng Priyadi yang tak
henti-hentinya memberikan motivasi dan doa untuk keberhasilan dan
kesuksesan penulis.
Sesungguhnya, ketika menjalani kehidupan masa kecil dulu di sebuah
Desa Gemolong wilayah Solo Jawa Tengah yang penuh dengan
kesulitan, penulis tidak pernah membayangkan apalagi bermimpi bahwa
salah seorang diantara kami bisa sampai pada jenjang pendidikan Strata
tiga (S3).
Penghargaan dan terima kasih khusus juga kami tujukan kepada istri,
M.G. Sri Sudarini dan putra-putri kami, V. Adhi Surya Rakasiwi S.E. Ak.
dan Monica Dhika Prameswari S.Farm. yang selama penulis menjalankan
pendidikan program Pascasarjana di Institut Pertanian Bogor, selalu
memberikan dukungan dan dorongan/motivasi serta menerima dengan
penuh pengertian, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
Penulis menyadari bahwa disertasi ini masih ada kekurangannya,
untuk itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak selalu penulis
harapkan. Terima kasih.
Y.A. BUDHI JATMIKO, lahir di Solo Jawa Tengah pada tanggal 8 Pebruari
1956 dari ayah bernama Yososumarto dan ibu bernama Sukasri yang saat ini
sudah almarhum. Penulis merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara. Pendidikan
dasar diselesaikan di SDN I Gemolong-Sragen pada tahun 1968, melanjutkan
pendidikan di SMPN IV Solo dan tamat pada tahun 1971, pendidikan selanjutnya
dijalani di SMAN II Solo hingga tamat pada tahun 1974. Pada tahun 1975 penulis
melanjutkan belajar di PGSLP Solo dan lulus pada tahun yang sama.
Jenjang pendidikan Akademi, penulis selesaikan pada Akademi Usaha
Perikanan (AUP) Jakarta dan lulus tahun 1980. Pada tahun 1987 penulis
menyelesaikan pendidikan pada program Diploma IV di Pendidikan Ahli Usaha
Perikanan (AUP) Jakarta, selanjutnya Penulis berkesempatan melanjutkan
jenjang pendidikan S2 pada Magister Manajemen (MM) yang diselenggarakan
oleh IPWI Jakarta dan lulus pada tahun 1997. Penulis mengakhiri pendidikan
formal saat ini pada Institut Pertanian Bogor (IPB) Program Studi Teknologi
Kelautan (TKL) Strata 3 sejak tahun 2002 sampai tahun 2009 ini.
Penulis mengawali karir dalam jabatan struktural sebagai Kepala Sub Seksi
Sarana Pelabuhan pada Pelabuhan Perikanan Pantai Banjarmasin Kalimantan
Selatan dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1983 dan sejak tahun 1984
sampai dengan sekarang (2007) atau sekitar 23 tahun bekerja pada Balai Besar
Pengembangan dan Pengendalian Hasil Perikanan (BBP2HP) direktorat
Jenderal P2HP-Departemen Kelautan dan Perikanan. Saat ini penulis dipercaya
mengemban jabatan Struktural pada BBP2HP sebagai Kepala Bidang Monitoring
Mutu Hasil Perikanan.
Penulis menikah dengan Sri Sudarini pada tanggal 22 Mei 1982 di kota Solo
dan sampai saat ini telah dikaruniai dua orang anak, yaitu Victor Adhi Surya
Rakasiwi S.E.Ak. (26 tahun) dan Monica Dhika Prameswari S.Farm., Apt (24
tahun).
DAFTAR ISI
Halaman
1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Formulasi Masalah............................................................................. 7
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 8
1.6 Kerangka Pikir Penelitian................................................................... 8
1.7 Keluaran yang Diharapkan ................................................................ 11
1.8 Manfaat Penelitian ............................................................................. 11
i
3 METODOLOGI PENELITIAN.................................................................. 45
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 45
3.2 Metode Penelitian ........................................................................... 45
3.2.1 Pemilihan komoditas potensial............................................... 46
3.2.2 Pemilihan produk unggulan ................................................... 46
3.3 Pengumpulan Data, Jenis dan Sumber Data ................................... 48
3.4 Jenis dan Sumber Data.................................................................... 49
3.5 Analisis Data .................................................................................... 51
LAMPIRAN
ii
DAFTAR ISTILAH
Definisi-definisi :
(1) ADB
(http://web.worldbank.org/WBSITE/EKSTERNAL/NEWS/().contentMD:20
026975).
(3) BPS
iii
parameter skala usaha antara 45-69; Skala Menengah memiliki nilai
kumulatif parameter skala usaha antara 70-89; Skala Besar memiliki nilai
kumulatif parameter skala usaha antara 90-100.
Usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan WNI
yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1000.000.000 per
tahun, sedangkan usaha kecil memiliki hasil penjualan paling banyak Rp
1 milyar per tahun (SK Menteri Keuangan No.40/KMK.06/2003)
Industri kecil adalah kegiatan industri dengan nilai investasi kurang dari
200 juta rupiah dan industri menengah nilai investasinya kurang dari 10
milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
(8) ILO
(9) Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Usaha mikro dan usaha kecil adalah suatu badan usaha milik WNI baik
perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih
(tidak termasuk tanah dan bangunan) sebanyak-banyaknya Rp 200 juta
dan atau mempunyai omzet/nilai output atau hasil penjualan rata-rata per
tahun sebanyak-banyaknya Rp 1 milyar dan usaha tersebut berdiri
sendiri.
iv
(10) Komite Penanggulangan Kemiskinan Nasional
Pengusaha mikro adalah pemilik atau pelaku kegiatan usaha skala mikro
di semua sektor ekonomi dengan kekayaan diluar tanah dan bangunan
maksimum Rp 25 juta.
(11) USAID
2). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka edisi 3 tahun
2002 yang dimaksud dengan:
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
23. Produksi perikanan tangkap yang kontinyu didaratkan di
Kabupaten Cirebon (2002-2006) ........................................................... 76
24. Ranking jenis ikan berdasarkan nilai ekonomi di Kabupaten
Cirebon .................................................................................................. 77
25. Produksi perikanan Kabupaten Cirebon dan serapan industri............... 78
26. Pemilihan komoditas potensial dari jenis ikan yang belum diserap
Unit Pengolahan Ikan (UPI) ................................................................... 79
27. Pemilihan produk potensial di Kabupaten Cilacap................................. 80
28. Mutu surimi ikan campuran (multi species) dalam teknologi
pengolahan surimi ikan hasil tangkapan samping (by catch)................. 81
29. Pemilihan produk potensial di Pelabuhanratu....................................... 82
30. Pemilihan produk potensial di DKI Jakarta ............................................ 83
31. Pemilihan komoditas potensial di Kabupaten Cirebon........................... 86
32. Pembagian tugas dan tanggung jawab stakeholders pada strategi
pengembangan industri Surimi .............................................................. 95
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Alur penelitian......................................................................................... 10
2. Tahapan pendekatan sistem (Eriyatno, 1998)........................................ 17
3. Teknis penanganan dan pengolahan surimi (SNI 01-2694.2-1992) ....... 34
4. Arsitektur model SPK Perikanan ............................................................ 54
5. Rancangan model pengembangan usaha pengolahan hasil
perikanan ............................................................................................... 96
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
1 PENDAHULUAN
Pada tahun 2004 total produksi perikanan sebesar 6,5 juta ton. Dari
jumlah tersebut sebanyak 66,2% berasal dari laut. Produksi perikanan tersebut
dimanfaatkan sebagai makanan dalam bentuk segar (56,16%), olahan
tradisional (26,31%) dan olahan modern sebesar 17,53%. Dari jumlah total
olahan tradisional, sebanyak 68,73 % diolah dalam bentuk ikan asin,
sedangkan sisanya didistribusikan dalam bentuk produk pindang, fermentasi
serta bentuk olahan lainnya. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar
mempunyai nilai dan tingkat mutu yang rendah (Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap 2004). Pada tahun yang sama, ekspor perikanan mencapai 902.358
ton dan hampir 80% didominasi produk olahan modern, sementara ekspor
produk tradisional seperti ikan asin, ikan asap, ikan pindang dan produk
fermentasi hanya 5,3% dari total ekspor. Jumlah ekspor produk tradisional
tersebut hanya sebesar 3,6% berasal dari kegiatan usaha dengan skala rumah
tangga.
2
aspek dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Kedekatan antara kegiatan
produksi dengan ketersediaan bahan baku, tenaga kerja dan teknologi
ditambah dengan permodalan merupakan dasar dalam menentukan
keberhasilan pengembangan produk perikanan.
3
sumber protein hewani lainnya, yaitu 2,293,43% serta telur dan susu 2,86
3,72 % (BPS, 2004). Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri dari 13.677
pulau mempunyai garis pantai sekitar 81.000 km dan sebagian besar (62%)
wilayah kedaulatan Indonesia berupa laut seluas 5,8 juta km2, terdiri dari 3,1
juta km2 perairan nusantara ditambah Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI)
seluas 2,7 km2. Perairan Indonesia tersebut merupakan sumberdaya hayati
perikanan yang potensial untuk memenuhi kepentingan penyediaan sumber
pangan karena memiliki potensi lestari sumberdaya perikanan laut 6,5 juta ton
pertahun yang terdiri dari 4,2 juta ton pada perairan wilayah nusantara dan
sekitar 2,3 juta ton per tahun pada perairan ZEE Indonesia. Kekayaan
sumberdaya laut yang relatif besar tersebut diharapkan Indonesia dapat
mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya guna menunjang keberhasilan
sektor perikanan yang selanjutnya dapat pula menunjang keberhasilan
pembangunan perikanan. Potensi pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
meliputi (1) ketersediaan sumberdaya ikan untuk konsumsi manusia, (2) industri
pengolahan hasil perikanan, (3) jumlah penduduk yang besar sebagai sasaran
konsumen produk perikanan. Peluang pasar dalam negeri mempunyai prospek
yang cukup baik. Tingkat konsumsi ikan perkapita penduduk Indonesia masih
rendah yaitu 24,6 kg/kapita/tahun pada tahun 2004 dan tahun 2005
diperkirakan 25 kg/kapita/tahun. Nilai ini masih jauh dibawah tingkat konsumsi
ikan perkapita masyarakat dinegara-negara maju seperti Jepang (110 kg),
Korea selatan (85 kg), Hongkong (85 kg), AS (80 kg), Malaysia (45 kg) dan
Thailand (35 kg). Mengingat masih rendahnya tingkat konsumsi ikan
masyarakat Indonesia saat ini maka diperlukan upaya nyata untuk memotivasi
agar masyarakat untuk lebih banyak mengkonsumsi ikan melalui gerakan
memasyarakatkan makan ikan. Berbagai jenis ikan air tawar maupun ikan laut
memiliki peluang cukup besar untuk mengisi pasar dalam negeri (Ditjen P2HP,
2005).
4
yang berskala kecil (rumah tangga) sampai industri besar/modern serta usaha
pelayanan jasa yang mendukung usaha produksi dan pengolahan.
5
produk perikanan dari produsen ke konsumen secara tepat waktu. Kondisi
semacam ini terutama sangat dirasakan didaerah terpencil di luar Jawa dan
Bali ( Dahuri, 2003; DKP, 2004).
Ikan merupakan kelompok utama biota laut yang memiliki jumlah spesies
terbanyak kedua (lebih dari 2.000 spesies) dan beberapa spesies diketahui
mempunyai nilai ekonomis penting, seperti ikan pelagis besar dan ikan pelagis
kecil. Ikan pelagis kecil diperkirakan meliputi lebih dari 1.200 spesies seperti
kembung, layang, lemuru, selar dan teri yang penyebarannya berada diperairan
dekat pantai. Ikan pelagis besar yang jumlahnya lebih sedikit seperi tuna,
cakalang, hiu dan setuhuk banyak ditemukan di zona permukaan laut atau ZEEI
seperti samudera pasifik dan samudera hindia (Gema Mina, DKP, 2006).
6
1.3 Formulasi Masalah
7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Persoalan yang dihadapi pada pemenuhan bahan baku khususnya bahan baku
yang dihasilkan oleh aktifitas industri penangkapan di antaranya adalah
teknologi penanganan ikan di atas kapal (penerapan rantai dingin) yang belum
diterapkan secara benar serta sarana pendaratan ikan yang belum memadai,
termasuk sarana sanitasi dan hygiene seperti air bersih, es, wadah
penanganan ikan. Permasalahan ini secara langsung akan mempengaruhi
industri pengolahan seperti volume, mutu dan harga bahan baku.
8
Industri pengolahan hasil perikanan yang berkembang di Indonesia
secara umum dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu pengolahan hasil
perikanan tradisional dan pengolahan hasil perikanan modern. Ciri umum
industri pengolahan hasil perikanan tradisional adalah bersifat padat karya,
teknologi yang digunakan bersifat sederhana, skala usaha kecil, target pasar
adalah pasar lokal. Kendala umum pengembangan industri pengolahan hasil
perikanan tradisional ini adalah permodalan dan kemampuan sumber daya
manusia yang terlibat di dalamnya. Sebaliknya, untuk industri pengolahan hasil
perikanan modern memiliki ciri umum padat modal, menggunakan permesinan
berteknologi relatif tinggi, skala usaha menengah atau besar, target pasar
adalah regional atau internasional. Dalam pengembangannya kelompok industri
modern juga memiliki kendala umum seperti kesinambungan bahan baku
(jumlah dan mutu), permodalan, kebijakan pemerintah dan kondisi pasar global.
Saat ini industri pengolahan hasil perikanan yang bahan bakunya berasal
dari tangkapan di laut masih tetap mampu bertahan di tengah kendala-kendala
pada industri penangkapan seperti misalnya isu penangkapan berlebih
(overfishing), jarak penangkapan yang semakin jauh (tidak sesuai sarana
kapal), kasus pencurian ikan dll, sementara politik perdagangan yang
diterapkan oleh negara-negara pesaing (Singapura, Thailand, Vietnam, China
dan Korea) semakin menambah sempit akses pasar. Demikian pula semakin
ketatnya peraturan jaminan keamanan pangan yang diberlakukan oleh negara
Amerika Serikat dan Uni Eropa. Apabila berbagai persoalan yang dapat
menghambat kinerja pengembangan industri pengolahan hasil perikanan
tersebut tidak ditangani secara komprehensif, pada akhirnya akan
memperlemah daya saing produk yang dihasilkan.
9
perikanan tersebut. Potensi sumberdaya perikanan ini diartikan sebagai jenis-
jenis ikan yang didaratkan disuatu daerah untuk dimanfaatkan guna
memperoleh nilai tambah dalam rangka peningkatan pemenuhan kesejahteraan
nelayan/pengolah ikan setempat.
Menganalisis
kelayakan finansial
dari nilai produksi
terendah
Membuat
rancangan model
pengembangan
Rancangan model
Pengembangan
Usaha
10
1.7 Keluaran yang Diharapkan
1) Ilmu pengetahuan
- Sebagai bahan referensi dalam pengkajian lebih lanjut terutama dalam
bidang pengembangan industri pengolahan hasil perikanan.
- Sebagai dasar pertimbangan metode kuantitatif berbasis ilmu
pengetahuan dalam menghasilkan alternatif keputusan.
2) Stakeholders
- Sebagai pertimbangan dalam menentukan jenis produk yang akan
dihasilkan dalam menginvestasikan modalnya disektor perikanan.
- Sebagai informasi dan referensi bagi stakeholders dan masyarakat
dalam pengelolaan hasil perikanan disuatu daerah.
3) Pemerintah
Sebagai acuan pemerintah pusat dan daerah dalam menyusun
perencanaan pengembangan industri pengolahan hasil perikanan didaerah
serta penentuan prioritas program aksi yang diperlukan.
11
2 TINJAUAN PUSTAKA
1) Sumberdaya demersal, yaitu jenis ikan yang hidup di dasar atau dekat
dasar perairan. Beberapa jenis ikan demersial merupakan jenis ikan
bernilai ekonomis tinggi, seperti kakap putih dan kerapu. Jenis ikan lainnya
adalah petek, bawal putih, manyung, kakap merah atau bambangan dan
beberapa jenis udang seperti udang jerbung, udang windu, udang dogol
dan udang krosok.
2) Sumberdaya pelagis kecil, yaitu jenis ikan yang berenang dipermukaan
atau dekat permukaan air laut. Jenis ikan ini diantaranya ikan kembung,
bentrong, layang dan selar.
4) Biota laut lainnya seperti kekerangan, rumput laut, cumi cumi dan teripang.
13
Tabel 2. Produksi perikanan tangkap menurut sub sektor perikanan tangkap
pada tahun 2000-2005 (dalam ton) Potensi dan Produksi (103
ton/tahun)
Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP)
Kelompok S. Malka LCS L. Jawa SM & LF L. Bd L. Arfr LS& LS& S. Hd
Sumber Daya TT Sp
Ikan Pelagis
Besar
-Potensi 27,67 66,08 55,00 193,60 104,12 50,868 106,51 175,26 366,26
-JTB 22,14 52,86 44,00 154,88 83,30 40,69 85,21 140,21 293,01
-Produksi 36,27 35,16 137,82 85,10 29,10 34,56 37,46 153,43 188,28
-Pemanfaatan OE UE OE UE UE UE UE OE UE
Ikan Pelagis
Kecil
-Potensi 147,30 621,50 340,00 605,44 132,00 468,66 379,44 384,75 526,57
-JTB 117,84 497,20 272,00 484,35 105,60 374,93 303,55 307,80 421,26
-Produksi 132,70 205,53 507,53 333,35 146,47 12,31 119,43 62,45 26,56
-Pemanfaatan FE UE OE UE OE UE UE UE UE
Ikan Demersial
-Potensi 82,40 334,80 375,20 87,20 9,32 202,34 88,84 54,86 135,13
-JTB 65,92 267,84 300,16 69,76 7,46 161,87 71,07 43,89 108,10
-Produksi 146,29 54,69 334,92 167,38 43,20 156,60 32,14 15,31 134,83
-Pemanfaatan OE UE FE OE OE UE UE UE OE
Ikan karang
Konsumsi
-Potensi 5,00 21,57 9,50 34,10 32,10 3,10 12,50 14,50 12,88
-JTB 4,00 17,26 7,60 27,28 25,68 2,48 10,00 11,60 10,30
-Produksi 21,60 7,88 48,24 24,11 6,22 22,58 4,63 2,21 19,42
-Pemanfaatan OE UE OE FE UE OE UE UE OE
Udang Penaeid
-Potensi 11,40 10,00 11,40 4,80 0,00 43,10 0,90 2,50 10,70
-JTB 9,12 8,00 9,12 3,84 0,00 34,48 0,72 2,00 8,56
-Produksi 49,46 70,51 52,80 36,91 0,00 36,67 1,11 2,18 10,24
-Pemanfaatan OE OE OE OE FE OE OE OE
Lobster
-Potensi 0,40 0,40 0,50 0,70 0,40 0,10 0,30 0,40 1,60
-JTB 0,32 0,32 0,40 0,56 0,32 0,08 0,24 0,32 1,28
-Produksi 0,87 1,24 0,93 0,65 0,01 0,16 0,02 0,04 0,16
-Pemanfaatan OE OE OE OE UE OE UE UE UE
Cumi cumi
-Potensi 1,86 2,70 5,04 3,88 0,05 3,39 7,13 0,45 3,75
-JTB 1,49 2,16 4,03 3,10 0,04 2,71 5,70 0,36 3,00
-Produksi 3,15 4,89 12,11 7,95 3,48 0,30 2,86 1,49 6,29
-Pemanfaatan OE OE OE OE OE UE UE OE OE
Sumber : Pengkajian stock ikan di perairan Indonesia, DKP bekerjasama dengan LIPI, 2002
Keterangan :
Secara khusus perairan pantai Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat
terbagi dalam dua wilayah, yaitu perairan pantai utara pulau Jawa yang
menghadap laut Jawa dan perairan pantai selatan pulau Jawa yang
14
menghadap Samudera Hindia. Perbedaan wilayah penangkapan ini
mempengaruhi volume produksi dan jenis ikan yang dihasilkan. Pada Tabel 3
berikut disajikan produksi perikanan laut (2004) di Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 3. Produksi perikanan laut menurut jenis ikan dan daerah perairan
pantai di Jawa Tengah
2.2 Sistem
Sistem adalah suatu gugus atau kumpulan dari elemen yang saling
berhubungan (berinteraksi) dan terorganisir untuk mencapai suatu tujuan
(Hartrisari, 2007). Menurut Eriyatno, 1998. Sistem merupakan keseluruhan
interaksi unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang
15
bekerja mencapai tujuan. Pengertian dari keseluruhan adalah lebih dari
sekedar penjumlahan atau susunan, yaitu terletak pada kekuatan yang
dihasilkan oleh keseluruhan jauh lebih besar dari suatu penjumlahan.
16
Mulai
Analisis Kebutuhan
Absah
Formulasi
Absah
Identifikasi Sistem
- Diagram lingkar sebab akibat
- Diagram input-output
Absah
Permodelan
Absah
Absah
Selesai
17
yang komprehensif, yang dapat mengindentifikasi dan memahami berbagai
aspek dari suatu permasalahan dan dapat mengarahkan pemecahan secara
menyeluruh .
18
bagi individu pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang bangun
model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahap proses.
Tkkj
m
Total nilai ( TN )I = { RK ij)
J=i
Dengan:
TN i : total nilai elternatil ke-1
RK ij : derajat kepentingan relatif criteria ke-j pada pilihan keputusan I
TKK j : derajat kepentingan criteria keputusan ke j; TKK j >0;bulat
n : jumlah pilihan keputusan
m : jumlah criteria keputusan
Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan melalui cara
wawancara dengan pakar/responden atau melalui kesepakatan curah
pendapat, sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu
dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya.
Semakin besar nilai alternatif semakin besar pula skor alternatif tersebut.
Total skor masing masing alternatif keputusan akan relatif berbeda secara
nyata karena adanya eksponensial.
19
menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) ini
mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata.
Teknik pembekuan terdiri dari 3 fase yaitu proses penurunan suhu dari
suhu kamar kesuhu dingin (oC), proses pembekuan yaitu perubahan air yang
terkandung dalam suatu makanan menjadi es dan proses penurunan suhu
dari suhu beku sampai suhu penyimpanan yang dikehendaki. Ketiga proses
dalam teknik pembekuan tersebut mempunyai grafik penurunan suhu yang
tipenya relatif sama karena pada dasarnya didalam proses pendinginan dan
pembekuan akan mengikuti teori dan hukum pemindahan panas (heat
transfer). Industri pangan menaruh perhatian terhadap mikroorganisme
dengan membagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok bakteri-bakteri patogen
(bakteri beracun) yang dapat digunakan sebagai indikator organisme beracun.
Bakteri patogen yang tahan terhadap suhu dapat dibagi kedalam 3 kelompok
yaitu kelompok sangat berbahaya, cukup berbahaya dengan potensi
berkembang biak dan kelompok cukup berbahaya dengan penyebaran
terbatas (Waites, 1988).
20
2). Teknologi Pengalengan.
21
perikanan dapat dikalengkan dengan cara pasteurisasi. Dengan suhu
pasteurisasi diharapkan konsistensi dan cita rasa produk tidak banyak
berubah. Produk pengalengan dengan menerapkan proses pasteurisasi
masih dapat mengalami pembusukan yang disebabkan antara lain : suhu
penyimpanan dibawah 3,30C, terjadinya kebocoran kaleng,
pengolahan/proses pasteurisasi yang tidak sempurna dan mutu bahan baku
yang tidak baik.
Ward et al, (1991) menyatakan bahwa tahap pendinginan merupakan
tahapan terpenting dalam proses pengalengan secara pasteurisasi. Hal ini
disebabkan produk kaleng yang diproses secara pasteurisasi tidak akan steril
dan selama waktu pendinginan memungkinkan pertumbuhan
mikroorganisme. Oleh karena itu dianjurkan pendinginan kaleng dilakukan
dalam air es sampai suhu daging mencapai 37,80C selama 50 menit atau
12,70C selama 180 menit dan disimpan pada suhu 1,60C.
2.4.1 Pengeringan
22
kandungan air produk diturunkan hingga di bawah 25%, dan apabila
diturunkan lagi hingga dibawah 15 % maka pertumbuhan jamur juga dapat
dihentikan. Upaya penurunan nilai aw atau tepatnya pengurangan jumlah air
bebas di samping dapat dilakukan dengan cara pengeringan (penguapan )
maka dapat juga dilakukan dengan cara merubah sejumlah air bebas menjadi
air ikatan dengan menambahkan sejumlah bahan (garam dapur) yang dapat
menarik atau mengikat air dari produk. Mengingat sifat garam yang mampu
mengikat air dalam jumlah besar, maka produk ikan asin kering dengan kadar
air 35% - 45% (tergantung dari jumlah garam yang ada) sering dianggap
sudah cukup kering untuk dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur
terutama pada kondisi udara (iklim) biasa (JICA-Dit Mutu dan Pengolahan
Hasil, 2003).
Pada umumnya jenis ikan yang digarami adalah; ikan teri (Stelophorus
spp), ikan layang (Decapterus spp), ikan kembung (Rastrelliger spp), ikan
peperek (Luthianus malabaricus ), ikan kepala ular (Ophiocephalus spp) dan
23
ikan gabus (Stichopus spp). Proses pengeringan/pengolahan ikan asin
dilakukan secara tradisional. Ikan diolah dengan atau tanpa penggaraman
selanjutnya ikan dikeringkan dengan cara dijemur hingga kering selama 2-3
hari.
Sebelum ikan digarami, ikan dibelah lalu dicuci. Untuk ukuran ikan
kecil, pengolahan dilakukan tanpa melalui perlakuan penyiangan (utuh).
Selanjutnya ikan direndam selama 1 hari atau direbus beberapa menit dalam
larutan garam dan dibiarkan (12 jam), lalu ikan disusun diatas para-para
bambu untuk dijemur selama 2-3 hari. Pengemasan semua ukuran
menggunakan karton atau keranjang bambu selama distribusi (JICA-Dit Mutu
dan Pengolahan Hasil, 2003).
Bahan kerupuk ikan dibagi menjadi dua tahapan, terdiri dari bahan
kerupuk ikan berupa kulit ikan pari. Pengolahan kulit ikan ini, merupakan
salah satu pemanfaatan kulit ikan pari (Trigonidae) dan cucut (Centrophorus,
Squomasus) yang telah kering. Tahapan proses pengolahannya adalah:
perebusan kulit selama 1 jam, pengerokan kulit untuk membuang lapisan kulit
kasar, pemucatan dengan cara merendam kulit dalam larutan tawas 30 %
selama 2 jam, lalu dalam larutan Borax 7,5% selama 6 jam. Kemudian
dilakukan pengerokan kulit kasar dan pencucian. Kulit yang telah bersih dan
putih dijemur hingga kering. Kulit kering dikemas dalam kantong plastik.
2.4.2 Penggaraman
24
dibelah ataupun dijadikan filet. Sampai saat ini masih banyak pengolah yang
beranggapan bahwa penggaraman hanyalah merupakan upaya untuk
menyelamatkan produksi ikan yang karena dari sisi kesegarannya sudah tidak
layak lagi dijual sebagai ikan basah.
25
magnisium sebesar 1% dalam garam yang digunakan maka daging ikan akan
menjadi putih kaku dan pahit rasanya. Ikan yang digarami dengan garam
yang bermutu tinggi (garam murni) tekstur dagingnya akan lebih lembut dan
kompak, berwarna kuning muda atau krem dan kalau dimasak rasanya
mendekati ikan segar dengan rasa asin.
Selain mutu garam, faktor lain yang perlu mendapat perhatian dalam
hubungannya dengan masalah penggaraman dan mutu produk antara lain
adalah mutu kesegaran bahan mentah, perlunya penyiangan dan
pembersihan, kandungan lemak, jumlah garam yang digunakan, suhu
penggaraman dan juga kondisi sanitasi dan hygiene selama pengolahan
(JICA-Dit Mutu dan Pengolahan Hasil, 2003).
2) Pemindangan
26
dikonsumsi dalam jumlah relatif banyak sehingga berpotensi dalam
meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat. Satu kelemahan utama dari
produk pindang ini adalah daya awetnya yang relatif pendek sehingga
distribusi dan pemasarannya terbatas pada daerah tertentu saja.
27
Berbagai permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam
hubungannya dengan proses pemindangan dan mutu produknya antara lain
adalah mutu kesegaran bahan mentah dan proses preparasi, jumlah dan
mutu bahan pembantu (garam dan air) yang digunakan, teknik dan prosedur
pemindangan yang dilakukan, serta kondisi sanitasi dan hygiene selama
pengolahan mengingat proses pemindangan bukanlah merupakan proses
sterilisasi dalam wadah tertutup secara hermetik (pengalengan) (JICA-Dit
Mutu dan Pengolahan Hasil, 2003).
2.4.3 Fermentasi
28
1) Pengolahan Terasi Ikan/Udang
Bahan baku terasi umumnya adalah ikan rucah berukuran kecil atau udang
rebon. Proses pengolahan dimulai dengan menghaluskan bahan baku
dengan cara digiling berulang-ulang dan menambahkan garam. Hasil gilingan
dikeringkan dan digiling kembali hingga padat dan kompak. Pengemasan
produk mempergunakan kertas atau kantong plastik (JICA-Dit Mutu dan
Pengolahan Hasil, 2003).
Bahan baku yang digunakan untuk pengolahan petis udang adalah rebon
atau kepala udang. Proses pengolahan dimulai dengan merebus udang
selama 3-4 jam, lalu digiling sampai halus. Selanjutnya dilakukan
pengeringan dengan kain kasa. Sari yang dihasilkan selanjutnya direbus
kembali sampai berbentuk bubur dan ditambah gula dengan konsentrasi 10%,
garam dengan konsentrasi 1,5% dan MSG dengan konsentrasi 0,4%.
Dendeng ikan adalah satu jenis ikan asin. Pada umumnya bahan baku yang
dipergunakan adalah ikan japuh (Dussumieria spp) dan ikan tembang
(Sardinella fibriata). Tahapan pengolahan dimulai dengan membelah ikan
membuang isi perut dan kepala, pencucian untuk membuang darah dan
kotoran, serta direndam dalam larutan garam 30%. Untuk membedakan rasa
asin, lama perendaman dibuat dua macam yaitu selama 15 menit untuk rasa
asin sedang dan 30 menit untuk rasa asin. Selanjutnya ikan ditaburi bubuk
ketumbar dan gula pasir (8-10%) dan selanjutnya dijemur selama 1-2 hari.
Pengemasan dilakukan menggunakan karton. Produk ini dikonsumsi sebagai
pendamping nasi dengan cara digoreng (JICA-Dit Mutu dan Pengolahan
Hasil, 2003).
29
2.4.4 Pengasapan
Di Indonesia produk ikan asap yang telah dikenal adalah ikan asap yang
menggunakan bahan baku dari ikan bandeng (Chanos chanos) yang banyak
terdapat di Pulau Jawa. Ikan asap yang berasal dari daerah Sulawesi, Maluku
dan Papua adalah dengan menggunakan bahan baku ikan cakalang
(Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Euthynus spp). Pengasapan ikan
bandeng yang dijumpai di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur, telah
menggunakan peralatan dan teknologi yang memadai, seperti menggunakan
lemari asap (smoking cabinet) dengan proses pengasapan dingin selama 10
12 jam.
30
Tabel 4. Perlakuan produksi perikanan tangkap tahun 2004 menurut cara
perlakuan berdasarkan wilayah pendaratan (dalam ton)
Penge
Volume Produk Produk Tepung
Wilayah Penga- Pemin Fermen- Lain- ringan/
Penang Segar Modern Ikan
Pendaratan sapan dangan Tasi lain Pengga
kapan (61,04 %) (10,3 %) (0,15 %)
raman
Sumatera 1.256.624 4.235 12.547 38.054 2.424 246.315 909.678 34.774 8.627
Jawa 904.168 42.884 111.564 9.096 8.141 269.089 413,032 44.028 6.334
Bali
241.360 2.469 23.636 447 4.340 56.091 139.207 11.673 3.497
Nusatenggara
Kalimantan 321.465 225 120 3.303 1.584 98.089 198.260 19.790 94
Sulawesi 817.331 32.211 9.801 1.465 15.540 97.830 552.567 107.877 40
Maluku-Papua 779.293 9.419 62 209 3.105 13.732 213.515 539.131 ---
Jumlah 4.320.241 91.443 157.730 52.521 35.134 781.146 2.426.259 757.425 18.592
Sumber : Statistik Perikanan Tahun 2004
31
JICA-Dit Mutu dan Pengolahan Hasil Perikanan, 2003, menyatakan
bahwa pengolahan tradisional pada umumnya dilakukan dengan cara
pengolahan tradisional, penggunaan bahan baku yang bermutu rendah,
sarana/prasarana yang sederhana dan penerapan sanitasi dan higienis yang
masih dibawah standar mutu. Dengan cara-cara tersebut, produk yang
dihasilkan menjadi tidak seragam (rasa, warna dan ukuran), penampilan tidak
menarik, rata-rata tanpa kemasan atau kemasan yang tidak memenuhi syarat
sanitasi/higiene dan mempunyai daya simpan yang pendek. Oleh karena itu
produk yang dihasilkan sebagian besar bernilai rendah sehingga terbatas
pada pasar lokal (domestik) dan hanya sebagian kecil (5%) yang sudah
memenuhi persayaratan mutu dan kemasan serta menerapkan sistem
keamanan pangan sehingga produk dapat memasuki pasar yang lebih baik
seperti swalayan dan ekspor.
32
2) Ka-en Surimi yaitu surimi yang dibuat dengan menggiling hancuran daging
ikan yang telah dicuci dan dicampur dengan gula dan garam tanpa
penambahan posphat dan telah mengalami proses pembekuan.
33
pencampuran dan pembekuan. Skema/diagram alir pengolahan surimi yang
umum dilakukan disajikan pada Gambar 3.
Pencucian
Penyiangan
Pengambilan daging
Air:daging=4:1
Pencucian (Leaching) kadar garam 0,2-0,3%
Pengulangan 3-4kali
Pengepakan
Pembekuan
34
menyebabkan terganggunya pembentukan gel. Ikan yang berlemak tinggi
umumnya memiliki elastisitas yang rendah.
Pembentukan gel dipengaruhi oleh protein ikan. Pada ikan yang kurang
segar, proteinnya telah mengalami denaturasi sehingga produk yang
dihasilkan memiliki tekstur yang kurang kenyal dan mutu yang kurang baik.
Protein ikan merupakan senyawa kimia utama dan merupakan bagian
terbesar dari daging ikan disamping lemak dan air. Protein miofibril
merupakan bagian terbesar dalam jaringan ikan dan protein ini bersifat
larut dalam larutan garam. Protein miofibril sangat berperan dalam
pembentukan gel terutama dari fraksi aktomiosin (Suzuki, 1981).
35
3) Jenis bahan baku ikan.
Jenis ikan berdaging putih dan jenis ikan demersal secara umum baik
untuk dibuat surimi. Dalam perkembangannya surimi dapat dibuat dari
jenis-jenis ikan non ekonomis atau dari species ikan tropis yang
merupakan ikan hasil tangkapan samping (by catch) sehingga memberikan
nilai tambah pada ikan tersebut. Adanya perbedaan sifat dari setiap
species ikan maka dimungkinkan untuk mencampur beberapa jenis ikan
untuk mendapatkan sifat-sifat surimi yang baik.
5) Konsentrasi garam.
36
Tabel 5. Cara dan tujuan aspek teknis produksi surimi
Metode
Proses Tujuan
Manual Mekanik
IKAN BASAH
Pencucian Air + Es Mendinginkan ikan Wadah, ember Rotary fish
Pembuangan Menghilangkan kepala Pisau Heading/Gutting
kepala dan isi dan isi perut machine
perut
Pencucian Air + Es Menghilangkan sisa Wadah, ember Rotary fish washer
kontaminasi darah
Pemisahan Memisahkan daging Pisau, pinset, Meat bone separator
daging dari kulit dan tulang sendok
HANCURAN DAGING
Pembilasan 23 Air + Es + 0,2 % Menghilangkan protein Wadah, ember, Leaching tank
kali garam (1:4) larut air, darah, lemak
dan bau Pengaduk
Pengurangan air Menuang dan Menghilangkan Kain kasa Rotary sieve washer
mengalirkan air, kotoran. bahan nilon
menekan keluar
LEACHED MEAT
Penapisan Menghilangkan sisa Strainer
kulit, tulang, sisik
Pencampuran 3-5% gula Reduksi denaturasi _ Grinder, silent cutter
0,2%poliposphat protein dan
meningkatkan daya
ikat air
Pengepakan Dlm polietilen Pengemasan Dengan tangan Filling machine
o o
Pembekuan 30 C Suhu pusat 20 C (4-6 Contact plate freezer,
jam) air blast freezer
Bahan baku yang digunakan berupa lumatan daging ikan (mince) dari
ikan segar atau surimi. Proses dasar pengolahan produk fish jelly adalah
penggilingan (grinding), penggaraman, pembentukan, setting dan
pemanasan.
37
1). Penggilingan
Bahan baku digiling dengan grinder atau alat penggiling yang bertujuan untuk
memecahkan serabut otot agar dapat meningkatkan ekstraksi protein larut
garam.
2). Penggaraman
Penambahan garam selama proses penggilingan berfungsi untuk
meningkatkan ekstrasi protein larut garam dan memberikan rasa asin pada
produk akhir. Biasanya penambahan garam sebanyak 2-3% dari berat daging
ikan, namun dapat ditingkatkan sampai 5% tergantung pada selera
konsumen. Setelah penambahan garam baru dapat ditambahakan bahan-
bahan lain untuk memberikan citra rasa. Di samping itu ditambahkan air
untuk memberikan tekstur yang lembut/halus.
4). Pemanasan
Pemanasan berfungsi untuk memasak dan sterilisasi produk. Proses
pemanasan dilakukan pada suhu 90C untuk mendapatkan produk dengan
permukaan yang halus/lembut.. Pemanasan dilakukan hingga suhu pusat
produk mencapai 80C, waktu pemanasan sebaiknya cukup lama agar dapat
menghancurkan bakteri yang ada. Sebagai contoh bakso dipanaskan pada
suhu 90C selama 20 menit.
38
2.6 Tinjauan Studi Terdahulu yang Relevan
Hasil yang tidak jauh berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan
oleh Atmanto (1999) yang melakukan kajian perencanaan pengembangan
agroindustri perikanan rakyat di daerah Maluku. Besar potensi bahan baku
yang tidak didukung dengan ketersediaan sarana prasarana mengakibatkan
bahan baku tersebut tidak dapat dijadikan produk unggulan bagi Provinsi
Maluku. Atmanto (1999) juga melakukan pengelompokan kecamatan dengan
cluster analysis dimana kriteria yang digunakan meliputi (1) ketersediaan
bahan baku, (2) ketersediaan tenaga, (3)jumlah industri kecil pengolahan, (4)
aksesibilitas, (5) jumlah lembaga keuangan, dan (6) ketersediaan tenaga
listrik.
39
Agustedi (1994) membuat model perencanaan dan pembinaan
agroindustri hasil laut orientasi ekspor. Dalam hal ini produk yang menjadi
bahan kajian adalah teri asin. Pada penilitian ini dirancang perangkat lunak
Sistem Pengambilan Keputusan/SPK dengan model AGROSILA yang terdiri
dari submodel pengadaan bahan baku dan perencanaan produksi (DAKUSI),
submodel teknologi (TEKNO), sub model pembiayaan, kelayakan dan resiko
usaha (PKRESIKU), sub model nelayan (NELAYAN), sub model mutu
(MUTU), submodel produktivitas (PRITAS) dan submodel perkiraan harga
(HARGA).
40
kelayakan finansial usaha tani pala dan agroindustri minyak pala yang
berbasis di daerah Bogor. Penelitian hanya difokuskan pada pengembangan
industri minyak pala tidak termasuk pengembangan industri antaranya
(intermediate industry). Hasil penelitian ini menunjukkan umur proyek 10
tahun usaha tani pala layak untuk dikembangkan dengan NPV sebesar Rp.
1.972.135,-; BEP sebesar Rp.44.589.650,-; B/C Ratio 2,97; IRR sebesar
18,5% dan PBP selama 7,48 tahun. Demikian pula terhadap agroindustri
minyak pala layak untuk dikembangkan dengan NPV sebesar Rp.
880.533.521,-; BEP sebesar Rp. 4.539.002.486,-; B/C Ratio 1,09; IRR
sebesar 33,78% dan PBP selama 5,44 tahun. Analisis kelayakan agroindustri
pola bagi hasil dengan menggunakan sisten pembiayaan syari'ah
menunjukkan bahwa untuk umur proyek 10 tahun, agroindustri minyak pala
layak untuk dikembangkan dengan NPV sebesar Rp. 57.980.612,-; BEP
sebesar Rp. 3.383.429.707,-; B/C Ratio 1,02; IRR sebesar 23,04% dan PBP
selama 5,44 tahun.
41
potensial dan produk unggulan agroindustri perikanan laut serta kelayakan
usahanya dimasing-masing kawasan pengembangan, menyusun strategi
pengembangan dan cara pemberdayaan kelembagaan agroindustri perikanan
laut, mengembangkan alternatif model pengembangan agroindustri perikanan
laut berbasis Sistem Penunjang Keputusan. Berdasarkan hasil penelitian
maka produk unggulan agroindustri perikanan laut kota Pekalongan adalah
ikan layang asin, untuk kabupaten Pati adalah ikan layang pindang dan untuk
kabupaten Cilacap adalah ikan tuna kaleng. Berdasarkan analisis sensitivitas
kelayakan finansial agroindustri ikan asin masih layak bila terjadi penurunan
produksi sampai 55,56%, adanya kenaikan harga bahan baku tidak melebihi
3,63% atau harga produk turun sampai 3,06%. Usaha ikan pindang hanya
layak bila penurunan produksi tidak lebih dari 55,34% kenaikan harga bahan
baku maksimal 2,68% atau harga produk turun sampai 2,11%
42
Definisi lain dari SPK menurut Minch dan Burns (1983) dalam Eriyatno
(1998) adalah konsep spesifik sistem yang menghubungkan komputerisasi
informasi dengan para pengambil keputusan sebagai pemakainya.
Karakteristik pokok yang melandasi teknik SPK adalah :
3). Suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang antara lain
ilmu komputer, psikologi, intelegensia buatan, ilmu sistem dan ilmu
manajemen.
Dari beberapa definisi tentang SPK, maka SPK itu sendiri tak lepas
dari perangkat komputer sebagai alat untuk mendukung pengambilan
keputusan pihak manajerial. Dengan membuat model yang menggunakan
beberapa teknik pengambilan keputusan maka SPK dapat mempercepat
proses pengambilan keputusan.
2) Manajemen Model, yaitu paket perangkat lunak yang terdiri dari model
finansial, statistikal, ilmu manajemen, atau model kuantitatif lain yang
menyediakan kemampuan sistem analisis.
43
identifikasi dari apa yang harus dilakukan dan menjamin bahwa kriteria yang
dipilih relevan dengan tujuan.
SPK tidak hanya dimanfaatkan pada aktifitas bisnis tapi juga pada
program pemerintah dalam mendukung pembangunan nasional. SPK dalam
aplikasinya dapat mencakup berbagai sektor, antara lain pertanian,
perikanan, perdagangan, lingkungan hidup dan sebagainya. Dengan
pendekatan ini maka permasalahan lintas sektoral dapat diselesaikan dengan
komprehensif dan multi disiplin.
44
3 METODOLOGI PENELITIAN
46
suatu daerah memiliki beberapa alternatif produk yang potensial untuk
dikembangkan, maka harus dipilih jenis produk yang mampu memberikan nilai
tambah yang tinggi berdasarkan berbagai kriteria.
Kriteria yang digunakan untuk pemilihan produk potensial dan produk
unggulan industri pengolahan hasil perikanan adalah : (1) berasal dari jenis
komoditas potensial, (2) akses pasar, (3) tingkat kemampuan untuk dilakukan
diversifikasi, (4) nilai tambah terhadap produk, (5) nilai/manfaat limbah, (6)
ketersediaan teknologi, (7) kesiapan sumberdaya manusia, (8) daya serap
pasar, (9) penyerapan tenaga kerja.
Proses pemilihan produk unggulan diawali dari komoditas potensial yang
memiliki skor rataan geometri tertinggi. Langkah berikutnya adalah menetapkan
jenis-jenis olahan dari masing-masing produk potensial. Responden di daerah
penelitian memberikan skor untuk memilih Produk Potensial dengan kriteria
akses pasar, kemampuan diversifikasi, tingkat nilai tambah dan nilai manfaat
limbah. Langkah berikutnya adalah melakukan pemilihan produk unggulan
dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (1) Teknologi (2) Sumberdaya
Manusia (3) Daya serap pasar. Sebagai langkah terakhir untuk proses
pemilihan Produk Unggulan adalah melakukan rekapitulasi skor dari produk
potensial yang memiliki skor rataan geometri tertinggi. Dari rata-rata nilai yang
diperoleh selanjutnya diambil skor tertinggi dari produk potensial dan ditetapkan
sebagai Produk Unggulan di daerah/wilayah tertentu.
47
3.3 Pengumpulan Data, Jenis dan Sumber data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
sekunder. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, seperti misalnya
BPS, beberapa perusahaan/pengolah ikan dan instansi yang berhubungan
dengan usaha pengolahan hasil perikanan. Data primer diperoleh melalui
wawancara mendalam dengan pakar, kuesioner dan pengamatan langsung ke
lokasi penelitian serta ujicoba yang dilakukan dalam rangka verifikasi.
1) Pelaku usaha pada daerah penelitian yang mampu melihat potensi ikan
yang didaratkan sebagai bahan baku sehingga dapat menghasilkan produk
bernilai tambah yang tinggi dan memiliki permintaan yang baik
Dalam memenuhi kebutuhan data, maka jenis data yang akan dikumpulkan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
48
(1) Data teknis ( kapasitas industri, sarana dan prasarana, sumber bahan baku,
teknologi, bahan pembantu dan bahan tambahan yang digunakan)
(2) Data kebijakan (peraturan-peraturan, rencana strategis)
(3) Biaya produksi dan harga jual
(4) Pendapat pakar tentang daya serap dan permintaan pasar.
(5) Biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Untuk mencapai tujuan penelitian, maka jenis data dan sumber data yang
diperoleh akan diperlihatkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
2. Data Sekunder
1. Pangsa pasar Laboratorium dan UPI
2. Standar mutu produk Badan Standardisasi Nasional ( BSN )
49
Untuk penentuan Produk Unggulan pada industri pengolahan hasil
perikanan digunakan kriteria-kriteria antara lain akses pasar, kemampuan
diversifikasi produk, tingkat nilai tambah, tingkat pemanfaatan limbah,
ketersediaan teknologi, pemenuhan tenaga kerja (SDM) dan permintaan/daya
serap pasar. Alternatif produk unggulan merupakan kombinasi antara jenis
ikan/komoditas potensial dengan jenis olahan yang memiliki nilai tambah paling
tinggi ditiap-tiap daerah penelitian. Pembobotan dan penilaian untuk masing-
masing kriteria menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)
Keterangan :
Bt B = benefit bruto proyek pada tahun ke t
Ct = biaya bruto proyek pada tahun ke t
n = umur ekonomis proyek
i = tingkat bunga modal (persen)
t = periode/tahun
Ko = investasi awal (Initial Investment)
50
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) :
n Bt
-------------------
t=1 (1 + i)t
Net B/C = -----------------------------------------
n Ct
------------------ + Ko
t=1 (1 + i)t
Keterangan :
Bt = B benefit bruto proyek pada tahun ke t
Ct = biaya bruto proyek pada tahun ke t
n = umur ekonomis proyek
i = tingkat bunga modal (persen)
t = periode/tahun
Ko = investasi awal (Initial Investment)
NPV2 ( t2 - t1)
PBP = t2 - NPV2 NPV1
Keterangan :
NPV1 = Nilai NPV Komulatif Negatif
NPV2 = Nilai NPV Komulatif Positif
t1 = tahun umur proyek yang memiliki NPV komulatif negatif
t2 = tahun umur proyek yang memiliki NPV komulatif positif
Pendekatan Sistem
51
1) Komplek, dalam arti interaksi antar elemen cukup rumit.
2) Dinamis, dalam arti faktornya ada yang berubah menurut waktu dan ada
pendugaan kemasa depan.
Analisis Kebutuhan.
(1) Pelanggan, yaitu konsumen dari olahan produk perikanan baik kelompok
maupun perorangan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
(2) Pemasok, yaitu pihak luar pengolah ikan (produsen) yang menjadi rekanan
guna memenuhi kebutuhan bahan baku, bahan pembantu dan bahan
tambahan serta peralatan penunjang.
(3) Pemilik, yaitu perorangan atau kelompok usaha atau orang-orang yang
memiliki saham (modal) terhadap usaha pengolahan produk perikanan.
(4) Masyarakat, yaitu orang-orang yang hidup (bertempat tinggal) disekitar
lokasi kegiatan pengolahan produk perikanan yang secara tidak sadar
kehidupan mereka sehari-harinya terpengaruh oleh kegiatan pengolahan
produk perikanan.
(5) Karyawan, yaitu orang-orang yang terlibat bekerja secara langsung dalam
kegiatan usaha pengolahan produk perikanan.
(6) Pemerintah, yaitu pemerintah pusat maupun daerah (dinas-dinas) yang
mempunyai keterkaitan dengan usaha pengolahan produk perikanan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
52
Tabel 7. Analisis kebutuhan para pelaku dengan kebutuhannya
53
Permodelan Sistem
1. Arsitektur Model SPK Perikanan
SPK Perikanan
Komoditas Perikanan
Kelayakan Finansial
Komoditas potensial Produk Unggulan
54
SPK Perikanan secara umum dapat digambarkan dengan sebuah
diagram alir deskriptif yang terdiri dari bentuk masukan dan keluaran program
serta alur program secara keseluruhan. Secara garis besar program SPK
Perikanan menggunakan beberapa metoda, diantaranya: metoda pembobotan
berdasarkan mutu bahan baku, ketersediaan bahan baku, harga stabil dan
pesaing pembeli jenis ikan sebagai bahan baku untuk penyaringan alternatif
komoditas perikanan potensial dengan menggunakan teknik MPE untuk
penentuan alternatif produk perikanan yang paling potensial, serta metode
analisa finansial yang digunakan untuk mengetahui parameter kelayakan
industri pengolahan hasil perikanan.
Rancangan atau arsitektur model SPK Perikanan terdiri dari tiga sub
model. Pada Sub Model Pemilihan Alternatif Komoditas Unggulan terdapat
input data komoditas perikanan yang akan dipilih berdasarkan volume produksi,
akses pasar, tingkat kemampuan dilakukan diversifikasi produk, nilai tambah
dan pemanfaatan limbah yang dihasilkan untuk mendapatkan komoditas
unggulan. Output dari Sub Model Pemilihan Alternatif Komoditas Unggulan
adalah komoditas perikanan terpilih yang akan diolah menjadi produk unggulan
di suatu daerah. Komoditas perikanan terpilih tersebut menjadi input pada Sub
Model Pemilihan Produk Unggulan. Yang dimaksud dengan komoditas
perikanan terpilih adalah berasal dari jenis ikan potensial yang belum diserap
oleh industri modern. Pada sub model ini data diolah dengan menggunakan
teknik MPE. Setelah mendapatkan potensi produk unggulan, maka langkah
selanjutnya pada model SPK Perikanan adalah melakukan analisis kelayakan
finansial produk unggulan terpilih.
55
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
1) Kabupaten Cilacap.
Tabel 8. Produksi perikanan laut menurut jenis ikan dan kabupaten/kota di pantai
utara dan selatan Provinsi Jawa Tengah (2002 2006)
Jumlah (ton)
No Kabupaten/kota
2002 2003 2004 2005 2006
I Pantai Utara Jawa
1 Kabupaten Brebes 3.742,80 5.269,60 3.794,80 4.376,00 1.774,40
2 Kabupaten Tegal 845,30 1.106,90 554,70 341,10 493,90
3 Kota Tegal 34.513,30 29.564,40 28.893,90 23,52 20.816,10
4 Kabupaten Pemalang 11.279,80 9.925,20 11.465,30 12.821,00 14.471,80
5 Kabupaten Pekalongan 2.163,90 1.978,90 2.062,30 1.751,70 1.842,70
6 Kota Pekalongan 53.161,90 62.008,90 65.478,20 47.965,00 34.641,90
7 Kabupaten Batang 17.656,90 11.863,60 12.468,10 12.048,90 20.293,40
8 Kabupaten Kendal 1.111,40 1.055,20 1.270,04 1.569,40 1.064,30
9 Kota Semarang 331,60 174,30 125,50 36,80 67,80
10 Kabupaten Demak 1.181,50 1.208,60 2.300,70 1.918,10 1.091,30
11 Kabupaten Jepara 2.206,10 3.729,80 4.454,20 5.813,10 5.740,80
12 Kabupaten Pati 59.889,30 63.457,20 62.941,80 34.895,10 22.479,80
13 Kabupaten Rembang 78.825,70 32.370,70 38.941,80 37.228,90 40.575,50
II Pantai Selatan Jawa
1 Kabupaten Wonogiri - - 19,60 19,30 20,00
2 Kabupaten Purworejo 63,10 201,60 26,40 19,00 30,60
3 Kabupaten Kebumen 5.349,80 4.180,00 1.168,40 918,00 1.397,60
4 Kabupaten Cilacap 8.944,60 8.140,10 8679,7 7.616,00 11.180,10
Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Tengah
57
2) Pelabuhanratu - Kabupaten Sukabumi
58
Tabel 9. Produksi dan nilai hasil perikanan menurut kabupaten/kota di pantai
selatan Provinsi Jawa Barat tahun 2004
Kab / Kota Pantai Selatan Jawa
No
Areal Produksi Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi
1 Penangkapan di laut
Tonase 1,667 283 7,348 148 787,100
Nilai (Rp) 16,707,670 2,424,300 40,473,875 787,100 44,315,409
2 Budidaya tambak
Tonase 77 20 28 97 133
Nilai (Rp) 3,509,000 86,700 199,900 1,403,100 4,541,000
3 Budidaya kolam
Tonase 10,110 16,400 14,516 10,452 18,028
Nilai (Rp) 93,096,980 117,577,000 140,811,601 51,665,325 108,135,130
4 Budidaya karamba
Tonase 54 0.26
Nilai (Rp) 596,625 2,600
5 Budidaya Sawah
Tonase 34 3,850 7,170 5,106 11,565
Nilai (Rp) 352,500 37,914,000 55,269,450 15,201,375 67,068,930
6 Kolam Air Deras
Tonase 78 85 330 993
Nilai (Rp) 958,500 505,200 1,767,120 3,178,560
7 Jaring Apung
Tonase 18 24,057 12
Nilai (Rp) 14,300 83,902,725 71,670
8 Perairan Umum
Tonase 123 531 559 852 384
Nilai (Rp) 894,222 206,744 3,629,390 6,556,595 1,040,000
Jumlah Tonase 12,106 21,168 29,951 40,712 818,214
Jumlah Nilai (Rp) 114,624,773 158,507,731 238,522,505 69,057,752 227,239,413
3) DKI Jakarta.
Propinsi DKI Jakarta sebagai ibukota negara merupakan pusat
pemerintahan, perekonomian, politik dan pusat berbagai aktifitas lainnya.
Pembangunan di bidang perikanan dan kelautan dari waktu kewaktu semakin
terdesak oleh pembangunan fisik kota dan isu lingkungan.
59
buah sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai air minum, usaha perikanan
dan usaha perkotaan.
Visi Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta adalah
terwujudnya masyarakat sejahtera melalui pengelolaan sumber daya peternakan,
perikanan dan kelautan yang berwawasan lingkungan secara berkelanjutan. Visi
tersebut mengandung arti bahwa dinas peternakan, kelautan dan perikanan
propinsi DKI Jakarta tidak hanya menjalankan fungsi peternakan, perikanan dan
kelautan yang secara tradisional menyediakan layanan penyediaan produk
peternakan, perikanan dan kelautan, tetapi juga dapat mewujudkan Jakarta
sebagai kota jasa, sentra pemasaran regional, pengolahan, produksi serta pintu
gerbang ekspor dan impor hasil peternakan, perikanan dan kelautan. Selain itu
produk perikanan laut dapat mendorong terwujudnya Jakarta sebagai sentra
pengolahan, produksi dan pintu gerbang ekspor.
60
mengembangkan sistem distribusi produk peternakan yang dapat menjamin
penyediaan gizi bagi masyarakat Jakarta. Selain itu kebijakan diarahkan untuk
mendorong perkembangan usaha perikanan yang lebih efisien, produktif dan
bernilai tambah serta mengurangi berbagai hambatan dan kendala yang dihadapi
nelayan.
4) Kabupaten Cirebon
61
sebanyak 1.976. 947 jiwa. terdiri atas laki-laki 990.493 jiwa dan perempuan
986.454 jiwa.
Potensi Perikanan dan Kelautan, meliputi sumberdaya manusia terdiri dari
petugas perikanan 57 orang, nelayan 21.754 orang, pembudidaya tambak 6.977
orang, pembudidaya kolam 4.503 orang, pembudidaya disawah/ minapadi 120
orang, penangkap ikan perairan Umum 279 orang, pembudidaya ikan kolam air
deras 3 orang, pengolah / pedagang ikan 505 orang, kelompok nelayan 50 orang,
kelompok pembudidaya tambak 38 orang, kelompok pembudidaya air tawar 61
orang, kelompok pembudidaya kerang hijau 6 orang dan kelompok pengolah 28
orang
Potensi Sumberdaya Alam (SDA) meliputi panjang pantai 54 km, areal
tambak 7.500 ha, luas areal kolam 784 ha, luas sawah/minapadi 8.623 ha,
panjang sungai 1.200,5 km, luas sungai 2.450 ha, luas waduk 244 ha, luas situ 5
ha, luas bekas galian 3 ha, luas embung geongan 4 ha dan luas galian astapada
0,8 ha.
Visi Perikanan dan Kelautan yang maju, tangguh, lestari dan memberikan
kemakmuran, sedangkan misinya adalah meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia perikanan dan kelautan serta mengoptimalkan pemanfaatan
sumberdaya perikanan dan kelautan dengan teknologi maju, berwawasan
lingkungan, berbudaya industri, berorientasi bisnis dan berbasis pedesaan.
Meningkatkan pelayanan dan pembinaan yang prima, melaksanakan pengadaan
sarana dan prasarana usaha perikanan dan kelautan yang dibutuhkan.
62
2) Meningkatkan penyediaan dan distribusi bahan pangan komoditas perikanan
dan kelautan dalam rangka meningkatkan kualitas konsumsi dan gizi
masyarakat.
3) Meningkatkan lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
4) Mendorong dan meningkatkan pertumbuhan industri di dalam negeri melalui
penyediaan bahan baku dan peningkatan penyerapan devisa.
5) Meningkatkan kelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan.
Tabel 10. Produksi dan nilai hasil perikanan menurut kabupaten/kota di pantai
utara Provinsi Jawa Barat Tahun 2004
Kab / Kota Pantai Utara Jawa
No
Areal Produksi Bekasi Karawang Subang Indramayu Cirebon
1 2 3 4 5 6 7
1 Penangkapan di laut
Tonase 1,612 10,163 17,968 66,789 44,930
Nilai (Rp) 14,355,700 41,946,400 144,967,950 527,455,035 44,930
2 Budidaya tambak
Tonase 6,577 29,517 11,018 19,791 3,349
Nilai (Rp) 1,043,792,511 345,554,566 40,865,900 4,656,506,491 86,069,097
3 Budidaya kolam
Tonase 276 1,763 2,547 4,290 1,176
Nilai (Rp) 1,777,327 10,927,700 4,383,000 29,797,400 86,069,097
4 Budidaya karamba
Tonase
Nilai (Rp)
5 Budidaya Sawah
Tonase 21 329 3,003 4
Nilai (Rp) 101,236 3,707,368 13,215,000 78,000
6 Kolam Air Deras
Tonase 177
Nilai (Rp) 1,072,774
7 Jaring Apung
Tonase
Nilai (Rp) 1,105
8 Perairan Umum
Tonase 790 560 549 1,105 149
Nilai (Rp) 37,702 2,409,200 2,203,810 21,010,172 441,340
Jumlah Tonase 9,275 42,333 35,262 91,976 49,607
Jumlah Nilai (Rp) 1,060,027,564 402,136,594 204,505,173 5,213,760,031 172,261,273
63
selanjutnya memilih jenis ikan yang belum diserap industri modern/eksportir dan
volume ikan yang didaratkan secara terus menerus (kontinyu) dari tahun 2002-
2006 dalam jumlah rata-rata minimal 30.000 kg/jenis ikan/tahun. Dengan 300 hari
kerja/tahun maka diperoleh rata-rata 100 kg/hari kerja untuk mencukupi
kebutuhan bahan baku sebuah usaha pengolahan hasil perikanan ditingkat
usaha kecil. Jenis ikan yang belum diserap industri modern yang biasa
dimanfaatkan oleh pengolah tradisional sebagai bahan baku pengolahan produk
tradisional seperti ikan asin, ikan asap, dendeng ikan, pindang ikan.
64
Data jenis ikan yang kontinyu didaratkan di kabupaten Cilacap selanjutnya
dilakukan ranking berdasarkan nilai ekonomi dari perkalian antara volume ikan
dengan harga ikan seperti terlihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Ranking jenis ikan berdasarkan nilai ekonomi di Kabupaten Cilacap
Dari jenis ikan yang telah mengalami ranking berdasarkan nilai ekonomi tersebut,
selanjutnya dilakukan pemilihan jenis ikan yang belum diserap oleh industri
besar/industri skala ekspor. Jenis ikan yang belum diserap oleh industri besar ini
adalah jenis ikan yang selama ini dimanfaatkan oleh para pengolah tradisional
untuk diolah menjadi ikan asin, kering, asap, kerupuk dan lain-lain seperti terlihat
pada Tabel 13.
65
Tabel 13. Serapan industri dari produksi perikanan Cilacap
66
Tabel 14. Pemilihan komoditas potensial dari jenis ikan yang belum diserap Unit
Pengolahan Ikan (UPI) modern
67
Tabel 15. Produksi Perikanan yang kontinyu didaratkan di Pelabuhanratu
(2002 2006)
Volume Produksi (kg)
No Jenis Ikan
2002 2003 2004 2005 2006
1 Cakalang 938.700 1.151.600 865.900 829.100 578.590
2 Cucut 148.200 654.400 636.300 609.300 560.020
3 cumi-cumi 5.300 3.700 3.700 3.500 54.080
4 kerang lainnya 1.387.400 671.980 573.510 551.000 142.110
5 kakap merah 42.000 83.300 190.000 181.900 79.810
6 Kembung 39.100 199.500 840.300 804.600 321.630
7 kuwe/putihan 101.800 90.500 56.500 54.100 237.630
8 Layang 31.000 50.500 423.800 405.800 181.050
9 Layur 76.100 1.004.500 151.900 145.400 518.020
10 Manyung 19.000 45.100 166.600 159.500 27.870
11 Pari 186.500 506.800 1.425.900 1.365.400 108.460
12 Peperek 280.600 169.600 149.000 142.700 222.510
13 Selar 29.200 76.500 212.800 203.700 53.700
14 Tembang 1.241.700 160.900 26.000 24.900 756.210
15 Tengiri 54.500 77.800 129.000 123.500 85.820
16 Teri 86.500 22.000 160.700 153.900 159.270
17 Tongkol 1.336.800 729.100 624.900 598.400 571.200
18 tuna besar 200.100 688.300 917.900 1.912.800 347.540
19 udang lainnya 103.900 7.200 3.400 3.300 293.530
68
Tabel 16. Ranking jenis ikan berdasarkan nilai ekonomi di Pelabuhanratu
Volume rata-rata Harga Nilai Ekonomi
No Jenis Ikan
(kg) (Rp/kg) (Rp)
1 tuna besar 813.328 8.000 6.506.624.000
2 cakalang 872.778 6.000 5.236.668.000
3 layur 379.184 12.620 4.785.302.080
4 kerang lainnya 665.200 6.250 4.157.500.000
5 pari 698.612 5.160 3.604.837.920
6 tongkol 772.080 3.850 2.972.508.000
7 cucut 521.644 5.623 2.933.204.212
8 kembung 441.026 6.167 2.719.807.342
9 tembang 441.942 4.804 2.123.089.368
10 kakap merah 115.402 14.631 1.688.446.662
11 udang lainnya 82.266 17.000 1.398.522.000
12 layang 218.430 5.320 1.162.047.600
13 tengiri 94.124 10.931 1.028.869.444
14 teri 116.474 7.126 829.993.724
15 kuwe/putihan 108.106 4.645 502.152.370
16 selar 115.180 3.689 424.899.020
17 peperek 192.882 1.906 367.633.092
18 manyung 83.614 3.934 328.937.476
19 cumi-cumi 14.056 8.165 114.767.240
Dari jenis ikan yang telah mengalami ranking berdasarkan nilai ekonomi tersebut,
selanjutnya dilakukan pemilihan jenis ikan yang belum diserap oleh industri
besar/industri skala ekspor. Jenis ikan yang belum diserap oleh industri besar ini
adalah jenis ikan yang selama ini dimanfaatkan oleh para pengolah tradisional
untuk diolah menjadi ikan asin, kering, asap, kerupuk dan lain-lain seperti terlihat
pada Tabel 17.
69
Tabel 17. Produksi perikanan tangkap Pelabuhanratu dan serapan industri
70
Tabel 18. Pemilihan komoditas potensial dari jenis ikan yang belum diserap
Unit Pengolahan Ikan (UPI) modern
71
Tabel 19. Produksi perikanan yang kontinyu didaratkan di DKI Jakarta (2002
2006)
Data jenis ikan yang kontinyu didaratkan di DKI Jakarta selanjutnya dilakukan
ranking berdasarkan nilai ekonomi yang dihasilkan dari perkalian antara volume
ikan dengan harga ikan seperti terlihat pada Tabel 20.
72
Tabel 20. Ranking jenis ikan berdasarkan nilai ekonomi di DKI Jakarta
Dari jenis ikan yang telah mengalami ranking berdasarkan nilai ekonomi tersebut,
selanjutnya dilakukan pemilihan jenis ikan yang belum diserap oleh industri
73
besar/industri skala ekspor. Jenis ikan yang belum diserap oleh industri besar ini
adalah jenis ikan yang selama ini dimanfaatkan oleh para pengolah tradisional
untuk diolah menjadi ikan asin, kering, asap, kerupuk dan lain-lain seperti terlihat
pada Tabel 21.
74
oleh responden dilakukan penilaian dengan mengunakan kriteria mutu,
ketersediaan bahan baku, harga dan pesaing ditingkat pembeli terhadap jenis
ikan yang belum diserap industri modern/industri besar. Nilai/skor yang dihasilkan
selanjutnya dihitung berdasarkan rataan geometri dan jenis ikan yang memiliki
nilai dengan rataan geometri tertinggi nenjadi komoditas potensial, seperti terlihat
pada Tabel 22.
Tabel 22. Pemilihan komoditas potensial dari jenis ikan yang belum diserap Unit
Pengolahan Ikan (UPI)
75
dengan nilai rataan geometri. Nilai rataan geometri tertinggi akan menjadi pilihan
komoditas potensial. Proses pemilihan komoditas potensial di DKI Jakarta
dimulai dengan melihat data jenis ikan yang didaratkan secara kontinyu di DKI
Jakarta selama 5 tahun terakhir ( tahun 2002-2006) seperti pada Tabel 23.
76
Data jenis ikan yang kontinyu didaratkan di DKI Jakarta selanjutnya dilakukan
ranking berdasarkan nilai ekonomi yang dihasilkan dari perkalian antara volume
ikan dengan harga ikan seperti terlihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Ranking jenis ikan berdasarkan nilai ekonomi di Kabupaten Cirebon
Volume rata-rata Harga Nilai Ekonomi
No Jenis Ikan
(kg) (Rp/kg) (Rp)
1 udang lainnya 959.580 38.770 37.202.916.600
2 udang jerbung/putih 499.574 52.852 26.403.485.048
3 kerang-kerangan 3.613.828 6.500 23.489.882.000
4 pari 4.920.530 4.469 21.989.848.570
5 bawal putih 433.180 50.000 21.659.000.000
6 ikan campuran 3.069.094 4.335 13.304.522.490
7 gulamah/tiga waja 3.012.636 4.220 12.713.323.920
8 tembang 2.949.680 3.161 9.323.938.480
9 teri 1.024.158 8.333 8.534.308.614
10 peperek 5.269.060 1.577 8.309.307.620
11 kembung 1.487.908 5.167 7.688.020.636
12 cucut 1.097.416 5.037 5.527.684.392
13 bawal hitam 710.920 7.338 5.216.730.960
14 sotong 626.290 7.120 4.459.184.800
15 tengiri 486.998 8.703 4.238.343.594
16 japuh 1.297.650 3.010 3.905.926.500
17 selar 745.220 4.720 3.517.438.400
18 udang dogol 221.420 14.745 3.264.837.900
19 tongkol 478.028 6.500 3.107.182.000
20 manyung 437.346 5.583 2.441.702.718
21 belanak 472.940 3.980 1.882.301.200
22 talang-talang 249.540 5.833 1.455.566.820
23 julung-julung 295.220 4.500 1.328.490.000
24 kakap merah 232.318 5.500 1.277.749.000
25 kuro 199.708 4.500 898.686.000
Dari jenis ikan yang telah mengalami ranking berdasarkan nilai ekonomi tersebut,
selanjutnya dilakukan pemilihan jenis ikan yang belum diserap oleh industri
77
besar/industri skala ekspor. Jenis ikan yang belum diserap oleh industri besar ini
adalah jenis ikan yang selama ini dimanfaatkan oleh para pengolah tradisional
untuk diolah menjadi ikan asin, kering, asap, kerupuk dan lain-lain seperti terlihat
pada Tabel 25.
78
Langkah selanjutnya adalah pemilihan komoditas potensial. Pemilihan dimulai
dengan melihat Jenis/komoditas yang belum diserap industri besar selanjutnya
oleh responden dilakukan penilaian dengan mengunakan kriteria mutu,
ketersediaan bahan baku, harga dan pesaing ditingkat pembeli terhadap jenis
ikan yang belum diserap industri modern/industri besar. Nilai/skor yang dihasilkan
selanjutnya dihitung berdasarkan rataan geometri dan jenis ikan yang memiliki
nilai dengan rataan geometri tertinggi nenjadi komoditas potensial, seperti terlihat
pada Tabel 26.
Tabel 26. Pemilihan komoditas potensial dari jenis ikan yang belum diserap Unit
Pengolahan Ikan (UPI)
Skor Komoditas Potensial
Komoditas Yang 1- 5
No Belum Diserap Kriteria Nilai
UPI Rataan
P1 P2 P3 P4
Geometri
1 pari 4 4 4 4 4,00 Mutu prima, ketersediaan
bahan baku terjamin, harga
2 campuran 3 4 4 4 3,722 stabil, pesaing pembeli rendah
3 gulamah/tigawaja 4 3 4 3 3,464 =5
4 tembang 3 4 4 4 3,722 Mutu Prima, ketersediaan
bahan baku terjamin, harga
5 peperek 4 4 4 4 4,00 stabil, pesaing pembeli sedang
6 kembung 3 3 3 4 3,223 =4
Mutu Prima, ketersediaan
7 cucut 3 3 4 3 3,223 bahan baku terjamin, harga
8 japuh 3 4 3 3 3,223 tidak stabil, pesaing pembeli
tinggi =3
9 selar 3 2 2 3 2,449
Mutu Prima, ketersediaan
10 manyung 2 3 3 2 2,449 bahan baku kurang terjamin,
11 belanak 2 2 3 2 2,213 harga tidak stabil, pesaing
pembeli tinggi =2
12 talang-talang 3 2 2 2 2,213
Mutu Prima, ketersediaan
13 julung-julung 3 3 2 2 2,449 bahan baku tidak terjamin,
14 kuro 3 2 2 2 2,213 harga tidak stabil, pesaing
pembeli tinggi =1
P1 : Adang Sumarna MM
P2 : Ir. Dedi Supriyadi
P3 : Yohanes Dwi Haryanto
P4 : Toni Hambali S.Pi
79
4.3 Pemilihan Produk Unggulan
Proses pemilihan produk unggulan di Kabupaten Cilacap dapat dilihat
pada Tabel 27. Proses pemilihan produk unggulan untuk Kabupaten Sukabumi-
Pelabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 29. Proses pemilihan produk unggulan
untuk DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 30, sedangkan proses pemilihan
produk unggulan untuk Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel 31.
Produk unggulan Kabupaten Cilacap : surimi dari ikan campuran (multi species)
Hasil uji coba pengolahan surimi dari ikan campuran (ikan pisang-pisang,
kurisi dan kuniran) menghasilkan rendemen 28,00%. Mutu surimi ikan campuran
(multi species) terhadap kandungan abu total 1,08%, kadar lemak 1,10% dan
dan protein 15,66% seperti terlihat pada Lampiran 11. Dalam pengembangan
80
usaha pengolahan surimi dari ikan campuran (multi species) perlu dilakukan
perbaikan teknologi pengolahannya khususnya upaya untuk menekan
kandungan lemak dengan cara penambahan food additive tertentu dalam
konsentrasi yang optimal dan melakukan fariasi campuran jenis-jenis ikan yang
digunakan sebagai bahan baku. Secara teknis dan finansial usaha pengolahan
surimi dari ikan campuran ini layak untuk dikembangkan bagi pengolah ikan
sebagai alternatif upaya memperoleh nilai tambah yang tinggi.
Hasil uji coba yang dilakukan oleh Balai Bimbingan dan Pegujian Mutu
Hasil Perikanan (BBPMHP) pada tahun 2004 tentang mutu surimi ikan campuran
(multi species) dalam Teknologi pengolahan surimi dari ikan hasil tangkapan
samping (by catch), memberi gambaran sebagai berikut:
Tabel 28. Mutu surimi ikan campuran (multi species) dalam teknologi
pengolahan surimi ikan hasil tangkapan samping (By Catch)
campuran
Parameter kurisi gulamah beloso
(1:1:1)
81
2) Pemilihan Produk Unggulan Kabupaten Sukabumi-Pelabuhanratu
Hasil uji coba pengolahan surimi dari ikan pari menghasilkan rendemen
33,07% dan setelah dilakukan uji kimiawi terhadap parameter abu total 0,8%,
kandungan lemak 0,95% dan kandungan protein 16,13% seperti terlihat pada
Lampiran 11. Mutu surimi ikan pari hasil uji coba sebagai konfirmasi bila
dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu kadar lemaknya
0,5%. Kadar lemak yang melebihi standar ini berakibat pada kemampuan
pembentukan gel sebagai syarat utama mutu surimi. Untuk meningkatkan
kemampuan pembentukan gel produk surimi diperlukan pengembangan teknologi
pengolahan surimi lebih lanjut.
82
3) Pemilihan Produk Unggulan DKI Jakarta
Tabel 30. Pemilihan produk potensial di DKI Jakarta
Komoditas Skor 1 - 5
Diolah
potensial Rataan
No Menjadi P P P P Kriteria skor
Rataan Geometri
Produk Utama 1 2 3 4
Geometri
1. Ikan cucut a.asin 2 3 3 2 2,449 Akses pasar tinggi, tingkat
kemampuan untuk diversifikasi
b.pengasapan 2 3 4 3 2,912 tinggi, tingkat nilai tambah tinggi,
pemanfaatan limbah tinggi = 5
c.FJP 3 4 4 4 3,722 Akses pasar sedang, tingkat
kemampuan untuk diversifikasi
d.surimi 4 5 4 5 4,472 tinggi, tingkat nilai tambah
sedang, pemanfaatan limbah
tinggi = 4
83
dilakukan uji coba teknologi untuk mendapatkan formulasi perlakuan terhadap
food additive tertentu dalam upaya mereduksi kandungan lemak pada surimi ikan
cucut. Teknologi baru tersebut juga bertujuan untuk meningkatkan elastisitas
surimi/kekuatan gel (gel strength).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwandari (1993) bahwa komposisi
kimiawi daging ikan cucut sebagai berikut :
Hammerhead (cucut martil): Air (75,6), Protein(21,6), Lemak (0,2), Mineral (1,6)
Horn shark : Air (79,6), Protein (17,7), Lemak (0,3), Mineral (1,8)
Korothokhostaya : Air (75,8), Protein (18,9), Lemak (0,2), Mineral (1,6)
Silky shark : Air (73,6), Protein (21,7), Lemak (0), Mineral (1,2)
Tiger shark (cucut macan) : Air (79,4), Protein (16,3), Lemak (0,1), Mineral (0,6)
White tip shark : Air (76,9), Protein (19,9), Lemak (0,3), Mineral (1,8)
Kandungan urea pada daging ikan cucut :
Hammerhead (cucut martil) : 2,320 mg/100g
Tiger shark (cucut macan) : 1,990 mg/100g
Black tip shark (cucut botol) : 1,728 mg/100g
Lesser spotted dog fish : 1,775 mg/100g
Smooth hound : 2,038 mg/100g
Spiny dog fish : 1,570 mg/100g
Penelitian yang dilakukan Wahyuni (1992) terhadap daging cucut giling
dengan merendam dan mencuci dalam air dingin (50C) sebanyak 3 kali ulangan
akan menghasilkan penurunan kadar urea dari rata-rata 5% (berat kering)
menjadi rata-rata tidak terdeteksi. Pemanfaatan ikan cucut sebagai bahan baku
industri surimi sudah dilakukan di beberapa negara, misalnya Taiwan yang
menggunakan ikan cucut sebagai bahan baku utama. Demikian pula Jepang
yang memanfaatkan daging ikan cucut untuk pembuatan kamaboko didasarkan
pada kemampuannya untuk membentuk gel (Suzuki, 1981).
Laporan hasil uji coba yang dilakukan oleh BBPMHP tahun 1988/1989
tentang pengaruh lama penyimpanan surimi ikan cucut macan terhadap
elastisitas sosis sebagai produk lanjutan, sebagai berikut :
84
Minggu ke 0: uji lipat = 2,3; gel strength = 234,4 g/cm2
Minggu ke 2: uji lipat = 3,7; gel strength = 354,4 g/cm2
Minggu ke 4: uji lipat = 2,0; gel strength = 475,7 g/cm2
Minggu ke 6: uji lipat = 3,4; gel strength = 402,0 g/cm2
85
4) Pemilihan Produk Unggulan Kabupaten Cirebon
Tabel 31. Pemilihan komoditas potensial di Kabupaten Cirebon
Komoditas Skor 1 - 5
Diolah
potensial Rataan
No Menjadi Kriteria skor
Rataan P1 P2 P3 P4 Geometri
Produk Utama
Geometri
1. Ikan peperek a.asin 3 3 2 2 2,449 Akses pasar tinggi, tingkat
kemampuan untuk diversifikasi
b.dendeng 3 2 3 3 2,710 tinggi, tingkat nilai tambah
tinggi, pemanfaatan limbah
c. surimi 2 1 1 2 1,414 tinggi = 5
P1 : Adang Sumarna MM
P2 : Ir. Dedi Supriyadi
P3 : Yohanes Dwi Haryanto
P4 : Toni Hambali S.Pi
Produk Unggulan Kabupaten Cirebon adalah : surimi yang berasal dari ikan pari.
86
Cost Ratio (Net B/C Ratio) dan Pay Back Period (PBP). Menurut Kadariah et al.
1978. penentuan layak atau tidaknya suatu usaha adalah dengan cara
membandingkan masing-masing nilai dengan batas-batas kelayakan, yaitu NPV
> 0, Net B/C >1 dan PBP < 10 th. Sub model untuk menghitung kelayakan
finansial usaha/industri pengolahan hasil perikanan adalah Sub Model
Kelayakan.
Perhitungan kelayakan finansial disajikan pada Lampiran 1 tentang analisis
finansial industri surimi di Kabupaten Cilacap, Lampiran 2 tentang analisis
finansial industri surimi di Pelabuhanratu, Lampiran 3 tentang analisis finansial
industri surimi di DKI Jakarta dan Lampiran 4 tentang analisis finansial industri
surimi di Kabupaten Cirebon. Asumsi perhitungan finansial ini didasarkan pada
data yang diperoleh melalui wawancara dengan responden. Data tersebut antara
lain jumlah karyawan yang dibutuhkan, gaji/upah karyawan, harga bahan baku,
harga jual produk, target produksi, sedangkan data lain didasarkan pada kondisi
umum yang berlaku (bunga bank, penyusutan dan pajak).
87
Berdasarkan data produksi ikan hasil tangkap yang kontinyu didaratkan,
hasil analisis menunjukkan produk unggulan Kabupaten Cilacap adalah surimi
ikan campuran (multi species). Dengan asumsi hari kerja selama 1 tahun adalah
300 hari, maka rata-rata ikan campuran (multi species) yang diolah sebanyak
2.728 kg/hari. Pengolahan surimi dari bahan baku sebanyak 2.728 kg/hari ini
mempekerjakan tenaga administrasi 9 orang dan tenaga produksi sebanyak 11
orang dengan menggunakan peralatan/mesin mekanik
Jenis permodalan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi dan
modal kerja/usaha. Modal investasi meliputi biaya atas tanah dan bangunan serta
biaya untuk pembelian mesin dan peralatan. Kebutuhan dana untuk modal kerja
sebesar Rp. 556.275.680,- dan investasi sebesar Rp. 2.027.000.000,- sehingga
total kebutuhan dana sebesar Rp. 2.583.275.680,- yang berasal dari modal
sendiri Rp. 2.066.620.544,- sehingga masih diperlukan modal bantuan/pinjaman
sebesar Rp. 516.665.136,-. Perhitungan berbagai kebutuhan permodalan dan
pembiayaan untuk kegiatan usaha/industri surimi di Kabupaten Cilacap disajikan
pada Lampiran 1.
88
hari, maka rata-rata ikan pari yang dapat diolah sebagai bahan baku produk
surimi sebanyak 288 kg/hari. Pengolahan surimi dari bahan baku sebanyak 288
kg/hari ini mempekerjakan tenaga administrasi 6 orang dan tenaga produksi
sebanyak 11 orang dengan sistim manual dan bantuan alat pengepres mekanik.
Jenis permodalan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi dan
modal kerja/usaha. Modal investasi meliputi biaya atas tanah dan bangunan serta
biaya untuk membelian mesin dan peralatan. Kebutuhan dana untuk modal kerja
sebesar Rp. 130.572.200,- dan investasi sebesar Rp. 459.164.000,- sehingga
total kebutuhan dana sebesar Rp. 589.736.200,- yang seluruhnya berasal dari
modal sendiri/kelompok (KUB). Berbagai kebutuhan permodalan dan
pembiayaan untuk kegiatan usaha/ industri surimi ikan pari di Pelabuhanratu-
Kabupaten Sukabumi disajikan pada Lampiran 2.
89
ikan cucut yang dapat diolah sebagai bahan baku produk surimi sebanyak 3.806
kg/hari dengan mempekerjakan tenaga administrasi 9 orang dan tenaga produksi
sebanyak 13 orang, menggunakan sepenuhnya peralatan/mesin mekanik.
Jenis permodalan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi dan
modal keja/usaha. Modal investasi meliputi biaya atas tanah dan bangunan serta
biaya untuk pembelian mesin dan peralatan. Kebutuhan dana untuk modal kerja
sebesar Rp. 1.227.032.400,- dan investasi sebesar Rp. 2.676.427.500,- sehingga
total kebutuhan dana sebesar Rp. 3.903.459.900,- yang berasal dari modal
sendiri Rp. 2.342.075.940,- sehingga masih diperlukan modal bantuan/pinjaman
sebesar Rp. 1.561.383.960,-. Berbagai kebutuhan permodalan dan pembiayaan
untuk kegiatan usaha/industri pengolahan surimi di DKI Jakarta isajikan pada
Lampiran 3.
90
kg/th. Dengan asumsi hari kerja selama 1 tahun adalah 300 hari, maka rata-rata
ikan pari yang dapat diolah sebagai bahan baku produk surimi sebanyak 6.216
kg/hari. Pengolahan surimi dari bahan baku sebanyak 6.216 kg/hari ini
mempekerjakan tenaga administrasi 9 orang dan tenaga produksi sebanyak 13
orang, dengan menggunakan peralatan/mesin mekanik.
Jenis permodalan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu modal investasi dan
modal keja/usaha. Modal investasi meliputi biaya atas tanah dan bangunan serta
biaya untuk pembelian mesin dan peralatan. Kebutuhan dana untuk modal kerja
sebesar Rp. 1.419.485.960,- dan investasi sebesar Rp. 3.568.450.000,- sehingga
total kebutuhan dana sebesar Rp. 4.987.935.960.040,- yang berasal dari modal
sendiri Rp. 2.992.761.576,- sehingga masih diperlukan modal bantuan/pinjaman
sebesar Rp. 1.995.174.384,-. Berbagai kebutuhan permodalan dan pembiayaan
untuk kegiatan usaha/industri pengolahan surimi ikan pari di Kabupaten Cirebon
disajikan pada Lampiran 4.
91
B/C ratio 2,24. Strategi pengembangan usaha dengan melibatkan seluruh
stakeholders untuk bersinergi dengan pembagian peran sebagai berikut :
2) Pelabuhanratu.
Dimulai dengan identifikasi produk perikanan tangkap yang kontinyu
didaratkan (Tabel 15 ) dan dilanjutkan dengan pemilihan komoditas potensial
oleh responden (dapat dilihat pada Tabel 18) yang menghasikan ikan pari.
Langkah selanjutnya adalah pemilihan produk unggulan yang menghasilkan
produk surimi ikan pari. Produk unggulan ini selanjutnya dianalisis kelayakan
finansialnya.
Strategi pengembangan usaha pengolahan surimi ikan pari sebanyak
108.400 kg/th seperti disajikan pada tabel 2, membutuhkan dana sebesar
Rp. 589.736.200,- terdiri dari modal kerja Rp. 130. 572.200,- dan investasi
sebesar Rp. 459.164.000,-. Total kebutuhan dana tersebut direncanakan
berasar dari modal sendiri seesar Rp. 589.736.200,- dan modal pinjaman
Rp. 0,-. Tingkat kelayakan usaha sebagai berikut : NPV Rp. 282.620.155,- ;
PBP 6,61 dan B/C ratio 1,62. Strategi pengembangan usaha dengan
melibatkan seluruh stakeholders untuk bersinergi dengan pembagian peran
sebagai berikut :
(1) Pemerintah memberikan bantuan berupa bimbingan teknis, memfasilitasi
terjadinya kemitraan dengan industri pengolahan fish jelly product,
memberikan bantuan modal dan penyediaan sarana air bersih dan listrik
yang memadai, penyediaan es yang cukup, bantuan promosi dan
perluasan pasar serta penyediaan tenaga kerja yang terampil.
(2) Industri besar/pengusaha mitra (pengolah surimi) perlu memberikan
bimbingan kepada kelompok mitra yang berkaitan dengan kualitas bahan
baku dan cara pengolahan meanfish sesuai yang diinginkan.
(3) Pengusaha mitra wajib memberikan pinjaman/bantuan fasilitas dan
sarana pengolahan produk, memberikan bantuan/kredit modal dan
membeli seluruh hasil olahan kelompok mitra sesuai perjanjian dalam
kontrak beli.
92
3) DKI Jakarta
Dimulai dengan identifikasi produk perikanan tangkap yang kontinyu
didaratkan (Tabel 19) dan dilanjutkan dengan pemilihan komoditas potensial
oleh responden (dapat dilihat pada Tabel 22) yang menghasikan ikan cucut.
Langkah selanjutnya adalah pemilihan produk unggulan yang menghasilkan
produk surimi ikan cucut. Produk unggulan ini selanjutnya dianalisis
kelayakan finansialnya.
Strategi pengembangan usaha pengolahan surimi ikan cucut sebanyak
1.141.700 kg/th seperti disajikan pada tabel 1, membutuhkan dana sebesar
Rp. 3.903.459.900,- terdiri dari modal kerja Rp. 1227.032.400,- dan investasi
sebesar Rp. 2.676.427.500,-. Total kebutuhan dana tersebut direncanakan
berasar dari modal sendiri sebesar Rp. 2.342.075.940,- dan modal pinjaman
sebesar Rp. 1.516.383.960,-. Sesuai perhitungan analisis finansial,
pengembalian pinjaman dlakukan selama 10 tahun dengan tingkat kelayakan
usaha sebagai berikut : NPV Rp. 2.601.926.215,- ; PBP 3,76 dan B/C ratio
1,97.
Strategi pengembangan usaha surimi ikan cucut di DKI Jakarta ini berskala
usaha menengah/besar, sehingga perlu melibatkan seluruh stakeholders
untuk bersinergi dengan pembagian peran sebagai berikut :
(1) Pemerintah memberikan bantuan kepada pengusaha mitra berupa:
promosi, perluasan akses pasar dan kemudahan perijinan. Pemerintah
mendorong pengusaha mitra untuk melakukan perikatan kerjasama
dengan kelompok mitra. Pemerintah terhadap kelompok mitra
memberikan penguatan berupa bimbingan teknis, memberikan bantuan
modal dan penyediaan air bersih yang memadai. Pasokan kelompok
mitra kepada pengusaha mitra dapat berupa bahan baku atau berupa
mincedfish.
(2) Pengusaha mitra wajib memberikan pinjaman/bantuan peralatan
pengolahan produk, memberikan bantuan/kredit modal dan membeli
seluruh hasil olahan kelompok mitra sesuai perjanjian dalam kontrak beli.
93
4) Kabupaten Cirebon
Dimulai dengan identifikasi produk perikanan tangkap yang kontinyu
didaratkan (Tabel 23) dan dilanjutkan dengan pemilihan komoditas potensial
oleh responden (dapat dilihat pada Tabel 26) yang menghasikan ikan pari.
Langkah selanjutnya adalah pemilihan produk unggulan yang menghasilkan
produk surimi ikan pari. Produk unggulan ini selanjutnya dianalisis kelayakan
finansialnya.
Strategi pengembangan usaha pengolahan surimi ikan pari sebanyak
1.864.900 kg/th seperti disajikan pada tabel 1, membutuhkan dana sebesar
Rp. 4.987.935.960.040,- terdiri dari modal kerja Rp. 1.419.485.960,- dan
investasi sebesar Rp. 3.568.450.000,-. Total kebutuhan dana tersebut
direncanakan berasar dari modal sendiri sebesar Rp. 2.992.761.576,- dan
modal pinjaman sebesar Rp. 1.995.174.384,-. Sesuai perhitungan analisis
finansial, pengembalian pinjaman dlakukan selama 10 tahun dengan tingkat
kelayakan usaha sebagai berikut : NPV Rp. 4.788.037.931,- ; PBP 3,15 dan
B/C ratio 2,34.
Strategi pengembangan usaha surimi ikan cucut di DKI Jakarta ini berskala
usaha menengah/besar, sehingga perlu melibatkan seluruh stakeholders
untuk bersinergi dengan pembagian peran sebagai berikut :
(1) Pemerintah memberikan dukungan kepada kelompok mitra berupa
bimbingan teknis, memfasilitasi terjadinya kemitraan dengan industri
pengolahan surimi, memberikan bantuan modal dan penyediaan sarana
air bersih dan listrik yang memadai. Pasokan kelompok mitra dapat
berupa bahan baku ikan namun dapat pula berupa produk minced fish.
(2) Industri besar/pengusaha mitra (pengolah surimi) perlu memberikan
bimbingan kepada kelompok mitra yang berkaitan dengan kualitas bahan
baku dan cara pengolahan mincedfish sesuai yang diinginkan.
Pengusaha mitra wajib memberikan pinjaman/bantuan fasilitas dan
sarana pengolahan produk, memberikan bantuan/kredit modal dan
membeli seluruh hasil olahan kelompok mitra sesuai perjanjian dalam
kontrak beli.
94
(3) Pemerintah memberikan dukungan kepada pengusaha mitra berupa
bimbingan teknis, kemudahan perijinan, pelatihan, promosi secara
internasional, membantu pengembangan pasar dan memberikan
pendampingan dalam bermitra dengan kelompok mitra.
Pembagian tugas dan tanggung jawab para pihak yang melaksanakan sinergi
untuk pengembangan industri surimi ini diuraikan seperti matrik pada Tabel 32.
95
Tabel 32. Pembagian tugas dan tanggung jawab stakeholders pada strategi pengembangan industri Surimi
4. Akses Pasar Bantuan Perbaikan Perluasan Penyediaan Pemanfaatan Peningkatan Penyediaan Memanfaatkan Perluasan Promosi, Perbaikan Perluasan
promosi, mutu sesuai pasar ekspor Informasi Perluasan Permintaan Informasi dan Promosi dan Pasar Secara perluasan mutu produk pasar domestik
perluasan permintaan Pasar Pasar Produk Kepada Promosi Perluasan Internasional pasar dan ekspor
pasar B Pasar
5. Kemitraan Fasilitasi Menyediakan Membeli bahan Memberikan Komitmen Bermitra Memfasilitasi Bermitra Bermitra Mendorong Menyiapkan Bermitra
Usaha terjadinya pasokan baku ikan Pendampingan Untuk Bermitra dengan C terjadinya Dengan Dengan terjadinya produk yang dengan B dan
kemitraan ikan/mincedfish /minced fish Kepada B dan kemitraan Pengusaha Kelompok kemitraan B bermutu sesuai bekerjasama
antara B dan C kpd C sesuai dari B C Kepada B dan Mitra Mitra dan C permintaan C saling
kesepakatan C menguntungka
n
6. Pelatihan Teknis Melatih teknis Meningkatkan Transfer Membimbing Menerapkan Membimbing Pemberian Menerima Memberikan Memberikan Meningkatkan Transfer
pengolahan ketrampilan technology dan Melatih Teknologi Persyaratan Pelatihan Pelatihan Teknik pelatihan ketrampilan technologi
surimi sesuai teknis untuk kepada B Teknis Kepada Sesuai Teknis Kepada teknis Pengolahan teknis bagi B tenaga kepada B
persyaratan menjaga mutu sesuai Pengusaha Permintaan C pengolahan Kepada B dan C produksi. sesuai
produk. permintaan Mitra surimi Sesuai permintaan
pasar Permintaan pembeli
Pasar
7. Pemenuhan Menyiapkan Memanfaatkan Bantu Melatih dan Meningkatkan Membantu Menyiapkan Menerima dan Melatih Membantu Memenuhi Membantu
SDM bagi tenaga tenaga ahli kekurangan Menyediakan ketrampilan peningkatan dan Melatih Menggunakan Ketrampilan kebutuhan kebutuhan tenaga terampil
pengolah profesional produk surimi tenaga pada B SDM Sesuai teknis ketrampilan Ketrampilan Ketrampilan Kepada B tenaga teknis jumlah tenaga kepada B
pengolah Kebutuhan B kepada B yang terampil profesional
surimi.
Keterangan: A : Pemerintah
B : Kelompok Mitra
C: Pengusaha Mitra
95
Secara umum rancangan model pengembangan usaha pengolahan hasil
perikanan dapat dilihat pada gambar 5.
96
yang lebih lengkap antara lain potensi pasar luar negeri/internasional, faktor
ekonomi lainnya dan juga sosial budaya lokal.
97
5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
99
5.2 Saran
100
DAFTAR PUSTAKA
Batch, F. F., 1992. Peningkatan Packing Makanan Laut. Journal Infofish Vol.
2.No. 4. Malaysia. Pp. 18-20.
BBP2HP, 2005. Teknologi Pengolahan Surimi dan Produk Fish Jelly. Jakarta.
45 hal.
BBP2HP, 2006. Keragaan Produk Olahan Hasil Perikanan, Jakarta. 115 hal.
Clucas, I.J. dan A.R. Ward, 1996. Post harvest Fisheries Development : A
Guide to Handling, Preservation, Processing and Quality. Natural
Recources Institute, Chtham Maritim, United Kingdom. Pp : 229.
Craby & Starky, 2007. Buletin Pengolahan dan Pemasaran Perikanan. Edisi
Juni 2007. Jakarta. 23 hal.
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cilacap, 2004. Profil Perikanan dan
Kelautan kabupaten Cilacap, Cilacap. Pp : 16-19.
102
Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, 2005. Laporan Tahunan ,
Cirebon. 101 hal.
Fitrial, Y., 2000. Pengaruh Konsentrasi Tepung Tapioka, Suhu dan Lama
Perebusan Terhadap Mutu Gel Daging Ikan Cucut Lanyam.
Thesis.Program Pasca Sarjana IPB, Bogor. Pp : 73-80.
103
Giyatmi, 2005. Sistem pengembangan Agroindustri Perikanan Laut : Suatu
Kajian Kelayakan dan Strategi Pengembangan di Provinsi Jawa
Tengah, Disertasi IPN. PPS, IPB, Bogor. 215 hal.
Harini, L.P.D., 1993. Pembuatan Dan Uji Kesukaan Burger Dari Surimi Ikan
Cucut Dengan Berbagai Jenis Tepung. Skripsi, Fakultas
Perikanan, IPB, Bogor. Pp : 33-46.
Kohar, K.P., 2004. Pengaruh Beberapa Jenis Ikan Rucah Terhadap Kualitas
Surimi Mentah. UNDIP, Semarang. 103 hal.
Lanier, T.C and C.M. Lee, 1986. Surimi Technology, New York. 528 hal.
Manetsch, TJ and PG. Park. 1979. System Analisis and Simulation With
Application to Economic and Social Science. Michigan State
University, East Lausing.
104
Daya Awet Kamaboko Ikan Pari Kelapa (Trygon sephen). Bul.
Teknologi dan Industri Pangan. Vol. VI.(2):21-26.
Minch, R.P. and J.R. Burns. 1983. Conceptual Design Of Decision Support
System Utilizing Management Science Models. IEEE Transaction
of System, Man and Cybernetic. 131 hal.
Nichols PD., Mooney BD., Elliott NG. 2001. Unusually High Levels Of Non-
saponifiable Lipids In The Fishes escolar And Rudderfish
Identification By Gas And Thin-layer Chromatography. J
Chromatogr A. 2001 Nov 30;936(1-2):183-91.Links.
Novenra, AD. 2003. Studi Kelayakan Pendirian Industri Penyamaan Kulit Ikan
Pari di Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB, Bogor. 90 hal.
105
Oryzanty, S. 2003. Sistem Penunjang Keputusan Kelayakan Investasi
Agroindustri Minyak Pala di Bogor Jawa Barat. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB, Bogor. 102 hal.
Prameswari, D. 2007. Analisa EPA dan DHA dalam limbah kepala ikan tuna
secara kromatografi gas (GC). Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. 54 hal.
Schawrz MD, Lee CM, 1988. Comparizon of the thermostability of red hake
and alaska pollack surimi during processing. Journal of Food
Science. 53 (5) : 1347-1351
Selman, J., 1992. New Technologies For The Food Industry. Food Science
And Technology Today. Journal Of The Institute Of Food Science
And Technology, Vol. 6. No. 4. UK. Pp. 205-209.
Turban , 1990. Decision Support and Expert system. Macmillan Publ. Co.,
Inc., New York.
Wahyuni, M. 1992. Sifat Kimia dan Fungsi Ikan Hiu Lanyam (Carcharinus
limbatus) Serta Penggunaannya Dalam Pembuatan Sosis. Tesis,
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 147 hal.
106
Ward, K., Srikantan, S. and N.Richard. 1991. Management Acconting For
Finance Decision. Oxford : Butterworths-Heinemann. 321 hal.
Winarno, 1994. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta. 152 hal.
107
Lampiran 1. Analisis Finansial Industri Surimi di Kabupaten Cilacap
108
Investasi, Penyusutan, dan Pemeliharaan
No. Uraian Satuan Volume Harga Jumlah Nilai Sisa Umur Penyusutan Pemeliharaan
A. Lahan 450.000.000
Tanah m2 500 900.000 450.000.000
B. Bangunan 252.000.000 25.200.000 22.680.000 12.600.000
Kantor m2 20 900.000 18.000.000 1.800.000 10 1.620.000 900.000
Ruang Pencucian m2 10 900.000 9.000.000 900.000 10 810.000 450.000
Ruang Processing m2 200 900.000 180.000.000 18.000.000 10 16.200.000 9.000.000
Ruang Penganginan m2 0 0 0 0 10 0 0
Ruang Penyimpanan Batu Es m2 10 900.000 9.000.000 900.000 10 810.000 450.000
Gudang bahan baku m2 30 900.000 27.000.000 2.700.000 10 2.430.000 1.350.000
Gudang produk m2 0 0 0 0 10 0 0
Ruang Penjemuran m2 0 0 0 0 10 0 0
Laboratorium m2 0 0 0 0 10 0 0
Toilet m2 10 900.000 9.000.000 900.000 10 810.000 450.000
C. Kendaraan 100.000.000 10.000.000 9.000.000 5.000.000
Truck buah 1 100.000.000 100.000.000 10.000.000 10 9.000.000 5.000.000
D. Peralatan 1.150.700.000 115.070.000 207.126.000 57.535.000
Keranjang plastik buah 15 10.000 150.000 15.000 5 27.000 7.500
Meat Bone Seperator buah 1 300.000.000 300.000.000 30.000.000 5 54.000.000 15.000.000
Mesin Pengepres buah 1 75.000.000 75.000.000 7.500.000 5 13.500.000 3.750.000
Bak Perendam buah 1 400.000 400.000 40.000 5 72.000 20.000
Mesin Pelumat Daging buah 1 75.000.000 75.000.000 7.500.000 5 13.500.000 3.750.000
Timbangan buah 3 50.000 150.000 15.000 5 27.000 7.500
Silent Cutter buah 1 100.000.000 100.000.000 10.000.000 5 18.000.000 5.000.000
Cold Storage buah 1 300.000.000 300.000.000 30.000.000 5 54.000.000 15.000.000
Pompa angin buah 0 0 0 0 5 0 0
Pompa air buah 0 0 0 0 5 0 0
Freezer unit 1 300.000.000 300.000.000 30.000.000 5 54.000.000 15.000.000
E. Instalasi 800.000 80.000 144.000 40.000
Instalasi listrik unit 1 400.000 400.000 40.000 5 72.000 20.000
Instalasi penanganan limbah unit 0 0 0 0 5 0 0
Instalasi air unit 1 400.000 400.000 40.000 5 72.000 20.000
Instalasi telepon unit 1 0 0 0 5 0 0
F. Perlengkapan 23.500.000 2.350.000 4.230.000 1.175.000
Meja tulis serta kursi unit 2 2.000.000 4.000.000 400.000 5 720.000 200.000
Lemari arsip unit 2 2.000.000 4.000.000 400.000 5 720.000 200.000
Komputer +printer unit 3 4.500.000 13.500.000 1.350.000 5 2.430.000 675.000
Meja kursi tamu unit 1 2.000.000 2.000.000 200.000 5 360.000 100.000
G. Pra Investasi 50.000.000
Perijinan 1 750.000 50.000.000
Total 2.027.000.000 152.700.000 243.180.000 76.350.000
109
Biaya Tetap
No. Uraian Satuan Volume Harga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Gaji Tenaga Kerja 204.000.000 204.000.000 204.000.000 204.000.000 204.000.000 204.000.000 204.000.000 204.000.000 204.000.000 204.000.000
Direktur orang 1 3.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Sekretaris orang 1 1.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Satpam orang 2 750.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Manajer pemasaran orang 1 2.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Staff administrasi orang 2 1.500.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
staff Penjualan orang 2 1.500.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Staff Produksi orang 2 1.500.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
2 Biaya pemeliharaan 76.350.000 76.350.000 76.350.000 76.350.000 76.350.000 76.350.000 76.350.000 76.350.000 76.350.000 76.350.000
3 Pajak Bumi dan Bangunan 7.020.000 7.020.000 7.020.000 7.020.000 7.020.000 7.020.000 7.020.000 7.020.000 7.020.000 7.020.000
4 Biaya pemasaran 10.000.000 10.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
5 Biaya Asuransi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Biaya operasi kantor dan telepon 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Total 307.370.000 307.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000
110
Biaya Tidak Tetap
No. Uraian Satuan Volume Harga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Biaya Produksi 1.824.030.720 2.052.034.560 2.280.038.400 2.280.038.400 2.280.038.400 2.280.038.400 2.280.038.400 2.280.038.400 2.280.038.400 2.280.038.400
Bahan Baku Kg 818.400 2.676 1.752.030.720 1.971.034.560 2.190.038.400 2.190.038.400 2.190.038.400 2.190.038.400 2.190.038.400 2.190.038.400 2.190.038.400 2.190.038.400
Garam & Bhn. Penunjang Kg 8.500 2.000 13.600.000 15.300.000 17.000.000 17.000.000 17.000.000 17.000.000 17.000.000 17.000.000 17.000.000 17.000.000
Minyak tanah Liter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kardus Buah 10.000 4.000 32.000.000 36.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000 40.000.000
Plastik m2 11.000 3.000 26.400.000 29.700.000 33.000.000 33.000.000 33.000.000 33.000.000 33.000.000 33.000.000 33.000.000 33.000.000
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000
Karyawan Produksi orang 10 750.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000 90.000.000
Karyawan untuk analisis orang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Supervisor orang 1 1.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
2 Biaya Utilitas 69.072.000 77.706.000 86.340.000 86.340.000 86.340.000 86.340.000 86.340.000 86.340.000 86.340.000 86.340.000
Biaya transportasi Kg 818.400 100 65.472.000 73.656.000 81.840.000 81.840.000 81.840.000 81.840.000 81.840.000 81.840.000 81.840.000 81.840.000
Bahan Bahan Untuk analis Rp./bulan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Listrik kwh 6.000 750 3.600.000 4.050.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000 4.500.000
Total 2.001.102.720 2.237.740.560 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400
111
Modal Kerja dan Pendanaan
No. Uraian Jumlah
1 Kebutuhan Modal Kerja 556.275.680
Biaya tenaga kerja tak langsung 51.000.000
Biaya pemasaran 2.500.000
Biaya operasi kantor 2.500.000
Bahan baku dan pembantu 456.007.680
Biaya tenaga kerja langsung 27.000.000
Biaya Utilitas 17.268.000
2 Investasi 2.027.000.000
3 Pendanaan
Total Kebutuhan Dana 2.583.275.680
Modal Sendiri 2.066.620.544
Modal Pinjaman 516.655.136
Angsuran Tahunan 76.439.313
112
Perkiraan Arus Uang
No. Uraian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Inflow 516.655.136 3.339.072.000 3.756.456.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.326.540.000
a. Nilai Sisa Modal 516.655.136 152.700.000
b. Penjualan Produk 3.339.072.000 3.756.456.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000 4.173.840.000
Volume Produk 196.416 220.968 245.520 245.520 245.520 245.520 245.520 245.520 245.520 245.520
Harga Produk 17.000 17.000 17.000 17.000 17.000 17.000 17.000 17.000 17.000 17.000
2 Outflow 2.027.000.000 2.628.092.033 2.864.729.873 3.106.367.713 3.106.367.713 4.281.367.713 3.106.367.713 3.106.367.713 3.106.367.713 3.106.367.713 3.106.367.713
a. Investasi 2.027.000.000 0 0 0 0 1.175.000.000 0 0 0 0 0
Lahan 450.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bangunan 252.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan 100.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Peralatan 1.150.700.000 0 0 0 0 1.150.700.000 0 0 0 0 0
Instalasi 800.000 0 0 0 0 800.000 0 0 0 0 0
Perlengkapan 23.500.000 0 0 0 0 23.500.000 0 0 0 0 0
Pra Investasi 50.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Biaya Operasional 2.308.472.720 2.545.110.560 2.786.748.400 2.786.748.400 2.786.748.400 2.786.748.400 2.786.748.400 2.786.748.400 2.786.748.400 2.786.748.400
Biaya Tetap 307.370.000 307.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000 312.370.000
Biaya Variabel 2.001.102.720 2.237.740.560 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400 2.474.378.400
c. Penyusutan 243.180.000 243.180.000 243.180.000 243.180.000 243.180.000 243.180.000 243.180.000 243.180.000 243.180.000 243.180.000
d. Pengembalian Modal 76.439.313 76.439.313 76.439.313 76.439.313 76.439.313 76.439.313 76.439.313 76.439.313 76.439.313 76.439.313
3 Laba Sebelum Pajak -1.510.344.864 710.979.967 891.726.127 1.067.472.287 1.067.472.287 -107.527.713 1.067.472.287 1.067.472.287 1.067.472.287 1.067.472.287 1.220.172.287
4 Pajak Penghasilan 106.646.995 133.758.919 160.120.843 160.120.843 0 160.120.843 160.120.843 160.120.843 160.120.843 183.025.843
5 Laba Bersih -1.510.344.864 604.332.972 757.967.208 907.351.444 907.351.444 -107.527.713 907.351.444 907.351.444 907.351.444 907.351.444 1.037.146.444
113
Resume Kelayakan
114
Lampiran 2. Analisis Finansial Industri Surimi di Pelabuhanratu
115
Investasi, Penyusutan, dan Pemeliharaan
No. Uraian Satuan Volume Harga Jumlah Nilai Sisa Umur Penyusutan Pemeliharaan
A. Lahan 210.000.000
Tanah m2 300 700.000 210.000.000
B. Bangunan 77.700.000 7.770.000 6.993.000 0
Kantor m2 15 700.000 10.500.000 1.050.000 10 945.000 0
Ruang Pencucian m2 12 700.000 8.400.000 840.000 10 756.000 0
Ruang Processing m2 50 700.000 35.000.000 3.500.000 10 3.150.000 0
Ruang Penganginan m2 0 0 0 0 10 0 0
Ruang Penyimpanan Batu Es m2 12 700.000 8.400.000 840.000 10 756.000 0
Gudang bahan baku m2 12 700.000 8.400.000 840.000 10 756.000 0
Gudang produk m2 0 0 0 0 10 0 0
Ruang Penjemuran m2 0 0 0 0 10 0 0
Laboratorium m2 0 0 0 0 10 0 0
Toilet m2 10 700.000 7.000.000 700.000 10 630.000 0
C. Kendaraan 75.000.000 7.500.000 6.750.000 0
Truck/Pick Up buah 1 75.000.000 75.000.000 7.500.000 10 6.750.000 0
D. Peralatan 38.564.000 3.856.400 6.941.520 0
Keranjang plastik buah 12 9.500 114.000 11.400 5 20.520 0
Meat Bone Seperator buah 0 0 0 0 5 0 0
Mesin Pengepres buah 1 8.000.000 8.000.000 800.000 5 1.440.000 0
Bak Perendaman buah 1 360.000 360.000 36.000 5 64.800 0
Mesin Pelumat Daging buah 0 0 0 0 5 0 0
Timbangan buah 2 45.000 90.000 9.000 5 16.200 0
Silent Cutter buah 0 0 0 0 5 0 0
Cold Storage portable buah 1 15.000.000 15.000.000 1.500.000 5 2.700.000 0
Pompa angin buah 0 0 0 0 5 0 0
Pompa air buah 0 0 0 0 5 0 0
Freezer portable unit 1 15.000.000 15.000.000 1.500.000 5 2.700.000 0
E. Instalasi 900.000 90.000 162.000 0
Instalasi listrik unit 1 450.000 450.000 45.000 5 81.000 0
Instalasi penanganan limbah unit 0 0 0 0 5 0 0
Instalasi air unit 1 450.000 450.000 45.000 5 81.000 0
Instalasi telepon unit 1 0 0 0 5 0 0
F. Perlengkapan 7.000.000 700.000 1.260.000 0
Meja tulis serta kursi unit 2 1.000.000 2.000.000 200.000 5 360.000 0
Lemari arsip unit 1 500.000 500.000 50.000 5 90.000 0
Komputer +printer unit 1 3.500.000 3.500.000 350.000 5 630.000 0
Meja kursi tamu unit 1 1.000.000 1.000.000 100.000 5 180.000 0
G. Pra Investasi 50.000.000
Perijinan 1 900.000 50.000.000
Total 459.164.000 19.916.400 22.106.520 0
116
Biaya Tetap
No. Uraian Satuan Volume Harga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Gaji Tenaga Kerja 28.200.000 28.200.000 28.200.000 28.200.000 28.200.000 28.200.000 28.200.000 28.200.000 28.200.000 28.200.000
Direktur orang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sekretaris orang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Satpam orang 1 550.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000
Manajer pemasaran orang 1 700.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000 8.400.000
Staff administrasi orang 1 550.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000
staff Penjualan orang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Staff Produksi orang 1 550.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000 6.600.000
2 Biaya pemeliharaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Pajak Bumi dan Bangunan 2.877.000 2.877.000 2.877.000 2.877.000 2.877.000 2.877.000 2.877.000 2.877.000 2.877.000 2.877.000
4 Biaya pemasaran 10.000.000 10.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
5 Biaya Asuransi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Biaya operasi kantor dan telepon 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Total 51.077.000 51.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000
117
Biaya Tidak Tetap
No. Uraian Satuan Volume Harga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Biaya Produksi 305.757.600 343.977.300 382.197.000 382.197.000 382.197.000 382.197.000 382.197.000 382.197.000 382.197.000 382.197.000
Bahan Baku Kg 108.460 3.200 277.657.600 312.364.800 347.072.000 347.072.000 347.072.000 347.072.000 347.072.000 347.072.000 347.072.000 347.072.000
Bhn. Penunjang Kg 6.000 2.000 9.600.000 10.800.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
Minyak tanah Liter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kardus Buah 8.000 2.000 12.800.000 14.400.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000 16.000.000
Plastik m2 9.500 750 5.700.000 6.412.500 7.125.000 7.125.000 7.125.000 7.125.000 7.125.000 7.125.000 7.125.000 7.125.000
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000
Karyawan Produksi orang 12 600.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000 86.400.000
Karyawan untuk analisis orang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Supervisor orang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Biaya Utilitas 81.931.200 92.172.600 102.414.000 102.414.000 102.414.000 102.414.000 102.414.000 102.414.000 102.414.000 102.414.000
Biaya transportasi Kg 108.460 900 78.091.200 87.852.600 97.614.000 97.614.000 97.614.000 97.614.000 97.614.000 97.614.000 97.614.000 97.614.000
Bahan Bahan Untuk analis Rp./bulan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Listrik kwh 6.000 800 3.840.000 4.320.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000
Total 474.088.800 522.549.900 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000
118
Modal Kerja dan Pendanaan
No. Uraian Jumlah
1 Kebutuhan Modal Kerja 130.572.200
Biaya tenaga kerja tak langsung 7.050.000
Biaya pemasaran 2.500.000
Biaya operasi kantor 2.500.000
Bahan baku dan pembantu 76.439.400
Biaya tenaga kerja langsung 21.600.000
Biaya Utilitas 20.482.800
2 Investasi 459.164.000
3 Pendanaan
Total Kebutuhan Dana 589.736.200
Modal Sendiri 589.736.200
Modal Pinjaman 0
Angsuran Tahunan #DIV/0!
119
Perkiraan Arus Uang
No. Uraian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Inflow 0 598.699.200 673.536.600 748.374.000 748.374.000 748.374.000 748.374.000 748.374.000 748.374.000 748.374.000 768.290.400
a. Nilai Sisa Modal 0 19.916.400
b. Penjualan Produk 598.699.200 673.536.600 748.374.000 748.374.000 748.374.000 748.374.000 748.374.000 748.374.000 748.374.000 748.374.000
Volume Produk 26.030 29.284 32.538 32.538 32.538 32.538 32.538 32.538 32.538 32.538
Harga Produk 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000
2 Outflow 459.164.000 547.272.320 595.733.420 649.194.520 649.194.520 695.658.520 649.194.520 649.194.520 649.194.520 649.194.520 649.194.520
a. Investasi 459.164.000 0 0 0 0 46.464.000 0 0 0 0 0
Lahan 210.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bangunan 77.700.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan 75.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Peralatan 38.564.000 0 0 0 0 38.564.000 0 0 0 0 0
Instalasi 900.000 0 0 0 0 900.000 0 0 0 0 0
Perlengkapan 7.000.000 0 0 0 0 7.000.000 0 0 0 0 0
Pra Investasi 50.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Biaya Operasional 525.165.800 573.626.900 627.088.000 627.088.000 627.088.000 627.088.000 627.088.000 627.088.000 627.088.000 627.088.000
Biaya Tetap 51.077.000 51.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000 56.077.000
Biaya Variabel 474.088.800 522.549.900 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000 571.011.000
c. Penyusutan 22.106.520 22.106.520 22.106.520 22.106.520 22.106.520 22.106.520 22.106.520 22.106.520 22.106.520 22.106.520
d. Pengembalian Modal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Laba Sebelum Pajak -459.164.000 51.426.880 77.803.180 99.179.480 99.179.480 52.715.480 99.179.480 99.179.480 99.179.480 99.179.480 119.095.880
4 Pajak Penghasilan 7.714.032 11.670.477 14.876.922 14.876.922 7.907.322 14.876.922 14.876.922 14.876.922 14.876.922 17.864.382
5 Laba Bersih -459.164.000 43.712.848 66.132.703 84.302.558 84.302.558 44.808.158 84.302.558 84.302.558 84.302.558 84.302.558 101.231.498
120
Resume Kelayakan
121
Lampiran 3. Analisis Finansial Industri Surimi di DKI Jakarta
122
Investasi, Penyusutan, dan Pemeliharaan
No. Uraian Satuan Volume Harga Jumlah Nilai Sisa Umur Penyusutan Pemeliharaan
A. Lahan 1.000.000.000
Tanah m2 1.000 1.000.000 1.000.000.000
B. Bangunan 233.600.000 23.360.000 21.024.000 11.680.000
Kantor m2 30 800.000 24.000.000 2.400.000 10 2.160.000 1.200.000
Ruang Pencucian m2 18 800.000 14.400.000 1.440.000 10 1.296.000 720.000
Ruang Processing m2 200 800.000 160.000.000 16.000.000 10 14.400.000 8.000.000
Ruang Penganginan m2 0 0 0 0 10 0 0
Ruang Penyimpanan Batu Es m2 9 800.000 7.200.000 720.000 10 648.000 360.000
Gudang bahan baku m2 20 800.000 16.000.000 1.600.000 10 1.440.000 800.000
Gudang produk m2 0 0 0 0 10 0 0
Ruang Penjemuran m2 0 0 0 0 10 0 0
Laboratorium m2 0 0 0 0 10 0 0
Toilet m2 15 800.000 12.000.000 1.200.000 10 1.080.000 600.000
C. Kendaraan 100.000.000 10.000.000 9.000.000 5.000.000
Truck buah 1 100.000.000 100.000.000 10.000.000 10 9.000.000 5.000.000
D. Peralatan 1.275.977.500 127.597.750 229.675.950 63.798.875
Keranjang plastik buah 25 9.500 237.500 23.750 5 42.750 11.875
Meat Bone Seperator buah 2 300.000.000 600.000.000 60.000.000 5 108.000.000 30.000.000
Mesin Pengepres buah 2 25.000.000 50.000.000 5.000.000 5 9.000.000 2.500.000
Bak Perendam buah 1 440.000 440.000 44.000 5 79.200 22.000
Mesin Pelumat Daging buah 2 75.000.000 150.000.000 15.000.000 5 27.000.000 7.500.000
Timbangan buah 3 100.000 300.000 30.000 5 54.000 15.000
Silent Cutter buah 1 75.000.000 75.000.000 7.500.000 5 13.500.000 3.750.000
Cold Storage buah 1 200.000.000 200.000.000 20.000.000 5 36.000.000 10.000.000
Pompa angin buah 0 0 0 0 5 0 0
Pompa air buah 0 0 0 0 5 0 0
Freezer unit 1 200.000.000 200.000.000 20.000.000 5 36.000.000 10.000.000
E. Instalasi 1.100.000 110.000 198.000 55.000
Instalasi listrik unit 1 550.000 550.000 55.000 5 99.000 27.500
Instalasi penanganan limbah unit 0 0 0 0 5 0 0
Instalasi air unit 1 550.000 550.000 55.000 5 99.000 27.500
Instalasi telepon unit 1 0 0 0 5 0 0
F. Perlengkapan 15.750.000 1.575.000 2.835.000 787.500
Meja tulis serta kursi unit 2 1.500.000 3.000.000 300.000 5 540.000 150.000
Lemari arsip unit 1 750.000 750.000 75.000 5 135.000 37.500
Komputer +printer unit 2 4.000.000 8.000.000 800.000 5 1.440.000 400.000
Meja kursi tamu unit 2 2.000.000 4.000.000 400.000 5 720.000 200.000
G. Pra Investasi 50.000.000
Perijinan 1 1.100.000 50.000.000
Total 2.676.427.500 162.642.750 262.732.950 81.321.375
123
Biaya Tetap
No. Uraian Satuan Volume Harga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Gaji Tenaga Kerja 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000
Direktur orang 1 3.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Sekretaris orang 1 1.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Satpam orang 2 750.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Manajer pemasaran orang 1 1.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Staff administrasi orang 2 1.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
staff Penjualan orang 2 1.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Staff Produksi orang 2 1.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
2 Biaya pemeliharaan 81.321.375 81.321.375 81.321.375 81.321.375 81.321.375 81.321.375 81.321.375 81.321.375 81.321.375 81.321.375
3 Pajak Bumi dan Bangunan 12.336.000 12.336.000 12.336.000 12.336.000 12.336.000 12.336.000 12.336.000 12.336.000 12.336.000 12.336.000
4 Biaya pemasaran 10.000.000 10.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
5 Biaya Asuransi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Biaya operasi kantor dan telepon 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Total 275.657.375 275.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375
124
Biaya Tidak Tetap
No. Uraian Satuan Volume Harga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Biaya Produksi 4.458.860.000 5.016.217.500 5.573.575.000 5.573.575.000 5.573.575.000 5.573.575.000 5.573.575.000 5.573.575.000 5.573.575.000 5.573.575.000
Bahan Baku Kg 1.141.700 4.750 4.338.460.000 4.880.767.500 5.423.075.000 5.423.075.000 5.423.075.000 5.423.075.000 5.423.075.000 5.423.075.000 5.423.075.000 5.423.075.000
Garam & Bhn. Penunjang Kg 22.000 2.750 48.400.000 54.450.000 60.500.000 60.500.000 60.500.000 60.500.000 60.500.000 60.500.000 60.500.000 60.500.000
Minyak tanah Liter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kardus Buah 7.500 4.000 24.000.000 27.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000
Plastik m2 20.000 3.000 48.000.000 54.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000 60.000.000
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000 162.000.000
Karyawan Produksi orang 12 1.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000 144.000.000
Karyawan untuk analisis orang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Supervisor orang 1 1.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
2 Biaya Utilitas 105.269.600 118.428.300 131.587.000 131.587.000 131.587.000 131.587.000 131.587.000 131.587.000 131.587.000 131.587.000
Biaya transportasi Kg 1.141.700 110 100.469.600 113.028.300 125.587.000 125.587.000 125.587.000 125.587.000 125.587.000 125.587.000 125.587.000 125.587.000
Bahan Bahan Untuk analis Rp./bulan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Listrik kwh 6.000 1.000 4.800.000 5.400.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
Total 4.726.129.600 5.296.645.800 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000
125
Modal Kerja dan Pendanaan
No. Uraian Jumlah
1 Kebutuhan Modal Kerja 1.227.032.400
Biaya tenaga kerja tak langsung 40.500.000
Biaya pemasaran 2.500.000
Biaya operasi kantor 2.500.000
Bahan baku dan pembantu 1.114.715.000
Biaya tenaga kerja langsung 40.500.000
Biaya Utilitas 26.317.400
2 Investasi 2.676.427.500
3 Pendanaan
Total Kebutuhan Dana 3.903.459.900
Modal Sendiri 2.342.075.940
Modal Pinjaman 1.561.383.960
Angsuran Tahunan 231.007.317
126
Perkiraan Arus Uang
No. Uraian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Inflow 1.561.383.960 6.302.184.000 7.089.957.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 8.040.372.750
a. Nilai Sisa Modal 1.561.383.960 162.642.750
b. Penjualan Produk 6.302.184.000 7.089.957.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000 7.877.730.000
Volume Produk 274.008 308.259 342.510 342.510 342.510 342.510 342.510 342.510 342.510 342.510
Harga Produk 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000 23.000
2 Outflow 2.676.427.500 5.495.527.242 6.066.043.442 6.641.559.642 6.641.559.642 7.934.387.142 6.641.559.642 6.641.559.642 6.641.559.642 6.641.559.642 6.641.559.642
a. Investasi 2.676.427.500 0 0 0 0 1.292.827.500 0 0 0 0 0
Lahan 1.000.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bangunan 233.600.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan 100.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Peralatan 1.275.977.500 0 0 0 0 1.275.977.500 0 0 0 0 0
Instalasi 1.100.000 0 0 0 0 1.100.000 0 0 0 0 0
Perlengkapan 15.750.000 0 0 0 0 15.750.000 0 0 0 0 0
Pra Investasi 50.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Biaya Operasional 5.001.786.975 5.572.303.175 6.147.819.375 6.147.819.375 6.147.819.375 6.147.819.375 6.147.819.375 6.147.819.375 6.147.819.375 6.147.819.375
Biaya Tetap 275.657.375 275.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375 280.657.375
Biaya Variabel 4.726.129.600 5.296.645.800 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000 5.867.162.000
c. Penyusutan 262.732.950 262.732.950 262.732.950 262.732.950 262.732.950 262.732.950 262.732.950 262.732.950 262.732.950 262.732.950
d. Pengembalian Modal 231.007.317 231.007.317 231.007.317 231.007.317 231.007.317 231.007.317 231.007.317 231.007.317 231.007.317 231.007.317
3 Laba Sebelum Pajak -1.115.043.540 806.656.758 1.023.913.558 1.236.170.358 1.236.170.358 -56.657.142 1.236.170.358 1.236.170.358 1.236.170.358 1.236.170.358 1.398.813.108
4 Pajak Penghasilan 120.998.514 153.587.034 185.425.554 185.425.554 0 185.425.554 185.425.554 185.425.554 185.425.554 209.821.966
5 Laba Bersih -1.115.043.540 685.658.244 870.326.524 1.050.744.804 1.050.744.804 -56.657.142 1.050.744.804 1.050.744.804 1.050.744.804 1.050.744.804 1.188.991.141
127
Resume Kelayakan
128
Lampiran 4. Analisis Finansial Industri Surimi di Kabupaten Cirebon
129
Investasi, Penyusutan, dan Pemeliharaan
No. Uraian Satuan Volume Harga Jumlah Nilai Sisa Umur Penyusutan Pemeliharaan
A. Lahan 1.000.000.000
Tanah m2 1.000 1.000.000 1.000.000.000
B. Bangunan 368.100.000 36.810.000 33.129.000 18.405.000
Kantor m2 50 900.000 45.000.000 4.500.000 10 4.050.000 2.250.000
Ruang Pencucian m2 40 900.000 36.000.000 3.600.000 10 3.240.000 1.800.000
Ruang Processing m2 250 900.000 225.000.000 22.500.000 10 20.250.000 11.250.000
Ruang Penganginan m2 0 0 0 0 10 0 0
Ruang Penyimpanan Batu Es m2 20 900.000 18.000.000 1.800.000 10 1.620.000 900.000
Gudang bahan baku m2 25 900.000 22.500.000 2.250.000 10 2.025.000 1.125.000
Gudang produk m2 0 0 0 0 10 0 0
Ruang Penjemuran m2 0 0 0 0 10 0 0
Laboratorium m2 0 0 0 0 10 0 0
Toilet m2 24 900.000 21.600.000 2.160.000 10 1.944.000 1.080.000
C. Kendaraan 200.000.000 20.000.000 18.000.000 10.000.000
Truck/Pick Up buah 2 100.000.000 200.000.000 20.000.000 10 18.000.000 10.000.000
D. Peralatan 1.921.450.000 192.145.000 345.861.000 96.072.500
Keranjang plastik buah 45 10.000 450.000 45.000 5 81.000 22.500
Meat Bone Seperator buah 2 120.000.000 240.000.000 24.000.000 5 43.200.000 12.000.000
Mesin Pengepres buah 2 15.000.000 30.000.000 3.000.000 5 5.400.000 1.500.000
Bak Perendam buah 2 400.000 800.000 80.000 5 144.000 40.000
Mesin Pelumat Daging buah 2 50.000.000 100.000.000 10.000.000 5 18.000.000 5.000.000
Timbangan buah 4 50.000 200.000 20.000 5 36.000 10.000
Silent Cutter buah 2 400.000.000 800.000.000 80.000.000 5 144.000.000 40.000.000
Cold Storage buah 1 400.000.000 400.000.000 40.000.000 5 72.000.000 20.000.000
Pompa angin buah 0 0 0 0 5 0 0
Pompa air buah 0 0 0 0 5 0 0
Freezer unit 1 350.000.000 350.000.000 35.000.000 5 63.000.000 17.500.000
E. Instalasi 900.000 90.000 162.000 45.000
Instalasi listrik unit 1 450.000 450.000 45.000 5 81.000 22.500
Instalasi penanganan limbah unit 0 0 0 0 5 0 0
Instalasi air unit 1 450.000 450.000 45.000 5 81.000 22.500
Instalasi telepon unit 1 0 0 0 5 0 0
F. Perlengkapan 28.000.000 2.800.000 5.040.000 1.400.000
Meja tulis serta kursi unit 4 1.000.000 4.000.000 400.000 5 720.000 200.000
Lemari arsip unit 2 1.000.000 2.000.000 200.000 5 360.000 100.000
Komputer +printer unit 4 4.000.000 16.000.000 1.600.000 5 2.880.000 800.000
Meja kursi tamu unit 3 2.000.000 6.000.000 600.000 5 1.080.000 300.000
G. Pra Investasi 50.000.000
Perijinan 1 900.000 50.000.000
Total 3.568.450.000 251.845.000 402.192.000 125.922.500
130
Biaya Tetap
No. Uraian Satuan Volume Harga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Gaji Tenaga Kerja 177.000.000 177.000.000 177.000.000 177.000.000 177.000.000 177.000.000 177.000.000 177.000.000 177.000.000 177.000.000
Direktur orang 1 3.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
Sekretaris orang 1 1.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
Satpam orang 3 750.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000 27.000.000
Manajer pemasaran orang 1 2.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Staff administrasi orang 2 1.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
staff Penjualan orang 2 1.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
Staff Produksi orang 2 1.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000 24.000.000
2 Biaya pemeliharaan 125.922.500 125.922.500 125.922.500 125.922.500 125.922.500 125.922.500 125.922.500 125.922.500 125.922.500 125.922.500
3 Pajak Bumi dan Bangunan 13.681.000 13.681.000 13.681.000 13.681.000 13.681.000 13.681.000 13.681.000 13.681.000 13.681.000 13.681.000
4 Biaya pemasaran 10.000.000 10.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
5 Biaya Asuransi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Biaya operasi kantor dan telepon 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000
Total 336.603.500 336.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500
131
Biaya Tidak Tetap
No. Uraian Satuan Volume Harga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Biaya Produksi 5.216.831.040 5.868.934.920 6.521.038.800 6.521.038.800 6.521.038.800 6.521.038.800 6.521.038.800 6.521.038.800 6.521.038.800 6.521.038.800
Bahan Baku Kg 1.864.900 3.412 5.090.431.040 5.726.734.920 6.363.038.800 6.363.038.800 6.363.038.800 6.363.038.800 6.363.038.800 6.363.038.800 6.363.038.800 6.363.038.800
Garam & Bhn. Penunjang Kg 18.000 4.000 57.600.000 64.800.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000
Minyak tanah Liter 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kardus Buah 10.000 5.000 40.000.000 45.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000
Plastik m2 12.000 3.000 28.800.000 32.400.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000 36.000.000
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000 126.000.000
Karyawan Produksi orang 12 750.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000
Karyawan untuk analisis orang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Supervisor orang 1 1.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
2 Biaya Utilitas 138.112.800 155.376.900 172.641.000 172.641.000 172.641.000 172.641.000 172.641.000 172.641.000 172.641.000 172.641.000
Biaya transportasi Kg 1.864.900 90 134.272.800 151.056.900 167.841.000 167.841.000 167.841.000 167.841.000 167.841.000 167.841.000 167.841.000 167.841.000
Bahan Bahan Untuk analis Rp./bulan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Listrik kwh 6.000 800 3.840.000 4.320.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000
Total 5.480.943.840 6.150.311.820 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800
132
Modal Kerja dan Pendanaan
No. Uraian Jumlah
1 Kebutuhan Modal Kerja 1.419.485.960
Biaya tenaga kerja tak langsung 44.250.000
Biaya pemasaran 2.500.000
Biaya operasi kantor 2.500.000
Bahan baku dan pembantu 1.304.207.760
Biaya tenaga kerja langsung 31.500.000
Biaya Utilitas 34.528.200
2 Investasi 3.568.450.000
3 Pendanaan
Total Kebutuhan Dana 4.987.935.960
Modal Sendiri 2.992.761.576
Modal Pinjaman 1.995.174.384
Angsuran Tahunan 295.186.766
133
Perkiraan Arus Uang
No. Uraian 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Inflow 1.995.174.384 7.832.580.000 8.811.652.500 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 10.042.570.000
a. Nilai Sisa Modal 1.995.174.384 251.845.000
b. Penjualan Produk 7.832.580.000 8.811.652.500 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000 9.790.725.000
Volume Produk 447.576 503.523 559.470 559.470 559.470 559.470 559.470 559.470 559.470 559.470
Harga Produk 17.500 17.500 17.500 17.500 17.500 17.500 17.500 17.500 17.500 17.500
2 Outflow 3.568.450.000 6.514.926.106 7.184.294.086 7.858.662.066 7.858.662.066 9.809.012.066 7.858.662.066 7.858.662.066 7.858.662.066 7.858.662.066 7.858.662.066
a. Investasi 3.568.450.000 0 0 0 0 1.950.350.000 0 0 0 0 0
Lahan 1.000.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bangunan 368.100.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Kendaraan 200.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Peralatan 1.921.450.000 0 0 0 0 1.921.450.000 0 0 0 0 0
Instalasi 900.000 0 0 0 0 900.000 0 0 0 0 0
Perlengkapan 28.000.000 0 0 0 0 28.000.000 0 0 0 0 0
Pra Investasi 50.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
b. Biaya Operasional 5.817.547.340 6.486.915.320 7.161.283.300 7.161.283.300 7.161.283.300 7.161.283.300 7.161.283.300 7.161.283.300 7.161.283.300 7.161.283.300
Biaya Tetap 336.603.500 336.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500 341.603.500
Biaya Variabel 5.480.943.840 6.150.311.820 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800 6.819.679.800
c. Penyusutan 402.192.000 402.192.000 402.192.000 402.192.000 402.192.000 402.192.000 402.192.000 402.192.000 402.192.000 402.192.000
d. Pengembalian Modal 295.186.766 295.186.766 295.186.766 295.186.766 295.186.766 295.186.766 295.186.766 295.186.766 295.186.766 295.186.766
3 Laba Sebelum Pajak -1.573.275.616 1.317.653.894 1.627.358.414 1.932.062.934 1.932.062.934 -18.287.066 1.932.062.934 1.932.062.934 1.932.062.934 1.932.062.934 2.183.907.934
4 Pajak Penghasilan 197.648.084 244.103.762 289.809.440 289.809.440 0 289.809.440 289.809.440 289.809.440 289.809.440 327.586.190
5 Laba Bersih -1.573.275.616 1.120.005.810 1.383.254.652 1.642.253.494 1.642.253.494 -18.287.066 1.642.253.494 1.642.253.494 1.642.253.494 1.642.253.494 1.856.321.744
134
Resume Kelayakan
135
Lampiran 5. Kapasitas Perusahaan Pengolahan Ikan di DKI Jakarta, Cirebon, Pelabuhanratu-Sukabumi dan Cilacap
Kapasitas ( Ton )
No Nama Perusahaan Produk Mulai OPR Prod Pemasaran
Prod. CS KD
rata 2
I. CIREBON
1. PT. Adhi Jaya Guna Satwatama Breaded shrimp Juli 2002 2.5 / hari 1.50 4.5 1.6 / hari Jepang
2. CV. Lautan Kurnia bawal segar 2002 1 - - 0.2 Malaysia
Eropa, USA /
3. Oriens Prima Lestari Paha kodok beku 2710 - 2003 5 50 5 2 Canada,
Singapura
USA dan
4. PT. Kudatama Mas udang beku 25-8-1989 0.75 0.5 2 0.5
Singapura
Ikan kurisi beku dan Hongkong dan
5. PT. Seraton Seafood Product 1990 - 2 0.5 1
swangi Cina
6. PT. Tongatiur Putra Crab meat pasteorisasi 16-4-2001 1.5 2 - 0.5 USA
Hongkong dan
7. PD. Sambu teri beku Februari 1999 4 35 - 3
Jepang
8. Pan Putra Samudra crab meat 2001 2 2 20 0.85 USA
9. PD. Jaya Sakti rajungan, Keong - 0.5 2.5 - 0.5 Cina
Singapura,
10. PT. Allied Frozen Food Indonesia udang beku 1994 10 100 100 5 America dan
Jepang
udang, rajungan, fillet
11. Sumber Laut Benkindo 1994 8 8 200 5 Asia
Ikan
II CILACAP
udang beku dan 60
1. PT. Lautan Murti 1998 1 0.12 0.2 Hongkong
kerang Kg
Jepang 70 %,
2. PT. Kusuma Suisan Jaya ubur ubur asin - 25 - 3000 25
Cina, Korea
Frozen cooled loin 10 40 - 10 Indonesia, USA
3. PT. Juifa International Foods Januari 2000
Tuna kaleng 30 - - 30 Thaiwan,Jepang
136
Kapasitas ( Ton )
No Nama Perusahaan Produk Mulai OPR Prod Pemasaran
Prod. CS KD
rata 2
137
Kapasitas ( Ton )
No Nama Perusahaan Produk Mulai OPR Prod Pemasaran
Prod. CS KD
rata 2
tuna segar
24. Danaumatano Persada Raya 1990 10 200 10 10
tuna beku
25. PT. Darma Bentala 1984 30 400 15 20
Fish Segar
26. Darma Samudra Fishing 1987 20 500 10 15
Fish Beku
shark Cartilage dried
27. PT. Eksindo Jaya Terang Mustika
Powder Dried
tuna segar
28. PT. Era Mandiri Cemerlang 2001 1 50 2 1
tuna beku
Espanyol Indonesia Mina Nusa swordfish beku
29.
(KM. Mina Jaya Niaga 03) tuna beku
Espanyol Indonesia Mina Nusa swordfish beku
30.
(KM. Mina Jaya Niaga 15) tuna beku
tuna segar
31. PT. Fajar Cakrawala Sumbindo 2001 15 150 15 2.5
Fish segar
PT.Firma Bagan Harapan
32. Salted Dried 1996 10 300 5 6
(Fa. Bahar)
PT. First Marine Seafoods
33. shrimp beku
(Ex. Hotan Jaya)
34. PT. Fishindo Makmur Santoso Shrimp beku 1996 8 300 3
tuna segar
35. CV. Freshindo Mutu Utama 2000 6 60 10 5
tuna beku
Fish Segar
36. PT. Gabungan Era Mandiri 1999 50 150 6 40
Fish beku
tuna segar
37. Gemilang Sekawan Sukses 2001 5 100 10 2
tuna beku
138
Kapasitas ( Ton )
No Nama Perusahaan Produk Mulai OPR Prod Pemasaran
Prod. CS KD
rata 2
Tuna Segar
41. PT. Indomaguro Tunas Unggul 1999 15 300 4 8
Tuna Beku
42. PT. Indraloka Fish Crackers dried
Tuna Segar
43. CV. Inti Makmur 1995 5 200 10 3
Fish Beku
Fish Segar
44. PT. Intimas Surya 1997 4 100 5 1
Fish Beku
Fish Segar
45. PT. Intimas Surya 1995 2 100 5 1
Fish Beku
46. PT. Janacotama Persada
47. PT. Kedamaian Shrimp Beku 1987 4 300 130 2
48. PT. Kencana Jaya Abadi Tuna Segar
49. PT. Karisma Bahari Indonesia Whole Fish Beku 1985 165
Breaded Shrimp
50. PT. Khom Foods 1996 4.5 60 2 4.25
Frozen
51. PT. Korina Indah Samudra 15 500 10 10
52. PT. Kosim Gunung Rezeki Turtle Dried 1995 10
Tuna Segar
53. PT. Lautan Bahari Sejahtera 2005 10 40 15 5
Fish Beku
Tuna Loin Segar
54. PT. Lautan Niaga Jaya Steak Segar 2002 2.5 100 10 2.5
Fish Beku
55. PT. Lautan Purnama Internusa Fish Segar 0.5
56. PT. Lola Mina Shrimp Beku 1989 7 600 5 6
Tuna Segar
57. PT. Lucky Samudra Pratama 2000 8 350 18 4.5
Tuna Steak Beku
58. CV. Mahera 1969 3.5
PT. Makasar Mina Usaha
59.
(KM. Minajaya Niaga 02)
Tuna Segar
60. PT. Makmur Jaya Sejahtera 2001 5 25 2 2
Tuna Beku
61. PT. Mandaga Wiratama Tuna Segar 1995 5 300
139
Kapasitas ( Ton )
No Nama Perusahaan Produk Mulai OPR Prod Pemasaran
Prod. CS KD
rata 2
Tuna Steak Beku
62. PT. Maritim Bahana Sejahtera Fish Beku 1999 3 250 4 3
63. PT. Merto International Shrimp Beku 1985 5 450 10 1.5
64. PT. Minajaya Sehati Tuna Segar 1984 20 15
Tuna Segar
65. PT. Minasakti Kichitomindo 2001 3 60 10 2
Tuna Beku
66. PT. Misamas Indoco Tuna Steak Beku
PT. Mulia Utama Bahari
67. Fish Beku 1996
(KM. Mulia 01)
PT. Mulia Utama Bahari
68. Fish Beku
(KM. Mulia 03)
69. PT. Nagamas Sakti Perkasa Shrimp Beku 1985
Ocean Mitramas Tuna Beku
70. 1993 10 200 3 100/trip
(KM. Mitramas) Skipjack Beku
Ocean Mitramas Tuna Beku
71. 1996 15 300 20 100/trip
(KM. Mitramas) Skipjack Beku
Ocean Mitramas 150-
72. Fish Beku 1995 10 170 10
(KM. Mitramas 5) 170/trip
Ocean Mitramas Tuna Beku
73. 1990 12 175 3 10
(KM. Mitramas) Skipjack Beku
74. PT. Panggung Enterprice Fish Beku 1991 2 250 1.5
75. PT. Perikanan Perken Utama 1979 10 250 20 10
76. PT. Pesamasindo
77. PT. Pumar Shrimp Beku 1988 7 600 4
78. CV. Rajawali Sakti Tuna Segar 1989 20 100 10 10
79. PT. Ramsin Raya Fish Segar 2001 2.5 70 20 0.5
Tuna Segar
80. Ratu Indah Miura Indonesia 1996 40 500 30 30
Tuna Beku
Shrimp Beku
81. PT. Red Ribbon Indonesia 7 150 5 5
Froglegs Beku
140
Kapasitas ( Ton )
No Nama Perusahaan Produk Mulai OPR Prod Pemasaran
Prod. CS KD
rata 2
83. PT. Rejeki Tuna Mandiri Fish Segar 2000 2 1.5
84. PT. S & D Food Indonesia Shrimp Frozen 2002 15 700 200 0.5
85. PT. Samudra Mandiri Selatan 1998 10 40 8 5
Fish Segar
86. Segarindo Mina Manunggal 1995 17 500 20 7
Fish Beku
87. CV. Sempurna Abadi Fish Segar 1997 0.5 0.3
88. PD. Sinar Abadi Salted Fish Dried
89. PT. Sumber Bahari Makmur Jelly Fish Dried 1978 6 350 80 6
90. Sumber Haslindo 1992 2 50 20 1.5
91. PT. Sumbindo Perintis Tuna Beku
Froglegs Beku
92. Timur Jaya Cold Strorage IV 1987 5 200 7.5 3
Shrimp Beku
93. PT. Tridaya Banawa Fish Beku 1998 20 200 10 10
94. PT. Tridaya Eramina Bahari Fish Beku 1994 5 300 10 2
PT. Tridaya Eramina Bahari Tuna Segar
95. 2003 7 200 10 5
(Unit II) Fish Beku
96. PT. Tri Dewi Persada Shrimp Beku 2002 4 100 100 4
97. PT. Tri Dewi Persada Breaded Shrimp Beku 5 100 40 1.9
PT. Tri Kusuma Graha
98. Shrimp Beku
(KM. Aru Pearl)
PT. Tri Kusuma Graha
99. Shrimp Beku 2000 25 0.3
(KM. Arafura Pearl)
PT. Tri Kusuma Graha
100 Shrimp Beku 2000 25 0.3
(KM. Banda Pearl)
PT. Tri Kusuma Graha
101 Shrimp Beku 1996 25 0.3
(KM. Napier Pearl)
PT. Tri Kusuma Graha
102 Shrimp Beku 2000 25 0.3
(KM. Seram Pearl)
PT. Tri Kusuma Graha
103 Shrimp Beku 1986 100 25 0.3
(KM. Khamsin-A)
PT. Tri Kusuma Graha
104 Shrimp Beku 1996 100 25 0.3
(KM. Evia Pearl)
141
Kapasitas ( Ton )
No Nama Perusahaan Produk Mulai OPR Prod Pemasaran
Prod. CS KD
rata 2
105 PT. Tri Sejati Tatafood tuna Kaleng 1998 10 50 7 10
Fish Segar
106 PT. Tuna Permata Rejeki 2003 2 80 40 1.5
Fish Beku
Shrimp Beku
107 PT. Unimina Samudra 2004 5 40 5 4
Fish Beku
108 PT. Usaha Perdana Sukses Fish Segar 2002 30 100 10 3
Fish Segar
109 CV. Utama Hasil Laut 1994 1.5 1.3
Shrimp Segar
110 PT. Victorindo Adi Perdana Tuna Segar
111 PT. Wira Aksara Fish Cracker Dried 1996 2.6 50 0.5
112 PT. Wirontono Baru Shrimp Beku 1976 15 200 20 3
113 PT. Yakin Kontrindo Laksana Fish Segar 1989 3 100 20 0.5
142
Lampiran 6. Petunjuk Instalasi Model SPK Perikanan
Klik disini
143
4. Langkah berikutnya adalah munculnya gambar seperti berikut, tulis
Program Group dan Existing Groups yang diinginkan kemudian klik
Continue.
144
7. Kemudian muncul gambar berikut, klik ignore.
145
Lampiran 7. Identitas Pakar/Responden dalam Penelitian
CIREBON :
1. Adang Sumarna S.Pi : Kepala Balai Pengujian dan Pembinaan Mutu Hasil
Perikanan Cirebon.
Jln. Sutawinangun No. 2-Cirebon
2. Ir. Dedi Supriadi : Kepala Subdinas Perencanaan Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Cirebon.
Komplek Pemda Sumber Jln Sinar Murya - Cirebon
3. Yohanes Dwi Haryanto: Plant Manager PT. AGS Kabupaten Cirebon.
Jln Raya Mundu - Cirebon
4. Toni Hambali S.Pi : Kepala Balai Pengembangan Pengolahan Ikan di
Cirebon.
Jln Sisingamangaraja No. 27 Cirebon.
PELABUHAN RATU-SUKABUMI :
1. DR. Bustami Mahyudin : Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara
PelabuhanRatu.
Jln. Siliwangi P.O Box 22 Pelabuhan Ratu
Sukabumi
2. Ir. Cecek : Kepala Subdinas Pengolahan dan Pemasaran,
Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Sukabumi.
Jln. Raya Cimaja-Pelabuhan Ratu Sukabumi
3. Ir. Abdul Kodir : Kepala Subdinas Perikanan Tangkap, Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi.
Jln. Raya Cimaja-Pelabuhan Ratu Sukabumi
4. Agus Suryadi S.Pi : Manager PT. AGB Pelabuhan-Ratu.
Komplek Pelabuhan Perikanan Nusantara
Pelabuhan Ratu, Jln. Siliwangi-Pelabuhan Ratu
Sukabumi.
146
CILACAP :
1. Ir. Sartono : Kepala LPPMHP Dinas Kelautan dan Perikanan
Jawa Tengah di Cilacap.
Jln. Dr.Rajiman No. 13 Cilacap
2. Ir. Agus Sumaryanto : Kepala Seksi Penangkapan Ikan pada Balai
Pengembangan Pengangkapan Ikan Cilacap.
Jln Veteran Cilacaps
3. Joko Rianto S.Pi : Kepala Seksi Pengolahan dan Pemasaran pada
Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap.
Komplek Pelabuhan Perikanan Samodra Cilacap
Jln Lingkar Timur-Cilacap.
4. Dra. Anggia Rosmila : Kepala Quality Control pada PT. Toxindo Prima.
Komplek Pelabuhan Perikanan Samodra Cilacap
Jln Lingkar Timur-Cilacap.
DKI-Jakarta :
1. H Dayat Suntoro S.Pi : Direktur Utama PT.Tridaya Eramina Bahari.
Jln Muara Baru Ujung Blok K No. 3 Penjaringan
Jakarta Utara
2. Lucky A. Nugraha S.Pi : Quality Control Officer pada PT. Manggalindo
Komplek Pelabuhan Perikanan Samudra
Jakarta, Jln Muara baru Penjaringan Jakarta Utara
3. Yudi Winarsono Basuki S.Pi : Direktur PT. Sakana Makmur Abadi.
Kawasan Pelabuhan Perikanan Samudra
Jakarta, Jln Muara baru-Penjaringan Jakarta Utara
4. Mudasir S.Pi : Kepala Seksi Pengolahan pada Balai
Laboratorium Dinas Kelautan, Perikanan dan
Peternakan DKI-Jakarta.
Jln. Pluit Murni No. 1 Penjaringan-Jakarta Utara
147
Lampiran 8. Identifikasi Jenis Ikan yang Tidak Diserap Industri Besar/Modern
148
( Lampiran 8, lanjutan)
149
(Lampiran 8, lanjutan)
llll
lencam manyung golok-golok
Emperor Marine catfish Wolf herring
150
Lampiran 9. SNI Produk Surimi Beku
SURIMI BEKU
151
Lampiran 10. Ujicoba Pengolahan Surimi dan Bakso Ikan Gindara.
1. Persiapan
Ikan disiangi dengan cara membuang kepala dan isi perut kemudian dicuci,
tampung pada air dingin 2 - 5C.
2. Pengambilan daging
3. Pelumatan daging
4. Leaching.
Lumatan daging ikan selanjutnya direndam pada air garam 0,2% selama 15
menit dan diteruskan dengan melakukan penyaringan dengan kain kasa.
Proses leaching ini dilakukan hingga 4 kali ulangan.
5. Pengepresan
6. Pencampuran
Bahan baku berupa minced fish tersebut digiling dengan grinder dengan
tujuan memecahkan serabut otot.
Mutu Kimiawi
Kekuatan Gel
Nomor Jenis Ikan Rendamen Abu Total Lemak Protein Protein
Air (Gel strength)
SNI Hasil SNI Hasil SNI Hasil larut garam
1 Ikan Gindara /
Ikan Setan 47,06% 1% b/b 0,64% 0,5% b/b 12,46% 15% b/b 13,14% 73,65 % 1,45 % 169,59 gr.cm
2 Ikan Cucut 44,30% 1% b/b 0,73% 0,5% b/b 1,14% 15% b/b 16,59% 81,35 % 1,33 % 234,4 gr.cm
3 Ikan Pari 33,07% 1% b/b 0,80% 0,5% b/b 0,95% 15% b/b 16,13% 81,23 % 2,01 % 254,43 gr.cm
4 Ikan Campuran 28% 1% b/b 1,08% 0,5% b/b 1,10% 15% b/b 15,66% 81,24 % 1,09 % 222,34 gr.cm
a. Ikan Pisang-
Pisang
b. Ikan Kurisi
c. Ikan Kuniran
161