Está en la página 1de 4

Analisa Hukum

Nomor 2290 K/PID.SUS/2015


Bahwa Terdakwa Indra Oloan Batubara didakwa dengan dakwaan
Kesatu: dengan sengaja dan tanpa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat di aksesnya informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pecemaran nama baik, jika antara beberapa perbuatan, meskipun
masing-masing merupakan kejahatan atau pelanggaran, ada hubunganya sedemikian rupa
sehingga harus dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut (voortgezette handeling)
Kedua: dengan sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduh
sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum dilakukan dengan tulisan
atau gambar yang disiarkan, dipertunjukan atau ditempelkan di muka umum, dalam hal
dibolehkan untuk membuktikan bahwa apa yang dituduhan itu tidak benar, tidak
membuktikanya dan tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, jika antara
perbuatan, meskipun masing-masing merupakan kejahatan atau pelangaran, ada hubunganya
sedemikian rupa sehingga harus dipandang sebagai suatu perbuatan berlanjut (voortgezette
handeling)
Pasal 45 Ayat (1) juncto Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 juncto
Pasal 64 Ayat (1) KUHP.

Pada awalnya terdakwa bersama-sama dengan organisasi himpunan mahasiswa islam cabang
Pasaman Barat melakukan demonstrasi ke kantor DPRD Pasaman Barat untuk menyampaikan
aspirasi terkait buruknya kinerja saksi Drs.H.Baharuddin R. Selaku Bupati Pasaman Barat dan
atas demonstrasi tersebut saksi Drs.H.Baharuddin R. Menanggapi melalui Radio Surya FM
dengan mengakatan bahwa terdakwa melakukan demonstrasi dilatarbelakangi karena kecewa
tidak diberikan fasilitas untuk mendapatkan proyek yang diadakan pemerintah dan selanjutnya
atas tanggapan saksi tersebut terdakwa merasa tersinggung kemudian untuk melampiaskan
kemarahanya tersebut terdakwa membuat tulisan pada akun Oloan Batubara milik terdakwa
di jejaring sosial Facebook lalu mengunggahnya ke internet sehingga status tersebut
disebarkan lalu dapat dibaca dan diakses oleh teman-teman terdakwa dan atau orang lain yang
tergabung di dalam grup Facebook yang bernama Mata Rakyat Pasaman Barat yang mana
status-status yang dibuat oleh terdakwa sudah diunggah beberapa kali mulai dari tanggal 9
Desember 2013, 2 Januari 2014, 01 Februari 2014, 03 Februari 2013, 05 Februari 2014, dan
06 Februari 2014. Bahwa akibat perbuatan terdakwa tersebut saksi Drs.H.Baharuddin R.
merasa dirugikan secara moril karena menyebabkan nama baik dari saksi Drs.H.Baharuddin R.
selaku Bupati Pasaman Barat menjadi tercemar dan martabatnya direndahkan.

Putusan Pengadilan Negeri Pasaman Barat (tingkat pertama) adalah:

1. Menyatakan terdakwa bersalah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah


melakukan tindak pidana Tanpa hak telah mentransmisikan informasi elektronik yang
memiliki muatan penghinaan secara beranjut.
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama
6 bulan
3. Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak perlu dijalani kecuali bila di kemudian hari
ada perintah lain dalam putusan Hakim karena terdakwa sebelum masa percobaan
selama 1 tahun telah melakukan perbuatan pidana
4. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp.2.000,00

Putusan Pengadilan Tinggi Padang (tingkat kedua) adalah:

1. Menerima banding dari jaksa penuntut umum


2. Mengubah putusan Pengadilan Negeri Pasaman Barat sepanjang penjatuhan pidana
sehingga amar selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
1. Menyatakan terdakwa bersalah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana Tanpa hak telah mentransmisikan informasi elektronik
yang memiliki muatan penghinaan secara beranjut.
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama
3 bulan
3. Memerintahkan agar terdakwa ditahan
4. Membebankan kepada terdakwa membayar biaya perkara sejumlah Rp5.000,00
Terdakwa kemudian mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi
Padang tersebu yang pada pokoknya adalah:

1. Bahwa pemohon kasasi berpendapat Pengadilan Tinggi Padang telah keliru


menerapkan hukum, karena dalam pertimbangan hukumnya telah mengambil alih
begitu saja dan sependapat dengan putusan pengadilan tingkat pertama tanpa
memberikan pertimbangan hukum yang lengkap tentang hal-hal yang meringankan
hukuman sebagaimana dinyatakan secara tegas dalam Pasal 197 (ayat) 1 huruf f
KUHAP sehingga masalah penjatuhan pidana penjara/vonis terhadap terdakwa harus
dinyatakan batal demi hukum

Dalam hukum Indonesia, judex facti dan judex juris adalah dua tingkatan peradilan di
Indonesia berdasarkan cara mengambil keputusan. Peradilan Indonesia terdiri dari Pengadilan
Negeri, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung. Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi
adalah judex facti, yang berwenang memeriksa fakta dan bukti dari suatu perkara. Judex facti
memeriksa bukti-bukti dari suatu perkara dan menentukan fakta-fakta dari perkara tersebut.
Mahkamah Agung adalah judex juris, hanya memeriksa penerapan hukum dari suatu perkara,
dan tidak memeriksa fakta dari perkaranya.

Dalam perkara ini, judex facti Pengadilan Tinggi tidak salah menerapkan hukum dalam hal
menjatuhkan pidana penjara selama 3 bulan dengan memperbaiki putusan judex facti
Pengadilan Negeri yang menjatuhkan pidana penjara dengan masa percobaan (pidana
bersyarat). Terdapat cukup alasan bagi judex facti Pengadilan Tinggi memperbaiki putusan
judex facti Pengadilan Negeri karena tidak menerapkan hukum sebagaimana mestinya dalam
hal judex facti Pengadilan Negeri menjatuhan pidana penjara dengan masa percobaan. Sebab
judex facti Pengadilan Negeri tidak mempertimbangkan ketentuan Pasal 14 a ayat (4) dan ayat
(5) KUHPidana yaitu:

Apabila hakim menjatuhkan pidana penjara paling lama satu tahun atau kurungan, tidak
termasuk kurungan pengganti, maka dalam putusannya dapatmemerintahkan pula bahwa
pidana tidak usah di jalani, kecuali jika di kemudian hari ada putusan hakim yang menentukan
lain, di sebabkan karena terpidana melakukan suatu perbuatan pidana sebelum sebelum masa
percobaan yang di tentukan dalam perintah tersebuut di atas habis, atau karena terpidana
selama masa percobaan tidak memenuhi syarat khusus yang mungkin di tentukan dalam
perintah itu.
(4). Perintah tersebut dalam ayat 1 hanya di berikan jika hakim, berdasarkan penyelidikan yang
teliti, yakin bahwa dapat di adakan pengawasan yang cukup untuk di penuhinya syarat umum,
yaitu bahwa terpidana tidak akan melakukan perbuatan pidana, dan syarat-syarat khusus jika
sekiranya syarat-syarat itu ada.
(5). Perintah tersebut dalam ayat 1 harus di setai hal-hal atau keadaan-keadaan yang menjadi
alasan perintah itu.

Tidak terdapat cukup alasan sebagaimana diisyaratkan pasal diatas untuk menjatuhkan pidana
percobaan (pidana bersyarat), karena perbuatan terdakwa dilakukan dengan kesengajaan dan
penuh kesadaran bahwa berita yang ditulis dan disampaikan melalui akun Facebook tersebut
adalah suatu bentuk pencemaran nama baik yang sangat menyakitkan dan menusuk hati
perasaan korban dan keluarganya. Kerugian imateril yang diderita korban tidak dapat dinilai
dengan uang. Kemudian karena kedudukan korban yang saat itu adalah sebagai Bupati
Pasaman Barat, maka salah satu akibat yang dirasakan korban adalah hilangnya kepercayaan
orang/masyarakat yang membaca tulisan pada akun Facebook milik terdakwa.

Judex facti tidak salah menerapkan hukum dalam hal menjatuhkan pidana penjara karena telah
mempertimbangkan alasan memberatkan dan meringankan sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 197(ayat) 1 huruf f KUHAP juncto Pasal 8 ayat 2 UU No 48 tahn 2009. Selain itu alasan
kasasi terdakwa adalah mengenai berat ringanya pidana yang dijatuhkan yang merupakan
kewenangan judex facti yang tidak tunduk pada pemeriksaan kasasi. Putusan judex facti dalam
perkara ini tidak bertentangan dengan hukum/undang-undang sehingga sudah seharusnya
permohonan kasasi terdakwa tersebut harus ditolak.

También podría gustarte