Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
LUKA LAMA
Seorang pria berusia 60 tahun datang ke klinik penyakit dalam dengan keluhan
luka di kaki kanan yang tidak sembuh sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya luka
tersebut disebabkan karena tertusuk duri saja dan sudah diobati oleh mantri
kesehatan di kampung. Satu minggu kemudian luka bertambah luas, kemudian
dibawa kembali berobat ke mantri dan disarankan berobat ke dokter umum.
Kemudian saat berobat ke dokter umum didapatkan keluhan banyak makan,
minum, dan kencing serta penurunan berat badan. Setelah dilakukan pemeriksaan
fisik laboratorium darah meliputi gula darah sewaktu dan puasa maka dokter
merujuk pasien ke rumah sakit.
Karena pasien menolak untuk dirujuk ke rumah sakit, maka dokter memberikan
obat minum dan membersihkan luka serta memberikan edukasi kepada pasien
serta pengaturan pola makan, aktivitas fisik, perawatan luka dan mengenali tanda
bahaya hiperglikemia dan hipoglikemia.
Step 1
Step 2
Step 3
1|Page
- Disebabkan oleh kegagalan relatif sel dan resistensi insulin
5. Hubungan luka di kaki yang tak kunjung sembuh dengan gula darah yang
meningkat serta komplikasi diabetes melitus
Komplikasi
Komplikasi DM dapat muncul secara akut dan kronik.
a. Komplikasi Akut
Reaksi Hipoglikemia
Koma diabetik
b. Komplikasi Kronis
2|Page
Menurut Pranadji (2000), komplikasi kronis meliputi:
Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi pada pembuluh
darah kecil, diantaranya:
- Retinopati diabetika,
- Nefropati diabetika,
- Neuropati diabetika
Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai
pembuluh darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan
atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit
jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki.
3|Page
b. Memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat
badan ideal atau normal.
c. Memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara
tingkat kesehatan yang optimal dan aktivitas normal.
d. Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita DM.
e. Mempertahankan kadar gula darah sekitar normal.
f. Menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.
g. Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita,
misalnya sedang hamil, mempunyai penyakit hati, atau tuber
kolosis paru.
h. Menarik dan mudah diterima penderita.
Prinsip Diet
Prinsip pemberian makanan bagi penderita DM adalah mengurangi dan
mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi
mekanisme pengaturan gula darah. (Pranadji, 2000).
Syarat Diet
Menurut Pranadji (2000), syarat diet DM antara lain:
a. Jumlah energi ditentukan menurut umur, jenis kelamin, berat badan
dan tinggi badan, aktivitas, suhu tubuh dan kelainan metabolik.
Untuk kepentingan klinik praktis, kebutuhan energi dihitung
berdasarkan status gizi penderita, dengan rumus Broca, yaitu :
BB idaman = (TB 100) 10%
Status gizi : Berat badan kurang = 120% BB idaman
Jumlah energi yang dibutuhkan =
Laki-laki: BBI x (30 kkal/kg BB) + Aktivitas (10-30%) + koreksi
status gizi
Perempuan: BBI x (25 kkal/kg BB) + Aktivitas (10-30%) +koreksi
status gizi
b. Koreksi status : gemuk dikurangi, kurus ditambah (Perkeni, 1998).
Hidrat arang diberikan 60-70% dari total energi, disesuaikan dengan
kesanggupan tubuh untuk menggunakannya.
c. Makanan cukup protein dianjurkan 12% dari total energi.
d. Cukup vitamin dan mineral.
e. Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan
(Persagi, 1999).
f. Lemak dianjurkan 2025% dari total energi.
g. Asupan kolesterol hendaknya dibatasi, tidak lebih dari 300/mg perhari.
h. Mengkonsumsi makanan yang berserat,anjuranya adalah kira-kira
25g/hari dengan mengutamakan serat larut.
4|Page
Makanan yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan
Semua bahan makanan boleh diberikan dalam jumlah yang telah
ditentukan kecuali gula murni seperti terdapat pada: gula pasir, gula jawa,
gula batu, sirop, jam, jelly, buah-buahan yang diawet dengan gula, susu
kental manis, minuman botol ringan, es krim, kue-kue manis, dodol, cake,
tarcis, abon, dendeng, sarden dan semua produk makanan yang diolah
dengan gula murni.
Macam diet
Menurut Persagi (1999), pedoman diet bagi penderita DM dapat dilihat
seperti dalam:
MACAM DIET UNTUK PENDERITA DM
Macam Diet I II III IV V VI VII VIII
Energi (kal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Prtein (gr) 50 55 60 65 70 80 85 90
Lemak (gr) 30 35 40 45 50 55 65 65
Hidrataran (gr) 160 195 225 260 300 325 350 390
Sumber : Persagi, 1999
Diet I s/d III: diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diet IV s/d V: diberikan kepada penderita yang mempunyai berat badan
normal
Diet VI s/d VIII: diberikan kepada penderita yang kurus, diabetes remaja
atau juvenille diabetes serta diabetes dengan komplikasi.
Standar diet
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berupa
kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk
penukar. Makanan sehari-hari pasien dapat disusun berdasarkan pola
makan pasien dan daftar bahan makanan penukar (Sukardji, 2002).
5|Page
Pedoman diet
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari, hendaknya pasien
mengikuti pedoman 3J yaitu tepat jumlah, jadwal dan jenis, artinya J1:
energi yang diberikan harus habis, J2: Jadwal diet harus diikuti sesuai
dengan interval yaitu 3jam, J3: Jenis makanan yang manis harus dihindari,
termasuk pantang buah golongan A(Tjokroprawiro, 1998).
Latihan Jasmani
Latihan jasmani dianjurkan secara teratur yaitu 3-4 kali dalam seminggu
selama kurang lebih 30 menit yang sifatnya CRIPE (Continuous,
rhytmical, interval, progresife, endurance training) (Perkeni, 1998).
Menurut Haznam (1991) olahraga dianjurkan karena bertambahnya
kegiatan fisik menambah reseptor insulin dalam sel target. Dengan
demikian insulin dalam tubuh bekerja lebih efektif, sehingga lebih sedikit
obat anti diabetik (OAD) diperlukan, baik yang berupa insulin maupun
OHO (Obat Hipoglikemik Oral).
Pada prinsipnya, pengendalian DM melalui obat ada 2 yaitu :
a. Obat Anti Diabetes (OAD) atau Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yang
berfungsi untuk merangsang kerja pankreas untuk mensekresi insulin.
b. Suntikan insulin. Pasien yang mendapat pengobatan insulin waktu
makanannya harus teratur dan disesuaikan dengan waktu pemberian
insulinnya. Makan selingan diberikan untuk mencegah hipoglikemia
(Perkeni, 1998).
Step 4
6|Page
perifer untuk menghambat produksi glukosa oleh. Sel tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi resistensi
insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa bersama bahan peangsang sekresi insulin lain. Berarti sel
pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
7|Page
d. Gestasional Diabetes Melitus ( Diabetes Melitus Kehamilan )
8|Page
hiperglikemia dan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoacidosis, berat
badan yang menurun semakin cepat, dll
9|Page
yang meningkatkan pengeluaran urine ( poliuria ) dan timbul rasa haus dan
timbul rasa haus ( polidipsi ). Karena glukosa hilang bersama urin, maka
pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang.
Rasa lapar yang semakin besar ( polifagia ) mungkin akan timbul sebagai
akibat kehilangan kalori . Pasien mengeluh lelah dan mengantuk.
Komplikasi Kronis
Menurut Pranadji (2000), komplikasi kronis meliputi:
a. Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler adalah komplikasi pada pembuluh darah
kecil, diantaranya:
Retinopati diabetika, yaitu kerusakan mata seperti katarak dan
glukoma atau meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk
kerusakan yang paling sering terjadi adalah bentuk retinopati yang
dapat menyebabkan kebutaan.
10 | P a g e
Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang diakibatkan karena
penderita menderita diabetes dalam waktu yang cukup lama.
Neuropati diabetika yaitu gangguan sistem syaraf pada penderita
DM. Indera perasa pada kaki dan tangan berkurang disertai dengan
kesemutan, perasaan baal atau tebal serta perasaan seperti terbakar.
b. Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai
pembuluh darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan
atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit
jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki.
11 | P a g e
Perencanaan makan
a. Tujuan diet Menurut Pranadji (2000), tujuan diet DM adalah
membantu diabetesi atau penderita diabetes memperbaiki kebiasaan
gizi dan olah raga untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih
baik, serta beberapa tujuan khusus yaitu:
- Memperbaiki kesehatan umum penderita
- Memberikan jumlah energi yang cukup untuk memelihara berat
badan ideal atau normal.
- Memberikan sejumlah zat gizi yang cukup untuk memelihara
tingkat kesehatan yang optimal dan aktivitas normal.
- Menormalkan pertumbuhan anak yang menderita DM.
- Mempertahankan kadar gula darah sekitar normal.
- Menekan atau menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik.
- Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita,
misalnya sedang hamil, mempunyai penyakit hati, atau tuber
kolosis paru.
- Menarik dan mudah diterima penderita.
b. Prinsip Diet
Prinsip pemberian makanan bagi penderita DM adalah mengurangi dan
mengatur konsumsi karbohidrat sehingga tidak menjadi beban bagi
mekanisme pengaturan gula darah. (Pranadji, 2000).
c. Syarat Diet
Menurut Pranadji (2000), syarat diet DM antara lain:
- Jumlah energi ditentukan menurut umur, jenis kelamin, berat badan
dan tinggi badan, aktivitas, suhu tubuh dan kelainan metabolik.
Untuk kepentingan klinik praktis, kebutuhan energi dihitung
berdasarkan status gizi penderita, dengan rumus Broca, yaitu :
BB idaman = (TB 100) 10%
Status gizi : Berat badan kurang = 120% BB idaman
Jumlah energi yang dibutuhkan =
Laki-laki: BBI x (30 kkal/kg BB) + Aktivitas (10-30%) + koreksi
status gizi
Perempuan: BBI x (25 kkal/kg BB) + Aktivitas (10-30%) +koreksi
status gizi
Koreksi status : gemuk dikurangi, kurus ditambah (Perkeni, 1998)
- Hidrat arang diberikan 60-70% dari total energi, disesuaikan
dengan kesanggupan tubuh untuk menggunakannya.
- Makanan cukup protein dianjurkan 12% dari total energi.
12 | P a g e
- Cukup vitamin dan mineral.
- Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang
diberikan (Persagi, 1999).
- Lemak dianjurkan 2025% dari total energi.
- Asupan kolesterol hendaknya dibatasi, tidak lebih dari 300/mg
perhari.
- Mengkonsumsi makanan yang berserat,anjuranya adalah kira-kira
25g/hari dengan mengutamakan serat larut.
e. Macam diet
Menurut Persagi (1999), pedoman diet bagi penderita DM dapat dilihat
seperti dalam:
f. Standar diet
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berupa
kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam
bentuk penukar. Makanan sehari-hari pasien dapat disusun berdasarkan
13 | P a g e
pola makan pasien dan daftar bahan makanan penukar (Sukardji,
2002).
h. Pedoman diet
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari, hendaknya pasien
mengikuti pedoman 3J yaitu tepat jumlah, jadwal dan jenis, artinya
J1: energi yang diberikan harus habis, J2: Jadwal diet harus diikuti
sesuai dengan interval yaitu 3jam, J3: Jenis makanan yang manis harus
dihindari, termasuk pantang buah golongan A(Tjokroprawiro, 1998).
Latihan Jasmani
Latihan jasmani dianjurkan secara teratur yaitu 3-4 kali dalam seminggu
selama kurang lebih 30 menit yang sifatnya CRIPE (Continuous,
rhytmical, interval, progresife, endurance training) (Perkeni, 1998).
Menurut Haznam (1991) olahraga dianjurkan karena bertambahnya
kegiatan fisik menambah reseptor insulin dalam sel target. Dengan
demikian insulin dalam tubuh bekerja lebih efektif, sehingga lebih sedikit
obat anti diabetik (OAD) diperlukan, baik yang berupa insulin maupun
OHO (Obat Hipoglikemik Oral).
Step 5
14 | P a g e
1. Proses Metabolisme glukosa dalam darah
2. Mekanisme dan sistem kerja metabolik hormon Insulin
3. Patofisiologi Diabetes Melitus
4. Hubungan hiperglikemia dan hipoglikemia yang terkait dengan diabetes
Melitus serta penatalaksanaannya
5. Pengobatan dan penatalaksanaan diabetes melitus secra farmakologis dan
nonfarmakologis
6. Pencegahan Diabetes Melitus
Step 6
15 | P a g e
Step 7
16 | P a g e
Fungsi primer dari karbohidrat adalah sebagai cadangan energi jangka pendek
(gula merupakan sumber energi). Fungsi sekunder dari karbohidrat adalah
sebagai cadangan energi jangka menengah (pati untuk tumbuhan dan glikogen
untuk hewan dan manusia). Fungsi lainnya adalah sebagai komponen
struktural sel.
Di dalam tubuh manusia glukosa yang telahdiserap oleh usus halus kemudian
akan terdistribusi ke dalamsemua sel tubuh melalui aliran darah. Di dalam
tubuh,glukosa tidak hanya dapat tersimpan dalam bentuk glikogendi dalam
otot & hati namun juga dapat tersimpan pada plasmadarah dalam bentuk
glukosa darah (blood glucose). Di dalam tubuh selain akan berperan sebagai
bahan bakarbagi proses metabolisme, glukosa juga akan berperan sebagai
sumber energi utama bagi kerja otak. Melaluiproses oksidasi yang terjadi di
dalam sel-sel tubuh, glukosa kemudian akan digunakan untuk
mensintesismolekul ATP (adenosine triphosphate) yang merupakan molukel
molekul dasar penghasil energi di dalamtubuh. Dalam konsumsi keseharian,
glukosa akan menyediakan hampir 5075% dari total kebutuhan energitubuh.
17 | P a g e
sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi menjadi jaringan lipid
sebagai cadangan energi jangka panjang.
5. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka
glikogen dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami
glikolisis, diikuti dengan oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam
sitrat.
6. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis,
maka sumber energi non karbohidrat yaitu lipid dan protein harus
digunakan. Jalur ini dinamakan glukoneogenesis (pembentukan glukosa
baru) karena dianggap lipid dan protein harus diubah menjadi glukosa baru
yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk memperoleh energi.
Proses Glikolisis
Tahap awal metabolisme
konversi glukosa menjadi
energi di dalam tubuh akan
berlangsung secara anaerobik
melalui proses yang
dinamakan Glikolisis
(Glycolysis). Proses ini
18 | P a g e
berlangsung dengan menggunakan bantuan 10 jenis enzim yang berfungsi
sebagai katalis di dalam sitoplasma (cytoplasm) yang terdapat pada
seleukaryotik (eukaryotic cells). Inti dari keseluruhan proses Glikolisis adalah
untuk mengkonversi glukosamenjadi produk akhir berupa piruvat. Pada proses
Glikolisis, 1 molekul glukosa yang memiliki 6 atom karbon pada rantainya
(C6H12O6 ) akanterpecah menjadi produk akhir berupa 2 molekul piruvat
(pyruvate) yang memiliki 3 atom karbom (C3H3O3).
Proses ini berjalan melalui beberapa tahapan reaksi yang disertai dengan
terbentuknya beberapa senyawaantara seperti Glukosa 6-fosfat dan Fruktosa
6-fosfat.Selain akan menghasilkan produk akhir berupa molekul piruvat,
proses glikolisis ini juga akanmenghasilkan molekul ATP serta molekul
NADH (1 NADH3 ATP). Molekul ATP yang terbentuk ini kemudianakan
diekstrak oleh sel-sel tubuh sebagai komponen dasar sumber energi. Melalui
proses glikolisis ini 4 buahmolekul ATP & 2 buah molekul NADH (6 ATP)
akan dihasilkan serta pada awal tahapan prosesnya akanmengkonsumsi 2 buah
molekul ATP sehingga total 8 buah ATP akan dapat terbentuk.
Tahap kedua dari proses respirasi selular yaitu Siklus Asam Sitratmerupakan
pusat bagi seluruh aktivitas metabolisme tubuh. Siklus initidak hanya
19 | P a g e
digunakan untuk memproses karbohidrat namun jugadigunakan untuk
memproses molekul lain seperti protein dan juga lemak.
20 | P a g e
proses Rantai Transpor Elektron untukmenghasilkan produk akhir berupa ATP
dan air (H2O).
21 | P a g e
Secara keseluruhan proses metabolisme Glukosa akan menghasilkan produk
samping berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Karbon dioksida
dihasilkan dari siklus Asam Sitrat sedangkan air (H 2O) dihasilkan dari proses
rantai transport elektron. Melalui proses metabolisme, energi kemudian akan
dihasilkan dalambentuk ATP dan kalor panas. Terbentuknya ATP dan kalor
panas inilah yang merupakan inti dari prosesmetabolisme energi. Melalui
proses Glikolisis, Siklus Asam Sitrat dan proses Rantai Transpor Elektron, sel-
selyang tedapat di dalam tubuh akan mampu untuk mengunakan dan
menyimpan energi yang dikandung dalambahan makanan sebagai energi ATP.
Secara umum proses metabolisme secara aerobik akan mampu
untukmenghasilkan energi yang lebih besar dibandingkan dengan proses
secara anaerobik. Dalam prosesmetabolisme secara aerobik, ATP akan
terbentuk sebanyak 36 buah sedangkan proses anaerobik hanya
akanmenghasilkan 2 buah ATP. Ikatan yang terdapat dalam molekul ATP ini
akan mampu untuk menghasilkanenergi sebesar 7.3 kilokalor per molnya.
Transport glukosa
1. Mekanisme transport glukosa
Dalam suatu transport molekul, terdapat tiga tipe system pengangkutan
menurut jumlah molekul yang bergerak dan arah gerakan, yaitu :
a. Uniport, menggerakkan satu tipe molekul dalam dua arah
b. Simport, menggerakkan dua tipe molekul dengan arah yang sama
c. Antiport, menggerakkan dua tipe molekul dengan arah yang
berlawanan.
22 | P a g e
Glukosa harus memasuki sel sebagai langkah pertama dalam penggunan
energy. Transport glukosa ke dalam sel adalah secara difusi dengan bantuan
protein carrier atau secara difusi terfasilitasi. Protein carrier tersebut dapat
dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
23 | P a g e
Ketika kadar glukosa darah mulai menurun sampai pada kadar yag rendah
diantara waktu-waktu makan, beberapa peristiwa akan berlangsung sehingga
hati melepaskan glukosa kembali ke dalam sirkulasi darah:
24 | P a g e
yang terbentuk melalui proses glukoneogenesis selama proses pencernaan
digunakan untuk metabolism di otak. PAnkreas memang tidak seharusnya
menghasilkan insulin pada proses ini, kalau tidak, persediaan glukosa yang
tidak cukup ini akan diangkut ke otot dan jaringan perifer yang lain, sehingga
otak tidak mempunyai sumber makanan lagi.
2. Mekanisme dan sistem kerja metabolik hormon Insulin
INSULIN
Insulin merupakan hormone polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino yang
tersusun dalam 2 rantai: rantai A yang terdiri dari 21 asam amino dan rantai B
yang terdiri dari 30 asam amino. Antara rantai A dan B terdapat 2 gugus
disulfide yaitu antara A-7 dengan B-7 dan antara A-20 dan B-19. Selain itu,
masih terdapat gugus disulfide antara asam amino ke-6 dan 11 pada rantai A.
Insulin disintesis oleh sel beta pulau Langerhans kelenjar pancreas dari
proinsulin. Proinsulin merupakan polipeptida rantai tunggal dengan 86 asam
amino. Proinsulin berubah menjadi insulin dengan kehilangan 4 asam amino
(31,32,64,65) dan lepasnya rantai asam amino dari ke 33 sampai ke 63 yang
menjadi peptide penghubung (C-peptide =Connecting peptide=peptida C)
Rantai A memiliki residu asam amino terminal glisin sedang rantai B
fenilalanin.
25 | P a g e
Sekresi Insulin
Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom reticulum endoplasmic sel
beta pancreas. Prohormon tersebut kemudian ditransfer ke kompleks Golgi, di
tempat inilah mulai terjadi perubahan proinsulin menjadi insulin dan ke
granula. Bila sel beta terangsang, dari granula ini akan keluar sejumlah
ekuimolar insulin dan peptide-c ke sirkulasi. Peptida-c meski tidak memiliki
efek biologic tetapi dapat digunakan sebagai marker adanya sekresi insulin.
Sekresi insulin diatur dengan ketat untuk mendapatkan kadar gula darah yang
stabil baik sebelum makan ataupun sesudah makan atau waktu puasa. Hal ini
dapat tercapai karena adanya koordinasi peran berbagai nutrient, hormone
saluran cerna, hormone pancreas, dan neurotransmitter otonom. Sel-sel
Langerhans dipersarafi oleh saraf adrenergic dan saraf kolinergik. Stimulasi
reseptor 2 adrenergik menghambat sekresi insulin, sedang 2 adrenergik
agonis dan stimulasi saraf vagus akan merangsang sekresi.
Mekanisme Kerja
Target organ utama insulin dalam mengatur kadar glukosa adalah hepar, otot,
dan adipose. Peran utamanya adalah uptake, utilisasi dan penyimpanan
nutrient di sel. Efek anabolic insulin meliputi stimulasi, utilisasi dan
penyimpanan glukosa, asam amino, asam lemak intrasel sedangkan proses
katabolisme dihambat. Semua efek ini dilakukan dengan stimulasi transport
substrat dan ion ke dalam sel, menginduksi translokasi protein, mengaktifkan
dan menonaktifkan enzim spesifik, dan merubah jumlah protein dengan
mempengaruhi kecepatan transkripsi gen dan translasi m-RNA spesifik.
27 | P a g e
Stimulasi transport glukosa ke otot dan jaringan adipose merupakan hal yang
krusial dari respons fisiologik terhadap insulin. Glukosa masuk sel melalui
salah satu jenis glucose-transporter(GLUT) dan 5 dari GLUT ini (GLUT-1
sampai GLUT-5) berperan pada difusi glukosa ke dalam sel yang bersifat
Na+-independent. Insulin merangsang transport glukosa dengan menginduksi
energi untuk mentranslokasi GLUT4 dan GLUT1 dari vesikel intrasel ke
membran plasma. EFek ini bersifat reversible,GLUT kembali ke pool intrasel
saat insulin tidak bekerja lagi. Gangguan proses regulasi ini dapat menjadi
salah satu penebab DM tipe 2
28 | P a g e
Pengaturan sekresi insulin.
29 | P a g e
Dari penelitian lebih lanjut mengenai fungsi metabolic insulin terhadapa
metabolism protein dan metabolism lemak, kadar asam amino dalam darah
dan faktor-faktor lain juga berperan penting dalam pengaturan sekresi insulin.
30 | P a g e
insulin akibat stimulus glukosa menyebabkan kecepatan dan nilai
sekresinya meningkat secara dramatis. Selanjutnya, penghentian sekresi
insulin hampir sama cepatnya, yang terjadi dalam waktu 3-5 menit setelah
pengurangan konsentrasi glukosa kembali ke kadar puasa.
Respons sekresi insulin terhadap naiknya konsentrasi glukosa darah
menyebabkan timbulnya mekanisme umpan balik yang sangat berguna
untuk mengatur besarnya konsentrasi glukosa darah. Mekanisme tersebut
yaitu, peningkatan glukosa darah akan meningkatkan sekresi insulin, dan
insulin selanjutnya meningkatkan transport glukosa ke dalam hati, otot,
dan sel lain sehingga mengurangi konsentrasi glukosa darah kembali ke
nilai normal.
2. Hormone gastrointestinal
Campuran beberapa macam hormone pencernaan yang penting (gastrin,
sekretin, kolesitokin, dan gastric inhibitory peptide, yang tampaknya
merupakan hormone terkuat)akan meningkatkan sekresi insulin dalam
31 | P a g e
jumlah yang cukup banyak. Hormone-hormon ini dilepaskan oleh saluran
cerna sesudah seseorang makan. Selanjutnya hormone ini menyebabkan
peningkatan antisipasi insulin dalam darah yang merupakan suatu
persiapan agar glukosa dan asam amino dapat diabsorpsi dari makanan
tersebut. Hormone-hormon gastrointestinal biasanya bekerja dengan cara
yang sama seperti asam amino dalam meningkatkan sensitivitas respons
insulin dalam meningkatkan glukosa darah, yang hampir menggandakan
kecepatan sekresi insulin sewaktu kadar glukosa darah meningkat.
32 | P a g e
Tiga serangkai yang klasik tentang gejala kencing manis adalah
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa
akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).Akibat
poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi).Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita
33 | P a g e
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini
penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
(polifagi).
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa
berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan
ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena
sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel
ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan
menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa
menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari
ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual,
muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi
dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah.
Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan,
ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu
hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita
diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali
penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakann atau
penyakit yang serius.
34 | P a g e
kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma
hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa
akan sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan
membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang
hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan,
maka penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa
berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan
ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena
sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel
ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan
menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa
menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari
ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual,
muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernafasan menjadi
dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah.
Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan,
ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu
35 | P a g e
hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita
diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali
penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakann atau
penyakit yang serius.
HIPOGLIKEMIA
DEFINISI
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dL, atau
kadar glukosa darah < 80 mg/dL dengan gejala klinis.
PENYEBAB HIPOGLIKEMIA
Pada pasien diabetes, hipoglikemia timbul akibat peningkatan kadar insulin
yang kurang tepat, baik sesudah penyuntikan insulin subkutan atau karena
obat yang meningkatkan sekresi insulin seperti sulfonil urea. Oleh karena itu,
dijumpai saat-saat atau keadaan tertentu di mana pasien diabetes mungkin
akan mengalami kejadian hipoglikemia. Sampai saat ini pemberian insulin
masih belum sepenuhnya dapat menirukan pola sekresi insulin yang fisiologis.
Makan akan meningkatan kadar glukosa darah dalam beberapa menit dan akan
mencapai kadar puncaknya setelah 1 jam. Bahkan, insulin yang bekerja paling
cepat bila diberikan subkutan belum mampu menirukan kecepatan
peningkatan kadar puncak tersebut dan berakibat menghasilkan puncak
konsentrasi insulin 1-2 jam sesudah disuntikan. Oleh sebab itu pasien rentan
terhadap hipoglikemia sekitar 2 jam sesudah makan sampai waktu dimana
36 | P a g e
resiko hipoglikemia paling tinggi adalah saat menjelang makan berikutnya dan
malam hari.
37 | P a g e
tertekan dan mungkin tidak mencapai kadar yang cukup di SSP, sehingga
dapat dipakai sebagi sumber energi alternatif.
ANAMNESIS
Penggunan preparat insulin atau obat hipoglemik oral: dosis terakhir,
waktu pemakaian terakhir, perubahan dosis.
Waktu makan terakhir, jumlah asupan gizi
Riwayat jenis pengobatan dan dosis sebelumnya
Lama menderita DM, komplikasi DM
Penyakit penyerta : ginjal, hati, dll.
Penggunaan obat sistematik lainnya ; penghambat -adrenergik, dll
38 | P a g e
Pemeriksaan fisik: pucat, diaphoresis, tekanan darah, frekuensi denyut
jantung, penurunan kesadaran, defisit neurologik fokal transient.
Trias whipple untuk hipoglikemia secara umum;
1. Gejala yang konsisten dengan hipoglikemia
2. Kadar glukosa plasma rendah
3. Gejala mereda setelah kadar glukosa plsma meningkat
DIAGNOSIS BANDING
Hipoglikemia karena:
Obat
- Sering: insulin, sulfonilurea, alcohol
- Kadang: kinin, pentaminide
- Jarang: salisilat, sulfonamide
Hiperinsulinisme endogen
Insulinoma, kelainan sel B jenis lain, sekretagok (sulfonilurea), autoimun,
sekresi insulin ektopik.
Penyakit kritis: gagal hati, gagal ginjal, sepsis, starvasi dan inasasi
Defisiensi endokrin: kortisol, growth hormone, glukagon, epnefrin
Tumor non-sel B: sarcoma, tumor adrenokortikal, hepatoma, leukemia,
limfoma, melanoma
Pasca-prandial: reaktif (setelah operasi gaster), diinduksi alcohol
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar glukosa darah (GD)
2. Tess fungsi ginjal
3. Tes fungsi hati
4. C-peptide
TERAPI
Stadium permulaan (sadar)
1. Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirup/permen atau
gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula diet/gula diabetes)
dan makanan yang mengandung karbohidrat.
2. Hentikan obat hipoglikemik sementara.
3. Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam.
4. Pertahankan GD sekitar 200 mg/dL (bila sebelumnya tidak sadar).
5. Cari penyebab.
39 | P a g e
3. Periksa glukosa darah sewaktu (GDs), kalau memungkinkan dengan
glukometer:
Bila GDs < 50 mg /dL-- + bolus dekstrosa 40% 50 % ml IV
Bila GDs < 100 mg /dL --+ bolus dekstrosa 40 % 25 % ml IV
4. Periksa glukosa darah sewaktu (GDS) setiap satu jam setelah pemberian
dekstrosa 40%
Bila GDs < 50 mg/dL -- + bolus dekstrosa 40 % 50 mL IV
Bila GDs <100 mg/dL -- +bolus dekstrosa 40 % 25 mL IV
Bila GDs 100 200 mg /dL -- tanpa bolus dekstrosa 40 %
Bila GDs > 200 mg/dL pertimbangan menurunkan kecepatam drip
dekstrosa 10 %
5. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 berturut-turut, pemantauan GDs setiap
2 jam, dengan protocol sesuai diatas, bila GDs >200 mg/dL pertimbangkan
mengganti infuse dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 %
6. Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDs
setiap 4 jam, dengan protocol sesuai diatas .bila GDs > 200 mg/dL
pertimbangkan mengganti infuse dengan dekstrosa 5 % atau NaCI 0,9 %
7. Bila GDs > 100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, slinding scale setiap 6 jam:
< 200 0
200-250 5
250-300 10
300-350 15
> 350 20
HIPERGLIKEMIA
DEFINISI
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah >600 mg/dL
dengan gejala klinis.
40 | P a g e
PENYEBAB HIPERGLIKEMIA
Hal yang mendasarinya adalah defisiensi insulin, relative maupun absolute,
pada keadaan resistensi insulin yang meningkat. Kadar insulin tidak adekuat
untuk mempertahankan kadar glukosa serum yang normal dan untuk
mensupres ketogenesis. Hiperglikemia sendiri selanjutnya dapat melemahkan
kapasitas sekresi insulin dan menambah berat resisitensi insulin sehingga
membentuk lingkaran setan dimana hiperglikemia bertambah berat dan
produksi insulin makin kurang.
Pada ketoasidosis diabetika (KAD) dan hiperosmoler hiperglikemi (SHH),
disamping kurangnya insulin dalam darah, terjadi juga peningkatan hormone
kontra insulin, seperti glukago, katekolamin, kortisol dan hormone
pertumbuhan. Hormone-hormon ini menyebabkan peningkatan produksi
glukosa oleh ginjal dan hepar dan gangguan utilisasi glukosa di jaringan, yang
mengakibatkan hiperglikemi dan perubahan osmolaritas eksstraselular.
FAKTOR PENCETUS
Hiperglikemia pada diabetes tipe II biasanya terjadi karena ada keadaan yang
mencetuskannya, antara lain:
1. Infeksi
Infeksinya dapat berupa : pneumonia, infeksi traktus urinarius, abses,
sepsis, lain-lain
41 | P a g e
2. Penyakit vascular akut :penyakit serebrovaskuler, infark miokard akut,
emboli paru, thrombosis vena mesenterika
3. Trauma, luka bakar, hematom subdural
4. Heat stroke
5. Kelainan gastrointestinal : pankrearitis akut, kholesistitis akut, obstruksi
intestinal
6. Obat-obatan : diuretika, steroid, lain-lain
DIAGNOSIS
Presentasi klinik
Keadaan dekompensasi metabolic akut biasanya didahului oleh gejala diabetes
yang tidak terkontrol. Gejalanya antara lain lemah badan, pandangan, kabur,
poliuria, polidipsia, penurunan berat badan.
Pada pasien tua, mungkin sulit untuk menilai turgor kulit. Demikian juga pada
pasien neuropati yanglama mungkin menunjukan respons yang berbeda
terhadap keadaan dehidrasi. Status mental dapat bervariasi dari sadar penuh,
letargi, sampai koma. Bau nafas seperti buah mengindikasikan adanya aseton
yang dibentuk dengan ketogenesis.
TERAPI
Terapi cairan:
Orang dewasa
Terapi cairan umumnya ditujukan untuk memperbaiki volume intravascular
dan ektravaskular dan mempertahankan perfusi ginjal. Terapi cairan juga akan
menurunkan kadar glukosa darah tanpa bergantung pada insulin, dan
menurunkan kadar hormone kontra insulin.
42 | P a g e
Pada keadaan tanpa kelainan jantung, NaCl 0,9% diberikan sebanyak 15-20
ml/kg berat badan/jam atau lebih besar pada jam pertama (1-1,5 liter untuk
rata-rata orang dewasa). Pilihan yang berikut untuk mengganti cairan
tergantung pada status hidrasi, kadar elektrolit darah dan banyaknya urin.
Secara umum, NaCl 0,45% diberikan sebanyak 4-14ml/kg/jam jika sodium
serum meningkat atau normal; NaCl 0,9% diberikan dengan jumlah sama jika
Na serum rendah. Selama fungsi ginjal diyakini baik, maka perlu ditambahkan
20-30 mEq/l kalium sampai pasien stabil dan dapat diberikan secara oral.
Terapi insulin
Pada pasien dewasa, jika tidak ada hipokalemia, maka pemberian insulin
reguler secara infus intravena yang kontinu dengan dosis 0,1 unit kg-1 h-1.
Pemberian insulin secara bolus tidak dianjurkan pada pasien pediatric. Dosisi
insulin rendah ini pada umumnya dapat menurunkan konsentrasi glukosa
plasma sebanyak 50-75 mg dl-1 h-1, sebanding dengan pemberian insulin
dosis tinggi. Jika aglukosa plasma tidak turun sebanyak 50 mg/dl dari awal
pada jam pertama, periksa dulu status hidrasi. Jika baik, infuse insulin dapat
digandakan tiap jam sampai tercapai penurunan glukosa yang stabil antara 50
dan 75 mg/jam dicapai.
Kalium
43 | P a g e
Untuk mencegah hipokalemia, penambahan kalium diindikasikan pada saat
kadar dalam darah dibawah 5,5 mEq/l, dengan catatan outpun urin cukup.
44 | P a g e
komplikasi yang serius, khususnya pada insufisiensi ginjal dan gagal
jantung kongestif.
d. Terapi insulin
Insulin diklasifikasikan sebagai:
45 | P a g e
- Insulin masa kerja pendek : mecapai kerja maksimal dalam waktu
beberapa menit hingga 6 jam setelah penyuntikan dan digunakan untuk
mengontrol hiperglikemia posprandial, serta digunakan untuk
pengobatan intravena dan penatalaksanaan pasien dengan ketoasidosis
diabetic. Insulin masa kerja pendek dapat dikombinasikan dengan
insulin masa kerja panjang.
- Insulin masa kerja sedang : mencapai kerja maksimal antara 6 hingga 8
jam setelah penyuntikan dan digunakan untuk pengontrolan harian
pasien dengan diabetes.
- Insulin masa kerja panjang : mencapai kadar puncaknya dalam waktu
14 hingga s20 jam setelah pemberian dan jarang digunakan untuk
pemakaian rutin pada pasien diabetes.
46 | P a g e
Pasien diabetes relative dapat hidup normal asalkan mereka mengetahui
dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan penyakit yang dideritanya.
Mereka dapat belajar menyuntikan sendiri insulin, memantau kadar
glukosa darah, dan memanfaatkan informasi ini untuk mengatur dosis
insulin dan merencanakan diet serta latihannya sedemikian rupa sehingga
dapat mengurangi hiperglikemia atau hipoglikemia.
47 | P a g e
Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi gula dan
rendah serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes
dan DM tipe-2.
48 | P a g e
Pada pasien dengan intoleransi glukosa anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang dilakukan ditujukan untuk mencari faktor risiko yang
dapat dimodifikasi.
49 | P a g e
maksimal). Latihan jasmani dibagi menjadi 3-4 x
aktivitas/minggu.
4. Menghentikan merokok. Merokok merupakan salah
satu risiko timbulnya gangguan kardiovaskular. Meski
merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya
intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat
komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan
DM tipe-2.
50 | P a g e
sebesar 31% dan penggunaan berbagai obat tersebut untuk
penanganan intoleransi glukosa masih menjadi kontroversi.
Bila disertai dengan obesitas, hipertensi dan dislipidemia,
dilakukan pengendalian berat badan, tekanan darah dan profil
lemak sehingga tercapai sasaran yang ditetapkan
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya
penyulit pada pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan
pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit
sejak awal pengelolaan penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder
program penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan
kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan dan dalam menuju
perilaku sehat.
51 | P a g e
Perlu pemeriksaan profil lipid pada saat diagnosis diabetes ditegakkan.
Pada pasien dewasa pemeriksaan profil lipid sedikitnya dilakukan setahun
sekali dan bila dianggap perlu dapat dilakukan lebih sering. Sedangkan
pada pasien yang pemeriksaan profil lipid menunjukkan hasil yang baik
(LDL<100mg/dL; HDL>50 mg/dL (laki-laki >40 mg/dL, wanita >50
mg/dL); trigliserid <150 mg/dL), pemeriksaan profil lipid dapat dilakukan
2 tahun sekali
Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes
adalah peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol
HDL, sedangkan kadar kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat.
Perubahan perilaku yang tertuju pada pengurangan asupan kolesterol dan
penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat
memperbaiki profil lemak dalam darah
Dipertimbangkan untuk memberikan terapi farmakologis sedini mungkin
bagi penyandang diabetes yang disertai dislipidemia
Target terapi:
Pada pasien DM, target utamanya adalah penurunan LDL
Pada penyandang diabetes tanpa disertai penyakit kardiovaskular:
- LDL <100 mg/dL (2,6 mmol/L)
- asien dengan usia >40 tahun, dianjurkan diberi terapi statin untuk
menurunkan LDL sebesar 30-40% dari kadar awal.
- Pasien dengan usia <40 tahun dengan risiko penyakit kardiovaskular
yang gagal dengan perubahan gaya hidup, dapat diberikan terapi
farmakologis
52 | P a g e
Terapi kombinasi statin dengan obat pengendali lemak yang lain mungkin
diperlukan untuk mencapai target terapi, dengan memperhatikan
peningkatan risiko timbulnya efek samping.
Niasin merupakan obat yang efektif untuk meningkatkan HDL, namun
pada dosis besar dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Pada wanita hamil penggunaan statin merupakan kontra indikasi.
Selanjutnya dapat dilihat pada buku Konsensus Pengelolaan Dislipidemia
pada DM.
B. Pengelolaan:
1. Non-farmakologis:
Modifikasi gaya hidup, antara lain: menurunkan berat badan,
meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol,
serta mengurangi konsumsi garam
2. Farmakologis:
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat anti-hipertensi
(OAH):
- Pengaruh OAH terhadap profil lipid
- Pengaruh OAH terhadap metabolisme glukosa
- Pengaruh OAH terhadap resistensi insulin
- Pengaruh OAH terhadap hipoglikemia terselubung
Obat anti hipertensi yang dapat dipergunakan:
- Penghambat ACE
- Penyekat reseptor angiotensin II
- Penyekat reseptor beta selektif, dosis rendah
- Diuretik dosis rendah
- Penghambat reseptor alfa
- Antagonis kalsium
Pada pasien dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau
tekanan diastolik antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan
gaya hidup sampai 3 bulan. Bila gagal mencapai target dapat ditambahkan
terapi farmakologis
53 | P a g e
Pasien dengan tekanan darah sistolik >140 atau tekanan diastolik >90
mmHg, dapat diberikan terapi farmakologis secara langsung
Diberikan terapi kombinasi apabila target terapi tidak dapat dicapai dengan
monoterapi.
Catatan
Penghambat ACE, penyekat reseptor angiotensin II (ARB = angiotensin II
receptor blocker) dan antagonis kalsium golongan non-dihidropiridin
dapat memperbaiki mikroalbuminuria.
Penghambat ACE dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular.
Diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang, tidak terbukti memperburuk
toleransi glukosa.
Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai.
Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapat dicoba menurunkan
dosis secara bertahap.
Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap
54 | P a g e
Terapi aspirin 75-160 mg/hari digunakan sebagai strategi pencegahan
primer pada penyandang diabetes tipe-2 yang merupakan faktor risiko
kardiovaskular, termasuk pasien dengan usia >40 tahun yang memiliki
riwayat keluarga penyakit kardiovaskular dan kebiasaan merokok,
menderita hipertensi, dislipidemia, atau albuminuria
Aspirin dianjurkan tidak diberikan pada pasien dengan usia di bawah 21
tahun, seiring dengan peningkatan kejadian sindrom Reye
Terapi kombinasi aspirin dengan antiplatelet lain dapat dipertimbangkan
pemberiannya pada pasien yang memiliki risiko yang sangat tinggi.
Penggunaan obat antiplatelet selain aspirin dapat dipertimbangkan sebagai
pengganti aspirin pada pasien yang mempunyai kontra indikasi dan atau
tidak tahan terhadap penggunaan aspirin.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang
telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan
lebih lanjut.
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum
kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosis rendah (80-325
mg/hari) dapat diberikan secara rutin bagi penyandang diabetes yang
sudah mempunyai penyulit makroangiopati.
Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan
55 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
56 | P a g e