Está en la página 1de 16

LAPORAN PENDAHULUAN

HNP

A. DEFENISI

Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis

(PDI)adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke

dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas

sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (ruptur discus).

Diskus intervertebral dibentuk oleh dua komponen yaitu; nukleus pulposus

yang terdiri dari serabut halus dan longgar, berisi sel-sel fibroblast dan dibentuk oleh

anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus yang terdiri dari jaringan

pengikat yang kuat.

Nyeri tulang belakang dapat dilihat pada hernia diskus intervertebral pada

daerah lumbosakral, hal ini biasa ditemukan dalam praktek neurologi. Hal ini biasa

berhubungan dengan beberapa luka pada tulang belakang atau oleh tekanan yang

berlebihan, biasanya disebabkan oleh karena mengangkat beban/ mengangkat tekanan

yang berlebihan (berat). Hernia diskus lebih banyak terjadi pada daerah lumbosakral,

juga dapat terjadi pada daerah servikal dan thorakal tapi kasusnya jarang terjadi. HNP

sangat jarang terjadi pada anak-anak dan remaja, tetapi terjadi dengan umur setelah 20

tahun.(Candra,)

Menjebolnya (hernia) nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau di

bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis. Menjebolnya sebagian

dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat dari foto roentgen polos

dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan sirkumferensial dan radikal pada

nucleus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schomorl


merupakan kelainan mendasari low back painsub kronik atau kronik yang

kemudian disusun oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau

siatika.

B. ETIOLOGI

Diskus intervertebralis merupakan jaringan yang terletak antara kedua tulang

vertebra, dilingkari oleh anulus fibrosus yang terdiri atas jaringan konsentrik dan

fibrokartilago dimana di dalamnya terdapat susbtansi setengah cair.Nukleus pulposus

terdiri dari jaringan kolagen yang hiperhidrasi dengan protein polisakarida yang tidak

mempunyai saraf sensoris. Herniasi terjadi oleh karena adanya degenerasi atau trauma

pada anulus fibrosus yang menyebabkan protrusi dari nukleus pulposus. Herniasi

terjadi pada daerah kostalateral yang menyebabkan ligamentum longitudinal posterior

tergeser dan menekan akar saraf yang keluar sehingga menimbulkan gejala skiatika.

Herniasi dapat juga terjadi kearah posterior yang hanya menyebabkan gejala

nyeri punggung bawah. Kelainan ini jarang menyebabkan kompresi. Herniasi dapat

pula terjadi ke atas ke bawah melalui lempeng tulang rawan korpus vertebra untuk

membentuk nodus Schmorl.

C. PATOFISIOLOGI

Daerah lumbal adalah daerah yang paling sering mengalami hernisasi diskus

invertebralis, kandungan air diskus berkurang bersamaan dengan bertambahnya usia.

Selain itu serabut menjadi kotor dan mengalami hialisasi yang membantu perubahan

yang mengakibatkan herniasi diskus invertebralis melalui anulus dengan menekan

akar akar syaraf spinal. Pada umumnya harniassi paling besar kemungkinan terjadi

di bagian koluma yang lebih mobil ke yang kurang mobil (Perbatasan Lumbo Sakralis

dan Servikotoralis) (Sylvia,1991, hal.249).


Sebagian besar dari Hernia diskus invertebralis terjadi pada lumbal antara VL

4 sampai L 5, atau L5 sampai S1. arah herniasi yang paling sering adalah

posterolateral. Karena radiks saraf pada daerah lumbal miring kebawah sewaktu

berjalan keluar melalui foramena neuralis, maka herniasi discus antara L 5 dan S 1.

Perubahan degeneratif pada nukleus pulpolus disebabkan oleh pengurangan

kadar protein yang berdampak pada peningkatan kadar cairan sehingga tekanan intra

distal meningkat, menyebabkan ruptur pada anulus dengan stres yang relatif kecil.

Sedang M. Istiadi (1986) mengatakan adanya trauma baik secara langsung

atau tidak langsung pada diskus inter vertebralis akan menyebabkan komprensi hebat

dan transaksi hernia nukleus pulposus (HNP). Nukleus yang tertekan hebat akan

mencari jalan keluar, dan melalui robekan anulus tebrosus mendorong ligamentum

longitudinal terjadilah herniasi.

D. MANIFESTASI KLINIS

Biasanya keluhan dan gejala herniasi discus intervertebralis tergantung kepada

materi discus yang menonjol keluar atau mengalami herniasi. Herniasi vertebra

lumbalis biasanya menyebabkan nyeri punggung bawah dengan atau tanpa disertai

skiatika atau mungkin hanya berupa nyeri punggung bawah yang bersifat kronis

dengan skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari punggung bawah ke bokong sampai

ke tungkai bawah.

Gejala klinis yang dapat ditemukan :

1. Nyeri punggung bawah yang hebat, mendadak, menetap beberapa jam sampai

beberapa minggu secara perlahan-lahan.

2. Skiatika berupa rasa nyeri hebat pada satu atau dua tungkai sesuai dengan

distribusiakar saraf dan menjadi hebat bila batuk, bersin atau membungkuk.
3. Parestesia yang hebat dapat disertai dengan skiatika sesuai dengan distribusi saraf

dan mungkin terjadi sesudah gejala nyeri saraf menurun.

4. Deformitas berupa hilangnya lordosis lumbal atau skoliosis oleh karena spasme

otot lumbal yang hebat.

5. Mobilitas gerakan tulang berkurang. Pada stadium akut gerakan pada bagian

lumbal sangat terbatas, kemudian muncul nyeri pada saat ekstensi tulang

belakang.

6. Nyeri tekan pada daerah herniasi dan pada daerah paravertebral atau bokong.

7. Uji menurut Lasque-leg Raising (SLR). Tes ini akan menunjukkan derajat

terbatasnya dan besarnya tekanan pada akar saraf.

8. Tes tegangan saraf femoral. Pada herniasi diskus vertebra L-3/4, fleksi pada sendi

lutut secara pasif dalam posisi telungkup akan menyebabkan nyeri pada paha

bagian depan.

9. Gejala neurologis pada tungkai, berupa kelemahan otot, perubahan refleks dan

perubahan sensoris yang mengenai akar saraf.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan pada penderita dengan kecurigaan adanya herniasi diskus berupa:

1. Pemeriksaan klinik pada punggung, tungkai dan abdomen. Pemeriksaan rektal dan

vaginal untuk menyingkirkan kelainan pada pelvis.

2. Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah :

1. Foto polos

Foto polos posisi AP dan lateral dari vertebra lumbal dan panggul (sendi

sakroiliaka). Foto polos bertujuan untuk melihat adanya penyempitan diskus,

penyakit degeneratif, kelainan bawaan dan vertebra yang tdak


stabil.(spondililistesis) Pemakaian kontras Foto rontgen dengan memalai zat

kontras terutama pada pemeriksaan miolegrafi radikuografi, diskografi serta

kadang-kadang diperlukan venografi spinal.

2. MRI

Merupakan pemeriksaan non-invasif, dapat memberikan gambaran secara

seksional pada lapisan melintang dan longitudenal.

3. Scanning

Scanning tulang dilakukan dengan mengggunakan bahan radioisotop (SR dan

F)>Pemeriksaan ini terutama untk menyingkirkan kemungkinan penyakit paget.

F. PENGOBATAN

Tindakan pengobatan yang dapat diberikan tergantung dari keadaan, yaitu :

1. Pengobatan konservativ pada lesi diskus akut

Istirahat sempurna ditempat tidur, 1-2 minggu dengan pemberian analgesik

yang cukup. Kadang-kadang diperlukan obat-obatan untukl mencegah spasme,

pemanasan lokal atau anastesia lokal paravertebra. Penderita tidur pada alas yang

keras. Pada saat ini idak diperbolehkan latihan sama sejali, bila pendeita dirawat

dapat dianjurka untuk mrnggunakan traksi. Pada fase akut dapat diberikan jaket

plaster dari politen selama 2-3 minggu. Injeksi epidural dengan 0,5 % prokain

dalam 50 cc NaCl fisiologis. Dapat dimulai latihan lumbal secara hati-hati apabila

fase akut berakhir setelah 2-3 minggu.

2. Pengobatan konservatif pada fase subakut dan kronik,

Fisioterapi Latihan fleksi dan ekstensi tlang belakang yang mungkin didahului

dengan disterni gelombang pendek. Mobilisasi penderita dapat dilakukan dengan

manipulasi yanghati-hati tanpa anstesia, Instruksi untuk mempergunakan posisi

yang benar dan disiplin terhadap gerakan punggung yaitu membungkuk dan
mengangkat barang. Pemakaian alat bantu lumbosakral Berupa korset dan

penyangga. Traksi lumbal yang bersifat intermiten.

3. Tindakan operatif

Tindakan dilakukan pada keadaan-keadaan seperti kelainan pada kauda ekuina

disertai dengan kelemahan hebat, bersifat bilateral, gangguan dan kelemahan

pada sfingter usus dan kandung kemih. Adanya analgesia pelana pada bokong dan

daerahj perineal. Kelemahan otot yang progresif oleh karena tekanan pada saraf

atau adanya tanda-tanda atrofi pada otot yag dipersarafi. Adanya skiatika yang

menetap dengan gejala neurologis, tidak menghilang dengan terapi konservatif

dan waktu patokan biaanya 6 minggu. Adanya lesi yang hebat disertai kelainan

bawaan atau spondilitis yang hebat. Cara operasi dapat dilakukan secara terbuka

tapi akhir-akhir ini operasi pada herniasi diskus dilakukan secara tertutup dengan

mempergunakan alat dan teropong.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia

3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,

nyeri, hilangnya fungsi

4. Perubahan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi, intake

cairan yang tidak adekuat

5. Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan

hemiparese/hemiplegia

6. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama


H. PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus intervetebralis

Tujuan : Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi

Kriteria hasil :

- Klien mengatakan tidak terasa nyeri.

- Lokasi nyeri minimal

- Keparahan nyeri berskala 0

- Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai)

Intervensi Rasional

1. Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya 1. Nyeri merupakan pengalaman subyektif

serangan, faktor pencetus / yang dan harus dijelaskan oleh pasien.

memperberat. Tetapkan skala 0 10 Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor

yang berhubungan merupakan suatu hal

yang amat penting untuk memilih

intervensi yang cocok dan untuk

mengevaluasi keefektifan dari terapi yang

diberikan.

2. Pertahankan tirah baring, posisi semi 2. Untuk menghilangkan stres pada otot-otot

fowler dengan tulang spinal, punggung

pinggang dan lutut dalam keadaan

fleksi, posisi telentang

3. Gunakan logroll (papan) selama 3. Logroll (Papan) mempermudah

melakukan perubahan posisi melakukan mobilisasi


4. Batasi aktifitas selama fase akut 4. Untuk menghindari adanya cidera

sesuai dengan kebutuhan

5. Berikan relaksan otot yang 5. Agen-agen ini secara sistematik

diresepkan, analgesik, dan agen menghasilkan relaksasi umum dan

antiinflamasi dan evaluasi keefektifan menurunkan inflamasi.

6. Tindakan penghilangan rasa nyeri 6. Tindakan ini memungkinkan klien untuk

noninvasif dan nonfarmakologis mendapatkan rasa kontrol terhadap nyeri.

(posisi, balutan (24-48 jam), distraksi

dan relaksasi

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplegia

Tujuan : Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuannya

Kriteria hasil :

- Tidak terjadi kontraktur sendi

- Bertabahnya kekuatan otot

- Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi Rasional

1. Berikan / bantu pasien untuk 1. Dapat meningkatkan

melakukan latihan rentang gerak kemampuan pasien untuk

pasif dan aktif melakukan rentang gerak pasif

2. Berikan perawatan kulit dengan dan aktif

baik, masase titik yang tertekan 2. Untuk menghindari adanya


setelah rehap perubahan posisi. tekanan pada area penonjolan

Periksa keadaan kulit dibawah tulang

brace dengan periode waktu

tertentu.

3. Kolaborasi dalam pemberian 3. Penggunaan analgetik yang

analgetik sesuai progran dan berlebihan dapat menutupi

efektivitasnya gejala, dan ini menyulitykan

defisit neurologis lebih lanjut

4. Pasien yang mengalami

4. Rujuk pasien untuk konsultasi kehilangan fungsi tubuh

psikologis bila kelemahan motorik, permanen akan merasa sedih.

sensorik, dan fungdi seksual terjadi Semakin besar makna

permanen kehilangan, semakin dalam

lama reaksi kesedihan ini

dialami.

5. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi 5. Menurunkan resiko terjadinnya

untuk latihan fisik klien iskemia jaringan akibat

sirkulasi darah yang jelek pada

daerah yang tertekan


3. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi,

nyeri, hilangnya fungsi

Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang.

Kriteria hasil :

- Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.

- Respon klien tampak tersenyum.

Intervensi Rasional

1. Berikan lingkungan yang nyaman 1. Menurunkan stimulasi yang

berlebihan dapat mengurangi

kecemasan

2. Catat derajat ansietas 2. Pemahaman bahwa perasaan

normal dapat membantu klien

meningkatkan beberapa perasaan

control emosi.

3. Peran serta keluarga sangat


3. Libatkan keluarga dalam proses
membantu dalam menentukan
keperawatan
koping

4. Menunjukkan kepada klien bahwa


4. Diskusikan mengenai kemungkinan
dia dapat berkomunikasi dengan
kemajuan dari fungsi gerak untuk
efektif tanpa menggunakan alat
mempertahankan harapan klien dalam
khusus, sehingga dapat mengurangi
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
rasa cemasnya.
5. .Berikan support sistem (perawat, 5. Dukungan dari bebarapa orang

keluarga atau teman dekat dan pendekatan yang memiliki pengalaman yang

spiritual) sama akan sangat membantu klien.

6. Agar klien menyadari sumber-


6. Reinforcement terhadap potensi dan
sumber apa saja yang ada
sumber yang dimiliki berhubungan
disekitarnya yang dapat
dengan penyakit, perawatan dan tindakan
mendukung dia untuk

berkomunikasi.

4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi, nyeri

Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil

- Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan

klien

- Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan

bantuan sesuai kebutuhan

Intervensi Rasional

1. Monitor kemampuan dan tingkat 1. Membantu dalam

mengantisipasi/merencanakan
kekurangan dalam melakukan

pemenuhan kebutuhan secara


perawatan diri
2. Beri motivasi kepada klien untuk individual

tetap melakukan aktivitas dan beri


2. Meningkatkan harga diri dan semangat
bantuan dengan sungguh-sungguh
untuk berusaha terus-menerus

3. Hindari melakukan sesuatu untuk


3.Klien mungkin menjadi sangat
klien yang dapat dilakukan klien

sendiri, tetapi berikan bantuan ketakutan dan sangat tergantung

sesuai kebutuhan
meskipun bantuan yang

diberikan bermanfaat dalam

mencegah frustasi, adalah penting

bagi klien untuk melakukan

sebanyak mungkin untuk diri-

sendiri untuk mepertahankan harga

diri dan meningkatkan pemulihan

4.Berikan umpan balik yang positif


4. Meningkatkan perasaan makna diri
untuk setiap usaha yang dilakukannya

atau keberhasilannya dan kemandirian serta mendorong

klien untuk berusaha secara kontinyu


5.Kolaborasi dengan ahli 5.Memberikan bantuan yang mantap

fisioterapi/okupasi
untuk mengembangkan rencana

terapi dan mengidentifikasi

kebutuhan alat penyokong khusus

5. Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan

yang tidak adekuat

Tujuan : Klien tidak mengalami konstipasi

Kriteria hasil :

- Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat

- Konsistensifses lunak

- Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )

- Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )

Intervensi Rasional

1. Berikan penjelasan pada klien dan 1. Klien dan keluarga akan mengerti

keluarga tentang penyebab


tentang penyebab obstipasi
konstipasi

2. Auskultasi bising usus 2. Bising usus menandakan sifat


aktivitas peristaltik

3. Anjurkan pada klien untuk makan 3. Diet seimbang tinggi kandungan

serat merangsang peristaltik dan


maknanan yang mengandung serat
eliminasi reguler

4. Berikan intake cairan yang cukup (2 4. Masukan cairan adekuat membantu

liter perhari) jika tidak ada


mempertahankan konsistensi feses
kontraindikasi

yang sesuai pada usus dan membantu

eliminasi reguler

5. Aktivitas fisik reguler membantu


5. Lakukan mobilisasi sesuai dengan

keadaan Klien eliminasi dengan memperbaiki tonus

otot abdomen dan merangsang nafsu

makan dan peristaltik

6. Kolaborasi dengan tim dokter dalam 6. Pelunak feses meningkatkan

efisiensi pembasahan air usus, yang


pemberian pelunak feses (laxatif,
melunakkan massa feses dan

suppositoria, enema) membantu eliminasi


6.Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama

Tujuan : Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit

Kriteria hasil :

- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka

- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka

- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka

Intervensi Rasional

1. Anjurkan untuk melakukan latihan ROM 1. Meningkatkan aliran darah

(range of motion) dan mobilisasi jika kesemua daerah

mungkin 2. Menghindari tekanan dan

2. Rubah posisi tiap 2 jam meningkatkan aliran darah

3. Gunakan bantal air atau pengganjal yang 3. Menghindari tekanan yang

lunak di bawah daerah-daerah yang berlebih pada daerah yang

menonjol menonjol

4. Menghindari kerusakan-
4. Lakukan massage pada daerah yang
kerusakan kapiler-kapiler
menonjol yang baru mengalami tekanan

pada waktu berubah posisi

5. Observasi terhadap eritema dan 5. Hangat dan pelunakan adalah

kepucatan dan palpasi area sekitar tanda kerusakan jaringan

terhadap kehangatan dan pelunakan

jaringan tiap merubah posisi


6. Jaga kebersihan kulit dan seminimal 6.Mempertahankan keutuhan kulit

mungkin hindari trauma, panas

terhadap kulit

También podría gustarte