Está en la página 1de 15

LEMBAGA KOMISI

PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

Disusun Oleh :

Nama : Taisir Iqrumi Munanda


Npm : 1605020063

FAKULTAS ILMU KOMPUTER


UNIVERSITAS ALMUSLIM
MATANGGLUMPANGDUA - BIREUEN
2017

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang Peran KPK di Indonesia

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Matangglumpangdua, Juli 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Pengertian Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi................. 3
B. Peran KPK dalam Pemberantasan Korupsi .......................................... 5
C. Tugas Wewenang, dan kewajiban komisi Pemberantasan Korupsi ..... 8
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11
A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang.
Tindak Pidana Korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat.
Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah
kasus yeng terjadi dan jumlah kerugian keuangan Negara maupun dari segi
kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya
yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Meningkatnya Tindak Pidana Korupsi yang tidak terkendali akan
membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional
tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak
Pidana Korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak social dan hak-hak ekonomi masyarakat, dan karena itu
semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai
kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa. Begitu
pun dalam upaya pemberantasannya tidak lagi data dilakukan secara biasa,
tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa.
Penegakan hukum untuk memberantas Tindak Pidana Korupsi yang
dilakukan secara konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai
hambatan. Untuk itu diperlukan metode penegakan hukum secara luar biasa
melalui pembentukan suatu badan khusus yang mempunyai kewenangan luas,
independen serta bebas dari kekuasaan manapun dalam upaya pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yang pelaksanaanya dilakukan secara optimal,
intensif, efektif, profesional serta berkesinambungan.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan KPK ?
2. Apa peran KPK terhadap pemberantasan korupsi ?
3. Tugas, Wewenang, Dan Kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi

1
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian dari KPK
2. Menjelaskan peran KPK terhadap pemberantasan korupsi.
3. Menjelaskan Tugas, Wewenang, Dan Kewajiban Komisi Pemberantasan Korupsi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA


KORUPSI
KPK atau singkatan dari Komisi Pemberantasan Korupsi adalah
sebuah lembaga yang pendiriannya oleh Presiden Soesilo Bambang
Yudhoyono dengan Tujuan untuk mengawasi semua aspek/lembaga
pemerintahan ataupun Lembaga non pemerintahan dari segala kemungkinan
hal-hal yang berbau korupsi.
Komisi pemberantasan korupsi adalah lembaga Negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun.
Komisi pemberantasan korupsi di bentuk dengan tujuan meningkatkan
daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi.
Dalam melaksanakan Tugas Dan Wewenangnya, Komisi Pemberantasan
Korupsi berasaskan pada:
a. Kepastian hukum;
b. Keterbukaan;
c. Akuntabilitas;
d. Kepentingan Umum; dan
e. Proposionalitas.

B. PERAN KPK DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI


Perang terhadap korupsi merupakan focus yang sangat signifikan
dalam suatu Negara berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak ukur
keberhasilan suatu pemerintahan. Salah satu unsur yang sangat penting dari
penegakan hukum dalam suatu Negara adalah perang terhadap korupsi,
karena korupsi merupakan penyakit kanker yang imun, meluas, permanent
dan merusak semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk
perekonomian serta penataan ruang wilayah.

3
KPK sebagai lembaga independent, artinya tidak boleh ada intervensi
dari pihak lain dalam penyelidikannya agar diperoleh hasil sebaik mungkin.
KPK juga sebagai control sososial dimana selama ini badan hukum kita
masih mandul. Contohnya seperti terungkapnya kasus Nyonya Artalita,
dimana aparat hukum kita yang seharusnya membongkar kasus korupsi justru
bisa disuap oleh Nyonya Artalita dan yang akhirnya berhasil dibongkar oleh
KPK.
Jika ada beberapa pejabat yang teriak-teriak karena ulah KPK, harus
dipertanyakan kembali kepada para pejabat itu, berteriak karena takut ikut
terseret ataukah konpensasi atas kesalahan sendiri? Dan perlu kita
pertanyakan kembali mengapa tidak berani teriak ketika kantong terisi uang
haram?.
KPK juga sebagai barometer Negara terhadap pandangan Negara lain.
Mungkin korupsi di Indonesia sebagai fenomena gunung es dan mungkin
hanya 0,5 persen saja yang terbongkar. Tapi justru membanggakan karena
taring-taring keadilan mulai tumbuh. Kita melihatnya takut karena kita
selama ini terbiasa dibius oleh rezim sebelumnya dan menganggap aneh
apabila keadaan itu memerlukan konsekuensi yang berat. Berbagai upaya
dilakukan untuk mengusik eksistensi KPK. Ada yang langsung meminta
pembubaran ataupun mengamputasi peran KPK secara terselubung.
Peran KPK tidak hanya menindak koruptor di dalam negeri, tapi juga
membantu negara internasional memerangi korupsi di antaranya membantu
negara lain mengungkap skandal korupsi di negara tersebut. Peran KPK
dalam pemberantasan penyuapan pejabat asing atau orang asing dalam bentuk
mengungkap kasus yang ada di negaranya.
Dalam analisis berbagai pakar, Indonesia saat ini berada pada tipologi
korupsi ketika state capture type of corruption telah mendominasi ruang-
ruang kebijakan publik, sementara korupsi birokrasi juga berada pada tingkat
yang mengkhawatirkan. Dua keadaan ini menyebabkan kita disandera oleh
sistem yang teramat korup (UNDP, 2002). Atau, dengan kata lain, tidak dapat
berbuat apa pun untuk membenahi persoalan korupsi yang sudah sedemikian
pelik.

4
Sementara itu, di sisi yang lain, KPK masih berkutat pada penanganan
korupsi yang bertipologi petty administrative corruption. Karena itu, proses
hukum atas kasus-kasus korupsi yang ditangani KPK tidak memiliki dampak
yang berarti, karena hilangnya nilai strategis dari sebuah kasus korupsi yang
ditangani. Nilai strategis itu dilihat dalam dua pendekatan, yakni sumber
korupsi yang selama ini menjerat bangsa Indonesia dalam keterpurukan
ekonomi, sosial, dan politik, serta dampak langsung pemberantasan korupsi
dalam bentuk pembenahan sistem yang rentan terhadap korupsi setelah
penegakan hukum dilakukan.
State capture bisa dilihat pada aktor utama pelaku korupsinya, yakni
pejabat politik, pejabat negara, dan kalangan swasta/pengusaha yang
berkolusi menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaan negara/publik. Aktor
inilah yang menciptakan sebuah kondisi negara yang terus-menerus
tersandera oleh ketidakberdayaan sosial-ekonomi dan politik.
Di samping karena kerugian negara dan masyarakat yang dapat
mencapai triliunan rupiah, state capture telah menciptakan monopoli dalam
penguasaan dan alokasi sumber daya ekonomi publik. Melalui praktek
komunikasi dan lobi secara informal, tertutup dengan contact person di level
tinggi, state captors bekerja mempengaruhi kebijakan publik yang dapat
menguntungkan aktor-aktornya. Pendek kata, dalam korupsi bertipologi state
capture, kebijakan publik merupakan arena transaksi dan sumber akumulasi
kekayaan.
Namun, sayangnya, hingga saat ini, pun setelah KPK lahir, aktor-
aktor state capture masih tetap tidak tersentuh. KPK masih sebatas menangani
kasus-kasus korupsi yang melibatkan kepala daerah, pejabat eselon, dan
pemimpin proyek--yang sebagian besar korupsinya terjadi di sektor
pengadaan barang dan jasa. Barangkali sektor ini memang rawan terhadap
korupsi. Tapi berbagai sektor lain, tempat sumber ekonomi publik yang
demikian besar dikelola, seharusnya menjadi pilihan-pilihan yang strategis
untuk dihantam.

5
Memang KPK tidak didesain untuk menegakkan hukum korupsi di
semua lini. Karena itu, seharusnya pilihan dalam membidik sebuah kasus
korupsi harus didasarkan pada pertimbangan strategisnya. Terutama pada titik
di mana kejaksaan dan kepolisian memiliki hambatan politik untuk
menanganinya. Jika KPK menangani perkara korupsi yang sederajat dengan
kualitas perkara milik kejaksaan dan kepolisian, hal ini justru hanya akan
menimbulkan naiknya ongkos dalam memberantas korupsi.
Supaya KPK dapat terfokus pada kasus-kasus korupsi yang memiliki
spektrum politik besar, sekaligus memiliki dampak terhadap perbaikan
ekonomi dan pelayanan publik, mekanisme supervisi dan koordinasi harus
dioptimalkan. Mengingat banyak kasus korupsi birokratis yang ditangani
kejaksaan dan kepolisian mengalami kemacetan, KPK harus mengawasi
secara serius proses penegakan hukumnya. Dengan kewenangan itu,
diharapkan penanganan kasus-kasus korupsi birokrasi, yang selama ini
menjadi tanggung jawab kejaksaan dan kepolisian, menjadi lebih efisien dan
tidak koruptif.
Selama ini tidak dapat dimungkiri bahwa terdapat penambahan jumlah
kasus yang ditangani kejaksaan dan kepolisian setelah mekanisme supervisi
dan koordinasi dilakukan KPK, tapi hal itu tidak mengurangi praktek korupsi
dalam penanganan kasus korupsi. Karena itu, untuk mendorong proses
penegakan hukum pada tingkat kejaksaan dan kepolisian, KPK seharusnya
memulai upaya pemberantasan korupsi dengan melakukan pembersihan pada
tubuh aparat penegak hukum. Upaya membersihkan kejaksaan dan kepolisian
akan sangat membantu KPK dalam menangani perkara-perkara korupsi yang
sedemikian banyak.
Namun, sayangnya, hingga menjelang berakhirnya masa tugas
pemimpin KPK periode 2003-2007, belum ada satu pun aparat penegak
hukum yang diproses, kecuali Suparman selaku penyidik KPK sendiri.
Padahal mustahil mendorong program pemberantasan korupsi di tubuh
kejaksaan dan kepolisian seandainya upaya-upaya pembersihan tidak segera
dilakukan. Demikian juga halnya lingkup pengadilan, yang seharusnya

6
menjadi prioritas mengingat semua proses hukum akan bermuara di tangan
para hakim.
Karena itu, ke depan sudah seharusnya pemimpin KPK terpilih harus
benar-benar memiliki perspektif yang kuat sehingga dapat melihat secara
lebih tajam persoalan mendasar dari merajalelanya korupsi. Sudah seharusnya
desain program dan kebijakan pemberantasan korupsi harus becermin pada
tipologi korupsi yang mendominasi. Bukan sekadar menjalankan tugas dan
kewajiban memberantas korupsi sebagaimana mandat undang-undang tapi
tanpa bekal yang cukup memadai.
Dalam pelaksanaannya KPK yang memiliki kewenangan penuh untuk
menangkap dan menyelidiki kasus tindak pidana korupsi. Tidak dapat kita
pungkiri dengan kewenangan itu pula, KPK menjadi mimpi buruk bagi para
pejabat dan elit politik yang korupsi. Karena KPK dapat menangkap para
pelaku korupsi yang telah di curigai kapanpun dan dimana pun. Seperti yang
telah kita lihat pada akhir-akhir ini. Dalam kasus penangkapan terhadap jaksa
Urip Tri Gunawan yang ditangkap langsung oleh KPK dengan mencegat
mobilnya di pinggir jalan. Demikian juga dengan pemeriksaan KPK terhadap
tersangka kasus korupsi Al Amin Nasution, KPK tanpa segan-segan
menggeledah kantor anggota DPR RI tersebut.
Melihat dari sikap KPK yang tergolong tegas dan tepat itu, mungkin
menjadi terapi shock kepada para koruptor lainnya. Secara tidak langsung
kewenagan KPK yang terkadang dianggap melanggar privasi seseorang ini,
menjadi salah satu hal yang dapat membuat orang untuk berpikir ulang untuk
melakukan tindak pidana korupsi karena takut di tangkap oleh KPK yang
datang seperti angin tanpa bisa diduga.

7
C. TUGAS, WEWENANG, DAN KEWAJIBAN KOMISI PEMBERANTASAN
KORUPSI

1. Komisi pemberantasan korupsi mempunyai tugas sebagai berikut:


a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap
pemberantasan tindak pidana korupsi;
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
e. Melakukan terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.

2. Wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi


a. Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi.
b. Menetapkan system pelaporan dalam kegiatan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
c. Meminta informasi tentang kegiatan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi kepada instansi yang terkait.
d. Melaksanakan dengan pendapat atau pertemuan dengan instansi yang
berwenang melakukan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
e. Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana
korupsi (pasal 7 undang-undang nomor 30 tahun 2002)
f. Wewenang lain bisa dilihat dalam pasal 12, 13, dan 14 undang-undang
nor 30 tahun 2002.

3. Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi


Komisi pemberantasan korupsi berkedudukan di ibukota Negara Republik
Indonesia dan Wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah Negara
Republik Indonesia. Komisi Pemberantasan Korupsi dapat membentuk
perwakilan di daerah provinsi.

8
a. Komisi pemberantasan korupsi terdiri dari:
1) Pemimpin Komisi pemberantasan korupsi yang terdiri atas lima
anggota Komisi pemberantasan korupsi;
2) Tim penasihat terdiri dari atas empat anggota;
3) Pegawai Komisi pemberantasan korupsi sebagai pelaksana tugas.
(pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002).
b. Penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
Segala kewenangan yang berkaitan dengan penyelidikan, peyidikan,
dan penuntutan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana berlaku juga bagi penyelidik, penyidik, dan
penuntut umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi (pasal 38 ayat (1)).
penyelidikan, peyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi
dilakukan berdasarkan hokum acara pidana yang berlaku dan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
1. Penyelidikan
Penyelidik adalah penyelidik pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang
diangkat dan diberhentikan oleh komisi pemberantasan korupsi (pasal
43 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Penyelidik
melaksanakan fungsi penyelidikan tindak pidana korupsi. Jika penyelidik
dalam melaksanakan penyelidikan menemukan bukti permulaan yang
cukup adanya dugaan tindak pidana korupsi dalam waktu paling lambat
tujuh hari kerja terhitung sejak tanggal ditemukan bukti permulaan yang
cukup, penyelidikan melaporkan kepada komisi pemberantasan korupsi.
Dalam hal Komisi Pemberantasan Korupsi berpendapat bahwa perkara
tersebut diteruskan, komisi pemberantasan korupsi melaksanakan
penyelidikan sendiri atau dapat melimpahkan perkara tersebut kepada
penyidik atau kejaksaan.
2. Penyidikan
Penyidikan adalah penyidik pada komisi yang diangkat dan diberhentikan
oleh komisi pemberantasan korupsi pasal 45 ayat (1) Undang-Undang

9
Nomor 30 Tahun 2002). Penyidik wajib membuat berita acara penyitaan
pada hari penyitaan yang memuat:
a. Nama, jenis, dan jumlah barang atau benda berharga lain yang disita;
b. Keterangan tempat, waktu, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan
penyitaan;
c. Keterangan mengenai pemilik atau mengusai barang atau benda-benda
lain;
d. Tanda tangan dan identitas penyidik yang melakukan penyitaan;
e. Tanda tangan dan identitas dari pemiik atau orang yang menguasai
barang tersebut.
Selain berita acara, penyitaan disampaikan kepada tersangka atau
keluarganya.
3. Penuntutan
Pununtut adalah penuntut umum pada komisi pemberantasan korupsi yang
diangkat dan diberhentikan oleh komisi pemberantasan korupsi. Penuntut
adalah jaksa penuntut umum, setelah menerima berkas perkara dari
penyidik, paling lambat 14 (empat belas) hari kerja wajib melimpahkan
berkas perkara tersebut kepada Pengadilan negeri.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
KPK atau singkatan dari Komisi Pemberantasan Korupsi
adalah Negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat
independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun.
Komisi pemberantasan korupsi di bentuk dengan tujuan meningkatkan
daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi.
Komisi pemberantasan korupsi mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap
pemberantasan tindak pidana korupsi;
d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
e. Melakukan terhadap penyelenggaraan pemerintahan Negara.

B. Saran
Pendidikan anti korupsi adalah pendidikan bagaimana cara kita
membrantas perilaku korupsi yang mendarah daging di dalam tubuh kita,
dan mata kuliah ini diadakan agar para mahasisawa mengetahui tentang
korupsi dan dapat menjauhi perbuatan korupsi.
Oleh karena itu diharapkan semua mahasiswa/mahasisiwi memiliki
akhlaq yang mulia dan kelak menjadi seorang pemimpin yang adil dan jujur,
sehingga menjadi seorang pemimpin yang tauladan.
Kami yakin bahwa tulisan kami ini, masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, saran dan kritikan dari pembaca sangat kami harapkan demi
penyempurnaan tulisan/tugas makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adji, indriyanto seno. 2002. Korupsi dan hukum pidana. Jakarta: kantor
pengacara & konsultan hukum Prof. Oemar Seno Adji & Rekan
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi,( Jakarta: Sinar Grafika, 2008).
www.blogagushutabarat.com.(peran kpk terhadap pemberantasan korupsi).

12

También podría gustarte