Está en la página 1de 3

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-3 1

PELAPISAN UREA DENGAN SULFUR DALAM SPOUTED BED

Meritia Ardyati, Dany Pratama Putra, Heru Setyawan* dan Minta Yuwana
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
*E-mail: sheru@chem-eng.its.ac.id

melakukan pemupukan padi dua atau tiga kali dalam satu


Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari musim tanam, selain itu petani perlu mengatur sifat-sifat tanah
proses pelapisan urea dengan sulfur dalam spouted bed dan seperti kelembaban tanah sehingga efisiensi pupuk urea dapat
menganalisa kualitas urea yang telah dilapisi dengan pengaruh ditingkatkan. Nitrogen merupakan pupuk yang rendah
kondisi operasi seperti konsentrasi slurry sulfur, suhu bed dan efisiensinya. Nitrogen yang diberikan ke dalam tanah, hanya
rate slurry sulfur terhadap laju urea yang terlarut dalam air. sekitar 30-40% diambil oleh tanaman, dan 60% hilang dalam
Partikel urea dilapisi dengan sulfur dalam spouted bed. Kolom
proses volatilisasi menjadi gas amoniak (De Datta, 1987).
spouted bed berupa cone-cylinder dengan sudut kemiringan
kerucutnya 60. Pergerakan siklik dari partikel urea di dalam Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi
spouted bed disebabkan oleh udara spout. Sebelum masuk ke kelemahan ini adalah dengan membuat pupuk tersebut dalam
dalam kolom, udara spout dipanaskan terlebih dahulu dengan bentuk Slow Release Fertilizer. Pembuatan pupuk Slow
pemanas elektrik yang dikontrol oleh temperatur controller. Release Fertilizer dengan cara melapisi partikel urea dengan
Spouted bed dilengkapi dengan spray nozzle yang berfungsi bahan tahan air. Sulfur merupakan bahan pelapis yang tahan
untuk menyemprotkan sulfur. Sulfur dalam bentuk slurry air, selain itu sulfur juga berfungsi sebagai mikronutrien
digunakan sebagai bahan pelapis urea. Slurry sulfur diperoleh dengan peran penting dalam pengembangan tanaman (Ayub,
dengan mereaksikan larutan natrium tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) 2000).
dengan larutan asam sulfat (H 2 SO 4 ) yang disertai dengan
Gishler dan Mathur (1957) mengembangkan spouted bed
pengadukan. Slurry sulfur dialirkan dengan pompa peristaltik
menuju ke spray nozzle kemudian tertabrak oleh udara yang sebagai metode untuk mengeringkan gandum. Industri yang
berkecepatan tinggi di dalam nozzle. Urea yang sudah terlapisi pertama kali menggunakan spouted bed adalah di Kanada
sulfur diuji laju kelarutannya terhadap air selama tujuh hari dan pada tahun 1962 untuk mengeringkan kacang polong. Dalam
dihitung berat sulfur yang melapisi setiap 10 gram urea. Laju perkembangannya spouted bed dilengkapi dengan spray
terlarutnya urea yang rendah diperoleh dari konsentrasi slurry nozzle untuk memasukkan umpan untuk proses pelapisan
sulfur 0,52% (w/w), rate slurry sulfur 8 ml/menit dan suhu 60 C. partikel (granulasi). Seperti beberapa penelitian tentang benih
biji bijian dengan pupuk untuk mendukung waktu
Kata kunci: Urea, slow release fertilizer, pelapisan, sulfur. pertumbuhan (Liu,1989). Waldie (1981) menganalisa
mekanisme pertumbuhan partikel dan pelapisan pada proses
spouted bed.
I. PENDAHULUAN Proses pelapisan dengan spouted bed lebih baik dari pada
dengan fixed bed. Dengan adanya lubang pancar (spout)
S alah satu unsur pupuk yang terpenting bagi tanaman
adalah nitrogen (N). Unsur nitrogen merupakan unsur
yang paling tidak efisien pemanfaatannya karena unsur ini
didalamnya menyebabkan adanya sirkulasi partikel yang lebih
baik. Partikel turun sebagai tumpukan partikel (bed) kemudian
masuk ke spout dari bagian bawah dan terbasahi dengan bahan
mudah hilang melalui pencucian baik dalam bentuk nitrat,
pelapis naik ke atas didorong oleh udara panas sepanjang
menguap ke udara dalam bentuk gas amoniak, dan berubah ke
spout. Ini akan memberikan waktu tinggal cukup untuk
bentuk-bentuk lain yang tidak dapat dimanfaatkan oleh
pengeringan, kemudian partikel akan jatuh di bagian atas
tanaman.
tumpukan partikel (fountain) dalam kondisi sudah kering. Ini
Nitrogen yang diserap tanaman dapat berasal dari nitrogen
akan memperkecil aglomerasi.
anorganik dan organik. Nitrifikasi merupakan perubahan dari
Pelapisan pupuk untuk dijadikan pupuk Slow Release
amonium menjadi bentuk nitrat. Bentuk amonium dan nitrat
Fertilizer (SRF) telah dilakukan dengan menggunakan
keduanya dapat digunakan oleh tanaman. Perubahan dari
spouted bed oleh Meisen (1978). Sulfur leburan yang diberi
bentuk-bentuk nitrogen dalam tanah harus diperhitungkan
tekanan digunakan sebagai bahan pelapisnya. Variabel operasi
dalam menentukan dosis pupuk agar kebutuhan tanaman akan
utama yang mempengaruhi kualitas produk adalah suhu bed
nitrogen dapat diprediksi dengan lebih akurat. Nitrifikasi yang
(T b ), kecepatan sulfur (W s ), kecepatan aliran udara spray
terlalu cepat dapat menyebabkan peningkatan jumlah
(Q a ), tinggi bed (h), laju udara spouted bed (Q s ) dan zat zat
kehilangan N.
aditif pada sulfur. Temperatur bed memiliki pengaruh paling
Jenis pupuk N yang banyak dijumpai di pasaran di
besar pada kualitas produk.
Indonesia adalah dalam bentuk urea (CO(NH 2 ) 2 ). Pupuk ini
Tsai (1986) membandingkan perbedaan utama antara
mudah larut dalam air dan menguap ke udara sehingga dalam
produk dari operasi batch dan kontinyu pada spouted bed
penggunaannya sebaiknya ditempatkan di bawah permukaan
terletak pada lapisan distribusinya. Proses batch menghasilkan
tanah untuk mengurangi penguapan gas NH 3 . Dalam
produk lebih unggul daripada kontinyu karena partikel yang
prakteknya, untuk mengurangi kehilangannya petani sering
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3 2

dilapisi memiliki lapisan distribusi hampir seragam sedangkan III. HASIL DAN DISKUSI
untuk proses kontinyu memiliki distribusi yang tidak seragam. Pada penelitian ini telah dipelajari tentang pelapisan urea
Oleh karena itu, dalam penelitian ini dicoba pelapisan dengan mengunakan slurry sulfur dari hasil reaksi antara
pupuk dalam spouted bed menggunakan slurry sulfur sebagai natrium tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 ) dengan asam sulfat (H 2 SO 4 )
bahan pelapisannya, bukan sulfur leburan seperti yang dalam spouted bed untuk menghasilkan pupuk yang bersifat
dilakukan oleh Meisen (1983). Diharapkan pada kondisi ini lepas lambat (slow release fertilizer). Penelitian ini difokuskan
pelapisan urea dengan slurry sulfur lebih merata dan tidak untuk mengetahui pengaruh konsentrasi slurry sulfur,
terlalu tebal seperti dengan menggunakan sulfur leburan. kecepatan slurry sulfur dan suhu bed terhadap laju urea yang
terlarut dalam air, yaitu 10 gram urea yang sudah terlapisi
II. METODOLOGI PENELITIAN dimasukkan ke dalam botol yang berisi 50 ml air demin dan
dijaga pada suhu konstan 38o C di dalam water bath selama
A. Pembuatan Slurry Sulfur
tujuh hari dan kandungan sulfur terhadap 10 gram urea yang
Slurry sulfur sebagai droplet yang akan melapisi urea
terlapisi.
di dalam spouted bed dibuat dengan cara mereaksikan larutan
natrium tiosulfat ( 0,1 M ; 0,25 M ; 0,5 M) dengan larutan A Slurry Sulfur
asam sulfat ( 0,05 M ; 0,125 M ; 0,25 M ) dalam beaker glass Slurry sulfur yang digunakan dalam penelitian ini
2 liter disertai dengan pengadukan. Slurry yang terbentuk merupakan hasil reaksi dari natrium tiosulfat (Na 2 S 2 O 3 )
kemudian dimasukkan ke dalam tangki penampung slurry dengan asam sulfat (H 2 SO 4 ):
pada rangkaian alat spouted bed (Gambar 2.1)
Na 2 S 2 O 3 + H 2 SO 4 S + SO 2 + Na 2 SO 4 + H 2 O (4-1)
B. Percobaan Dari persamaan reaksi (4-1) dicoba dengan mengubah
Urea diayak terlebih dahulu untuk menghilangkan urea konsentrasi reaktan dan rasio [H+]:[S 2 O 3 2-].
yang berukuran kecil. Setelah itu urea yang telah diayak Dapat diketahui bahwa tingkat kekeruhan yang dihasilkan:
sebanyak 1000 gram dimasukkan ke dalam spouted bed. A < B < C. Sampel A terlihat sedikit sekali sulfur yang
Kompressor udara spout dinyalakan sehingga menimbulkan dihasilkan dimana rasio [H+] : [S 2 O 3 2-] yang paling kecil
pergerakan siklik dari urea. Setelah keadaan steady state diantara ketiga sampel. Sedangkan pada sampel B dengan
tercapai, pemanas dinyalakan kemudian suhu di dalam bed rasio reaktan lebih besar daripada sampel A menghasilkan
diatur pada 60C atau 80C. Setelah suhu di dalam bed sulfur lebih banyak dibandingkan dengan sampel A. Tingkat
konstan, kompressor udara spray dinyalakan dengan rate 20 kekeruhan yang tinggi akibat pembentukkan sulfur yang
ml/min. Udara spray menyebabkan suhu di dalam bed turun berukuran besar terlihat pada sampel C dimana konsentrasi
sekitar 1 2 C. Setelah suhu di dalam bed konstan kembali, reaktan yang digunakan lebih besar dari kedua sampel yang
pompa peristaltik dijalankan dengan mengatur ratenya ( 7 9 lain. Kekeruhan semakin pekat dengan memperbesar [H+]
ml/min ). Pompa peristaltik ini mengalirkan slurry sulfur dimana [S 2 O 3 2-] tetap dan dengan memperbesar nilai [H+] dan
menuju spray nozzle. Slurry sulfur di dalam spray nozzle [S 2 O 3 2-] sehingga dalam penelitian ini digunakan rasio [H+] :
ditabrak dengan udara yang berkecepatan tinggi sehingga [S 2 O 3 2-] = 1:1 (Chaudhuri, 2009).
droplet droplet ini yang akan melapisi urea yang Dalam penelitian ini digunakan rasio [H+] : [S 2 O 3 2-]
bertabrakan. Proses ini berlangsung selama 60 menit. Setelah yang bernilai 1:1 sehingga untuk rasio [H 2 SO 4 ] : [Na 2 S 2 O 3 ]
proses berakhir, urea yang telah terlapisi dikeluarkan melalui bernilai 1:2.
sampling port. H 2 SO 4 2H+ + S 2 O 3 2- (4-2)
Na 2 S 2 O 3 2Na 2 + + S 2 O 3 2- (4-3)
Hal tersebut dikarenakan agar slurry sulfur yang dihasilkan
tidak terlalu pekat sehingga dapat dialirkan melalui pompa
peristaltik menuju spray nozzle.

B. Pengaruh Konsentrasi Slurry Sulfur


Banyaknya sulfur yang melapisi urea tergantung pada
slurry sulfur yang digunakan. Hal ini yang mempengaruhi rate
urea yang terlarut dalam air. Semakin besar konsentrasi yang
digunakan, maka ukuran sulfur yang dihasilkan akan semakin
besar pula (Chaudhuri, 2009). Konsentrasi slurry sulfur yang
digunakan dalam penelitian ini ada tiga macam, yaitu 0,52%,
0,25% dan 0,11% dalam persentase berat (w/w). Persentase
berat sulfur dalam slurry diperoleh dengan cara menyaring
sulfur dari slurry dengan menggunakan kertas saring
kemudian dikeringkan lalu ditimbang agar diketahui beratnya.
Berdasarkan beberapa variabel diketahui bahwa reaktan
dengan konsentrasi slurry sulfur 0,52% memiliki tingkat urea
yang terlarut paling rendah pada hari pertama. Hal ini
Gambar 2.1 Skema rangkaian alat penelitian menunjukkan sulfur yang melapisi urea mampu menahan daya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-3 3

larut urea. Namun setelah hari ke-4 hampir secara keseluruhan dimana morfologinya semakin kasar. Permukaan urea yang
pada konsentrasi ini urea habis terlarut dalam air. kasar menandakan bahwa terdapat pengurangan massa urea
Untuk konsentrasi slurry sulfur 0,26% terlihat bahwa urea akibat tabrakan antar partikel. Hal tersebut dapat diketahui
tidak habis larut 100% sampai hari ke-7 kecuali pada kondisi dengan adanya butiran-butiran halus
suhu bed 80o C dengan rate slurry sulfur 7 ml/menit urea telah
habis setelah hari ke-5. Slurry sulfur dengan konsentrasi ini IV. KESIMPULAN
menunjukkan performa yang paling baik di antara konsentrasi Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh
yang lainnya. kesimpulan yaitu konsentrasi slurry sulfur 0,52% (w/w), Rate
Pada rasio konsentrasi slurry sulfur 0,11% (w/w) slurry sulfur sebesar 8 ml/menit menunjukkan laju urea yang
menujukkan tingkat urea yang terlarut yang paling tinggi pada terlarut dalam air paling kecil. Suhu 60o C merupakan suhu
hari pertama namun tingkat urea yang terlarut terjadi secara pengeringan yang cocok untuk pelapisan urea. Semakin
teratur. Kondisi terbaik pada konsentrasi ini adalah pada suhu banyak sulfur yang melapisi urea belum tentu membuat laju
bed 60o C dengan rate slurry sulfur 8 ml/menit menujukan terlarutnya urea dalam air semakin rendah, begitu pula
bahwa urea habis terlarut pada hari ke-5. sebaliknya. Penggunaan slurry sulfur sebagai bahan pelapisan
urea belum bisa melapisi urea dengan baik dimana urea yang
C. Pengaruh Rate Slurry Sulfur terlarut habis rata-rata setelah hari ke-3 dan persentase urea
Sulfur yang digunakan sebagai bahan untuk melapisi urea yang terlarut masih besar mulai hari pertama.
harus dapat menutup permukaan urea dengan baik. Baik yang
dimaksud disini, yaitu tidak menutupi permukaan urea secara UCAPAN TERIMA KASIH
keselurahan agar urea dapat sedikit demi sedikit larut terhadap Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh
air. Banyaknya sulfur yang digunakan untuk melapisi urea keluarga besar laboratorium Elektrokimia dan Korosi yang
ditentukan dengan mengatur rate pompa peristaltik. telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
Kecepataan slurry sulfur yang terlalu besar menyebabkan penelitian ini.
kegagalan proses pelapisan dikarenakan terjadi aglomerasi
antar urea. Oleh karena itu rate slurry sulfur yang digunakan DAFTAR PUSTAKA
sebesar 7 9 ml/menit.
Dari berbagai variabel terlihat rate slurry sulfur 8 [1] Axel Meisen and Michael M. S. Choi. (1996) Sulfur Coating of Urea in
ml/menit menunjukkan hasil yang baik dengan tingkat Shallow Spouted Beds 77, 1073,1086, 1997
kelarutan di hari pertama yang rendah dan larut secara [2] Camberato, James J. Nitrogen In Soil And Fertilizers. First published in
the SC Turfgrass Foundation News, volume 8, number 1, page 6-10.
bertahap. Semakin besar jumlah slurry sulfur yang [3] Choi, M. and Meisen, A. (1992) Hydrodynamics of Shallow Conical
disemprotkan tidak mengakibatkan jumlah sulfur yang Spouted Beds. C.J.Ch.E. 70, 916 924.
melapisi permukaan urea semakin banyak. [4] Frate, Carol. (2007). Nitrogen Transformations in Soil. University of
California Cooperative Extension, Tulare County.
[5] G.S.E.Ayub, S.C.S.Rocha and A.L.I.Perrucci. (2000) Analysis of the
D. Pengaruh Suhu Bed Surface Quality of Sulfur Coated Urea Particles in a Two Dimensional
Proses pengeri.ngan urea yang telah terlapisi sulfur oleh Spouted Bed. Powder Technology 20, 468-472
udara spout yang dipanaskan dengan band heater untuk [6] G.S.E.Ayub, S.C.S.Rocha. (2010) Effect of Process Conditions on Particle
menguapkan air di dalam slurry sulfur. Hal tersebut dilakukan Growth for Spouted Bed Coating of Urea. Chemical Enginering and
Processing 49, 836 842.
dengan mengatur suhu bed yang dihubungkan dengan [7] J. N. Booze Daniels and R. E. Schmidt. (1997). The Use of Slow Release
temperatur controller untuk menjaga suhu yang diinginkan. Nitrogen Fertilizers on the Roadside. Dept of Crop and Soils
Pada penelitian ini dilakukan dengan dua macam suhu, yaitu Environmental Science Virginia Polytechnic Institute and State
60o dan 80o C. University Virginia Tech, Blacksburg.
[8] K.B. Mathur and N. Epstein (1974) Spouted Beds. Academic Press, New
Dari berbagai variabel terlihat kondisi terbaik pada suhu
York, U.S.A.
bed 60 C dari pada suhu bed 80 C ditunjukkan oleh urea [9] L. X. Liu and J. D. Litster.1993. Spouted Bed Seed Coating: The Effect of
yang terlarut lebih rendah. Hal ini mungkin dikarenakan pada Process Variables on Maximum Coating Rate and Elutriation. Powder
suhu bed 80 C lebih mendekati titik didih air, yaitu 100 C Technology, 74 215-230.
[10] M. Tzika, S. Alexandridou, C. Kiparissides (2002). Evaluation of The
sehingga sulfur yang terbawa di dalam slurry tidak bisa Morphological and Release Characteristics of Coated Fertilizer Granules
menempel di permukaan urea karena air mulai menguap. Produced in a Wurster Fluidized Bed. Powder Technology 132, 16 24.
[11] Meisen, A. and Mathur, K. B. (1978) Production of Sulphur-Coated Urea
E. Morfologi Produk by The Spouted Bed Process. Paper presented at the 2nd International
Conference on Fertilizers. Proceeding of the British Sulfur Corporation --
Untuk mengetahui adanya sulfur yang menempel pada
Part I, 3-6 December, pXIV, pp. 2-18.
permukaan urea digunakan kamera untuk mengambil foto [12] N. Epstein and John R. Grace. (2011) Spouted and Spout-Fluid Beds.
perbedaan sebelum dan sesudah dilapisi. Pada hasil terlihat Cambridge University. United State of America.
perubahan setelah pelapisan dimana permukaan urea terlihat
lebih kasar dibandingkan dengan yang sebelum dilapisi. Hal
ini akibat tumbukkan antar partikel urea saat di dalam spouted
bed. Untuk memperjelas perbedaan tersebut dilakukan uji
Scanning Electrone Microscopic (SEM). Ukuran dan
morfologi partikel yang berubah sebelum dan sesudah proses
spouting akibat rate udara spout yang besar sehingga terjadi
tabrakan keras antar partikel urea. Ukuran urea semakin kecil

También podría gustarte