Está en la página 1de 6

Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859

Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 1 No.2 Tahun 2009

KAJIAN PENGGUNAAN FILLER ABU SEKAM PADI


UNTUK MENGUJI DURABILITAS LASTON

Zulkifli Lubis1
Agus Zuliyanto2
1)
Dosen dpk, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan
2)
Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan

ABSTRAK

Campuran beraspal merupakan campuran yang digunakan untuk membentuk lapis perkerasan lentur
jalan raya. Campuran beraspal umumnya terdiri dari agregat, filler dan aspal sebagai bahan pengikat.
Material yang umum digunakan sebagai filler adalah semen, pasir kapur dan abu sekam padi, yang
persediaannya terbatas serta relatif mahal. Alternatf lain yaitu penggunaan abu sekam padi yang
merupakan limbah industri dari bahan bakar pabrik kertas. Salah satu jenis campuran beraspal adalah
Lapis Aspal Beton (Laston). Campuran Laston yang baik adalah yang memiliki stabilitas, fleksibilitas,
skid resistance, kedap air dan durabilitas yang cukup. Untuk mengetahui keandalan dari Laston
dengan abu sekam padi dari segi durabilitasnya, maka dilakukan pengujian durabilitas dengan tes
perendaman modifikasi Marshall. Indek keawetan dinyatakan dalam nilai IRS dan Indeks Keawetan
Craus dkk. Dari pengujian laboratorium pada campuran Laston dengan filler abu sekam padi
memberikan nilai IRS sebesar 87,64% pada perendaman selama 28 hari dan nilai Indeks Keawetan
Pertama Craus dkk (r) sebesar 7.02% serta Indeks Keawetan Kedua Craus dkk (a) sebesar 25 %. Jika
dibandingkan syarat nilai IRS minimal dari Bina Marga untuk Laston, yaitu 70%, nilai IRS Laston
dengan filler abu sekam padi memenuhi syarat.

Kata Kunci : Filler; Abu sekam padi, Bahan bisa diperbaharui, Laston, Durabilitas.

PENDAHULUAN semen, pasir, kapur dan abu sekam padi yang mana
Konstruksi jalan raya sistem perkerasan persediaannya terbatas serta relatif mahal. Bila
lentur biasanya menggunakan campuran aspal dan dilihat dari sumber materialnya, filler dan semen,
agregat sebagai lapis pennukaan. Campuran aspal pasir, kapur dan abu sekam padi berasal dari sumber
berfungsi sebagai lapisan struktural dan non material yang tidak dapat diperbaharui Untuk itu
strukutural. Campuran aspal yang berfungsi sebagai perlu adanya inovasi-inovasi baru dengan
lapisan struktural adalah lapisan yang menahan dan menggunakan alternatif bahan yang lain sehingga
menyebarkan beban roda. Sebagai lapisan non program pembangunan dan pemeliharaan jalan di
struktural aspal beton berfungsi sebagai lapis kedap masa yang akan datang dapat berjalan dengan lancar
air dan lapis aus (wearing course) atau lapisan yang dan diusahakan lebih ekonomis. Salah satu bahan
langsung menderita gesekan akibat rem kendaraan. alternatif yang diteliti adalah abu sekam padi yang
Lapis perkerasan aspal beton harus memiliki digunakan sebagai filler. Dimana abu sekam padi ini
stabilitas yang cukup untuk memikul beban lalu merupakan limbah industri pembakaran batu bata
lintas, fleksibilitas yang baik sehingga bisa dan tembikar di daerah Baturono, Sukodadi
mengikuti deformasi lapisan dibawahnya, skid Lamongan yang diperoleh dari hasil pembakaran
resistance yang baik sehingga kendaraan tidak gambut di dalam dapur/tungku pembakaran.
mengalami slip, kedap air dan durabilitas yang baik
sehingga perkerasan jalan dapat menahan keausan Lapis Aspal Beton (Laston)
akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu.
Campuran Aspal terdiri dari berbagai jenis Aspal beton adalah suatu lapisan pada
agregat seperti agregat halus, agregat kasar, mineral konstruksi perkerasan jalan raya yang terdiri dari
filler dan aspal sebagai bahan pengikat. Material campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai
yang umum digunakan sebagai filler pada gradasi menerus yang dicampur, lalu dihamparkan
penyusunan campuran perkerasan lentur adalah

35
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 1 No.2 Tahun 2009

dan dipadatkan dalam kondisi panas pada suhu Abu sekam padi
tertentu (Silvia Sukirman, 1993).
Russ Bona Frazila, (2000) menyatakan Abu sekam padi adalah sejenis abu terbang
bahwa Laston atau campuran aspal beton adalah yang merupakan sisa pembakaran batu bata atau
campuran dengan agregat bergradasi menerus dan tembikar. Pemanfaatan sekam padi kering serinmg
rapat yang dicampur pada suhu minimum 1150C, digunakan sebagai bahan bakar dalam proses
dihamparkan dan dipadatkan pada suhu minimum pembakaran batu bata atau tembikar, dikarenakan
1100C. Campuran ini berfungsi sebagai pendukung harganya yang relatif murah dan mudah didapatkan
lalu lintas, pelindung lapisan dibawahnya dari cuaca di pedesaan.
dan air, sebagai lapis aus, menyediakan lapisan Secara visual abu sekam padi adalah
permukaan jalan yang rata dan tidak licin. material berwarna abu abu dengan bentuk butiran
Aspal beton merupakan salah satu jenis lapis yang halus, padat dan bulat. Dari hasil pra
permukaan yang umum dipakai di Indonesia yang penelitian, abu sekam padi tersebut 57% - 62% lolos
berfungsi sebagai lapisan bersifat struktural yang saringan no.200 (0,075mm) dan bersifat non plastis.
menahan dan menyebarkan beban roda, lapis kedap
air serta sebagai lapis aus. Pemilihan campuran aspal Indeks Keawetan (Durability Index) Campuran
beton sebagai lapisan perkerasan jalan karena Beraspal
campuran aspal beton tersebut digunakan untuk
jalan-jalan dengan lalu lintas berat, tanjakan dan Metoda praktis yang sering digunakan untuk
jalan antar daerah. Bina Marga (1989) menyatakan mengevaluasi keawetan campuran beraspal adalah
bahwa agregat campuran untuk aspal beton harus dengan melakukan perendaman benda uji di air pada
mempunyai gradasi yang menerus dari butiran yang suhu tertentu dan waktu tertentu. Bina Marga (1989)
kasar sampai yang halus. menyaratkan untuk pengujian keawetan campuran
beraspal adalah dengan merendam benda uji dalam
Bahan Pengisi (Filler) air selama 24 jam dengan suhu 600 C, kemudian
Mineral filler adalah suatu mineral agregat dibandingkan stabilitasnya dengan benda uji yang
dari fraksi halus yang merupakan bahan non-plastis tidak direndam. Indeks keawetan dinyatakan dengan
dan non-organik. Dalam campuran Hot Rolled Indeks penurunan kuat tekan sisa (Index Retained
Asphalt (HRA) material filler bersama-sama dengan Strength) campuran beraspal akibat pengaruh
aspal membentuk mortar dan berperan sebagai perendaman dirumuskan sebagai berikut :
pengisi rongga sehingga meningkatkan kepadatan S2
dan ketahanan campuran serta meningkatkan (IRS) = 100%
S1
stabilitas campuran, sedangkan pada campuran
Laston filler berfungsi sebagai bahan pengisi rongga dengan :
dalam campuran. S1 = Rata-rata kuat tekan benda uji
Pada prakteknya fungsi dari filler adalah kelompok I
untuk meningkatkan viskositas dari aspal dan S2 = Rata-rata kuat tekan benda uji
mengurangi kepekaan terhadap temperatur. Menurut kelompok II
Hatherly, (1967) meningkatkan komposisi filler
dalam campuran dapat meningkatkan stabilitas Beberapa peneliti melakukan penelitian
campuran tetapi menurunkan kadar air void (rongga tingkat keawetan dengan pengujian masa
udara) dalam campuran. Meskipun demikian perendaman yang Iebih lama. Craus, dkk (1981)
komposisi filler dalam campuran tetap dibatasi, menyatakan bahwa kriteria perendaman satu hari
karena terlalu tinggi kadar filler dalam campuran tidak selalu mencerminkan sifat keawetan dari
akan mengakibatkan campuran menjadi getas campuran setelah beberapa waktu masa perendaman.
(brittle) dan akan retak (crack) ketika menerima Pernyataan ini dibuktikan oleh Siswosoebrotho, B.I,
beban lalu lintas. Akan tetapi terlalu rendah kadar dkk (1999), dengan melakukan perendaman selama
filler akan mengakibatkan campuran akan terlalu 30 hari pada jenis campuran HRS Kelas A. Hasil
lunak pada saat cuaca panas. Material yang sering penelitian tersebut menunjukan bahwa perendaman
digunakan sebagai filler adalah semen portland (PC), sampai 14 hari nilai nilai stabilitas campuran turun
batu kapur dan abu sekam padi dan stone crusher. secara bertahap sampai 90% setelah 14 hari stabilitas

36
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 1 No.2 Tahun 2009

campuran turun drastis hingga mencapai dibawah aspal penetrasi 60/70 dari Pertamina. Pengujian
70% pada perendaman 30 hari. dilakukan di Laboratorium Base Camp AMP Milik
Dalam penelitiannya Craus dkk, (1981) PT. BRD Babat Lamongan.
memperkenaIkan 2 macam indeks keawetan yaitu :
a. Indeks keawetan pertama yang didefenisikan
sebagai jumlah dari kelandaian-kelandaian HASIL DAN PEMBAHASAN
secara berurutan dari kurva keawetan. Indeks (r)
dihitung berdasarkan rumus; Hasil Pengujian Berat Jenis Filler
n 1 Pengujian yang dilakukan terhadap filler
r ( Si Si 1 ) /(ti 1 t ) yang digunakan adalah pengujian berat jenis, hasil
i 0
pengujian seperti pada Tabel 1
b. Indeks keawetan kedua, yang didefenisikan
sebagai daerah kehilangan kekuatan rata-rata Tabel 1 Hasil Pengujian Berat Jenis Filler
meliputi antara kurva keawetan dan garis S0 = No Jenis Pengujian Metoda Pengujian Hasil Pengujian
100%. Indeks (a) ini dinyatakan sebagai berikut
: 1 Berat Jenis Semen SNI 15-2531-1991 3.04

1 Berat Jenis Abu


a
tn
(Si Si 1 ).[2tn (ti 1 ti )] 2
sekam padi
SNI 15-2531-1991 2.10

dengan : Hasil pengujian itu menunjukkan bahwa abu


Si = persen kekuatan tertahan pada sekam padi memiliki nilai berat jenis lebih rendah
waktu ti dari semen, hal ini akan menyebabkan secara
Si+1 = persen kekuatan tertahan pada volumetric abu sekam padi lebih banyak daripada
waktu ti+1 semen pada jumlah berat yang sama.
ti, ti+1 = Periode perendaman
tn = total waktu perendaman Hasil Pengujian Sifat-sifat Marshall

METODE PENELITIAN Pengujian Marshall yang dilakukan pada


campuran Laston dengan filler Abu sekam padi dan
Pengujian durabilitas campuran beraspal semen serta filler pencampuran dari keduanya,
Laston dilakukan dengan memodifikasi pengujian memberikan hasil kadar asal optimum filler abu
durabilitas metoda Marshall, dengan cara menambah sekam padi 7,53%, jauh lebih tinggi dari filler semen
masa perendaman. Variasi masa perendaman adalah sebesar 6,21%, sedangkan filler campuran keduanya
1 hari, 4 hari, 7 hari dan 28 hari dengan suhu nilai kadar aspal optimum berada di antara
perendaman 600 C. Jenis campuran beraspal yang keduanya, yaitu 7,65%. Perbedaan kadar aspal yang
digunakan adalah Laston tipe Gradasi VII. Pengujian cukup signifikan ini disebabkan oleh perbedaan
durabilitas dilakukan pada kondisi kadar aspal berat jenis kedua jenis filler ini. Dalam perancangan
optimum. campuran perbandingan yang dipakai adalah
Abu sekam padi yang digunakan sebagai perbandingan berat, sehingga secara volumetrik abu
filler berasal dari sisa pembakaran batu bata atau sekam padi lebih banyak daripada semen, yang
tembikar yang didapatkan dari pedesaan sekitar mengakibatkan jumlah aspal yang dibutuhkan untuk
Baturono, Sukodadi dan Sukobendu, Mantup menyelimuti seluruh permukaan agregat dalam
Lamongan. Sebelum digunakan abu sekam padi campuran dengan filler abu sekam padi juga lebih
disaring untuk mendapatkan bagian yang lolos banyak, sehingga kadar aspal optimum campuran
saringan no.200 sebagai bahan filler. Sebagai Laston dengan filler abu sekam padi lebih tinggi.
pembanding digunakan filler semen Portland tipe I Hasil pengujian sifat-sifat Marshall seperti pada
produksi PT. Semen Gresik, dengan variasi proporsi Tabel 2.
filler; 100% abu sekam padi, 50% abu sekam padi, Tabel 2 memperlihatkan bahwa penggunaan
50% semen, dan 100% semen. abu sekam padi sebagai filler pada campuran Laston
Agregat kasar yang digunakan berasal dari memberikan nilai-nilai sifat Marshall yang
Crusher AMP dan pasir alam didapatkan dari Kali memenuhi nilai-nilai yang telah disyaratkan dalam
Brantas Mojokerto. Aspal yang digunakan adalah spesifikasi yang dikeluarkan Bina Marga, (1989).

37
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 1 No.2 Tahun 2009

Tabel 2. Hasil Pengujian Sifat Marshall


Variasi Filler Campuran
Spesifikasi
50% Abu 100%
Sifat untuk Lalu
No Sat 100% sekam padi Abu
Marshall Lintas
Semen 50% sekam
Berat *)
Semen padi
1 Kadar % 6,21 7,65 7,53 -
aspal
optimum
2 Berat isi gr/cc 2.412 2.392 2.322 -
(kepadatan
)
3 VMA % 17.82 18,92 19,87 Min 13
4 VIM % 3,652 3.164 3.103 35 Gambar 1. Hubungan Stabilitas dengan Masa
5 VFA % 76.87 82.643 83.875 Min 65 Perendaman
6 Stabilitas kg 1221 1197.87 1112.13 Min 550
7 Flow mm 3,02 3,12 3,18 24 Sebelum dan sesudah mengalami
8 Marshall kg/mm 338,732 341.872 342.542 200 perendaman dalam kurun waktu tertentu, nilai
Quotient 350
stabilitas campuran Laston dengan filler abu sekam
*) Spesifikasi Bina Marga, (1989), untuk Laston
padi berada di bawah semen, tetapi masih berada
diatas syarat stabilitas yang ditetapkan Bina Marga,
Hubungan Stabilitas dengan Waktu Perendaman
(1989) sebesar 550 Kg untuk lalu lintas berat.
Stabilitas Marshall merupakan indikator Pengurangan nilai stabilitas selama masa
untuk menunjukan kemampuan campuran beraspal perendaman memiliki kecenderungan yang sama
menahan beban lalu lintas kendaraan diatasnya tanpa untuk kedua jenis filler yang digunakan. Dari
mengalami perubahan bentuk. Ketidakstabilan Gambar 1 terlihat, jika filler abu sekam padi
perkerasan akan mengakibatkan terjadinya dicampur dengan semen dengan komposisi 50% abu
perubahan bentuk berupa jejak roda dan sekam padi 50% semen, maka nilai stabilitasnya
bergelombang bahkan sampai terjadi kerusakan. mendekati filler 100% semen.
Kecepatan kerusakan perkerasan akan diperparah
oleh adanya air tergenang pada perkerasan jalan dan Indeks Keawetan Campuran
perubahan suhu udara.
Pengujian durabilitas campuran beraspal Indeks keawetan pada penelitian ini
dengan cara perendaman dalam air pada suhu menggunakan indeks keawetan berdasarkan nilai
tertentu bertujuan untuk melihat kemampuan IRS, (menggunakan persamaan 1) dan indeks
campuran mempertahankan kekuatannya setelah keawetan yang dikemukan oleh Craus dkk (1981).
direndam dalam air dan pengaruh suhu. Dari (menggunakan Persamaan 2 dan 3). Indek Keawetan
pengujian yang dilakukan terlihat bahwa nilai yang dinyatakan dengan IRS merupakan
stabilitas campuran pada perendaman 1 hari turun, perbandingan nilai stabilitas antara sebelum
kemudian naik sampai perendaman 7, lalu turun direndam dengan setelah direndam. Persentasi
kembali setelah perendaman Iebih dari 7 hari, perbandingan tersebut yang dinyatakan dalam IRS.
penurunan seiring dengan Iamanya waktu Pengujian IRS menghasilkan nilai yang menurun
perendaman. Dari pengujian juga terlihat penurunan pada perendaman 1 hari, kemudian naik sampai pada
kekuatan campuran terus berlangsung jika masa perendaman 7 hari, dan jika masa perendaman terus
perendaman ditambah, tetapi tidak terlalu signifikan, ditambah, nilai IRS turun kembali, seperti yang
seperti yang terlihat pada Gambar 1. Hal ini terlihat pada Gambar 2.
membuktikan pernyataan yang dikemukakan Craus Indeks keawetan yang dinyatakan dengan
dkk, (1981) bahwa kriteria keawetan tidak bisa IRS menunjukkan hasil nilai IRS campuran Laston
dilihat hanya dengan perendaman 1 hari saja. filler abu sekam padi memiliki kecendrungan yang
sama dengan filler semen, yaitu pada pengujian
perendaman 1 hari cenderung turun kemudian naik
sampai perendaman 7 hari kemudian cenderung
mengalami penurunan kembali jika perendaman

38
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 1 No.2 Tahun 2009

lebih dari 7 hari. Pengujian perendaman sampai 28 stabilitas campuran, artinya durabilitasnya makin
hari menunjukkan nilai IRS masih diatas batas kecil.
minimal yang ditetapkan Bina Marga, (1989)
sebesar 75%, atau dengan kata lain secara
laboratorium keawetan Laston dengan filler abu
sekam padi masih memenuhi syarat.

Gambar 3. Skema Kurva Keawetan Campuran


Laston
dengan Filler 100% Abu sekam padi

Gambar 2. Hubungan Nilai IRS dengan Masa


Perendaman

Nilai Indek Keawetan Craus dkk seperti


pada Tabel 3, berikut ini.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Indek Keawetan Craus


dkk

Indek Indek
Keawetan Keawetan
Variasi Campuran
Pertama Kedua
(r,%) (a,%)
Gambar 4. Skema Kurva Keawetan Campuran
100% Abu sekam padi 1,52 3,96
Laston
50% Abu sekam padi 50% Semen 3,21 5.98 dengan Filler 50% Abu sekam padi 50% Semen
100% Semen 7,54 12.78

Tabel 3 menunjukkan nilai indeks keawetan


Laston dengan filler abu sekam padi Iebih besar
daripada filler semen, artinya keawetan Laston
dengan filler abu sekam padi lebih rendah daripada
filler semen, atau kehilangan nilai stabilitas akibat
perendaman pada Laston dengan filler abu sekam
padi lebih besar daripada Laston filler semen.
Kehilangan nilai stabilitas masing-masing variasi
campuran tersebut bisa dilihat lebih jelas pada
gambar 3, Gambar 4 dan Gambar 5. Bagian yang
diarsir merupakan persentase kehilangan stabilitas Gambar 4. Skema Kurva Keawetan Campuran
selama waktu perendaman. Makin luas daerah yang Laston
diarsir menunjukkan makin besar kehilangan dengan Filler 50% Abu sekam padi 50% Semen

39
Jurnal Teknika ISSN : 2085 - 0859
Fakultas Teknik Universitas Islam Lamongan Volume 1 No.2 Tahun 2009

Jika dilihat nilai indeks keawetan yang Simposium Nasional FSTPT ke-4,
dikemukakan di atas, seperti pada Gambar 2, sampai Denpasar, Bali, 8 November 2001.
dengan Gambar 5 dan Tabel 3, filler abu sekam padi Leo Sentosa, (2004) Abu sekam padi sebagai
memberikan nilai yang paling baik. Dengan kata lain Bahan Filler Alternatif pada Campuran
akan menghasilkan nilai keawetan yang lebih baik. Beraspal Prosiding Seminar Hasil
Penelitian Dosen Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik UNRI, tanggal 29 Mei dan
KESIMPULAN 11 Desember 2004.
Leo Sentosa, Agus Ika Putra, dan Mufriadi, (2004),
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan : Durabilitas Laston Menggunakan Filler Abu
1. Durabilitas campuran beraspal yang dinyatakan Sawit dengan Tes Perendaman Modifikasi
dengan indeks keawetan nilai IRS, Laston Marshall, Jurnal Penelitian, Vol XIII, No. 2
dengan filler abu sekam padi lebih tinggi Lembaga Penelitian Universitas Riau,
daripada filler semen. Pekanbaru.
2. Durabilitas yang dinyatakan dengan indeks Russ Bona Frazila, (2000), Pemanfaatan Limbah
keawetan Craus dkk. (1981), menunjukkan nilai sebagai Komponen dan Material Aditif
indeks keawetan Laston dengan filler abu sekam Campuran Beraspal, dalam makalah
padi lebih tinggi daripada filler semen. Simposium Nasional FSTPT ke-3,
3. Berdasarkan indeks keawetan nilai IRS dapat Yogyakarta.
dinyatakan bahwa durabilitas Laston dengan Bambang Imanto Siswosoebrotho, (1994), Peran
filler abu sekam padi memenuhi persyaratan Filler pada Sifat-sifat Teknik Campuran Hot
minimal yang ditetapkan Bina Marga, (1989). Rolled Asphalt, Makalah yang disampaikan
pada Konfrensi Tahunan Teknik Jalan ke-5,
pada tanggal 9 11 Mei 1994 di Bandung.
Bambang Ismanto Siswosoebrotho, Buyung
DAFTAR PUSTAKA Oktarizal, Syukri, (1999), Pengaruh Air
Asin terhadap Durabilitas Campuran Aspal
Bina Marga. (1989). Petunjuk Pelaksanaan Lapis Beton, Prosiding Simposium Nasional
Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, FSTPT ke-2, Surabaya, 2 Desember 1999
SNI No. 1737 1989 F, 1989, Departemen
PU, Jakarta.
British Standard Institution, BS 812, (1975), Method
for Sampling and Testing of Mineral
Aggregates, Sands and Fillers, London.
British Standard Institution, BS 594, (1985),
Specifications for Constituent Material and
Asphalt Mixture, Hot Rolled Asphalt for
roads and Other Paved Areas, London.
Craus, J., Ishai, I., and Sides, A., (1981), Durability
of Bituminous Paving Mixtures as Related to
Filler Type and Properties Proceedings
Association of Asphalt Paving
Technologists, Technical sessions, February
16,17 and 18, Volume 50, San diego,
California.
Hathetlay, L.W. and Leaver, P.C., (1967), Asphaltic
Road Materials, Edward Arnold (Publisher)
LTD, London.
Leo Sentosa, (2001) Kinerja Laboratorium
Campuran Hot Rolled Asphalt dengan Abu
sekam padi sebagai Filler Prosiding

40

También podría gustarte