Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
ISBN :......................
KATA PENGANTAR
Penanggung Jawab :
Ir. Nono Hartanto, M.Aq
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena hanya berkat dan karuniaNya, maka
Dewan Redaksi :
penyusunan Buku Budidaya Ikan Hias Clown dapat
Djafar Sidik, S.E.
diselesaikan.
Ir. Doortje A. Horhoruw, M.Si
Heru Salamet, M.Si
Buku Budidaya Ikan Hias Clown ini dibuat sebagai
salah satu rangkaian penulisan seri buku ikan hias laut
Redaksi Pelaksana :
budidaya oleh Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon di
Akhmad Sururi, S.Pi
tahun 2014. Buku ini dibuat berdasarkan pengalaman
Rusli Raiba, M.Si
praktis yang berhasil para penulisnya selama lebih
kurang 4 tahun bergelut dengan usaha pengembangan
Sampul Depan :
dan pendayagunaan ikan hias Clown secara terpadu di
Akhmad Sururi, S.Pi
Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon, mulai dari usaha
domestikasi induk, pemijahan, pembesaran dan juga
Penerbit :
pemasarannya.
Program Pengembangan
Sumberdaya Perikanan
Harapan kami dengan adanya buku Budidaya Ikan Hias
Balai Perikanan Budidaya Laut
Clown ini dapat memperkaya khasanah pustaka ikan
Ambon
hias laut Indonesia dan dapat memberikan sumbangsih
Tahun Anggaran 2014
positif berupa dijadikannya buku ini sebagai acuan atau
petunjuk teknis dalam usaha budidaya ikan hias clown
Alamat Redaksi :
oleh masyarakat pembudidaya ikan hias laut Indonesia.
Balai Perikanan Budidaya Laut
Ambon
Disadari dalam penulisan buku ini masih jauh dari
Jln. Leo Wattimena Waiheru
kesempurnaan. Untuk itu sangat diharapkan saran dan
Ambon
atau kritik yang membangun untuk kesempurnaan
penulisan buku ini.
Telp. :
(0911) 362047- 361616
Ambon, Juli 2014
Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon
Fax. :
(0911) 362047
Ir. Nono Hartanto, M.Aq
Email :
NIP. 19691123 199403 1 004
bbl_ambon@yahoo.co.id
i
Budidaya Ikan Hias Clown
DAFTAR ISI
ii
Budidaya Ikan Hias Clown
iii
Budidaya Ikan Hias Clown
iv
Budidaya Ikan Hias Clown
v
Budidaya Ikan Hias Clown
DAFTAR GAMBAR
vi
Budidaya Ikan Hias Clown
vii
Budidaya Ikan Hias Clown
DAFTAR TABEL
viii
Budidaya Ikan Hias Clown
BAB I. PENDAHULUAN
Oleh : Agus Darmawan
1
Budidaya Ikan Hias Clown
mempunyai tugas pokok dan fungsi yang diantaranya yaitu melaksanakan teknik
perbenihan dan pembudidayaan ikan laut serta pelestarian sumber daya induk/
benih dan lingkungan, mulai tahun 2009 secara bertahap berupaya
mengembangkan budidaya ikan hias air laut, diantaranya Banggai Cardinal Fish
(Pterapagon kauderni), Betok Ambon (Chrysiptera cyanea), Ikan Mandarin
(Synchiropus splendidus), Ikan Clown (Amphiprion sp), Yellow Damselfish
(Pamacentrus amboinensis), Angel Piyama (Euxiphipops navarchus), Blue Tang
(Paracanthurus hepatus), Red Banded Shrimp (Stenopus hispidus) dan lain-lain.
Pada tahun 2011 Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon telah berhasil
membenihkan beberapa spesies jenis Ikan Clown. Ikan Clown atau biasa disebut
dengan ikan badut/nemo banyak digemari masyarakat terutama dikalangan anak-
anak, lantaran karakter Ikan Clown dalam film yang berjudul finding nemo
sangat menarik dan perkasa sehingga Ikan Clown menjadi ikan hias laut yang
sangat populer dimasyarakat. Ikan Clown adalah ikan hias laut yang lucu, jinak,
selalu berpenampilan cantik dan mudah untuk dibudidayakan, Ikan ini rata-rata
berwarna cerah, kuning, jingga, kemerahan atau kehitaman, memiliki tubuh
yang lebar dan dilengkapi dengan mulut yang kecil. Secara alami kehidupan
Ikan Clown selalu berada dalan radius kurang lebih 1 meter dari anemon, karena
keduanya membentuk simbiosis mutualisme. Ikan Clown mendapatkan sumber-
sumber makanan dari sekitar anemon, dan sebaliknya anemon mendapat bahan
makan dari kotoran (feces) Ikan Clown. Disamping itu, anemon memberikan
perlindungan yang efektif dengan menghasilkan substansi toksin yang berbahaya
bagi musuh-musuh Ikan Clown. Anemon juga dimanfaatkan Ikan Clown sebagai
breeding ground untuk meletakan dan melindungi telur-telurnya.
Untuk mendukung pengembangan usaha budidaya ikan hias laut, Balai
Perikanan Budidaya Laut Ambon yang merupakan institusi pemberi
pelayanan/informasi dalam pembangunan dan pengembangan sistem budidaya
laut, berupaya menyusun buku yang berjudul Budidaya Ikan Hias Clown.
2
Budidaya Ikan Hias Clown
Dalam buku Budidaya Ikan Hias Clown akan disampaikan berbagai informasi
yang berhubungan dengan teknik budidaya Ikan Clown, antara lain mencakup
Biologi Ikan Clown, pemilihan lokasi budidaya, sarana dan parasarana budidaya,
pakan alami, teknik pembenihan, teknik pembesaran, pengendalian hama dan
penyakit, panen dan transportasi serta analisa usaha.
Tujuan pembuatan buku ini adalah untuk membantu masyarakat terutama
pembudidaya ikan hias laut dalam pemahaman mengenai teknologi budidaya Ikan
Clown. Dengan adanya teknologi budidaya Ikan Clown, diharapkan merupakan
sumber informasi yang dapat membantu dan berguna dalam melaksanakan usaha
budidaya Ikan Clown bagi masyarakat sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kesejateraan masyarakat dan dapat meningkatkan produksi ikan
hias di indonesia.
3
Budidaya Ikan Hias Clown
BAB II BIOLOGI
Oleh : Agus Darmawan, Nono Hartanto dan Abdul Gani
Ikan ikan nemo atau Ikan Clown berasal dari famili Pomacentridae. Salah
satu famili terbesar dalam komunitas ikan karang Hingga saat ini diketahui ada
sekitar 28 spesies. 27 spesies diantaranya termasuk dalam marga Amphiprion dan
dua lainnya marga Premnas. Bentuknya yang cenderung bulat, Ikan Clown
umumnya berwarna kuning, oranye, kemerahan, hitam dan putih dengan motif
badan cenderung berupa garis putih. Motifnya yang berwarna menyala dengan
gerakan yang lucu ini yang membuatnya dijuluki badut/clown. Sisiknya relatif
besar dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering dijadikan
dasar dalam proses identifikasi mereka, disamping bentuk gigi, kepala dan bentuk
tubuh. Variasi warna dapat terjadi pada spesies yang sama, khususnya berkenaan
dengan lokasi sebarannya. Sebagai contoh Amphiprion clarkii merupakan spesies
yang mempunyai penyebaran paling luas, sehingga spesies ini mempunyai variasi
warna yang paling banyak (tergantung pada tempat ditemukan) dibandingkan
dengan spesies Ikan Clown lainnya. Ukuran maksimalnya bisa mencapai 10 18
cm. Ikan Clown terlahir dalam keadaan jantan dan yang akan berubah kelamin
4
Budidaya Ikan Hias Clown
Ikan Clown merupakan ikan karang tropis yang hidup diperairan hangat
pada daerah terumbu karang dengan kedalaman kurang dari 50 cm dan berair
jernih. Daerah penyebarannya meliputi Samudra pasifik (Fiji), Laut Merah,
Samudra Hindia (Indonesia, Malaysia, Thailand, Maladewa, Burma) Dan Great
Barrier Reef Autralia. Ikan Clown merupakan ikan yang mempunyai penyebaran
relatif luas, terutama di daerah Indo Pacific. Salah satu jenis yang diketahui
endemic adalah Amphiprion bicinctus. Di alam Ikan Clown memilih anemon
tertentu untuk dijadikan rumahnya, salah satu contoh adalah Amphiprion ocellaris
lebih memilih anemon karpet dibandingkan dengan anemon lain.
2.4. Makanan
5
Budidaya Ikan Hias Clown
2.6. Transgender
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ketika lahir semua Ikan Clown berjenis
kelamin jantan dan yang paling dominan akan berubah menjadi betina, betina
biasanya mempunyai ukuran yang lebih besar. Apabila dalam satu pasangan
6
Budidaya Ikan Hias Clown
mempunyai ukuran yang sama maka yang terkuatlah yang akan menjadi betina
dan jika tidak terjadi kecocokan pasangan maka salah satunya akan terusir.
Di alam ikan ini hidup dalam kelompok kecil dalam satu anemon dan terdiri
dari satu pasang induk, yang lainnya biasanya berukuran lebih kecil yang masih
dalam jenis kelamin jantan. Apabila dari salah satu pasangan induk ada yang mati
maka posisinya akan digantikan oleh yang terbesar dalam kelompoknya terutama
betina. Kondisi ini biasanya disebut sequential hermaphroditism (perubahan
kelamin secara berurutan). Ikan Clown memijah sepanjang musim dengan interval
waktu rata-rata sekitar sepuluh hari atau tiga kali sebulan untuk induk yang
produktif. Ikan Clown merupakan ikan yang meletakkan telurnya pada substrat
didekat anemon atau rumahnya dan mengeraminya sampai menetas. Telur akan
menetas sekitar 5 sampai 9 hari tergantung jenis, kualitas telur dan kondisi
lingkungan. Biasanya telur akan menetas pada malam hari yaitu sekitar 2 jam
setelah matahari terbenam.
Barberi Clownfish Tomato Clownfish Fire Clownfish
(Amphiprion barberi) (Amphiprion frenatus) (Amphiprion melanopus)
7
Budidaya Ikan Hias Clown
8
Budidaya Ikan Hias Clown
9
Budidaya Ikan Hias Clown
10
Budidaya Ikan Hias Clown
Daftar Pustaka
11
Budidaya Ikan Hias Clown
Ikan Clown atau lebih dikenal dengan nama ikan nemo, saat ini merupakan
salah satu ikan hias yang banyak di diminati, sampai saat ini untuk ikan hias laut
masih mengandalkan penangkapan di alam, kendala ketersediaan benih Ikan
Clown dari suatu unit pembenihan merupakan alternatif yang paling tepat. Tepat
tidaknya dalam pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan kegiatan pembenihan.
Serangkaian kegiatan untuk memproduksi benih melalui beberapa
perlakuan sampai dihasilkan benih Ikan Clown Kegiatan pembenihan clown fish
seperti juga kegiatan pembenihan ikan laut lainnya . namun tanpa didukung oleh
peimlihan lokasi yang tepat maka kegiatan tersebut tidak akan ada artinya.
Rancang bangun prasarana pembenihan seperti bak tandon, filterisasi air, pompa
dan sebagainya akan dapat lebih sederhana dan dapat menekan biaya dalam
usaha pembangunan pembenihan apabila faktor sudah dipenuhi
12
Budidaya Ikan Hias Clown
memiliki air yang keruh dan cenderung bersifat asam oleh karena itu perlu
dihindari.
Untuk benar-benar memastikan kualitas air yang baik maka perlu
dilakukan pemeriksaan parameter kimia dan biologi, akan tetapi kejernihan
air laut setidaknya cukup menduga secara fisik air yang baik walaupun
perairan belum tentu memberikan jaminan kualitas air yang baik.
Dalam pemilihan lokasi pembenihan clown fish yang perlu
diperhatikan beberapa parameter kimia antara lain Oksigen terlarut,
salinitas, pH, BOD, COD, Amoniak, Nitrit, Nitrat, Logam berat serta bahan-
bahan polutan, kecerahan, kekeruhan, suhu, warna, bau dan kepadatan
tersuspensi, sementara untuk parameter biologi perairan yang menjadi
pertimbangan adalah kesuburan perairan yang meliputi kelimpahan dan
keragaman fitoplankton dan zooplankton, keberadaan mikroorganisme
pathogen dan biologi lain yang ada diperairan. Adapun baku mutu air laut
untuk biota laut dapat dilihat di tabel di bawah ini
Tabel 2. Baku mutu air laut untuk biota laut
Baku Mutu
Parameter Satuan Metode Analisa
No Diperbolehkan Diinginkan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A. FISIKA
1 Warna Cu, Color unit 50 30 Kolorimetrik
/Spektrofotometri
2 Bau Alami Nihil Organoleptik
3 Kecerahan Meter 3 5 Visual
4 Kekeruhan Nephelometric C 30 5 Nephelometric/
Turbidy Unit Helige
turbidimetrik
5 Padat Mb/l 80 25 Penimbangan
tersuspensi
6 Benda - Nihil Nihil Visual
terapung
7 Lapisan - Nihil Nihil Vsual
Minyak
0
8 Suhu c Alami Alami Pemuaian
13
Budidaya Ikan Hias Clown
14
Budidaya Ikan Hias Clown
a. Kecerahan
15
Budidaya Ikan Hias Clown
b. Salinitas
c. Logam Berat
16
Budidaya Ikan Hias Clown
17
Budidaya Ikan Hias Clown
e. Suhu
18
Budidaya Ikan Hias Clown
Jumlah dan jenis zat hara, zat kimia lain, jumlah dan tipe mikroba,
suhu serta pH menentukan angka BOD. Zat hara itu berasal dari dari
beragam kegiatan pertanian atau pemupukan, peternakan, deterjen, erosi
dan limbah industri tertentu. Untuk mengetahui kandungan bahan organik
dalam suatu perairan serta untuk mengetahui sampai seberapa berat beban
polutan yang terjadi di perairan calon lokasi yang akan dipilih maka
diperlukan pengukuran BOD seperti halnya COD.
h. Oksigen terlarut
19
Budidaya Ikan Hias Clown
i. Bahan Organik
20
Budidaya Ikan Hias Clown
yaitu polutan yang berasal dari rumah tangga, peternakan, limpasan daerah
pertanian dan sebagainya.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik tanah, sifat
partikel tanah kalau mendirikan suatu bangunan untuk kegiatan pembenihan Ikan
Clown. Sifat kimia tanah hanya perlu diukur jika akan membuka kegiatan
perikanan yang langsung berhubungan dengan tanah, seperti: pertambakan atau
kolam. Jika diatasnya akan didirikan bangunan maka perlu diperhitungkan sifat
partikel tanah.
Struktur tanah lepas (pasir) dan remah serta kemampuan drainase
merupakan unsur pokok yang perlu diperhitungkan dalam menganalisa keadaan
fisik tanah. Struktur lepas (berpasir) lebih mudah tererosi dibandingkan struktur
tanah yang remah maupun liat. Akibatnya bila dibagian atasnya terdapat beban
berat (beton/besi) lama-kelamaan akan rusak atau retak jika konstruksinya jelek.
Sebaiknya dalam pemilihan lokasi sebaiknya memiliki tanah yang partikelnya
padat selain itu juga dapat menghindari penimbunan yang memerlukan biaya dan
tenaga. Ketinggian lokasi pembenihan sebaikna 0.5 m diatas pasang tertinggi dan
periode pasang harian minmal 6 jam sehingga hamparan pantai calon lokasi landai
dan tidak terjal.
21
Budidaya Ikan Hias Clown
dekat untuk kegiatan perikanan akan menimbulkan efek negatif terhadap resiko
usaha serta kesulitan dalam memperoleh perizinan.
Kemudahan-kemudahan seperti tersedianya sarana transportasi,
komunikasi, instalasi listrik (PLN), tenaga kerja, pemasaran, pasar, sekolah, tempat
ibadah, pelayanan kesehatan dan sebagainya.. adanya kemudahan-kemudahan
tersebut dapat memberikan ketenanagn dan kenyamanan dalam bekerja.
Terjadinya konflik atau masalah yang biasanya timbul tidak akan mengancam
operasi pembenihan apabila hal lain yang dapat mendukung kelangsungan usaha
adalah dukungan pemerintah setempat terutama masyarakat sekitar lokasi.
Daftar Pustaka
Boyd, C. E.,1982. Water Quality Management For Pond Fish Culture Development
Aquaculture and Fish Science, Vol 9. Elselver Scintific.Com.318 p.
Nebel,B.J.,1987. Enviromental Science. The Way the World Works. Prentice Hall,
Inc. England
22
Budidaya Ikan Hias Clown
4.1. Pendahuluan
Dalam usaha produksi Ikan Clown terlebih dahulu kita harus memiliki
pengetahuan mengenai sarana dan prasarananya. Pengetahuan ini sangat penting
karena berhubungan dengan perencanaan sebelum membangun sebuah unit
usaha produksi yang meliputi target produksi, investasi, fungsi, dan kemudahan
pengoperasionalannya. Pemilihan sarana yang tepat akan menentukan kelancaran
kegiatan dan keberhasilan dalam suatu usaha.
Secara garis besar sarana produksi Ikan Clown meliputi: gedung,
pengelolaan air, produksi pakan alami, pemeliharan induk, penetasan telur,
pemeliharaan larva, laboratorium mini dan peralatan kerja, sarana penunjang dan
tata letak.
Spesifikasi setiap sarana perlu diperhatikan, terutama terhadap faktor
biologis organisme yang dipelihara, kemudahan pengadaan, pengelolaan, faktor
efisiensi dan keamanan. Keberhasilan kegiatan pembenihan sangat tergantung
pada sarana yang memenuhi standar kalayakan baik secara teknis maupun non
teknis sehingga keberhasilan dan efisiensi dapat dicapai.
23
Budidaya Ikan Hias Clown
Kondisi air yang jernih merupakan faktor mutlak dalam produksi Ikan
Clown. Kejernihan air dipengaruhi oleh partikel terlarut dalam air. Air yang
kandungan partikelnya tinggi akan mengakibatkan efek yang kurang baik
terhadap larva atau organisme yang dipelihara, karena mengganggu proses
pernafasan dan merangsang pertumbuhan organisme lain seperti bakteri
24
Budidaya Ikan Hias Clown
dan jamur. Selain dari pada itu, air yang keruh biasanya mengandung
senyawa yang tidak diinginkan seperti amoniak dan hidrogen sulfida.
Dewasa ini, akibat eksploitasi tanah daratan dan pantai yang
berlebihan menyebabkan penurunan kualitas air termasuk menurunnya
kejernihan air. Kekeruhan sangat tinggi terutama pada saat turun hujan.
Demikian juga akibat adanya arus laut atau gelombang pasang sehingga
mengaduk kembali endapan lumpur.
Untuk mengurangi kekeruhan, dipergunakan filter. Secara sederhana
pengertian filter adalah sebuah unit untuk memisahkan partikel tersuspensi
pada media cair dengan cara melewati medium atau lapisan berpori. Air
akan melewati membran atau medium sehingga partikel akan tersaring
pada permukaan medum atau pada dinding pori sedangkan air yang bersih
akan keluar dari medium.
Medium yang umum digunakan untuk menyaring air adalah pasir.
Ada beberapa tipe filter pasir berdasarkan cara kerjanya. Tipe pertama
adalah filter pasir yang bekerja dengan cara ditekan (pressure system)
(gambar 3). Filter ini dirancang khusus sehingga dinding atau wadah filter
dapat menahan tekanan air hingga beberapa bar. Untuk menekan air
dipergunakan grafitasi yang tinggi atau pompa. Alat ini bekerja sangat
efektif dan dapat mendapatkan debit air yang besar, namun kelemahannya
adalah harganya yang mahal sehingga tidak semua unit pembenihan
memiliki alat ini.
25
Budidaya Ikan Hias Clown
26
Budidaya Ikan Hias Clown
Air Bersih
Pasir
P
PASIRd Pasir
Kran
Air masuk
27
Budidaya Ikan Hias Clown
28
Budidaya Ikan Hias Clown
29
Budidaya Ikan Hias Clown
Bak kultur semi massal fitoplankton dapat dibagi dalam dua jenis
yaitu akuarium volume 100 200 liter dan bak fiberglass volume 1 3 m3.
Akuarium digunakan untuk kultur fitoplankton setelah dari laboratorium,
setelah kepadatan yang diinginkan tercapai, benih fitoplankton dipindahkan
pada bak semi massal fiberglass.
30
Budidaya Ikan Hias Clown
Pakan awal larva sampai saat ini belum dapat tergantikan oleh pakan
buatan, sehingga kultur zooplankton menjadi bagian yang sangat vital dari
usaha produksi Ikan Clown. Pada pembenihan Ikan Clown ada dua jenis
kultur zooplankton yaitu kultur rotifer, penetasan cyste artemia dan kultur
artemia dewasa.
31
Budidaya Ikan Hias Clown
Sarana untuk kultur rotifer berupa bak semen atau fiberglass dengan
volume 1-10 m3. Bak kultur rotifer harus dibangun agak berjauhan dengan
bak kultur fitoplankton, untuk menghindari kontaminasi.
32
Budidaya Ikan Hias Clown
33
Budidaya Ikan Hias Clown
34
Budidaya Ikan Hias Clown
mulai dari kultur semi massal maupun massal, sehingga benihnya dapat
didatangkan dari hatchery yang mempunyai laboratorium pakan alami.
Sarana yang harus tersedia pada laboratorium pakan alami meliputi
ruangan laboratorium ber AC, wadah kultur fitoplankton volume 5-20 liter,
kulkas tempat penyimpanan benih, rak kultur, dan sistem pemurnian air.
4.7.3. Gudang
4.8.1. Generator
35
Budidaya Ikan Hias Clown
4.8.2. Aerator/Blower
36
Budidaya Ikan Hias Clown
37
Budidaya Ikan Hias Clown
38
Budidaya Ikan Hias Clown
Sedangkan jenis Hiblow sesuai dengan dengan ukuran (40- 200 watt) hanya
menghasilkan udara dengan tekanan rendah. Sedangkan contoh hiblow
dengan kapsitas 80 watt mampu menghasilkan 70-80 titik udara pada
kedalaman 1 meter. Berdasarkan kemampuan root blower banyak
digunakan untuk pembenihan skala menengah hingga besar. Sedangkan hi-
blow sesuai untuk skala rumah tangga.
Dalam suatu instalasi jaringan aerasi terutama yang menggunakan
vortex dan root blower sebaiknya dalam 1 unit dipasang 2 buah blower,
sehingga waktu operasionalnya dapat dilakukan secara bergantian masing-
masing selama 12 jam. Pemasangan aerator ini disarankan pada ruangan
beratap, supaya terhindar dari air hujan. Pada root blower perlu dipasang
stopkran, pembuang pada jaringan intaslasi aerasi utama. Stop kran
pembuang harus dalam posisi terbuka pada awal root blower akan
dioperasionalkan. Setelah bekerja dengan normal, maka secara perlahan-
lahan stop kran pembuang ditutup, sehingga udara yang terpompa dapat
didistribusikan melalui instalasi yang tersedia. Stop kran pembuang
dipasang dengan tujuan agar root blower yang dioperasionalkan tidak
mengalami sentakan balik tekanan udara yang dapat merusak piston.
Pipa distribusi aerasi dapat menggunakan pipa paralon (PVC) namun
pada bagian pangkal yang berhubungan langsung dengan blower sebaiknya
menggunakan pipa besi. Penggunaan pipa besi ini bertujuan untuk
mencegah kerusakan pipa, karena pada bagian awal udara mengalami
peningkatan suhu. Cara lain yang dapat ditempuh untuk mencegah
kerusakan pipa adalah dengan memperbesar ukuran pipa khususnya pada
bagian awal pipa distribusi. Pipa besi yang digunakan sebaiknya dari jenis
galvanis, sehingga tidak mudah mengalami korosi Karena air. Pipa utama
distribusi ukurannya disesuaikan dengan dimeter outlet blower. Pipa pada
pada bagian pembagi dan pengguna (yang berhubungan dengan selang
39
Budidaya Ikan Hias Clown
aerasi) ukurannya semakin diperkecil. Hal ini dimaksud agar udara yang
dihasilkan tidak mengalami penurunan tekanan.
40
Budidaya Ikan Hias Clown
mudah berkarat yang pada akhirnya sulit untuk digerakan. Ukuran regulator
disesuaikan dengan ukuran selang yang digunakan. Pada pemasangan
dihindari terjadinya kebocoran karena dengan banyaknya bocoran dapat
menurunkan tekanan udara yang dihasilkan.
Batu aerasi berfungsi untuk memperluas gelembung udara yang
keluar dan diletakkan pada ujung selang aerasi. Untuk itulah batu aerasi
dipilih yang mempunyai pori-pori yang kecil sehingga dapat menghasilkan
gelembung yang halus. Dalam volume udara yang sama gelembung udara
yang berdiameter kecil akan mengahsilkan oksigen terlarut lebih besar
dibanding dengan udara yang berdiameter besar. Hal ini disebabkan karena
difusi oksigen dari gelembungan udara ke dalam air tegantung dari luas
permukaa gelembung udara. Disamping itu gelembung udara yang halus
tidak menyebabkan gerakan yang kuat pada air media pemeliharaan
terutama pada pemeliharaan larva. Kepadatan batu aerasi pada
pemeliharaan larva adalah sekitar 2-4 buah/m2, agar supaya batu aerasi
dapat tetap berada ditempatnya maka perlu dilengkapi dengan pemberat
yang biasanya terbuat dari timah atau cetakan semen.
41
Budidaya Ikan Hias Clown
(A)
42
Budidaya Ikan Hias Clown
(B)
(C)
Gambar 21. Sistem pengambilan air di laut
Pada pemasangan instalasi (pipa dan aksesoris) baik pipa penyedot
maupun pipa distribusi perlu diperhatikan bahan harus tahan karat dan
kuat terhadap tekanan. Sebaiknya untuk pipa pompa air laut harus dipilih
yang benar-benar berkualitas dan tebal.
Pemasangan pipa distribusi harus mempertimbangkan debit air yang
merata pada setiap bak dan memperkecil kehilangan energi. Pada pangkal
saluran harus lebih besar dan selanjutnya mengecil ke arah ujung dan
hindari pembelokan-pembelokan yang tajam.
43
Budidaya Ikan Hias Clown
44
Budidaya Ikan Hias Clown
5 6 9
2
4
8
7
10
Keterangan :
1. Rumah genset 6. Indoor hatchery pendederan
2. Rumah pompa 7. Kantor/ruang data
3. Filter 8. Bak fitoplankton
4. Recervir air laut 9. Bak zooplankton
5. Indoor hatchery larva 10. Recervoir air tawar
Gambar 23. Tata letak sarana produksi Ikan Clown
45
Budidaya Ikan Hias Clown
Daftar Pustaka
Balai Budidaya Laut Lampung. 1999. Pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer, Bloch). Departemen Pertanian Direktorat Janderal Perikanan.
Balai Budidaya Laut. Lampung. 83p.
Balai Budidaya Laut Lampung. 1999. Pembenihan Ikan Kerapu Tikus (Chromileptis
altivelis). Departemen Pertanian Direktorat Janderal Perikanan. Balai
Budidaya Laut. Lampung. 87p.
Balai Budidaya Laut Lampung. 1998. Pembenihan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus). Departemen Pertanian Direktorat Janderal Perikanan. Balai
Budidaya Laut. Lampung. 83p.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. 2002. Leaflet. Hatchery Skala
Rumah Tangga. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara.
Balai Budidaya Air Payau Situbondo. 2002. Leaflet. Hatchery Kerapu Tikus Skala
Rumah Tangga. Balai Budidaya Air Payau Situbondo.
Bond, M.M., N. Hartanto. M. Hanafi. 2005. Pembenihan Kakap Putih (Lates
calcarifer). Loka Budidaya Laut Batam. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan. 67 hal.
Brohmanonda, P. 1982. The layout, design and facilities of a seabass hatchery .
Report of training course on seabass spawning and larval rearing.
Department of Fisheries of Thailand, 120 June 1982.
http://www.fao.org/docrep/field/003/Q8694E/Q8694E07.htm
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2002. Leaflet. Pembenihan Kerapu
(Ephinephelus spp). Dirjen Perikanan Budidaya. Jakarta.
Direktorat Bina Perbenihan. 1996. Pembenihan Kakap Putih (Lates calcalifer,
Bloch) Skala Rumah Tangga. Direktorat Bina Perbenihan. Jakarta. 20 Hal.
Hartanto, N. 2006. Suivi et Amlioration des Techniques dElevage du Bar
(Dicentrarchus labrax) et du Maigre (Argyrosomus regius). Rapport de stage
du de Chef de Projet et dExploitation en Aquaculture et Halieutique.
Universit Montpellier II. 72 p.
Hermawan T, N. Hartanto, Zakimin, S. Akbar, Rusfian, A.H Wibowo, M.M. Bond, S.
Laga L Dan S, Agustatik. 2003. Manajemen Perbesaran Kerapu Macan Di
Karamba Jarring Apung. Loka Budidaya Laut Batam. 47 Hal.
Junianto, N.M., A.H. Wibowo. S. Laga dan F.J. Simanjuntak. 2005. Manajemen
Pembesaran Banal Bintang (Trchinotus blochii, Lacepede) di Keramba Jaring
Apung. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan
Perikanan. 49 hal.
46
Budidaya Ikan Hias Clown
Kungvankij ,P. 1988. Hatchery design. Report on the training course on seabass
breeding and culture. Satul, Thailand, 121 August 1988.
http://www.fao.org/docrep/field/003/AC420E/AC420E01.htm
Kungvankij, P., L.B. Tiro, Jr., B.J. Pudadera, Jr., and I.O. Potesta. 1985.Training
ManualBiology and Culture of Sea Bass (Lates calcarifer). Regional Lead
Centre in the Philippines. Aquaculture Department, Southeast Asian
Fisheries Development Center. Network of Aquaculture Centres in Asia
Bangkok, Thailand, September 1985
Sim,S.Y., Rimmer, M.A., Toledo,J.D., Sugama,S., Rumengan, I., William, K.C.,
Phillips, M.J., 2005. A Guide to Small-Scale Marine Finfish Hatchery
Technology. NACA Bangkok, Thailand. 17 pp.
Subyakto, S; S. Cahyaningsih. 2003. Perbenihan Kerapu Skala Rumah Tangga.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 62 Hal.
Sugama, K, Trijoko, B. Slamet, S. Ismi, E. Setiadi dan S. Kawahara. 2001. Petunjuk
Teknis Produksi Benih Ikan Kerapu Bebek, Chromileptis altivelis. Balai Riset
Budidaya Laut Gondol. Pusat Riset dan Pengembangan Eksplorasi Laut dan
Perikanan. Departyemen Kelautan dan Perikanan dan Japan International
Cooperation Agency. 40 p.
Sunyoto, P., Mustahal. 2000. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis. Kerapu, Kakap,
Beronang. Penebar Swadaya. Jakarta. Cet 2. 84 Hal.
47
Budidaya Ikan Hias Clown
Hal yang terpenting dalam melakukan usaha budidaya Ikan Clown adalah
memilih calon induk yang berkualitas sehingga nantinya akan menghasilkan
benih-benih yang berkualitas, dengan demikian beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk memilih calon induk adalah sebagai berikut :
5.2.1. Spesies
5.2.2. Ukuran
48
Budidaya Ikan Hias Clown
5.2.3. Jenis
Dalam satu spesies biasanya terdapat beberapa jenis dan ini biasanya
ditentukan oleh corak dan warnanya sehingga terkesan unik dimana ikan
seperti ini sangat sulit didapatkan di alam. Biak super black (onyx percula),
Picasso, platinum, sowflake dan jenis-jenis lainnya yang menarik.
5.2.4. Pertumbuhan
Karena ikan ini memiliki jenis yang cukup banyak dan sulit dijelaskan
satu-persatu. Tentang pertumbuhannya akan tetapi beberapa jenis Ikan
Clown memiliki pertumbuhan yang cepat seperti A. clarkii yang dapat
mencapai ukuran 5 cm setelah berumur 2 3 bulan dan ukuran ini sudah
dapat dipasarkan.
49
Budidaya Ikan Hias Clown
5.3.1. Aklimatisasi
50
Budidaya Ikan Hias Clown
5.3.2. Perjodohan
Ikan Clown tidak seperti ikan pada umumnya yang dapat dipijahkan
secara massal karena ikan ini cenderung hidup berpasangan di alam. Oleh
51
Budidaya Ikan Hias Clown
52
Budidaya Ikan Hias Clown
- Pakan
Berbicara masalah pakan tentunya sangat luas cakupannya dan untuk
ikan Ikan Clown belum ada pakan khusus yang dijual dipasaran umum, tidak
seperti pakan ikan koi, pakan udang dan pakan ikan kerapu yang sudah
banyak dijual dan mudah didapatkan dipasaran. Oleh karena itu, dapat
menggunakan pakan kerapu atau pakan ikan lainnya selama pakan tersebut
memenuhi kriteria yang layak. Selain pakan yang memiliki nutrisi yang
lengkap juga harus disesuaikan dengan bukaan mulut ikan agar dapat
dikonsumsi dengan baik. Selain pakan buatan (pellet) sebaiknya juga
diberikan pakan alami atau pakan hidup seperti artemia dewasa, cacing
darah (blood worm) atau udang-udang renik. Pakan alami sangat baik untuk
induk dimana nilai gizinya cukup tinggi, bertahan lama didalam air dan
pergerakannya mengundang perhatian ikan sehingga dengan penggunaan
pakan alami ini, perut ikan akan menjadi buncit akibat kekenyangan.
53
Budidaya Ikan Hias Clown
- Pemberian pakan
Pemberian pakan dilakukan 4 sampai 5 kali sehari atau sesering
mungkin. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.
sebelum pemberian pakan dilakukan sebaiknya aliran air dimatikan agar
pakan tidak terbawa oleh arus air, usahakan pakan yang diberikan (pakan
pellet) dapat termakan sebelum jatuh ke dasar dan menumpuk menjadi
kotoran yang dapat merusak kualitas air. Jadi pakan yang diberikan sedikit
demi sedikit sampai ikan kenyang. Agar ikan betul-betul kenyang maka
dapat ditambahkan pakan hidup berupa artemia dewasa, udang renik atau
cacing darah dimana pakan hidup mempunyai kelebihan seperti
pergerakannya yang mudah direspon oleh ikan serta tahan dalam lama
54
Budidaya Ikan Hias Clown
didalam air. Setelah pakan hidup habis maka airnya dapat dialirkan kembali.
Penambahan vitamin pada pakan dapat dilakukan sesuai petunjuk
penggunaan.
5.3.4. Pengontrolan/pemantauan
55
Budidaya Ikan Hias Clown
56
Budidaya Ikan Hias Clown
Daftar Pustaka
57
Budidaya Ikan Hias Clown
6.1. Pendahuluan
Bak yang digunakan sebaiknya berkapasitas minimal 500 liter atau 0,5 ton,
semakin besar kapasitas bak yang digunakan semkin stabil kualitas airnya
terutama pluktuasi suhunya akan tetapi bak yang digunakan sebaiknya tidak
terlalu besar, agar dapat dioptimalkan maka harus disesuaikan dengan jumlah
induk dan produktifitasnya. Jumlah bak dan volume bak harus diperhitungkan
dimana induk tidak secara bersamaan bertelur dalam waktu yang sama dan
jumlah telur setiap induk berbeda-beda.
58
Budidaya Ikan Hias Clown
59
Budidaya Ikan Hias Clown
Larva yang baru menetas (D-) memiliki kisaran panjang total 3,96+0,18 mm
dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur . Memasuki umur D3
larva berukuran panjang total rata- rata 4,71+0,53 mm dan notochord mulai
mengalami pelenturan dengan sudut + 150o . Pada larva umur 9 (d-9) panjang
total rata rata larva telah mencapai 6, 53 + 0,25 mm, terdapat gigi pada
premaxilla yang terlihat dengan jelas. Sudut lenturan notochord semakin
menyempit dan memendek dan akan menghilang seiring perkembangan
metamorphosis larva.
Pada saat larva berumur 1 hari (D1) sampai 7 hari diberikan pakan hidup
yaitu rotifer dengan kepadatan 5 -10 ekor/ml dan setelah benih berumur lebih
dari 7 hari, jumlah pakan rotifer dikurangi yaitu 3 5 ekor/ml akan tetapi
ditambahkan pakan naupli artemia 2-3 ekor ml dimana larva pada umur ini sudah
mampu mengkonsumsi naupli artemia. Kepadatan pakan rotifer pada awal
pemeliharaan disesuaikan dengan umur larva dan harus dicek setiap hari sebelum
penambahan pakan baru. Kelebihan pakan hidup akan berpengaruh pada oksigen
terlarut, utamanya pada malam hari. Pemberian pakan rotifer dapat dihentikan
setelah semua larva dapat mengkonsumsi naupli artemia, selama larva masih
mengkonsumsi artemia sebaiknya dilakukan penambahan fitoplankton setiap hari
sebagai makanan rotifer. Fioplangkton selain makanan rotifer juga berfungsi
untuk mempertahankan kestabilan kualitas air terutama kecerahan dimana
pengaruh kecerahan yang terlalu tinggi mengakibatkan larva silau yang pada
akhirnya menumpuk di dinding bak. Pemberian naupli artemia juga dapat
dilakukan dengan tolak ukur pada saat warna larva mengalami perubahan dari
hitam menjadi agak kemerahan. Pakan tambahan juga dapat diberikan berupa
60
Budidaya Ikan Hias Clown
pellet setelah umur >10 hari. larva sudah dapat dipindahkan ke wadah
pembesaran setelah berkisar 12 hari pemeliharaan.
Tabel 3. Skema Pemberian pakan selama pemeliharaan larva
Umur larva
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
(hari)
Fitoplankton
Rotifer
Artemia
Pakan Pellet
Pemanenan larva Ikan Clown dapat dilakukan pada saat memasuki umur 12
hari dan dipindahkan ke wadah pemeliharaan benih (akuarium). Larva ikan Ikan
Clown dipanen secara manual dengan menggunakan scoopnet dan diangkat
dengan mangkok plastik secara perlahan. Saat pemanenan, sebelum dipindahkan
kewadah pendederan terlebih dahulu dilakukan penghitungan jumlah benih (SR)
sekaligus pengaturan padat tebar pada akuarium
61
Budidaya Ikan Hias Clown
Daftar Pustaka
Ketut Maha Setiawati, dkk 2011. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Hias Klon
Amphiprion ocellaris dan Amphiprion percula. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut
62
Budidaya Ikan Hias Clown
7.2. Persiapan
63
Budidaya Ikan Hias Clown
pembuangan yang berupa pipa inchi diberikan saringan yang bertujuan untuk
mencegah benih ikut keluar bersama air buangan. Debit air yang masuk
hendaknya harus diatur sehingga tidak terjadi peluapan air yang dapat
mengakibatkan benih ikut terbuang.
Benih Ikan Clown yang telah dipanen dari bak larva dipindahkan ke wadah
pemeliharaan dan hitung jumlah awalnya. Biasanya ukuran awal benih berkisar
0.5 1 cm. padat penebaran benih berkisar 2 5 ekor/liter. Tingkat kepadatan
benih sangat berpengaruh terhadap kelangsung hidupan benih tersebut. Jika
benih terlalu padat, ada kemungkinan benih akan relatif mudah terserang
penyakit. Dan juga laju pertumbuhan akan lebih lambat bila pakan yang diberikan
kurang karena terjadi kompetisi dalam perebutan makanan.
64
Budidaya Ikan Hias Clown
65
Budidaya Ikan Hias Clown
Kematian benih dapat disebabkan antara lain oleh serangan penyakit dan
juga kepadatan yang tinggi, disamping itu faktor internal ikan berupa umur dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan serta faktor
dari luar berupa perubahan lingkungan dan kompetisi antar ikan sangat
menentukan keberhasilan kegiatan pemeliharaan benih.
Pada tahap pendederan, benih Ikan Clown selain pakan pellet, masih
menggunakan pakan hidup berupa naupli artemia. Pakan pellet diberikan 3 kali
sehari dan nauplii artemia diberikan 2 kali sehari. Pemberian pakan pellet
diberikan sekenyangnya. Pemberian pakan pellet diharapkan tidak berlebihan,
karena sisa pakan yang ada di dasar jika tidak segera dibersihkan dapat mengotori
media pemeliharaan. Pemberian pakan yang tepat baik dari segi nutrisi, ukuran
maupun dosis dapat mempercepat laju pertumbuhan.
Pakan pellet yang diberikan pada benih Ikan Clown biasanya yang tidak
cepat tenggelam, karena benih Ikan Clown senang bermain di kolom air dan
apabila sedang lapar benih Ikan Clown cenderung bermain di dekat permukaan
air.
Pakan nauplii artemia diberikan dengan jalan mematikan suplai air laut. Hal
ini bertujuan agar nauplii tidak ikut terbuang bersama air. Setelah nauplii artemia
diperkirakan telah habis, air laut kembali dimasukkan ke wadah pemeliharaan.
66
Budidaya Ikan Hias Clown
7.6. Grading
Proses grading benih Ikan Clown dilakukan jika ukuran benih telah
bervariasi. Tujuan grading ini adalah untuk memisahkan benih berdasarkan
ukurannya. Proses grading dilakukan dengan menggunakan alat grading dan
diusahakan dilakukan dengan cepat untuk menghindari ikan stress. Selain untuk
memisahkan benih berdasarkan ukuran, proses grading juga dilakukan untuk
memisahkan benih berdasarkan warna/ pola warna ikan agar ikan yang bernilai
ekonomis tinggi dapat dikelompokkan tersendiri.
Proses pendederan Ikan Clown biasanya berakhir saat benih telah
berukuran 2 -3 cm. dimana ikan pada ukuran ini diasumsikan telah mampu
beradaptasi dengan media dan lingkungan yang dipelihara di out door.
67
Budidaya Ikan Hias Clown
Daftar Pustaka
Azwar,Z.I., Darti S., Irsyaphiani I., 2007. Ikan Hias Nusantara. Pusat Riset Perikanan
Budidaya. Jakarta
Ketut Maha Setiawati, dkk 2011. Petunjuk Teknis Pembenihan Ikan Hias Klon
Amphiprion ocellaris dan Amphiprion percula. Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Laut Lampung
Miyana, M., Asmanik dan H. Minjoyo. 2011. Pemeiharaan Ikan Clown (A. ocellaris)
Outdoor. Buletin Budidaya Laut. Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung.
68
Budidaya Ikan Hias Clown
69
Budidaya Ikan Hias Clown
70
Budidaya Ikan Hias Clown
71
Budidaya Ikan Hias Clown
72
Budidaya Ikan Hias Clown
73
Budidaya Ikan Hias Clown
74
Budidaya Ikan Hias Clown
75
Budidaya Ikan Hias Clown
76
Budidaya Ikan Hias Clown
77
Budidaya Ikan Hias Clown
78
Budidaya Ikan Hias Clown
79
Budidaya Ikan Hias Clown
80
Budidaya Ikan Hias Clown
81
Budidaya Ikan Hias Clown
82
Budidaya Ikan Hias Clown
83
Budidaya Ikan Hias Clown
9.1. Pendahuluan
Peranan pakan alami belum dapat digantikan oleh pakan buatan, hingga
saat ini belum ada pakan buatan untuk pemeliharan larva ikan yang dapat
sepenuhnya menggantikan peranan pakan alami. Terutama pada masa awal
kehidupannya, ikan membutuhkan pakan yang persyaratannya sangat spesifik dan
kompleks, sebab pencernaan larva masih sederhana sehingga memerlukan
masukkan zat gizi dan enzim dari luar (Isnansetyo dan Kurniastuti, 1995). Dalam
pembuatan pakan buatan untuk larva ikan, beberapa persyaratan tersebut telah
diupayakan untuk dipenuhi, tetapi belum tercapai secara sempurna. Sehingga
pakan alami menjadi salah satu faktor pembatas dalam usaha pembenihan ikan
khususnya pada tahap pemeliharaan larva.
Secara alamiah pakan alami terdiri dari dua golongan besar yaitu
fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Fitoplankton
dalam pembenihan dapat berperan ganda, selain digunakan sebagai pakan dalam
kultur zooplankton, juga digunakan secara langsung dalam bak pemeliharaan
larva. Penambahan fitoplankton dalam media pemeliharaan larva tidak hanya
berfungsi sebagai pakan larva, tetapi juga berfungsi sebagai penyangga kualitas air
dan stok pakan zooplankton dalam bak pemeliharaan larva. Dengan adanya
fitoplankton tersebut maka kualitas nutrisi zooplankton dapat dipertahankan.
Beberapa jenis mikroalga/fitoplankton diketahui efektif menyerap beberapa
senyawa yang bersifat racun bagi larva, dapat meningkatkan oksigen terlarut
karena aktivitas fotosintesis dan mengendalikan kandungan CO 2. Sedangkan
zooplankton dapat dimanfaatkan sebagai Bioenkapsulasi untuk memenuhi
kebutuhan dan meningkatkan kualitas nutrisi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan
dan kelangsungan hidup larva ikan, terutama vitamin yang tidak dapat diproduksi
84
Budidaya Ikan Hias Clown
oleh tubuh larva ikan dan kandungan asam lemak tak jenuh. Permasalahan dapat
timbul pada kondisi budidaya ketika ketersediaan pakan alami tidak memenuhi
kebutuhan oleh karena itu, penguasaan teknik kultur pakan alami merupakan
salah satu aspek penting dalam melakukan pembenihan ikan.
9.2. Fitoplankton
9.2.1. Biologi
85
Budidaya Ikan Hias Clown
86
Budidaya Ikan Hias Clown
87
Budidaya Ikan Hias Clown
88
Budidaya Ikan Hias Clown
Air laut yang telah steril dan diatur salinitasnya (30 ppt) dimasukkan
kedalam wadah kultur, kemudian pupuk dimasukkan sesuai dengan volume
89
Budidaya Ikan Hias Clown
90
Budidaya Ikan Hias Clown
volume kultur. Inokulum yang digunakan dapat berasal dari tahapan kultur
sebelumnya atau wadah kultur lain pada tahapan yang sama jika
mempunyai kualitas yang masih baik.
Tabel 5. Komposisi pupuk untuk kultur skala massal
No Bahan Pupuk Massal Semi Massal Outdoor
Outdoor (ppm) (ppm)
1 KNO3 teknis 100 -
2 NaH2PO4 teknis 15 -
3 UREA - 62
4 ZA - 63
5 TSP - 30
6 FeCl3 teknis 5 5
7 Na2EDTA teknis 5 5
8 Vitamin B12 komersial 0,1 0,1
Ket: Komposisi pupuk dapat berubah sesuai kondisi perairan.
9.2.4. Pemanenan
91
Budidaya Ikan Hias Clown
92
Budidaya Ikan Hias Clown
9.3. Zooplankton
9.3.1. Biologi
93
Budidaya Ikan Hias Clown
94
Budidaya Ikan Hias Clown
1. Rotifer
Kultur semi massal dalam produksi zooplankton (Brachionus sp.)
dilakukan untuk mengantisipasi adanya kematian pada produksi massal
Brachionus sp. wadah kultur berupa aquarium volume 100 liter
memerlukan pengatapan untuk menghindari perubahan suhu dan salinitas
secara ekstrim akibat cuaca. sedangkan skala massal dilakukan pada bak
fiber 1-4 m3 secara outdoor.
Kultur rotifer dimulai dengan mempersiapkan wadah kultur dalam
keadaan steril, kemudian diisi dengan fitoplankton sebanyak 1/3 volume
bak, kemudian benih Rotifer (Brachionus sp.) dimasukkan dengan
kepadatan awal 20-50 ind/ml. Ketersediaan pakan di dalam media kultur
dikontrol setiap hari (secara visual jika pakan telah habis media kultur
rotifer berwarna bening) dalam kondisi ini harus segera ditambah pakan.
Cara menambah pakan adalah dengan menambah/memberikan
langsung fitoplankton ke media kultur rotifer sampai media berwarna hijau
atau memanen rotifer terlebih dahulu dengan metode saring buang untuk
mengurangi volume media dan mengembalikan rotifer ke media kulturnya
kemudian manambahkan fitoplankton, hal ini dilakukan jika kepadatan
rotifer masih rendah. Jenis pakan yang diberikan berupa fitoplankton
(Nannochloropsis sp, dan Chlorella sp., dan lain-lain), dengan perkiraan
jumlah pakan (Nannochloropsis sp.) yang dibutuhkan oleh rotifer selama
satu hari sebanyak 50-100 ribu sel/ml per individu/hari (Ismi, 1996).
Namun jika fitoplankton tersedia dalam jumlah terbatas dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan maka pakan alternatif yang dapat digunakan adalah
ragi roti. Jika pakan yang diberikan adalah ragi roti, maka sebelum diberikan
95
Budidaya Ikan Hias Clown
ragi harus dilarutkan terlebih dahulu dalam air tawar sebelum disebarkan
ke dalam media pemeliharaan rotifer sebanyak 15 gr/m 3 diberikan 2x
sehari.
Pemanenan dapat menggunakan 2 metode yaitu panen harian dan
panen total. Panen harian dilakukan dengan menyaring media kultur
sebanyak 50 % volume kultur, sedangkan sisanya dibiarkan dalam bak
kemudian masukkan fitoplankton sampai mencapai volume semula dan
dilakukan setiap hari sejak mulai panen, bila kondisi bak sudah kotor, maka
harus segera dipanen total sebab kotoran di dalam media pemeliharaan
akan menghambat perkembangan rotifer. Sedangkan panen total dilakukan
dengan cara semua rotifer di dalam bak/media pemeliharaan dipanen total
setiap hari sebagai pakan larva atau dijadikan benih untuk dikultur kembali.
Cara ini dilakukan bila bak-bak pemeliharaan rotifer tersedia cukup banyak
dan rotifer mempunyai kepadatan awal yang tinggi.
Penghitungan kepadatan rotifer sangat penting, khususnya untuk
mengamati pertumbuhan rotifer dan menentukan waktu panen,
penghitungan dapat dilakukan menggunakan pipet volumetrik atau dengan
alat sedgwick rafter dengan bantuan Mikroskop dan hand counter.
2. Artemia sp.
Kultur artemia dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap penetasan kista
artemia dan tahap budidaya artemia.
a. Tahap Penetasan Kista Artemia
Penetasan kista dapat dilakukan secara langsung atau dilakukan
dekapsulasi terlebih dahulu untuk menipiskan/menghilangkan lapisan luar
tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup embrio menggunakan bahan
yang bersifat oksidasi seperti larutan chlorin (NaOCl atau Ca(OCl) 2) dan soda
api (NaOH). Tahapan dekapsulasi adalah: hidrasi, perendaman dengan
larutan hypochlorit 100 ml/100 gr kista atau soda api 35ml/100 gr kista
96
Budidaya Ikan Hias Clown
selama 5-15 menit dengan suhu < 40 oC, kemudian dibilas sampai bau
chlorin hilang. Untuk penetasan langsung, sebelum dimasukkan ke dalam
baka penetasan sebaiknya kista dicuci hingga bersih kemudian direndam
dalam air tawar selama 2 jam untuk mempercepat hidrasi.
Proses penetasan dilakukan dengan memasukkan kista yang sudah
didekapsulasi ke dalam wadah penetasan yang dilengkapi dengan sistem
aerasi kuat. Kepadatan kista dalam bak penetasan berkisar antara 2-3
gr/liter media air laut, dengan salinitas 28-30 ppt. Waktu yang diperlukan
cyste menetas menjadi nauplii artemia berkisar 18-24 jam tergantung jenis
produk cyste dan metode penetasannya.
Pemanenan nauplii dilakukan dengan mematikan aerasi terlebih
dahulu dan menutup bagian atas bak dengan penutup tidak tembus cahaya
dan ditunggu selama 15-30 menit agar nauplii turun ke bagian dasar bak
yang tembus cahaya karena nauplii bersifat fototaksis positif, sedangkan
cangkang naik ke permukaan air. Pemanenan dilakukan dengan cara
membuka kran di bagian dasar bak dan air yang keluar disaring dengan
saringan 120 mikron berbentuk kantong sehingga nauplii tidak lolos,
kemudian dibilas dengan air laut dan dimasukkan dalam wadah berisi air
laut, di aerasi dan siap di berikan ke larva. Bila perlu sebelum diberikan ke
larva, nauplii artemia ini dapat diperkaya nutrisinya dengan menggunakan
enrichment yang diinginkan sesuai kebutuhan.
b. Tahap Budidaya Artemia
Bak pemeliharaan yang sudah bersih disi dengan air laut steril dan
fitoplankton (10% volume air laut pemeliharaan) dan Nauplii artmia ditebar
dengan kepadatan 3,000-5,000 nauplii/liter.
Pemberian pakan mulai dilakukan esok harinya setelah nauplii
mencapai instar II. Pakan yang diberikan dapat berupa fitoplankton dan
pakan tambahan seperti, bekatul, ragi roti, terigu, dan lain-lain. Pemberian
pakan tambahan dilakukan setelah penyaringan bertingkat sampai
97
Budidaya Ikan Hias Clown
diperoleh partikel yang lolos saringan 50 mikron agar mudah dimakan oleh
artemia. Pakan diberikan 2x sehari, Kekeruhan setelah pemberian pakan
yang baik untuk budidaya artemia menurut Sorgeloos, et.al. (1983) berkisar
antara 15-20 cm.
Pemanenan artemia dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan,
artemia setengah dewasa dapat dipanen pada umur 4-10 hari, sedangkan
artemia dewasa setelah 14 hari. Pemanenan dilakukan dengan terlebih
dahulu mematikan aerasi dan ditunggu beberapa saat. Karena artemia
kekurangan oksigen maka akan naik ke permukaan air. Selanjutnya artemia
dapat dipanen dengan menggunakan scope net atau menyipon air pada
bagian permukaan dan disaring dengan saringan berbentuk kantong. Hasil
panen kemudian dibilas dengan air laut bersih, dimasukkan dalam wadah
berisi air laut, di aerasi dan siap digunakan sesuai kebutuhan. Sebelum
diberikan sebagai pakan, artemia ini diperkaya nutrisinya dengan
menggunakan enrichment yang diinginkan sesuai kebutuhan.
Daftar Pustaka
98
Budidaya Ikan Hias Clown
99
Budidaya Ikan Hias Clown
10.1. Pendahuluan
Budidaya Ikan hias, khususnya Nemo atau Ikan Clown sudah menunjukkan
perkembangan yang sangat menggembirakan di Balai Budidaya Laut Ambon. Dari
13 spesies yang dipelihara hampir semuanya sudah berhasil menghasilkan benih
yang siap untuk dipasarkan. Dalam pemasaran ikan hias tentu saja tidak dapat
hanya mengandalkan pasar di Kota Ambon. Berdasarkan pengalaman 6 bulan
terakhir, sudah masuk permintaan untuk memenuhi pasar di Bali, Surabaya, dan
Jakarta. Agar Ikan Clown dapat diterima dengan baik di tangan konsumen, maka
perlu sistem distribusi (panen dan transportasi) yang khusus, mengingat waktu
tempuh yang lumayan lama (dapat sampai 12 jam).
10.2. Tujuan
Memperoleh hasil terbaik (hidup 100%) dalam distribusi ikan hingga ikan
sampai di tangan konsumen.
100
Budidaya Ikan Hias Clown
Peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam Panen dan Packing
adalah sebagai berikut :
a. Air laut
b. Filter bag
c. Plastik Packing (pilihan ukuran: 25 cm dan 10 cm)
d. Karet gelang
e. Box stairofoam
f. Es batu (300 ml)
g. thermometer
h. Koran
i. Plastik transparan
j. Lakban
k. Instalasi Oksigen (tabung oksigen, regulator, selang dan alat tembak
oksigen)
101
Budidaya Ikan Hias Clown
10.3.4. Grading
10.3.5. Pemberokan
102
Budidaya Ikan Hias Clown
Persiapan air untuk mengemas ikan. Air yang digunakan adalah air laut
yang telah disaring dan diturunkan suhunya hingga 250C.
Bila ikan dan air sudah siap, maka isi air pada plastik kemasan
(Diameter 25 cm)sebanyak 4 liter kemudian isi ikan sebanyak 105 ekor.
Setelah itu isi oksigen hingga panjang plastik dapat mencapai ukuran
yang pas atau optimal dengan ukuran box. Setelah oksigen terisi
dengan baik, maka ujung plastik diikat dengan karet gelang. Untuk
plastik ukuran 10 cm maka air yang digunakan hanya 100 ml, dan isi
ikan sebanyak 3 ekor/plastik.
Ikan-ikan yang telah berhasil dikemas dalam plastik, selanjutnya dapat
dimasukan ke dalam stairofoam dan disusun dengan rapi, agar box bisa
memuat plastik kemasan dengan optimal. Untuk keamanan
pengiriman, sebelum melakukan packing sebaiknya lakukan konsultasi
kepada pihak cargo atau maskapai tentang prosedur dan standard
baku pengemasan atau kualitas dari box yang akan digunakan.
Sehingga secara teknis ikan dapat selamat sampai tujuan dan secara
aturan dari maskapai, ikan memenuhi syarat untuk diangkut oleh
pesawat.
103
Budidaya Ikan Hias Clown
11.1. Pendahuluan
Saat ini tidak hanya budidaya ikan hias air tawar yang berkembang dengan
pesat, tetapi geliat budidaya ikan hias air laut juga menunjukkan perkembangan
yang sama. Minat para hobiis tehadap ikan hias air laut yang semakin meningkat
dan mendorong kegiatan usaha budidaya ikan hias laut untuk memperluas ruang
lingkup kegiatannya tidak hanya sebatas pada domestikasi ikan hias dari alam
melainkan merambah pada proses pembenihan hingga pembesarannya. Beberapa
jenis ikan hias air laut yang telah dapat dibenihkan dan dibudidaya secara massal
antara lain Ikan Clown (Amphiprion sp). Minat hobiis pada Ikan Clown adalah
corak warnanya yang beragam dan sangat mencolok. Corak yang beragam dan
warna yang mencolok merupakan kelebihan ikan hias air laut yang kurang dimiliki
oleh ikan hias air tawar.
Keuntungan dari ikan hias hasil budidaya antara lain adalah kemudahannya
dalam pemeliharaannya di akuarium dengan tingkat kematian yang rendah
dibandingkan ikan hasil domestikasi dari tangkapan alam. Kemudahan ini cukup
membantu para hobiis yang masih awam perihal teknik pemeliharaan ikan hias
laut di akuarium. Akan tetapi faktor kemudahan ini menjadikan para hobiis
menjadi lalai dengan kepadatan populasi ikan yang dipelihara di akuarium.
Pemeliharaan ikan hias di akuarium dimana ruang hidup sangat terbatas bagi ikan
yang dipelihara merupakan salah satu pemicu yang dapat menimbulkan masalah
selama pemeliharaan. Banyak faktor yang dapat berkembang menjadi masalah
serius yang ditemukan saat pemeliharaan antara lain penyakit infeksi maupun non
infeksi. Dampak yang tidak diinginkan dan dapat terjadi adalah terjadinya
kematian massal bagi ikan yang dipelihara.
104
Budidaya Ikan Hias Clown
11.2.1. Cryptocaryonosis
105
Budidaya Ikan Hias Clown
11.2.2. Uronemosis
106
Budidaya Ikan Hias Clown
diinfeksi jenis ini antara lain jaringan otot, ginjal maupun hati. Gejala klinis
pada kulit bermula dari adanya foci kecil berwarna putih yang kemudian
berkembang dan menyebar menyebabkan luka dan memudarnya warna
kulit. Pengendalian terhadap parasit ini adalah dengan perendaman
formalin 30 ppm selama 6 jam. Bila infeksi menyebabkan luka pada
permukaan tubuh, maka pengobatan dilanjutkan dengan perendaman
antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri.
11.2.3. Trichodinosis
107
Budidaya Ikan Hias Clown
11.2.4. Amylodinosis
108
Budidaya Ikan Hias Clown
109
Budidaya Ikan Hias Clown
Ketahanan hidup ikan hias saat dibudidaya dipengaruhi oleh banyak faktor
yang saling berkaitan dan berperan penting. Faktor lingkungan seperti parameter
kualitas air baik fisik, kimia maupun biologi yang diperlukan untuk menciptakan
kondisi ekosistem buatan. Disamping itu, faktor individu ikan yang menjadi target
komoditas budidaya dalam kaitannya dengan sifat hidupnya (tingkah laku), dan
faktor manusia yang menjalankan operasional kegiatan budidaya ikan hias itu
sendiri merupakan faktor-faktor yang berperan penting dan baerkaitan satu
dengan lainnya dalam meningkatkan keberhasilan budidaya ikan hias air laut.
110
Budidaya Ikan Hias Clown
Faktor kualitas air merupakan hal pokok yang penting bagi kehidupan ikan
hias. Faktor kualitas air bagi pemelihara ikan laut sedikit lebih sulit dibandingkan
ikan hias air tawar. Ikan laut sangat sensitif terhadap lingkungannya. Umumnya
budidaya ikan hias dilakukan dengan menerapkan sistem resirkulasi air. Sistem ini
dapat menimbulkan masalah bagi ikan bila kestabilan ekosistem tidak terjaga.
Tingginya kandungan racun hasil metabolisme ikan dapat menyebabkan kualitas
air dalam wadah pemeliharaan menurun bahkan dapat menyebabkan ikan
mengalami keracunan dan mati. Sementara penerapan sistem air mengalir
beresiko untuk memungkinkan masuknya parasit patogen ke dalam media
pemeliharaan dan menginfeksi ikan atau cepat kotornya wadah pemeliharaan.
Proses pembersihan wadah pemeliharaan dapat menyebabkan ikan menjadi
stress. Perubahan parameter fisik maupun kimia air pada saat proses pergantian
media pemeliharaan juga dapat memicu stress. Kisaran suhu yang dapat ditolelir
oleh ikan hias air laut tropis termasuk Ikan Clown adalah 24 30oC. Pada
budidaya dengan menerapkan sistem resirkulasi, penambahan air baru dapat
menyebabkan penurunan suhu air yang dapat menimbulkan stress pada ikan.
Sebaiknya ikan diadaptasikan kembali dengan suhu air yang baru ditambahkan.
Penambahan air terutama air tawar juga diperlukan untuk mengurangi tingginya
kadar garam akibat penguapan. Salinitas optimal yang diperlukan berkisar antara
33 35 ppt. Selain salinitas, kadar keasaman air (pH) juga penting bagi
pemeliharaan yang menerapkan sistem resirkulasi. Meskipun air laut memiliki
sistem alkalinitas untuk menyangga kestabilan pH, kondisi tersebut akan
mengalami drop atau penurunan pH menjadi lebih acid akibat hasil respirasi,
limbah metabolik maupun nitrit acid dari proses filter biologi bilamana tidak
dilakukan antisipasi dengan penyedotan kotoran dan pergantian air secara
berkala. pH air laut sebaiknya berkisar 7,8 8,5. Parameter penting lainnya
adalah ketersediaan oksigen terlarut dalam air. Oksigen merupakan kebutuhan
mutlak setiap ikan yang dibudidaya. Kekurangan oksigen menyebabkan ikan
111
Budidaya Ikan Hias Clown
Daftar Pustaka
112
Budidaya Ikan Hias Clown
12.1. Pendahuluan
113
Budidaya Ikan Hias Clown
Dalam membuat analisa usaha pembenihan Clown fish ini asumsi yang
digunakan untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan, antara lain
adalah :
Harga jual benih Clown fish biasa size 3-4 cm Rp. 3.000,-
Jumlah induk yang digunakan sebanyak 20 pasang
Jumlah produksi benih persiklus = 5.000 ekor/siklus x 6 = 30.000 ekor
Nilai Penyusutan adalah 20% dari total Biaya Tetap
12.2. Pembiayaan
114
Budidaya Ikan Hias Clown
115
Budidaya Ikan Hias Clown
116
Budidaya Ikan Hias Clown
117
Budidaya Ikan Hias Clown
Analisis BEP atau titik impas atau titik pulang pokok adalah suatu
metode yang mempelajari hubungan antara biaya, keuntungan, dan volume
produksi. Usaha dinyatakan layak bila nilai BEP produksi lebih besar dari
jumlah unit yang sedang di produksi saat ini. Sementara BEP harga harus
lebih rendah dari harga yang berlaku saat ini (Rangkuti, 2012).
Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum
volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu BEP dapat
dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan
sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan.
Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya
atau modal (baik untuk modal tetap atau variabel), harga jual dan tingkat
produksi. Secara sistematis BEP dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Biaya
BEP Produksi =
Harga Penjualan
Rp. 70.600.000,
BEP Produksi =
Rp. 3.000,
BEP Produksi = 23533.33
118
Budidaya Ikan Hias Clown
Hal ini menunjukkan bahwa titik impas atau kondisi dimana usaha
budidaya Ikan Clown tidak memperoleh keuntungan dan tidak memperoleh
kerugian akan dicapai pada saat produksi mencapai 23.533 ekor.
Total Biaya
BEP Harga =
Total Produksi
Rp. 70.600.000,
BEP Harga =
30.000 ekor
BEP Harga = 2353.33
Dari perhitungan di atas menunjukkan bahwa usaha budidaya clown
fish akan memperoleh titik impas pada saat harga jual sebesar Rp. 2.353,-
119
Budidaya Ikan Hias Clown
Daftar Pustaka
120