Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
TEKNIS
AKUNTANSI PENDAPATAN
BERBASIS AKRUAL
BIRO KEUANGAN
SEKRETARIAT JENDERAL
PETUNJUK TEKNIS
AKUNTANSI PENDAPATAN
BERBASIS AKRUAL
BIRO KEUANGAN
SEKRETARIAT JENDERAL
KATA PENGANTAR
TTD
Airlangga Hartarto
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
ii
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR 79/M-IND/PER/12/2016
iii
PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 79/M-IND/PER/12/2016
TENTANG
-2-
10. Keputusan Presiden Nomor 83/P Tahun 2016 tentang
Penggantian Beberapa Menteri Negara Kabinet Kerja
Periode 2014-2019;
11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 219/PMK.05/2013
tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1623);
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 270/PMK.05/2014
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat;
13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 107/M-
IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perindustrian (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1805);
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
-3-
utama/operasional entitas dan kegiatan yang bukan
merupakan tugas dan fungsi.
4. Pendapatan LO adalah hak pemerintah sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
5. Pendapatan Diterima di Muka adalah pendapatan bukan
pajak yang sudah diterima di rekening kas negara tetapi
belum menjadi hak pemerintah sepenuhnya karena
masih melekat kewajiban pemerintah untuk memberikan
barang/jasa.
Pasal 2
-4-
Pasal 3
Pasal 4
-5-
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
-6-
Pasal 9
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 09 Desember 2016
MENTERI PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA
TTD
AIRLANGGA HARTARTO
-7-
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 79/M-IND/PER/12/2016
TENTANG PETUNJUK TEKNIS AKUNTANSI
PENDAPATAN BERBASIS AKRUAL DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Maksud dan Tujuan
I.3. Sasaran
I.4. Ruang Lingkup
1
I. PENDAHULUAN
2
b. Pendapatan akrual diakui hanya apabila jumlah dan waktu ketertagihan
dapat diperkirakan secara handal, atau kemungkinan realisasi
pendapatan akrual (ketertagihan) adalah besar (probable). Apabila tak
memenuhi syarat tersebut, pendapatan diakui saat pendapatan diterima
dan dicatat sebesar penerimaan tersebut (basis kas karena alasan
kepraktisan akuntansi/expediency).
c. Sesuai Paragraf 19, Lampiran 1.13 PSAP, Pendapatan-LO diakui,
tergantung mana yang lebih dahulu terjadi penerimaan kas atau hak
tagih : (1) pada saat tunai pendapatan diterima (Paragraph 22) atau (2)
pada saat timbulnya hak atas pendapatan yaitu pada saat timbulnya hak
untuk menagih pendapatan (Paragraf 20) atau pada saat timbulnya hak
untuk menagih imbalan (Paragraph 21).
d. Pendapatan-LO yang dapat menyebabkan munculnya piutang pajak atau
piutang bukan pajak dalam neraca sesuai Paragraf 49 Lampiran 1.02
PSAP 01.
e. Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan
membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah nettonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
f. Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya)
bersifat variable terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat
diestimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas
bruto dapat dikecualikan.
Selain ketentuan umum diatas, terdapat ketentuan khusus pada
Pendapatan-LO, khususnya untuk koreksi dan pengembalian pendapatan
sebagai berikut:
a. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas
pendapatan-LO pada periode penerimaan maupun pada periode
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan (PSAP No.12
paragraf 29).
b. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)
atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan
3
dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama
(PSAP No.12 paragraf 30).
c. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring)
atas pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut (PSAP No.12 paragraf 31).
Dalam rangka pengelolaan Pendapatan-LO yang berlaku di
lingkungan Kementerian Perindustrian maka diperlukan petunjuk teknis
akuntansi pendapatan berbasis akrual yang berlaku sebagai kebijakan
akuntansi yang diterapkan dalam pelaporan keuangan pada seluruh entitas
akuntansi dan entitas pelaporan Kementerian Perindustrian.
I.3. Sasaran
Sasaran Petunjuk Teknis Akuntansi Berbasis Akrual di lingkungan
Kementerian Perindustrian adalah terciptanya laporan keuangan di
lingkungan Kementerian Perindustrian yang sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
4
I.4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Petunjuk Teknis Akuntansi Berbasis Akrual di
lingkungan Kementerian Perindustrian meliputi:
a. Pendapatan Negara di lingkungan Kementerian Perindustrian yang
menguraikan mengenai gambaran umum pendapatan negara di
lingkungan Kementerian Perindustrian, pendapatan negara yang
dikelola oleh satuan kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal,
pendapatan negara yang dikelola oleh satuan kerja di lingkungan
Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, dan kodifikasi akun
pendapatan; dan
b. Kebijakan Akuntansi Pendapatan Berbasis Akrual di lingkungan
Kementerian Perindustrian yang menguraikan mengenai pengakuan,
pengukuran, penyajian, pengungkapan, dan ilustrasi jurnal.
5
II. PENDAPATAN NEGARA DI LINGKUNGAN
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
6
PNBP yang berlaku di Kementerian Perindustrian diatur dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2011 tentang Jenis dan Tarif
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian
Perindustrian. Jenis PNBP yang berlaku pada Kementerian Perindustrian
meliputi penerimaan dari jasa pelayanan:
a. pelatihan dan sarana pelatihan;
b. penyelenggaraan pendidikan;
c. teknis pengujian dan kalibrasi;
d. pelatihan teknis;
e. inspeksi teknik;
f. teknis mesin;
g. teknis sertifikasi;
h. teknis konsultansi; dan
i. di bidang perindustrian yang berasal dari kerjasama dengan pihak
lain.
Dalam rangka pengelolaan Pendapatan LO, jenis PNBP yang berlaku
pada Kementerian Perindustrian dapat dibagi dalam tiga kelompok besar,
sebagai berikut:
a. Pendapatan dari Jasa Pelatihan dan Sarana Pelatihan
b. Pendapatan dari Jasa Penyelenggaraan Pendidikan; dan
c. Pendapatan dari Jasa Pelayanan Teknis.
7
II.2.1 Pendapatan dari Pelatihan dan Sarana Pelatihan
Pendapatan dari jasa pelatihan dan sarana pelatihan adalah hak
pemerintah yang berasal dari pendapatan atas jasa pelatihan dan sarana
pelatihan yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan. Satuan kerja di lingkungan Sekretariat
Jenderal yang mengelola pendapatan dari jasa pelatihan dan sarana
pelatihan adalah Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri. Pendapatan dari
jasa tersebut dikodifikasi dalam akun Pendapatan Pendidikan Lainnya
(423519).
Penerimaan atas pendapatan dari jasa pelatihan dan sarana pelatihan
harus dilakukan di muka sebelum pekerjaan dilaksanakan. Pendapatan
dari jasa pelatihan dan sarana pelatihan diakui pada saat pekerjaan telah
diselesaikan, yang ditandai dengan selesainya pemberian jasa. Apabila
pembayaran diterima dari pelanggan dan jasa belum dilaksanakan atau
belum diselesaikan sampai dengan akhir periode pelaporan, maka satuan
kerja mengakui sebagai Pendapatan Diterima di Muka sebesar nilai jasa
yang belum dilaksanakan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) pendapatan dari jasa pelatihan
dan sarana pelatihan:
1. Pengguna jasa layanan mengajukan permintaan pelatihan dan sarana
pelatihan kepada satuan kerja.
2. Bendahara Penerimaan menghitung jumlah harga/biaya pelatihan dan
sarana pelatihan.
3. Pengguna jasa yang bersangkutan membayar kepada bank penerima
setoran atau Bendahara Penerimaan/Pembantu Bendahara
Penerimaan.
4. Bendahara Penerimaan memeriksa pelunasan pelatihan dan sarana
pelatihan.
5. Bendahara Penerimaan membuat invoice/faktur pelunasan pelatihan
dan sarana pelatihan.
8
6. Atasan langsung memeriksa invoice/faktur pelunasan pelatihan dan
sarana pelatihan, kemudian menandatandatangani invoice/faktur
pelunasan pelatihan dan sarana pelatihan.
7. Pengguna jasa menerima invoice dan tembusannya diberikan kepada
Bendahara Penerimaan untuk diarsipkan.
8. Bendahara Penerimaan membuat laporan bulanan transaksi
pembayaran jasa pelatihan dan sarana pelatihan.
9. Bendahara Penerimaan melakukan penyetoran PNBP ke Kas Negara
dengan menggunakan Sistem Informasi PNBP Online atau SIMPONI
segera setelah uang diterima.
10. Bukti setoran Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dilaporkan kepada
petugas Sistem Akuntansi Keuangan.
9
Pendapatan dari jasa penyelenggaraan pendidikan yang dikelola
satuan kerja tersebut di atas dikodifikasi dalam akun:
a. Pendapatan Uang Pendidikan (423511)
Penerimaan atas Pendapatan Uang Pendidikan harus dilakukan di
muka sebelum pekerjaan dilaksanakan. Pendapatan pendidikan
tersebut diakui pada saat pekerjaan telah diselesaikan, yang ditandai
dengan berakhirnya periode pendidikan semester genap/ganjil.
Apabila pembayaran diterima dari pelanggan dan jasa belum
dilaksanakan atau belum diselesaikan sampai dengan akhir periode
pelaporan, maka satuan kerja mengakui sebagai Pendapatan Diterima
di Muka sebesar nilai jasa yang belum dilaksanakan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pendapatan Uang Pendidikan:
1. Peserta didik melakukan pembayaran uang pendidikan melalui
Bendahara Penerimaan atau langsung ke rekening Bendahara
Penerimaan.
2. Bendahara Penerimaan memperoleh data peserta didik dari
subbagian administrasi akademik/bagian kesiswaan kemudian
Atasan Bendahara Penerimaan melakukan validasi atas
pembayaran uang pendidikan pada awal semester genap/gasal.
3. Bendahara Penerimaan menyampaikan hasil validasi ke
subbagian akademik/bagian kesiswaan setiap akhir bulan.
4. Bendahara Penerimaan menerbitkan data pendapatan yang masih
harus diterima setiap semester.
5. Bendahara Penerimaan melakukan penyetoran PNBP ke Kas
Negara dengan menggunakan Sistem Informasi PNBP Online atau
SIMPONI segera setelah uang diterima.
6. Bukti setoran Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dilaporkan
kepada petugas Sistem Akuntansi Keuangan.
10
b. Pendapatan Uang Ujian Masuk, Kenaikan Tingkat dan Akhir
Pendidikan (423512)
Penerimaan atas pendapatan uang ujian masuk, kenaikan tingkat dan
akhir pendidikan harus dilakukan di muka sebelum pekerjaan
dilaksanakan. Pendapatan uang ujian masuk, kenaikan tingkat dan
akhir pendidikan tersebut diakui pada saat pekerjaan telah
diselesaikan, yang ditandai dengan berakhirnya periode pendidikan
semester genap/ganjil.
Apabila pembayaran diterima dari pelanggan dan jasa belum
dilaksanakan atau belum diselesaikan sampai dengan akhir periode
pelaporan, maka satuan kerja mengakui sebagai Pendapatan Diterima
di Muka sebesar nilai jasa yang belum dilaksanakan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pendapatan Uang Ujian Masuk,
Kenaikan Tingkat dan Akhir Pendidikan:
1. Bendahara Penerimaan memperoleh data peserta didik dari
subbagian administrasi akademik/bagian kesiswaan pada awal
semester genap/gasal.
2. Calon peserta didik melakukan pembayaran uang ujian masuk,
kenaikan tingkat dan akhir pendidikan melalui Bendahara
Penerimaan atau langsung ke rekening Bendahara Penerimaan.
3. Bendahara Penerimaan melakukan rekonsiliasi dengan data bank
setiap hari kerja.
4. Bendahara Penerimaan melakukan penyetoran PNBP ke Kas
Negara dengan menggunakan Sistem Informasi PNBP Online atau
SIMPONI segera setelah uang diterima.
5. Bukti setoran Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dilaporkan
kepada petugas Sistem Akuntansi Keuangan.
11
Apabila pembayaran diterima dari pelanggan dan jasa belum
dilaksanakan atau belum diselesaikan sampai dengan akhir periode
pelaporan, maka satuan kerja mengakui sebagai Pendapatan Diterima
di Muka sebesar nilai jasa yang belum dilaksanakan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pendapatan Pendidikan Lainnya:
1. Bendahara Penerimaan memperoleh data dari subbagian
administrasi akademik/bagian kesiswaan pada awal semester
genap/gasal.
2. Peserta didik melakukan pembayaran melalui Bendahara
Penerimaan atau langsung ke rekening Bendahara Penerimaan.
3. Bendahara Penerimaan melakukan rekonsiliasi dengan data bank
setiap hari kerja.
4. Bendahara Penerimaan melakukan penyetoran PNBP ke Kas
Negara dengan menggunakan Sistem Informasi PNBP Online atau
SIMPONI segera setelah uang diterima.
5. Bukti setoran Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dilaporkan
kepada petugas Sistem Akuntansi Keuangan.
12
i. Balai Riset dan Standardisasi Industri yang berada di Surabaya, Banda
Aceh, Medan, Padang, Palembang, Pontianak, Banjar Baru, Samarinda,
Manado, Ambon; dan
j. Balai Sertifikasi Industri.
13
e. jasa pelayanan teknis sertifikasi, yaitu jasa pelayanan teknis berupa
Sertifikasi Produk Penggunaan Tanda Standar Nasional Indonesia
untuk produk-produk tertentu yang dipasarkan di Indonesia atau
sertifikasi sistem manajemen mutu tertentu. Dalam kegiatan sertifikasi,
terdapat kegiatan-kegiatan audit dokumen, audit lapangan, serta
proses review dan evaluasi teknis dari hasil audit;
f. jasa pelayanan teknis konsultasi, yaitu jasa pelayanan teknis berupa
jasa konsultasi dan praktek kepada dunia industri dalam hal teknologi
dan proses industri, sistem manajemen mutu, penyusunan Standar
Nasional Indonesia (SNI), upaya kelola lingkungan atau pemantauan
lingkungan, instansi pengolahan air limbah, dan jasa konsultasi
industri lainnya; dan
g. jasa pelayanan di bidang perindustrian yang berasal dari kerjasama
dengan pihak lain, yaitu jasa pelayanan yang diberikan oleh satuan
kerja atas kesepakatan kerja sama dengan pihak industri, yang
biasanya meliputi jasa:
1. penelitian dan pengembangan;
2. pelatihan;
3. rancang bangun dan perekayasaan industri; dan
4. pelayanan teknologi informasi.
14
sampai dengan akhir periode pelaporan, maka satuan kerja mengakui
sebagai Pendapatan Diterima di Muka sebesar nilai jasa yang belum
dilaksanakan.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pendapatan Jasa Pelayanan
Teknis Yang Diterima Sebelum Jasa Layanan Diberikan:
1. Pengguna jasa layanan mengajukan permintaan Jasa Layanan
Teknis kepada satuan kerja bersangkutan.
2. Petugas penerima contoh menghitung jumlah harga/biaya jasa
pelayanan Teknis tersebut.
3. Bendahara Penerimaan membuat invoice sejumlah biaya yang
telah ditetapkan.
4. Pengguna jasa layanan melakukan pembayaran baik secara tunai
melalui Bendahara Penerimaan atau Pembantu Bendahara
Penerimaan maupun transfer kepada rekening Bendahara
Penerimaan sebelum pekerjaan dilakukan.
5. Bendahara Penerimaan membuat kuitansi untuk Pengguna Jasa
Layanan yang telah melakukan pembayaran secara tunai.
6. Bendahara Penerimaan memeriksa pembayaran tagihan jasa
pelayanan teknis bagi Pengguna Jasa Layanan yang melakukan
pembayaran secara transfer ke rekening Bendahara Penerimaan.
7. Bendahara Penerimaan melakukan penyetoran PNBP ke Kas
Negara dengan menggunakan Sistem Informasi PNBP Online atau
SIMPONI segera setelah uang diterima.
8. Bukti setoran Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dilaporkan
kepada petugas Sistem Akuntansi Keuangan.
9. Pelaksana teknis melaksanakan pekerjaan jasa pelayanan teknis
tersebut hingga selesai.
10. Satuan kerja yang bersangkutan menerbitkan sertifikat atau
laporan lain yang menandakan pekerjaan telah selesai dilakukan.
11. Bendahara Penerimaan mencatat tanggal penerbitan sertifikat
atau laporan lain yang menandakan pekerjaan telah selesai
dilakukan.
15
12. Satuan kerja yang bersangkutan memberikan sertifikat atau
laporan lain yang menandakan pekerjaan telah selesai dilakukan
kepada pengguna jasa layanan setelah dipastikan semua biaya
telah dibayar.
16
6. Bendahara Penerimaan membuat invoice/surat tagihan
berdasarkan prestasi kerja sesuai dengan kontrak kerjasama atau
bentuk perjanjian perjanjian lain yang telah disepakati.
7. Bendahara Penerimaan dan Petugas SAK mencatat piutang dan
mengakui pendapatan berdasarkan Surat Tagihan yang telah
dikirimkan.
8. Bendahara Penerimaan membuat kuitansi untuk Pengguna jasa
layanan yang telah melakukan pembayaran secara tunai atau
Bendahara Penerimaan mengecek pembayaran di bank bagi
pengguna jasa layanan yang melakukan pembayaran secara
transfer ke rekening Bendahara Penerimaan.
9. Jika pembayaran telah diterima, Bendahara Penerimaan dan
Petugas SAK mencatat pelunasan piutang.
10. Bendahara Penerimaan melakukan penyetoran PNBP ke Kas
Negara dengan menggunakan Sistem Informasi PNBP Online atau
SIMPONI segera setelah uang diterima.
11. Bukti setoran Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) dilaporkan
kepada petugas Sistem Akuntansi Keuangan.
12. Bendahara Penerimaan mencatat tanggal penerbitan sertifikat
atau laporan lain yang menandakan pekerjaan telah selesai
dilakukan.
13. Satuan kerja yang bersangkutan memberikan sertifikat atau
laporan lain yang menandakan pekerjaan telah selesai dilakukan
kepada pengguna jasa layanan setelah dipastikan semua biaya
telah dibayar.
17
II.4. Kodifikasi Akun Pendapatan
18
III. KEBIJAKAN AKUNTANSI
PENDAPATAN BERBASIS AKRUAL
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
III.1 Pengakuan
Pendapatan-LO diakui pada saat diselesaikannya Jasa dari seluruh
layanan jasa yang dimintakan atau yang dipesan. Namun demikian untuk
memperoleh layanan, wajib bayar pada umumnya harus terlebih dahulu
melakukan pembayaran. Oleh karena itu Pendapatan-LO terlebih dahulu
diakui sebagai Pendapatan-LO pada saat diterimanya pembayaran dari
wajib bayar.
Selanjutnya pada akhir periode berjalan, dilakukan penyesuaian atas
nilai jasa yang belum dapat diakui sebagai Pendapatan-LO, karena belum
diselesaikannya pelaksanaan/pemberian Jasa yang diminta atau yang
dipesankan oleh wajib bayar. Atas nilai pembayaran yang telah diterima,
namun pemberian jasa belum diselesaikan, maka sejumlah nilai jasa yang
belum diberikan tersebut diakui sebagai Pendapatan Diterima Dimuka
dengan mengkoreksi akun Pendapatan-LO.
19
Dalam kondisi tertentu, misalnya berdasarkan suatu
kontrak/perjanjian khusus, maka pembayaran atas Layanan Jasa dapat
dilakukan setelah Jasa diberikan. Dalam hal ini, pengakuan Pendapatan-LO
adalah saat telah diselesaikannya pelaksanaan/pemberian Jasa, walaupun
pembayaran belum diterima dengan mengakui adanya Piutang Bukan
Pajak.
III.2 Pengukuran
Pendapatan Jasa dicatat sebesar nilai rupiah atas Layanan Jasa yang
diberikan, baik yang pembayarannya telah diterima oleh satuan kerja,
maupun yang belum diterima.
Apabila dalam perhitungan Pendapatan-LO melibatkan satuan waktu,
maka digunakan satuan waktu bulanan dengan pembulatan ke atas dengan
jumlah hari yang diperhitungkan. Sedangkan apabila dalam perhitungan
bagian Pendapatan-LO melibatkan satuan mata uang rupiah, maka
digunakan angka ribuan dengan pembulatan ke bawah dengan jumlah
rupiah yang diperhitungkan, kecuali perhitungan sisa pada
pembayaran/perhitungan bagian terakhir, maka tetap menggunakan angka
satuan mata uang rupiah tanpa pembulatan.
Nilai yang diakui sebagai Pendapatan-LO tidak memperhatikan
apakah pembayaran/pelunasan atas jasa yang telah diterima atau belum,
termasuk apakah pembayaran dilakukan melalui Kas Negara atau
Bendahara Penerimaan.
III.3 Penyajian
Terdapat beberapa komponen Laporan Keuangan yang terpengaruh
langsung dari kebijakan Pendapatan-LO, yaitu Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca.
Dalam hal terdapat pembayaran yang telah diterima, namun
pemberian jasa belum diselesaikan, maka sejumlah nilai jasa yang belum
diberikan tersebut diakui sebagai Pendapatan Diterima Dimuka yang
disajikan di Neraca. Disamping itu, apabila terdapat nilai yang masih belum
20
dibayarkan oleh wajib bayar, sedangkan pada akhir periode Jasa telah
diselesaikan atau telah diberikan kepada wajib bayar, maka diakui sebagai
Pendapatan-LO di Laporan Operasional bersamaan dengan pengakuan
Piutang di Neraca.
III.4 Pengungkapan
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK), pada bagian
penjelasan atas Pos Pendapatan-LO, dijelaskan beberapa informasi sebagai
berikut:
a. Penjelasan umum mengenai Pendapatan, antara lain dasar hukum
diperolehnya pendapatan, jenis-jenis pendapatan, sumber pendapatan,
dan informasi terkait lainnya.
b. Realisasi Pendapatan-LO pada periode berjalan dan disandingkan
dengan Realisasi Pendapatan-LO pada periode sebelumnya.
c. Penjelasan mengenai kondisi yang menjadi penyebab
meningkatnya/menurunnya Pendapatan-LO periode berjalan
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
d. Penjelasan rinci mengenai Perbedaan Nilai Pendapatan-LO
dibandingkan dengan Pendapatan-LRA Tahun Anggaran berkenaan
untuk periode yang dilaporkan, antara lain:
1. Penjelasan mengenai nilai Pendapatan-LO yang berasal dari
pengakuan Piutang pada akhir periode berjalan;
2. Nilai koreksi dan penjelasan bahwa sebagian Pendapatan-LO yang
berasal dari Pendapatan-LRA tidak diakui karena sudah diakui
sebagai Pendapatan-LO pada periode sebelumnya;
3. Penjelasan mengenai nilai Pendapatan-LO tahun berjalan yang
dikoreksi menjadi Pendapatan Diterima Dimuka, karena belum
diselesaikannya proses pemberian jasa/layanan kepada wajib
bayar pada akhir periode pelaporan;
4. Nilai koreksi dan penjelasan bahwa sebagian Pendapatan-LO
tahun anggaran berjalan berasal dari pendapatan-LRA yang sudah
diterima pada tahun anggaran sebelumnya karena pada periode
21
sebelumnya diakui sebagai Pendapatan-LO, karena belum
diselesaikannya proses pemberian jasa/layanan kepada wajib
bayar pada akhir periode pelaporan sebelumnya;
5. Penjelasan Penyesuaian/Koreksi Lainnya; dan
6. Kontrak layanan jasa teknis dan progress penyelesaiannya. Dalam
hal jumlahnya banyak, maka dapat disampaikan dalam bentuk
kelompok progres penyelesaian dan nilai dari masing-masing
kelompok.
22
SATKER INDUSTRI
NERACA
Per 31 Desember 2016 dan 2015
Uraian 2016 2015
ASET
Kas di Bendahara Penerimaan 35.000.000 25.000.000
Piutang 105.000.000 100.000.000
Persediaan 15.000.000 15.000.000
Aset Tetap 1.000.000.000 1.000.000.000
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (350.000.000) (300.000.000)
JUMLAH ASET 805.000.000 840.000.000
KEWAJIBAN
Pendapatan Diterima Dimuka 95.000.000 55.000.000
JUMLAH KEWAJIBAN 95.000.000 55.000.000
JUMLAH EKUITAS 710.000.000 785.000.000
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 805.000.000 840.000.000
23
SATKER INDUSTRI
LAPORAN OPERASIONAL
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2016 dan 2015
Kegiatan Operasional 2016 2015
Pendapatan 500.000.000 450.000.000
Beban (570.000.000) (520.000.000)
Surplus/(Defisit) dari Kegiatan
(70.000.000) (70.000.000)
Operasional
Surplus/(Defisit) dari Kegiatan Non
- -
Operasional
Surplus/(Defisit) dari Pos Luar Biasa - -
SURPLUS/(DEFISIT) LO (70.000.000) (70.000.000)
SATKER INDUSTRI
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2016 dan 2015
Uraian 2016 2015
Saldo Ekuitas Awal 785.000.000 785.000.000
Surplus/(Defisit) LO (70.000.000) (70.000.000)
Transaksi Antar Entitas
- DDEL (525.000.000) (450.000.000)
- DKEL 520.000.000 520.000.000
Kenaikan/(Penurunan) Ekuitas - -
SALDO EKUITAS AKHIR 710.000.000 785.000.000
24
(1) Pencatatan Kas di Bendahara Penerimaan (pada akhir periode
sebelumnya/2015).
Pada akhir periode sebelumnya, untuk mencatat saldo kas di
Bendahara Penerimaan, maka dibuat jurnal Penyesuaian sebagai
berikut :
25
Jurnal (2) Transaksi 31 Desember 2015
Akun Uraian Akun Debet Kredit
1xxxxx Piutang Bukan Pajak 100.000.000
423xxx Pendapatan-LO Jasa 100.000.000
Mencatat Piutang atas Pendapatan-LO yang sudah dapat diterima,
khususnya yang berasal dari Kontrak Layanan Jasa sebesar
Rp.100.000.000
(4) Pada awal tahun anggaran, satker melakukan Jurnal Balik atas
Saldo Pendapatan Diterima Dimuka yang telah dicatat sebagai
pengurang pendapatan Jasa pada Tahun Anggaran sebelumnya,
dengan jurnal sebagai berikut :
26
Jurnal (4) Transaksi 2 Januari 2016
Akun Uraian Akun Debet Kredit
219212 Pendapatan Diterima Dimuka 55.000.000
423xxx Pendapatan Jasa 55.000.000
Jurnal balik atas nilai Pendapatan Diterima Dimuka yang merupakan
jurnal penyesuaian pada akhir periode pelaporan tahun sebelumnya
sebesar Rp.55.000.000
(5) Pada awal tahun anggaran, satker juga melakukan Jurnal Balik
atas saldo Piutang yang telah dicatat sebagai Pendapatan Jasa pada
tahun anggaran sebelumnya, dengan jurnal sebagai berikut :
27
(7) Atas penyetoran ke Kas Negara yang dilakukan oleh Bendahara
Penerimaan, yang berasal dari nilai PNBP yang ada di Bendahara
Penerimaan pada akhir periode pelaporan tahun sebelumnya, maka
dibuat jurnal penyesuaian/koreksi sebagai berikut :
28
(9) Pada akhir periode pelaporan/tahun anggaran berjalan, apabila
masih terdapat saldo kas di Bendahara Penerimaan, maka dicatat
dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut :
29
Pengakuan Pendapatan Jasa adalah saat telah diselesaikannya
pemberian jasa/fasilitas layanan. Pada prinsipnya, penerimaan
untuk memperoleh jasa/fasilitas layanan dilakukan terlebih
dahulu, sebelum layanan diberikan.
Namun demikian, dalam kondisi tertentu, dimungkinkan adanya
tunggakan atas nilai PNBP yang seharusnya sudah diterima oleh
satker dimaksud.
11) Oleh karena itu, maka terdapat dua kondisi yang berpengaruh
terhadap perlakuan akuntansi atas masing-masing kondisi
dimaksud sebagai berikut :
- Apabila jasa/fasilitas layanan belum selesai diberikan, maka
tidak ada jurnal (no entry) karena belum memenuhi kriteria
pengakuan pendapatan;
- Apabila jasa/fasilitas layanan telah diberikan, maka dilakukan
jurnal penyesuaian pada akhir periode pelaporan tahun
anggaran berjalan, dengan mencatat piutang dari Pendapatan-
LO yang seharusnya sudah diterima, khususnya yang berasal
dari Kontrak Layanan Jasa Teknis, sebagai berikut :
30
Tahun Anggaran 2016
423xxx-Pendapatan-LO Jasa Teknis 1xxxxx-Kas di Bendahara Penerimaan
Debet/
Tgl Transaksi Debet/(Kredit) Saldo D/(K) Tgl Transaksi Saldo D/(K)
(Kredit)
Saldo
2/1 J-Balik (55.000.000) (55.000.000) 2/1 (25.000.000)
Awal
2/1 J-Balik 100.000.000 45.000.000 7/1 J- Peny (25.000.000) 0
7/1 SSBP (25.000.000) 20.000.000 31/12 J- Peny 35.000.000 35.000.000
7/1 J-Peny 25.000.000 45.000.000
30/6 SSBP (500.000.000) (455.000.000)
31/12 J-Peny (35.000.000) (490.000.000)
31/12 J-Peny 95.000.000 (395.000.000)
31/12 J-Peny (105.000.000) (500.000.000)
31
SATKER INDUSTRI
LAPORAN OPERASIONAL
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2016 dan 2015
Kegiatan Operasional 2016 2015
Pendapatan 500.000.000 450.000.000
Beban (570.000.000) (520.000.000)
Surplus/(Defisit) dari Kegiatan
(70.000.000) (70.000.000)
Operasional
Surplus/(Defisit) dari Kegiatan Non
- -
Operasional
Surplus/(Defisit) dari Pos Luar Biasa - -
SURPLUS/(DEFISIT) LO (70.000.000) (70.000.000)
SATKER INDUSTRI
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Untuk Tahun yang Berakhir pada 31 Desember 2016 dan 2015
Uraian 2016 2015
Saldo Ekuitas Awal 785.000.000 785.000.000
Surplus/(Defisit) LO (70.000.000) (70.000.000)
Transaksi Antar Entitas
- DDEL (525.000.000) (450.000.000)
- DKEL 520.000.000 520.000.000
Kenaikan/(Penurunan) Ekuitas - -
SALDO EKUITAS AKHIR 710.000.000 785.000.000
32
SATKER INDUSTRI
NERACA
Per 31 Desember 2016 dan 2015
Uraian 2016 2015
ASET
Kas di Bendahara Penerimaan 35.000.000 25.000.000
Piutang 105.000.000 100.000.000
Persediaan 15.000.000 15.000.000
Aset Tetap 1.000.000.000 1.000.000.000
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap (350.000.000) (300.000.000)
JUMLAH ASET 805.000.000 840.000.000
KEWAJIBAN
Pendapatan Diterima Dimuka 95.000.000 55.000.000
JUMLAH KEWAJIBAN 95.000.000 55.000.000
JUMLAH EKUITAS 710.000.000 785.000.000
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 805.000.000 840.000.000
MENTERI PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD
AIRLANGGA HARTARTO
33
Jl. Gatot Subroto Kav. 52-53, Jakarta Selatan
021-5253286
www.kemenperin.go.id