Está en la página 1de 12

TUGAS MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI GIZI LANJUT SEMESTER II TA

2016/2017

EPIDEMIOLOGI GIZI DENGAN PENYAKIT KANKER

DOSEN:

Prof.Dr.dr. Delmi Sulastri, M.Sc, SpGK

Disusun Oleh:

NIA PRIMA SHARTIKA

No. BP. 1620322031

PASCA SARJANA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2016
BAB I
PENDAHULUAN

Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat
dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel-sel ini merusak jaringan tubuh sehingga mengganggu
fungsi organ tubuh yang terkena. Kanker juga disebut Neoplasma Maligna. Neoplasma
adalah massa jaringan yang dibentuk oleh sel-sel kanker, sedangkan Maligna berarti ganas.

Kanker termasuk jenis penyakit penyebab kematian terutama di negara-negara maju


disamping penyakit jantung dan pembuluh darah otak (stroke). Di Amerika Serikat, kanker
sebagai pembunuh di urutan ke dua (20%), dimana jantung pada urutan pertama (30%), dan
stroke pada urutan ketiga (10%) (Linder, 1993).

Penyebab kanker belum diketahui dengan pasti, tetapi sering dikaitkan dengan factor
lingkungan (Polusi, bahan kimia dan virus) dan makanan yang mengandung bahan
karsinogen. Karsinogenesis atau perkembangan kanker terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap
Inisiasi dan promosi. Inisiasi adalah awal terjadinya perubahan sel yang disebabkan oleh
interaksi bahan-bahan kimia, radiasi dan virus dengan DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) dalam
sel.

Perubahan ini terjadi dengan cepat, tapi sel yang telah berubah ini tidak aktif selama
waktu yang tidak dapat ditentukan, sehingga pada tahap ini tidak dapat dirasakan oleh
pasien.Tahap promosi adalah tahap berikutnya, yaitu aktifnya sel-sel kanker yang menjadi
matang, berkembang, dan kemudian menyebar dengan cepat. Tahap inisiasi hingga
manifestasi klinis dapat terjadi dalam waktu 5-20 tahun. Studi memperlihatkan pengaruh gizi
lebih banyak terjadi pada fase promotion dibanding fase initiation (Cheney dan Aker, 1992).

Walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti, tetapi gizi diduga dapat
mengubah proses karsinogenesis, termasuk metabolisme karsinogen, pertahanan sel,
diferensiasi sel dan pertumbuhan tumor.

Berbagai factor resiko telah dapat diidentifikasi baik melalui penelitian pada binatang
maupun pada manusia. Sekitar 80% dari factor resiko tersebut berhubungan dengan keadaan
lingkungan yang dapat dicegah termasuk makanan dan minuman yang kita konsumsi sehari
hari.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk melihat hubungan factor gizi dengan
kanker. Studi yang paling dikenal adalah studi korelasi yang menggambarkan hubungan
antara angka kejadian kanker jenis tertentu dengan pola makan pada setiap negara. Negara
dengan kebiasaan makan dan gaya hidupyang berbeda mempunyai insidens penyakit kanker
yang berbeda pula. Hal ini memudahkan dihubungkannya factor gizi dan gaya hidup dari
negara tersebut dalam kejadian kanker yang paling banyak dinegara tersebut.

Namun demikian, studi yang dilakukan untuk mengevaluasi peran makanan terhadap
timbulnya suatu kanker seringkali memberikan hasil yang tidak konsisten. Hal ini disebabkan
oleh kompleksnya suatu makanan, seperti makanan yang mengandung lemak yang tinggi,
juga mengandung protein tinggi dan serat yang rendah. Dalam satu makanan terdapat factor
penghambat dan pencetus sekaligus.

Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya, penderita tidak
merasakan adanya keluhan atau gejala, bilasudah ada keluhan atau gejala biasanya penyakit
berada pada taraf stadium lanjut. Awalnya kanker tidak menimbulkan keluhan karena hanya
melibatkan beberapa sel. Bila sel kanker bertambah, maka keadaan bergantung kepada orang
yang terkena. Misalnya paa usus berongga besar, tumor harus mencapai ukuran besar
sebelum memicu keluhan.
Pada taraf stadium lanjut sel kanker menyebar sampai keorgan tersebut, akibat organ itu
rusak dan mati. Penyakit kanker sendiri dapat melemahkan penderitanya, penyakit tersebut
serta pengobatannya dapat menurunkan gairah hidup dan kemampuan tubuh untuk melawan
penyakit. Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada
lokasinya dan karakter dari keganasan dan apakah ada metstatis. Sebuah diagnosis basanya
membutuhkan pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh biopsi. Setelah didiagnosis,
pasien kanker biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi dan atau radiasi. Kebanyakan
pasien kanker basanya dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai
sejak awal. Bila tidak terawat, kebanyakan kanker menyebabkan kematian pada pasien
BAB II

PEMBAHASAN

1. EPIDEMIOLOGI KANKER

Defenisi Kanker : Kanker adalah pertumbuhan sel-sel tubuh yang tidak normal,
kontrol dan dapat merusak sel-sel norma. Kanker dapat menimbulkan benjolan yang disebut
dengan Tumor Ganas

Besaran Masalah : Data WHO, Tahun 2012 di seluruh dunia 14.1 juta kasus baru
kanker, 8.2 meninggal dunia karena kanker dan 32.6 hidup dengan menderita kanker dalam
kurun 5 Tahun. Data Riskesdas 2007 prevalensi tumor/kanker 0,4 %. Tahun 2013 prevalensi
kanker 1,4

Distribusi : Prevalensi Laki-Laki 0,6 dan perempuan 2,2 . Rentangan umur


yang prevalensi tertinggi umur lebih dari 75+Tahun (5,0 ), (Riskesdas 2013). Daerah kota
kasus kanker lebih banyak dari di desa. Berdasarkan Riskesdas 2013 , Daerah indonesia yang
prevalensi terbanyak Yogyakarta (4,1).

Determinan Kanker yang Berhubungan Dengan Gizi :

1. Makronutrien dan asam-asam lemak : banyak mengandung lemak meningkatkan risiko


kanker pada paru,kolorektum, payudara, dan prostat. Konsumsi daging merah berkaitan
peningkatan kanker kolon dan rektum.
2. Karsinogen dalam makanan: Kontaminasi narkoba, Pestisida yang terdapat secara alami
:pada tanaman herbal (seperti basi)
3. Pengolahan makanan : Kanker lambung,kolon, dan rektum berkaitan dengan daging yang
dipanggang karena paparan PAH (hidrokarbon aromatik polisiklik).
4. Kopi : Menurut para pakar minum kompi berhubungan dengan kanker kandung kemih.

Beberapa hasil penelitian tentang hubungan gizi dengan terjadinya beberapa jenis kanker
yang telah diperoleh selama ini diungkapkan secara singkat di bawah ini :
Energi dan Lemak

Penelitian pada binatang percobaan telah diungkapkan bahwa penurunan jumlah


energi yang dikonsumsi dapat menghambat pertumbuhan dari tumor dan hal ini lebih efektif
pada fase promotion dari pertumbuhan tumor. Hal ini dihubungkan dengan hambatan
aktivitas sel karena tidak tersedianya karbohidrat yang cukup. Ada juga yang berpendapat
bahwa terjadi perubahan hormon dan imunitas sehingga menghambat pertumbuhan tumor
namun mekanismenya belum diketahui.

Selain itu pada konsumsi energi yang berlebih, sebaliknya terjadi percepatan
pembentukan tumor pada binatang percobaan. Obesitas telah dihubungkan dengan kematian
akibat kanker baik pada laki-laki dan wanita. Pada wanita dengan obesitas, terjadinya
peningkatan tumor yang berhubungan dengan esterogen seperti kanker payudara, mungkin
berhubungan dengan produksi esterogen terutama pada jaringan lemak.

Kejadian kanker yang berhubungan dengan konsumsi lemak telah sering diperlihatkan
dengan studi epidemiologi dengan memperlihatkan variasi dari kanker payudara pada negara
yang berbeda-beda. Jenis kanker yang sering dihubungkan dengan intake lemak yang
berlebihan adalah payudara, kolon dan prostat. Namun demikian, perlu diingat bahwa karena
konsumsi lemak juga berhubungan dengan konsumsi energi, protein dan serat, maka sangat
sulit mengambil kesimpulan apakah lemak satu-satunya penyebab tingginya angka kematian
karena kanker. Ada juga bagian dari lemak sendiri sangat berguna termasuk mencegah
terjadinya kanker.

Protein

Sangat sulit untuk mencari peran dari protein dalam terhadinya kanker oleh karena
makanan yang tinggi protein juga tinggi lemak dan rendah serat. Namun demikian, secara
umum telah dikemukakan bahwa rendahnya protein dibawah yang dibutuhkan tubuh dapat
menekan terjadinya pertumbuhan kanker, sebaliknya melebihi 2-3 kali dari yang dianjurkan
(AKG) akan meningkatkannya.

Salah satu penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan hasil yang tidak konsisten.
Salah satu penelitian memperlihatkan bahwa konsumsi daging yang tinggi berhubungan
dengan terjadinya kanker kolorektal dengan payudara namun penelitian lainnya tidak. Dilain
pihak salah satu penelitian korelasi antara konsumsi daging dengan angka kejadian kanker
kolon di 23 negara terlihat sangat tinggi (Amstrong & Doll, dikutip dari Willet, 1990).
Makanan Berserat

Peranan makanan berserat sebagai proteksi dari terjadinya kanker kolon dan rectum
semakin mendapat perhatian. Serat dalam makanan akan meningkatkan jumlah fases yang
nantinya menurunkan resiko kanker melalui penurunan konsentrasi karsinogen yang potensial
seperti asam empedu dalam fases, sehingga mengurangi kontak dengan mukosa usus.

Salah satu penelitian pada pasien yang menderita Familial adenomatous Polyposis
(DeCosse et al., 1989) memperlihatkan bahwa mereka yang menerima suplemen serat
mempunyai pertumbuhan polip baru yang lebih rendah dibanding mereka yang hanya
menerima vitamin C atau E.

Vitamin

Dari sejumlah vitamin yang ada, vitamin A (retinal) dan prekursornya mempunyai
kemampuan dalam mencegah terjadinya karsinogenesis. Diperkirakan bahwa vitamin A dapat
mempengaruhi ekspresi gem dan diferensiasi sel, dan meningkatkan baik imunitas humoral
dan sel mediated immunity bahkan merangsang imunitas spesifik antitumor (Olson, 1986).

Hasil peneltiian lainnya membuktikan bahwa konsumsi buah dan sayur yang
mengandung tinggi vitamin C dapat mencegah terjadinya kanker lambung dan esophagus
(Glatthaar et al., 1986).

Vitamin C menjadi penting setelah diketahui dapat menghambat pembentukan


nitrosamin yang telah dikenal sebagai salah satu karsinogen pada manusia.

Vitamin E merupakan anti oksidan intraseluler sehingga diduga mempunyai efek


protektif terhadap karsinogen yang merusak kromosom. Walaupun hasil penelitian tidak
konsisten, diduga adanya interaksi antara vitamin E dan selenium yang berperan sebagai
antioksidan protektif terhadap lipid peroksidasi intraseluler. Oleh karena itu fungsi vitamin E
terhadap proteksi kanker, tergantung pada intake lemak dan zat gizi lainnya.

Mineral

Beberapa mineral telah dihubungkan dengan kejadian kanker seperti kalsium,


selenium dan zinc. Peranan kalsium terhadap pencegahan kanker kolon telah diperlihatkan
oleh Wargovich (1988) berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan.
Diduga ion kalsium mengandung ikatan dengan lemak dan asam empedu yang
berfungsi menurunkan resiko kontak epitel usus terhadap bahan-bahan toksik. Disamping itu
kalsium diduga terlibat dalam pengaturan proliferasi epitel pada usus. Sehubungan dengan
kerja dari kalisum, vitamin D yang membantu transport kalsium keluar dari lumen usus juga
turut terlibat dalam kegiatan proteksi terhadap kejadian kanker kolon. Namun demikian,
terlepas dari kaitannya dengan kalsium dan vitamin D juga mempunyai peranan dalam
proliferasi dan diferensiasi sel (Deluca dan Ostrem, 1986).

Selenium terkenal sebagai komponen dari glutathione peroxidase, yaitu suatu enzim
yang memproteksi kerusakan jaringan oksidatif. Namun demikian efek protektif dari
seleniumtidak berasal dari kerja enzim ini tetapi berasal dari penghambatan sintesis DNA dan
meningkatkan respon imunologi dari tubuh seseorang (Nomura et al., 1987).

Kekurangan zinc dihubungkan dengan meningkatnya angka kejadian tumor yang


disebabkan oleh nitrosamin. Hubungan ini belum diketahui mekanismenya. Studi
epidemiologi juga memperlihatkan bahwa konsumsi zinc yang rendah dihubungkan dengan
terjadinya kanker osofagus (Van Rensberg, dikutip dari Cheney & Akar, 1993).

Komponen Makanan Lainnya

Kopi telah diteliti mempunyai kemungkinan berhubungan dengan berbgai kanker.


Penelitian laboratorium telah mengungkapkan bahwa kopi bukan suatu yang bersifat
karsinogenik akan tetapi angka kematian kanker pancreas di beberapa negara dihubungkan
dengan konsumsi kopi. Namun demikian, beberapa penelitian lainnya tidak memberikan hasil
yang mendukung hal ini.

Saccharin, yang merupakan pemanis buatan yang banyak digunakan, diduga


mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker kantong empedu.
Nitrat dan nitrit memperoleh perhatian yang cukup besar mengingat hubungannya
dengan nitrosamin. Nitrat dapat tereduksi menjadi nitrit yang kemudian berinteraksi dengan
bahan makanan amine dan amide (komponen protein) membentuk nitrosamine.
Hubungan antara konsumsi makanan dan terjadinya kanker pada seseorang telah
diperlihatkan di atas, akan tetapi beberapa penyebab darisebagian komponen dalam makanan
masih belum konsisten terlihat dari hasil penelitian. Seperti yang telah dikatakan bahwa
komponen diet bukanlah satu-satunya yang dapat mempengaruhi terjadinya pembentukan
suatu kanker, maka beberapa factor lainnya perlu diperhatikan. Suatu anjuran yang sangat
berkaitan dengan diet adalah keterkaitan dari tiga factor yang sangat berhubungan dengan
makanan dan gaya hidup yaitu diet, aktifitas fisik dan kegemukan.kemungkinan untuk
memperbaiki kualitas dari ketiga hal ini yaitu memperbaiki diet, meningkatkan aktivitas fisik
dan menjaga berat badan yang normal merupakan salah satu bentuk pencegahan yang sangat
dianjurkan (Trichopoulos, 1996).

2. PENCEGAHAN PENYAKIT KANKER

Sebagian besar jenis kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat sejak usia
muda dan menghindari faktor-faktor penyebab kanker.
Meskipun penyebab kanker secara pasti belum diketahui, setiap orang dapat melakukan
upaya pencegahan dengan cara hidup sehat dan menghindari penyebab kanker:
1. Mengenai makanan:
o Mengurangi makanan berlemak yang berlebihan
o Lebih banyak makan makanan berserat.
o Lebih banyak makan sayur-sayuran berwarna serta buah-buahan, beberapa kali sehari
o Lebih banyak makan makanan segar
o Mengurangi makanan yang telah diawetkan atau disimpan terlalu lama
o Membatasi minuman alkohol
2. Hindari diri dari penyakit akibat hubungan seksual
3. Hindari kebiasaan merokok. Bagi perokok: berhenti merokok
4. Upayakan kehidupan seimbang dan hindari stress
5. Periksakan kesehatan secara berkala dan teratur

1. Pencegahan Kanker dengan Intefensi Diet :

Rekomendasi untuk mencegah kanker dengan intervensi diet yaitu meliputi pola
makan dengan jenis organik, gizi seimbang, serta pola makan untuk mempertahankan indeks
masa tubuh yang norma. Kontaminasi makanan juga harus dikurangi.

2. PENELITIAN LAIN TERKAIT EPIDEMIOLOGI GIZI DENGAN KANKER

A. Adanya hubungan konsumsi sumber hewani yang diawetkan dengan kejadian


kanker payudara. 2. Pola makan sumber hewani, sumber lemak dan minyak, cara mengolah
dan konsumsi sumber sayuran dan buah-buahan tidak berhubungan secara signifikan dengan
kejadian kanker payudara. 3. Penting adanya catatan yang lengkap mengenai pola makan
pada saat diagnosa awal penyakit ini dan adanya penyuluhan tentang konsumsi makanan
yang diawetkan.

B. Berdasarkan jenisnya, sebanyak 12 responden (60%) terkena kanker serviks.


Banyaknya pasien kanker serviks dikarenakan banyaknya pasien kanker (responden) yang
berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 90%. Sejalan dengan data Yayasan Kanker
Indonesia (2014) bahwa prevalensi kanker serviks cukup tinggi di Indonesia. Berdasarkan
data dari Globocan, International Agency of Research on Cancer (IARC) tahun 2008 dalam
Yayasan Kanker Indonesia (2014), ditemukan 20 kasus kematian akibat kanker serviks setiap
harinya.

C. rerata umur penderita kanker serviks adalah 49,90 8,69 tahun. Umur termuda
adalah 39 tahun dan tertua adalah 70 tahun. Data subjek ditemukan stadiun kanker serviks
terbanyak yaitu pada stadium IIIB 23 (79,3). Hasil SGA pada subyek pre kemoterapi
didapatkan 16 (55,2%) subjek memiliki status gizi yang baik

D. Studi epidemologi dan eksperimental menunjukkan bahwa mengkonsumsi daging


merah olahan rataan 168g/hari memberikan efek sepuluh kali Tahrir Aulawi: Hubungan
Konsumsi Daging Merah dan aya Hidup Terhadap Risiko Kanker Kolon daripada daging
merah segar dan mengkonsumsi daging merah

E. didapatkan hasil bahwa pasien laki-laki lebih banyak daripada perempuan,


Kebanyakan responden berada dalam kelompok usia 41-50 tahun yaitu sebanyak 31,5% dan
sebagian besar responden memiliki riwayat pernah merokok (68,9%).

F. status gizi berdasarkan kondisi fisik seseorang yang dinilai dengan SGA
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kualitas hidup pasien kanker

G. bahwa kanker nasofaring banyak terjadi pada umur subjek penelitian >40 tahun
sebesar 80%. Faktor usia terutama usia lebih dari 40 tahun semakin beresiko terkena penyakit
kanker nasofaring

H. ditemukan pada laki-laki dari pada perempuan disebabkan ada hubungannya


dengan faktor kebiasaan hidup laki-laki seperti merokok, bekerja pada industri kimia
cenderung lebih sering menghirup uap kimia dan lain-lain

I. Peranan dukungan dikatakan baik jika pendamping memenuhi kebutuhan pasien


kanker, terutama dalam hal perawatan makan dan pemenuhan nutrisi pasien. Pasien
memaparkan bahwa pendamping selalu menanyakan dan memberikan makanan yang
diinginkan oleh pasien agar pasien mau makan

J. sebagian besar (75%) pasien kanker masuk dalam kategori diet needs improvement.
Kebiasaan makan responden yang masih belum memenuhi kriteria good diet pada Healthy
Eating Index, yaitu pada konsumsi sayuran, buah, dan susu atau olahannya. Sebagian besar
responden belum mengonsumsi sayuran sebanyak 35 penyajian, buah 24 penyajian, serta
susu atau olahannya 23 penyajian setiap hari
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sel-sel kanker berasal dari sel-sel yang sebelumnya normal. Menurut analisa terakhir,
sifat sel-sel kanker adalah antisosial terhadap sel-sel normal tubuh. Sel-sel ganas tidak
mentaati teritorial biasa dan dan tumbuh pada tempat-tempat yang tidak semestinya. (Sylvia
A.Price, Lorraine M. Wilson.2006: 122)
Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di berbagai
negara,sekitar 40-60% berhubungan dengan faktor gizi. Tanpa diragukan lagi pola makan
atau diet kita yang menjadi sumber utama kehidupan dapat mempengaruhi proses terjadinya
dan tumbuhnya penyakit kanker.

B. Saran
Agar terhindar dari penyakit kanker, ada baiknya kita mengurangi resikonya dengan:
pertama hindari Kegemukan, Turunkan konsumsi lemak, Makan makanan kaya akan serat,
Makanlah makanan yang kaya akanVitamin A & C setiap hari, Masukkan sayuran golongan
cruciferous, Kurangi makanan yang diawetkan dengan garam, nitrit atau yang diasapi, dan
Hindari konsumsi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA

Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rieneka Cipta

Gibney, Michael, dkk. 2009. Gizi Masyarakat. Jakarta : EGC

También podría gustarte