Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
B. PEMBAHASAN
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
adalah merupakan salah satu landasan yuridis bagi pemberian Otonomi kepada
daerah di Indonesia. Dalam undang-undang itu dirumuskan bahwa dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-
Undang Dasar Tahun 1945, kepada pemerintahan daerah diberi wewenang
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut azas
otonomi dan tugas pembantuan yang diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Otonomi Daerah diartikan sebagai penyerahan
kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pengelolaan pemerintahan dan perencanaan pembangunan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis melaui Dinas Cipta Karya
kebersihan dan Tata Ruang salah satunya yang menangani masalah kebersihan
dan persampahan, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Cipta Karya
Kebersihan dan Tata Ruang Kecamatan Pangandaran dalam pelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan dari Dinas Cipta Karya Kebersihan dan
Tata Ruang Kabupaten Ciamis sesuai dengan Peraturan Bupati Ciamis Nomor
86 Tahun 2008, bahwa Tugas, Fungsi dan Tata Kerja (UPTD) Unit Pelaksana
Teknis Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang adalah memimpin,
akhir. Tahap pengumpulan sampah ini adalah tahapan awal, dimana sampah-
sampah dikumpulkan mulai dari tempat sampah perumahan, sampai dengan
tempat sampah kecil yang tersedia dipesisir pantai. Tahapan yang ke dua
adalah tahapan pengangkutan. Tahapan ini menindak lanjuti dari tahapan
pengumpulan sampah-sampah kecil tadi di tahapan pengumpulan, petugas
pengangkut mengumpulkan setiap kelompok-kelompok sampah ke dalam
mobil pengangkut sampah. Dan ini dilakukan ke tiap-tiap rumah/tempat
penampungan sampah sementara dengan skala kecil. Yang ketiga ada tahapan
pembuangan, ini adalah tahapan akhir, dimana mobil-mobil pengangkut
sampah membuang sampah tersebut ke tempat pembuangan akhir (TPA), yang
mana hanya terdapat 1 lokasi TPA saja di wilayah selatan ciamis.
Tempat pembuangan akhir (TPA) Kecamatan Pangandaran terletak di
desa Purbahayu dan berjarak seekitar 5 km dari objek wisata Pantai
Pangandaran. Keadaan infrastruktur jalan menuju ke lokasi TPA sangat rusak.
TPA ini luasnya sekitar 1 Ha dan menggunakan sistem Open Dumping
(penumpukan sampah terus menerus hingga tinggi tanpa dilapisi dengan
lapisan geotekstil dan saluran lindi), dan saat ini TPA tersebut telah penuh
dengan sampah. Ketersediaan sarana dan prasarana yang merupakan
komponen pendukung operasional pengelolaan dan penanganan sampah.
Tempat pembuangan akhir sampah adalah tempat untuk mengkarantina
(menyingkirkan) sampah kota sehingga aman. Tempat pembuangan akhir
sampah merupakan terminal terakhir dari proses pengumpulan, pengangkutan
14
dan pembuangan yang diproses lebih lanjut dengan pemusnahan. Dalam
pemusnahan dikenal berbagai metode antara lain adalah landfill. Landfill
merupakan fasilitas fisik yang digunakan untuk residu buangan padat di
permukaan tanah, cara pengolahan sampah sistem landfill tersebut
diantaranya :
1. Lahan urugan terbuka atau open dumping (tidak dianjurkan) merupakan
sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam sistem pembuangan
sampah, dimana sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu tempat
tanpa dilakukan penutupan dengan tanah sehingga dapat menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan seperti perkembangan vektor penyakit,
bau, pencemaran air permukaan dan air tanah, dan rentan terhadap bahaya
kebakaran.
2. Lahan urugan terkendali atau Controlled Landfill yaitu lahan urug terbuka
sementara dengan selalu dikompaksi tiap tebal lapisan sampah setebal 60
cm dan diurug dengan lapisan tanah kedap air (10-20 cm) dalam tiap
periode 7 hari atau setelah mencapai tahap tertentu.
3. Lahan urugan penyehatan atau Sanitary Landfill yaitu caranya hampir
sama dengan di atas, hanya dilengkapi dengan sarana dan prasarana
pengendalian drainase, dan pengolahan leachate (air luruhan sampah)
serta proses pemilahan sampah yang tidak bisa diolah dengan sistem
controlled landfill seperti plastik dan sejenisnya. Disamping itu perlu juga
15
dilengkapi sarana pengendalian pembuangan gas yang ditimbulkan oleh
fermentasi dari sampah.
4. Pengomposan (composting,) yaitu pengolahan sampah organik dengan
memanfaatkan aktivitas bakteria untuk mengubah sampah jadi kompos.
5. Pembakaran (incinerator), yaitu metoda pengolahan sampah secara
kimiawi dengan proses oksidasi (pembakaran). Cara pemusnahan sampah
dengan incenerator memang sangat menguntungkan (mereduksi sekitar
80%), namun butuh biaya investasi dan operasional yang tinggi.
Dalam hal ini masyarakat tidak bisa berdiam diri begitu saja, karena
pemerintah tidak bisa mengerjakan dan mensukseskan pengeleloaan sampah
yang baik tanpa peran saerta atau partisipasi dari masyarakat itu sendiri.
Selanjutnya dikatakan Bryan dan White dalam Ndraha (1983:23) bahwa
partisipasi dapat berbentuk: Partisipasi buah pikiran; partisipasi harta dan
uang; partisipasi tenaga atau gotong-royong; partisipasi sosial; partisipasi
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten. Jadi, partisipasi
juga memiliki fungsi sebagai manfaat disamping pengorbanan ataupun resiko
Bentuk peran serta/partisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan,
berdasarkan karakteristik, kemampuan, kesempatan dan kondisi yang ada di
masyarakat dan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Peran serta pasif
Sadar/peduli kebersihan lingkungan, seperti tidak membuang sampah di
sembarang tempat.
Sadar akan kewajiban membayar retribusi.
b. Peran serta aktif
Pengumpulan sampah dengan pola komunal.
Kontrol sosial, dengan saling mengingatkan sesama anggota masyarakat.
Ikut dalam kegitan gotong royong untuk kebersihan lingkungan
Ikut serta dalam penyediaan sarana kebersihan seperti sarana TPS
Berdasarkan hasil observasi, tingkat partisipai masyarakat disekitar ojek
wisata Pantai Pangandaran Kecamatan Pangandaran bahwa tinggkat partisipasi
masyarakatnya tergolong kedalam partisipasi baik. Berlatar belakang budaya dan
suku bangsa yang sama, masyarakat nelayan di pesisir pantai objek Wisata
Pangandaran cenderung selalu bergotong royong dalam pembersihan sampah di
objek wisata Pantai Pangandaran.
Tetapi terkadang sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah masih
sangat minim, seperti penyediaan keranjang sampah, bak sampah sementara dan
alat-alat pendukung lainnya. Minimnya himbauan-himbauan akan larangan
membuang sampah masih menjadi faktor utama pemicu banyaknya sampah di
objek wisata tersebut. Yang terbukti dengan masih banyaknya pengunjung ata
wisatawan domestik yang belum sadar akan bahaya membuang sampah
sembarangan.
Oleh karena kitu kita sebagai manusia harus sadar akan bahaya membuang
sampah sembarangan, dan mengetahui bagaimana cara membuang sampah yang
baik, karena sampah yang ditimbulkan oleh manusia akan berdampak negatif bagi
manusia itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul, 1990, Pengantar Ilmu Lingkungan, Jakarta, Mutiara Sumber
........Widya.
Hadiwiyoto, Soewedo, 1983, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan
.........Idayu, Jakarta.
Ndraha, Taliziduhu. 1983, Partisipasi Dalam Pembangunan, Jakarta ; LP3ES.
Widi hartanto, 2006, Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gombong Kabupaten
........Kebumen, karya tulis, Jurusan Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota.
........UNDIP Semarang.
http://dokumen.tips/documents/jurnalanalisis-penanganan-sampah-di-objek-wisata-pantai-
pangandaran-kabupaten.html