Está en la página 1de 11

ANALISIS PENANGANAN SAMPAH

DI OBJEK WISATA PANTAI PANGANDARAN


KECAMATAN PANGANDARAN KABUPATEN CIAMIS
ABSTRAK
Sampah adalah limbah yang dihasilkan oleh manusia dalam preses
kehidupannya. Manusia dan lingkungan hidup saling berdampingan, ketika
lingkungan dikotori dan dipenuhi oleh sampah maka keseimbangan lingkungan
akan terganggu sehingga menjadi tidak stabil. Masalah sampah adalah masalah
kita bersama yang harus ditangani dan dikelola dengan baik agar bisa
menghasilkan solusi yang bermanfaat bagi semua pihak. Untuk itu kesadaran diri
dan partisipasi masyarakat sangatlah dibutuhkan untuk terciptanya proses
penanggulangan atau penanganan masalah sampah dilingkungan tempat hidup
manusia.
Kata kunci :
Sampah, Penanganan, Masyarakat
A. PENDAHULUAN
Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan yang lainnya. Manusia
membutuhkan lingkungan yang baik agar dapat melaksanakan aktivitasnya,
sebaliknya kondisi lingkungan yang baik tergantung pada aktivitas manusia
terhadap lingkungannya. Lingkungan yang tidak nyaman yang disebabkan
karena sampah membuat manusia atau masyarakat merasa sangat tidak
nyaman. Sementara itu di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah adalah sisa kegiatan sehari-
hari manusia atau proses alam, yang berbentuk padat atau semi padat berupa
zat organik maupun zat anorganik, bersifat dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Sampah adalah kata yang
selalu di jauhi oleh setiap manusia, kata sampah sering di identikan dengan
sesuatu yang berbau, barang bekas, limbah dan sebagainya.
Namun kebanyakan masyarakat pada umumnya tidak pernah memikirkan
dampak negatif dari timbulnya sampah atau limbah tersebut, baik limbah
industri maupun limbah rumah tangga. Apalagi di objek wisata Pantai
Pangandaran jenis persampahan di dominasi dari sampah restauran, sampah
hotel dan sampah rumah tangga. Tidak heran jikan penanganannya terlambat
makan sampah akan mudah menggunduk dan semakin menggunung di
tempat penampungan sementara (TPS) sebelum di buang ke tempat
pembuangan akhir (TPA). Pantas saja sampai saat ini sampah masih menjadi
topik hangat pembahasan atau pembicaran masyarakat banyak, karena masih
menjadi masalah yang belum terpecahkan. Sampah tidak hanya menjadi
masalah di kota-kota besar namun pada pedesaananpun sampah kini telah
menjadi masalah yang harus dipikirkan dan ditangani secara serius.
Permasalah yang timbul pada umumnya yang pertama adalah terletak
pada permasalahan tempat pembuangan akhir yang sudah tidak bisa lagi
menampung volume sampah dan permasalahan kedua adalah ketika sampah
menumpuk selama lebih dari satu atau dua hari maka akan menimbulkan bau
yang tidak sedap, itu disebabkan karena umunya pengumpulan sampah
dilakukan secara tercampur melainkan tidak adanya pemisah antara sampah
organik dan sampah non organik. Sampah organik berasal dari mahluk hidup
yang dapat terdegradasi atau dalam istilah lain dapat diuraikan, misalnya :
sayuran, makanan manusia, buah-buahan dan lain-lain yang dapat membusuk
dan dapat di uraikan oleh tanah. sedangkan sampah non organik adalah
sampah yang tidak dapat terdegradasi misalnya: plastik, kaleng, kaca dan
lain-lain. Selain sampah organik dan sampah non organik terdapat juga yang
disebut sampah berbahaya misalnya: baterai, jarum suntik, dan lain-lain.
Volume sampah yang dihasilkan tergantung dari pola konsumsi suatu
masyarakat dalam suatu wilayah.
Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat tersebut maka semakin
tinggi pula volume sampah yang dihasilkan. Tetap pada umumnya sebagian
besar sampah yang dihasilkan adalah jenis sampah organik (sampah basah)
yaitu mencakup 60-70% dari total volume sampah (Kementrian lingkungan
hidup, 2008).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pemasalahan
utama dalam tulisan ini adalah bagaimana penanganan sampah di objek
wisata Pantai Pangandaran Kecamatan Pangandaran ?

B. PEMBAHASAN
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
adalah merupakan salah satu landasan yuridis bagi pemberian Otonomi kepada
daerah di Indonesia. Dalam undang-undang itu dirumuskan bahwa dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan amanat Undang-
Undang Dasar Tahun 1945, kepada pemerintahan daerah diberi wewenang
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut azas
otonomi dan tugas pembantuan yang diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing
daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Otonomi Daerah diartikan sebagai penyerahan
kewenangan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam
penyelenggaraan pengelolaan pemerintahan dan perencanaan pembangunan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis melaui Dinas Cipta Karya
kebersihan dan Tata Ruang salah satunya yang menangani masalah kebersihan
dan persampahan, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Cipta Karya
Kebersihan dan Tata Ruang Kecamatan Pangandaran dalam pelaksanaan
tugasnya memperoleh pelimpahan dari Dinas Cipta Karya Kebersihan dan
Tata Ruang Kabupaten Ciamis sesuai dengan Peraturan Bupati Ciamis Nomor
86 Tahun 2008, bahwa Tugas, Fungsi dan Tata Kerja (UPTD) Unit Pelaksana
Teknis Dinas Cipta Karya, Kebersihan dan Tata Ruang adalah memimpin,

mengkoordinasikan dan mengendalikan UPTD dalam melaksanakan sebagian


kegiatan pembinaan dan pengembangan permukiman, perumahan, kebersihan,
tata ruang, pertamanan dan pemakaman dan/atau kegiatan penunjang Dinas.
1. Pengertian Sampah
Di dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah, disebutkan sampah adalah kegiatan sehari-hari manusia atau proses
alam, yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat organik maupun zat
anorganik, bersifat dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan
dibuang ke lingkungan. Menurut Azwar (1990:53), Sampah adalah sesuatu
yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat dipakai lagi, yang tidak
disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja harus dikelola dengan
sebaik-baiknya, sedemikian rupa sehingga hal-hal yang negatif bagi
kehidupan tidak sampai terjadi. Pendapat lain muncul dari Kodoatie
(2003:312) mendefinisikan bahwa sampah adalah limbah atau buangan yang
bersifat padat, setengah padat yang merupakan hasil sampingan dari kegiatan
perkotaan atau siklus kehidupan manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan.
Menurut Hadiwiyoto (1983:24), berdasarkan lokasinya, sampah dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Sampah kota (urban) yaitu sampah yang terkumpul di kota-kota
besar
Sampah daerah, yaitu sampah yang terkumpul di daerah-daerah di
luar perkotaan, misalnya di desa, di daerah permukiman dan di
pantai.
Menurut Gilbert (1996:19), sumber-sumber timbulnya sampah adalah
sebagai berikut :
a. Sampah dari pemukiman penduduk
Pada suatu pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga
yang tinggal di suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan
biasanya cenderung organik, seperti sisa makanan atau sampah yang
bersifat basah, kering, abu plastik dan lainnya.
b. Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan
Tempat-tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya
orang berkumpul dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut
mempunyai potensi yang cukup besar dalam memproduksi sampah
termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar. Jenis sampah
yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah kering,
kertas dan kaleng-kaleng serta sampah lainnya.
c. Sampah dari sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah
Yang dimaksud disini misalnya tempat hiburan umum, pantai, mesjid,
rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya yang
menghasilkan sampah kering dan sampah basah.
d. Sampah dari industri
Dalam pengertian ini termasuk pabrik-pabrik sumber alam, perusahaan
kayu dan lain-lain, kegiatan industri baik yang termasuk distribusi ataupun
proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari tempat ini
biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa makanan dan sisa bahan
bangunan.
e. Sampah pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang daerah pertanian misalnya
sampah dari kebun, kandang, ladang atau sawah yang dihasilkan berupa
bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
Berbagai macam sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian
kecil saja dari sumber-sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini menunjukan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah
terlepas dari sampah.
2. Pengelolaan Sampah
Pemerintah atau pemerintah daerah dalam hal ini menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan
sesuai dengan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2008 Tentang Pengelolan Sampah. Adapun tugas pemerintah dan
pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, yang terdiri atas :
a. Menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan sampah.
b. Melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan, dan
penanganan sampah.
c. Memfasilitasi, mengembangkan dan melaksanakan upaya
pengurangan, penanganan dan pemanfaatan sampah.
d. Melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi penyediaan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah.
e. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan dan manfaat hasil
pengelolaan sampah.
f. Memfasilitasi penerapan teknologi spesifik lokal yang berkembang
ada masyarakat setempat untuk mengurangi dan menangani sampah.
g. Melakukan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat dan
dunia usaha agar terdapat keterpaduan dalam pengelolaan sampah.

Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah


adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah.
b. Menetapkan norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan
sampah.
c. Memfasilitasi dan mengembangkan kerja sama antar daerah, kemitraan
dan jejaring dalam pengelolaan sampah.
d. Menyelenggarakan koordinasi, pembinaan dan pengawasan kinerja
pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah; dan
e. Menetapkan kebijakan penyelesaian perselisihan antar daerah dalam
pengelolaan sampah.
Berdasarkan pada penjabaran-penjabaran diatas dapat ditarik penjelasan
bahwa pemerintah maupun pemerintah daerah memegang tanggungjawab
yang sangat penting terhadap penanganan persampahan agar terciptanya suatu
kenyamanan di dalam suatu lingkungan yang baik.
Adapun mekanisme pengelolaan sampah dalam UU Nomor 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Pengurangan Sampah
Yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah sejak dari produsen
sampah (rumah tangga, pasar, dan sebagainya) mengguna ulang sampah dari
sumbernya dan atau di tempat pengolahan dan daur ulang sampah di
sumbernya. Pengurangan yang termasuk ke dalam pengurangan sampah
antara lain :
a) Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b) Mengembangkan teknologi bersih dan label produk
c) Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau di guna ulang
d) Mengembangkan program kesadaran guna ulang atau daur ulang.
2. Penanganan Sampah
Yaitu rangkaian kegiatan penanganan sampah yang mencakup pemilihan
(pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya),
pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau tempat
pengelolaan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan memindahkan sampai
dari sumber TPS atau tempat pengelolaan sampah teropadu, pengelolaan hasil
akhir (mengubah bentuk, komposisi, karakteristik dan jumlah sampah agar di
proses lebih lanjut, dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan
aktif kegiatan pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya
agar dapat dikembalikan ke media lingkungannya.

Optimalisasi Pengelolaan sampah di objek wisata Pantai


Pangandaran
Pangandaran merupakan nama sebuah Desa, Kecamatan dan sekaligus
nama ibu kota Kecamatan. Dalam perkembangannya Pangandaran menjadi
kawasan wisata andalan Kabupaten Ciamis bahkan Jawa Barat yang mampu
dijadikan sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah. Jarak kawasan ini dari ibu
kota Kabupaten Ciamis yaitu 92 Km. Secara geografis terletak pada kordinat
108
o
30-109
o
BT dan 7
o
30-8
o
LS terletak di sebelah selatan Jawa Barat,
berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Pendataan teakhir yang
dilakukan Badan Pusat Statistik menunjukan Jumlah penduduk Kecamatan
Pangandaran pada tahun 2010 adalah sebanyak 44.863 jiwa yaitu terdapat
2.228 rumah tangga dengan rata-rata anggota rumah tangga empat jiwa.
Adapun penyajian volume sampah adalah sebagai berikut :
Data volume sampah obyek Wisata Pantai Pangandaran
Kabupaten Ciamis
Tahun
Volume Bulanan
(m
3
)
Volume Tahunan
( Ton )
2010 1050 m
3
16380 Ton
2011 1200 m
3
18720 Ton
2012 1500 m
3
23400 Ton
Sumber : UPTD Ciptakarya Kebersihan kec. Pangandaran
Dari data di atas, rata-rata dari mereka menghasilkan sampah pada hari
biasa 35 m
3
/hari, sedangkan pada hari libur mencapai 110 m
3
/hari sehingga
erlu adanya penanganan khusus untuk mencegah pencemaran lingkungan
serta timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh sampah. Selain itu bahwa
kawasan Pangandaran sebagai kawasan wisata sehingga kawasan ini banyak
dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan
mancanegara terutama pada hari-hari libur maupun hari raya seperti hari Raya
Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru sehingga dengan datangnya pengujung yang
melimpah tersebut mereka pada akhirnya meninggalkan sampah.
Data Kunjungan Wisatawan Ke Obyek Wisata Pantai Pangandaran
Kabupaten Ciamis Tahun 2008/2009/2010
Jenis Wisatawan Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Wisatawan Nusantara 48.703 orang 580.741 orang 610.018 orang
Wisatawan Manca Negara 5.040 orang 4.960 orang 6.421 orang
Jumlah 53.743 orang 585.701 orang 616.439 orang
Sumber : Dinas Pariwisata 2010
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat kunjungan
wisatawan ke obyek wisata Pantai Pangandaran setiap tahunnya mengalami
peningkatan, sehingga diharapkan meningkatnya kunjungan wisatawan
tersebut dapat di imbangi dengan meningkatnya pelayanan dan penyediaan
sarana prasarana yang memadai sehingga akan lebih memberikan kemudahan
dalam mengelola sampah. Berdasarkan observasi yang dilakukan dilapangan
pelayanan dan pengelolaan sampah di objek wisata Pantai Pangandaran
ditunjang dengan sarana dan parasarana yang cukup memadai. Dapat dilihat
pada tabel berikut:
Daftar sarana dan prasarana penunjang pelaksanaaan kegiatan
pelayanan kebersihan di UPTD Cipta Karya Kebersihan dan Tata
Ruang Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis
No Daftar Kebutuhan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Konteiner (TPS)
Roda
Kendaraan roda 4
Kendaraan Roda 3 (viar)
Pengki Plastik/seng
Tong sampah Roda
6 buah
6 buah
3 buah
5 buah
21 buah
16 Buah
Sumber : UPTD Ciptakarya Kebersihan kec. Pangandaran
Melihat dari daftar kebutuhan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan
kegiatan pelayanan kebersihan di UPTD Cipta Karya Kebersihan dan Tata
Ruang Pangandaran cukup banyak, sehingga terpenuhinya sarana dan
prasarana diharapkan mampu menunjang terhadap pelaksanaan kegiatan
pelayanan kebersihan yang dilakukan sehingga dalam upaya memberikan
pelayanan kebersihan terhadap masyarakat akan mampu tercapai dengan
optimal.
Pelayanan kebersihan dapat dilihat dilapangan pada proses atau alur
pengumpulan sampah, pengangkutan sampah sampai ke tahap pembuangan

akhir. Tahap pengumpulan sampah ini adalah tahapan awal, dimana sampah-
sampah dikumpulkan mulai dari tempat sampah perumahan, sampai dengan
tempat sampah kecil yang tersedia dipesisir pantai. Tahapan yang ke dua
adalah tahapan pengangkutan. Tahapan ini menindak lanjuti dari tahapan
pengumpulan sampah-sampah kecil tadi di tahapan pengumpulan, petugas
pengangkut mengumpulkan setiap kelompok-kelompok sampah ke dalam
mobil pengangkut sampah. Dan ini dilakukan ke tiap-tiap rumah/tempat
penampungan sampah sementara dengan skala kecil. Yang ketiga ada tahapan
pembuangan, ini adalah tahapan akhir, dimana mobil-mobil pengangkut
sampah membuang sampah tersebut ke tempat pembuangan akhir (TPA), yang
mana hanya terdapat 1 lokasi TPA saja di wilayah selatan ciamis.
Tempat pembuangan akhir (TPA) Kecamatan Pangandaran terletak di
desa Purbahayu dan berjarak seekitar 5 km dari objek wisata Pantai
Pangandaran. Keadaan infrastruktur jalan menuju ke lokasi TPA sangat rusak.
TPA ini luasnya sekitar 1 Ha dan menggunakan sistem Open Dumping
(penumpukan sampah terus menerus hingga tinggi tanpa dilapisi dengan
lapisan geotekstil dan saluran lindi), dan saat ini TPA tersebut telah penuh
dengan sampah. Ketersediaan sarana dan prasarana yang merupakan
komponen pendukung operasional pengelolaan dan penanganan sampah.
Tempat pembuangan akhir sampah adalah tempat untuk mengkarantina
(menyingkirkan) sampah kota sehingga aman. Tempat pembuangan akhir
sampah merupakan terminal terakhir dari proses pengumpulan, pengangkutan
14
dan pembuangan yang diproses lebih lanjut dengan pemusnahan. Dalam
pemusnahan dikenal berbagai metode antara lain adalah landfill. Landfill
merupakan fasilitas fisik yang digunakan untuk residu buangan padat di
permukaan tanah, cara pengolahan sampah sistem landfill tersebut
diantaranya :
1. Lahan urugan terbuka atau open dumping (tidak dianjurkan) merupakan
sistem yang tertua yang dikenal manusia dalam sistem pembuangan
sampah, dimana sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu tempat
tanpa dilakukan penutupan dengan tanah sehingga dapat menimbulkan
gangguan terhadap lingkungan seperti perkembangan vektor penyakit,
bau, pencemaran air permukaan dan air tanah, dan rentan terhadap bahaya
kebakaran.
2. Lahan urugan terkendali atau Controlled Landfill yaitu lahan urug terbuka
sementara dengan selalu dikompaksi tiap tebal lapisan sampah setebal 60
cm dan diurug dengan lapisan tanah kedap air (10-20 cm) dalam tiap
periode 7 hari atau setelah mencapai tahap tertentu.
3. Lahan urugan penyehatan atau Sanitary Landfill yaitu caranya hampir
sama dengan di atas, hanya dilengkapi dengan sarana dan prasarana
pengendalian drainase, dan pengolahan leachate (air luruhan sampah)
serta proses pemilahan sampah yang tidak bisa diolah dengan sistem
controlled landfill seperti plastik dan sejenisnya. Disamping itu perlu juga
15
dilengkapi sarana pengendalian pembuangan gas yang ditimbulkan oleh
fermentasi dari sampah.
4. Pengomposan (composting,) yaitu pengolahan sampah organik dengan
memanfaatkan aktivitas bakteria untuk mengubah sampah jadi kompos.
5. Pembakaran (incinerator), yaitu metoda pengolahan sampah secara
kimiawi dengan proses oksidasi (pembakaran). Cara pemusnahan sampah
dengan incenerator memang sangat menguntungkan (mereduksi sekitar
80%), namun butuh biaya investasi dan operasional yang tinggi.
Dalam hal ini masyarakat tidak bisa berdiam diri begitu saja, karena
pemerintah tidak bisa mengerjakan dan mensukseskan pengeleloaan sampah
yang baik tanpa peran saerta atau partisipasi dari masyarakat itu sendiri.
Selanjutnya dikatakan Bryan dan White dalam Ndraha (1983:23) bahwa
partisipasi dapat berbentuk: Partisipasi buah pikiran; partisipasi harta dan
uang; partisipasi tenaga atau gotong-royong; partisipasi sosial; partisipasi
masyarakat dalam kegiatan-kegiatan nyata yang konsisten. Jadi, partisipasi
juga memiliki fungsi sebagai manfaat disamping pengorbanan ataupun resiko
Bentuk peran serta/partisipasi masyarakat dalam pengelolaan persampahan,
berdasarkan karakteristik, kemampuan, kesempatan dan kondisi yang ada di
masyarakat dan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Peran serta pasif
Sadar/peduli kebersihan lingkungan, seperti tidak membuang sampah di
sembarang tempat.
Sadar akan kewajiban membayar retribusi.
b. Peran serta aktif
Pengumpulan sampah dengan pola komunal.
Kontrol sosial, dengan saling mengingatkan sesama anggota masyarakat.
Ikut dalam kegitan gotong royong untuk kebersihan lingkungan
Ikut serta dalam penyediaan sarana kebersihan seperti sarana TPS
Berdasarkan hasil observasi, tingkat partisipai masyarakat disekitar ojek
wisata Pantai Pangandaran Kecamatan Pangandaran bahwa tinggkat partisipasi
masyarakatnya tergolong kedalam partisipasi baik. Berlatar belakang budaya dan
suku bangsa yang sama, masyarakat nelayan di pesisir pantai objek Wisata
Pangandaran cenderung selalu bergotong royong dalam pembersihan sampah di
objek wisata Pantai Pangandaran.
Tetapi terkadang sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah masih
sangat minim, seperti penyediaan keranjang sampah, bak sampah sementara dan
alat-alat pendukung lainnya. Minimnya himbauan-himbauan akan larangan
membuang sampah masih menjadi faktor utama pemicu banyaknya sampah di
objek wisata tersebut. Yang terbukti dengan masih banyaknya pengunjung ata
wisatawan domestik yang belum sadar akan bahaya membuang sampah
sembarangan.
Oleh karena kitu kita sebagai manusia harus sadar akan bahaya membuang
sampah sembarangan, dan mengetahui bagaimana cara membuang sampah yang
baik, karena sampah yang ditimbulkan oleh manusia akan berdampak negatif bagi
manusia itu sendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan yang lainnya. Manusia
membutuhkan lingkungan yang baik agar dapat melaksanakan aktivitasnya,
sebaliknya kondisi lingkungan yang baik tergantung pada aktivitas manusia
terhadap lingkungannya. Lingkungan yang tidak nyaman yang disebabkan karena
sampah membuat manusia atau masyarakat merasa sangat tidak nyaman. Sampah
jika dikelola dan ditangani dengan baik maka akan berdampak baik pula terhadap
kehidupan manusia.
Tetapi jika pengelolaan dan penanganannya tidak baik dan asal-asalan maka
sampah tersebut akan menjadi sumber malapetaka atau bencana bagi manusia dan
ingkungannya. Oleh karena itu kita selaku manusia harus sama-sama saling
menjaga kebersihan dan keseimbangan lingkungan kita dan sama-sama
berpartisipasi mengelola dan menangani persampahan dengan baik agar tidak
merugikan semua pihak.
2. Saran
a) Saran untuk Dinas Ciptakarya Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten
Ciamis
1. Memantau secara rutin terhadap pengelolaan persampahan di objek
wisata Pantai Pangandaran.
2. Selalu memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat
tanpa kenal lelah.
3. Menyediakan fasilitas kebersihan seperti bak sampah, rambu-
rambu larangan membuang sampah sembarangan yang cukup di
lokasi-lokasi rawan pembuangan sampah di sekitar objek wisata
Pantai Pangandaran.
4. Berkoordinasi dengan lebaga teknis atau Dinas Pekerjaan Umum
kabupaten ciamis agar memperbaiki infrastruktur jalan ke tempat
pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Purbahayu Kecamatan
Pangandaran.
b) Saran untuk masyarakat objek wisata Pantai Pangandaran
Saling menjaga dan menyadari akan pentingnya kebersihan objek
wisata Pantai Pangandaran.
2. Harus lebih meningkatkan partisipasi masyarakat guna
menciptakan suasan bersih dan bebas dari sampah.
c. Saran untuk wisatawan
1. Harus selalu menyadari akan bahaya membuang sampah
sembarangan dan dampak yang ditimbulkan dari membuang
sampah sembarangan
2. Sama-sama menjaga keindahan dan kenyamanan objek wisata
Pantai Pangandaran agar terhindar dari sampah.
3. Mejaga fasilitas umum terutama tentang fasilitas kebersihan

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul, 1990, Pengantar Ilmu Lingkungan, Jakarta, Mutiara Sumber
........Widya.
Hadiwiyoto, Soewedo, 1983, Penanganan dan Pemanfaatan Sampah, Yayasan
.........Idayu, Jakarta.
Ndraha, Taliziduhu. 1983, Partisipasi Dalam Pembangunan, Jakarta ; LP3ES.
Widi hartanto, 2006, Kinerja Pengelolaan Sampah Di Kota Gombong Kabupaten
........Kebumen, karya tulis, Jurusan Teknik Pembangunan Wilayah Dan Kota.
........UNDIP Semarang.

Gilbert M, Prihanto D dan Suprihatin. 1996. Konsep Pendidikan Lingkungan


........Hidup. Malang;Buku Panduan Lingkungan Hidup.
Yeni Hernidyasari, 2012, Pengaruh Implementasi Kebijakan Pengelolaan
........Sampah Terhadap Tingkat Partisipasi Masyarakat Di Desa Jatiwaringin
........Kabupaten Tanggerang, karya tulis, Administrasi Negara FISIP Universitas
.......Sultan Ageng Tirtayasa. SERANG-BANTEN.
Dokumen
Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman: SK SNI-T 12-1994-03, Yayasan
.........LPMB Bandung, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta
Pegelolaan Sampah: KLH, 2008. Jakarta
Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia :
........SK SNI-S 04-1993-03, Yayasan LPMB Bandung, Departemen Pekerjaan
........Umum, Jakarta
Inilah.com, 21 Mei 2012. Sampah numpuk, warga datangi kantor cipta karya
........keberishan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
........Pemerintahan Daerah
Peraturan Bupati Ciamis Nomor 86 Tahun 2008 Tentang Tugas, Fungsi dan Tata
........Kerja Unsur Organisasi UPTD Cipta Karya pada Dinas Cipta Karya
........Kabupaten Ciamis.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah

http://dokumen.tips/documents/jurnalanalisis-penanganan-sampah-di-objek-wisata-pantai-
pangandaran-kabupaten.html

También podría gustarte