Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
TO PREPARE
HOSPITAL ACCREDITATION
NATIONAL STANDARDS 1ST ED.
DR.Dr.Sutoto,M.Kes
CURICULUM VITAE: DR.Dr.Sutoto,M.Kes
(7 BAB)
(PMKP,PPI,TKRS,
II. KELOMPOK STANDAR MFK, KKS, MIRM)
STANDAR MANAJEMEN RS
NASIONAL AKREDITASI (6 BAB)
RUMAH SAKIT
ED 1 III. SASARAN KESELAMATAN
PASIEN SKP
PONEK
HIV/AIDS
IV. PROGRAM NASIONAL TB
PPRA
GERIATRI
V. INTEGRASI PENDIDIKAN
KESEHATAN DALAM IPKP
PELAYANAN
PERUBAHAN NAMA BAB
1. Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK) Akses ke Rumah
Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
2. Pelayanan Pasien (PP) Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
3. Manajemen Penggunaan Obat (MPO) Pelayanan
Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
4. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) Manajemen
Komunikasi dan Edukasi (MKE), dimana beberapa standar
dari Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) standar
versi 2012 yang terkait dengan komunikasi, dijadikan satu di
Manajemen Komunikasi dan Edukasi ini.
5. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan (TKP) Tata
Kelola Rumah Sakit (TKRS)
PERUBAHAN NAMA BAB
6. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) Kompetensi
dan Kewenangan Staf (KKS)
7. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)
Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
8. Sasaran Milenium Development Goals (SMDGs)
Program Nasional dimana terdiri dari:
1. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
2. Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
3. Program Menurunan Angka Kesakitan TB
4. Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
5. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri
PENGELOMPOKAN BAB
1. STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PASIEN
1. Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan (ARK)
2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
3. Asesmen Pasien (AP)
4. Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)
6. Pelayanan Kefarmasian dan Penggunaan Obat (PKPO)
7. Manajemen Komunikasi dan Edukasi (MKE)
2. STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT
8. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
9. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
10. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
11. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
12. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
13. Manajemen Informasi dan Rekam Medis (MIRM)
LANJUTAN
3. SASARAN KESELAMATAN PASIEN
1. SASARAN 1 : Mengidentifikasi pasien dengan benar
2. SASARAN 2 : Meningkatkan komunikasi yang efektif
3. SASARAN 3 : Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai (High Alert
Medications)
4. SASARAN 4 : Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar.
5. SASARAN 5 : Mengurangi risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6. SASARAN 6 : Mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh
4. PROGRAM NASIONAL
4. Program Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
5. Program Menurunan Angka Kesakitan HIV/AIDS.
6. Program Menurunan Angka Kesakitan TB
7. Penyelenggaraan Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA)
8. Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri
5. INTEGRASI PELAYANAN DALAM PENDIDIKAN KLINIS DI RUMAH SAKIT
APA YANG BARU DALAM SNARS ED 1
STANDAR PENGELOLAAN PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
(PPRA)
PELAYANAN GERIATRI
INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN (UNTUK RS
PENDIDIKAN)
STANDAR
PENGELOLAAN
PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA
(PPRA)
GAMBARAN UMUM
Resistensi terhadap antimikroba (disingkat: resistensi antimikroba,
dalam bahasa Inggris antimicrobial resistance,AMR) telah menjadi masalah
kesehatan yang mendunia, dengan berbagai dampak merugikan yang dapat
menurunkan mutu dan meningkatkan risiko pelayanan kesehatan
khususnya biaya dan keselamatan pasien.
Yang dimaksud dengan resistensi antimikroba adalah ketidak
mampuan antimikroba membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroba sehingga penggunaannya sebagai terapi penyakit infeksi menjadi
tidak efektif lagi.
Meningkatnya masalah resistensi antimikroba terjadi akibat
penggunaan antimikroba yang tidak bijak dan bertanggung jawab dan
penyebaran mikroba resisten dari pasien ke lingkungannya karena tidak
dilaksanakannya praktik pengendalian dan pencegahan infeksi dengan baik.
Dalam rangka mengendalikan mikroba resisten di RS, perlu
dikembangkan program pengendalian resistensi antimikroba di RS.
Pengendalian resistensi antimikroba adalah aktivitas yang
ditujukan untuk mencegah dan/atau menurunkan adanya kejadian
mikroba resisten.
Dalam rangka pengendalian resistensi antimikroba secara luas
baik di fasilitas pelayanan kesehatan maupun di komunitas di tingkat
nasional telah dibentuk Komite Pengendalian Antimikroba yang
selanjutnya disingkat KPRA oleh Kementerian Kesehatan. Disamping itu
telah ditetapkan program aksi nasional / national action plans on
antimicrobial resistance (NAP AMR) yang didukung oleh WHO.
Program pengendalian resistensi antimikroba (PPRA) merupakan
upaya pengendalian resistensi antimikroba secara terpadu dan
paripurna di fasilitas pelayanan kesehatan.
Implementasi program ini di rumah sakit dapat berjalan baik apabila
mendapat dukungan penuh dari pimpinan/direktur RS berupa penetapan regulasi
pengendalian resistensi antimikroba, pembentukan organisasi pengelola,
penyediaan fasilitas, sarana dan dukungan finansial untuk mendukung pelaksanaan
PPRA.
Penggunaan antimikroba secara bijak ialah penggunaan antimikroba yang
sesuai dengan penyakit infeksi dan penyebabnya dengan rejimen dosis optimal,
durasi pemberian optimal, efek samping dan dampak munculnya mikroba resisten
yang minimal pada pasien. Oleh sebab itu diagnosis dan pemberian antimikroba
harus disertai dengan upaya menemukan penyebab infeksi dan kepekaan mikroba
patogen terhadap antimikroba. Penggunaan antimikroba secara bijak memerlukan
regulasi dalam penerapan dan pengendaliannya.
Pimpinan rumah sakit harus membentuk komite atau tim PPRA sesuai
peraturan perundang-undangan sehingga PPRA dapat dilakukan dengan baik
STANDAR 4 - PPRA
RS (Tim/Komite PPRA)melaksanakan
kegiatan pengendalian resistensi
antimikroba.
MAKSUD DAN TUJUAN Standar 4.1
RS (Tim/Komite PPRA) membuat laporan pelaksanaan program/
kegiatan PRA meliputi:
a) kegiatan sosialisasi dan pelatihan staf tenaga kesehatan tentang
pengendalian resistensi antimikroba .
b) surveilans pola penggunaan antibiotik di RS (termasuklaporan
pelaksanaan pengendalian antibiotik) .
c) surveilans pola resistensi antimikroba .
d) forum kajian penyakit infeksi terintegrasi.
RS menetapkan dan melaksanakan evaluasi dan analisis indikator mutu
PPRA sesuai peraturan perundang-undangan meliputi:
a) perbaikan kuantitas penggunaan antibiotic
b) perbaikan kualitas penggunaan antibiotic
c) peningkatan mutu penanganan kasus infeksi secara multidisiplin dan terintegrasi
d) penurunan angka infeksi rumah sakit yang disebabkan oleh mikroba resiste
e) indikator mutu PPRA terintegrasi pada indikator mutu PMKP
STANDAR PENYELENGGARAAN
PELAYANAN GERIATRI
REFERENSI
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 79 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit
STANDAR
MAKSUD DAN TUJUAN
ELEMEN PENILAIAN
STANDAR 5
STANDAR 5.1
STANDAR
INTEGRASI PENDIDIKAN KLINIS DALAM PELAYAN
DI RUMAH SAKIT (IPPK)
REFERENSI
UU no 44 tahun 2009 ttg RS pasal 21-22
UU no 20 tahun 2013 ttg Pendidikan Kedokteran
PP no 93 Tahun 2015 ttg RS Pendidikan
UU no 29 tahun 2004 ttg Praktik Kedokteran
UU no 20 tahun 2013 ttg Pendidikan Kedokteran
Permenkes 2052 ttg Penyelenggaraan Praktik Kedokteran
Permenkes no 11 tahun 2017 ttg Keselamatan Pasien
Peraturan KKI terkait registrasi dan pendidikan kedokteran
Pedoman Klasifikasi dan Standar RS Pendidikan Depkes ,2009
Standar MPE JCI edisi 4
Standar MPE JCI edisi 5
GAMBARAN UMUM
Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit Pasal 22 dan 23, menetapkan
pengaturan tentang RS Pendidikan yang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah
no 93 tahun 2015.
Undang-undang nomor 20 tahun 2013 pasal 1 butir 15, menjelaskan bahwa RS
Pendidikan adalah RS yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan,
penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang Pendidikan
Kedokteran, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara
multiprofesi.
Undang-undang nomor 20 tahun 2013 pasal 1 butir 16,17 dan 18 menjelaskan pengertian
dari RS Pendidikan Utama, RS Pendidikan Afiliasi dan RS Pendidikan Satelit.
UU No 20 th 2013 Pasal 3, Rumah Sakit Pendidikan memiliki fungsi pelayanan,
pendidikan, dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain.
GAMBARAN UMUM
UU NO 44 Pasal 4 (1), Dalam menjalankan fungsi pelayanan bidang kedokteran,
kedokteran gigi, dan kesehatan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, RS
Pendidikan bertugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan terintegrasi dengan
mengutamakan tata kelola klinis yang baik, perkembangan ilmu dan teknologi
kedokteran, kedokteran gigi, dan kesehatan lain berbasis bukti dengan
memperhatikan aspek etika profesi dan hukum kesehatan.
UU No 44 Pasal 9, jenis rumah sakit pendidikan,yaitu : RS Pendidikan Utama, RS
Pendidikan Afiliasi dan RS Pendidikan Satelit.
RS Pendidikan harus mempunyai mutu dan keselamatan pasien yang lebih tinggi
dari RS non pendidikan.
Agar mutu dan keselamatan pasien di RS Pendidikan tetap terjaga maka perlu ditetapkan
standar akreditasi untuk RS Pendidikan.
GAMBARAN UMUM
Pada rumah sakit yang ditetapkan sebagai RS Pendidikan, akreditasi perlu dilengkapi
dengan standar dan elemen penilaian untuk menjaga mutu pelayanan dan menjamin
keselamatan pasien
KARS menetapkan standar dan elemen penilaiannya untuk mengetahui kepatuhan
integrasi penyelenggaraan pendidikan dan pelayanan dalam rangka menjamin
keselamatan pasien dan keluarganya serta keterpaduan pelayanan dan pendidikan.
Standar Integrasi Pelayanan dalam Pendidikan Klinis di rumah sakit (IPPK) disusun
untuk maksud dan tujuan tersebut.
STANDAR
MAKSUD DAN TUJUAN
ELEMEN PENILAIAN
STANDAR IPPK.1
RS menetapkan regulasi tentang persetujuan pemilik
dan pengelola dalam pembuatan perjanjian kerjasama
penyelenggaraan pendidikan klinis di rumah sakit.
Maksud dan Tujuan IPPK.1
Keputusan penetapan RS Pendidikan merupakan kewenangan kementerian yang
membidangi masalah kesehatan, setelah ada keputusan bersama dalam bentuk
Perjanjian Kerjasama dari pemilik dan pengelola RS serta pimpinan institusi
pendidikan.
Mengintegrasikan penyelenggaraan pendidikan klinis kedalam operasional rumah
sakit memerlukan komitmen dalam pengaturan antara lain waktu, tenaga, dan
sumber daya.
Peserta pendidikan klinis termasuk trainee / fellow, peserta pendidikan dokter
spesialis, dan peserta pendidikan tenaga kesehatan profesional lainnya.
Keputusan untuk mengintegrasikan operasional rumah sakit dan pendidikan
klinis paling baik dibuat oleh jenjang pimpinan tertinggi yang berperan sebagai
pengambil keputusan di suatu rumah sakit bersama institusi pendidikan
kedokteran, kedokteran gigi dan profesi kesehatan lainnya yang didelegasikan
kepada organisasi yang mengkoordinasi pendidikan klinis.
Maksud dan Tujuan IPPK.1
Untuk penyelenggaraan pendidikan klinis di rumah sakit, maka para pihak harus
mendapat informasi lengkap tentang hubungan dan tanggung jawab masing-
masing. Pemilik dan atau representasi pemilik memberikan persetujuan
terhadap keputusan tentang visi-misi, rencana strategis, alokasi sumber daya,
dan program mutu rumah sakit (lihat TKRS.1.1 sampai TKRS.1.3), sehingga
dapat ikut bertanggung jawab terhadap seluruh proses penyelenggaraan
pendidikan klinis di rumah sakit yang harus konsisten dengan visi-misi rumah
sakit dan komitmen pada mutu dan keselamatan pasien serta kebutuhan pasien.
Rumah sakit mendapat informasi tentang output dengan kriteria-kriteria yang
diharapkan dari institusi pendidikan dari pendidikan klinis yang dilaksanakan
di RS untuk mengetahui mutu pelayanan dalam penyelenggaraan pendidikan klinis di
rumah sakit.
Maksud dan Tujuan IPPK.1
Rumah sakit menyetujui output dan kriteria penilaian pendidikan dan harus
dimasukan dalam Perjanjian Kerja Sama
Organisasi yang mengkoordinasi pendidikan klinis bertanggung jawab untuk
merencanakan, memonitor dan mengevaluasi penyelenggaraan program
pendidikan klinis di RS.
Organisasi yang mengkoordinasi pendidikan klinis melakukan penilaian
berdasarkan kriteria yang sudah disetujui bersama.
Organisasi yang mengkoordinasi pendidikan klinis harus melaporkan hasil
evaluasi penerimaan, pelaksanaan dan penilaian output dari program
pendidikan kepada pimpinan RS dan Pimpinan Institusi Pendidikan.
Elemen Penilaian IPPK.1
1. Ada SK penetapan rumah sakit pendidikan yang masih berlaku (D)
2. Ada kerjasama antara RS dengan institusi pendidikan yang sudah
terakreditasi.(D)
3. Jumlah penerimaan peserta didik sesuai dengan kapasitas RS harus
dicantumkan dalam perjanjian kerjasama. (D)
STANDAR IPPK.2
STANDAR IPPK.3
STANDAR IPPK.4
STANDAR IPPK.5
STANDAR IPPK.6
SURVEI TERFOKUS
PERLUASAN PELAYANAN
Survei Terfokus Perluasan Pelayanan
Bila ada perluasan pelayanan di rumah sakit maka akan dilakukan
survei terfokus perluasan pelayanan. Perluasan pelayanan rumah
sakit meliputi:
1. Hemodialisis 9. Fisioterapi
2. Hiperbarik 10.Pusat pelayanan baru:
3. MRI a. stroke center
b. luka bakar center
4. CT Scan c. ICU
5. Katerisasi jantung d. NICU
6. Katerisasi otak e. PICU
f. HCU
7. Radioterapi g. talasemi center
8. Kemoterapi h. pusat jantung terpadu
Instrumen Survei Terfokus Perluasan Pelayanan
Instrumen survei terfokus perluasan pelayanan untuk disiapkan ceklis (PIC dr. Nico
an dr. Djoni) :
1. Hemodialisis
PP.3; PP.3.6; TKP.3.3; TKP.3.3.1; KPS.8; KPS.13; KPS.10; MFK.10.1; SKP.1;HPK.6; MPO.3.2;
PPI;.7
2. Hiperbarik
PP.3; PP.3.9; TKP.3.3; TKP.3.3.1; KPS.8; KPS.10; KPS.13; MFK.4; SKP.1; HPK.6
3. MRI
AP.6; TKP.3.3;TKP.3.3.1; KPS.8; KPS.10; KPS.13; MFK.1; MFK.4; SKP.1; MPO.3.2; PPI.7;
KPS.16
4. CT Scan
AP.6; TKP.3.3; TKP.3.3.1; KPS.8; KPS.10; KPS.13; KPS.16; MFK.1; MFK.4; SKP.1; MPO.3.2;
PPI.7
5. Katerisasi jantung
PAB.3; AP.6; PP.3; TKP.3.3; TKP.3.3.1; KPS.8; KPS.10; KPS.13; MFK.1; MFK.4; SKP.1;
MPO.3.2; PPI.7; HPK.6; KPS.16
6. Katerisasi otak
PAB.3; AP.6; PP.3; TKP.3.3; TKP.3.3.1; KPS.8; KPS.10; KPS.13; MFK.1; MFK.4;
SKP.1; MPO.3.2; PPI.7; HPK.6; KPS.16
7. Radioterapi
AP.6; PP.3; TKP.3.3; TKP.3.3.1; KPS.8; KPS.10; KPS.16; MFK.1; MFK.4; MFK.5;
SKP.1; SKP.3; MPO.3.2; PPI.7; HPK.6;
8. Kemoterapi
AP.6; PP.3; TKP.3.3; TKP.3.3.1; KPS.8; KPS.10; KPS.13; KPS.16; MFK.1; MFK.4;
MFK.5; SKP.1; SKP.3; MPO.3.2; MPO.5; PPI.7; HPK.6;
9. Fisioterapi
AP.6; PP.3; TKP.3.3; TKP.3.3.1; KPS.8; KPS.10; KPS.13; KPS.16; MFK.1; MFK.4;
MFK.5; SKP.1; SKP.3; MPO.3.2; MPO.5; PPI.7; HPK.6;
10. Pusat pelayanan baru:
AP.6; PP.3;KPS.8; KPS.10; KPS.13; KPS.16; MFK.4; MFK.8; SKP.1; SKP.3; MPO.3.2; MPO.5;
PPI.7; HPK.6; PPI.8; PPI.9; SKP.2; SKP.5; SKP.6; PPI.7.2; PPI 7.3
a) stroke center
sama dengan diatas dikurangi: AP.6; HPK.6; MFK.8; PPI.8
ditambah :
b) ICU
sama dengan diatas dikurangi:
ditambah: APK.1.4
c) NICU
sama dengan diatas dikurangi:
ditambah: APK.1.4
d) PICU
sama dengan diatas dikurangi:
ditambah: APK.1.4
e) HCU
sama dengan diatas dikurangi:
ditambah: APK.1.4
f) talasemi center
sama dengan diatas dikurangi:
ditambah: AP.5; PP.3
g) pusat jantung terpadu
sama dengan diatas dikurangi:
ditambah: PAB seluruh; SKP.4
TIP DAN STRATEGI PENERAPAN SNARS EDISI 1
1. BENTUK POKJA SESUAI BAB DENGAN MELIBATKAN UNIT TERKAIT
2. CERMATI PERUBAHAN YG ADA DAN SEGERA LAKUKAN PERBAIKAN
REGULASI.
3. SOSIALISASI PERUBAHAN REGULASI
4. IMPLEMENTASI
5. BILA DIPERLUKAN MENGUNDANG PEMBIMBING DARI KARS
KESIMPULAN
SNARS edisi 1
merupakan standar akreditasi rumah sakit yang
mudah dipahami sehingga mudah
diimplementasikan, yang lebih mendorong
peningkatan mutu, keselamatan pasien dan
manajemen risiko, termasuk di rumah sakit
pendidikan, serta mendukung program nasional
bidang kesehatan, dan berlaku mulai tgl 1 Januari
2018
SEKIAN
TERIMA KASIH