Está en la página 1de 11

216

ASAS KEPASTIAN HUKUM, KEADILAN DAN KEMANFAATAN DALAM


KAITANNYA DENGAN PUTUSAN KEPAILITAN PENGADILAN NIAGA
Tata Wijayanta
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
E-mail : tata_wijayanta@yahoo.com

Abstract

The principles of legal assurance, justice and expediency are properly stipulated in the provisions of
the Act Number 37 Year 2004. The legal assurance is seen by the rapidity of the settlement and the
expeditious evidentiary procedure. The justice is reflected in equality principle in the proceeding.
Then, the expediency is conceived from the imposition of bankruptcy as the last resort (ultimum
remidium ) and the application of open to public-trial. Nevertheless, in certain case laws from the
Commercial Court, the principles were not applied harmoniously. The legal assurance appears to be
more emphasized than the other principles. Take for example the bankruptcy case of PT Telekomu-
nikasi Phones (District-Commercial Court of Central Jakarta Number: 48/Bankruptcy/2012/PN Nia-
ga.Jkt.Pst) that has been reviewed and nullified by the Supreme Court Number: 704K/Pdt.Sus/
2012).

Key words: legal certainty, justice, expediency, bankruptcy decision.

Abstrak

Asas kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan telah mendapatkan pengaturannya secara seimbang
(harmonis) dalam Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004. Kepastian hukum tersimpul dalam prinsip
penyelesaian perkara secara cepat dan pembuktian secara sederhana. Keadilan tercermin dalam
prinsip keadilan dalam pemeriksaan perkara, sedangkan kemanfaatan dapat dilihat dalam prinsip
putusan pailit sebagai cara paling akhir (ultimum remidium) dan prinsip terbuka untuk umum dalam
pemeriksaan perkara. Dalam pertimbangan putusan pengadilan niaga (hakim), kepastian hukum,
keadilan dan kemanfaatan tidak dilaksanakan secara harmonis dan seimbang. Kepastian hukum
nampak lebih dikedepankan dibandingkan keadilan dan kemanfaatan. Hal ini terlihat dalam Putusan
Pailit PT Telekomunikasi Selular [Putusan Pengadilan Negeri-Niaga Jakarta Pusat Nomor 48/Pailit/
2012/PN-Niaga.Jkt.Pst], meskipun putusan ini direvisi oleh Putusan Mahkamah Agung Nomor 704K/
Pdt.Sus/2012]

Kata kunci: asas kepastian hukum, keadilan, kemanfaatan, putusan kepailitan

Pendahuluan
Peranan pengadilan (hakim) dalam me- kan kebenaran dan keadilan serta dalam tugas-
wujudkan kepastian hukum, keadilan dan ke- nya wajib selalu menjunjung tinggi hukum.
manfaatan antara lain dapat dilihat dari putus- Oleh karena itu, dalam penegakan hukum agar
an-putusan yang telah dijatuhkan. Proses pera- dapat berjalan secara efektif maka diperlukan
dilan sangat tergantung pada hakim di penga- organ penegak hukum yang memadai.1
dilan berkaitan dengan bagaimana hakim me- Sekiranya hakim sebagai salah satu unsur
laksanakan tugas dan fungsinya. Peranan hakim penegak hukum dalam proses peradilan dapat
sangat mulia dan terhormat dalam masyarakat menjalankan peranannya, maka cita-cita pem-
dan negara. Hakim mempunyai tugas menega- bentuk undang-undang kekuasaan kehakiman

Artikel ini merupakan artikel Hasil Penelitian Dosen In-


dividual yang didanai oleh Unit Penelitian dan Pengab- 1
Lihat Doddy Noormansyah, Holding Game, Merger Dan
dian kepada Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Ga- Penegakan Hukum Persaingan Usaha, Jurnal Ilmu Hu-
djah Mada Yogyakarta Tahun Anggaran 2013 berdasar- kum Litigasi, Vol. 7 No. 1 Februari 2006, Bandung: Fa-
kan Kontrak Penelitian No. 3325a/H.01.H-FH/N/ 2013. kultas Hukum Universitas Pasundan, hlm. 10
Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dalam Kaitannya dengan Putusan... 217

akan dapat terwujud. Hakim dalam proses per- Hasil survey yang dilakukan oleh Interna-
adilan memiliki tanggung jawab besar kepada tional Transpararency berkaitan dengan reali-
masyarakat dalam melahirkan putusan-putusan tas praktik hukum di lapangan ternyata diciri-
yang mencerminkan kepastian hukum, keadilan kan dengan ketidakpuasan masyarakat terhadap
dan kemanfataan sehingga peradilan menjadi putusan-putusan pengadilan yang dinilai tidak
tempat mengayomi harapan dan keinginan ma- adil, tidak jujur, memihak, tidak sesuai dengan
syarakat. hukum yang ada. Ketidakpuasan masyarakat ini
Hakim sebagai salah satu aparat penegak mengakibatkan merosotnya wibawa hukum dan
hukum mempunyai tugas sebagai salah satu pe- lembaga peradilan di Indonesia4 dan adanya se-
nentu suatu putusan perkara dari pihak-pihak macam sikap kurang percaya masyarakat terha-
yang bersengketa. Agar dapat menyelesaikan dap aparat penegak hukum yang berdampak pa-
masalah atau persengketaan yang dimintakan da keengganan untuk menyerahkan persoalan
putusan kepadanya, maka dalam proses meng- dan perlindungan kepentingan mereka kepada
ambil putusan hakim harus mandiri dan bebas proses dan institusi hukum (pengadilan).5
dari pengaruh pihak manapun. Hakim dalam Berbagai kritik yang muncul menunjukan
mengambil putusan hanya terikat pada peristi- ketidakpercayaan terhadap penegakan hukum
wa atau fakta-fakta yang relevan dan kaedah- yang dilakukan oleh hakim dalam melahirkan
kaedah hukum yang menjadi atau dijadikan lan- putusan di pengadilan. Putusan hakim seringka-
dasan yuridis.2 li memunculkan tundingan sinis dari masyara-
Hakim sebagai salah satu pejabat kekua- kat. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya ke-
saan kehakiman yang melaksanakan proses pe- luhan tentang putusan yang dianggap belum
radilan tentunya mempunyai tanggungjawab mencerminkan kepastian hukum, keadilan dan
yang besar terhadap lahirnya putusan. Putusan keman-faatan. Putusan hakim harus dapat dite-
yang dihasilkan oleh hakim di pengadilan ideal- rima oleh masyarakat. Pengertian dapat tidak-
nya tidak menimbulkan masalah-masalah baru nya diterima suatu putusan yaitu bahwa hen-
di kemudian hari di masyarakat. Hal ini berarti daknya jangan diartikan secara murni dan fak-
bahwa kualitas putusan hakim berpengaruh tual karena hakim bukan corong undang-undang
penting pada lingkungan masyarakat dan ber- (bouche de la loi) dan juga bukan corong ma-
pengaruh pada kewibawaan dan kredibilitas syarakat (bouche de la socit).6
lembaga pengadilan itu sendiri. Sejak dibentuknya pengadilan niaga yang
Hakim dalam membuat putusan tidak ha- salah satu diantaranya mempunyai kompetensi
nya melihat kepada hukum (system denken) te- memeriksa dan memutus perkara kepailitan,7
tapi juga harus bertanya pada hati nuraini de-
ngan cara memperhatikan keadilan dan keman-
faatan ketika putusan itu telah dijatuhkan (pro- Jurnal Hukum Yustisia, No. 86 Th. XXII Mei-Agustus
2013, Surakarta: Fakultas Hukum Universitas Sebelas
blem denken). Akibat putusan hakim yang ha-
Maret Surakarta, hlm. 43
nya menerapkan pada hukum tanpa mengguna- 4
M. Syamsudin, Arti Penting Prophetic Intelligence Bagi
Hakim Dalam Memutuskan Perkara di Pengadilan,
kan hati nuraininya akan berakibat pada kega-
Jurnal Ilmiah Hukum Legality, Vol. 15 No. 1 Maret-
galan menghadirkan keadilan dan kemanfaatan, Agustus 2007, Malang: Fakultas Hukum Universitas
Muhamadiyah Malang (UMM), hlm. 88
meskipun putusan hakim (vonnis) sejatinya di- 5
Lihat Nurhasan Ismail, Relativitas Daya Pemaksa Hu-
adakan untuk menyelesaikan suatu perkara kum: Indikasi Lemahnya Penegakannya, Majalah Mim-
bar Hukum, Edisi Khusus No. 44/VI/2003, Yogyakarta:
atau sengketa dalam bingkai tegaknya hukum
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, hlm. 144
dan keadilan.3 6
Tata Wijayanta dan Herry Firmansyah, Perbedaan Pen-
dapat Dalam putusan-Putusan Di Pengadilan Negeri
Yogyakarta dan Pengadilan Negeri Sleman, Jurnal Ber-
2
Lihat Fence M. Wantu, Antinomi Dalam Penegakan Hu- kala Mimbar Hukum, Vol. 23 No. 1 Februari 2011, Yog-
kum Oleh Hakim, Jurnal Berkala Mimbar Hukum, Vol. yakarta: Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, hlm.
19 No. 3 Oktober 2007, Yogyakarta: Fakultas Hukum 46
7
Universitas Gadjah Mada, hlm. 395 Tata Wijayanta, Perkembangan Perbedaan Pendapat
3
HM. Soerya Respationo,Putusan Hakim: Menuju Rasio- (Dissenting Opinion) dalam Putusan Kepailitan di Peng-
nalitas Hukum Refleksif dalam Penegakan Hukum, adilan Niaga Jakarta Pusat, Jurnal Berkala Mimbar
218 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

nampak bahwa aspek kepastian hukum, keadil-


an dan kemanfaatan kadang tidak diperhatikan Permasalahan
secara seimbang oleh hakim dalam menjatuh- Ada dua permasalahan yang dibahas pada
kan putusan. Kepailitan menjadi isu yang me- artikel ini. Pertama, bagaimana konsep kepas-
ngedepan di beberapa negara Association South tian hukum, kemanfaatan dan keadilan dalam
East Asian Nation (ASEAN) termasuk diantara- konteks Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004
nya di Indonesia ketika hampir di semua negara tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
utama Asia ditimpa krisis ekonomi8. Kepailitan Pembayaran Utang?; dan kedua, bagaimana pe-
bertujuan untuk mengelola dan membagi harta ngadilan (hakim) mempertimbangkan asas ke-
pailit milik debitur pailit kepada semua kre- pastian hukum, kemanfaatan dan keadilan da-
diturnya.9 lam memeriksa dan memutus perkara kepailit-
Waktu dibentuk pengadilan niaga pada an di pengadilan niaga?
1998 sampai dengan sekarang dari beberapa
putusan pengadilan ini dapat menggambarkan Metode Penelitian
putusan-putusan yang kontroversial yang hanya Sifat penelitian ini adalah penelitian hu-
mengedepankan kepastian hukum tanpa meng- kum normatif dengan jenis penelitian kepusta-
hiraukan aspek keadilan dan kemanfaatannya kaan. Penelitian hukum normatif adalah peneli-
terhadap masyarakat. Putusan-putusan yang di- tian hukum yang menggunakan data sekunder.
maksud diantaranya adalah: pertama, pemailit- Data sekunder yang dicari lebih diutamakan ke-
an PT Asuransi Jiwa Manulife (PT. AJMI) dalam pada putusan-putusan kepailitan yang dijatuh-
Perkara antara Paul Sukran, S.H. melawan PT. kan oleh pengadilan niaga maupun Mahkamah
Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (AJMI) [Putus- Agung, meskipun demikian, data sekunder se-
an Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 10/ lain yang bersumber dari putusan juga berasal
Pailit/2002/PN.Niaga.Jkt.Pst.], kedua, pemai- dari kajian peraturan perundang-undangan dan
litan PT Prudential Life Assurance dalam Per- penelitian kepustakaan yang berkaitan dengan
kara Lee Boon Siong melawan PT Prudential topik penelitian. Data sekunder berasal dari
Life Assurance [Putusan Pengadilan Niaga Ja- bahan hukum primer, bahan hukum sekunder
karta Pusat Nomor 13/Pailit/2004/PN.NiagaJkt. dan bahan hukum tersier. Cara pengumpulan
Pst],10 dan ketiga, pemailitan PT Telkomsel data penelitian dilakukan dengan metode doku-
[Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 48/Pai- mentasi yaitu merujuk/mengumpul-kan pada
lit/2012/PN.Niaga. JKT.PST].11 bahan-bahan yang didokumentasikan, sedang-
kan alat pengumpulan data digunakan studi do-
kumentasi yaitu studi dengan cara mempelajari
Hukum, Vol. 19 No. 3 Oktober 2007, Yogyakarta: Fa-
data baik berupa buku, laporan hasil peneliti-
kultas Hukum Universitas Gadjah Mada, hlm. 427
8
Bhagwam Chowdhry dan Amit Goyal, Understanding an, makalah seminar, tulisan para ahli, putus-
The Financial Crisis in Asia, Pasific-Basin Finance Jour-
an-putusan pengadilan dan semua peraturan
nal, No. 8 Year 2000, hlm. 135 diakses dari http://
www.elsevier .com/locate/econbase; Simon Johson, perundang-undangan yang berkaitan dengan
Peter Boone, Alasdair Breach, Eric Friedman, Corpora-
materi penelitian. Data penelitian dianalisis
te Governance in The Asian Financial Crisis, Journal of
Financial Economic, No. 58 Year 2000, hlm. 152 diakses dengan analisis isi (content analysis). Content
dari http://www.elsevier. com/locate/econbase
9 analysis (analisis isi) dilakukan terhadap ke se-
Elizabeth Warren, Bankruptcy Policy, The University
of Chicago Law Review, Vol. 54 No. 3 Year 1987, Chi- mua data sekunder yang dikumpulkan, namun
cago: Faculty of Law University of Chicago, hlm. 778
10 demikian analisis isi terutama terhadap doku-
Tata Wijayanta, Pelaksanaan Pasal 302 Ayat (3) UU RI
Nomor 37 Tahun 2004 Berkaitan Dengan Pelantikan men yang berupa putusan pengadilan niaga.
Hakim Ad Hoc Dalam perkara Kepailitan, Jurnal ilmiah
Hukum Legality, Vol. 15 No. 1 Maret-Agustus 2007, Ma-
lang: Fakultas Hukum Universitas Muhamadiyah Malang Pembahasan
(UMM), hlm. 136
11
Tata Wijayanta, Kajian Tentang Syarat Kepailitan Me-
nurut Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun
2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Vol. 25 No. 2 Februari 2014, Yogyakarta: Fakultas
Pembayaran Utang, Jurnal Berkala Mimbar Hukum, Hukum Universitas Gadjah Mada, hlm. 28
Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dalam Kaitannya dengan Putusan... 219

Asas Kepastian Hukum, Asas Kemanfaatan dan Untuk mencapai tujuan tersebut, UU RI
Asas Keadilan Dalam Konteks Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Nomor 37 Tahun 2004 Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang me-
Ajaran Cita Hukum (Idee des Recht) me- laksanakan beberapa prinsip dalam penyelesai-
nyebutkan adanya tiga unsur cita hukum yang an perkara kepailitan di pengadilan. Prinsip-
harus ada secara proporsional, yaitu kepastian prinsip tersebut merangkumi 5 (lima) hal, yaitu
hukum (rechtssicherkeit), keadilan (gerechtig- prinsip keadilan, prinsip penjatuhan pailit bu-
keit) dan kemanfaatan (zweckmasigkeit). Seki- kan sebagai ultimun remidium, prinsip dapat
ranya dikaitkan dengan teori penegakan hukum diketahui oleh masyarakat umum (terbuka),
sebagaimana disampaikan oleh Gustav Rad- prinsip penyelesaian perkara secara cepat, dan
bruch dalam idee des recht yaitu penegakan prinsip pembuktian secara sederhana.
hukum harus memenuhi ketiga asas tersebut. 12 Berdasarkan pengaturan dalam UU RI No.
Asas adalah sesuatu yang menjadi tum- 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penun-
puan berfikir atau berpendapat. Asas juga da- daan Kewajiban Pembayaran Utang, ketiga un-
pat berati hukum dasar. Asas adalah suatu dalil sur penegakan hukum tersebut telah terakomo-
umum yang dinyatakan dalam istilah umum tan- dasi dalam undang-undang tersebut. Konsep
pa mensyaratkan cara-cara khusus mengenai kepastian hukum tersimpul dalam prinsip pe-
pelaksanaannya yang diterapkan pada serang- nyelesaian perkara secara cepat dan prinsip
kaian perbuatan untuk menjadi petunjuk yang pembuktian secara sederhana. Unsur keadilan
tepat bagi perbuatan itu. Asas hukum umum dalam penegakan hukum tercermin dalam asas
adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum keadilan, sedang-kan unsur kemanfaatan dapat
positif dan yang oleh ilmu hukum tidak diang- dilihat sebagaimana asas penjatuhan pailit se-
gap berasal dari aturan-aturan yang lebih bagai cara paling akhir (ultimum remidium) pe-
umum. Asas hukum merupakan pengendapan nyelesaian utang dan Prinsip boleh diketahui
hukum positif dalam suatu masyarakat. Asas oleh masyarakat umum (terbuka).
hukum tidak boleh dianggap sebagai norma-
norma hukum konkrit, akan tetapi perlu dipan- Prinsip Penyelesaian Perkara Secara Cepat
dang sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk- dan Prinsip Pembuktian Secara Sederhana se-
petunjuk bagi hukum yang berlaku. bagai Pencerminan Asas Kepastian Hukum
Undang-undang Republik Indonesia (UU Kepastian hukum dapat dimaknakan bah-
RI) Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan wa seseorang akan dapat memperoleh sesuatu
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang diharapkan dalam keadaan tertentu. Ke-
bertujuan supaya perkara kepailitan dapat dise- pastian diartikan sebagai kejelasan norma se-
lesaikan dengan lebih cepat, adil dan terbuka. hingga dapat dijadikan pedoman bagi masyara-
Undang-undang ini juga bertujuan untuk mem- kat yang dikenakan peraturan ini. Pengertian
berikan perlindungan yang adil untuk menjaga kepastian tersebut dapat dimaknai bahwa ada
kepentingan kreditur dan juga debitur. Di satu kejelasan dan ketegasan terhadap berlakunya
pihak tujuan kreditur untuk mendapatkan tun- hukum di dalam masyarakat. Hal ini untuk tidak
tutan atas utang-utangnya dapat segera terla- menimbulkan banyak salah tafsir. Kepastian
ksana, sedangkan di pihak lain debitur dapat hukum yaitu adanya kejelasan skenario perilaku
tetap dijamin meneruskan perniagaannya.13 UU yang bersifat umum dan mengikat semua warga
RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan masyarakat termasuk konsekuensi-konsekuensi
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang me- hukumnya. Kepastian hukum dapat juga berati
ngatur bahwa penyelesaian perkara kepailitan hal yang dapat ditentukan oleh hukum dalam
di pengadilan bukan merupakan cara terakhir hal-hal yang konkret.14 Kepastian hukum adalah
dalam penyelesaian utang.
14
Van Apeldoorn, 1990, Pengantar Ilmu Hukum, Cetakan
12
Fence M. Wantu, op.cit, hlm. 388 Kedua puluh empat, Jakarta: Pradnya Paramita, hlm.
13
Bandingkan dengan Elizabeth Warren, op.cit, hlm. 778 24-25
220 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

jaminan bahwa hukum dijalankan, bahwa yang hakim jika terdapat fakta atau keadaan yang
berhak menurut hukum dapat memperoleh hak- terbukti secara sederhana bahwa persyaratan
nya dan bahwa putusan dapat dilaksanakan. Ke- untuk dipailitkan menurut ketentuan Pasal 2
pastian hukum merupakan perlindungan yusti- ayat (1) UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang
siabel terhadap tindakan sewenang-wenang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembaya-
yang berati bahwa seseorang akan dapat mem- ran Utang telah dipenuhi.17 Prinsip ini berkaitan
peroleh sesuatu yang diharapkan dalam keada- dengan prinsip penyelesaian perkara secara ce-
an tertentu. Hukum bertugas menciptakan ke- pat. Pembuktian secara sederhana ini diperlu-
pastian hukum karena bertujuan untuk mencip- kan supaya penyelesaian perkara kepailitan di
takan ketertiban dalam masyarakat. Kepastian pengadilan dapat diselesaikan dengan lebih
hukum merupakan ciri yang tidak dapat dipi- cepat. Dalam permohonan upaya hukum penin-
sahkan dari hukum terutama untuk norma hu- jauan kembali dalam perkara PT Kadi Interna-
kum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian hu- sional melawan. PT. Wisma Calindra,18 Mahka-
kum akan kehilangan makna karena tidak lagi mah Agung RI memutuskan bahwa hubungan an-
dapat dijadikan pedoman perilaku bagi semua tara pemohon peninjauan kembali dan pihak
orang.15 termohon peninjauan kembali adalah hubungan
Putusan pailit yang dijatuhkan oleh pe- berdasarkan perjanjian timbal balik. Berdasar-
ngadilan niaga dan putusan kasasi Mahkamah kan perjanjian ini setiap pihak mempunyai hak
Agung RI harus dibuat dalam waktu tidak lebih dan kewajiban secara timbal balik. Dalam per-
dari 60 hari lamanya, sedangkan putusan per- kara tersebut, kedua pihak sama-sama melaku-
mohonan peninjauan kembali harus dibuat da- kan ingkar janji. Masing-masing pihak sepatut-
lam waktu tidak boleh lebih dari 30 hari. 16 Ke- nya diberikan peluang untuk membuktikan per-
tentuan batas waktu ini bertujuan menjamin soalan tentang terjadinya ingkar janji ini di
tata cara kepailitan di pengadilan terlaksana persidangan pengadilan. Berdasarkan hal terse-
dengan lebih cepat. UU RI No. 37 Tahun 2004 but, hakim membuat kesimpulan bahwa pem-
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban buktian perkara tersebut bukanlah sederhana
Pembayaran Utang tidak memberi kesempatan dan mudah. Hakim kemudian berpendapat bah-
bagi pihak yang tidak puas terhadap putusan wa perkara tersebut tidak dapat diselesaikan
pailit yang dijatuhkan oleh pengadilan niaga melalui permohonan di pengadilan niaga tetapi
untuk mengajukan upaya hukum banding ke harus diajukan melalui tata cara perdata di
pengadilan tinggi. Hal ini berlainan dengan pe- pengadilan negeri.
nyelesaian perkara perdata (yang pada masa itu Unsur kepastian hukum dalam penegakan
termasuk juga perkara-perkara kepailitan) yang hukum juga dapat tersimpul dari syarat kepai-
terjadi di pengadilan negeri. Pihak yang tidak litan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1)
puas terhadap putusan pailit pengadilan negeri UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dapat mengajukan upaya hukum banding, kasa- dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
si ataupun peninjauan kembali. Tidak terdapat- Dalam ketentuan ini menyebutkan bahwa bah-
nya ketentuan untuk memberikan upaya hukum wa debitur yang mempunyai dua atau lebih kre-
banding dalam UU RI No. 37 Tahun 2004 ten- ditur dan tidak membayar lunas sedikitnya satu
tang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pem- utang yang telah jatuh waktu dan dapat dita-
bayaran Utang ini bertujuan untuk memenuhi gih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadil-
prinsip penyelesaian perkara kepailitan secara an, baik atas permohonannya sendiri maupun
cepat. atas permohonan satu atau lebih krediturnya.
Prinsip pembuktian secara sederhana ber- Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU RI
makna bahwa putusan pailit harus dibuat oleh
17
Pasal 8 ayat (3) UU RI No. 37 Tahun 2004 tentang Ke-
15
Fence M. Wantu, op.cit, hlm. 193 pailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
16 18
Pasal 302 ayat (3) UU RI No. 37 Tahun 2004 tentang Ke- Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung RI Nomor
pailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 04/PK/N/2001
Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dalam Kaitannya dengan Putusan... 221

Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan perkara harus ditimbang sendiri. Ius suum cui-
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ter- que tribuere.
sebut kepastian hukum terhadap orang yang Hakikat keadilan adalah pernilaian ter-
dijatuhi pailit jika telah memenuhi adanya tiga hadap suatu perlakuan atau tindakan dengan
syarat, yaitu harus ada utang; salah satu dari mengkajinya dengan suatu norma yang menurut
utang telah cukup waktu dan dapat ditagih; dan padangan subyektif melebihi norma-norma lain.
debitur mempunyai sekurang-kurangnya dua Hukum memang seharusnya mengandung nilai
atau lebih kreditur. keadilan, namun hukum sendiri tidak identik
Syarat kepailitan sebagaimana yang di- dengan keadilan karena ada norma-norma hu-
atur dalam Pasal 2 ayat (1) UU RI Nomor 37 Ta- kum yang tidak mengandung nilai keadilan.19
hun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang Ke-
Kewajiban Pembayaran Utang ini memang sa- pailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
ngat sederhana. Debitor dengan kemampuan Utang dibentuk dengan tujuan untuk melindu-
membayar utang dapat dipailitkan oleh peng- ngi kepentingan kreditur sekiranya debitur ti-
adilan ketika ketiga syarat kepailitan yaitu ha- dak membayar utangnya. Perlindungan kepenti-
rus ada utang; salah satu dari utang telah cu- ngan kreditor ini sepatutnya tidak boleh meru-
kup waktu dan dapat ditagih; dan debitur mem- gikan kepentingan debitur. Oleh karena itu,
punyai sekurang-kurangnya dua atau lebih kre- prinsip keadilan untuk kepentingan kedua pihak
ditur secara normatif terpenuhi. sangat dititikberatkan dalam undang-undang
Beberapa putusan pengadilan (hakim) da- tersebut.
pat menggambarkan hal tersebut, yaitu: perta- UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang Ke-
ma, pemailitan PT Asuransi Jiwa Manulife (PT. pailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
AJMI) dalam Perkara antara Paul Sukran, S.H. Utang memperkenalkan prinsip ini dengan isti-
melawan PT. Asuransi Jiwa Manulife Indonesia lah adil.20 Tujuannya untuk mewujudkan penye-
(AJMI) [Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat lesaian utang dengan lebih cepat, adil, terbuka
Nomor 10/Pailit/2002/PN.Niaga.Jkt.Pst.]; ke- dan efektif.21 Dalam perkara PT. WRS Indonesia
dua, pemailitan PT Prudential Life Assurance v. Rodney Alexander Bothwell,22 hakim memu-
dalam Perkara Lee Boon Siong melawan PT Pru- tuskan bahwa pada prinsipnya undang-undang
dential Life Assurance [Putusan Pengadilan Ni- kepailitan bertujuan bagi mewujudkan keseim-
aga Jakarta Pusat Nomor 13/Pailit/2004/PN.Ni- bangan kepentingan antara kepentingan debi-
agaJkt.Pst]; dan ketiga, pemailitan PT Telkom- tur, si kreditur dan kepentingan umum. Kepen-
sel [Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 48/ tingan debitur, yaitu keinginan untuk dapat
Pailit/2012/PN.Niaga.JKT.PST]. meneruskan perniagaanya tanpa perlu dijatuh-
kan pailit dan pada masa yang sama dapat
Asas Keadilan Tersimpul dari Prinsip Keadilan membayar utangnya. Kepentingan kreditur di-
dalam Pemeriksaan Perkara di Pengadilan lindungi dengan cara menyegerakan utang-
Keadilan menjadi salah satu nilai dasar utangnya yang diberikan, sedangkan kepenting-
hidup manusia dan merupakan masalah klasik an yang berkaitan dengan masyarakat umum
yang tidak pernah terpecahkan secara tuntas.
Tidak adanya kesesuaian dalam mengartikan
keadilan mendorong orang berusaha merumus- 19
Fence M. Wantu, op.cit, hlm. 485
20
H.P Pangabean, Penerapan Asas-asas Peradilan dalam
kan dan mendefinisikan sesuai dengan latar be-
Kasus Kepailitan, dalam A. Rudhy Lontoh, Denny Kaili-
lakang pengetahuan dan pengala-mannya ma- mang & Benny Ponto [pnyt.], 2001, Penyelesaian Utang
Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan Kewajiban
sing-masing. Keadilan diartikan sebagai pemba-
Pembayaran, Edisi. Pertama. Cetakan Pertama, Ban-
gian yang konstan dan terus menerus untuk dung: Alumni, hlm. 137
21
Penjelasan Umum UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang
memberikan hak setiap orang. The constant
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
and perpetual disposition to render every man Utang
22
Putusan Peninjauan kembali MA RI Nomor 02/PK/N/
his due. Keadilan menuntut supaya tiap-tiap
2001
222 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

yaitu terjaganya kelangsungan perniagaan da- Indah Hotel v. Ssangyong Engineering & Cons-
lam masyarakat. truction Co. Ltd,24 hakim memutuskan bahwa
potensi dan prospek perniagaan debitur, se-
Penjatuhan Pailit sebagai Cara Paling Akhir perti contohnya dari aspek keuangan dan ma-
(Ultimum Remidium) Penyelesaian Utang dan najemen perusahaan, perlu juga dipertimbang-
Asas Dapat Diketahui oleh Masyarakat Umum kan dengan sebaik-baiknya. Sekiranya debitur
(Terbuka) sebagai Pencerminan Asas masih mempunyai potensi dan prospek yang
Kemanfaatan baik, maka dia perlu diberikan kesempatan un-
Hukum adalah segala yang berguna bagi tuk terus hidup dan berkembang dan seterusnya
rakyat. Sebagai bagian dari cita hukum (ide dapat melaksanakan kewajibannya membayar
des recht), keadilan dan kepastian hukum utang kepada debitur pada masa yang akan da-
membutuhkan pelengkap yaitu kemanfaatan. tang. Berdasarkan persoalan itu, si debitur bu-
Kemanfaatan dapat diartikan sebagai kebaha- kan merupakan a debtor is hopelessly in debt.
giaan (happiness). Baik buruknya suatu hukum Oleh karena itu, putusan pailit pengadilan me-
bergantung pada apakah hukum itu memberi- rupakan ultimum remidium (cara paling akhir).
kan kebahagiaan atau tidak pada manusia. Hu- Putusan pailit tidak hanya berkaitan de-
kum yang baik adalah hukum yang dapat mem- ngan kepentingan kreditur, karena putusan pai-
beri manfaat kepada setiap subjek hukum. Hu- lit juga melibatkan pihak lain, diantaranya de-
kum sudah dapat dikategorikan baik apabila bitur, pemerintah sebagai penerima pajak, pa-
mampu memberikan kebahagiaan kepada bagi- ra pekerja yang berkerja pada debitur, suplier,
an terbesar masyarakat. Masyarakat mengha- dan lain-lainnya. Sekiranya debitur merupakan
rapkan manfaat dalam pelaksanaan dan pene- perusahaan, implikasinya juga kepada para pe-
gakan hukum. Hukum adalah untuk manusia megang saham. Oleh karena banyak pihak yang
maka pelaksanaan hukum atau penegakan hu- berkepentingan dengan debitur, maka proses
kum harus memberi manfaat atau kegunaan ba- dari permohonan pailit didaftarkan ke pengadil-
gi masyarakat. Pelaksanaan dan penegakan hu- an, pada waktu pemeriksaan di pengadilan dan
kum harus dapat menghindarkan timbulnya ke- dalam masa pengurusan harta pailit oleh Kura-
rusuhan di dalam masyarakat. Hukum yang baik tor maupun Balai Harta Peninggalan (BHP) ha-
adalah hukum yang membawa kemanfaatan ba- rus diketahui oleh masyarakat umum.
gi manusia. Kemanfaatan disini dapat juga diar-
tikan dengan kebahagiaan. Masyarakat akan Pertimbangan Pengadilan Niaga (Hakim) Ten-
mentaati hukum tanpa perlu dipaksa dengan tang Asas Kepastian Hukum, Kemanfaatan dan
sanksi apabila memang masyarakat merasakan Keadilan dalam Memeriksa dan Memutus Per-
manfaat.23 kara Kepailitan
UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang Ke- Asas kepastian hukum, kemanfaatan dan
pailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran keadilan dalam perkara kepailitan dalam kon-
Utang memberikan pilihan lain bagi debitur se- teks putusan pengadilan terlihat dalam pertim-
belum debitur diputuskan pailit. Pengadilan ti- bangan pengadilan (hakim) dalam memutus
dak akan menjatuhkan putusan pailit sekiranya perkara kepailitan. Putusan pengadilan (hakim)
debitur masih mempunyai peluang bisnis pada harus dianggap benar (Res Judicata Pro verita-
masa yang akan datang dan debitur beritikad te Habeteur). Putusan pengadilan berlaku kon-
baik untuk bekerjasama dengan kreditur supaya krit bagi para pihak yang terlibat perkara (in
usahanya dapat sehat dan berjalan lagi. Berda- concreto).
sarkan cara itu diharapkan debitur dapat melu- Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri-
nasi utangnya tanpa perlu diputuskan pailit Niaga Jakarta Pusat dalam Perkara PT Prima
oleh pengadilan. Dalam perkara PT Jimbaran Jaya Informatika melawan PT. Telekomunikasi

24
Putusan Peninjauan Kembali MA RI Nomor 24/PK/N/
23
Fence M. Wantu, Op.cit, hlm. 395 1999
Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dalam Kaitannya dengan Putusan... 223

Selular [Putusan Pengadilan Negeri-Niaga Jakar- Berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1)
ta Pusat Nomor 48/Pailit/2012/PN, Niaga.Jkt. UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
Pst] dan Putusan Mahkamah Agung dalam ting- dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
kat Kasasi dalam Perkara PT. Telekomunikasi tersebut dapat dirumuskan adanya tiga syarat
Selular melawan PT Prima Jaya Informatika untuk dapat dipailitkan, yaitu harus ada utang;
[Putusan Mahkamah Agung Nomor 704K/Pdt. salah satu dari utang telah cukup waktu dan
Sus/2012 terjadi perbedaan berkaitan dengan dapat ditagih; debitur mempunyai sekurang-
penerapan asas kepastian hukum, keadilan dan kurangnya dua atau lebih kreditur. Ketiga sya-
kemanfaatan dalam pertimbangan putusan. rat sebagaimana disebutkan di atas menurut
Asas kepastian hukum, keadilan dan ke- pertimbangan pengadilan (hakim) tingkat per-
manfaatan tidak diterapakan secara proporsio- tama telah terpenuhi untuk dapat memailitkan
nal dalam putusan pengadilan tingkat pertama. PT. Telekomunikasi Selular.25 Berikut penjelas-
Pengadilan tingkat pertama hanya mengede- an dari syarat-syarat dimaksud.
pankan kepastian hukum dengan mengabaikan Pertama, syarat adanya satu utang yang
keadilan dan kemanfaatan, sedangkan dalam telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Berda-
memutuskan Mahkamah Agung RI mempertim- sarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 UU RI Nomor
bangkan penerapan secara proporsional asas 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penunda-
kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan an Kewajiban Pembayaran Utang disebutkan
dengan cara mengharmonisasikan/menyeim- bahwa utang adalah orang yang mempunyai
bangkan ketiga aunsur dalam penegakan hu- piutang karena perjanjian atau undang-undang
kum. yang dapat ditagih dimuka pengadilan. Pasal 1
butir 6 UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang Ke-
Pertimbangan Pengadilan Niaga (Hakim) da- pailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
lam Putusan Pengadilan Negeri-Niaga Jakarta Utang menentukan bahwa :
Pusat Nomor 48/Pailit/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst] Utang adalah kewajiban yang dinyatakan
Putusan Pengadilan Negeri-Niaga Jakarta atau dapat dinyatakan dalam jumlah
Pusat Nomor 48/Pailit/2012/PN.Niaga.Jkt.Pst uang baik dalam mata uang Indonesia
maupun mata uang asing, baik secara
dalam Perkara PT Prima Jaya Informatika mela- langsung maupun tidak langsung yang
wan PT. Telekomunikasi Selular isinya menja- akan timbul di kemudian hari atau konti-
tuhkan pailit terhadap termohon pailit PT. Te- jen, yang timbul karena perjanjian atau
lekomunikasi Selular atas permohonan pemo- undang-undang dan yang wajib dipenuhi
hon PT Prima Jaya Informatika. Dalam putusan oleh debitur dan bila tidak dipenuhi
memberi hak kepada kreditur untuk men-
tersebut nampak bahwa pengadilan (hakim) dapatkan pemenuhannnya dari harta ke-
tingkat pertama dalam pertimbangannya hanya kayaan debitur.
mengedepankan kepastian hukum dan tanpa
menghiraukan keadilan dan kemanfataan. Per- Berdasarkan Perjanjian Kerjasama Pen-
timbangan pengadilan (hakim) hanya mendasar- jualan Produk Telkomsel antara PT Telkomsel
kan pada telah terpenuhinya syarat kepailitan Selular dan PT Prima Jaya Informatika pada in-
sebagai-mana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU tinya adalah bahwa adanya kewajiban PT Prima
RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Jaya Informatika ditunjuk untuk mendistri-
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Ke- busikan Kartu Perdana Voucher Isi Ulang.26 Da-
tentuan ini menentukan bahwa: lam Teori Hukum Perikatan dijelaskan bahwa,
Debitur yang mempunyai dua atau lebih perikatan itu ada tiga jenis dan salah satunya
kreditor dan tidak membayar lunas sedi-
kitnya satu utang yang telah jatuh waktu 25
Tata Wijayanta, Kajian Tentang Syarat Kepailitan...,
dan dapat ditagih, dinyatakan pailit de- op.cit, hlm. 28
ngan putusan pengadilan, baik atas per- 26
Lihat Putusan Pengadilan Negeri-Niaga Jakarta Pusat
mohonannya sendiri maupun atas permo- Nomor 48/Pailit/2012/PN,Niaga.Jkt.Pst dalam Perkara
PT Prima Jaya Informatika melawan PT. Telekomunilasi
honan satu atau lebih krediturnya.
Selular, hlm. 58
224 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

adalah perikatan untuk menyerahkan barang. Prima Jaya Informatika untuk mempailitkan PT
Kewajiban untuk menyerahkan barang tersebut Telkomsel Selular sangat beralasan hukum dan
yang dapat dinilai dengan uang dapat dikatego- karenanya pengadilan (hakim) mengabulkan
rikan sebagai utang menurut UU RI Nomor 37 permohonan PT Prima Jaya Informatika untuk
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan mempailitkan PT Telkomsel selular.29
Kewajiban Pembayaran Utang dan jumlah utang Hakim dalam memutuskan perkara nam-
ini dapat berupa barang dengan catatan barang pak pengadilan (hakim) lebih mengedepankan
tersebut dapat dinilai dengan uang. kepastian hukum dan mengabaikan keadilan
Pengadilan (hakim) memberikan pertim- dan kemanfaatan. Pengadilan hanya memper-
bangan bahwa sesuai perjanjian Kerjasama timbangkan bahwa syarat kepailitan telah ter-
Penjualan Produk Telkomsel antara PT Telkom- penuhi sehingga menjatuhkan putusan pailit
sel Selular dan PT Prima Jaya Informatika, ke- terhadap PT Telekomunikasi Selular tanpa
wajiban PT Telkomsel Selular untuk menyerah- mempertimbangkan unsur penegakan hukum
kan voucher dan kartu perdana merupakan lainnya (keadilan dan kemanfatan). Pengadilan
utang sepanjang dapat dinilai dengan uang dan tidak mempertimbangkan dampak dari putusan-
ternyata tidak dibayar oleh PT Telkomsel Selu- nya yang mungkin dapat menimbulkan ketidak-
lar sesuai kewajibannya sebagaimana diatur da- manfaatan bagi pihak lain. Dengan demikian ju-
lam perjanjian. Objek jual beli berupa voucher ga berkaitan dengan unsur keadilan yang ku-
dan kartu perdana termasuk barang yang dapat rang memperoleh pertimbangan dari pengadil-
dinilai dengan uang sehingga dengan tidak dise- an (hakim), karena Utang PT Prima Jaya In-
rahkan barang tersebut sesuai dengan perjan- formatika tidak sebanding dengan aset yang di-
jian yang disepakati antara PT Prima Jaya In- miliki oleh PT Telekomunikasi Selular.
formatika, kewajiban PT Telkomsel Selular me-
rupakan utang dalam arti luas.27 Berdasarkan Pertimbangan Pengadilan Niaga (Hakim) pada
hal tersebut maka syarat adanya utang yang te- Putusan Mahkamah Agung Nomor 704K/Pdt.
lah jatuh tempo dan dapat ditagih sebagaimana Sus/2012
yang disyaratkan oleh Pasal 2 ayat (1) UU RI Putusan Mahkamah Agung dalam tingkat
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Kasasi Nomor 704K/Pdt.Sus/2012 dalam Perka-
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang telah ra PT. Telekomunikasi Selular melawan PT Pri-
terpenuhi untuk memailitkan PT Telkomsel Se- ma Jaya Informatika pada pokoknya berisi me-
lular. ngabulkan permohonan kasasi Pemohon Kasasi
Kedua, syarat adanya kreditur lain. Da- PT. Telekomunikasi Selular dan membatalkan
lam pertimbangannya hakim pengadilan tingkat putusan pengadilan tingkat pertama yaitu Pu-
pertama mendapatkan adanya kewajiban pem- tusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri
bayaran oleh PT Telkomsel Selular kepada kre- Jakarta Pusat Nomor 48/Pailit/2012/PN.Niaga.
ditur lain yaitu PT Extent Media Indonesia 28 Jkt yang mempailitkan PT. Telekomunikasi Se-
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, PT lular dalam putusan yang dijatuhkannya. Dalam
Prima Jaya Informatika dapat membuktikan putusan Mahkamah Agung tersebut dapat disim-
terdapatnya fakta atau keadaan yang terbukti pulkan bahwa Mahkamah Agung (Hakim Mahka-
secara sederhana bahwa persyaratan untuk di- mah Agung) dalam tingkat kasasi dalam pertim-
nyatakan pailit sebagaimana ndimaksud dalam bangannya mengharmonisasikan/menyeimbang-
ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU RI Nomor 37 kan antara kepastian hukum, keadilan dan ke-
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan manfaatan. Pertimbangan Mahkamah Agung
Kewajiban Pembayaran Utang telah terpenuhi. (Hakim Mahkamah Agung) tidak hanya menda-
Oleh karena itu, menurut pertimbangan hakim sarkan konsep kepastian hukum untuk menja-
pengadilan tingkat pertama permohonan PT tuhkan pailit, yaitu telah terpenuhinya syarat

27
Ibid, hlm. 60
28 29
Ibid, hlm. 62-63 Ibid, hlm. 65
Asas Kepastian Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan dalam Kaitannya dengan Putusan... 225

kepailitan sebagai-mana diatur dalam Pasal 2 lular adalah investor asing yaitu Singapore Te-
ayat (1) UU RI Nomor 37 Tahun 2004 tentang lecom Pte. Ltd.30
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembaya-
ran Utang saja. Syarat Kepailitan menurut ke- Penutup
tentuan Pasal 2 ayat (1) UU RI Nomor 37 Tahun Simpulan
2004 menyebutkan bahwa debitur yang mempu- Sebagaimana yang telah diuraikan di
nyai dua atau lebih kreditur dan tidak memba- atas, dapat disimpulkan dua hal. Pertama, Un-
yar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh dang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Ke-
waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit de- pailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
ngan putusan pengadilan, baik atas permohon- Utang memberikan konsep kepastian hukum,
annya sendiri maupun atas permohonan satu kemanfaatan dan keadilan dengan melaksana-
atau lebih kreditornya. Hakim Mahkamah Agung kan beberapa prinsip dalam penyelesaian per-
dalam pertimbangan putusannya juga memper- kara kepailitan di pengadilan. Prinsip-prinsip
hatikan aspek keadilan dan kemanfaatan dalam tersebut merangkum 5 (lima) hal, yaitu: prin-
menjatuhkan putusan. sip keadilan, prinsip penjatuhan pailit bukan
Hakim Mahkamah Agung dalam pertimba- sebagai ultimum remidium dalam penyelesaian
ngannya menjelaskan bahwa PT telekomunikasi utang, prinsip dapat diketahui oleh masyarakat
Selular adalah perusahaan yang sangat sehat umum (terbuka untuk umum) dalam pemerik-
dan dikelola dengan sangat baik dan terus saan perkara, prinsip penyelesaian perkara se-
menghasilkan keuntungan berdasarkan Laporan cara cepat, dan prinsip pembuktian secara se-
Keuangan Tahun 2011 yang telah diaudit dan derhana. Asas kepastian hukum tersimpul da-
membukukan keuntungan sebesar Rp.12.823. lam prinsip penyelesaian perkara secara cepat
670.058.017,-(dua belas triliun delapan ratus dan prinsip pembuktian secara sederhana. Asas
dua puluh tiga miliar enam ratus tujuh puluh keadilan dalam penegakan hukum tercermin
juta lima puluh delapan ribu tujuh belas Ru- dalam asas keadilan, sedangkan asas kemanfa-
piah). Sekiranya dibandingkan dengan nilai atan dapat dilihat sebagaimana prinsip penja-
utang sebesar Rp.5.260.000.000,- dengan nilai tuhan pailit sebagai cara paling akhir (ultimum
aset PT Telekomunikasi Selular pada tahun remidium) penyelesaian utang dan prinsip bo-
2011 yang sangat besar dan menghasilkan keun- leh diketahui oleh masyarakat umum (terbuka).
tungan puluhan triliun Rupiah setiap tahunnya, Kedua, dalam pertimbangan putusan pe-
seharusnya pengadilan (hakim) tingkat pertama ngadilan tingkat pertama (pengadilan niaga),
secara hati-hati memeriksa dan memutuskan penerapan asas kepastian hukum, keadilan dan
perkara ini, dimana putusan yang tidak didasar- kemanfaatan tidak dilaksanakan secara harmo-
kan kebenaran dan keadilan yang telah dijatuh- nis dan seimbang. Kepastian hukum nampak
kan oleh pengadilan (hakim) tingkat pertama lebih dikedepankan dibandingkan keadilan dan
yaitu Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pe- kemanfaatan dalam putusan kepailitan di peng-
ngadilan Jakarta Pusat tersebut telah menim- adilan niaga ini. Hal tersebut terlihat dengan
bulkan konsekuensi kerugian yang sangat besar diputuskannya pailit PT Telekomunikasi Selular
bagi PT Telekomunikasi Selular yang merupakan (Putusan Pengadilan Negeri-Niaga Jakarta Pusat
salah satu aset terbaik bangsa Indonesia dan Nomor 48/Pailit/2012/PN.Niaga. Jkt.Pst), mes-
menimbulkan konsekuensi kerugian yang sangat kipun putusan ini direvisi oleh Mahkamah Agung
besar dalam pembangunan keamanan dan ke- melalui Putusan Mahkamah Agung Nomor 704K/
pastian berinvestasi di Indonesia karena 35% Pdt.Sus/ 2012 yang menerapkan secara propor-
dari kepemilikan saham PT Telekomunikasi Se-

30
Lihat Putusan Mahkamah Agung dalam tingkat Kasasi
dalam Perkara PT. Telekomunilasi Selular melawan PT
Prima Jaya Informatika [Putusan Mahkamah Agung No-
mor 704K/Pdt.Sus/2012], hlm. 40
226 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 14 No. 2 Mei 2014

sional asas kepastian hukum, keadilan dan ke- Surakarta: Fakultas Hukum Universitas
manfaatan dalam putusannya. Sebelas Maret;
Syamsudin, M. Arti Penting Prophetic Intelli-
Saran gence Bagi Hakim dalam Memutuskan
Perkara di Pengadilan. Jurnal Ilmiah Hu-
Ada dua saran yang dapat digunakan se-
kum Legality. Vol. 15 No. 1 Maret-Agus-
bagai solusi permasalahan di atas. Pertama, tus 2007, Malang: Fakultas Hukum Univer-
perlunya memperluas konsep kepastian hukum, sitas Muhamadiyah Malang (UMM);
keadilan dan kemanfaatan dalam UU RI Nomor Wantu, Fence M. Antinomi Dalam Penegakan
37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penunda- Hukum Oleh Hakim. Jurnal Berkala Mim-
an Kewajiban Pembayaran Utang; kedua, perlu- bar Hukum, Vol. 19 No. 3 Oktober 2007.
nya pengadilan (hakim) dalam memutus perka- Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas
Gadjah Mada;
ra kepailitan dengan mengharmonisasikan (me-
nyeimbangkan) antara kepastian hukum, keadil- Warren, Elizabeth. Bankruptcy Policy. The
University of Chicago Law Review. Vol.
an dan kemanfaatan. 54 No. 3 Year 1987. Chicago: Faculty of
Law University of Chicago;
Daftar Pustaka Wijayanta, Tata. Kajian Tentang Syarat Ke-
Apeldoorn, van. 1990. Pengantar Ilmu Hukum. pailitan Menurut Pasal 2 Ayat (1) Undang-
Cetakan Kedua puluh empat. Jakarta: Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Pradnya Paramita; Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang. Jurnal Berkala Mim-
Chowdhry, Bhagwam dan Amit Goyal. Under- bar Hukum. Vol. 25 Februari 2014. Yogya-
standing the financial crisis in Asia. Pa- karta: Fakultas Hukum Universitas Gadjah
sific-Basin Finance Journal, No. 8 Year Mada;
2000. Diakses dari http://www.elsevier.
com/ locate/econbase; -------. Pelaksanaan Pasal 302 Ayat (3) UU RI
Nomor 37 Tahun 2004 Berkaitan Dengan
Ismail, Nurhasan. Relativitas Daya Pemaksa Pelantikan Hakim Ad Hoc Dalam perkara
Hukum: Indikasi Lemahnya Penegakan- Kepailitan. Jurnal ilmiah Hukum Lega-
nya. Majalah Berkala Mimbar Hukum. lity. Vol.15 No.1 Maret-Agustus 2007. Ma-
Edisi Khusus No. 44/VI/2003. Yogyakarta: lang: Fakultas Hukum Universitas Mu-
Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada; hamadiyah Malang (UMM);
Johson, Simon, Peter Boone, Alasdair Breach, -------. Perkembangan Perbedaan Pendapat
Eric Friedman. Corporate Governance in (Dissenting Opinion) dalam Putusan Ke-
the Asian Financial Crisis. Journal of Fi- pailitan Di Pengadilan Niaga Jakarta Pu-
nancial Economic. No. 58 Year 2000. Di- sat. Jurnal Berkala Mimbar Hukum. Vol.
akses dari http://www.elsevier. com/lo- 19 No. 3 Oktober 2007. Yogyakarta: Fa-
cate/econbase; kultas Hukum Universitas Gadjah Mada;
Noormansyah, Doddy. Holding Game, Merger Wijayanta, Tata dan Herry Firmansyah. Per-
dan Penegakan Hukum Persaingan Usa- bedaan Pendapat dalam putusan-Putusan
ha. Jurnal Ilmu Hukum Litigasi, Vol. 7 Di Pengadilan Negeri Yogyakarta dan Pe-
No. 1 Februari 2006. Bandung: Fakultas ngadilan Negeri Sleman. Jurnal Berkala
Hukum Universitas Pansundan; Mimbar Hukum, Vol. 23 No. 1 Februari
Pangabean, HP. Penerapan Asas-asas Peradilan 2011, Yogyakarta: Fakultas Hukum Uni-
Dalam Kasus Kepailitan. dalam Rudy A. versitas Gadjah Mada.
Lontoh, Deny Kailimang, dan P. Ponto
(peny.). 2001. Penyelesaian Utang Piu-
tang Melalui Pailit Atau Penundaan Ke-
wajiban Pembayaran. Edisi Pertama.
Cetakan Pertama. Bandung: Alumni;
Respationo, HM. Soerya. Putusan Hakim: Me-
nuju Rasionalitas Hukum Refleksif Dalam
Penegakan Hu-kum. Jurnal Hukum Yus-
tisia. No. 86 Th. XXII Mei-Agustus 2013.

También podría gustarte