Está en la página 1de 6

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Definisi Skizofrenia


Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh generic, fisik, dan social budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

3.2. Pedoman Diagnostik Skizofrenia


Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas):
a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau
bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- tought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya
diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar ke luar sehingga
orang lain atau umum mengetahuinya.
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
sesuatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya
dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar;

7
- delusional perception = pengalaman inderawi yang tak wajar,
yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik
atau mukjizat;
c. Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian
tubuh
d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan
kemampuan diatas manusia biasa (missal mampu mengendalikan
cuaca, atau mampu berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia
lain)
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah
berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh
ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
terus menerus;
f. Arus pikiran yang tertentu (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (ex-citement),
posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativism,
mutisme, dan stupor;
h. Gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang
jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar,
biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social
dan menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal
tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

8
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun wajtu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan
penarikan diri secara sosial.

3.3. Skizofrenia Hebefrenik


Pada skizofrenia hebefrenik biasanya permulaannya perlahan atau sub
akut dan sering timbul pada usia remaja atau antara usia 15-25 tahun. Gejala
yang mencolok adalah: gangguan proses berpikir, gangguan kemauan dan
adanya depersonalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor
seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan sering
terdapat pada skizofrenia hebefrenik. Waham dan halusinasi banyak sekali.

3.4. Pedoman Diagnostik Skizofrenia Hebefrenik


Memenuhi criteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukka cirri khas: pemalu dan senang
menyendiri, namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan
pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan:
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary),
dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan.
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering
disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri, senyum
sendiri, atau oleh sikap tinggi hati, tertawa menyeringai, mannerism,
mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakal,
dan ungkapan kata yang diulang-ulang.

9
- Proses piker mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu
(rambling) serta inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses
berpikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi
biasanya tidak menonjol. Dorongan kehendak dan yang bertujuan hilang
serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan
cirri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud. Adanya suatu
preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,
filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami
jalan pikiran pasien.

3.5. Prengobatan
Pengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang lama
menimbulkan kemungkinan lebih besar penderita menuju ke kemunduran
mental.
Farmakoterapi
Indikasi pemberian obat antipsikotik pada skizofrenia adalah:
pertama untuk mengendalikan gejala aktif dan kedua mencegah
kekambuhan.
Strategi pengobatan tergantung pada fase penyakit apakah akut
atau kronis. Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang baru
dialami atau yang kambuh) yang perlu segera diatasi. Tujuan pengobatan
disini adalah mengurangi gejala psikotik yang parah. Dengan fenotiazin
biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu.
Biarpun tetap masih ada waham dan halusinasi, penderita tidak begitu
terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dalam
kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja.
Setelah 4-8 minggu, pasien masuk ke tahap stabilisasi sewaktu
gejala-gejala sedikit banyak sudah teratasi, tetapi resiko relaps masih
tinggi, apalagi bila pengobatan terputus atau pasien mengalami stress.
Sesudah gejala mereda, maka dosis dipertahankan selama beberapa
bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan

10
skizofrenia itu lebih dari satu kali, maka sesudah gejala-gejala meredam
obat diberi terus selama satu atau dua tahun.
Setelah 6 bulan, pasien masuk fase rumatan (maintenance) yang
berujuan untuk mencegah kekambuhan. Kepada pasien dengan
skizofrenia menahun, neuroleptika diberi dalam jangka waktu yang
ditentukan lamanya dengan dosis naik-turun sesuai dengan keadaan
pasien.
Psikoterapi dan rehabilitasi
Dapat dilakukan psikoterapi suportif individual atau kelompok,
serta bimbingan yang praktis dengan maksud mengembalikan penderita
ke masyarakat.
Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin, diatur
sedemikian rupa sehingga ia tidak mengalami stress terlalu banyak. Bila
mungkin, sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan sebelum sakit, dan
tergantung pada tingkat kesembuhan apakah tanggung jawbnya dalam
pekerjaan itu akan penuh atau tidak.
Lingkungan sekitar yang tidak stabil serta hostilitas dan ikut
campur emosional yang dialami pasien dan orang-orang yang dekat
dengannya akan membawa resiko tinggi untuk kambuh. Untuk ini terapi
keluarga dapat bermanfaat.

3.6. Prognosis
Walaupun remisi penuh atau sembuh pada skizofrenia
itu ada,kebanyakan orang mempunyai gejala sisa dengan keparahan
yang bervariasi. Secara umum 25% individu sembuh sempurna,
40%mengalami kekambuhan dan 35% mengalami perburukan. Sampaisaat
ini belum ada metode yang dapat memprediksi siapa yangakan menjadi
sembuh siapa yang tidak, tetapi ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhinya seperti : usia tua, faktor pencetus jelas, onset akut,
riwayat sosial/pekerjaan pramorbid baik, gejaladepresi, menikah, riwayat
keluarga gangguan mood, sistem pendukung baik dan gejala positif ini akan
memberikan prognosisyang baik sedangkan onset muda, tidak ada

11
faktor pencetus, onset tidak jelas, riwayat sosial buruk, autistik,
tidak menikah/janda/duda, riwayat keluarga skizofrenia, sistem pendukung
buruk, gejala negatif, riwayat trauma prenatal, tidak remisi dalam 3 tahun,
sering relaps dan riwayat agresif akan memberikan prognosis yang buruk.

12

También podría gustarte