Está en la página 1de 16

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Komunitas Umum


Puskesmas Ampenan merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kota Mataram,. Jarak
keberadaan Ampenan dengan Rumah Sakit Kota sekitar + 6 Km. Luas wilayah Ampenan
3156,95 Km2.9
Wilayah binaan Puskesmas Ampenan sendiri terdiri dari 341 RT dan 66 RW.

Wilayah binaan Puskesmas Ampenan yang ada pada Wilayah Ampenan adalah :
1. Lingkungan Otak Desa
2. Lingkungan Tempit
3. Lingkungan Pelembak
4. Lingkungan Jempong
5. Lingkungan Batu Raja
6. Lungkungan Dayan Peken
7. Lingkungan Pondok Prasi
8. Lingkungan Melayu Bangsal

2.1.2 Data Geografik

Wilayah Ampenan terletak pada ketinggian 600-800 meter diatas permukaan laut dengan
topografi datar-gelombang (50 %) dan datar bukti (35 %). Keadaan geografis Wilayah Ampenan,
khususnya wilayah binaan Puskesmas Ampenan terdiri dari lahan pertanian, perkebunan serta
pemanfaatan wilayah menjadi wilayah industri. Sebagian besar wilayah desa yang ada di
Wilayah Ampenan terletak di daerah dataran dan selebihnya adalah lereng / punggung bukit.
Batas wilayah binaan Puskesmas Ampenan terdiri dari :
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat lombok
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Narmada
3. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Gunung Sari
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Parungkuda.

Pada wilayah binaan Puskesmas Ampenan secara akses jalan dapat dilalui kendaraan
roda empat. Terdapat desa yang sebagian dusun akses jalan hanya dapat dilalui kendaraan
roda dua dan jalan kaki, yaitu Dusun Cibilik yang berada di Desa Nanggerang.

2.1.3 Keadaan Penduduk


6

Jumlah penduduk Tahun 2014 wilayah binaan Puskesmas Ampenan berdasarkan


distribusi frekuensi penduduk yang ada sebanyak 87.264 jiwa. Keadaan penduduk secara
keseluruhan berdasarkan proporsi jenis kelamin lebih banyak perempuan sebanyak 43.768 jiwa.
Dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1
Distribusi Frekuensi Penduduk Wilayah Binaan Puskesmas Ampenan Tahun 2014

PROPORSI PENDUDUK
NO WILAYAH JUMLAH
BINAAN
LAKI- PEREMPUAN
LAKI

1 LINGKUNGAN 5254 8818 14072


OTAK DESA

2 LINGKUNGAN 3863 3916 7779


TEMPIT

3 LINGKUNGAN 6487 6276 12763


PELEMBAK

4 LINGKUNGAN 5517 5539 11056


JEMPONG

5 LINGKUNGAN 5038 5040 10078


BATU RAJA

6 LINGKUNGAN 4082 4430 8512


DAYAN PEKEN

7 LINGKUNGAN 8956 8372 17328


PONDOK PRASI

8 LINGKUNGAN 2887 2788 5675


MELAYU
BANGSAL

JUMLAH 43496 43768 87.264


Sumber : Data Kependudukan Wilayah Ampenan 2014

Jumlah kepala keluarga yang ada di wilayah binaan Puskesmas Ampenan adalah 25.390.
Kondisi penduduk yang ada di wilayah binaan Puskesmas Ampenan adalah heterogen karena
Wilayah Ampenan merupakan wilayah perairan yang menyediakan banyak lahan kerja. Dengan
kondisi tersebut penduduk sebagian besar pendatang dengan berbagai suku daerah.

Tabel 2.2
Perkembangan Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Puskesmas
Ampenan Wilayah Ampenan Kab. Sukabumi
Tahun 2013-2014

TAHUN
7

2013 2014
Jml Penduduk 41.443 43.496
Laki-laki
Jml Penduduk 40.875 43.768
Perempuan
Jumlah 82.318 87.264

Rasio 101,39% 99.38%


Jenis Kelamin
Sumber : Data Kependudukan Kec. Cicurug Tahun 2013 & 2014

Jumlah penduduk Wilayah Ampenan Kota Mataram pada tahun 2014 ini mengalami
kenaikan, berdasarkan data kependudukan Wilayah Ampenan tahun 2014, penduduk Wilayah
Ampenan Kota Mataram tercatat sebanyak 87.264 jiwa, dengan komposisi penduduk laki-laki
sebanyak 43.496 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 43.768 jiwa. Dapat dilihat pada tabel
2.2 di atas.
Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin ditunjukkan dengan rasio jenis
kelamin yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Pada tahun 2014,
rasio jenis kelamin penduduk di Wilayah Ampenan Kota Mataram sebesar 99,38 % artinya dari
sebanyak 100 orang perempuan terdapat 99 orang penduduk laki-laki. Rasio ini mengalami
penurunan yang sebelumnya pada tahun 2013 sebesar 101,39%. Dapat dilihat pada tabel 2.2 di
atas. Jumlah penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin didapatkan pada usia 20-24
tahun (5292 orang) dan usia 30-34 tahun (7023 orang) lebih banyak dibandingkan laki-laki. Kita
ketahui bahwa usia 20-24 dan usia 30-34 tahun merupakan usia reproduktif. Dengan keadaan ini
mempengaruhi pelayanan kesehatan ibu dan anak serta Keluarga Berencana (KB). Selain itu
berhubungan erat tingkat derajat kesehatan yang dilihat dari kematian bayi dan ibu serta
kesakitan ibu dan bayi

Berdasarkan struktur umur pada Tahun 2014, keadaan penduduk Wilayah Ampenan
Kota Mataram memiliki komposisi usia non produktif sebesar 40,6 % yaitu penduduk usia 0
14 tahun berjumlah 34.439 orang ( 39,46%) dan penduduk usia di atas 65 tahun bejumlah 2890
orang (3,27%). Sedangkan penduduk usia produktif umur 15-64 sebesar 49.965 orang (57,26 %).
Struktur umur ini mempunyai pengaruh penting terhadap tingkah laku demografi maupun sosial
ekonomi. Tinggi rendahnya Angka Beban Tanggungan dijadikan salah satu indikator terhadap
tingkat kesejahteraan penduduk, Angka Beban Tanggungan (Dependency Ratio) penduduk
Wilayah Ampenan Kota Mataram pada Tahun 2014 sebesar 74,65 %.10
8

2.1.4 Keadaan Ekonomi


Tabel 2.3 Distribusi Kepala Keluarga Berdasarkan Tahapan Keluarga Pra Sejahtera & Sejahtera I Di
Puskesmas Ampenan Kota Mataram Tahun 2016

TAHAPAN KS

JUMLAH JUMLAH PRA S KS I


NO. DESA/KELURAHAN
KK JIWA
NON NON
ALEK ALEK
ALEK ALEK

LINGKUNGAN OTAK 14072


1 479 0 896 0
DESA 3,173

2 TEMPIT 2,003 7779 37 292 176 465

3 PELEMBAK 3,269 12763 51 226 212 682

4 JEMPONG 3,215 11056 70 473 267 513

5 BATU RAJA 2,349 10078 62 1 377 0

6 DAYAN PEKEN 1,847 8512 54 440 89 285

7 PONDOK PRASI 8,112 17328 143 31 822 680

8 MELAYU BANGSAL 1,422 5675 265 101 504 71

JUMLAH 25,390 87264 1161 1564 3343 2696

% 4,57 6,16 13,17 10,62


Sumber : Data BKKBD Kec. Cicurug tahun 2014 & Data Kec. Cicurug Tahun 2014

Berdasarkan pada tabel 2.3 bahwa KK di Wilayah Ampenan 10.73 % termasuk


katagori Keluarga Pra Sejahtera dan 23.78 % katagori KS I. Keseluruhan Keluarga Pra sejahtera
dan KS 1 di wilayah binaan Puskesmas Ampenan sebesar 8764 (34,52%). Dapat disimpulkan
bahwa angka kemiskinan di Wilayah Ampenan tahun 2016 masih cukup tinggi. 10

2.1.5 Keadaan Pendidikan


Penduduk yang berusia 10 tahun ke atas di wilayah binaan Puskesmas Ampenan
sebanyak 67.980 jiwa dengan proporsi terbesar pada jenis kelamin perempuan sebanyak 34.202
9

jiwa (50,31%). Penduduk yang melek huruf sebanyak 60,50% dari jumlah penduduk yang
berusia 10 tahun (41.130 jiwa), dengan proporsi terbesar pada jenis kelamin laki-laki sebesar
80.96. Masyarakat yang ada di wilayah binaan Puskesmas Ampenan rata-rata berpendidikan SD
yang sebanyak 17.318 dengan proporsi terbesar pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 30,21%.
Penduduk yang berumur di atas 10 tahun dengan berpendidikan Akedemik dan S1 sebanyak
1777 orang dengan proporsi terbesar pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 3,49%. Dapat dilihat
pada tabel di bawah ini. 11

Tabel 2.4 Distribusi Penduduk Usia 10 Tahun Di Puskesmas Ampenan Wilayah Ampenan Tahun 2016
LAKI- % %
PENDIDIKAN PEREMPUAN % (TOTAL)
LAKI TOTAL (LAKI-LAKI) (PEREMPUAN)
TIDAK MEMILIKI 1,09
1,146 1,094
IJAZAH SD 4 2,240 3.24 3.35
SD/MI 10,206 7,112 17,318 30.21 20.79 10,21
SMP/ MTs 8,967 1,216 10,183 26.55 3.56 8,967
SMA/ MA 5,897 3,715 9,612 17.46 10.86 5,897
AKADEMI/DIPLOMA III 589 350 939 1.74 1.02 1.38
UNIVERSITAS/DIPLOMA
IV 592 246 838 1.75 0.72 1.23
Sumber : Data BKKBD Kec. Cicurug tahun 2014 & Data Kec. Cicurug Tahun 2014

2.2 Air Susu Ibu (ASI)


2.2.1 Pengertian ASI
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang
disekresi oleh kalenjar mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayi yang mengandung nutrisi-
nutrisi dasar dan elemen dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI tidak
memberatkan fungsi traktus digestivus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi yang baru lahir.
Karena ASI sangat mudah dicerna sistem pencernaan bayi yang masih rentan, bayi mengeluarkan lebih
sedikit energi dalam mencerna ASI, sehingga ia dapat menggunakan energi selebihnya untuk kegiatan
tubuh lainnya, pertumbuhan dan perkembahan organ sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan fisik
yang optimum..12

2.2.2 Volume ASI


Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada 4 hari pertama sejak bayi lahir akan dapat
10

menghasilkan 100-300 ml ASI dalam sehari, dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga
mencapai sekitar 300-450 ml/hari pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua. Pada hari ke 10
sampai seterusnya volume bervariasi yaitu 300850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi
saat laktasi. Volume ASI pada tahun pertama adalah 400850 ml/hari, tahun kedua 200400
ml/hari, dan sesudahnya 200 ml/hari. 13.

2.2.3 Komposisi ASI


Komposisi ASI berubah menurut stadium penyesuaian sesuai dengan kebutuhan bayi
pada saat itu. ASI yang dihasilkan sampai minggu pertama (kolostrum) komposisinya berbeda
dengan ASI yang dihasilkan kemudian (ASI peralihan dan ASI matur). ASI yang dihasilkan ibu
yang melahirkan kurang bulan komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu
melahirkan cukup bulan. Demikian pula komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai
menyusui dan akhir fase menyusui.
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan komposisi
berbeda yaitu:
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi sebesar 150
300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak mengandung protein dibandingkan
ASI matur, tetapi berlainan dengan ASI matur dimana protein yang utama adalah casein,
pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan
mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Kolostrum
juga berfungsi sebagai pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan mekonium
sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima makanan
selanjutnya. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58 kalori/100 ml
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10. Jumlah volume ASI
semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin rendah, sedangkan lemak dan hidrat
arang semakin tinggi, hal ini untuk memenuhi kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang
mulai aktif dan bayi sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini
pengeluaran ASI mulai stabil.
11

c. ASI matang / matur


adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya dengan volume
bervariasi yaitu 300850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. ASI
matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan dengan perkembangan bayi
sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan pendamping
selain ASI.

Tabel 2.5 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula
Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminasi bakteri Tdk ada Mgkn ada Ada bila
dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor pertumbuhan Ada Tidak ada Tidak ada
Protein Jml sesuai dan mdh Terlalu banyak dan Sebagian diperbaiki
dicerna sukar dicerna
Kasein:whey 40:60 Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn
ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin
Lemak -Cukup asam lemak - Kurang ALE -Kurang ALE
esensial (ALE), - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA dan
DHA / AA AA
-Mengandung lipase - Tdk ada lipase
Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan ekstra
mudah dicerna diserap dgn baik tdk diserap dgn baik
Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan
Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu
tambahan
14
Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan : kerjasama WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000.

Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang diproduksi oleh ibu
yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda dengan ASI yang diproduksi oleh
ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Pada bayi yang lahir sebelum waktunya
(preterm) ASI yang dihasilkan ibu memiliki kuantitas IgA, laktoferin dan lysozym yang lebih
banyak dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan tepat waktu karena kondisi bayi masih
12

belum dalam keadaan optimal untuk beradaptasi dan lebih rentan terhadap permasalahan
kesehatan. 15
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan akhir fase
menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang dikeluarkan disebut foremilk, air
susu encer dan bening yang hanya mengandung
sekitar 1 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer ini akan
membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu berikutnya disebut
hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat akhir menyusui (setelah 15-20 menit),
air susu yang kental dan putih ini berasal dari payudara yang keriput/mulai kosong, mengandung
sedikitnya tiga sampai empat kali lebih banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar
energi yang dibutuhkan oleh bayi, sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh
air susu ini.16

2.2.4 Zat Gizi dalam ASI


1. Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa, yang jumlahnya berubah-ubah setiap
hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Misalnya hidrat arang dalam kolustrum untuk
tiap 100 ml ASI adalah 5,3 gram, dan dalam ASI peralihan 6,42 gram, ASI hari ke 9 adalah 6,72
gram; ASI hari ke 30 adalah 7 gram. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 yang
berarti ASI terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, kondisi ini yang menyebabkan bayi
yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI.
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa merupakan nutrisi vital
untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan nutrisi medula spinalis, yaitu untuk
pembentukan myelin (pembungkus sel saraf). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan
magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk
proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang. Hasil pengamatan yang dilakukan terhadap
bayi yang mendapat ASI ekslusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah terlihat pada
bayi berumur 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik kasarnya lebih cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini
membuat suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat menguntungkan karena akan
menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan menjadikan tempat yang subur bagi
13

bakteri usus yang baik yaitu lactobacillus bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh
glukosamin. 17
2. Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan pekembangan bayi.
Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya hampir seluruhnya terserap oleh
sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan karena protein ASI merupakan kelompok protein
Whey, protein yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein yang
ada di dalam susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat sukar dicerna oleh bayi.
3. Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang merupakan
lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang
cukup tinggi. Docosahexaenoic acid (DHA) dan Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak
tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-
sel otak (myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk
menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Selain itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
disintesa dari substansi prekusornya yaitu asam linolenat (Omega 3) dan asam linoleat (Omega
6).
Sumber utama kalori dalam ASI adalah lemak. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi
tetapi mudah diserap oleh bayi karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam
lemak dan gliserol oleh enzim lipase dalam ASI. 18.

4. Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan jumlahnya
tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tidak sebesar susu sapi tetapi dapat
diserap secara keseluruhan dalam usus bayi. Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi
namun sebagia besar harus dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak
dapat dicerna. Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk
mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang
merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah
karena konstipasi atau gangguan metabolisme.
5. Vitamin
14

Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah terdapat dalam ASI
dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu pertama usus bayi belum mampu membentuk vitamin
K, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami pendarahan perifer yang perlu dibantu dengan
pemberian vitamin K untuk proses pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada dalam jumlah yang
cukup, sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan pantotenik sangat kurang. Tetapi tidak perlu
ditambahkan karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.

2.2.5 Kandungan Antibodi dalam ASI


ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang melindungi bayi terhadap
infeksi terutama bilamana kebersihan lingkungan tidak baik. Faktor-faktor proteksi dalam ASI
tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.6 Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit
NO Komposisi Peranan

1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan


bakteri yang menguntungkan dalam usus
bayi untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang merugikan seperti E. Coli
patogen

2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.

3. Laktoperoksidase Bersama dengan peroksidase hidrogen


dan ion tiosianat membantu membunuh
Streptococcus

4. Faktor Antistaphilococcus Menghambat pertumbuhan


Staphilococcus patogen.
15

5. Sel limfosit dan makrofag Mengeluarkan zat anti bodi untuk


meningkatkan imunitas terhadap
penyakit.
6. Komplemen Memperkuat Fagosit

7. Imunoglobulin Memberikan kekebalan terhadap infeksi


8. Lizosim Memiliki fungsi bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan bakteri gram negatif

9. Interferon Menghambat pertumbuhan virus

10. Faktor pertumbuhan epidermis Membantu pertumbuhan selaput usus


bayi sebagai perisai untuk menghindari
zat-zat merugikan yang masuk ke
peredaran darah.

Sumber: Karyadi, 2003.19

2.2.6 Manfaaat ASI


ASI sebagai makanan utama bayi mempunyai manfaat terhadap bayi, antara lain sebagai
berikut:
1. ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah dicerna dan memiliki
komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan
bayi.
2. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan.
Didalam usus laktosa akan di fermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk :
- menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
- Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
- Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti calsium, magnesium.
16

3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 0-6
bulan pertama
4. ASI tidak mengandung betalactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
5. ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit jantung anak pada masa
dewasa.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan manfaat pada
ibu, yaitu :
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke
bentuk semula.
2. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3. Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara mencegah
kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu: bayi belum diberi
makanan lain; bayi belum berusia enam bulan; dan ibu belum haid.
4. Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin antara ibu dan
bayi.
5. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan
untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
2. ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya untuk berobat.

2.3 Laktasi
2.3.1 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI. Proses laktasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor hormonal. Mulai dari bulan ketiga
17

kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem
payudara progesteron, estrogen, prolaktin, oksitosin, human placental lactogen (HPL)
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. Pada fase
terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I. Saat itu payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat
progesteron yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya.
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat hormon progesteron,
estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan
produksi ASI besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara
dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan
kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin
menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam
ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi
apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level
prolaktin rendah saat payudara terasa penuh. Proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam
setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam
(2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung setelah
melahirkan.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa
hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin
dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan,
payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila
payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan
demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap,
dan juga seberapa sering payudara dikosongkan. Terdapat dua refleks pada ibu yang sangat
penting dalam proses laktasi yaitu :
a. Refleks prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang,
maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis anterior
sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin, hormon inilah yang berperan pada
produksi ASI. Prolaktin dibentuk lebih banyak pada malam hari.
18

b. Refleks Aliran (let down reflex)


Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis
anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior, yang mengeluarkan hormon oksitosin.
Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan
dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. Oksitosin juga memacu kontraksi otot
rahim sehingga involusi makin cepat dan baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas pada
hari-hari pertama meyusui dan ini adalah mekanisme alamiah untuk kembalinya rahim ke
bentuk semula. 20

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI


Makanan Ibu
Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Namun jika makanan ibu
terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya
kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak akan dapat bekerja dengan
sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Ketentraman Jiwa dan Pikiran
19

Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan rasa tertekan dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang
mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI
bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat
kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang uterus ibu sehingga secara tidak
langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin yang dapat merangsang produksi ASI.
Kurang sering menyusui atau memerah payudara
Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
o Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
o Teknik perlekatan yang salah
Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
Jaringan payudara hipoplastik

2.4 ASI Eksklusif


Yaitu memberikan ASI saja selama bayi berumur 0-6 bulan. ASI tanpa bahan makanan lain
dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan, setelah itu ASI hanya
berfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan
tambahan yang tertumpu pada beras. Pengenalan makanan tambahan dimulai pada usia enam bulan dan
bukan empat bulan, karena pertama dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar sampai bayi berumur
enam bulan.
Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat badan ideal 7,5 kg
membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari, dengan kebutuhan kalori 750kkal/hari, serta protein
18,75 gr/hari. Ibu dengan bayi usia 6 bulan ASI yang diproduksi 300-850 ml/hari dengan kandungan
kalori sebesar 70kkal dan protein sebesar 1,3gram tiap 100ml ASI. Karena itu selama kurun waktu 6
bulan ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan volume pengeluaran ASI menjadi
menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat
makanan tambahan.
20

Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur. Setelah berumur enam
bulan usus bayi mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk. Hal ini dikarenakan pori-pori
jaringan usus bayi yang pada awalnya berongga seperti saringan pasir yang memungkinkan bentuk
protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem peredaran darah dan dapat menimbulkan
alergi, akan tertutup rapat setelah bayi berumur enam bulan..13

Tabel 2.7 Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB
Kebutuhan per hari
Umur Cairan (ml) Kalori (kkal) Protein (gr)
1 bulan 500 350 8,75
3 bulan 600 600 15
4 bulan 650 650 16,25
5 bulan 700 700 17,5
6 bulan 750 750 18,75
7 bulan 800 800 20
8 bulan 850 850 21,25
9 bulan 900 900 22,5
10 bulan 950 950 23,75
11 bulan 1000 1000 25
12 bulan 1050 1050 26,25
2 tahun 1600 1600 32

También podría gustarte