Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
menyerang paru (80-85%), sehingga disebut Pulmonary TB. Tetapi dapat juga
menyerang organ tubuh lainnya, dan tuberkulosis jenis ini lebih berbahaya dari
Pulmonary TB.6
2.2 Etiologi
menular yang disebabkan oleh kuman TB. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam dan pewarnaan, oleh karena
itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun. Penularan dapat terjadi secara langsung melalui inhalasi
aerosol ekspektorasi.7
agak melengkung dengan ukuran panjang 2-4 m, lebar 0,2-0,5 m, dan tebal 0,3-
0,6 m. Tuberkulosis paru juga dapat disebabkan oleh Mycobacterium bovis yang
menular melalui susu dari sapi perah yang mengidap TB. Mycobacterium avium-
4
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), bakteri ini menyerang 10 30%
pasien.7
khas dan laju pertumbuhan lebih lambat dibandingkan kebanyakan bakteri. Waktu
2.3 Patogenesis
batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan
dahak (droplet). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan pada suhu
kamar selama beberapa jam. Seseorang dapat terinfeksi jika droplet tersebut
ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe,
Akan tetapi sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus
5
Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut yang dinamakan fokus
primer Ghon.10
berikut.11
A. Tuberkulosis primer
bakteri TB. Droplet yang terpajan sangat kecil ukurannya sehingga dapat
disekitar hillus paru-paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
minggu.
tingginya respon daya tahan tubuh. Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
beberapa bakteri yang akan menetap sebagai bakteri persisten atau dormant. Masa
sekitar 6 bulan.
saja dalam paru-paru, namun sarang dalam parenkim paru-paru sering disertai
6
Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah pleuritis, karena
lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke dalam
bronkus.
multiplikasi kuman dan sebagian kecil kuman menjadi dormant, tetapi pada
penderita dengan daya tahan tubuh yang buruk, respon imun tidak dapat
bulan kemudian dan kompleks primer akan mengalami salah satu dari hal
berikut.12
(restirution ad integrum).
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
dijangkit Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau status imunitas yang lemah.
Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru-paru yang luas
7
dengan terjadinya kaviti atau efusi pleura. Gejala tuberkulosis pasca primer
berbeda dengan gejala penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh infeksi primer.
Hal ini disebabkan karena pada penderita tuberkulosis pasca primer, individu
luas yang ditandai dengan adanya kavitas, pemeriksaan hapusan dahak yang
menunjukkan hasil BTA (+), dan fokus infeksi terdapat di lobus atas paru. TB
paru pasca primer dimulai dari sarang dini yang umumnya pada segmen apikal
lobus superior atau lobus inferior yang awalnya berbentuk sarang pneumonik
kecil. Sarang ini dapat mengalami salah satu dari keadaan berikut.12
membungkus diri.
bakteri menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah. Keadaan seperti ini
8
disebut tuberkulosis millier karena menyebabkan terbentuknya jutaan luka yang
kecil.
menggigil, lemah, dan gangguan pernafasan. Jika menyerang sumsum tulang bisa
darah dari luka yang tersembunyi bisa menyebabkan demam dan disertai
khas, berupa tuberkel halus yang tersebar merata di seluruh lapangan paru dengan
bentuk yang khas dan ukuran yang hampir seragam (1-3 mm).11
2.4 Klasifikasi
Association:
1. Tuberkulosis minimal
dibatasi oleh garis median, apeks, dan iga 2 depan. Sarang-sarang soliter
dapat berada dimana saja, tidak harus berada pada daerah tersebut diatas,
satu paru, sedangkan bila ada lubang, diameternya tidak melebihi 4 cm.
9
3. Tuberkulosis sangat lanjut
Yaitu luas daerah yang di hinggapi oleh sarang-sarang lebih besar daripada
klasifikasi kedua jenis diatas, atau bila ada lubang-lubang, maka diameter
1. Sarang eksudatif, berbentuk awan-awan atau bercak, yang batasnya tidak tegas
2. Sarang produktif, berbentuk butir-butir bulat kecil yang batasnya tegas dan
densitasnya sedang.
3. Sarang induratif atau fibrotik, yaitu yang berbentuk garis-garis atau pita tebal,
4. Kavitas (lubang).
menjadi.6
b. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak SPS menunjukkan hasil BTA positif dan
c. Hasil pemeriksaan 1 spesimen dahak SPS menunjukkan hasil BTA positif dan
10
d. Satu atau lebih spesimen dahak menunjukkan hasil positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya menunjukkan hasil BTA negatif dan
tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non Obat Anti Tuberkulosis
(OAT).
Tuberkulosis paru BTA negatif adalah kasus yang tidak memenuhi kriteria
pada TB paru BTA positif. Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus
meliputi:
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan hasil BTA negatif dengan hasil
1. Kasus baru
2. Kasus kambuh
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau hasil biakan positif.
11
3. Kasus default
Penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan dan berhenti selama 2
4. Kasus gagal
Penderita BTA positif yang tetap positif atau kembali menjadi positif pada
akhir bulan ke-5 atau penderita dengan hasil pemeriksaan BTA negatif dengan
5. Kasus kronik
6. Kasus pindah
pengobatannya.
Tanda-tanda klinis dan gejala TB paru pada orang dewasa yang terinfeksi
sering tidak spesifik. Tidak adanya gejala yang lengkap terjadi pada sekitar 5%
12
hari, malaise, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan yang dapat
produktif yang berkepanjangan (lebih dari 3 minggu), sesak napas, nyeri dada,
dan hemoptisis. Eritema nodusum dapat terjadi dengan onset akut TB dan
leukosit darah perifer dan anemia. Hiponatremia yang disebabkan oleh produksi
zat menyerupai hormon antidiuretik dalam jaringan paru-paru terjadi pada 11%
kasus.15
gejala yang berarti, tetapi pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif
dan sakit, gejalanya berupa gejala umum dan gejala respiratorik. Perjalanan
penyakit dan gejala TB paru bervariasi tergantung pada umur dan keadaan
keringat dingin pada malam hari, temperatur subfebris, batuk berdahak lebih dari
sekitar bronkus sehingga menyebabkan bercak darah pada sputum hingga batuk
13
2.6 Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
Pada orang dewasa, biasanya penyakit ini dimulai di daerah paru atas,
kanan atau kiri, yang disebut fruh infiltrat. Pada auskultasi, hanya akan ditemukan
ronki basah halus sebagai satu-satunya kelainan. Jika infiltrat ini diliputi oleh
infiltratif ini makin meluas dan menebal, juga akan didapatkan fremitus yang
menguat, dengan redup pada perkusi, suara nafas bronkeal serta bronkopeni yang
menguat.
timpani pada perkusi yang disertai suara napas amforik. Sebaliknya bila terjadi
atelektasis, misalnya pada destroyed lung, suara napas akan melemah hingga
pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal saat barnapas. Saat dilakukan
perkusi, akan memberikan suara pekak, dan pada auskultasi akan terdengar suara
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Wadah harus kuat supaya tidak mudah pecah sewaktu dibawa atau
dikirim. Harus bermulut besar dan dapat ditutup dengan baik untuk
14
dapat dibakar, sedangkan wadah dari gelas sebaiknya dipanaskan selama
napas dalam dan dibatukkan ke dalam wadah. Pastikan dahak tadi tidak
benar sakit atau didapatkan bayangan yang luas pada foto roentgen. Ini
disebut negatif.
b) Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis kuman yang
ditemukan.
c. Pemeriksaan radiologi.
toraks paru postero anterior dan lateral. Kompleks primer lebih banyak ditemukan
pada foto toraks paru bayi dan anak kecil daripada dewasa, gambaran roentgen
paru pada TB tidak khas. Kelainan radiologis tersebut bisa juga dijumpai pada
15
penyakit lain. Sebaliknya foto rontgen paru yang normal tidak dapat
a. Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
b. Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan
perikarditis atau efusi pleura) dan pasien yang mengalami hemoptisis berat
berikut.6
2) Millier
4) Atelektasis
5) Kavitas
6) Efusi pleura
16
7) Tuberkuloma
d. Tes tuberkulin
antigenik yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang
memberikan reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan. Indurasi ini terjadi karena
vasodilatasi lokal, edem, endapan fibrin dan meningkatnya sel radang lain di
daerah suntikan. Ukuran indurasi dan bentuk reaksi tuberkulin tidak dapat
Protein Derivative (PPD) secara intrakutan. Hasil dari penyuntikkan ini akan
jam setelah penyuntikkan. Tuberkulin yang ada di Indonesia saat ini adalah PPD
tuberculosis.
Hasil meragukan, bisa terjadi kesalahan teknik, adanya reaksi silang dengan
17
3. Pembengkakan (indurasi) 10 mm
Mycobacterium tuberculosis.
1. Infeksi TB alamiah
c. pasca terapi TB
berikut.6
3. Anergi
2.7 Penalataksanaan
18
Penatalaksanaan TB merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
masyarakat atau langsung kepada penderita tentang pentingnya minum obat secara
teratur dalam jangka waktu yang lama serta pengawasan terhadap jadwal
pemberian obat, dan keyakinan bahwa obat tersebut diminum. Jenis-jenis obat TB
yang digunakan, antara lain Isoniazid (H) yang bersifat bakterisid, Rifampisin (R)
yang bersifat bakterisid, Pirazinamid (Z) yang bersifat bakterisid, Streptomisin (S)
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dengan
jumlah cukup dan dosis yang tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
dianjurkan.
Obat (PMO).
19
Tabel 2.1. Jenis, sifat, dan dosis OAT
Dosis yang direkomendasikan
Jenis OAT Sifat (mg/kg)
Harian 3x seminggu
4 10
Isoniazid (H) Bakterisid
(4-6) (8-12)
10 10
Rifampicin (R) Bakterisid
(8-12) (8-12)
25 35
Pyrazinamid (Z) Bakterisid
(20-30) (30-40)
15 -
Streptomycin (S) Bakterisid
(12-18) -
15 30
Ethambutol (E) Bakteriostatik
(15-20) (20-35)
Sumber : Depkes RI, 2011
Pada tahap intensif pasien mengonsumsi obat setiap hari dan perlu diawasi secara
intensif ini diberikan secara tepat, pasien yang menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi
BTA negatif dalam 2 bulan. Pada tahap lanjutan, pasien mendapat jenis obat lebih
sedikit namun dalam jangka waktu yang lebih lama yang penting untuk
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam 1 tablet dan
dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien (Menkes RI, 2009). Terdapat
20
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehingga menurunkan risiko
penulisan resep.
3. Jumlah obat yang harus ditelan lebih sedikit sehingga pemberian obat
Treatment and Short Course (DOTS), diharapkan target yang telah ditetapkan
1. Tablet yang mengandung 4 macam obat yang dikenal dengan tablet 4FDC atau
setiap hari dalam tahap intensif dan sebagai obat sisipan. Jumlah tablet yang
2. Tablet yang mengandung 2 macam obat yang dikenal dengan tablet 2FDC atau
Tablet ini digunakan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu dalam tahap
penderita.6
Tuberkulosis di Indonesia:
21
1. Kategori 1 (2HRZE/4H3R3)
positif, penderita TB paru BTA negatif foto thoraks positif, dan penderita
TB ekstra paru.
2. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
22
1000 mg Streptomisin
inj. + 5 tablet Ethambutol
Catatan :
1. Pasien yang berumur > 60 tahun, dosis
maksimal untuk Streptomisin injeksi adalah
500 mg tanpa memperhatikan berat badan.
2. Streptomisin vial 1 gram dilarutkan dengan
menambahkan aqubidest sebanyak 3,7 ml,
sehingga menjadi 4 ml (1 ml = 250 mg).
Sumber : Depkes RI, 2011
Panduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir
pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping
ringan dan dapat diatasi dengan pengobatan simptomatis dan pemberian OAT
dapat dilanjutkan. Berikut adalah obat TB dan efek samping yang dapat
ditimbulkan.14
1. Isoniazid
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada saraf tepi,
seperti kesemutan, rasa terbakar di kaki, dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi
23
dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B
kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat dilanjutkan. Efek lain yang
dapat terjadi adalah sindroma pellagra (defisiensi piridoksin). Efek samping berat
dapat berupa hepatitis yang dapat timbul pada kurang lebih 0,5% penderita. Bila
terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai
dengan pedoman TB pada keadaan khusus. Pada 3-10% anak yang menggunakan
dilanjutkan pemberiannya pada keadaan kadar transaminase serum naik lebih dari
3 kali dari normal atau terjadi manifestasi klinik hepatitis, berupa mual, muntah,
2. Rifampisin
tulang.
b. Gangguan sistem gastrointestinal, berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan,
menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, atau air liur.
Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak
24
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat. Nyeri sendi juga dapat
terjadi dan kadang dapat menyebabkan serangan arthritis gout, hal ini
Reaksi berupa demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain dapat juga
4. Ethambutol
berkurangnya ketajaman penglihatan atau buta warna untuk warna merah dan
hijau. Gangguan penglihatan yang terjadi tergantung pada dosis yang digunakan.
Hal ini jarang terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB yang diberikan 3 kali dalam
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan saraf ke-8 yang berkaitan dengan
seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko
tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal.
Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25 gr. Jika pengobatan diteruskan maka
kerusakan akan semakin parah dan menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli).
25
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul tiba-tiba disertai
sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping yang bersifat ringan
dan hanya berlangsung sementara, seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga
yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini
mengganggu maka dosis dapat dikurangi 0,25 gr. Streptomisin dapat menembus
sawar plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada perempuan hamil sebab dapat
World Health Organization dan IUATLD pada awal tahun 1990 telah
dan telah terbukti sebagai penanggulangan yang secara ekonomi paling efektif
diterapkan di Indonesia.14
Strategi ini akan memutuskan penularan TB, dengan demikian dapat menurunkan
strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat merubah kasus menular
26
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen kunci.6
1. Komitmen politis.
3. Pengobatan jangka pendek yang sesuai dengan standar bagi semua kasus TB
pengobatan.
pendek setiap hari oleh PMO. Bagi penderita berobat jalan, pengawasan dapat
minum obat adalah petugas rumah sakit hingga penderita tersebut selesai
2.9 Komplikasi
27
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut
adalah:
hipovolemik.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya.
28
BAB 3
LAPORAN KEGIATAN HOME VISIT PASIEN
Nama : Tn A
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Petani
TB : 168 cm
BB : 40 kg
3.2 ANAMNESIS
banda baro dengan keluhan demam yang dirasakan sejak 1 minggu terakhir.
Pasien mengaku demam yang dirasakan naik turun dan gejalanya mereda
apabila pasien minum obat pereda demam. Pasien juga mengeluhkan batuk
29
lemas, pusing dan nafsu makan menurun sejak pasien mendapat kembali obat
paru-paru kotor.
minum obat. Pengawas minum obat pada pasien ini adalah istrinya sendiri dan
sesekali anak laki lakinya juga ada memantaunya serta membawa ayahnya
Kasih Ibu bulan Maret tahun 2016 dirawat selama 5 hari. Selama pengobatan
pasien salah minum obat, sehingga pengobatan harus di ulang sejak bulan
Desember tahun 2016 dan obat suntik baru dimulai pada 4 Januari 2017.
Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan
pasien.
Family Genogram
30
Keterangan :
: Laki-laki
Paru.
3) Jendela kamar dan pintu rumah kadang jarang di buka sehingga cahaya
Keluarga Tn A
Tabel 2.1 Data Dasar Keluarga A
Aceh utara. Tn A merupakan seorang petani dan sekali panen biasa mendapat
anak, pertama perempuan, anak kedua laki-laki dan anak ketiga perempuan. Istri
31
Keluarga tersebut hanya berharap pada pendapatan Tn A untuk
Geimar dan Lasorte (1964), keluarga Tn.A termasuk kriteria adekuat oleh
selalu datang ke puskesmas untuk di suntik obat. Rumah mereka terlihat bersih
dan rapi, cuma ada terdapat satu sudut terlihat ada tumpukan atau sangkutan baju
kotor. Rumah tersebut di halaman depan kalau hujan terlihat tampak becek dan
sedikit tergenang air dan rumahnya belum terpagar semua. Ventilasi rumah baik
terdapat jendela diruang tamu namun pada pagi hari kadang jarang dibuka dan
dikamar tidur juga kadang jarang dibuka. Selain itu Tn A juga sudah mengerti
supaya penyakitnya itu tidak tertular sama anggota keluarga yang lain Tn A
kadang memakai masker dan kalau tidak memakai masker, pada saat batuk Tn A
Sumber air pada keluarga tersebut berasal dari sumur yang terletak
dibelakang rumah, dengan jarak 3 meter dari rumah. Terdapat 2 kamar mandi
namun yang aktif dipakai hanya 1, lantai beralas keramik dan dindingnya
beralaskan semen, bak penampung air yang ada di dalam kamar mandi tersebut
32
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Present
b. Status General
Kulit
Ikterus : (-)
Anemia : (-)
Sianosis : (-)
Kepala
33
Mulut
Leher
Axilla
Thorax
Thorax depan
1. Inspeksi
Retraksi : (-)
2. Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
34
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Suara Pokok Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru tengah Vesikuler Vesikuler
Lap. Paru bawah Vesikuler Vesikuler
Suara Tambahan Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Rh basah halus (+) Wh Rh basah halus (+) Wh
(-) (-)
Lap. Paru tengah Rh (-) Wh (-) Rh (-) Wh (-)
Lap. Paru bawah Rh basah halus (+) Wh Rh basah halus (+) Wh
(-) (-)
Thorax belakang
1. Inspeksi
Retraksi : (-)
2. Palpasi
Stem Fremitus Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Normal Normal
Lap. Paru tengah Normal Normal
Lap. Paru bawah Normal Normal
35
3. Perkusi
Paru kanan Paru kiri
Lap. Paru atas Sonor Sonor
Lap. Paru tengah Sonor Sonor
Lap. Paru bawah Sonor Sonor
4. Auskultasi
Jantung
Palpasi : Ictus Cordis teraba di ICS V 2 jari lateral Linea Axilaris Anterior Sinistra
36
Abdomen
Molekuler).
- TB Paru
- Bronkitis Kronis
- Ca Paru
37
3.6. DIAGNOSIS
3.7. PENATALAKSANAAN
NON FARMAKOLOGI
a. Anjuran untuk mencuci tangan pakai sabun setiap kali sesudah batuk.
tertular.
FARMAKOTERAPI
3.8 Pencegahan
Upaya preventif
38
penerangan rumah yang cukup, hunian rumah yang sesuai, jendela sesuai
g. Faktor risiko TB paru, siapa saja yang bisa terkena, gejala-gejala khasnya dan
j. Pentingnya menutup mulut saat bersin atau batuk dan juga penggunaan
39
3.9 Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
rumah yang luas dan menghadap ke utara. Terdapat pagar pembatas. Rumah ini
terdiri dari 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga dan dapur. Rumah depan
merupakan rumah panggung yang terbuat dari papan dan rumah belakang semi
permanen dengan lantai semen yang sudah diperhalus. Atap rumah pasien terbuat
dari seng dan tidak menggunakan plafon. Ruang tamu memiliki 3 jendela dengan
ukuran 2 X 1 m. Kamar tidur rumah pasien memiliki jendela dengan ukuran 2x1m
dan. Rumah pasien mempunyai kamar mandi di dalam rumah yang berlantaikan
keramik, terdapat wc dan bak mandi, dengan sumber air berasal dari sumur.
2. Denah Rumah
TERAS
KAMAR
TIDUR
PASIEN
RUANG
TAMU
KAMAR
TIDUR
DAPUR
KOTOR GUDANG
DAPUR BERSIH
TUNGKU WC
KANDANG
TERNAK
40
1. Penilaian Rumah Sehat
No. Variabel Skor
1. Lokasi a. Tidak rawan banjir 3 3
b. Rawan banjir 1
41
f. Dibuang sembarangan 1
g. Lainnya 1
13. Polusi udara a. Tidak ada gangguan 3 3
polusi 1
b. Ada gangguan
14. Bahan bakar a. Listrik, gas 3 3
masak b. Minyak tanah 2
c. Kayu bakar 1
d. Arang/batu bara 1
Penetapan skor kategori rumah sehat sebagai berikut:
Berdasarkan variable diatas, rumah pasien berada di kategori baik dengan skor
42
Tabel 3.1 Masalah dan Solusi terhadap Pasien
No. Masalah Solusi
1. Keluarga Tn. A. kurang mengerti a) Memberikan edukasi tentang
cara pengobatan dan pencegahan TB
penyakit TB paru beserta
paru.
pengobatannya .
b) Memberikan edukasi tentang
cara memakai masker yang
benar, membuang dahak tidak
sembarngan, serta cara mecuci
tangan yang benar.
c) Memberikan edukasi kepada
keluarga pasien untuk
melakukan pemeriksaan
sputum.
d) Memberikan motivasi kepada
pasien dan keluargannya agar
tetap semangat dalam
menjalani pengobatan.
2. Pasien tidak mengerti tentang pola a) Melakukan survey untuk
makan yang benar.
mengetahui gaya pola hidup
pasien seperti pemilihan jenis
makanan.
b) Memberikan edukasi kesehatan
tentang pola makan yang benar
yaitu makanan yang harus
dimakan.
c) Memberikan edukasi menu
gizi sehat dan seimbang.
3. Lingkungan rumah pasien tergolong a) Menganjurkan agar pasien dan
tidak sehat seperti :
keluarganya rajin
a) Di dalam rumah (pakaian
tergantung dan menumpuk, jendela membersihkan rumah minimal
yang tidak dibuka, dan
43
pencahayaan yang kurang). 2x sehari.
b) Di luar rumah (sumur kamar
b) Menganjurkan untuk selalu
mandi pasien tidak mengguanakan
cincin.) membuka jendela pada saat
pagi hari agar sirkulasi udara
bertukar dan cahaya dapat
masuk ke dalam rumah,
menghindari mengantung dan
menumpuk pakaian, merapikan
peralatan masak.
c) Menganjurkan untuk membuat
sumur yang memenuhi kriteria
kesehatan.
Dalam hal ini, dokter berusaha memunculkan rasa tanggung jawab pasien
berobat. Pada kasus ini, dokter berusaha memunculkan tanggung jawab kepada
pasien untuk minum obat TB paru serta obat suntik teratur dan mengontrolkan
cara penularannya.
44
c) Membuang dahak pada wadah tertutup yang berisi pasir dan air sabun,
dilewati orang.
dengan penderita.
45
BAB 4
ANALISA KASUS
Pada kasus ini diagnosis fungsionalnya yaitu TB Paru putus obat. Hal ini
1. Manifestasi Klinis
malaise, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan yang dapat
hemoptisis.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sputum
disebut negatif.
b. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis kuman yang
ditemukan.
46
Pemeriksaan radiologi
kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat, millier, kalsifikasi
berderdahak lebih 2 minggu berserta darah, penurunan berat badan, deman, nyeri
dada, keringat pada malam hari, dan tidak nafsu makan. Dari hasil dan
(+). Pada pemberian obat OAT katagori I pasien salah cara minum obat, makanya
di berikan OAT katogori II oleh karena itu diagnosis pasien ini TB paru putus
(2HRZES/HRZE/5H3R3E3).
47