Está en la página 1de 5

Data spasial untuk Perencanaan dan Monitoring

Kegiatan perencanaan memerlukan data yang memiliki referensi lokasi (bersifat spasial)
sehingga institusi perencana lebih memahami lokasi-lokasi yang menjadi prioritas
pengelolaan dalam suatu kawasan, berapa luasannya, bagaimana morfometrinya, dan
tindakan apa yang tepat untuk penanganannya, bukan sekadar data lokasi yang bersifat
tabuler. Data spasial sangat diperlukan untuk analisis/kajian kondisi dan perencanaan fisik
suatu kota atau daerah secara riil. Data-data tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran di
lapangan (langsung) atau menggunakan data penginderaan secara langsung. Namun,
pengukuran di lapangan pasti terkendala dana dan tenaga. Di sisi lain, data indera juga
memerlukan biaya dalam pemerolehannya (walaupun sekarang ada beberapa yang dapat
diperoleh secara gratis). Sebeneranya, data-data existing yang ada di instansi pemerintah
dapat digunakan dan di share antar pemangku kepentingan sebagai alternatif dalam
perencanaan bersama, namun terkadang beberapa institusi sulit berbagi data. Hal ini
menjadi penghambat besar dalam pengolahan data spasial.

Peta-peta dasar biogeofisik yang perlu digunakan antara lain peta penggunaan lahan, peta
tanah, peta geohidrologi, peta kemiringan lereng, peta curah hujan/iklim, dan peta geologi
yang jika diolah dapat menghasilkan data-data baru seperti peta lahan kritis, peta rawan
bencana, dan lain-lain. Selain itu juga dibutuhkan data-data tematik seperti peta kawasan
hutan dan perencanaan tata ruang.

Selain data biofisik, parameter lain yang dapat dikelola secara spasial adalah data-data
bidang sosial ekonomi. Data-data bidang sosial ekonomi sangat dinamis dan dapat
dispasialkan dari data tabuler yang biasanya menjadi ranah data sosial ekonomi dengan
tentunya mempunyai entitas geografis di dalamnya. Data sosial ekonomi merupakan bagian
penting, dimana tujuan dari pengelolaan suatu kota/wilayah adalah kemanfaatan
sumberdaya yang berkelanjutan dimana akhirnya bermuara pada kesejahteraan masyarakat
yang salah satu indikatornya adalah kemampuan bidang ekonomi.

Selain perencanaan, kegiatan monitoring dan pengawasan dalam pengelolaan suatu


kawasan juga membutuhkan data yang bersifat spasial karena kemampuannya dalam
menampilkan kondisi riil yang cepat dan menyeluruh. Mungkin, teknologi penginderaan jauh
lebih tepat dalam fungsi ini.

Melihat banyaknya manfaat dari penggunaan data spasial, maka tidaklah salah jika
penggunaan data spasial dalam pengelolaan suatu kawasan yang terpadu menjadi pilihan
utama dan seharusnya dimaksimalkan. Namun, jangan sampai terjadi data spasial yang
belum benar dijadikan acuan. Karena itu, penting juga meneliti, mengoreksi, dan
memperbaharui data spasial yang dimiliki untuk digunakan dalam suatu proses pengelolaan
kota/kawasan.
Contoh Kasus :

1. Peran Data Spasial dalam Pemodelan Pola Perencanaan Kota Wuhan di Republik
Rakyat Cina

Selama 50 tahun belakangan, kota-kota di negara Republik Rakyat Cina mengalami


perkembangan yang sedemikian besar yang disebabkan oleh perubahan pemerintahan,
reformasi ekonomi, dan reformasi lahan. Penelitian mengenai perkembangan yang pesat
tetapi berlangsung lama ini penting dilakukan karena akan mempengaruhi pengambilan
kebijakan serta perencanaan kota di masa depan. Keberadaan remote sensing (RS),
geographical information sciences (GIS) dan foto udara biasa tentunya memudahkan
penelitian yang ada walaupun belum dapat mengidentifikasi hubungan faktor faktor yang
sangat banyak dan kompleks serta sulit untuk diprediksi secara tepat perkembangannya.
Oleh karena itu RS, GIS, dan cara pemodelan lain saat ini lebih digunakan
untuk mengidentifikasi faktor yang ada dan pola hubungan serta perkembangannya.

Contoh kasus yang dapat dikaji untuk mengetahui peran data spasial dalam perngembangan
daerah pedesaan ke daerah perkotaan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, RRC. Data spasial
paling mendasar yang diperlukan adalah peta topografi Kota Wuhan yang didapat dari satelit
dan foto udara. Data-data spasial tersebut dikombinasikan sedemikian rupa dengan foto dan
data spasial lain sehingga membetuk model Kota Wuhan yang paling mendekati asli. Lalu
kemudian, untuk mengetahui perkembangan daerah pedesaan ke daerah perkotaan
dibutuhkan juga data-data spasial sekunder seperti peta jalan dan pusat kota, serta data
sosial ekonomi lain yang didapat melalui data statistik dari sensus penduduk.

Berdasarkan data-data diatas, seharusnya pola peralihan pedesaan ke daerah perkotaan di


Kota Wuhan sudah dapat diperkirakan. Proses analisisnya adalah bahwa daerah perkotaan
akan terbentuk jika didukung oleh kawasan berkembang, kawasan industri, tanah yang
potensial, dan juga sumber air di sekitarnya. Selain itu dibutuhkan juga analisis mengenai
aspek sosial dan ekonomi di kawasan tersebut sebagai faktor utama pendorong
terbentuknya perkotaan. Oleh karena itu, dari data-data spasial yang telah didapat (peta
kawasan industry, peta rencana pembangunan, peta topografi, dll) dan juga dari data hasil
sensus (jumlah penduduk) telah dapat diperkirakan kawasan mana yang akan berkembang
dengan pesat dan kawasan mana yang mungkin tidak berkembang.
2. Analisis Data Spasial Tentang Keberadaan Kawasan Pemukiman Gresik Kota Baru
Terhadap Rencana Umum Tata Ruang Kota

Ditinjau dari segi fisik, perkembangan pada kawasan yang berbatasan langsung dengan
wilayah administrasi pemerintahan Surabaya sangatlah pesat dan diikuti dengan
pertumbuhan jumlah penduduk yang meningkat. Sebenanya pengembangan kabupaten
Gresik hanya difokuskan pada kawasan industri saja. Oleh sebab itu perlu adanya
pemantauan agar pengembangan daerah yang layak sesuai dengan Rencana Umum Tata
Ruang Kota (RUTRK). Kurangnya kemampuan dan kapasitas pemerintah untuk mengawasi
daerah ini menjadi salah satu kendala. SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan suatu
perangkat lunak yang bisa dimanfaatkan untuk menganalisis kesesuaian daerah yang layak
untuk dikembangkan sebagai kawasan pemukiman. Data yang di butuhkan untuk
mendukung software ini adalah masukan berupa peta digital dan data yang berhubungan
dengan kriteria pertimbangan kelayakan dan file table dari parameter untuk tiap kriteria
sesuai dengan RUTRK. Metode yang digunakan untuk menganalisis adalah metode Analytical
Hierarchy Process dan metode analisis spasial. Perangkat lunak ini (SIG) diimplementasikan
menggunakan ArcView dan menggunakan bahasa pemrograman Avenue. Perangkat lunak ini
telah berhasil di ujicoba dan dibuat sesuai dengan yang diharapkan. Pemerintah kabupaten
Gresik dapat memanfaatkan software ini untuk menganalisis kondisi tata ruang.

SDM yang memadai menjadi hal utama yang terpenting bagi berkembangnya suatu daerah.
Penguasaan teknis dan kapasitas pemerintah dapat memberikan dampak yang besar untuk
pengelolaan dan pemanfaatan data spasial sehingga berguna bagi kesejahteraan rakyat.
Software ini sangat mendukung tugas pemerintah untuk menganalisis kesesuaian daerah
untuk kawasan pemukiman. Sebaiknya pemerintah pusat harus sering menyelenggarakan
workshop yang ditujukan untuk instansi terkait agar kemampuan dan kapasitas pemerintah
tidak lagi menjadi kendala untuk mengembangkan suatu daerah.
3. Analisis data spasial dan pengaplikasian GIS di PDAM (Perusahaan Daerah Air
Minum).

Aplikasi GIS di PDAM digunakan untuk collecting, editing, evaluasi dan monitoring seluruh
data-data jaringan pipa dan accessories (valve, hydrant, reducer, dan lain-lain). Data-data
jaringan pipa yang dahulu tersimpan secara manual dalam as built drawing, dengan aplikasi
GIS ini di digitasi atau digambar kedalam komputer. Penggambaran letak/posisi pipa dan
accessories didasarkan pada peta dasar digital (topografi), sehingga data yang dihasilkan
sangat presisi atau sesuai dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan.

GIS dapat digunakan untuk menggambarkan karakteristik permukaan, subsurface, dan


atmosfer dari titik-titik informasi secara dua atau tiga dimensi. Contohnya GIS dapat
membuat peta isopleth atau garis kontur yang mengindikasikan perbedaan curah hujan. GIS
juga bisa mengenali dan menganalisis hubungan spasial yang ada antara data spasial yang
tersimpan secara digital. Relasi topologi ini membuat pemodelan spasial dan analisa yang
komplek dapat dilakukan. Relasi topologi yang dimodelkan dengan GIS dapat meliputi
adjacency, containment, dan proximity. Dengan pemodelan topologi ini kita dapat
mendeteksi keberadaan lokasi SPBU, pasar, atau pabrik yang letaknya dekat suatu area
seperti persawahan, atau rawa-rawa.

Selain itu, fungsi GIS juga dapat digunakan untuk mensimulasikan rute material sepanjang
jaringan linier. Variabel seperti kemiringan, batas kecepatan, diameterpiap dapat
dimasukkan kedalam pemodelan jaringan supaya merepresentasikan aliran fenomena secara
akurat. Pemodelan jaringan ini umumnya digunakan dalam perencanaan transportasi,
pemodelan hidrologi, serta infrastruktur.
RS DALAM MONEV

Data Spasial adalah informasi yang memiliki referensi geografis. Keterangan yang
menjelaskan dimana dan dapat mengantarkan siapapun setidaknya fikirannya untuk
sampai ke lokasi yang dimaksud. Monitoring Kawasan Remote sensing adalah implementasi
sistem pemantauan kawasan yang menggunakan data spasial (vektor atau raster) yang
diperoleh langsung dari lapangan atau tidak langsung yang berasal dari laporan, interpretasi
citra, informasi sekunder lainnya yang semuanya ber-georeferensi, diolah menurut kaidah
basisdata dan ditujukan untuk efektifitas manajemen kawasan. Pengurusan kawasan
konservasi melibatkan banyak unsur kelembagaan dan sekian banyak orang yang jelas-jelas
tidak semuanya tahu persis setiap lokasi. Waktu, anggaran, jumlah orang terlibat, luas
wilayah kelola berikut setumpuk masalahnya menjadi batasan yang harus dikalkulasi dalam
konteks manajemen yang efektif. Dengan demikian monitoring, evaluasi dan penanganan
kawasan berbasis data spasial (GIS/Remote Sensing) mutlak dibutuhkan dalam berbagai
tingkatan operasional, analisis juga kebijakan. Tool ini telah terbukti efektif, populer dan
umum digunakan. Berbeda dengan departemen teknis lainnya, Departemen Kehutanan
memiliki karakteristik teritorial tidak sekedar wilayah administrasi- yang mengemban amanat
konstitusi dalam penguasaan lahan atas nama negara hingga 63% luas daratan. operasional
kerjanya menangani wilayah ruang dalam pengertian yang sesungguhnya. Alhasil, tugas
semacam ini tak pelak lagi mensyaratkan implementasi data berbasis keruangan.

También podría gustarte