Está en la página 1de 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Dermatitis Kontak adalah dermatitis yang disebabkan bahan atau substansi


yang menempel pada kulit. Terdapat dua macam jenis dermatitis kontak yaitu
dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergika, keduanya dapat bersifat
akut maupun kronis. Penyebab dermatitis kontak alergika adalah alergen, paling
sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang
juga disebut sebagai bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi
oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.7
Mekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergika adalah
mengikuti respons imun yang diperantarai sel (cell mediated immune respons)
atau reaksi alergi tipe IV. Reaksi hipersensitivitas tipe ini timbulnya lambat
(delayed hypersensitivity), dan terjadi melalui dua fase yaitu fase sensitisasi dan
fase elisitasi.7
Sebelum seseorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergi, terlebih
dahulu mendapatkan perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini
terjadi karena adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten
yang terikat dengan protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap
dan diproses oleh makrofag dan sel Langerhans, selanjutnya dipresentasikan ke
sel T. Setelah kontak dengan antigen yang telah diproses ini, sel T menuju ke
kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berploriferasi
membentuk sel T elektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-
sel ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,
sehingga menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit tubuh.
Fase saat kontak pertama alergen sampai kulit menjadi sensitif disebut fase
sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu. Pada umumnya
reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi
alergen (sensitizer), jumlah alergen dan konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai
fase yang lebih pendek, sedangkan sensitizer lemah muncul setelah lama kontak
dengan bahan tersebut, dapat berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sedangkan

20
periode saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa
sampai timbulnya gejala klinis disebut fase elitasi, umumnya berlangsung antara
24-48 jam.7
Dalam beberapa tahun terakhir banyak dilaporkan adanya suatu reaksi alergi
akibat pemakaian tato temporer atau biasa disebut pacar atau henna (black henna
tattoo). Bubuk henna didapatkan dengan cara mengeringkan dan menghancurkan
tanaman Lawsonia inermis, yang tumbuh di daerah Afrika Utara dan Asia. Henna
merupakan pigmen berwarna coklat yang telah digunakan selama ribuan tahun
oleh umat Islam, Hindu dan yang lainnya untuk mewarnai rambut, tubuh, dan
kuku, dan biasanya disebut sebagai Mehandi. Tattoo atau gambar dibuat dengan
mengaplikasikan henna secara langsung pada kulit. Biasanya dibutuhkan waktu
selama 12 jam untuk mendapatkan hasil yang diingunkan. Sedikit sekali kasus
alergi kontak terhadap henna yang alami. Henna dapat dibuat lebih gelap dengan
cara mencampurnya dengan bahan tambahan seperti lemon, beet root juice, nut
shell, gula, P-Toluenediamine, dan paraphenylenediamine (PFD). Hal ini
dilakukan agar proses pembuatan tattoo temporer ini lebih cepat dan dapat
bertahan lebih lama.3,4,5
Menurut penelitian Roesyanto-Mahadi, bahwa paraphenylenediamine
(PFD) yang merupakan bahan campuran dalam henna, adalah alergen penyebab
dermatitis kontak alergika terbanyak urutan ketiga dari 144 penderita dermatitis
kontak alergika di Medan periode tahun 1991-1992, yaitu 12,28%.4
PFD diketahui sebagai pemicu terjadinya dermatitis kontak alergi. PFD
bekerja di epidermis dengan cara yang sama dengan prohapten dan harus di ubah
menjadi benzoquine sebelum memicu terjadinya reaksi hipersensitif tipe IV.
European Union Legislation mengatur bahwa konsentrasi maksimum PFD pada
cat rambut sebanyak 6% dan melarang aplikasi langsung PFD pada kulit, bulu
mata dan alis. Black henna tidak mencantumkan secara resmi konsentrasi dari
PFD, namun pada suatu penelitian ditemukan konsentrasi PFD sebanyak 15,7%.12
Metode dalam mengaplikasikan henna dengan menggunakan alat-alat dari
plastik dan perekat akan menambah penetrasi dari PFD ke dalam kulit dan dapat
bereaksi dengan komponen lain seperti latex, rosin, dan thiuram. Sensitisasi
terhadap PFD penting dikarenakan PFD merupakan bahan yang mudah ditemui

21
dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya cat rambut, eye shadow, plastik, karet,
tinta printer dan lain sebagainya.12
Pada kasus ini pasien mengeluh muncul bintil-bintil pada tangan kanan dan
kiri yang terasa gatal. Hal ini dialami penderita sejak 3 hari yang lalu, dimana
14 hari sebelumnya pasien memakai tato temporer (hena/pacar) yang berwarna
hitam pada kedua tangan. Awalnya muncul bercak kemerahan yang menyerupai
pola tato temporer yang digambar, kemudian bercak tersebut terasa menonjol dan
muncul bintil-bintil yang terasa gatal diatasnya. Keluhan ini hanya terbatas pada
kulit yang digambar dengan tato temporer saja dan tidak menyebar di bagian kulit
yang lain. Pasien sebelumnya pernah menggunakan tato temporer tetapi jenis dan
warna yang digunakan dulu dan saat ini berbeda, dimana tato temporer yang saat
ini digunakan berwarna hitam namun pasien tidak mengetahui merk nya
Kelainan kulit dermatitis kontak alergika sering tidak menunjukkan
gambaran morfologi yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopi, dermatitis
numularis, dermatitis seboroik, atau psoriasis. Diagnosis banding yang utama
ialah dengan dermatitis kontak iritan.7
Pada pasien ini di diagnosa sebagai dermatitis kontak alergika karena dari
anamnesa didapatkan riwayat kontak dengan substansi yang mengandung alergen
yaitu tato temporer/henna/pacar. Tato temporer yang digunakan pasien berwarna
hitam sehingga dicurigai mengandung PFD yang merupakan bahan alergen. Dari
hasil pemeriksaan status lokalis regio manus dextra dan sinistra pasien didapatkan
papul multipel yang tersusun diatas pola gambar tato temporer, vesikel (+), edema
(+). Berbeda dengan dermatitis kontak iritan akut yang gambaran lesi nya berupa
vesikel, bula, eritema, dan kulit yang terasa panas atau pedih. Namun luas
kelainannya umumnya terbatas pada daerah yang terkena dan berbatas tegas. Pada
dermatitis kontak iritan akut kelainan kulit akan terlihat setelah 12-24 jam atau
lebih, sedangkan pada pasien ini kelainan kulit baru terlihat setelah 11 hari
terpapar alergen, namun pada riwayat sebelumnya pasien permah terpapar oleh
alergen sehingga dicurigai saat itu pasien sedang berada pada fase sensitisasi.
Berikut ini adalah tabel perbedaan antara dermatitis kontak alergika dan
dermatitis kontak iritan:

22
Tabel 4.1. Perbedaan Dermatitis Kontak Iritan dan Alergik

Pada pasien ini tidak dilakukan uji tempel atau patch test dikarenakan tidak
tersedia alat. Namun bila dilakukan uji tempel, pelaksanaannya dilakukan setelah
dermatitis tenang, bila mungkin setelah 3 minggu. Tempat melakukan uji tempel
dapat di punggung atau lengan atas. Bahan uji diletakkan pada sepotong kain atau
kertas, ditempelkan pada kulit yang utuh, ditutup dengan bahan impermeabel,
kemudian direkatkan dengan plester. Setelah 48 jam dibuka, dan reaksi baru
dibaca setelah 48 jam atau saat dibuka, 72 jam, dan 96 jam. Hasil positif berupa
eritema dengan urtika, vesikel, hingga bula. Pada pasien perlu dibedakan apakah
dermatitis kontak ini merupakan dermatitis kontak iritan atau alergika. Bila karena
iritasi, reaksi akan menurun setelah 48 jam (reaksi tipe decrescendo), sedangkan
dermatitis kontak alergika makin meningkat reaksinya (reaksi tipe crescendo).7
Hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan dermatitis kontak alergika
adalah upaya pencegahan terulangnya kontak kembali dengan alergen penyebab,
dan menekan kelainan kulit yang timbul. Untuk dermatitis kontak alergika yang
ringan, atau dermatitis akut yang telah mereda cukup diberikan kortikosteroid
topikal. Pada pasien ini diberikan antihistamin CTM 3 x 4 mg, kortikosteroid
sistemik dengan Prednison 3 x 5 mg, dan kortikosteroid topikal Betametason
valerat krim 0,1%. CTM merupakan antihistamin yang dapat mengurangi gatal
yang memberikan efek sedasi. Prednison dipilih karena merupakan kortikosteroid
golongan glukokortikoid yang mempunyai efek anti inflamasi, lama kerjanya

23
sedang yaitu antara 12-36 jam. Betametason valerat krim 0,1% dipilih karena
merupakan kortikosteroid dengan potensi kuat, menyesuaikan dengan lokasi dan
beratnya penyakit yang diderita pasien.
Pada pasien ini disarankan untuk menghindari pemakaian bahan-bahan yang
mengadung alergen PPD seperti tato temporer/henna, cat rambut, dan lain
sebagainya. Selain itu pasien harus minum dan menggunakan obat secara teratur
dan kontrol ke dokter.

24

También podría gustarte