Está en la página 1de 14

BAB I

KONSEP DASAR MEDIK

A. Pengertian

Sepsis merupakan respon sistemik pejamu terhadap infeksi dimana

patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi

aktivasi proses inflamasi. Berbagai definisi sepsis telah diajukan, namun

definisi yang saat ini digunakan di klinik adalah definisi yang ditetapkan

dalam consensus American College of Chest Physician dan Society of Critical

Care Medicine pada tahun 1992 yang mendefinisikan sepsis, sindroma respon

inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome / SIRS), sepsis

berat, dan syok/renjatan septik (Chen et.al,2009).

Sepsis adalah suatu keadaan ketika mikroorganisme menginvasi tubuh

dan menyebabkan respon inflamasi sitemik. Respon yang ditimbulkan sering

menyebabkan penurunan perfusi organ dan disfungsi organ. Jika disertai

dengan hipotensi maka dinamakan Syok sepsis.

Syok septik adalah syok yang disebabkan oleh infeksi yang menyebar

luas yang merupakan bentuk paling umum syok distributif. Pada kasus

trauma, syok septik dapat terjadi bila pasien datang terlambat beberapa jam ke

rumah sakit. Syok septik terutama terjadi pada pasien-pasien dengan luka
tembus abdomen dan kontaminasi rongga peritonium dengan isi usus.

(Smeltzer, Susan, C. 2015)

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Presipitasi dan Predisposisi

Menurut (Linda D.U, 2006) mikroorganisme penyebab syok septik

adalah bakteri gram negatif. Ketika mikroorganisme menyerang jaringan

tubuh, pasien akan menunjukkan suatu respon imun. Respon imun ini

membangkitkan aktivasi berbagai mediator kimiawi yang mempunyai

berbagai efek yang mengarah pada syok, yaitu peningkatan permeabilitas

kapiler, yang mengarah pada perembesan cairan dari kapiler dan

vasodilatasi.

Bakteri gram negatif menyebabkan infeksi sistemik yang

mengakibatkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil gram negatif ini

menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas

arteriovena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.

Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan

terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan permeabilitas

kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke intertisial yang

terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel yang terjadi tidak

disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan karena

ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman.

Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan


syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5

cc/kg/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi).

Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir

normal, mempunyai gejala takikardia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir

normal, dan tekanan nadi yang melebar. Sepsis bisa disebabkan oleh

mikroorganisme yang sangat bervariasi, meliputi bakteri aerobik,

anareobik, gram positif, gram negatif, jamur, dan virus.

Selain itu syok juga dapat diakibatkan karena :

a. Perdarahan (syok hipovolemik)

b. Dehidrasi (syok hipovolemik)

c. Gagal jantung (syok kardiogenik)

d. Trauma atau cedera berat

e. Serangan jantung (syok kardiogenik)

f. Cedera tulang belakang (syok neurogenik)

g. Infeksi (syok septik)

h. Reaksi alergi (syok anafilaktik)

i. Sindroma syok toksik

2. Patofisiologi

Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif

yang menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif


ini menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas

arteriovena perifer. Selain itu, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler.

Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan

terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan peningkatan

permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke

intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel yang

terjadi tidak disebabkan oleh penurunan perfusi jaringan melainkan karena

ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin kuman.

Gejala syok septik yang mengalami hipovolemia sukar dibedakan dengan

syok hipovolemia (takikardia, vasokonstriksi perifer, produksi urin < 0.5

cc/kg/jam, tekanan darah sistolik turun dan menyempitnya tekanan nadi).

Pasien-pasien sepsis dengan volume intravaskuler normal atau hampir

normal, mempunyai gejala takikaridia, kulit hangat, tekanan sistolik hampir

normal, dan tekanan nadi yang melebar.(Weber & Fontana, 2007).

3. Manifestasi Klinis

a. Manifestasi dari respon sepsis biasanya ditekankan pada gejala dan

tanda-tanda penyakit yang mendasarinya dan infeksi primer. Tingkat di

mana tanda dan gejala berkembang mungkin berbeda dari pasien dan

pasien lainnya, dan gejala pada setiap pasien sangat bervariasi. Sebagai

contoh, beberapa pasien dengan sepsis adalah normo-atau hipotermia,


tidak ada demam paling sering terjadi pada neonatus, pada pasien lansia,

dan pada orang dengan uremia atau alkoholisme (Munford, 2008).

b. Pasien dalam fase awal sepsis sering mengalami cemas, demam,

takikardi, dan takipnea (Dasenbrook & Merlo, 2008). Tanda-tanda dari

sepsis sangat bervariasi. Berdasarkan studi, demam (70%), syok (40%),

hipotermia (4%), ruam makulopapular, petekie, nodular, vesikular

dengan nekrosis sentral (70% dengan meningococcemia), dan artritis

(8%). Demam terjadi pada <60% dari bayi dibawah 3 bulan dan pada

orang dewasa diatas 65 tahun (Gossman & Plantz, 2008). Infeksi

menjadi keluhan utama pada pasien (Hinds et.al,2012). Perubahan status

mental yang tidak dapat dijelaskan (LaRosa, 2010) juga merupakan

tanda dan gejala pada sepsis. Adanya tanda dan gejala disseminated

intravascular coagulation (DIC) meningkatkankan angka mortalitas

(Saadat, 2008).

c. Pada sepsis berat muncul dampak dari penurunan perfusi mempengaruhi

setidaknya satu organ dengan gangguan kesadaran, hipoksemia (PO2

<75 mmHg), peningkatan laktat plasma, atau oliguria (30 ml / jam

meskipun sudah diberikan cairan). Sekitar satu perempat dari pasien

mengalami sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) dengan infiltrat

paru bilateral, hipoksemia (PO2 <70 mmHg, FiO2 >0,4), dan kapiler

paru tekanan <18 mmHg .Pada syok septik terjadi hipoperfusi organ

(Weber & Fontana, 2007).


d. Diagnosis sepsis sering terlewat, khususnya pada pasien usia lanjut yang

tanda-tanda klasik sering tidak muncul. Gejala ringan, takikardia dan

takipnea menjadi satu-satunya petunjuk, Sehingga masih diperlukan

pemeriksaan lebih lanjut yang dapat dikaitkan dengan hipotensi,

penurunan output urin, peningkatan kreatinin plasma, intoleransi

glukosa dan lainnya (Hinds et.al,2012).

4. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang digunakan foto toraks, pemeriksaan dengan

prosedur radiografi dan radioisotop lain sesuai dengan dugaan sumber

infeksi primer (Hinds et.al,2012).

a. Biakan: dari darah, sputum, urine, luka operasi atau non operasi dan

aliran invasif (selang atau kateter) hasil positip tidak perlu untuk

diagnosis.

b. Lekositosis atau lekopenia, trombositopenis, granulosit toksik, CRP (+),

LED meningkat dan hasil biakan kuman penyebab dapat (+) atau (-).

c. Gas-gas darah arteri: alkalosis respiratorik terjadi pada sepsis (PH >

7,45, PCO2 < 35) dengan hipoksemia ringan (PO2 < 80)

(Opal, 2012).

5. Komplikasi

Menurut Opal (2012), komplikasi Sepis antara lain :

a. Gagal ginjal akut


Sebagian besar gagal ginjal disebabkan karena nekrosis tubular akut

yang diinduksi oleh hipotensi atau kerusakan kapiler, walaupun

beberapa pasien juga mempunyai glomerulonefritis, nekrosis korteks

ginjal, atau nefritis intersisial

b. Sindrom Distres Pernafasan Akut (ARDS)

Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi yang paling sering

terjadi pada sepsis berat, kejadiannya hampir 85% kasus. Mekanisme

terjadinya gagal paru akut kompleks dan tidak diketahui secara

lengkap. Tanda dari sepsis adalah peningkatan permeabilitas kapiler,

yang bermanifestasi pada paru dengan gangguan fungsi pembatas

alveolar-kapiler dan karakteristiknya berupa akumulasi dari cairan

ekstravaskuler paru (extravascular lung water (EVLW)).12

Peningkatan kerusakan epitel alveolar dan permeabilitas kapiler

menghasilkan isi cairan paru, yang menurunkan kemampuan pengisian

paru dan gangguan pertukaran oksigen.

c. Gagal Hati

Disfungsi hati menggambarkan sebuah manifestasi umum selama

proses sepsis, dari kisaran peningkatan ringan dari bilirubin serum dan

atau enzim-enzim hati sampai gagal hati berat. Hati dengan aktif

memodulasi proses inflamasi melalui penyaringan, inaktifasi dan

pembersihan bakteri, produk bakteri seperti endotoksin, substansi

vasoaktif, dan mediator inflamasi.


6. Penatalaksanaan Medis (Smeltzer, Susan, C. 2015)

a. Darah, sputum, urine dan specimen drainase luka dikumpulkan untuk

mengidentifikasi dan menghilangkan penyebab infeksi.

b. Rute potensial infeksi dihilangkan (rute jalur intravena diganti). Abses

dikeringkan dan area nekrotik dibersihkan (debridement)

c. Pergantian cairan dilakukan.

d. Pemberian antibiotic spectrum luas dimulai. Recombinant buman

activated protein C (rhAPC, drotrekoginalfa (Xigris)) diberikan untuk

pasien dengan disfungsi organ-akhir dan beresi kotinggi meninggal.

e. Suplmen nutrisi agresif (tinggi protein) diberikan. Pemberian makanan

enteral lebih disukai.

C. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola nafas

2. Penurunan curah jantung

3. Hipertermi

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

5. Intoleransi aktivitas

6. Ansietas

D. Intervensi Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas

Definisi : Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberi

ventilasi yang tidak adekuat


Kriteria Hasil :

Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui
2. Posisikan pasien semi fowler keadaan umum pasien
3. Edukasi pasien untuk 2.
memakai O2
4. Kolaborasi dalam pemberian
obat

b. Penurunan curah jantung

Definisi : Ketidakadekuatan darah yang di pompa oleh jantung

untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.

Kriteria Hasil :

1. Tekanan darah dalam batas normal (110-140 mmHg)

2. Warna kulit tidak pucat

3. Pernafasan pasien dalam batas normal (18-22x/ menit)

Intervensi Rasional
a. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
b. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan
nafas buatan
c. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
d. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
e. Berikan bronkodilator bila
perlu
f. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
g. Monitor respirasi dan
status O2

c. Hipertermi

Definisi : Suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal

kegagalan termogulasi.

Kriteria Hasil :

a. Merasa merinding saat dingin (skala 5)


b. Berkeringat saat panas (skala 5)
c. Menggigil saat dingin (skala 5)
d. Denyut jantung apikal (skala 5)
e. Denyut nadi radial (skala 5)
f. Melaporkan kenyamanan suhu (skala 5)
Intervensi Rasional
a. Monitor suhu paling tidak
setiap 2 jam, sesuai
kebutuhan
b. Monitor tekanan darah,
nadi dan respirasi, sesuai
kebutuhan
c. Monitor suhu dan warna
kulit
d. Monitor dan laporkan
adanya tanda dan gejala
dari hipotermia dan
hipertermia
e. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi adekuat
f. Beri obat atau cairan IV (
antireptik,agen anti
menggigil )
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Defiinisi :Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat

menggagu kesehatan.

Kriteria Hasil :

Intervensi Rasional
1. Monitor aliran oksigen
2. Amati tanda-tanda
hipoventilasi induksi oksigen.
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Kolabrasi dokter dengan
pembrian obat.
e. Ansietas

Definisi :

Perasaan tidak nyaman atau kekhwatiran yang samar disertai respon

autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh

individu) ; perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya

hal ini merupakan isyarat kewasdaan yang memperingatkan individu akan

adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi

ancaman

Kriteria Hasil :

Intervensi Rasional
1. Gunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
2. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien untuk
cara yang tepat.
3. Bantu klien
mnegidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan.
4. Dukung penggunaan
mekanisme koping yang
sesuai.
5. Instruksikan klien untuk
menggunakan tekhnik
relaksasi

f. Intoleran aktivitas

Definisi :

Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan

atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang

diinginkan.

Kriteria Hasil :

1. Dapat melakukan aktivitas harian dengan dibantu

2. Frekuensi pernafasan ketika beraktivitas dalam batas normal (18-22/

menit)

3. Frekuensi nadi dalam batas normal (60-100x/ menit)

Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Bantu klien dan keluarga
untuk mengidentifikasi
kelemahan dalam
melakukan aktivitas
tertentu
3. Edukasi pasien untuk
meningkatkan aktivitas
fisik yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Chen, K., and Pohan, H.T., 2009. Penatalaksanaan Syok Septik. In: Sudoyo, A.W.,

Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Interna Publishing, 252-256 Emergency

Nurses association, 2005, Manual of emergency care, Mosby, st Louis.

Munford, R.S., 2008. Severe Sepsis and Septic Shock. In: Fauci et al., ed. Harrison,s

Principles of Internal Medicine. 17th ed. USA: Mc Graw Hill, 1695-1702.

Opal, S.M., 2012. Septicemia. In: Ferri et al., ed. Ferris Clinical Advisor 2012: 5

Books in 1. Philadelphia: Elsevier Mosby, 924-925

Smeltzer, Susan, C. 2015. KeperawatanMedikal-Bedah :Handbook For Bruner

&Suddarths Textbook Of Medical-Surgical Nursing. Jakarta. EGC.

También podría gustarte