Rekurensi pterigium merupakan pertumbuhan kembali jaringan fibrovaskuler
yang dimulai dari area konjungtiva bulbi nasal atau temporal menuju kornea pada bekas pembedahan biasanya terjadi karena multifaktorial salah satunya pengobatan yaitu pemberian Mitomycin C 0,04%. Prevalensi tingkat kekambuhan di Indonesia berkisar antara 35% - 52%. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan kejadian rekurensi paska operasi pterigium metode autograft dengan pemberian Mitomycin C 0,04% dan tanpa Mitomycin C 0,04%. Penelitian studi observasi analitik rancangan cross sectional. Data dikumpulkan menggunakan dokumen rekam medis RSI Sultan Agung Semarang. Populasi adalah semua pasien pterigium di RSI Sultan Agung Semarang sebanyak 830 pasien. Sampel yang digunakan sebanyak 110 pasien pterigium paska operasi autograft menggunakan teknik consecutive sampling dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 55 pasien pterigium dengan pemberian Mitomycin C 0,04% dan 55 pasien pterigium tanpa pemberian Mitomycin C 0,04%. Hipotesis diuji dengan chi square dianalisis menggunakan Ratio Prevalence (RP) dan Confidence Interval (CI). Berdasarkan hasil uji chi square antara MMC 0,04% dengan rekurensi pterigium diperoleh nilai p=0,008 (p<0,05), Ratio Prevalence 0,182 dengan 95%CI (0,042 0,783). Hasil uji jenis pekerjaan antara di dalam gedung dengan di dalam gedung adalah p=0,006 (p<0,05) berarti berpengaruh pada kejadian rekurensi pterigium. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan kejadian rekurensi perigium paska operasi autograft antara pemberian MMC 0,04% dengan tanpa MMC 0,04%. Kata kunci: Mitomycin C 0,04%, rekurensi pterigium