Está en la página 1de 119

GUIDELINE ON MONITORING

Kementerian Kesehatan
INDONESIA

OF UNIVERSAL ACCESS TO
Republik Indonesia

PEDOMANHEALTH
REPRODUCTIVE TEKNISAT
PEMANTAUAN
NATIONAL & PENCAPAIAN
SUBNATIONAL
AKSES UNIVERSAL
LEVEL IN INDONESIA
KESEHATAN REPRODUKSI

2 015
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

613.94
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pedoman teknis pemantauan pencapaian akses universal
Kesehatan reproduksi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
2015

ISBN 978-602-235-980-7

1. Judul I. REPRODUCTION
II. HEALTH DATA III. HELATH STATUS INDICATORS
IV. DATA COLLECTION
613.94
Ind
p

PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN
AKSES UNIVERSAL
KESEHATAN REPRODUKSI
Kata Pengantar

Buku Pedoman Teknis Pemantauan Pencapaian Akses Universal Kesehatan Reproduksi diterbitkan
sebagai acuan dalam penyediaan dan pemantauan indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi
(AUKR) di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Buku ini disusun melalui serangkaian kegiatan
yang dimulai dari studi kelayakan terhadap ketersediaan indikator akses universal kesehatan reproduksi
pada 10 kabupaten lokasi bantuan UNFPA yaitu Kabupaten Nias, Nias Selatan, Mamasa, Mamuju Utara,
Timor Tengah Selatan, Alor, Manggarai, Jayapura, Merauke, dan Manokwari; rapat koordinasi di tingkat
pusat yang melibatkan 10 sektor/lembaga terkait; pertemuan pusat dan daerah serta uji coba di 4
kabupaten/kota yaitu Kabupaten Jayapura, Timor Tengah Selatan, Kotamadya Jakarta Timur dan Kota
Bogor.

Buku pedoman teknis ini terdiri dari 4 bab yaitu; (1) Pendahuluan; (2) Indikator Akses Universal
Kesehatan Reproduksi; (3) Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal Kesehatan Reproduksi; dan
(4) Penutup. Buku ini berisi penjelasan jenis dan kategori indikator program program dalam ruang
lingkup kesehatan repoduksi serta menyajikan informasi tentang langkah-langkah dalam penyediaan
dan pengumpulan data indikator AUKR di setiap sektor yang terlibat serta mekanisme koordinasi
dalam pengumpulan data tersebut, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang turut berkontribusi dalam
penyusunan hingga terbitnya buku Pedoman Teknis Pemantauan Pencapaian Akses Universal
Kesehatan Reproduksi. Kami menyadari tentunya buku ini masih belum sempurna, oleh karena
itu saran/masukan sangat diharapkan guna penyempurnaan buku ini di masa datang. Semoga buku
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan program kesehatan reproduksi dan
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi kepada masyarakat.

Jakarta, Oktober 2015


Direktur Bina Kesehatan Ibu,

dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA


NIP 195706221985112001

PEDOMAN TEKNIS iii


PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Kata Sambutan

Hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang diakui secara global. Upaya pemenuhan
hak reproduksi pertama kali didiskusikan pada International Conference on Population Development
(ICPD) tahun 1994 yang merupakan milestone (tonggak awal) perubahan paradigma dari pendekatan
kuantitatif pengendalian laju pertumbuhan penduduk menjadi pendekatan hak asasi manusia (HAM),
gender dan orientasi kepada klien. Pada pertemuan tersebut disepakati bahwa semua negara harus
mengupayakan pelayanan kesehatan reproduksi yang dapat dijangkau oleh semua orang sesuai umur
dan kebutuhan pada siklus hidupnya, melalui sistem pelayanan kesehatan dasar dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya sebelum tahun 2015 (Universal Access to Reproductive Health 2015).

Konsep ICPD tentang kesehatan reproduksi tidak secara eksplisit tercantum di dalam framework
Millenium Development Goals (MDGs). Namun pada World Summit 2005 dengan tegas dinyatakan bahwa
kesehatan reproduksi berperan penting dalam mencapai gender-and health-related to MDGs dengan
rekomendasi bahwa kesehatan reproduksi harus diintegrasikan ke dalam tujuan pembangunan MDGs
dengan mengembangkan mekanisme monitoring MDGs untuk mencapai akses universal kesehatan
reproduksi.

Saat ini kita telah berada di penghujung tahun 2015. Walaupun sudah banyak kemajuan yang
dicapai, tetapi masih diperlukan kerja keras untuk mencapai sasaran MDGs utamanya untuk target 5,
penurunan angka kematian ibu dan menjamin akses universal terhadap kesehatan reproduksi yang
menjadi salah satu agenda MDGs yang belum selesai. Karena itu, untuk memastikan bahwa semua
orang dapat mengakses pelayanan kesehatan reproduksi yang komperehensif, dengan mengurangi
ketidakadilan, kesenjangan akses, dan penggunaan layanan kesehatan maka capaian indikator akses
universal kesehatan reproduksi harus tetap konsisten dipantau dan ditingkatkan.

Tujuan pembangunan dalam MDGs sebagai nomenklatur tidak akan berhenti di tahun 2015. Agenda
ke depan untuk melanjutkan MDGs, utamanya bagi agenda yang belum selesai, telah dikembangkan
suatu konsepsi dalam konteks kerangka/agenda pembangunan pasca 2015, yang disebut Sustainable
Development Goals (SDGs). Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang
mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015 MDGs.

Tahun 2008 World Health Organization (WHO) dan United Nation Fund Population (UNFPA) menyusun
National level monitoring of the Achievement of Universral Access to Reproductive Health yang berisi
kumpulan indikator untuk membantu negara negara dalam memantau pemenuhan hak reproduksi
melalui pencapaian akses universal kesehatan reproduksi. Melalui serangkaian kegiatan yang
melibatkan lintas program, lintas sektor terkait, dan beberapa daerah intervensi, buku ini diadaptasi
dalam konteks Indonesia, yaitu dengan menyepakati 93 Indikator dari 109 indikator AUKR yang

iv PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
tersedia dan dapat dipantau di Indonesia. Sembilan puluh tiga indikator tersebut didapatkan melalui
data yang diperoleh dari laporan rutin, survei, pengolahan data sederhana pada 10 sektor terkait, yaitu:
Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Sosial, Kementerian
Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, Badan Pusat Statistik, dan Kepolisian.

Mengingat data yang dibutuhkan tersebar pada 10 sektor, maka diperlukan komitmen tinggi dan
peran aktif dari setiap sektor/lembaga terkait dalam penyediaan data AUKR baik di tingkat kabupaten/
kota, provinsi maupun di pusat. Evidence based terhadap capaian/kemajuan upaya pemenuhan hak
reproduksi dapat bermanfaat dalam mengembangkan program dan kebijakan kesehatan reproduksi
di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pemantauan pencapaian akses universal kesehatan
reproduksi harus terus dilaksanakan dan ditingkatkan, sehingga hak reproduksi dapat terpenuhi dan
tujuan penurunan angka kematian ibu dapat tercapai.

Jakarta, Oktober 2015


Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA,

dr. Anung Sugihantono, M.Kes


NIP 196003201985021002

PEDOMAN TEKNIS v
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daftar Isi

Kata Pengantar iii


Kata Sambutan iv
Daftar Tabel dan Gambar vii
Daftar Singkatan viii

Bab 1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 4
1.3 Sasaran 4
1.4 Ruang Lingkup 5
1.5 Dasar Hukum 6

Bab 2. Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi 9


2.1 Indikator Kebijakan 11
2.2 Indikator Pelayanan 18
2.3 Indikator Akses 29
2.4 Indikator Dampak 41

Bab 3. Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal Kesehatan Reproduksi 49


3.1. Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Tiap Sektor 49
3.2 Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Lintas Sektor 50
3.3 Langkah Lanjutan 52

Bab 4. Penutup 73

Lampiran 74

vi PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daftar Tabel dan Gambar

Tabel 1. Area Kesehatan Reproduksi 2


Tabel 2. Jumlah Indikator Global Akses Universal Kesehatan Reproduksi Berdasarkan
Dimensi Kebijakan, Pelayanan, Akses, dan Dampak 3
Tabel 3. Jumlah Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi yang Tersedia di Indonesia 5
Tabel 4. Indikator Kebijakan 11
Tabel 5. Indikator Pelayanan 18
Tabel 6. Indikator Akses 29
Tabel 7. Indikator Dampak 41
Tabel 8. Koordinasi Pengumpulan Data Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Tiap Sektor 51
Tabel 9. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian
Kesehatan 54
Tabel 10. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 63
Tabel 11. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian
Dalam Negeri 65
Tabel 12. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 65
Tabel 13. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 66
Tabel 14. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian
Sosial 66
Tabel 15. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian
Agama 67
Tabel 16. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia 68
Tabel 17. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kepolisian 69
Tabel 18. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Badan Pusat
Statistik 70

Gambar 1. Pemantauan Akses Universal Kesehatan Reproduksi 4

PEDOMAN TEKNIS vii


PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daftar Singkatan

AIDS Acquired Immuno Deficiency Syndrome


AKI Angka Kematian Ibu
Alokon Alat, Obat Kontrasepsi
AMP Audit Maternal dan Perinatal
ANC Ante Natal Care
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ARV Anti Retroviral
ASFR Age Specific Fertility Rate
ASI Air Susu Ibu
AUKR Akses Universal Kesehatan Reproduksi
Balitbang Badan Penelitian dan Pengembangan
Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BBLR Berat Badan Lahir Rendah
BDD Bidan di Desa
BKKBN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
BP3AKB Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana
BPS Badan Pusat Statistik
BUK Bina Upaya Kesehatan
CBR Crude Birth Rate
CPR Contraceptive Prevalence Rate
CRPD The Convention on the Rights of Persons with Disabilities
D Denominator
Dinkes Dinas Kesehatan
Dinsos Dinas Sosial
Dukcapil Kependudukan dan Catatan Sipil
FGM Female Genital Mutilation
FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
FPEI Family Planning Effort Index

viii PEDOMAN TEKNIS


PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Guru BK Guru Bimbingan dan Konseling
HIV Human Immunodeficiency Virus
IBBS Integrated Bio-Behavioral Surveillance
ICPD International Conference for Population and Development
IDU Injecting Drug Use
IMS Infeksi Menular Seksual
ISR Infeksi Saluran Reproduksi
JKK Jaminan Ketersediaan Kontrasepsi
Kadarzi Keluarga Sadar Gizi
Kandep Kantor Departemen
KB Keluarga Berencana
KDRT Kekerasan dalam Rumah Tangga
Kemenkes Kementerian Kesehatan
Kesga Kesehatan Keluarga
Kespro Kesehatan Reproduksi
KIA Kesehatan Ibu dan Anak
KIBBLA Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir
KLA Kota Layak Anak
KPA Komisi Penanggulangan AIDS
KPI Koalisi Perempuan Indonesia
KTD Kehamilan tidak Diinginkan
KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
LB Lembar Bulanan
LBPHA Laporan Bulanan Perawatan HIV dan Pengobatan ARV
LSM Lembaga Swadaya Masyarakat
Macam Indikator I = inti (core), T = tambahan (additional), P = perluasan (extended)
MDG Millenium Development Goals/Tujuan Pembangunan Milenium
Monev Monitoring dan Evaluasi
MOU Memorandum of Understanding
MSM Man Sex with Man
N Numerator
Napza Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
Otda Otonomi Daerah
Perbup Peraturan Bupati
Perda Peraturan Daerah
Pergub Peraturan Gubernur
Permen Peraturan Menteri
Permenag Peraturan Menteri Agama

PEDOMAN TEKNIS ix
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
Perpres Peraturan Presiden
Perwali Peraturan Walikota
PIKR Pusat Informasi Konseling Remaja
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PKM Pusat Kesehatan Masyarakat
PKPR Pelayanan Kesehatan Pedul Remaja
PKRE Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial
PKRK Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif
PKT Pusat Krisis Terpadu
PMTCT Prevention of Mother-to Child Transmission/Pencegahan Penularan Ibu ke Anak
Polda Kepolisian Daerah
Polindes Pondok Bersalin Desa
Polres Kepolisian Resort
PONED Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
PONEK Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif
Poskesdes Pos Kesehatan Desa
PP Peraturan Pemerintah
PPA Perlindungan Perempuan dan Anak
PPIA Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
P2M Pencegahan Penyakit Menular
P2TP2A Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
PPT Pusat Pelayanan Terpadu
Promkes Promosi Kesehatan
PSK Penjaja Seks Komersial
PUS Pasangan Usia Subur
PUS IKNAS Pusat Informasi Kriminalitas Nasional
Pusdatin Pusat Data dan Informasi
RAN Rencana Aksi Nasional
RAPBD Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Renstra Rencana Strategi
RI Republik Indonesia
Rifaskes Riset Fasilitas Kesehatan
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
RPSA Rumah Perlindungan Sosial Anak
RPTC Rumah Perlindungan Trauma Center
RS Rumah Sakit

x PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
SDGs Sustainable Development Goals
SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SDM Sumber Daya Manusia
SIG Sistem Informasi Geografis
SIHA Sistem Informasi HIV AIDS
SIKDA Generik Sistem Informasi Kesehatan Daerah Generik
Simkarkesma Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra
SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit
SKB Surat Kesepakatan Bersama
SKPD Satuan Kerja Pemerintah Daerah
SKRRI Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
SOP Standard Operating Procedure
SRH Sexual and Reproductive Health
STBP Survei Terpadu Biologis Perilaku/IBBS
STRANAS Strategi Nasional
Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tap MPR Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
TFR Total Fertility Rate
TNI Tentara Nasional Indonesia
UAtRH Universal Access to Reproductive Health
UKS Usaha Kesehatan Sekolah
UNFPA United Nations Population Fund
UU Undang-Undang
UUD Undang-Undang Dasar
WCC Women Crisis Centre
WHO World Health Organization
WUS Wanita Usia Subur
Yankesdas Pelayanan Kesehatan Dasar

PEDOMAN TEKNIS xi
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
xii PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kesejahteraan masyarakat merupakan suatu kondisi yang dicita-citakan oleh semua negara di dunia.
Pada tahun 2000, perwakilan dari 189 negara anggota PBB di dunia telah menyatakan komitmen untuk
mencapai kondisi masyarakat sejahtera, melalui upaya mengurangi kemiskinan (reducing poverty) dan
memperbaiki kualitas hidup (improving the quality of life). Komitmen yang dituangkan dalam Tujuan
Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDG)1 diterjemahkan kedalam delapan
tujuan, yaitu (1) mengeradikasi kemiskinan dan kelaparan, (2) mencapai pemerataan pendidikan
dasar, (3) mempromosikan persamaan gender dan meningkatkan pemberdayaan perempuan, (4)
menurunkan angka kematian anak, (5) meningkatkan kesehatan ibu, (6) memerangi masalah HIV/
AIDS, malaria, dan penyakit utama lain, (7) meyakinkan kelestarian kondisi lingkungan, dan (8)
mengembangkan kemitraan dan kerja sama global untuk pengembangan.

Jauh sebelum tujuan milenium tersebut dicanangkan, suatu konferensi internasional tentang
kependudukan dan pembangunan (International Conference for Population and Development/
ICPD) diselenggarakan pada tahun 1994 di Kairo, yang menyepakati pokok-pokok penting dalam
mengembangkan sistem kesehatan negara-negara di dunia. Pokok-pokok tersebut dikenal sebagai
Akses Universal Kesehatan Reproduksi disingkat AUKR (Universal Access to Reproductive Health/UAtRH)
dalam rangka memenuhi hak kesehatan reproduksi2. Terkait hal ini, di Indonesia pada tahun 1996
diselenggarakan lokakarya nasional kesehatan reproduksi pertama yang menyepakati Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yang terdiri dari empat program yaitu kesehatan ibu dan bayi
baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan
infeksi saluran reproduksi termasuk IMS-HIV/AIDS. Disamping itu, PKRE dapat dilengkapi dengan
program kesehatan reproduksi pada usia lanjut sehingga pelayanan kesehatan reproduksi menjadi
lebih komprehensif (PKRK). Sebagai tindak lanjut lokakarya nasional kesehatan reproduksi yang kedua,
pada tahun 2005 dihasilkan dokumen tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi
(Stranas KR) di Indonesia, yang dinyatakan bahwa ruang lingkup kebijakan terkait kesehatan reproduksi
adalah kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanggulangan IMS termasuk
HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, dan pemberdayaan
perempuan.3

Pada MDG terlihat konsep ICPD tidak secara tersurat dicantumkan, namun bila ditelaah tampak tujuan
MDG ke 3, 4, 5 dan 6, sangat terkait erat dengan pemenuhan akses universal kesehatan reproduksi.

1 UN (2011). The Millenium Development Goals Report.


2 UNFPA (2004). Programme of Action. Adopted at the International Conference on Population and Development.
3 Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Pendidikan, BKKBN, UNFPA (2005). Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia.

PEDOMAN TEKNIS 1
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Secara khusus, tujuan ke 5 MDG dirinci menjadi dua target besar yaitu tujuan 5a: menurunkan angka
kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015, dan 5b: mewujudkan akses
kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015. Selanjutnya pada tahun 2005, World Summit
sangat menggarisbawahi peran kesehatan reproduksi dalam mencapai tujuan MDG terkait gender
dan kesehatan. Rekomendasi yang dihasilkan adalah tujuan mencapai akses universal kesehatan
reproduksi harus diintegrasikan ke mekanisme pemantauan tujuan milenium tersebut.

Tabel 1. Area Kesehatan Reproduksi

PKRE (1996) STRANAS KR (2005) AUKR (2008) MDG (2000)

(1) Umum
(2) Kesehatan Ibu, Anak, dan
Kesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan Ibu dan Bayi baru Bayi baru lahir
# 4 dan 5a
lahir Pencegahan dan Penanggulangan (3) Pencegahan Aborsi Tak
Komplikasi Aborsi Aman
Keluarga Berencana Keluarga Berencana (4) Keluarga Berencana # 5b
Kesehatan Reproduksi Kesehatan Reproduksi Remaja
(5) Kesehatan Seksual Remaja # 5b
Remaja
Pencegahan dan Pencegahan dan Penanggulangan
Penanggulangan Infeksi Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
(6) Infeksi Menular Seksual # 6
Saluran Reproduksi, termasuk termasuk IMS-HIV/AIDS
IMS-HIV/AIDS
(7) Kesehatan Seksual
(8) Kekerasan Seksual
Pemberdayaan Perempuan #3
(9) Praktik yang
membahayakan

Catatan: (angka) Kode Isu AUKR untuk penjelasan indikator

Di tingkat global, pada tahun 2015 sebagai perkiraan waktu tercapainya MDGs, oleh karena itu PBB
membahas kemajuan MDGs dan selanjutnya mengembangkan usulan formulasi tujuan upaya pasca
tahun 2015, yang disebut sebagai Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan terdiri dari 17 tujuan meliputi area: 1) kemiskinan, 2)
ketahanan pangan dan gizi, 3) hidup sehat di semua umur, 4) pendidikan, 5) gender dan pemberdayaan
perempuan, 6) air dan sanitasi, 7) energi terbarukan, 8) pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja
produktif, 9) infrastruktur dan industrialisasi, 10) ketidakmerataan di dalam dan antar negara, 11) kota
dan pemukiman, 12) konsumsi dan produksi, 13) perubahan iklim, 14) kelautan dan kemaritiman, 15)
ekosistem dan biodiversitas, 16) masyarakat aman dan berakses ke keadilan, dan 17) kemitraan global.
Terkait dengan AUKR, pada SDGs secara eksplitis tidak tertulis kata kesehatan reproduksi, namun bila
dicermati hal tersebut, terkait erat dengan tujuan ke 3, 4 dan 5.

Berbagai upaya dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan secara khusus untuk
mencapai akses universal kesehatan reproduksi, semuanya memerlukan pengelolaan, diantaranya
mencakup tahapan pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi). Untuk menerapkan pemantauan
pencapaian Akses Universal Kesehatan Reproduksi (AUKR), pada tahun 2008, WHO dan UNFPA telah
mengembangkan konsep dan indikator untuk tingkat nasional.

2 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Pemantauan dengan memakai indikator AUKR dapat memperlihatkan kecenderungan dan kemajuan
upaya/program yang dilaksanakan. Isu AUKR dan kaitannya dengan konsep kesehatan reproduksi
sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu, dicantumkan kode isu AUKR untuk menjelaskan
batasan indikator AUKR pada bab selanjutnya. Secara global, terdapat 109 indikator AUKR yang
mencakup dimensi kebijakan dan determinan sosial, akses, utilisasi pelayanan, serta dampak.

Semua indikator tersebut (Tabel 2) dikategorikan menjadi indikator inti (core) yaitu indikator yang
harus dilaporkan kemajuannya oleh semua negara, indikator tambahan (additional) yaitu indikator
yang dapat dilaporkan tergantung dari kebutuhan, konteks dan kemampuan negara masing-masing,
serta indikator perluasan (extended) yaitu indikator yang disediakan tergantung dari relevansi dengan
permasalahan yang dihadapi masing-masing negara4.

Tabel 2. Jumlah Indikator Global Akses Universal Kesehatan Reproduksi Berdasarkan Dimensi
Kebijakan, Pelayanan, Akses, dan Dampak

No Kebijakan Pelayanan Akses Dampak


Indikator
S I T P S I T P S I T P S I T P
1 Umum 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0
Kesehatan Ibu, Anak, & Bayi 5 3 1 1 9 7 2 0 5 1 4 0 9 7 1 1
2
baru lahir
Pencegahan Aborsi Tak 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 7 4 3 1 0
3
Aman
4 Keluarga Berencana 5 1 4 0 2 1 1 0 9 4 5 0 5 2 3 0
5 Kesehatan Seksual Remaja 1 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3 4 0 0 4
6 Infeksi Menular Seksual 2 2 0 0 7 3 3 1 3 2 1 0 3 2 1 0
7 Kesehatan Seksual 3 2 0 1 1 0 0 1 3 0 3 0 2 1 0 1
8 Kekerasan Seksual 3 3 0 0 2 0 0 2 3 1 2 0 0 0 0 0
9 Praktik yang membahayakan 3 0 0 3 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 0
Jumlah indikator 24 14 5 5 21 11 6 4 35 8 15 12 29 17 6 6

Keterangan: S=semua, I=Inti, T=Tambahan, P=Perluasan

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menindaklanjuti pengembangan sistem pemantauan


pencapaian AUKR tersebut dengan menyepakati tersedianya indikator terutama indikator inti sejak
tahun 2010. Pada tahun 2012, telah dilakukan studi kelayakan indikator AUKR di 10 kabupaten wilayah
UNFPA untuk mengetahui keberadaan sumber data dan kesediaan berbagai pemangku kepentingan
di tingkat kabupaten/kota dalam menyediakan dan melaporkan indikator yang digunakan dalam
pemantauan. Hasil studi kelayakan tersebut memperlihatkan beragamnya kemampuan untuk
menyediakan data terkait AUKR.

Dalam kerangka pemantauan pencapaian AUKR, Gambar 1 memperlihatkan bahwa pemangku


kepentingan dari berbagai sektor atau program terkait harus memahami indikator AUKR. Kemudian
setiap sektor atau program dapat mengenali data yang tersedia dan dapat mendukung indikator
AUKR. Masing-masing sektor di tingkat nasional/pusat maupun tingkat daerah dapat menyediakan
atau mengumpulkan data melalui mekanisme atau sistem informasinya. Data yang dikumpulkan oleh
masing-masing sektor kemudian dikompilasi, diolah dan disajikan sebagai figur indikator AUKR. Dalam

4 WHO (2008). National level of monitoring of the achievement of universal access to reproductive health. WHO & UNFPA.

PEDOMAN TEKNIS 3
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
proses ini diperlukan mekanisme pengumpulan dan pengolahan data lintas sektor. Hasil kompilasi
data lintas sektor ini kemudian dianalisis dan hasilnya dapat digunakan untuk memperoleh gambaran
pencapaian AUKR tingkat pusat ataupun daerah. Pada langkah berikutnya, informasi angka indikator
AUKR tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan guna memperbaiki dan
mempercepat pencapaian akses kesehatan reproduksi, sehingga upaya/program/kegiatan yang
dilaksanakan dapat mewujudkan akses universal kesehatan reproduksi secara berkesinambungan
dengan melibatkan lintas sektor.

Gambar 1. Pemantauan Akses Universal Kesehatan Reproduksi

6.
7. Utilisasi indikator
Upaya/ 8. 5.
Perbaikan AUKR dalam
program/ Kemajuan Analisis
upaya/ program/ manajemen
kegiatan pencapaian AUKR tingkat
kegiatan terkait upaya/ program/
terkait AUKR AUKR pusat/ daerah
AUKR kegiatan

1. 2. 3. 4. Penyajian
Memahami Mekanisme penyediaan Mekanisme pengumpulan Indikator
indikator data terkait AUKR di dan pengolahan data terkait AUKR
AUKR masing-masing sektor/ AUKR lintas sektor/ program
program

1.2 Tujuan
Tujuan umum pedoman teknis ini adalah sebagai acuan bagi pemerintah daerah dan pemerintah
pusat untuk menyajikan angka indikator, baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat dalam
rangka melaksanakan pemantauan kemajuan atau pencapaian upaya meningkatkan Akses Universal
Kesehatan Reproduksi (AUKR).

Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penerbitan pedoman teknis ini adalah:

1. Menjelaskan setiap indikator pencapaian AUKR termasuk batasan operasional

2. Menyajikan informasi mekanisme penyediaan data indikator AUKR di tiap sektor di tingkat daerah
maupun di tingkat pusat.

3. Menjelaskan mekanisme pengumpulan data indikator AUKR di lintas sektor di tingkat pusat
maupun pengembangannya di tingkat daerah.

1.3 Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah sektor-sektor terkait penyediaan data untuk indikator AUKR yaitu
pemerintah (mencakup sektor Kesehatan, Pendidikan, Keluarga Berencana, Sosial, Agama, Badan
Pusat Statistik, Perlindungan Perempuan dan Anak, Dalam Negeri, Hukum dan HAM, dan Kepolisian),
serta non-pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat.

4 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
1.4 Ruang Lingkup
Pemantauan adalah kegiatan periodik dan sistematis untuk melihat implementasi dari upaya yang
dilaksanakan, apakah sudah sesuai dengan rencana kerja, baik dalam jadwal maupun unsur masukan
lainnya, dan apabila perlu dapat dilakukan aksi/tindakan koreksi terhadap kekurangan yang dideteksi5.
Berdasarkan proses pemantauan AUKR (Gambar 1), pedoman teknis ini mencakup langkah 1 yaitu
memahami indikator (Bab 4) dan langkah 2 serta langkah 3, yaitu mekanisme penyediaan data (Bab
5) yang sangat penting untuk melangkah ke tahap berikutnya. Pada langkah 2 dan 3 telah diantisipasi
dapat terjadi dinamika dan keragaman mekanisme pengumpulan data (di dalam maupun lintas
sektor), dan paparannya pada pedoman ini menjadi contoh praktis dan pemicu dikembangkannya
mekanisme tersebut terutama di tingkat daerah. Dengan menerapkan langkah 1, 2 dan 3 maka proses
pemantauan AUKR didorong untuk lebih komprehensif dan terpadu, baik di tingkat nasional maupun
di daerah.

Indikator AUKR dikembangkan berdasarkan konsep bahwa upaya mencapai akses universal kesehatan
reproduksi dilaksanakan dengan mengacu pada area kesehatan reproduksi, yaitu (1) keluarga
berencana, (2) kesehatan ibu, perinatal dan bayi baru lahir, termasuk mengeliminasi aborsi tidak aman,
(3) infeksi menular seksual (termasuk HIV) dan infeksi saluran reproduksi (IMS/ISR) dan morbiditas
reproduksi lain termasuk kanker, serta (4) kesehatan seksual, termasuk seksualitas remaja dan berbagai
praktek membahayakan.6

Tabel 3. Jumlah Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi yang Tersedia di Indonesia

Kebijakan Pelayanan Akses Dampak


No Indikator Total
S I T P S I T P S I T P S I T P
1 Umum 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 0 4
Kesehatan Ibu, Anak, &
2
Bayi baru lahir 5 3 1 1 9 7 2 0 4 1 3 0 9 7 1 1 27
Pencegahan Aborsi Tidak
3
Aman 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 0 3 3 0 0 5
4 Keluarga Berencana 5 1 4 0 1 1 0 0 7 5 2 0 4 2 2 0 17
5 Kesehatan Seksual Remaja 1 1 0 0 0 0 0 0 3 0 3 0 2 0 2 0 6
6 Infeksi Menular Seksual 2 2 0 0 7 3 3 1 3 2 1 0 3 2 1 0 15
7 Kesehatan Seksual 3 2 0 1 1 0 1 0 3 0 3 0 1 1 0 0 8
8 Kekerasan Seksual 3 3 0 0 2 0 2 0 3 1 2 0 0 0 0 0 8
Praktik yang
9
membahayakan 3 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
Disepakati 24 14 5 5 20 11 8 1 25 9 16 0 24 17 6 1 93
Indikator global 24 14 5 5 21 11 9 1 35 9 24 2 29 17 10 2 109
Indikator tak dipakai 0 1 10 5 16

5 UNICEF. A Unicef Guide for Monitoring and Evaluation. http://www.unicef.org/reseval/index.html


6 Ibid.

PEDOMAN TEKNIS 5
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Berdasarkan kajian hasil studi kelayakan dan pertemuan dengan para pemangku kepentingan terkait
upaya kesehatan reproduksi setelah studi kelayakan tersebut, disepakati jumlah indikator AUKR yang
tersedia di Indonesia sebanyak 93, dan tersebar menurut area dan dimensi seperti disajikan pada Tabel
37. Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh, pada lampiran disajikan pula rincian 16 indikator
global yang tidak tersedia di Indonesia.

1.5 Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Konvensi Hak-hak Penyandang Cacat/Disabilitas
3. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2009 tentang Human Trafficking
6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
8. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
10. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
11. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera
12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
13. Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi Keluarga
14. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi
15. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Forum Koordinasi Penyelenggaraan Kerjasama
Pencegahan dan Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga
16. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan
Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga
17. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk
dan Pencatatan Sipil
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 796 Tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Pengendalian
Kanker Payudara dan Leher Rahim
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota

7 PPKUI (2012). Hasil Studi Kelayakan Indikator Akses Universal ke Kesehatan Reproduksi di 10 Kabupaten di Indonesia.

6 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 430 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit
Kanker
21. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberdayaan Perempuan Korban Kekerasan
22. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 18 Tahun
2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Materi Anti Kekerasan terhadap Perempuan dalam
Pendidikan dan Pelatihan Penjenjangan dan Teknik
23. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 01 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak
Korban Kekerasan
24. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 05 Tahun
2010 tentang Panduan Pembentukan dan Pengembangan Pusat Layanan Terpadu
25. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan.

PEDOMAN TEKNIS 7
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
8 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Bab 2. Indikator Akses Universal
Kesehatan Reproduksi

Bab ini menjelaskan tentang indikator AUKR yang digunakan dalam pemantauan dengan mengacu
pada referensi, hasil studi kelayakan, dan kesepakatan, yang dicapai melalui serangkaian pertemuan
dan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait. Penjelasan batasan indikator
mencakup hal sebagai berikut:

1. Kelompok sesuai dimensi pengelolaan program kesehatan reproduksi

a. Dimensi kebijakan terkait anggaran, Keluarga Berencana (KB), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
infeksi/radang saluran reproduksi, kesehatan seksual, kesehatan seksual remaja, kekerasan
seksual, dan praktek yang membahayakan.
b. Dimensi pelayanan meliputi isu KB, KIA, infeksi/radang saluran reproduksi, dan kekerasan
seksual, dan kesehatan seksual remaja.
c. Dimensi akses meliputi isu KB, KIA, aborsi, infeksi/radang saluran reproduksi, kesehatan seksual,
kesehatan seksual remaja, kekerasan seksual, dan praktek yang membahayakan.
d. Dimensi dampak meliputi isu umum, KB, KIA, aborsi, infeksi/radang saluran reproduksi,
kesehatan seksual, dan kesehatan seksual remaja.

2. Definisi operasional indikator

Pengertian indikator yang disepakati di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, dengan
merujuk pada referensi utama National-Level Monitoring of the Achievement of Universal Access to
Reproductive Health: Conceptual and Practical Considerations and Related Indicators, yang diterbitkan
oleh WHO dan UNFPA pada tahun 2008. Untuk kebijakan/peraturan/regulasi dicantumkan nomor,
tahun, dan perihal tentang isi kandungannya.

3. Komponen pada indikator

a. Numerator (disingkat N), menjelaskan komponen pembilang dari indikator.


b. Denominator (disingkat D), menjelaskan komponen penyebut dari indikator.
c. Angka indikator yang sudah dihitung berdasarkan perbandingan numerator dengan
denominator.

PEDOMAN TEKNIS 9
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
4. Cara menghitung

a. Rate: adalah perbandingan numerator dan denominator, dimana numerator adalah data
kejadian, dan denominator adalah populasi berisiko untuk terjadinya kejadian yang dialami
pada numerator, dalam suatu periode waktu tertentu.

Jumlah kejadian
Rumus:
Populasi berisiko mengalami kejadianpada satu periode waktu tertentu

b. Ratio: adalah perbandingan numerator dengan denominator, dimana keduanya merupakan


kelompok yang mengalami kejadian yang berbeda.

Jumlah kejadian a
Rumus:
Jumlah kejadian b

c. Proporsi: adalah perbandingan numerator dan denominator, dimana data numerator


merupakan bagian dari data denominator. Proporsi dapat dibentuk menjadi angka relatif lain
dengan dikali suatu konstanta, menjadi persen (dikali 100), permil (dikali 1000), atau dikali
100.000.

Jumlah kejadian a
Rumus:
Jumlah kejadian a dan jumlah kejadian b

d. Jumlah: adalah membilang kekerapan kejadian dalam angka absolut.

5. Borang sumber data

Borang merupakan buku atau formulir atau lembar catatan yang menjadi sumber yang memuat
data yang dipakai untuk mencatat indikator dimaksud. Borang juga dikenali dari asal institusi, baik
di tingkat nasional, maupun tingkat provinsi atau kabupaten/kota.

6. Frekuensi

Frekuensi merupakan jumlah berapa kali penyediaan data dari sumber data dalam suatu kurun
waktu. Misal: 1 kali per bulan; 1 kali per tahun; atau 1 kali per 5 tahun. Frekuensi tersedianya data
indikator dijelaskan hanya pada komponen pelayanan dan akses.

Penyajian batasan 93 indikator merupakan batasan yang disepakati dengan perkiraan bahwa sebagian
besar daerah mampu menyediakannya. Tabel 4 sampai Tabel 7 menyajikan batasan operasional secara
rinci dan berurutan dimulai dari indikator kebijakan, pelayanan, akses, dan dampak.

10 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
2.1 Indikator Kebijakan

Tabel 4. Indikator Kebijakan


No. Sumber Data Sumber Data Provinsi/
Isu Indikator Definisi
Urut Nasional Kabupaten
1. Umum Strategi Kebijakan Dokumen tentang strategi kebijakan atau peraturan atau regulasi 1. UU dan peraturan 1. Daftar peraturan lain
(1)
Kesehatan lain, yang disusun khusus untuk Kesehatan Reproduksi dan Seksual. hukum atau regulasi dan kebijakan pada
Reproduksi dan Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen tertuang dalam pemerintah daerah
Seksual tersebut. Lembar Negara atau SKPD.
Contoh: RI (misal UU, PP, 2. Perda atau Pergub
1. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi Tahun 2005 Permen). atau Perbup atau
2. UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 2. Daftar peraturan lain Perwali: kespro
3. UU No. 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan dan kebijakan pada remaja dan
Pembangunan Keluarga setiap sektor atau penanggulangan
4. PP No. 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan kependudukan dan pemerintah daerah/ HIV AIDS, KIBBLA
pembangunan keluarga, keluarga berencana dan sistem informasi SKPD (Renstra, RAN,
keluarga SKB).
5. PP No. 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan reproduksi
2. Umum Alokasi anggaran Peraturan tentang alokasi anggaran kesehatan khusus terkait dengan 1. UU dan peraturan 1. Daftar peraturan lain
(1)
untuk hal kesehatan kesehatan reproduksi dan seksual. Dilihat dari peraturan alokasi hukum atau regulasi dan kebijakan pada
reproduksi dan anggaran untuk kesehatan umum. tertuang dalam pemerintah daerah
seksual Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen Lembar Negara RI. atau SKPD.
tersebut. 2. Peraturan lain dan 2. Bappeda.
Contoh: kebijakan pada
UU No. 36 Tahun 2009 pasal 171: 5% APBN dan 10% APBD adalah setiap sektor atau
alokasi untuk kesehatan umum. pemerintah daerah/
Selanjutnya ditelusuri peraturan atau kebijakan tertulis tentang SKPD.
komponen anggaran terkait kesehatan reproduksi. 3. Bappenas.
3. KB Dukungan dana Dokumen berisi catatan dukungan dana dari pemerintah untuk
(4)
pemerintah untuk program KB. Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada -
KB dijelaskan dokumen tersebut.
Contoh: Bappenas Bappeda
Dokumen RAPBN komponen BKKBN. BKKBN SKPD-KB
UU OTDA Tahun 2000 tentang pelimpahan wewenang dari pusat ke Kemenkes Dinkes
daerah, menyatakan bahwa kesehatan merupakan upaya wajib yang
harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah.

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


PEDOMAN TEKNIS
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Bidang
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

11
12
No. Sumber Data Sumber Data Provinsi/
Isu Indikator Definisi
Urut Nasional Kabupaten
4. KIA Pelayanan antenatal Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang pelayanan asuhan Kebijakan/ Peraturan/ Kebijakan/ Peraturan/
(2)
care antenatal (antenatal care = ANC). Regulasi Menteri Regulasi Gubernur
Contoh: Kesehatan (Peraturan, Regulasi Bupati/
Permenkes No. 741/ Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Keputusan, dll) Walikota

PEDOMAN TEKNIS
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kepmenkes No. 828/ Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/
Kota
5. KIA Skrining anemia Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang pelayanan asuhan Kebijakan/ Peraturan/ Kebijakan/ Peraturan/
(2)
dalam pelayanan antenatal (antenatal care = ANC) yang mengharuskan dilakukannya tes Regulasi Menteri Regulasi Gubernur.
antenatal skrining anemia pada pemeriksaan kehamilan. Kesehatan Regulasi Bupati/
Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen Walikota
tersebut.
Contoh:
Permenkes No. 741/ Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kepmenkes No. 828/ Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/
Kota
Permenkes No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
6. KIA Registrasi/ Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang registrasi kelahiran bayi UU Kependudukan Catatan Sipil
(2)
pencatatan kelahiran guna mendapatkan akta kelahiran. Pemerintah Daerah

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


(termasuk berat Dicatat ada atau tidak ada dokumen kebijakan/regulasi, dan bila ada - (Dukcapil)
badan) dijelaskan dokumen tersebut.
Contoh
UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
sebagaimana telah diubah menjadi UU No. 24 Tahun 2013
UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
Permeneg PP&PA No. 6 Tahun 2012 tentang Pedoman percepatan Akte
Lahir
No. Sumber Data Sumber Data Provinsi/
Isu Indikator Definisi
Urut Nasional Kabupaten
7. IMS Kebijakan skrining Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang skrining kanker leher 1. Kebijakan/ 1. Kebijakan/
(6)
kanker leher rahim rahim. Peraturan/ Regulasi Peraturan/ Regulasi
Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen Menteri Kesehatan Gubernur
tersebut. 2. Regulasi Profesi 2. Kebijakan/
Contoh: (Dokter, Dokter Peraturan/ Regulasi
Permenkes No. 430 Tahun 2007 Pedoman pengendalian penyakit Kebidanan, Bidan) Bupati/ Walikota
kanker (target 80% usia subur 30-50 tahun). (Peraturan,
Permenkes No. 34 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kanker Keputusan, dll)
Payudara dan Kanker Leher Rahim 3. Regulasi Profesi
(Dokter, Dokter
Kebidanan, Bidan)
8. IMS Kebijakan Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang pencegahan dan 1. Kebijakan/ 1. Kebijakan/
(6)
pencegahan dan penanganan Infeksi Menular Seksual (IMS). Peraturan/ Regulasi Peraturan/ Regulasi
penanganan IMS Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen Menteri Kesehatan Gubernur
tersebut. 2. Regulasi Profesi 2. Kebijakan/
Contoh: Peraturan/ Regulasi
Kebijakan Menteri Kesehatan (Permenkes) Tahun 2011. Hal ini juga Bupati/ Walikota
dijelaskan ke dalam Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular 3. Regulasi Profesi
Seksual 2011.
9. Kes. Seksual Hukum tentang Hukum/peraturan atau kebijakan tentang larangan diskriminasi Peraturan perundang 1. Kebijakan/
(7)
larangan diskriminasi berdasar jenis kelamin, orientasi seksual, cacat mental atau fisik, undangan (UUD, Peraturan/
berdasar jenis di berbagai bidang mencakup layanan kesehatan, pendidikan, Tap MPR, UU/Perpu, 2. Regulasi Bupati/
kelamin, orientasi kependudukan, sarana fisik, transportasi, komunikasi dan informasi. PP, Perpres, Permen), Walikota
seksual, cacat mental Dicatat ada atau tidak ada dokumen kebijakan/hukum/regulasi, dan bila regulasi 3. Regulasi Profesi
atau fisik ada - dijelaskan dokumen tersebut.
Contoh:
UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
Permeneg PP No. 01 Tahun 2010 tentang SPM Layanan Penanganan
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak.
UU No. 19 Tahun 2011 tentang Konvensi Hak-hak Penyandang Cacat/
Disabilitas (terkait CRPD)
UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


13 PEDOMAN TEKNIS
14
No. Sumber Data Sumber Data Provinsi/
Isu Indikator Definisi
Urut Nasional Kabupaten
10. Kes. Seksual Strategi tentang Hukum perkawinan yang menyatakan perkawinan didasarkan atas 1. Kebijakan/ Peraturan 1. Kebijakan/ Peraturan
(7)
perlunya persetujuan kedua calon mempelai. perundang- perundang-
persetujuan secara Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen undangan/ Regulasi undangan/ Regulasi
penuh dan bebas tersebut. Gubernur

PEDOMAN TEKNIS
dari masing- Contoh: 2. Kebijakan/ Peraturan
masing pihak untuk UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 6. perundang-
menikah undangan/ Regulasi
Bupati/ Walikota
3. Regulasi Profesi
11. Kekerasan Hukum yang Hukum tentang pelarangan kekerasan seksual, baik dalam rumah Peraturan perundang 1. Kebijakan/ Peraturan
Seksual melarang kekerasan tangga maupun di luar rumah tangga. undangan (UUD, Tap perundang-
(8)
seksual Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen MPR, UU/Perpu, PP, undangan/ Regulasi
tersebut. Perpres, Permen) Gubernur
Contoh: 2. Kebijakan/ Peraturan
UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah perundang-
Tangga undangan/ Regulasi
Kesepakatan 3 menteri (Katmagatripol No. 23 Tahun 2002 tentang Bupati/ Walikota
Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam 3. Regulasi Profesi
Rumah Tangga
12. Kekerasan Hukum yang Hukum tentang pelarangan perkosaan di dalam perkawinan Peraturan perundang 1. Kebijakan/
Seksual melarang perkosaan Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen undangan (UUD, Tap Peraturan/ Regulasi
(8)
dalam perkawinan tersebut. MPR, UU/Perpu, PP, Gubernur

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


Contoh: Perpres, Permen) 2. Kebijakan/
UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Peraturan/ Regulasi
Tangga. Bupati/ Walikota
3. Regulasi Profesi
No. Sumber Data Sumber Data Provinsi/
Isu Indikator Definisi
Urut Nasional Kabupaten
13. Kekerasan Strategi pencegahan Strategi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual, termasuk 1. Kebijakan/ 1. Kebijakan/
Seksual dan penanganan perkosaan dalam rumah tangga. Peraturan/ Regulasi Peraturan/ Regulasi
(8)
kekerasan seksual, Dicatat ada atau tidak ada dokumen strategi, dan bila ada - dijelaskan 2. Regulasi Profesi Gubernur
termasuk perkosaan dokumen tersebut. 2. Kebijakan/
dalam rumah Contoh: Peraturan/ Regulasi
tangga Kepmen No.1226 Tahun 2009 tentang Pedoman Penatalaksanaan Bupati/ Walikota
Terpadu Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak di RS 3. Regulasi Profesi
Pendirian Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan.
Permeneg PP&PA No. 1 Tahun 2010 tentang SPM Bidang Layanan
Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan
14. Kes. Seksual Pendidikan Kebijakan atau regulasi tentang pemberian pendidikan seksualitas di 1. Kebijakan/ 1. Kebijakan/
Remaja seksualitas di institusi pendidikan (meliputi pemberian pengetahuan tentang organ Peraturan/ Regulasi Peraturan/ Regulasi
(5)
institusi pendidikan reproduksi, aspek tumbang remaja, hak-hak remaja, gender, seksualitas 2. Regulasi Profesi Gubernur
remaja sehat, kekerasan seksual pada remaja, HIV, IMS, alat kontrasepsi, 2. Kebijakan/
KTD, napza, gizi, dll, dengan menggunakan pendekatan pendidikan Peraturan/ Regulasi
keterampilan hidup). Bupati/ Walikota
Dicatat ada atau tidak ada dokumen kebijakan/regulasi, dan bila ada - 3. Regulasi Profesi
dijelaskan dokumen tersebut.
Contoh:
Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri (kesehatan, agama,
pendidikan dan dalam-negeri) terkait Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
tahun 2003.
15. KB Indikator terkait KB Kebijakan atau peraturan atau regulasi yang menyebutkan bahwa 1. Strategi Nasional 1. Strategi Keluarga
(4)
(mengacu kepada dalam mengukur upaya program KB dipakai indikator seperti tertuang Keluarga Berencana Berencana, SKPD
Family Planning Effort dalam Family Planning Effort Index (FPEI)1, meliputi empat area: BKKBN KB
Index) Kebijakan, Pelayanan, Evaluasi, Akses ke metode kontrasepsi. 2. Bappenas 2. Bappeda
Dilakukan langkah mencocokkan kebijakan yang ada di sektor/SKPD
terkait KB, apakah memakai indikator dimaksud.
Dilihat apakah dokumen memuat hal sesuai/cocok dengan FPEI.
16. KB Perencanaan Dokumen Rencana Pengadaan Alat Kontrasepsi (alokon) KB. Disebutkan 1. BKKBN 1. SKPD KB
(4)
pengadaan alat kerangka waktu rencana, misal: lima tahunan. 2. Bappenas 2. Bappeda
kontrasepsi KB

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


15 PEDOMAN TEKNIS
16
No. Sumber Data Sumber Data Provinsi/
Isu Indikator Definisi
Urut Nasional Kabupaten
17. KB Komitmen Dokumen menyatakan komitmen para pemangku kepentingan dalam 1. BKKBN 1. SKPD KB
(4)
pemangku membuat rencana pengadaan alat kontrasepsi. 2. Bappenas 2. Bappeda
kepentingan Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen
(stakeholder) tersebut.

PEDOMAN TEKNIS
terhadap rencana Contoh:
pengadaan alokon UU No. 10 Tahun 1992, Pasal 22 (1) tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera: pemerintah
mengatur pengadaan dan atau penyebaran alat dan obat pengaturan
kehamilan berdasarkan keseimbangan antara kebutuhan, penyediaan,
dan pemerataan pelayanan.
Regulasi Tim Penjamin Ketersediaan Kontrasepsi/Alokon di BKKBN.
PP No. 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan,
Pembangunan Keluarga, KB dan Sistem Informasi Keluarga, pasal 13
ayat 1: Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan pengadaan dan penyebaran
alat serta obat kontrasepsi, meliputi kegiatan perencanaan kebutuhan,
penyediaan, dan penyebaran.
18. KB Dukungan dana Dokumen berisi catatan daftar donor dan dukungannya dalam program Bappenas Bappeda
(4)
donor untuk KB KB (mencakup komponen masukan (misal dana, alokon, sumber daya
manusia, pelatihan SDM, sarana fisik) maupun proses (misal kegiatan
monev).
Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen
tersebut.

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


19. KIA Sistem informasi Kebijakan atau peraturan tentang fasilitas kesehatan (ibu dan anak) Survei
(2)
tentang populasi yang dapat dijangkau atau dicapai dalam waktu tempuh maksimal Kemenkes Pusdatin
yang bisa mencapai 1 (satu) jam. Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - Kemenkes BUK
fasilitas dalam satu dijelaskan dokumen tersebut.
jam (SIG) Contoh:
Permenkes No.75 Tahun 2014 tentang Pusat kesehatan masyarakat
Permenkes No. 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktek Bidan
20. KIA Pencatatan kejadian Kebijakan atau regulasi tentang pencatatan kejadian pelaksanaan Peraturan perundang 1. Peraturan daerah
(2)
FGM Female Genital Mutilation (FGM) atau Sunat Perempuan dengan tingkat undangan (UUD, Tap provinsi
yang membahayakan (harm) MPR, UU/Perpu, PP, 2. Peraturan daerah
Dicatat ada atau tidak ada dokumen kebijakan/regulasi, dan bila ada - Perpres, Permen) atau kabupaten/ kota
dijelaskan dokumen tersebut. regulasi 3. Peraturan Gubernur
4. Peraturan Bupati/
Walikota
No. Sumber Data Sumber Data Provinsi/
Isu Indikator Definisi
Urut Nasional Kabupaten
21. Kes. Seksual Hukum perkawinan Hukum perkawinan yang melarang perkawinan laki-laki dan Peraturan perundang 1. Peraturan daerah
(7)
yang melarang perempuan di bawah usia 18 tahun. undangan (UUD, Tap provinsi
perkawinan laki-laki Dicatat ada atau tidak ada dokumen hukum, dan bila ada - dijelaskan MPR, UU/Perpu, PP, 2. Peraturan daerah
dan perempuan di dokumen tersebut. Perpres, Permen), atau kabupaten/ kota
bawah usia 18 tahun Contoh: regulasi 3. Peraturan Gubernur
UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 7. Batas usia menikah 4. Peraturan Bupati/
laki-laki minimal 19 tahun, perempuan minimal 16 tahun. Walikota
Usulan MUI No. 1 tahun 1997 tentang larangan perempuan menikah
dini dibawah usia 18 tahun
22. Praktek Hukum pelarangan Hukum pelarangan pelaksanaan Female Genital Mutilation (FGM) atau Peraturan perundang 1. Peraturan daerah
Membahayakan pelaksanaan FGM Sunat Perempuan dengan tingkat yang membahayakan (harm). undangan (UUD, Tap provinsi
(9)
Dicatat ada atau tidak ada dokumen hukum, dan bila ada - dijelaskan MPR, UU/Perpu, PP, 2. Peraturan daerah
dokumen tersebut. Perpres, Permen), atau kabupaten/ kota
Contoh regulasi 3. Peraturan Gubernur
Permenkes No. 6 Tahun 2014 tentang Pencabutan Peraturan 4. Peraturan Bupati/
Menteri Kesehatan No. 1636/Menkes/Per/XII/2010 Tentang Sunat Walikota
Perempuan
23. Praktek Strategi untuk Strategi untuk menghilangkan praktek Female Genital Mutilation (FGM) - -
Membahayakan menghilangkan atau Sunat Perempuan dengan tingkat yang membahayakan (harm).
(9)
praktek FGM Dicatat ada atau tidak ada dokumen strategi, dan bila ada - dijelaskan
dokumen tersebut.
24. Praktek Peraturan medis Peraturan medis yang melarang dilakukan Female Genital Mutilation Peraturan perundang 1. Peraturan daerah
Membahayakan yang melarang (FGM) atau Sunat Perempuan dengan tingkat yang membahayakan undangan (UUD, Tap provinsi
(9)
dilakukan FGM (harm).Dicatat ada atau tidak ada dokumen peraturan medis, dan bila MPR, UU/Perpu, PP, 2. Peraturan daerah
ada - dijelaskan dokumen tersebut. Perpres, Permen) kabupaten/ kota
3. Peraturan Gubernur
4. Peraturan Bupati/
Walikota

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


17 PEDOMAN TEKNIS
18
2.2 Indikator Pelayanan
Tabel 5. Indikator Pelayanan

No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi


Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia

PEDOMAN TEKNIS
25. KB Angka (rate) Jumlah pasangan (perempuan dan/atau N: Jumlah pasangan F2-KB BKKBN BKKBN, 1 kali per bulan
Prevalensi Kontrasepsi laki-laki) usia reproduktif (15-49 tahun) (perempuan usia
(4) SKPKB
(Contraceptive yang menggunakan suatu metode reproduktif 15-49 th
Prevalence Rate /CPR) kontrasepsi* dibandingkan jumlah dan pasangannya) yang F1-F6 Dinkes- KIA 1 kali per bulan
Pasangan Usia Subur (PUS) dalam periode menggunakan metode
satu tahun terakhir, dikali 100. kontrasepsi dalam
periode satu tahun
terakhir
* Tidak termasuk cara KB tradisional D: Jumlah PUS Sensus: Populasi PUS BPS (Sensus) 1 kali per 10
(Pasangan Usia Subur) tahun
dalam satu tahun F1-F6 Dinkes KIA, 1 kali per tahun
Rumus: terakhir Estimasi jumlah PUS Imunisasi
[N/D] x 100 (BPS)
Registrasi PUS BKKBN 1 kali per tahun
BKKBN/ BPS
Angka CPR (nasional, Hasil SDKI BPS/ 1 kali per 5
provinsi, kabupaten) BKKBN tahun
Hasil Mini Survei

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


Kabupaten BKKBN
Profil Kes. Dinkes
Kabupaten
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
26. KIA Persentase perempuan Jumlah perempuan yang memeriksakan N: Jumlah Perempuan LB KIA IBU Dinkes KIA 1 kali per bulan
memeriksakan minimal kehamilan ke petugas kesehatan yang yang memeriksakan
(2)
4 kali selama kehamilan terlatih* minimal 4 kali selama kehamilan kehamilan ke petugas
(K4) yang terdiri atas: 1 kali pada trimester1, kesehatan yang terlatih
1 kali pada trimester 2, dan 2 kali pada minimal 4 kali selama
trimester 3, kehamilan yang terdiri
atas:
dibandingkan estimasi jumlah ibu hamil
dalam satu tahun terakhir, dikali 100. 1 kali pada trimester1,
1 kali pada trimester 2,
2 kali pada trimester 3
*dokter, bidan terlatih (perawat terlatih dalam satu tahun
hanya pada keadaan tertentu). terakhir
D: Estimasi jumlah ibu Estimasi jumlah bumil BPS Sensus 1 kali per 10
hamil dalam satu tahun oleh BPS tahun
Rumus: terakhir,
[N/D] x 100 dihitung dengan rumus:
total populasi x 1,1 Crude
Birth Rate (CBR)
Angka K4 SDKI BPS 1 kali per 5
Riskesdas tahun
(nasional, provinsi, Litbangkes
Sensus Penduduk
kabupaten) Kemkes Tak rutin
Susenas
27. KIA Persentase ibu hamil Jumlah ibu hamil yang memeriksakan N: Jumlah ibu hamil LB KT, SIHA Dinkes P2M 1 kali per bulan
yang dites HIV kehamilan yang dites HIV dibandingkan yang dites HIV dalam
(2)
estimasi jumlah ibu hamil dalam satu satu tahun terakhir
tahun terakhir, dikali 100. D: Estimasi jumlah ibu Estimasi jumlah ibu Dinkes P2M 1 kali per tahun
hamil dalam satu tahun hamil
terakhir,dihitung dengan
Rumus: rumus:
[N/D] x 100 Estimasi jumlah ibu BPS 1 kali per tahun
total populasi x 1,1 Crude
hamil
Birth Rate (CBR)
Persentase ibu hamil Riskesdas KPA/KPAD Tidak rutin
yang dites HIV SDKI P2M
Sensus Penduduk

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


19 PEDOMAN TEKNIS
20
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
28. KIA Persentase ibu hamil Jumlah ibu hamil yang memeriksakan N: Jumlah ibu hamil LB IMS, SIHA Dinkes P2M 1 kali per bulan
yang dites sifilis kehamilan yang dites sifilis yang memeriksakan
(2)
kehamilan yang dites
dibandingkan estimasi jumlah ibu hamil
sifilis

PEDOMAN TEKNIS
dalam satu tahun terakhir, dikali 100.
D: Estimasi jumlah ibu Estimasi jumlah ibu BPS 1 kali per tahun
hamil dalam satu tahun hamil
Rumus: terakhir
[N/D] x 100 dihitung dengan rumus:
total populasi x 1,1 Crude
Birth Rate (CBR)
Persentase ibu hamil Survei khusus KPA/KPAD Tidak rutin
yang dites sifilis Kemkes
P2M
29. KIA Persentase ibu hamil Jumlah ibu hamil yang memeriksakan N: Jumlah ibu hamil LB KIA IBU Dinkes 1 kali per bulan
yang dites anemia kehamilan (ANC) yang dites anemia yang dites anemia Kesga
(2)
secara laboratorik dibandingkan estimasi secara laboratorik
jumlah ibu hamil dalam satu tahun D: Estimasi jumlah ibu Estimasi jumlah ibu Dinkes 1 kali per tahun
terakhir, dikali 100. hamil dalam satu tahun hamil Kesga
terakhir Estimasi jumlah ibu BPS 1 kali per tahun
dihitung dengan rumus: hamil
Rumus:
total populasi x 1,1 Crude

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


[N/D] x 100 Birth Rate (CBR)
Persentase ibu hamil Survei khusus
yang dites anemia Riskesdas
Kemenkes Tidak rutin
KADARZI
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
30. KIA Persentase cakupan Jumlah ibu hamil yang memeriksakan N: Jumah ibu hamil LB3 (F1-F8) Dinkes 1 kali per bulan
(2)
imunisasi tetanus kehamilan (ANC) yang diberi imunisasi yang divaksinasi tetanus Kesga
toxoid selama tetanus toxoid, dibandingkan estimasi toxoid
kehamilan jumlah ibu hamil dalam satu tahun D: Estimasi jumlah ibu Estimasi jumlah ibu BPS 1 kali per tahun
terakhir, dikali 100. hamil dalam satu tahun hamil
terakhir
Rumus: dihitung dengan rumus: Estimasi jumlah ibu Dinkes- KIA 1 kali per tahun
[N/D] x 100 total populasi x 1,1 Crude hamil
Birth Rate (CBR)
Estimasi jumlah ibu Dinkes 1 kali per tahun
hamil Imunisasi
Persentase cakupan SDKI BPS 1 kali per 5
vaksinasi tetanus toxoid tahun
selama kehamilan Riskesdas Litbangkes 1 kali per 5
(nasional, provinsi, tahun
kabupaten) Pusdatin 1 kali per tahun
Profil Kesehatan Kemkes
31. KIA Persentase persalinan Jumlah persalinan yang ditolong oleh N: Jumlah persalinan LB3(F1-F8) Dinkes KIA 1 kali per bulan
(2)
ditolong oleh tenaga tenaga kesehatan terlatih* dibandingkan yang ditolong oleh
kesehatan estimasi jumlah kelahiran dalam satu tenaga kesehatan
tahun terakhir, dikali 100 terlatih dalam satu tahun
terakhir
*dokter, bidan terlatih (perawat terlatih D: Estimasi jumlah Estimasi jumlah BPS 1 kali per tahun
hanya pada keadaan tertentu) (yang kelahiran dalam satu kelahiran
terakhir/tertinggi hierarkinya) . tahun terakhir
dihitung dengan rumus: Estimasi jumlah Dinkes KIA 1 kali per tahun
Rumus: total populasi x Crude kelahiran
[N/D] x 100 Birth Rate (CBR)
Persentase persalinan SDKI BPS 1 kali per 5
ditolong oleh tenaga tahun
kesehatan (nasional, Riskesdas Kemkes 1 kali per 5
provinsi, kabupaten) tahun
Profil Kesehatan Kemkes 1 kali per tahun

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


21 PEDOMAN TEKNIS
22
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
32. KIA Persentase seksio Jumlah ibu hamil yang melahirkan N: ibu hamil yang Form RL1-4 Rumah Rumah Sakit 1 kali per bulan
(2)
sesarea pada seluruh dengan cara seksio sesarea dibandingkan melahirkan dengan cara Sakit: Kegiatan
kelahiran dengan estimasi jumlah kelahiran dalam seksio sesarea dalam Kebidanan dan
satu tahun terakhir, dikali 100. satu tahun terakhir Perinatalogi

PEDOMAN TEKNIS
SIRS
Rumus: D: Estimasi jumlah Estimasi jumlah BPS 1 kali per tahun
[N/D] x 100 kelahiran dalam satu kelahiran
tahun terakhir, dihitung
dengan rumus:
Total populasi x Crude
Birth Rate (CBR)
Persentase seksio SDKI BPS 1 kali per 5
sesarea pada seluruh tahun
kelahiran Riskesdas Kemkes 1 kali per 5
tahun
Profil Kesehatan Kemkes 1 kali per tahun
33. IMS Persentase Jumlah orang yang menggunakan N: Jumlah orang Belum tersedia Belum Belum tersedia
(6)
Penggunaan kondom kondompada hubungan seks berisiko* yang menggunakan tersedia
pada hubungan seks yang terakhir dibandingkan dengan kondompada hubungan
terakhir yang berisiko jumlah orang yang melakukan hubungan seks berisiko yang
tinggi seks berisiko dalam satu tahun terakhir terakhir
dikali 100. Dalam satu tahun

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


terakhir
*Dengan pasangan tidak tetap atau D: Jumlah orang yang Belum tersedia Belum Belum tersedia
pekerja seks. melakukan hubungan tersedia
seks berisiko dalam satu
Rumus: tahun terakhir
[N/D] x 100
Persentase orang yang Survei Khusus, Kemkes Dit 1 kali per 2
menggunakan kondom STBP/IBBS P2M Subdit tahun
pada hubungan seks AIDS
terakhir yang berisiko
tinggi
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
34. IMS Persentase Jumlah ibu hamil dengan HIV+ menerima N: Jumlah ibu hamil Laporan Bulanan Dinkes 1 kali per bulan
(6)
Ibu hamil HIV+ ARV untuk mencegah penularan HIV dari dengan HIV+ menerima Perawatan HIV dan P2M
menerima ARV untuk ibu ke bayi dibandingkan dengan ibu ARV untuk mencegah Pengobatan ARV
mencegah penularan hamil dengan HIV+ dalam satu tahun penularan HIV dari ibu (LBPHA), SIHA
HIV dari ibu ke bayi terakhir dikali 100. ke bayi dalam satu tahun
(PMTCT/PPIA) terakhir
*Mengacu kepada Buku Pedoman D: Jumlah ibu hamil LBPHA, SIHA Dinkes 1 kali per bulan
Nasional PMTCT/PPIA (Kemkes) dengan HIV+ dalamsatu P2M
tahun terakhir
Rumus:
[N/D] x 100 Persentase Ibu hamil Survei khusus
HIV+ menerima ARV LBPHA, SIHA
untuk mencegah
penularan HIV dari ibu
ke bayi
35. IMS Persentase bayi (dari Jumlah bayi dari ibu HIV+ menerima ARV N: Jumlah bayi dari Laporan Bulanan Dinkes 1 kali per bulan
(6)
Ibu HIV+) menerima profilaksis* untuk mencegah penularan ibu HIV+ menerima PPIA, SIHA P2M
ARV profilaksis untuk HIV dari ibu ke bayi dibandingkan dengan ARV profilaksis* untuk
mencegah penularan jumlah bayi dari ibu hamil dengan HIV+ mencegah penularan
HIV dari ibu ke bayi dalam satu tahun terakhir dikali 100. HIV dari ibu ke bayi
(PMTCT/PPIA) dalam satu tahun
*Mengacu kepada Buku Pedoman terakhir
Nasional PMTCT/PPIA (Kemkes) D: Jumlah bayi dari ibu Laporan Bulanan
HIV+ dalam satu tahun PPIA, SIHA
Rumus: terakhir
[N/D] x 100
Persentase bayi (dari Survei khusus
Ibu HIV+) menerima Laporan Bulanan
ARV untuk mencegah PPIA, SIHA
penularan HIV dari ibu
ke bayi

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


23 PEDOMAN TEKNIS
24
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
36. KIA Persentase persalinan Jumlah persalinan pada seluruh fasilitas N: Jumlah persalinan LB3(F1-F8) Dinkes KIA 1 kali per bulan
(2)
di sarana pelayanan kesehatan* dibandingkan estimasi jumlah pada seluruh fasilitas
kesehatan kelahiran dalam satu tahun terakhir, dikali kesehatan
100

PEDOMAN TEKNIS
D: Estimasi jumlah Estimasi jumlah BPS 1 kali per tahun
kelahiran dalam satu kelahiran
*RS, puskesmas, klinik bersalin/BPS, tahun terakhir
polindes.
dihitung dengan rumus:
total populasi x Crude Estimasi jumlah Dinkes KIA 1 kali per tahun
Rumus: Birth Rate (CBR) kelahiran
[N/D] x 100
Persentase persalinan SDKI BPS 1 kali per 5
di sarana pelayanan tahun
kesehatan (nasional, Riskesdas Kemkes 1 kali per 5
provinsi, kabupaten) tahun
Profil Kesehatan Kemkes 1 kali per tahun
37. KIA Pemberian ASI eksklusif Jumlah ibu yang memberikan ASI N: Jumlah ibu yang LB3 (F6) gizi Dinkes Gizi 1 kali per 6 Bulan
(2)
selama 6 bulan ekslusif kepada bayinya sampai 6 bulan memberikan ASI ekslusif SI GIZI
setelah kelahiran (tanpa mendapat kepada bayinya sampai
asupan makanan/minuman apapun 6 bulan setelah kelahiran
termasuk air (kecuali saat sedang sakit D: Estimasi jumlah Estimasi jumlah BPS 1 kali per tahun
atau minum vitamin, mineral atau obat) kelahiran hidup dalam kelahiran
dibandingkan estimasi jumlah ibu yang satu tahun terakhir
melahirkan, dikali 100.

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


dihitung dengan rumus:
total populasi x Crude
Rumus: Birth Rate (CBR)
[N/D] x 100
Persentase ASI eksklusif SDKI (ASI eksklusif BPS 1 kali per 5
6 bulan pada seluruh diukur dengan tahun
kelahiran hidup recall 24 jam) Kemkes 1 kali per 5
Riskesdas tahun
Profil Kesehatan Kemkes 1 kali per tahun
37b N: Jumlah bayi usia F6
Jumlah bayi usia 0-6 bulan yang 0-6 bulan yang
mendapatkan ASI eksklusif dibandingkan mendapatkan ASI
dengan jumlah bayi usia 0-6 bulan yang eksklusif
tercatat D: Jumlah bayi usia 0-6
bulan yang tercatat
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
38. IMS Persentase Jumlah orang yang menggunakan N: Jumlah orang Belum tersedia Belum Belum tersedia
(6)
Penggunaan kondom kondom pada hubungan seks pertama yang menggunakan tersedia
pada hubungan seks dibandingkan dengan jumlah orang yang kondompada hubungan
pertama pernah melakukan hubungan seks, dikali seks pertama
100. D: Jumlah orang yang Belum tersedia Belum Belum tersedia
pernah melakukan tersedia
Rumus: hubungan seks
[N/D] x 100
Persentase orang yang Survei khusus - -
Contoh menggunakan kondom SDKI
Hasil SDKI 2012 pada kelompok usia 15-24 pada hubungan
tahun pertama

39. IMS Persentase Jumlah ibu hamil dengan tes serologi N: Jumlah ibu hamil Laporan Bulanan IMS, Dinkes 1 kali per bulan
(6)
Ibu hamil dengan sifilis positif menerima pengobatan dengan tes serologi SIHA
sifilis positif menerima standar* dibandingkan dengan ibu hamil sifilis positif menerima
pengobatan standar dengan tes serologi sifilis positif dalam pengobatan standar
satu tahun terakhir, dikali 100. setahun terakhir
*Mengacu Pedoman Nasional D: Jumlah ibu hamil Laporan Bulanan IMS, Dinkes 1 kali per bulan
Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011 yang tes serologi sifilis SIHA
(Kemkes). positif dalam satu tahun
terakhir
Rumus:
[N/D] x 100 Persentase ibu hamil Laporan Bulanan IMS, Kemkes
dengan sifilis positif SIHA
menerima pengobatan
standar

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


25 PEDOMAN TEKNIS
26
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
40. IMS Persentase Perempuan Jumlah perempuan usia 20-50 tahun N: Jumlah perempuan Form pelaporan Dit. PTM 3 bulan sekali
(6)
usia 20-50 tahun yang yang telah diskrining kanker leher rahim usia 20- 50 tahun yang deteksi dini kanker Kemkes
telah diskrining kanker dibandingkan dengan jumlah perempuan telah diskrining kanker leher rahim dan
leher rahim sesuai usia 20-50 tahun dalamsatu tahun leher rahim payudara

PEDOMAN TEKNIS
kebijakan pencegahan terakhir dikali 100. D: Perempuan usia 20- BPS
kanker leher rahim *Mengacu kepada Permenkes No.430 50 th
tahun 2007.
Persentase Perempuan Survei khusus
Rumus: usia 20-50 th yang telah Laporan Bulanan
[N/D] x 100 diskrining kanker leher
rahim
Contoh
Jika usia berbeda dengan indikator
berikan keterangan
41. Kekerasan Jumlah kejadian Jumlah kejadian kekerasan seksual * Jumlah kasus kejadian P2TP2A Polres 1 kali per tahun
Seksual kekerasan seksual yang termasuk perkosaan dalam perkawinan, kekerasan seksual LSM yang POLDA
(8)
dilaporkan untuk bukti yang dilaporkan untuk bukti hukum Dalam 5 tahun terakhir memberikan bantuan
hukum ke penegak ke penegak hukum dan/atau tenaga hukum contoh
hukum dan/atau ke kesehatan dalam lima tahun terakhir KPI (Koalisi
tenaga kesehatan Perempuan
dalam 5 tahun terakhir *Kekerasan seksual di rumah tangga Indonesia)
mengacu pada UU RI No 23 tahun 2004, WCC (Women Crisis
Penghapusan kekerasan dalam rumah Center)

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


tangga (Bab III Pasal 5-9).
Kekerasan seksual secara umum dapat Polres
mengacu pada KUHP 351
Di fasilitas kesehatan RS,
hanya menangani Puskesmas
visum
Lap KDRT/ F1/form BP3AKB
register pelayanan
bagi anak
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
42. Kekerasan Persentase kasus Jumlah kasus kekerasan seksual* yang N: Jumlah kasus Kepolisian tingkat Kepolisian 1 kali per tahun
Seksual kekerasan seksual dilaporkan dan diproses di kepolisian dan kekerasan seksual yang kabupaten dan
(8)
yang dilaporkan dan dilakukan tuntutan dibandingkan jumlah dilaporkan ke kepolisian kejaksaan
menyebabkan ada seluruh kasus yang dilaporkan dan dilakukan tuntutan
tuntutan *Kekerasan seksual di rumah tangga
mengacu pada UU RI No 23 tahun 2004, D: Seluruh jumlah kasus Kepolisian tingkat Kepolisian 1 kali per tahun
Penghapusan kekerasan dalam rumah kekerasan seksual yang kabupaten dan
tangga (Bab III Pasal 5-9). dilaporkan ke kepolisian kejaksaan
Kekerasan seksual secara umum dapat
mengacu pada KUHP 351
Persentase kasus Survei khusus
Rumus: kekerasan seksual
[N/D] x 100 yang dilaporkan dan
menyebabkan ada
tuntutan

Kes. Persentase remaja yang Jumlah remaja* yang menerima N: Jumlah remaja yang Form F1/DAL SKPDKB SKPD-KB 1 kali per bulan
43. Seksual menerima pendidikan pendidikan kesehatan reproduksi dan menerima pendidikan Kabupaten, mencatat
(7)
secara komprehensif seksualitas secara komprehensif di kesehatan reproduksi Jumlah PIKR , dan
tentang kesehatan sekolah dibandingkan dengan jumlah dan seksual secara jumlah remaja
reproduksi dan seluruh remaja di sekolah, dikali 100. komprehensif di sekolah Laporan dari Dinas Dinas 1 kali per tahun
seksualitas di sekolah pada satu tahun terakhir Pendidikan tentang Pendidikan
*Remaja = di sekolah SMP, SMA, dan muatan lokal kespro Kandep
perguruan tinggi, atau yang sederajat Agama
LSM
Rumus:
[N/D] x 100 D: Jumlah remaja di Dinas Pendidikan Dinas 1 kali per tahun
sekolah pada satu tahun Kabupaten Pendidikan
terakhir

Persentase remaja yang Survei khusus


menerima materi secara
komprehensif tentang
kesehatan reproduksi
dan seksualitas di
sekolah

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


27 PEDOMAN TEKNIS
28
No. Numerator (N) & Borang sumber Institusi Frekuensi
Isu Indikator Definisi
Urut Denominator (D) (Nas,Pro,Kab/Kot) penyedia
44. IMS Persentase perempuan Jumlah perempuan yang didiagnosis N: Jumlah perempuan Rekam medik pasien Rumah sakit 1 kali per bulan
(6)
dengan fistula vesiko- mengalami fistula vesiko-vaginal yang didiagnosis di rumah sakit
vaginal yang dioperasi (pembentukan saluran antara kandung mengalami fistula
kemih dengan vagina akibat robekan vesiko-vaginal dan telah

PEDOMAN TEKNIS
jalan lahir atau komplikasi lainnya) dan dioperasi
telah dioperasi D: Jumlah perempuan Rekam medik pasien Rumah sakit
dibandingkan dengan jumlah perempuan yang didiagnosis di rumah sakit
yang didiagnosis mengalami fistula mengalami fistula
vesiko-vaginal dalam satu tahun terakhir vesiko-vaginal dalam
dikali 100. satu tahun

Rumus: Persentase perempuan Survei khusus


[N/D] x 100 dengan fistula vesiko-
vaginal yang dioperasi

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


2.3 Indikator Akses
Tabel 6. Indikator Akses

Numerator (N) & Denominator Borang sumber


No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
45. KB Rasio jumlah sarana Jumlah tempat pelayanan KB yang N: Jumlah tempat pelayanan F2/KB SKPD-KB SKPD-KB 1 kali per
(4)
yang memberikan menyediakan minimal alat kontrasepsi KB yang menyediakan paling Dinkes KIA bulan
pelayanan KB per kondom dan pil dibandingkan kurang alat kontrasepsi aplikasi.bkkbn.go.id/sr LSM
500.000 penduduk Jumlahpenduduk, dibagi 500.000. kondom dan pil
Rumus: D: Jumlah penduduk dalam Sensus Penduduk BPS 1 kali per
[N/D] satu tahun dibagi 500.000 proyeksi penduduk Kemdagri/ Dinas tahun
Contoh: Registrasi vital Dukcapil
Jumlah sarana pelayanan KB di penduduk
kabupaten/kota Rasio jumlah sarana yang
memberikan pelayanan KB per
500.000 penduduk
46. KB Persentase Jumlah FKTP (Fasilitas kesehatan tingkat N: Jumlah FKTP (Fasilitas Dinas Kesehatan 1 kali per
(4)
pelayanan pertama) yang menyediakan pelayanan kesehatan tingkat pertama) Aplikasi.bkkbn.go.id/sr tahun
kesehatan primer KB minimal pemberian kondom dan yang menyediakan pelayanan Kementerian
yang menyediakan pil KB, dibandingkan dengan jumlah KB minimal jenis kondom dan kesehatan Dit ibu
pelayanan KB seluruh FKTP (Fasilitas kesehatan tingkat pil
pertama) dikali 100. D: Jumlah seluruh FKTP Pusdatin Kemkes
Rumus: (Fasilitas kesehatan tingkat
[N/D] x 100 pertama)
*permenkes 75 tahun 2014 Persentase puskesmas yang Survei khusus
memberikan pelayanan KB

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


29 PEDOMAN TEKNIS
30
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
47. KIA Rasio jumlah Jumlah fasilitas yang menyediakan N: Jumlah PONED dan PONEK Kesga/ Yankesdas Dinas Kesehatan 1 kali per
(2)
fasilitas Pelayanan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi, Profil kesehatan Dinas tahun
Obstetri Neonatal dengan minimal satu Pelayanan Kesehatan
Emergency Obstetri Neonatal Emergensi

PEDOMAN TEKNIS
D: jumlah penduduk dibagi Sensus Penduduk, BPS
(minimal satu Komprehensif (PONEK)dalam satu tahun 500.000. proyeksi penduduk
PONEK) per terakhir
500.000 penduduk per 500.000 penduduk.

Rumus:
[N/D} Rasio jumlah fasilitas Risfaskes Litbang Kemkes
Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency (minimal satu
PONEK) per 500.000 penduduk
48. KB Persentase Jumlah perempuan usia 15-49 tahun N: Jumlah perempuan usia 15- F1 KB SPDKB 1 kali per
(4)
perempuan usia yang ingin menunda atau tidak ingin 49 tahun yang ingin menunda Bulan
15-49 tahun yang hamil lagi satu tahun terakhir dibanding atau tidak ingin hamil lagi
ingin menunda jumlah seluruh perempuan usia 15-49
atau tidak ingin tahun dikali 100. D: Jumlah seluruh perempuan BPS estimasi jumlah BPS (Direktorat
hamil lagi usia 15-49 tahun dalam satu perempuan usia 15-49 Statistik
Rumus: tahun th Kependudukan
[N/D] x 100 dan
Ketenagakerjaan)

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


Persentase perempuan usia SDKI SDKI
15-49 tahun yang ingin Riskesdas Riskesdas
menunda atau tidak ingin
hamil lagi
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
49. IMS Persentase 49a. 49.a 49a. 1 kali per
(6)
perempuan dan Jumlah penduduk (15-24 tahun) yang N: Jumlah penduduk (15-24 Survei khusus 2 tahun
laki-laki muda (15- mengetahui dua cara pencegahan tahun) yang mengetahui dua Belum tersedia
24 tahun) penyakit seks menular dan HIV* cara pencegahan penyakit
atau dibanding jumlah penduduk usia 15-24 seks menular dan HIV
kelompok risiko tahun dikali 100.
tinggi yang Rumus: D: BPS estimasi jumlah BPS
mengetahui [N/D] x 100. Jumlah penduduk (15-24 penduduk 15-24 th
cara yang benar * penggunaan kondom dan hubungan tahun)
untuk mencegah seks hanya dengan satu pasangan yang
penularan HIV tidak terinfeksi .
melalui hubungan
seksual. 49b.
Jumlah penduduk berisiko tinggi (IDU, 49.b 49b. 49b.
Persentase PSK, mobile population, MSM, waria, N: Jumlah penduduk berisiko
perempuan dan multiple seksual partner), berusia 15- tinggi (IDU, PSK, mobile Survei Cepat Perilaku Kemkes P2ML-
laki-laki muda (15- 24 tahun yang mengetahui dua cara population, MSM, waria, Berisiko, KPA
24 tahun) pencegahan penyakit seks menular multiple seksual partner),
atau dan HIV dibanding jumlah penduduk berusia 15-24 tahun yang IBBS
kelompok risiko berisiko tinggi, dikali 100. mengetahui dua cara
tinggi yang pencegahan penyakit seks
mengetahui Rumus: menular dan HIV.
cara yang benar [N/D] x 100
untuk mencegah D: Jumlah penduduk berisiko
penularan HIV tinggi
melalui hubungan
seksual.

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


31 PEDOMAN TEKNIS
32
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
50. KB Persentase Jumlah PUS yang menikah atau hidup N: Jumlah perempuan usia SDKI BKKBN -
(4)
perempuan usia bersama (seksual aktif ) yang tidak subur yang menikah atau
subur (PUS) seksual ingin punya anak lagi, atau yang ingin hidup bersama (seksual
aktif yang tidak menjarangkan kelahiran berikutnya aktif ) yang tidak ingin punya

PEDOMAN TEKNIS
ingin punya anak dalam jangka waktu minimal 2 tahun anak lagi atau yang ingin
lagi atau yang ingin tetapi tidak menggunakan alat atau cara menjarangkan kelahiran
menjarangkan kontrasepsi dibanding jumlah PUS yang berikutnya dalam jangka
kelahiran menikah atau hidup bersama (seksual waktu minimal 2 tahun tetapi
berikutnya dalam aktif ) dikali 100. tidak menggunakan alat atau
jangka waktu cara kontrasepsi.
minimal 2 tahun Rumus:
tetapi tidak D: Jumlah PUS yang menikah
menggunakan [N/D] x 100 atau hidup bersama (seksual
alat atau cara aktif ) dalam satu tahun
kontrasepsi
(unmet need)
Persentase unmet need SDKI, survei lain SDKI
Riskesdas Survei lain
Riskesdas
KB Persentase fasilitas Jumlah fasilitas*(dengan tenaga terlatih) N:Jumlah fasilitas*(dengan BKKBN SKPDKB, 1 kali per
51. (4)
(dengan tenaga yang menyediakan minimal 3 metode tenaga terlatih) yang BKKBN Bulan
terlatih) yang Keluarga Berencana dibandingkan menyediakan 3 metode Dinkes KB
menyediakan jumlah fasilitas di daerah tersebut, dikali Keluarga Berencana

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


minimal 3 metode 100.
KB Rumus: D:Jumlah fasilitas di daerah Form KO-KB SKPDKB,
[N/D] x 100. tersebut Kemkes BKKBN
Dinkes
*termasuk fasilitas milik pemerintah,
swasta, dan dikelola oleh masyarakat. Persentase fasilitas (dengan Survei khusus
tenaga terlatih) yang Form KO-KB
menyediakan minimal 3 Kemkes
metode KB
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
52. Kekerasan Persentase sarana Jumlah sarana* menyediakan dukungan N: jumlah sarana yang Belum tersedia Kepolisian PPA
Seksual yang menyediakan medis, psikologis, hukum bagi menyediakan dukungan Dinas sosial, dinas RS,
(8)
dukungan medis, perempuan dan laki-laki yang diperkosa medis, psikologis, hukum bagi kesehatan, P2TP2A, Dinkes, Biro PP,
psikologis, hukum atau mengalami inses dibandingkan perempuan dan laki-laki yang WCC (women crisis LSM
bagi perempuan dengan jumlah seluruh sarana, dikali diperkosa atau mengalami center), RPTC, RPSA, P2TP2A
dan laki-laki yang 100. inses PTT PPT/PKT
diperkosa atau *sarana termasuk fasilitas kesehatan KEMKES-BUKR, DIT IBU
mengalami inses pada semua tingkatan dan tipe serta & ANAK
fasilitas yang menyediakan pelayanan D: Jumlah sarana pelayanan Belum tersedia Bappeda
*Belum ada UU khusus bagi korban kekerasan seksual. (kesehatan, psikologis, hukum) Dinas sosial, dinas
yang mengatur Rumus: diwilayah tersebut kesehatan, P2TP2A,
di Indonesia [N/D] x 100. WCC (women crisis
tentang perkosaan center), RPTC, RPSA,
terhadap laki-laki PTT
Persentase sarana yang Survei khusus
menyediakan dukungan
medis, psikologis, hukum bagi
perempuan dan laki-laki yang
diperkosa atau mengalami
inses
53. IMS Persentase Jumlah puskesmas yang menyediakan N: Jumlah puskesmas yang KEMKES P2M Dinkes 1 kali per
(6)
puskesmas yang pelayanan IMS minimal dengan memberikan pelayanan IMS P2M tahun
menyediakan pendekatan sindrom* dibagi jumlah minimal dengan pendekatan
pelayanan seluruh puskesmas, dikali 100 sindrom
IMS dengan
pendekatan *Mengacu kepada Pedoman Nasional D: Jumlah seluruh puskesmas BUKD Formulir sarana
sindrom Penanganan IMS (2011) dan algoritma/ dinkes
alur WHO
Persentase puskesmas yang Profil kesehatan Dinkes
Rumus: menyediakan pelayanan IMS
[N/D] x 100 dengan pendekatan sindrom

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


33 PEDOMAN TEKNIS
34
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
54. KB Rasio jumlah Jumlah fasilitas/institusi selain FKTP N: Jumlah fasiltias/institusi Aplikasi.bkkbn.go.id/sr Survei khusus 1 kali per
(4)
institusi lain yang yang menyediakan informasi, pelayanan selain FKTP yang menyediakan tahun
menyediakan dan peralatan KB informasi, pelayanan dan
informasi, dibandingkan jumlah 500.000 peralatan KB

PEDOMAN TEKNIS
pelayanan dan penduduk
peralatan KB per D: Jumlah penduduk dibagi Sensus Penduduk BPS 1 kali per
500.000 penduduk *dokter praktek, RS, apotik, toko obat, 500.000 proyeksi penduduk tahun
LSM. Registrasi vital Kemdagri/ Dinas 1 kali per
penduduk Dukcapil 10 tahun
Rumus:
[N/D] Rasio jumlah institusi lain
yang menyediakan informasi,
pelayanan dan peralatan KB
per 500.000 penduduk
55. KIA Persentase Jumlah penduduk bertempat tinggal N: Jumlah penduduk Promkes Dinas Dinas Kesehatan 1 kali per
(2)
penduduk di desa siaga (yaitu desa memiliki bertempat tinggal di desa Kesehatan (Promkes) tahun
bertempat tinggal rencana penyediaan transportasi siaga(memiliki rencana
di desa yang darurat dan sistem rujukan komunitas*) penyediaan transportasi
memilikirencana dibandingkan dengan jumlah darurat dan sistem rujukan)
transportasi dan penduduk, dikali 100. D: Jumlah penduduk Sensus Penduduk, BPS
sistem rujukan proyeksi penduduk
komunitas * sistem bagi ibu hamil yang
membutuhkan pelayanan kesehatan

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


PONED/PONEK.
Persentase penduduk
Rumus: bertempat tinggal di desa
[N/D] x 100 yang memilikirencana
transportasi dan sistem
rujukan komunitas
56. Pencegahan Persentase tenaga Jumlah tenaga medis yang terlatih N: Jumlah tenaga medis yang Belum tersedia Pusdiklat aparatur
Aborsi Tidak medis yang terlatih dalam memberikan pelayanan aborsi terlatih dalam memberikan (tidak rutin)
Aman dalam memberikan yang aman (pernah ikut pelatihan pelayanan aborsi yang aman
(3) pelayanan aborsi PONEK) (pernah ikut pelatihan PONEK) Rifaskes (ad hoc)
yang aman dibandingkan dengan jumlah tenaga
medis dalam satu tahun.
D:Jumlah tenaga medis Laporan SDM Pusdatin Kemkes
Kesehatan
Rumus:
[N/D] x 100 Persentase tenaga medis yang Survei khusus
terlatih dalam memberikan
pelayanan aborsi yang aman
.
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
57. Kes. Seksual Persentase tenaga Jumlah tenaga terlatih dalam N: Jumlah tenaga terlatih Laporan Pelatihan Kemkes
(7)
terlatih dalam memberikan konseling kesehatan dalam memberikan konseling konseling dari PKPR,
memberikan reproduksi seksual (SRH) kesehatan reproduksi seksual kesehatan jiwa, HIV
konseling dibandingkan dengan jumlah petugas* (SRH) AIDS
kesehatan dalam satu tahun. BKKBN
reproduksi seksual Aplikasi.bkkbn.go.id/sr LSM
(SRH) *petugas: petugas kesehatan dan
pendidik (guru BK), pekerja sosial.
D:Jumlah petugas kesehatan, Laporan Dinkes , Dinkes ,
Rumus: pendidik (guru BK), pekerja Laporan Dinas Dinas Pendidikan,
[N/D] x 100 sosial Pendidikan, Dinas Sosial
Laporan Dinas Sosial
Persentase petugas terlatih Survei khusus
dalam memberikan konseling Laporan Dinkes ,
kesehatan reproduksi seksual Laporan Dinas
(SRH) Pendidikan,
Laporan Dinas Sosial
58. Kes. Seksual Mekanisme Ada mekanisme alternatif* dalam Dinas Pendidikan,
(7)
alternatif dalam pemberian informasi dan pelayanan Ada atau Tidak. Belum tersedia Dinkes,
pemberian kesehatan seksual. KEMKES-PROMKES SKPD-BKB,
informasi dan Survei khusus Biro PP,
pelayanan Contoh: radio, media cetak, TV, media Dinas Kesehatan, Dinas LSM
kesehatan seksual luar ruang, seni, komik, fasilitas KB, pendidikan dan dinas
Puskesmas, klinik/bidan, sekolah, LSM, sosial
kantor

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


35 PEDOMAN TEKNIS
36
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
Kekerasan Persentase petugas Jumlah petugas kesehatan* yang N: Jumlah petugas kesehatan Belum tersedia Dinkes prov
59. Seksual kesehatan yang terlatih untuk mendeteksi tanda-tanda yang pernah dilatih
(8)
terlatih untuk pelecehan atau kekerasan seksual dibagi mendeteksi tanda-tanda SKPD-BPPKB
mendeteksi tanda- jumlah seluruh petugas kesehatan yang pelecehan atau kekerasan

PEDOMAN TEKNIS
tanda pelecehan ada diwilayah tersebut dikali 100 seksual
atau kekerasan
seksual * perawat, bidan, atau dokter D: Jumlah seluruh petugas Laporan SDM Pusdatin
kesehatan Kesehatan

Persentase petugas Survei khusus


kesehatan yang terlatih untuk Rumah Sakit, PKT
mendeteksi tanda-tanda (Pusat Krisis Terpadu),
pelecehan atau kekerasan Puskesmas Mampu
seksual Tata Laksana Kekerasan
terhadap Perempuan
dan Anak
60. Kekerasan Persentase polisi Jumlah petugas kepolisian terlatih N: Jumlah petugas kepolisian Pencatatan di Kepolisian unit 1 kali per
Seksual yang terlatih dalam dalam isu kesehatan seksual dibagi yang pernah dilatih kepolisian, RS PPA (Polres, Polda) tahun
(8)
(isu) kesehatan jumlah seluruh petugas kepolisian dikali mendeteksi tanda-tanda kepolisian
seksual dan 100. pelecehan atau kekerasan
kekerasan seksual seksual
Rumus: D: Jumlah petugas kepolisian Pencatatan di Kepolisian

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


[N/D] x 100. kepolisian, RS
kepolisian
Persentase polisi yang terlatih Survei khusus
dalam (isu) kesehatan seksual
dan kekerasan seksual
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
61. Kes. Seksual Persentase sarana Jumlah sarana yang memberikan N: Jumlah fasilitas puskesmas KEMKES-DIT ANAK Dinkes 1 kali per
Remaja pemberi pelayanan pelayanan ramah remaja* dibagi seluruh dan LSM yang memberikan Laporan PKPR Dit-Anak tahun
(5)
yang menyediakan sarana yang memberikan pelayanan, pelayanan ramah remaja Laporan PIKR BKKBN
pelayanan ramah dikali 100 Laporan LSM LSM
remaja Laporan KLA (kota Badan PPKB
*Puskesmas, LSM. layak anak)
Rumus: D: Jumlah seluruh puskesmas Laporan Dinkes Dinkes
[N/D] x 100 dan fasilitas diselenggarakan Laporan LSM LSM
LSM terkait kesehatan remaja
dalam satu wilayah
Persentase sarana pemberi Survei khusus
pelayanan ramah remaja Promkes dinkes
Laporan PKPR
Laporan PIKR
Laporan LSM
62. Kes. Seksual Persentase tenaga Jumlah petugas kesehatan terlatih N: petugas kesehatan yang KEMKES PROMKES Dinkes 1 kali per
Remaja kesehatan terlatih memberikan pelayanan ramah remaja pernah dilatih memberikan KEMKES- DIT ANAK BKKBN tahun
(5)
untuk memberikan dibagi seluruh petugas kesehatan di pelayanan ramah remaja
pelayanan ramah wilayah tersebut, dikali 100
remaja D: Jumlah seluruh petugas Dinkes Dinkes
Rumus: kesehatan
[N/D] x 100
Persentase tenaga kesehatan Survei khusus
terlatih untuk memberikan
pelayanan ramah remaja
63. Kes. Seksual Adanya mekanisme Ada lebih dari satu mekanisme untuk Ya atau Tidak KEMKES DIT ANAK Dinkes-Kesga, 1 kali per
Remaja (alternatif) memberikan pelayanan kesehatan Laporan PKPR SKPD-BKB, tahun
(5)
penyediaan reproduksi dan seksual bagi remaja Laporan PIKR LSM
pelayanan (misal pendidikan sebaya, iklan layanan Laporan LSM
kesehatan masyarakat (pemasaran sosial)
reproduksi dan
seksual bagi remaja

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


37 PEDOMAN TEKNIS
38
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
64. KIA Persentase Jumlah perempuan dan laki pernah N: Jumlah perempuan dan laki Survei
(2)
perempuan dan kawin tahu minimal 3 faktor risiko/tanda pernah kawin tahu minimal
laki pernah kawin bahaya kehamilan* yang berhubungan 3 faktor risiko/tanda bahaya
tahu minimal 3 dengan komplikasi, kehamilan yang berhubungan

PEDOMAN TEKNIS
faktor risiko/tanda dibagi jumlah perempuan dan laki dengan komplikasi
bahaya kehamilan pernah kawin, dikali 100. D: Jumlah perempuan dan Belum tersedia
yang berhubungan laki pernah kawin dalam satu
dengan komplikasi *Mengacu ke buku KIA yaitu: tahun terakhir
- Perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, Persentase perempuan Survei: misal SDKI BPS 1 kali per
- Bengkak di kaki, tangan atau wajah dan laki pernah kawin tahu 5 tahun
disertai sakit kepala dan/atau kejang minimal 3 faktor risiko/
- Demam (suhu tubuh meningkat) tanda bahaya kehamilan
- Air ketuban keluar sebelum waktunya yang berhubungan dengan
- Bayi dikandungan gerakannya komplikasi
berkurang atau tidak bergerak
- Muntah terus dan tidak mau makan

Rumus:[N/D] x 100
65. KIA Persentase Jumlah perempuan dan laki pernah N: Jumlah perempuan Belum tersedia 1 kali per
(2)
perempuan dan kawin tahu tempat fasilitas pelayanan dan laki pernah kawin tahu Survei khusus 5 tahun
laki pernah kawin untuk penanganan kehamilan dengan tempat fasilitas pelayanan
tahu tempat komplikasi maternal* dibanding dengan untuk penanganan kehamilan

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


fasilitas pelayanan jumlah penduduk, dikali 100. dengan komplikasi maternal
untuk kehamilan
dengan komplikasi *Mengacu kepada buku KIA D: Estimasi Jumlah BPS BPS
- Perdarahan pada hamil muda perempuan dan laki pernah
maupun hamil tua, kawin
- Bengkak di kaki, tangan atau wajah
disertai sakit kepala dan/atau kejang Persentase perempuan Survei khusus
- Demam (suhu tubuh meningkat) dan laki pernah kawin tahu
- Air ketuban keluar sebelum waktunya tempat fasilitas pelayanan
- Bayi dikandungan gerakannya untuk kehamilan dengan
berkurang atau tidak bergerak komplikasi
- Muntah terus dan tidak mau makan

Rumus: [N/D] x 100


Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
66. Pencegahan Persentase Jumlah petugas kesehatan* yang tahu N: Jumlah petugas kesehatan 1 kali per
Aborsi Tidak petugas kesehatan dengan benar tentang aborsi yang yang tahu dengan benar Belum tersedia 5 tahun
Aman tahu tentang aborsi legal** dibanding jumlah petugas tentang aborsi yang legal
(3) yang legal kesehatan dikali 100.

*Petugas kesehatan: dokter,bidan dan D: Jumlah seluruh tenaga Laporan SDM Pusdatin
perawat kesehatan Kesehatan
**Pengertian aborsi:
Merujuk UU N0. 36 tahun 2009 tentang Persentase petugas kesehatan Survei khusus
Kesehatan, pasal 75. tahu tentang aborsi yang legal

Rumus:[N/D] x 100
67. KB Persentase fasilitas Jumlah fasilitas pelayanan yang pernah N: Jumlah fasilitas yang pernah -Laporan JKK (Jaminan BKKBN 1 kali per
(4)
pelayanan yang mengalami kekurang stok alokon* mengalami kekurangan stok Ketersediaan SKPD-KB Bulan
pernah mengalami dalamperiode satu bulan dibandingkan alokon dalam periode satu Kontrasepsi) BKKBN Kemkes
kekurangan stok jumlah fasilitas yang menyediakan bulan Dinkes-KB
alokon (metoda pelayanan KB dalam satu tahun dikali
apa saja)dalam 100
periode satu bulan D: Jumlah fasilitas yang Laporan Fasilitas KB BKKBN
Rumus:
[N/D]*100. menyediakan pelayanan KB SKPD-KB
dalam satu tahun Kemkes
* Misal: dalam layanan pengiriman, Dinkes-KB
laporan gudang setiap bulannya Persentase fasilitas pelayanan Survei khusus
yang pernah mengalami Laporan Logistik BKKBN
kekurangan stok alokon
(metoda apa saja) dalam
periode satu bulan

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


39 PEDOMAN TEKNIS
40
Numerator (N) & Denominator Borang sumber
No Isu Indikator Definisi Institusi penyedia Frekuensi
(D) (Nas,Pro,Kab/Kot)
68. IMS Persentase fasilitas Persentase fasilitas yang mempunyai N: Jumlah fasilitas kesehatan Formulir serah terima Dinkes bagian 1 kali per
(6)
memiliki Standar buku standar dan protokol untuk yang mempunyai buku buku SOP IMS dari pengelola tahun
dan protokol diagnosis, pengobatan dan konseling standar dan protokol untuk pengelola program ke program IMS
untuk diagnosis, IMS*. diagnosis, pengobatan dan pelayanan kesehatan

PEDOMAN TEKNIS
pengobatan, dan Rumus: konseling IMS
konseling IMS/ISR [N/D]*100. D: Jumlah fasilitas kesehatan Risfaskes Kemkes -
BUK Akreditasi RS
*Merujuk kepada Pedoman Nasional
Penanganan IMS 2011, Kemkes.
Persentase fasilitas memiliki Survei khusus Kemenkes
Standar dan protokol untuk
*Fasilitas kesehatan: fasilitas yang rutin
diagnosis, pengobatan, dan
memberi pelayan-an kesehatan dengan
konseling IMS/ISR
jam pelayanan. Contoh: rumah sakit,
puskesmas, klinik, balai pengobatan,
poliklinik, polindes, pos kesehatan (dari
Indikator 69)
69. Kes. Seksual Persentase fasilitas Persentase jumlah fasilitas yang N: Jumlah fasilitas yang Formulir distribusi Dinkes- KIA 1 kali per
(7)
memiliki Standar mempunyai standar dan protokol untuk mempunyai standar protokol buku SOP kesehatan tahun
dan protokol mempromosikan kesehatan reproduksi, untuk mempromosikan reproduksi
pelayanan untuk dibandingkan jumlah fasilitas kesehatan reproduksi
mempromosi- kesehatan*, dikali 100.
kan kesehatan Rumus: D: Jumlah fasilitas kesehatan Risfaskes Kemkes
reproduksi [N/D] x 100. dalam satu tahun BUK

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


Persentase fasilitas Survei khusus
*Fasilitas kesehatan: fasilitas yang rutin memiliki standar dan Risfaskes
memberi pelayanan kesehatan dengan protokol pelayanan untuk BUK
jam pelayanan. Contoh: rumah sakit, mempromosikan kesehatan
puskesmas, klinik, balai pengobatan, reproduksi
poliklinik, polindes, pos kesehatan
2.4 Indikator Dampak

Tabel 7. Indikator Dampak

Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
70. KIA Persentase alokasi dana Jumlah alokasi dana pemerintah N: Jumlah Rupiah anggaran Bappenas, Bappeda, 1 kali per
(2)
pemerintah untuk untuk kesehatan dibandingkan yang dialokasikan untuk sektor Kemenkes Dinkes (TU/ tahun
kesehatan jumlah rupiah anggaran total kesehatan selama setahun (Perencanaan), perencanaan)
selama setahun. D: Jumlah Rupiah anggaran total Bappenas Bappeda 1 kali per
selama setahun tahun
Rumus:[N/D] x 100
71. Umum Persentase alokasi dana Jumlah alokasi dana pemerintah N: Jumlah Rupiah anggaran yang Bappenas, Bappeda, 1 kali per
(1)
pemerintah untuk untuk kesehatan seksual dan dialokasikan untuk program terkait Bg Perencanaan: SKPD: tahun
kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi jumlah kesehatan reproduksi selama Kemenkes Dinkes,
kesehatan reproduksi rupiah anggaran kesehatan setahun Kemendiknas, Dindik,
selama setahun. Kemenag, Dinag,
Kemensos, Dinsos,
Program terkait kesehatan BKKBN SKPD-KB.
reproduksi dapat berada di mata D: Jumlah Rupiah anggaran Bappenas; Bappeda 1 kali per
anggaran sektor a.l: kesehatan, kesehatan selama setahun Sektor lain, dan SKPD lain, dan tahun
pendidikan, sosial, agama, Kemenkes Dinkes (TU/
dalam-negeri, pemberdayaan (Perencanaan), perencanaan)
perempuan, kependudukan /
BKKBN, polisi, TNI.
Rumus:
[N/D] x 100.
72. KB Total fertility Rate (TFR) Jumlah rata-rata kelahiran Jumlah seluruh ASFR (Age spesific SDKI Dukcapil Provinsi
(4)
dari seorang perempuan di Fertility Rate = yaitu rata-rata BPS Provinsi
penduduk pada periode satu jumlah kelahiran yang dialami BKKBN
tahun. setiap perempuan pada kelompok
umur tertentu) dikali 5, dibagi
1000.
Angka TFR. BPS BPS Provinsi, 1 kali per 5
BKKBN Dinkes: Unit KB, tahun

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


PEDOMAN TEKNIS
SDKI SKPD KB.

41
42
Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
73. KB Angka (rate) kelahiran Jumlah kelahiran dari setiap N: Jumlah kelahiran yang terjadi Pusdatin Dinkes: Registrasi 1 kali per 5
(4)
pada populasi usia perempuan umur 15-19 tahun dari ibu usia 15-19 tahun selama Kemenkes kelahiran tahun
remaja (15-19 tahun) (ASFR remaja) dibandingkan periode satu tahun. BKKBN di puskesmas.

PEDOMAN TEKNIS
(ASFR) Jumlah perempuan usia 15-19 Dukcapil: Registrasi
tahun di pertengahan tahun Survei (SKRRI) kelahiran
dikali 1000 D: Jumlah perempuan usia 15-19 BPS BPS Provinsi. 1 kali per
tahun di pertengahan tahun tahun
[N/D]*1000
ASFR penduduk usia 15-19 tahun SDKI Survei 1 kali per 5
tahun
74. KIA Persentase perempuan Persen perempuan usia subur N: Jumlah perempuan usia 15 49 Survei Khusus Dinkes
(2)
usia subur anemia (WUS) dengananemia tahun anemia Riskesdas
Rumus: D: Jumlah perempuan usia 15 49 BPS BPS
[N/D] x 100 tahun
Angka WUS dengan anemia Survei (Riskesdas) Survei 1 kali per 5
tahun
75. KIA Angka (ratio) Kematian Rasio Kematian Ibu/ Maternal N: Jumlah kematian ibu, dengan Pusdatin Dinkes:Kesga 1 kali per
(2)
Ibu per 100.000 KH Mortality Ratio per 100.000 KH sebab terkait kehamilan, Dit ibu Register kohort ibu, bulan
persalinan, atau nifas Kemenkes F2-F8 (lamp.4) Audit 1 tahun
Maternal Perinatal
(AMP).
Rumus:

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


D: Jumlah kelahiran hidup yang BPS Dukcapil catatan
[N/D] x 100.000 terjadi dalam periode satu tahun kematian.
BPS
Angka AKI Riskesdas Riskesdas 5 tahun
Sensus Penduduk Sensus Penduduk
SDKI
Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
76. KIA Angka (rate) Kematian Jumlah Kematian Perinatal per N: Jumlah kematian anak pada KEMKES-DIT ANAK Dinkes: LB1 1 kali per
(2)
Perinatal per 1000 KH 1000 kelahiran hidup dan mati masa perinatal, yaitu pada saat Register kohort Bulan
janin di umur kehamilan 28 bayi/anak.
Rumus: minggu atau lebih, sampai bayi Audit Maternal
[N/D] x 1000 umur 7 hari pascalahir. perinatal (AMP).
D: Jumlah kelahiran hidup dalam BPS BPS Provinsi
periode satu tahun
Angka Kematian Perinatal Survei Khusus Survei Khusus 5 tahun
BPS
77. KIA Angka (ratio) bayi lahir Jumlah bayi lahir mati (still birth) N: Jumlah bayi yang dilahirkan Pusdatin Dinkes: Lap. RS., 1 kali per
(2)
mati per 1000 kelahiran per 1000 kelahiran hidup . dengan tidak memperlihatkan Kemenkes Audit Maternal Bulan
Hidup tanda kehidupan (nafas, jantung, perinatal (AMP).
Rumus: refleks) dalam satu tahun
[N/D] x 1000 D: Jumlah kelahiran hidupdalam BPS BPS.
periode satu tahun
Angka bayi lahir mati Survei Survei 5 tahun
78. KIA Angka (rate) Kematian Rate kematian neonatal (yaitu N: Jumlah bayi yang meninggal Pusdatin Dinkes: AMP, LB1 1 kali per
(2)
Neonatal per 1000 KH bayi di bawah umur 28 hari pada umur di bawah 28 hari. Kemenkes Bulan
pascalahir) per 1000 KH. D: Jumlah kelahiran hidup dalam BPS BPS
periode satu tahun
Rumus:
[N/D] x 1000 Angka Kematian Neonatal per Riskesdas Litbang Kemkes 5 tahun
1000 KH
79. KIA Rate BBLR (kurang dari Jumlah bayi dengan berat N: Jumlah bayi yang dilahirkan Pusdatin Dinkes: KIA-gizi 1 kali per
(2)
2500 gram) lahir kurang dari 2500 gram dengan berat lahir kurang dari Kemenkes Bulan
dibandingkan jumlah kelahiran 2500 gram
hidup dalam periode satu tahun, D: Jumlah kelahiran hidup dalam BPS BPS
dikali 100. periode satu tahun
Rumus:
[N/D] x 100 Angka BBLR Survei (SDKI, Survei 5 tahun
Riskesdas)

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


43 PEDOMAN TEKNIS
44
Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
80. KIA Angka (rate) Insidensi Jumlah kejadian baru Tetanus N: Jumlah kasus baru tetanus Pusdatin Dinkes: LB3, 1 kali per
(2)
Tetanus Neonatorum Neonatorum dibandingkan neonatorum (yaitu tetanus yang Kemenkes Lap. RS Bulan
jumlah kelahiran hidup dalam terjadi pada bayi berumur kurang
periode satu tahun, dikali 100. dari 28 hari)

PEDOMAN TEKNIS
D: Jumlah kelahiran hidup dalam BPS BPS.
Rumus: periode satu tahun
[N/D] x 100
Angka insidensi Tetanus Survei (Riskesdas) Survei 5 tahunan
Neonatorum
81. Pencegahan Persentase kasus Jumlah kasus obstetrik N: Jumlah kasus obstetrik Pusdatin Dinkes: Lap. RS 1 kali per
Aborsi Tidak Obstetri dan Ginekologi ginekologik yang dirawat karena ginekologik yang dirawat di Kemenkes (RL1). Bulan
Aman yang dirawat karena aborsi*dibandingkan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan
(3) Aborsi kasus obstetrik ginekologik yang (rumahsakit) karena aborsi, dalam
dirawat di fasilitas pelayanan periode satu tahun
kesehatan dalam periode satu D: Jumlah kasus obstetrik Pusdatin Dinkes: Lap. 1 kali per
tahun dikali 100. ginekologik yang dirawat di Kemenkes RS (RL1). (RS Bulan
Rumus: fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah &
[N/D] x 100 (rumahsakit) dalam periode satu Swasta)
tahun
*) Aborsi adalah berakhirnya
kehamilan pada usia kehamilan
<28 minggu

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


82. Pencegahan Rasio aborsi per 1000 Jumlah kejadian aborsi (jenis N: Jumlah kejadian aborsi yang Pusdatin Dinkes: Lap.
Aborsi Tidak kelahiran hidup apapun) yang dilaporkan dilaporkan oleh fasilitas pelayanan Kemenkes RS (RL1).; Lap.
Aman dibandingkan dengan kesehatan dalam satu tahun Puskesmas LB1
(3) 1000 kelahiran hidup.
D: Jumlah kelahiran hidup dalam Pusdatin
Rumus: periode satu tahun Kemenkes
[N/D] x 1000
Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
83. Pencegahan Persentase Kematian Jumlah kematian maternal N: Jumlah kematian ibu yang Pusdatin Dinkes: Lap. 1 kali per
Aborsi Tidak Maternal karena Aborsi (terjadi pada masa kehamilan, terjadi pada saat hamil, atau Kemenkes RS (RL1).; Lap. Bulan
Aman persalinan, nifas) disebabkan terminasi kehamilan, atau Puskesmas LB1
(3) kejadian aborsi (terminasi pascaterminasi kehamilan, di
kehamilan sebelum usia saat usia kehamilan di bawah 28
kehamilan 28 minggu) minggu
dibandingkan Jumlah kematian D: Jumlah kematian ibu dalam Studi Tindak Lanjut Litbang Kemkes
ibu dalam periode satu tahun periode satu tahun Sensus Penduduk
dikali 100.
Rumus: Persen kematian maternal karena Studi Tindak Lanjut Litbang Kemkes 1 kali per 5
[N/D] x 100 aborsi Sensus Penduduk tahun
F1-F8
84. IMS Persentase perempuan Jumlah perempuan hamil usia N: Jumlah perempuan hamil Dinkes: LB3 Bulanan
(6)
hamil usia 15-24 tahun 15-24 tahun dengan Sifilis positif berusia 15-24 tahun, yang
positif Sifilis pada tes darah dibandingkan dideteksi positif Sifilis pada
Jumlah perempuan hamil pemeriksaan darah
berusia 15-24 tahun, dikali 100. D: Jumlah perempuan hamil PKM Register
Rumus: berusia 15-24 tahun Kohort Ibu Dinkes
[N/D] x 100
Persen perempuan hamil berusia Kemkes, Riskesdas 1 kali per 5
15-24 tahun positif Sifilis BPS SDKI tahun
85. IMS Persentase perempuan Jumlah perempuan hamil usia N: Jumlah perempuan hamil Laporan bulanan Dinkes: laporan 1 kali per
(6)
hamil usia 15-24 tahun 15-24 tahun dengan HIV positif berusia 15-24 tahun, yang Konseling dan Tes bulanan KT, SIHA Tahun
positif HIV pada tes darah dibandingkan dideteksi positif HIV pada (KT), SIHA
jumlah perempuan hamil pemeriksaan darah
berusia 15-24 tahun dalam D: Jumlah perempuan hamil PKM Register
periode satu tahun dikali 100. berusia 15-24 tahun Kohort Ibu Dinkes
Rumus: KPA
[N/D] x 100
Persen perempuan hamil berusia Survei Survei Sesuai
15-24 tahun positif HIV Kemenkes Kohort Ibu Dinkes kebutuhan

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


45 PEDOMAN TEKNIS
46
Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
86. Kes. Seksual Rate angka penduduk Jumlah penduduk usia 10-19 N: Jumlah penduduk usia 10- Pusdatin Dinkes: Register 1 kali per
(7)
usia 10-19 tahun yang tahun yang pernah melahirkan 19 tahun (tanpa melihat status Kemenkes Kohort Ibu, LB1 Bulan
melahirkan (tanpa melihat status perkawinan) yang pernah

PEDOMAN TEKNIS
perkawinan) dibandingkan melahirkan
jumlah penduduk usia 10-19 D: Jumlah penduduk usia 10-19 BPS BPS
tahun, dalam periode satu tahun tahun, dalam periode satu tahun
dikali 100.
Rate remaja melahirkan (tanpa Survei Survei Sesuai
Rumus: melihat status perkawinan) kebutuhan
[N/D] x 100 Pusdatin Pusdatin Kemenkes
Kemenkes BPS i
BPS
87. KIA Angka kematian ibu Rate kematian ibu karena N: Jumlah ibu yang meninggal Pusdatin Dinkes: LB3 1 kali per
(2)
karena komplikasi komplikasi langsung, termasuk: karena sebab langsung komplikasi, Kemenkes Lap. RS (SIRS) Bulan
perdarahan, hipertensi, aborsi, termasuk: perdarahan, hipertensi, 1 kali per
sepsis, persalinan lama/macet, aborsi, sepsis, persalinan lama/ tahun
kehamilan ektopik, embolisme, macet, kehamilan ektopik,
dan kejadian terkait anestesi) embolisme, dan kejadian terkait
Rumus: anestesi) dalam satu tahun
[N/D] x 100 D: Jumlah ibu dengan komplikasi Pusdatin Dinkes: LB3
langsung saat kehamilan, Kemenkes Lap. RS (SIRS)
persalinan, nifas, termasuk

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


perdarahan, hipertensi, aborsi,
sepsis, persalinan lama/macet,
kehamilan ektopik, embolisme,
dan kejadian terkait anestesi,
dalam periode satu tahun
Angka kematian ibu karena Riskesdas 5 tahun
komplikasi Studi Tindak
Lanjut Sensus
Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
88. IMS Persentase laki-laki usia Jumlah laki-laki usia 15-49 N: Jumlah laki-laki usia 15-49 tahun BUK Kemenkes Dinkes: Lap. LB1.
(6)
15-49 tahun dilaporkan tahun yang pernah (sedikitnya yang pernah (sedikitnya satu kali) Lap. RS.
sedikitnya mengalami satu kali) mengalami infeksi mengalami infeksi saluran kencing
satu kali infeksi saluran saluran kencing (ISK/uretritis) dalam setahun terakhir
kencingdalam 12 bulan dibandingkan Jumlah laki-laki
terakhir usia 15-49 tahun dalam setahun D: Jumlah laki-laki usia 15-49 tahun BPS BPS
terakhir dikali 100.
Rumus: Persen laki usia 15-49 tahun Survei Survei Sesuai
[N/D] x 100 pernah ISK dalam setahun terakhir BPS BPS kebutuhan
89. KB Persentase perempuan Jumlah penduduk usia 18-24 N: Jumlah penduduk usia 18-24 Sulit diperoleh Sulit diperoleh
(4)
dan Laki usia 18-24 tahun (laki dan perempuan) tahun yang telah memiliki anak Survei
tahun yang memiliki yang memiliki anak sebelum sebelum usia 18 tahun
anak sebelum usia 18 usia 18 tahun dibandingkan D: Jumlah penduduk usia 18 24 BPS BPS Provinsi/Kab
tahun jumlah penduduk usia 18 24 tahun
tahun, dikali 100.
Rumus: Angka persen penduduk usia 18- SKRRI Survei
[N/D] x 100 24 tahun yang menjadi orangtua Sensus Penduduk
sebelum usia 18 tahun Riskesdas
90. KB Persentase kelahiran Jumlah kelahiran dengan jarak N: Jumlah kelahirandenganjarak Survei Dinkes: Register 1 kali per
(4)
dalam 5 tahun terakhir antar kelahiran kurang dari antar kelahiran sebelumnya BKKBN (mini kohort ibu Bulan
dengan interval kurang 24 bulan dengan kelahiran kurang dari 24 bulan dalam Survei) SKPD-KB
dari 24 bulan sebelumnya terjadi dalam 5 periode 5 tahun terakhir BPS
tahun terakhir dibandingkan SDKI
jumlah kelahiran yang terjadi D: Jumlah kelahiran dalam periode BPS Dukcapil
dalam 5 tahun terakhir 5 tahun terakhir

Rumus: Angka Proporsi Kelahiran dengan SDKI Mini survey BKKBN 1 kali per 1
[N/D] x 100 jarak < 24 bulan tahun
1 kali per 5
tahun

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


47 PEDOMAN TEKNIS
48
Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
91. Kes. Seksual Persentase penduduk Jumlah penduduk usia N: Jumlah penduduk usia 10-19 Survei Survei
Remaja usia 10-19 tahun yang 10-19 tahun yang pernah tahun yang pernah berhubungan
(5)
pernah melakukan berhubungan seks seks Pusdatin Pusdatin

PEDOMAN TEKNIS
hubungan seks dibandingkan jumlah penduduk BPS BPS
usia 10-19 tahun, dalam periode
satu tahun dikali 100.
Rumus: D: Jumlah penduduk usia 10-19 BPS BPS
[N/D] x 100 tahun, dalam periode satu tahun
Persen penduduk usia 10-19 tahun Survei Survei Sesuai
yang pernah berhubungan seks kebutuhan
Pusdatin Pusdatin
BPS BPS
92. Kes. Seksual Persentase penggunaan Jumlah penduduk usia 10-19 N: Jumlah penduduk usia 10- Survei Survei Sesuai
Remaja kontrasepsi pada tahun (tanpa melihat status 19 tahun (tanpa melihat status Pusdatin Pusdatin kebutuhan
(5)
hubungan seks pertama perkawinan) yang memakai perkawinan) yang pernah BPS BPS
atau terakhir bagi kontrasepsi pada hubungan berhubungan seks, dan memakai
penduduk usia 10-19 seks pertama atau terakhir (baik kontrasepsi pada hubungan seks
tahun (tanpa melihat laki-laki maupun perempuan) pertama dan terakhir (baik laki-laki
status perkawinan) dibandingkan jumlah remaja maupun perempuan)
usia 10-19 tahun, dalam periode D: Jumlah penduduk usia 10-19 Survei Survei Sesuai
satu tahun dikali 100. tahun yang pernah berhubungan kebutuhan
Rumus: seks, dalam periode satu tahun Pusdatin Pusdatin

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


[N/D] x 100 (baik laki-laki maupun perempuan) BPS BPS
LemLitbang LemLitbang

93. KIA Rate prevalensi kejadian Jumlah prevalensi kejadian N: Jumlah ibu dengan diagnosis Pusdatin Dinkes: Lap. RS.
(2)
fistula obstetrik fistula obstetrik dibandingkan fistula obstetrik dalam setahun Kemenkes
jumlah kelahiran hidup dalam D: Jumlah kelahiran hidup dalam BPS BPS.
periode satu tahun periode satu tahun
Rumus:
[N/D] x 100 Angka rate prevalensi kejadian Riskesdas Riskesdas
fistula obstetrik
Bab 3. Mekanisme Penyediaan Data
Akses Universal Kesehatan Reproduksi

Pada bab sebelumnya disampaikan bahwa data indikator AUKR bersumber dari 10 sektor. Dengan
memahami proses pemantauan AUKR (Gambar 1), maka langkah berikut adalah mengumpulkan data
di tiap sektor dan kemudian lintas sektor.

3.1. Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal Kesehatan


Reproduksi di Tiap Sektor
Kegiatan kesehatan reproduksi dilakukan oleh satuan kerja terkait. Kegiatan tersebut dicatat dan
diterjemahkan menjadi data untuk indikator AUKR. Dengan demikian untuk mengumpulkan data
indikator AUKR dibutuhkan koordinasi internal guna mengkompilasi data dari tiap satuan kerja/
program, mengolah dan menyajikannya hingga menjadi data AUKR dari tiap sektor seperti yang
dijelaskan pada Tabel 9 sampai Tabel 18. Jadi sangat diperlukan adanya koordinator internal sebagai
focal point untuk menyampaikan data AUKR kepada koordinator lintas sektor.

Data yang diperlukan untuk membangun indikator AUKR di tiap sektor dapat bersumber dari data
rutin ataupun data ad hoc.

1. Data rutin disediakan oleh Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rutin, atau Sistem Pencatatan
Surveilens di masing-masing sektor. Sistem informasi internal tiap sektor tersebut
mengumpulkan data bersumber dari kegiatan atau operasional rutin, biasanya di tingkat
administratif paling rendah.
Contoh di sektor kesehatan, dikenal misalnya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) dan SIKDA Generik yang mengumpulkan data dari tingkat puskesmas
dan jaringannya. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang mengumpulkan data dari tingkat
rumah sakit.
Contoh di sektor Kepolisian, PUSIKNAS mengawali pengumpulan datanya dari Polsek.
Penjelasan tentang mekanisme atau sistem informasi tiap sektor terdapat di lampiran 2.
2. Data ad hoc, dapat berasal dari sensus, atau survei.
Contoh: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang dirancang untuk representasi tingkat nasional. Survei yang mewakili provinsi
contohnya Riskesdas 2010, dan Riskesdas 2007 mewakili tingkat kabupaten.

PEDOMAN TEKNIS 49
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
3.2 Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal Kesehatan
Reproduksi di Lintas Sektor
Apabila data untuk indikator AUKR telah dikumpulkan oleh masing-masing sektor melalui koordinator
internal, maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data tersebut di tingkat lintas sektor.

Langkah mekanisme penyediaan data AUKR lintas sektor

Berikut adalah langkah yang dapat dilakukan untuk berjalannya mekanisme pengumpulan data AUKR
lintas sektor:

1. Menyelenggarakan pertemuan dihadiri wakil dari sektor terkait AUKR (ada 10 sektor) guna
memberi pemahaman tentang indikator AUKR dan manfaatnya untuk memantau kemajuan
upaya pemenuhan hak kesehatan reproduksi.
2. Membuat kesepakatan bersama (lintas sektor) untuk membentuk mekanisme pengumpulan
data AUKR, bila memungkinkan dapat didukung oleh aspek legal yang penting guna menjamin
keberlangsungan terlaksananya pengumpulan data lintas sektor.
Untuk tingkat nasional, diharapkan mekanisme ini dapat didukung oleh Surat Kesepakatan
Bersama atau sejenisnya antara sektor kesehatan dengan sektor lain. Untuk tingkat daerah
(kabupaten/kota atau provinsi), mekanisme ini dapat didukung oleh Surat Keputusan Kepala
Daerah atau sejenisnya.

Mekanisme pengumpulan data lintas sektor ini dapat berbeda pada tingkat nasional dan tingkat
daerah. Selain mekanisme lintas sektor yang telah diuraikan di atas, untuk masa datang dapat
dipertimbangkan usaha mendayagunakan sistem komunikasi atau informasi lintas sektor yang sudah
ada. Contohnya di tingkat nasional telah ada Sistem Database Dukungan Kebijakan Nasional (SDDKN)
yang dikembangkan oleh Kementerian Sekretariat Negara (http://sddkn.setneg.go.id). Di daerah
terdapat contoh mekanisme Forum Data dan Pengelolaan Data di Papua yang mengumpulkan data
lintas sektor.

Koordinator mekanisme lintas sektor

Di awal pertemuan lintas sektor tersebut, juga dibuat kesepakatan siapa yang menjadi koordinator.
Tugas koordinator adalah melakukan koordinasi agar data AUKR yang sudah disediakan oleh masing-
masing sektor dapat dikompilasi di tingkat lintas sektor.

a. Untuk tingkat nasional, secara praktis berdasarkan kesepakatan awal yang menjadi koordinator
adalah Kementerian Kesehatan, khususnya Ditjen Bina Gizi dan KIA, Direktorat Bina Kesehatan
Ibu. Melalui mekanisme yang disepakati, diidentifikasi pula orang-kunci (key person) dari setiap
sektor yang menjadi penanggung jawab untuk mengalirkan data yang sudah dikumpulkan
oleh setiap sektor yang bersangkutan kepada koordinator. Tabel 8 secara rinci menyajikan
mekanisme pengumpulan data lintas sektor.
b. Untuk tingkat daerah (kabupaten/kota atau provinsi), berdasarkan studi kelayakan dan
penjajakan awal, dapat dipertimbangkan koordinator dari sektor seperti berikut:
1) Bappeda (Bidang Sosial budaya dan Kesra), atau
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Provinsi.

50 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Frekuensi pengumpulan data AUKR

Untuk kepentingan monitoring dan evaluasi AUKR, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah
(kabupaten/kota atau provinsi), data AUKR diharapkan dapat dikumpulkan setiap tahun sekali. Jadi
konsekuensinya, paling sedikit koordinator menyelenggarakan pertemuan lintas sektor setahun sekali,
khusus dengan fokus kegiatan kompilasi data AUKR. Tantangan yang dihadapi dalam mengkompilasi
data dari berbagai program maupun berbagai sektor adalah kemungkinan duplikasi data, atau tiadanya
data. Lampiran 3 menyajikan contoh di tingkat nasional di tahun 2012 tentang cara mendapatkan
data AUKR dan penyajiannya.

Tabel 8. Koordinasi Pengumpulan Data Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Tiap Sektor

No. Kementerian/ Koordinator Penyedia data


Lembaga
1 Kesehatan Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan www.depkes.go.id
Ibu dan Anak (Gizi dan KIA) Biro Hukum dan Organisasi, Biro Perencanaan dan
Dit. Bina Kesehatan Ibu Anggaran, Dit. Bina Gizi Ibu, Dit. Bina Kesehatan
Anak, Dit. Gizi, Dit. Pengendalian Penyakit Menular
Langsung (P2ML), Dit. Penyehatan Lingkungan, Dit.
Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM), Dit.
Bina Upaya Kesehatan Dasar (BUKD), Dit. Bina Upaya
Kesehatan Rujukan (BUKR), Promosi Kesehatan
(Promkes), Pusat Data dan Informasi (Pusdatin),
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia (BPPSDM), Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)
2 BKKBN Deputi Advokasi, Penggerakan, www.bkkbn.go.id
dan Informasi (Adpin) http://aplikasi.bkkbn.go.id/sr
Dit. Pelaporan dan Statistik Biro Perencanaan, Biro Keuangan,
(Laptik) Pusat Penelitian Kependudukan
3 Dalam Negeri Ditjen Kependudukan dan www.kemendagri.go.id
Pencatatan Sipil subditlahmat@gmail.com
Dit. Pencatatan Sipil Dit Pencatatan Sipil
4 Perlindungan Deputi Bidang Perlindungan www.menegpp.go.id
Perempuan & Anak Perempuan Asdep Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan,
Asdep Penanganan Kekerasan Asdep Penanganan Kekerasan terhadap Anak,
terhadap Perempuan Unit Pengaduan KPP&PA
5 Pendidikan & Ditjen Pendidikan Dasar dan www.pdsp.kemdikbud.go.id
Kebudayaan Menengah (Dikdasmen) Pusat Data dan Statistik Pendidikan,
Setditjen Pendidikan Dasar dan Dit. Bidang Pembinaan Kesiswaan, Data Pokok
Menengah (Dikdasmen) Pendidikan (Dapodik)
Bagian Hukum, Tatalaksana dan
Kerjasama
6 Sosial Puslitbangkessos Badiklit www.puslit.kemsos.go.id
ktkpm.direktorat@yahoo.co.id
Ditjen Rehabilitasi Sosial,
Dit. Rehabilitasi Tuna Susila,
Dit .Perlindungan Sosial, Korban Tindak Kekerasan
dan Pekerja Migran,
Biro Perencanaan, Biro Hukum
7 Agama Ditjen Pendidikan Islam www.emispendis.kemenag.go.id

PEDOMAN TEKNIS 51
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
8 Hukum & HAM Ditjen Peraturan Perundang- www.kemenkumham.go.id
undangan, www.ditjenpp.go.id
Dit. Rancangan/Harmonisasi www.ditjenham.go.id
Dit. Kerjasama HAM, Ditjen Hak Asasi Manusia
9 Kepolisian Pusat Informasi Kriminalitas www.polri.go.id
Nasional, Bareskrim Bareskrim, PUSIKNAS.
10 BPS Deputi Bidang Statistik Sosial, www.bps.go.id
Dit. Statistik Kependudukan dan Dit. Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan,
Ketenagakerjaan Dit. Statistik Kesejahteraan Rakyat, Dit. Statistik
Ketahanan Sosial

3.3 Langkah Lanjutan


Pedoman ini menguraikan apa yang harus dilakukan pada proses pemantauan AUKR khususnya
langkah 1, 2 dan 3 (sesuai Gambar 1). Langkah lanjutannya di luar lingkup pedoman ini dapat
mencakup hal berikut:

1. Penyajian indikator AUKR

Setelah data terkumpul dari tiap sektor dan kemudian dikompilasi di tingkat lintas sektor, kemudian
melangkah ke tahap berikut (Gambar 1, langkah 4) yaitu data diolah dan disajikan. Contoh penyajian
data AUKR ada di lampiran 2.

2. Analisis data AUKR

Dengan menggunakan data indikator AUKR yang sudah disajikan, dapat dilakukan analisis untuk
mendapatkan gambaran tentang AUKR di suatu wilayah. Beberapa analisis yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:

a. Untuk tiap kelompok indikator (sesuai kode isu AUKR, lihat Tabel 1), dapat diperoleh deskripsi
tingkat upaya yang sudah dicapai, dibandingkan dengan angka harapan, atau hasil capaian
daerah lain, atau angka indikator pada waktu yang telah lalu.
Contoh:
Kelompok Pelayanan AUKR (isu 2 yaitu Kesehatan Ibu, Anak dan Bayi Baru Lahir): Persentase
perempuan memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan (K4) di tingkat nasional
sebesar 73,5% di tahun 2012, masih di bawah target 100%.

52 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
b. Untuk tiap kelompok indikator (sesuai kode isu AUKR, lihat Tabel 1), dapat dilakukan
pembandingan kebijakan, pelayanan, akses dan dampak. Dilihat apakah jumlah kebijakan
cukup adekuat mendorong pelayanan dan akses, yang selanjutnya keduanya dapat memberi
dampak yang memuaskan.
Contoh:
Pada isu Kesehatan Ibu, Anak dan Bayi Baru Lahir, dihitung persentase indikator yang telah
memenuhi target/harapan dibandingkan dengan total indikator yang perlu dilaporkan:
indikator kebijakan (a/5)%, indikator pelayanan (b/9)%, indikator akses (c/4)%, dan indikator
dampak (d/9)%.

3. Utilisasi indikator AUKR

Data indikator AUKR dan analisisnya jelas dimaksud sebagai alat pemantau pencapaian AUKR. Data
tersebut seyogyanya dimanfaatkan sebagai basis dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan
guna perbaikan program/kegiatan/kebijakan.

a. Pada tiap sektor, Bagian Perencanaan dapat menggunakan angka indikator AUKR ini untuk
penyusunan rencana program atau kegiatan terkait AUKR.
Contoh:
Seperti pada contoh angka indikator K4 tahun 2012 sebesar 73,5 % masih di bawah target
100%, maka Bagian Perencanaan Kemenkes dapat mengkonsolidasi pihak yang dapat
mendorong untuk menaikkan angka ini, misalnya sektor pendidikan, sektor dalam negeri, dan
sektor pemberdayaan perempuan.
b. Di tingkat lintas sektor di daerah, Bappeda dapat memanfaatkan angka capaian indikator AUKR
untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra) terkait akses universal kesehatan reproduksi.
Serupa dengan di tingkat nasional, penting dilakukan identifikasi pihak yang terlibat dalam
upaya terkait asuhan antenatal guna menyusun rencana aksi yang rinci.

PEDOMAN TEKNIS 53
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
54
Tabel 9. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Kesehatan

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
1. Biro Hukum

PEDOMAN TEKNIS
Biro Hukum Dokumen tentang strategi kebijakan atau Kumpulan Regulasi Dinas Turunan regulasi strategi kebijakan atau 1
(Kumpulan Regulasi peraturan atau regulasi lain, yang disusun Kesehatan peraturan atau regulasi lain, yang disusun
Kementerian Kesehatan) khusus untuk Kesehatan Reproduksi dan khusus untuk Kesehatan Reproduksi dan Seksual
Seksual di tingkat nasional di tingkat daerah
Biro Hukum Kebijakan atau peraturan tentang fasilitas Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau peraturan tentang 19
(Kumpulan Regulasi kesehatan (ibu dan anak) yang dapat dijangkau Kesehatan fasilitas kesehatan (ibu dan anak) yang dapat
Kementerian Kesehatan) atau dicapai dalam waktu tempuh maksimal 1 dijangkau atau dicapai dalam waktu tempuh
(satu) jam, di tingkat Nasional maksimal 1 (satu) jam, di tingkat daerah
Biro Hukum Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau peraturan atau regulasi 4
(Kumpulan Regulasi pelayanan asuhan antenatal (antenatal care = Kesehatan tentang pelayanan asuhan antenatal (antenatal
Kementerian Kesehatan) ANC). care = ANC) di tingkat daerah.
Skrining anemia dalam pelayanan ANC Skrining anemia dalam pelayanan ANC 5
Biro Hukum Kebijakan atau regulasi tentang pencatatan Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau regulasi tentang 20
(Kumpulan Regulasi kejadian pelaksanaan Female Genital Mutilation Kesehatan pencatatan kejadian pelaksanaan Female
Kementerian Kesehatan) (FGM) atau Sunat Perempuan dengan tingkat Genital Mutilation (FGM) atau Sunat Perempuan
yang membahayakan (harm) dengan tingkat yang membahayakan (harm), di
tingkat daerah
Biro Hukum Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau peraturan atau regulasi 8

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


(Kumpulan Regulasi pencegahan dan penanganan Infeksi Menular Kesehatan tentang pencegahan dan penanganan Infeksi
Kementerian Kesehatan) Seksual (IMS) Menular Seksual (IMS), di tingkat daerah
Biro Hukum Kebijakan skrining kanker serviks Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan skrining kanker serviks 7
(Kumpulan Regulasi Kesehatan
Kementerian Kesehatan)
2. Biro Perencanaan
Biro Perencanaan Peraturan tentang alokasi anggaran kesehatan Dokumen Anggaran Dinas Turunan peraturan tentang alokasi anggaran 2
(Dokumen Anggaran khusus untuk hal terkait dengan kesehatan Kesehatan kesehatan khusus untuk hal terkait dengan
Kementerian Kesehatan) reproduksi dan seksual di tingkat Nasional kesehatan reproduksi dan seksual, di tingkat
daerah
Biro Perencanaan Jumlah Rupiah anggaran yang dialokasikan Dokumen Anggaran Dinas Jumlah Rupiah anggaran yang dialokasikan 2
(Dokumen Anggaran untuk sektor kesehatan selama setahun Kesehatan untuk sektor kesehatan selama setahun
Kementerian Kesehatan)
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Biro Perencanaan Jumlah Rupiah anggaran total selama Dokumen Anggaran Dinas Jumlah Rupiah anggaran total selama setahun 2
(Dokumen Anggaran setahun Kesehatan
Kementerian Kesehatan)
Biro Perencanaan Jumlah Rupiah anggaran kesehatan selama Dokumen Anggaran Dinas Jumlah Rupiah anggaran kesehatan selama 2
(Dokumen Anggaran setahun Kesehatan setahun
Kementerian Kesehatan)
3. Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Dit ibu Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau peraturan atau regulasi 4
(Kumpulan Regulasi pelayanan asuhan antenatal (antenatal care = Kesehatan tentang pelayanan asuhan antenatal (antenatal
Kementerian Kesehatan) ANC). care = ANC) di tingkat daerah.
Skrining anemia dalam pelayanan ANC Skrining anemia dalam pelayanan ANC 5
Dit ibu Kebijakan atau regulasi tentang pencatatan Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau regulasi tentang 20
(Kumpulan Regulasi kejadian pelaksanaan Female Genital Mutilation Kesehatan pencatatan kejadian pelaksanaan Female
Kementerian Kesehatan) (FGM) atau Sunat Perempuan dengan tingkat Genital Mutilation (FGM) atau Sunat Perempuan
yang membahayakan (harm) dengan tingkat yang membahayakan (harm), di
tingkat daerah
Dit ibu Jumlah ibu yang meninggal karena sebab Dinkes: LB3 (Laporan AMP) Jumlah ibu yang meninggal karena sebab 87
langsung komplikasi, termasuk: perdarahan, Lap. RS. langsung komplikasi, termasuk: perdarahan, N
hipertensi, aborsi, sepsis, persalinan lama/ hipertensi, aborsi, sepsis, persalinan lama/
macet, kehamilan ektopik, embolisme, dan macet, kehamilan ektopik, embolisme, dan
kejadian terkait anestesi) dalam satu tahun kejadian terkait anestesi) dalam satu tahun
Dit ibu Jumlah ibu dengan komplikasi langsung Dinkes: LB3 Jumlah ibu dengan komplikasi langsung 87
saat kehamilan, persalinan, nifas, termasuk Lap. RS. saat kehamilan, persalinan, nifas, termasuk D
perdarahan, hipertensi, aborsi, sepsis, persalinan perdarahan, hipertensi, aborsi, sepsis, persalinan
lama/macet, kehamilan ektopik, embolisme, lama/macet, kehamilan ektopik, embolisme,
dan kejadian terkait anestesi, dalam periode dan kejadian terkait anestesi, dalam periode
satu tahun satu tahun
Dit Ibu Jumlah kematian ibu yang terjadi pada Lap. RS., Jumlah kematian ibu yang terjadi pada 83
saat hamil, atau terminasi kehamilan, atau Laporan AMP saat hamil, atau terminasi kehamilan, atau N
pascaterminasi kehamilan, di saat usia pascaterminasi kehamilan, di saat usia
kehamilan di bawah 28 minggu kehamilan di bawah 28 minggu
Dit Ibu Angka CPR di tingkat nasional Dinkes: LB3 Angka CPR di tingkat daerah 25
(F1-F6) Profil Kesehatan Kabupaten

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


55 PEDOMAN TEKNIS
56
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Dit ibu Jumlah PUS yang menggunakan metode Dinkes: LB3 Jumlah PUS yang menggunakan metode 25
kontrasepsi dalam periode satu tahun terakhir Profil Kesehatan Kabupaten kontrasepsi dalam periode satu tahun terakhir N

PEDOMAN TEKNIS
Dit ibu Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang pernah Register Kohort Ibu, LB3 Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang pernah 86
melahirkan melahirkan N
Dit Ibu Jumlah perempuan hamil berusia 15-24 tahun Register Kohort Ibu, LB3 Jumlah perempuan hamil berusia 15-24 tahun 84, 85
D
Dit Ibu Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara Dinkes: LB3 Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara 29
laboratorik laboratorik N
Dit ibu Angka K4 di tingkat nasional Dinkes: LB3 Angka K4 di tingkat daerah 26
Profil Kesehatan
Dit ibu Jumlah Perempuan yang memeriksakan Laporan LB3 KIA Jumlah Perempuan yang memeriksakan 26
kehamilan ke petugas kesehatan yang terlatih kehamilan ke petugas kesehatan yang terlatih N
minimal 4 kali selama kehamilan yang terdiri minimal 4 kali selama kehamilan yang terdiri
atas: 1 kali pada trimester1, 1 kali pada atas: 1 kali pada trimester1, 1 kali pada
trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3 dalam trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3 dalam
satu tahun terakhir satu tahun terakhir
Dit ibu Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara Dinkes: Kesga- LB-KIA Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara 29
(Laporan Rutin KIA) laboratorik Survei khusus di tingkat laboratorik N
daerah

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


Dit ibu Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga Dinkes: LB3 (F1-F8) KIA Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga 31
kesehatan terlatih dalam satu tahun terakhir kesehatan terlatih dalam satu tahun terakhir N
Dit Ibu Jumlah persalinan pada seluruh fasilitas Dinkes: LB3 (F1-F8) KIA Jumlah persalinan pada seluruh fasilitas 36
kesehatan kesehatan N
Dit ibu Persentase persalinan ditolong oleh tenaga Profil Kesehatan Provinsi/ Persentase persalinan ditolong oleh tenaga 31
kesehatan (nasional, provinsi, kabupaten) Kabupaten kesehatan (nasional, provinsi, kabupaten)
Balitbang - Riskesdas
Dit Ibu Jumlah kematian ibu, dengan sebab terkait Dinkes: Kesga- Register Jumlah kematian ibu, dengan sebab terkait 75
kehamilan, persalinan, atau nifas. Kohort Ibu (F2-F8) & AMP kehamilan, persalinan, atau nifas. N
Profil Kesehatan Kabupaten
Riskesdas
Dit ibu Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Dinkes: LB1 Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan N
laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Dit ibu Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Dinkes: LB1 Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan N
laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses
4. Direktorat Bina Kesehatan Anak
Dit Anak Mekanisme alternatif penyediaan pelayanan Dinkes: Kesga Mekanisme alternatif penyediaan pelayanan 63
kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja
Dit Anak Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Dinkes: LB1 Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan N
laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses
Dit Anak Jumlah bayi yang dilahirkan dengan tidak Lap. RS., Laporan AMP Jumlah bayi yang dilahirkan dengan tidak 77
memperlihatkan tanda kehidupan (nafas, memperlihatkan tanda kehidupan (nafas, N
jantung, refleks) dalam satu tahun jantung, refleks) dalam satu tahun.
Dit Anak Jumlah bayi yang meninggal pada umur di Lap. RS., Jumlah bayi yang meninggal pada umur di 78
bawah 28 hari Laporan AMP bawah 28 hari N
Dit Anak Jumlah kematian bayi pada masa perinatal, Dinkes: AMP Jumlah kematian anak pada masa perinatal, 76
yaitu pada saat janin di umur kehamilan 28 Register kohort bayi/anak. yaitu pada saat janin di umur kehamilan 28 N
minggu, sampai bayi umur 7 hari pascalahir Audit Maternal perinatal minggu atau lebih, sampai bayi umur 7 hari
(AMP). pascalahir
Dit Anak Jumlah fasilitas puskesmas yang memberikan Jumlah fasilitas puskesmas - dan LSM - yang 61
Dinkes: Kesga; Promkes LB4
pelayanan ramah remaja memberikan pelayanan ramah remaja N
Dit Anak Tenaga kesehatan yang pernah dilatih atau 62
Tenaga kesehatan yang pernah dilatih
terorientasi memberikan pelayanan ramah Dinkes: Kesga; Promkes LB4 N
memberikan pelayanan ramah remaja
remaja
Dit Anak Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Dinkes: LB1 Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan N
laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses
5. Direktorat Bina Gizi
Dit Gizi Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara Dinkes: Kesga- LB-KIA Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara 29
(Riskesdas, SDKI) laboratorik Survei khusus di tingkat laboratorik N
daerah
Dit Gizi Jumlah ibu yang memberikan ASI ekslusif Dinkes: LB3 Gizi Jumlah ibu yang memberikan ASI ekslusif 37
(Laporan Rutin Gizi, kepada bayinya sampai 6 bulan setelah kepada bayinya sampai 6 bulan setelah N

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


PEDOMAN TEKNIS
SI Gizi) kelahiran kelahiran

57
58
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Dit Gizi Persentase pemberian ASI eksklusif selama 6 Profil Kesehatan Provinsi/ Persentase pemberian ASI eksklusif selama 6 37
(Laporan Rutin Gizi, bulan Kabupaten bulan
SI Gizi dg denominator Balitbang - Riskesdas

PEDOMAN TEKNIS
pengunjung puskesmas,
PSG/Pemantauan Status
Gizi)
6. Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Dit P2ML Jumlah ibu hamil yang memeriksakan Laporan LB-IMS P2M Jumlah ibu hamil yang memeriksakan 28
kehamilan yang dites sifilis kehamilan yang dites sifilis N
Dit P2ML Jumlahibu hamil dengan tes serologi sifilis Dinkes: P2M - SIHA Jumlahibu hamil dengan tes serologi sifilis 39
(SIHA) positif menerimapengobatan standar setahun Laporan bulanan IMS positif menerimapengobatan standar setahun N
terakhir terakhir
Dit P2ML Jumlah ibu hamil yang tes serologi sifilis positif Dinkes: P2M - SIHA Jumlah ibu hamil yang tes serologi sifilis positif 39
(SIHA) dalam satu tahun terakhir Laporan bulanan IMS dalam satu tahun terakhir D

Dit P2ML Jumlahibu hamil dengan HIV+ menerima ARV Dinkes: P2M - SIHA Jumlahibu hamil dengan HIV+ menerima ARV 34
(SIHA) untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi LBPHA untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi N
dalam satu tahun terakhir dalam satu tahun terakhir
Dit P2ML Jumlah bayi yang menerima ARV dari ibu HIV+ Dinkes: P2M SIHA Jumlah bayi yang menerima ARV dari ibu HIV+ 35
untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi PPIA untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi N
dalam satu tahun terakhir dalam satu tahun terakhir

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


Dit P2ML Jumlah ibu hamil dengan HIV+ dalam satu Dinkes: P2M SIHA Jumlah ibu hamil dengan HIV+ dalam satu 34
tahun terakhir Laporan bulanan KT tahun terakhir D
Dit P2ML Jumlah ibu hamil usia 15-24 th dengan HIV+ Dinkes: P2M - SIHA Jumlah ibu hamil usia 15-24 th dengan HIV+ 85
dalam satu tahun terakhir Laporan bulanan KT dalam satu tahun terakhir N
(konseling & Tes) HIV
Dit P2ML Persentase orang yang menggunakan kondom Persentase orang yang menggunakan kondom 33
(STBP/IBBS) pada hubungan seks terakhir yang berisiko Survei khusus pada hubungan seks terakhir yang berisiko
tinggi tinggi
Dit P2ML Persentase ibu hamil dengan sifilis positif Dinkes: P2M-SIHA Persentase ibu hamil dengan sifilis positif 39
(SIHA) menerima pengobatan standar Laporan Bulanan IMS menerima pengobatan standar
Profil Kesehatan Provinsi/
Kabupaten
Balitbang Riskesdas
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
7. Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra
Dit SIMKARKESMA Jumlah ibu hamil yang divaksinasi tetanus Dinkes: Kesga LB3 (F1-F8) Jumah ibu hamil yang divaksinasi tetanus 30
toxoid imunisasi toxoid N
Dit SIMKARKESMA Jumlah kasus baru tetanus neonatorum (yaitu Dinkes: LB3, Jumlah kasus baru tetanus neonatorum (yaitu 80
tetanus yang terjadi pada bayi berumur kurang Lap. RS tetanus yang terjadi pada bayi berumur kurang N
dari 30 hari) dari 30 hari)
8. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Dit PTM Kebijakan skrining kanker serviks Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan skrining kanker serviks 7
(Kumpulan Regulasi Kesehatan
Kementerian Kesehatan)

Dit PTM Jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang telah Form pelaporan deteksi Jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang telah 40
diskrining kanker leher rahim dini kanker leher rahim dan diskrining kanker leher rahim N
payudara
9. Pusat Promosi Kesehatan
Promkes Jumlah penduduk bertempat tinggal di desa Jumlah penduduk bertempat tinggal di desa 55
siaga(memiliki rencana penyediaan transportasi Dinkes: Promkes - LB4 siaga(memiliki rencana penyediaan transportasi N
darurat dan sistem rujukan) darurat dan sistem rujukan)
Promkes Jumlah fasilitas puskesmas yang memberikan Jumlah fasilitas puskesmas - dan LSM - yang 61
Dinkes: Kesga; Promkes LB4
pelayanan ramah remaja memberikan pelayanan ramah remaja N
Promkes Tenaga kesehatan yang pernah dilatih 62
Tenaga kesehatan yang pernah dilatih
memberikan pelayanan pelayanan ramah Dinkes: Kesga; Promkes LB4 N
memberikan pelayanan ramah remaja
remaja
Promkes Mekanisme alternatif dalam pemberian Dinkes:Promkes LB4 Mekanisme alternatif dalam pemberian 58
informasi dan pelayanan kesehatan seksual informasi dan pelayanan kesehatan seksual
10. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar
Dit BUKD Laporan Yankesdas Jumlah FKTP (fasilitas kesehatan tingkat 46
Jumlah FKTP yang memberikan pelayanan KB
pertama) dan jejaringnya yang memberikan N
minimal jenis kondom dan pil
pelayanan KB minimal jenis kondom dan pil
Dit BUKD Laporan Yankesdas 46
Jumlah seluruh FKTP dan jejaringnya Jumlah seluruh FKTP dan jejaringnya
D

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


59 PEDOMAN TEKNIS
60
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Dit BUKD 53
Jumlah seluruh puskesmas Jumlah seluruh puskesmas
D
Dit BUKD Laporan Kesga/ Yankesdas 47
Jumlah PONED dan PONEK Jumlah PONED dan PONEK

PEDOMAN TEKNIS
N
Dit BUKD Jumlah fasilitas kesehatan Laporan Yankesdas Jumlah fasilitas kesehatan 68
D
11. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Dit BUKR Laporan Kesga/Yankesdas 47
Jumlah PONED dan PONEK Jumlah PONED dan PONEK
N
Dit BUKR Jumlah fasilitas kesehatan Laporan Yankesdas Jumlah fasilitas kesehatan 68
(RS online) D
Dit BUKR Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Dinkes: LB1 Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan N
laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses
Dit BUKR Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Dinkes: LB1 Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan N
laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses
Dit BUKR Jumlah ibu hamil yang melahirkan dengan cara Form RL1-4 Rumah Sakit: Jumlah ibu hamil yang melahirkan dengan cara 32
(Rekapitulasi data rutin RS, seksio sesaria dalam satu tahun terakhir Kegiatan Kebidanan dan seksio sesaria dalam satu tahun terakhir N
SIRS) Perinatalogi

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


Dit BUKR Jumlah perempuan yang didiagnosis Rekam medik pasien di Jumlah perempuan yang didiagnosis 44
(Rekapitulasi data rutin RS, mengalami fistula vesiko-vaginal dalam satu rumah sakit mengalami fistula vesiko-vaginal dalam satu D
SIRS) tahun tahun
Dit BUKR Jumlah perempuan yang didiagnosis Rekam medik pasien di Jumlah perempuan yang didiagnosis 44
(Rekapitulasi data rutin RS, mengalami fistula vesiko-vaginal dan telah rumah sakit mengalami fistula vesiko-vaginal dan telah N
SIRS) dioperasi dioperasi
Dit BUKR Jumlah kasus obstetrik ginekologik yang Dinkes: Lap. RS (RL1) Jumlah kasus obstetrik ginekologik yang 81
(SIRS) dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan N
(rumahsakit) karena aborsi, dalam periode (rumahsakit) karena aborsi, dalam periode
satu tahun satu tahun
Dit BUKR Jumlah kasus obstetrik ginekologik yang Dinkes: Lap. RS (RL1) Jumlah kasus obstetrik ginekologik yang 81
(SIRS, RL 4a) dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan D
(rumahsakit) dalam periode satu tahun (rumahsakit) dalam periode satu tahun
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Dit BUKR Jumlah kasus aborsi (terminasi kehamilan Dinkes: Lap. RS (RL1).; LB3 Jumlah kasus aborsi (terminasi kehamilan 82
(SIRS, RL 3.4. Kebidanan) sebelum usia kehamilan 28 minggu) dalam satu sebelum usia kehamilan 28 minggu) yang N
tahun dilaporkan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
dalam satu tahun
Dit BUKR Persentase seksio sesarea pada seluruh Profil Kesehatan Provinsi/ Persentase seksio sesarea pada seluruh 32
(SIRS, RL1-4) kelahiran Kabupaten kelahiran
Balitbang - Riskesdas
12. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
PPSDMK Jumlah seluruh tenaga kesehatan Laporan Kepegawaian Jumlah seluruh tenaga kesehatan 59, 62, 66,
D
PPSDMK Jumlah seluruh tenaga medis Laporan Kepegawaian Jumlah seluruh tenaga medis 56
D
13. Pusat Data dan Informasi
Pusdatin Jumlah PUS yang menggunakan metode Dinkes: LB3 Jumlah PUS yang menggunakan metode 25
(Profil Kesehatan) kontrasepsi dalam periode satu tahun terakhir Profil Kesehatan Kabupaten kontrasepsi dalam periode satu tahun terakhir N

Pusdatin Angka K4 di tingkat nasional Dinkes: LB3 Angka K4 di tingkat daerah 26


(Profil Kesehatan) Profil Kesehatan
Pusdatin Jumlah Perempuan yang memeriksakan Laporan LB3 KIA Jumlah Perempuan yang memeriksakan 26
(Profil Kesehatan) kehamilan ke petugas kesehatan yang terlatih kehamilan ke petugas kesehatan yang terlatih N
minimal 4 kali selama kehamilan yang terdiri minimal 4 kali selama kehamilan yang terdiri
atas: 1 kali pada trimester1, 1 kali pada atas: 1 kali pada trimester1, 1 kali pada
trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3 dalam trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3 dalam
satu tahun terakhir satu tahun terakhir
Pusdatin Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga Dinkes: LB3 (F1-F8) KIA Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga 31
(Profil Kesehatan) kesehatan terlatih dalam satu tahun terakhir kesehatan terlatih dalam satu tahun terakhir N
Pusdatin Jumlah persalinan pada seluruh fasilitas Dinkes: LB3 (F1-F8) KIA Jumlah persalinan pada seluruh fasilitas 36
(Profil Kesehatan) kesehatan kesehatan N
Pusdatin Jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir Dinkes: LB3 Gizi Jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 79
(Profil Kesehatan) kurang dari 2500 gram kurang dari 2500 gram N
Pusdatin Persentase persalinan ditolong oleh tenaga Profil Kesehatan Provinsi/ Persentase persalinan ditolong oleh tenaga 31
(Profil Kesehatan) kesehatan (nasional, provinsi, kabupaten) Kabupaten kesehatan (nasional, provinsi, kabupaten)

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


PEDOMAN TEKNIS
Balitbang - Riskesdas

61
62
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Pusdatin Jumlah bayi yang dilahirkan dengan tidak Lap. RS., Laporan AMP Jumlah bayi yang dilahirkan dengan tidak 77
(Profil Kesehatan) memperlihatkan tanda kehidupan (nafas, memperlihatkan tanda kehidupan (nafas, N
jantung, refleks) dalam satu tahun jantung, refleks) dalam satu tahun.

PEDOMAN TEKNIS
Pusdatin Jumlah bayi yang meninggal pada umur di Lap. RS., Jumlah bayi yang meninggal pada umur di 78
(Profil Kesehatan) bawah 28 hari Laporan AMP bawah 28 hari N
Pusdatin Jumlah kasus baru tetanus neonatorum (yaitu Dinkes: LB3, Jumlah kasus baru tetanus neonatorum (yaitu 80
(Profil Kesehatan) tetanus yang terjadi pada bayi berumur kurang Lap. RS tetanus yang terjadi pada bayi berumur kurang N
dari 30 hari) dari 30 hari)
Pusdatin Jumlah seluruh tenaga kesehatan Laporan Kepegawaian Jumlah seluruh tenaga kesehatan 59, 62, 66,
(Profil Kesehatan) D
Pusdatin Jumlah seluruh tenaga medis Laporan Kepegawaian Jumlah seluruh tenaga medis 56
(Profil Kesehatan) D
Pusdatin Jumlah kematian ibu, dengan sebab terkait Dinkes: Kesga- Register Jumlah kematian ibu, dengan sebab terkait 75
(Profil Kesehatan) kehamilan, persalinan, atau nifas. Kohort Ibu (F2-F8) & AMP kehamilan, persalinan, atau nifas. N
Profil Kesehatan Kabupaten
Riskesdas
14. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Balitbang Laporan Kesga/ Yankesdas 47
Jumlah PONED dan PONEK Jumlah PONED dan PONEK
(Rifaskes) N
Balitbang Rasio jumlah fasilitas Pelayanan Obstetri Balitbang-Risfaskes Rasio jumlah fasilitas Pelayanan Obstetri 47

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


(Risfaskes) Neonatal Emergency (minimal satu PONEK) per Neonatal Emergency (minimal satu PONEK) per
500.000 penduduk 500.000 penduduk
Balitbang Persentase cakupan vaksinasi tetanus toxoid Balitbang Riskesdas Persentase cakupan vaksinasi tetanus toxoid 30
(Riskesdas) selama kehamilan (nasional) Profil Kesehatan Provinsi/ selama kehamilan (daerah)
Kabupaten
Balitbang Persentase persalinan ditolong oleh tenaga Balitbang Riskesdas Persentase persalinan ditolong oleh tenaga 31
(Riskesdas) kesehatan (nasional) Profil Kesehatan Provinsi/ kesehatan (daerah)
Kabupaten
Balitbang Persentase seksio sesarea pada seluruh Balitbang Riskesdas Persentase seksio sesarea pada seluruh 32
(Riskesdas) kelahiran (nasional) Profil Kesehatan Provinsi/ kelahiran (daerah)
Kabupaten
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Balitbang Persentase pemberian ASI eksklusif selama 6 Balitbang Riskesdas Persentase pemberian ASI eksklusif selama 6
(Riskesdas) bulan (nasional) Profil Kesehatan Provinsi/ bulan (daerah) 37
Kabupaten
Balitbang Persentase ibu hamil dengan sifilis positif Dinkes: SIHA Persentase ibu hamil dengan sifilis positif 39
(Riskesdas) menerima pengobatan standar Profil Kesehatan Provinsi/ menerima pengobatan standar
Kabupaten
Balitbang - Riskesdas

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut

Tabel 10. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Biro Perencanaan Indikator kinerja terkait KB mengikuti Family Strategi KB SKPDKB Indikator kinerja terkait KB disusun mengikuti 15
(Strategi Nasional KB) planning effort index (FPEI) FPEI
Biro Perencanaan Rencana pengadaan alokon KB Dokumen rencana Rencana pengadaan alokon KB 16
(Dokumen rencana pengadaan alokon KB
pengadaan alokon KB)
Biro Perencanaan Anggaran KB bersumber donor, dan Dokumen bantuan dana Anggaran KB bersumber donor, dan 18
(Dokumen bantuan dana peruntukan donor peruntukan
donor)
Biro Keuangan Anggaran KB bersumber pemerintah, dan Dokumen anggaran kegiatan Anggaran KB bersumber pemerintah, dan 3
(Dokumen anggaran peruntukan KB (RAPBD) peruntukan
kegiatan KB (RAPBN))
Biro Keuangan Jumlah anggaran untuk kegiatan kespro SKPDKB Jumlah anggaran untuk kegiatan kespro (81) 2
(Rencana anggaran)
Pusat Penelitian Angka CPR Mini survei Angka CPR 25
Kependudukan(SDKI)
http:// aplikasi.bkkbn.go.id/ Jumlah PUS yang menggunakan KB Laporan F2 KB Kab/ kota Jumlah PUS yang menggunakan KB 25
sr

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


63 PEDOMAN TEKNIS
64
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
http:// aplikasi.bkkbn.go.id/ Jumlah PUS Registrasi PUS BKKBN Jumlah PUS 25
sr
BKKBN Jumlah remaja yg telah dilatih secara FI/DAL SKPDKB Jumlah remaja yg telah dilatih secara 43

PEDOMAN TEKNIS
Rekap laporan kab/ kota/ komprehensif mengenai kespro dan seksual komprehensif mengenai kespro dan seksual
provinsi (FI/DAL SKPDKB)
BKKBN Jumlah pelayanan KB yg menyediakan paling F2/KB SKPDKB Jumlah FKTP yg menyediakan pelayanan KB 46
Rekap laporan kab/ kota/ kurang alokon kondom dan pil minimal alokon kondom dan pil
provinsi(F2/KB SKPDKB)
BKKBN Jumlah fasilitas/institusi lain - selain FKTP - F2/KB SKPDKB Jumlah fasilitas/institusi lain - selain FKTP - 54
Rekap laporan kab/ kota/ yg menyediakan informasi, pelayanan, dan yg menyediakan informasi, pelayanan, dan
provinsi(F2/KB SKPDKB) peralatan KB peralatan KB
BKKBN Jumlah perempuan usia 15-49 yg ingin F1/KB SKPDKB Jumlah perempuan usia 15-49 yg ingin 48
Rekap laporan kab/ kota/ menunda atau tidak ingin hamil lagi menunda atau tidak ingin hamil lagi N
provinsi(F1/KB SKPDKB)
BKKBN Jumlah fasilitas dengan tenaga terlatih yang F2/KB SKPDKB Jumlah fasilitas dengan tenaga terlatih yang 51
Rekap laporan kab/ kota/ menyediakan 3 metode KB menyediakan 3 metode KB N
provinsi (F2/KB SKPDKB)
BKKBN Jumlah fasilitas yang pernah mengalami SKPDKB Jumlah fasilitas yang pernah mengalami 67
Rekap laporan kab/ kota/ kekurangan stok alokon kekurangan stok alokon N
provinsi

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


Pusat Penelitian Angka proporsi kelahiran dengan jarak kurang Mini survey SKPDKB Jumlah kelahiran yg berjarak dengan kelahiran 90
Kependudukan(SDKI) dari 24 bulan sebelumnya < 24 bulan, dalam setahun terakhir N

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut


Tabel 11. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Dalam Negeri

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Biro Perencanaan Strategi kebijakan nasional kespro 2005 Pemda Perda tentang kespro 1

Biro Keuangan Peraturan tentang alokasi anggaran untuk Pemda Peraturan tentang alokasi anggaran untuk 2
kespro dan seksual kespro dan seksual
Dit Pencatatan Sipil Jumlah kelahiran Registrasi kelahiran Jumlah kelahiran. 75, 76,77,78, 87,
(Registrasi kelahiran) D
Dit Pencatatan Sipil Jumlah kelahiran terjadi dari ibu usia remaja Registrasi kelahiran Jumlah kelahiran terjadi dari ibu usia remaja (15- 73
(Registrasi kelahiran) (15-19 tahun) selama periode satu tahun 19 tahun) selama periode satu tahun D
Dit Pencatatan Sipil Jumlah kematian ibu dalam periode satu Registrasi kematian Jumlah kematian ibu dalam periode satu tahun 75
(Registrasi kelahiran) tahun N

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut

Tabel 12. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Asdep PKTP & Asdep PKTA Jumlah kasus kejadian kekerasan seksual 5 SKPD yang menangani urusan Jumlah kasus kejadian kekerasan seksual 5 41
tahun terakhir perempuan dan anak tahun terakhir
Biro Perencanaan Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk SKPD yang menangani urusan Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk 2
program terkait kespro satu tahun terakhir perempuan dan anak program terkait kespro satu tahun terakhir
Unit Pengaduan KPPPA Jumlah sarana pelayanan masyarakat P2TP2A Jumlah sarana pelayanan masyarakat (kesehatan 52
(kesehatan + psikologis + hukum) di wilayah + psikologis + hukum) di wilayah tersebut D
tersebut

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


65 PEDOMAN TEKNIS
66
Tabel 13. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Dit Bidang Pembinaan Jumlah remaja yang telah dilatih secara Laporan Dinas Pendidikan Jumlah remaja yang telah dilatih secara 43

PEDOMAN TEKNIS
Kesiswaan komprehensif mengenai kesehatan tentang Mulok Kespro komprehensif mengenai kesehatan reproduksi
reproduksi dan seksual di sekolah pada satu dan seksual di sekolah pada satu tahun terakhir
tahun terakhir
Pusat Data dan Statistik Jumlah remaja di sekolah pada satu tahun Laporan dari Dinas Jumlah remaja di sekolah pada satu tahun 43
Pendidikan terakhir Pendidikan terakhir
Setditjen Dikdasmen, Kebijakan tentang pemberian pendidikan Kumpulan regulasi Dinas Turunan kebijakan/regulasi tentang pemberian 14
Bag Hukum, Tatalaksana seksualitas di institusi pendidikan (meliputi Pendidikan pendidikan seksualitas di institusi pendidikan
dan Kerjasama pemberian pengetahuan tentang organ (meliputi pemberian pengetahuan tentang
(Kumpulan Regulasi) reproduksi, tumbang remaja, hak-hak organ reproduksi, tumbang remaja, hak-hak
remaja, gender, seksualitas remaja sehat, remaja, gender, seksualitas remaja sehat,
kekerasan seksual pada remaja, HIV, IMS, alat kekerasan seksual pada remaja, HIV, IMS, alat
kontrasepsi, KTD, napza, gizi, dll, dengan kontrasepsi, KTD, napza, gizi, dll, dengan
menggunakan pendekatan pendidikan menggunakan pendekatan pendidikan
keterampilan hidup. ketrampilan hidup.

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


Tabel 14. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Sosial

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Pusdatin Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Dinas Sosial Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
medis, psikologis, hukum bagi perempuan medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan
dan laki-laki yang diperkosa atau mengalami laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses
inses
Biro Perencanaan Alokasi anggaran untuk pendidikan informal Dokumen Rencana Anggaran Alokasi anggaran untuk pendidikan informal 2
terkait kesehatan reproduksi Dinas Sosial terkait kesehatan reproduksi
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Biro Hukum Hukum/peraturan atau kebijakan tentang Dinas Sosial 9
Hukum/peraturan atau kebijakan tentang
larangan diskriminasi berdasar jenis
larangan diskriminasi berdasar jenis kelamin,
kelamin, orientasi seksual, cacat mental atau
orientasi seksual, cacat mental atau fisik, di
fisik, di berbagai bidang mencakup layanan
berbagai bidang mencakup layanan kesehatan,
kesehatan, pendidikan, kependudukan,
pendidikan, kependudukan, sarana fisik,
sarana fisik, transportasi, komunikasi dan
transportasi, komunikasi dan informasi
informasi
Ditjen Rehabilitasi Sosial Strategi pencegahan dan penanganan Dinas Sosial Strategi pencegahan dan penanganan 13
Dit Rehabilitasi Tuna Susila kekerasan seksual, termasuk perkosaan kekerasan seksual, termasuk perkosaan dalam
dalam rumah tangga rumah tangga

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut

Tabel 15. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Agama

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Biro Perencanaan Alokasi anggaran untuk pendidikan kesehatan Dokumen Rencana Anggaran Alokasi anggaran untuk pendidikan kesehatan 2
(Rencana Anggaran reproduksi di sekolah beragama Kandep Agama reproduksi di sekolah beragama
Kementerian Agama)
www.emispendis.kemenag. Kandep Agama 43
Kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler Kegiatan kurikuler maupun ekstra kurikuler
go id
tentang pelatihan bagi siswa tentang tentang pelatihan bagi siswa tentang
(Laporan rutin sekolah
pendidikan kesehatan reproduksi pendidikan kesehatan reproduksi
beragama)

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


67 PEDOMAN TEKNIS
68
Tabel 16. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
www.kemenkumham.go.id Kumpulan Regulasi 21

PEDOMAN TEKNIS
www.ditjenpp.go.id Hukum perkawinan yang melarang Pemerintah Daerah Hukum perkawinan yang melarang perkawinan
www.ditjenham.go.id perkawinan laki-laki dan perempuan di laki-laki dan perempuan di bawah usia 18
Ditjen HAM, Dit Kerjasama bawah usia 18 tahun tahun
HAM
www.kemenkumham.go.id Kumpulan Regulasi 10
www.ditjenpp.go.id Hukum perkawinan yang menyatakan Pemerintah Daerah Hukum perkawinan yang menyatakan
www.ditjenham.go.id perkawinan didasarkan atas persetujuan perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua
Ditjen HAM, Dit Kerjasama kedua calon mempelai calon mempelai
HAM
www.kemenkumham.go.id Kumpulan Regulasi 11
www.ditjenpp.go.id Hukum tentang pelarangan kekerasan Pemerintah Daerah Hukum tentang pelarangan kekerasan seksual,
www.ditjenham.go.id seksual, baik dalam rumahtangga maupun di baik dalam rumah tangga maupun di luar
Ditjen HAM, Dit Kerjasama luar rumah tangga. rumah tangga
HAM
www.kemenkumham.go.id Kumpulan Regulasi 12
www.ditjenpp.go.id Pemerintah Daerah
Hukum tentang pelarangan perkosaan, di Hukum tentang pelarangan perkosaan, di
www.ditjenham.go.id
dalam rumah tangga dalam rumah tangga
Ditjen HAM, Dit Kerjasama
HAM

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


www.kemenkumham.go.id Hukum/peraturan atau kebijakan tentang Kumpulan Regulasi 9
Hukum/peraturan atau kebijakan tentang
www.ditjenpp.go.id larangan diskriminasi berdasar jenis kelamin, Pemerintah Daerah
larangan diskriminasi berdasar jenis kelamin,
www.ditjenham.go.id orientasi seksual, cacat mental atau fisik,
orientasi seksual, cacat mental atau fisik, di
Ditjen HAM, Dit Kerjasama di berbagai bidang mencakup layanan
berbagai bidang mencakup layanan kesehatan,
HAM kesehatan, pendidikan, kependudukan,
pendidikan, kependudukan, sarana fisik,
sarana fisik, transportasi, komunikasi dan
transportasi, komunikasi dan informasi
informasi

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut


Tabel 17. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kepolisian

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
PUSIKNAS POLRI Jumlah kasus kejadian kekerasan seksual Unit PPA (Polsek, Polres, Jumlah kasus kejadian kekerasan seksual 41
(Unit PPA) dalam 5 tahun terakhir Polda) dalam 5 tahun terakhir
PUS IKNAS
PUSIKNAS POLRI Jumlah kasus kekerasan seksual yang Unit PPA (Polsek, Polres, Jumlah kasus kekerasan seksual yang 42
(Unit PPA) dilaporkan ke kepolisian dan dilakukan Polda) dilaporkan ke kepolisian dan dilakukan
tuntutan PUS IKNAS tuntutan
PUSIKNAS POLRI Seluruh jumlah kasus kekerasan seksual yang Unit PPA (Polsek, Polres, Seluruh jumlah kasus kekerasan seksual yang 41, 42
(Unit PPA) dilaporkan ke kepolisian Polda) dilaporkan ke kepolisian
PUS IKNAS
PUSIKNAS POLRI Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Unit PPA (Polsek, Polres, Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
(Unit PPA) medis, psikologis, hukum bagi perempuan Polda) medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan
dan laki-laki yang diperkosa atau mengalami PUS IKNAS laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses.
inses.
Catatan:
PUSIKNAS POLRI Jumlah petugas kepolisian yang pernah Unit PPA (Polsek, Polres, Jumlah petugas kepolisian yang pernah dilatih 60
(Unit PPA) dilatih mendeteksi tanda-tanda pelecehan Polda) mendeteksi tanda-tanda pelecehan atau
atau kekerasan seksual PUS IKNAS kekerasan seksual

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


69 PEDOMAN TEKNIS
70
Tabel 18. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Badan Pusat Statistik

Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator


Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Kedeputian Bidang Jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) dalam satu BPS Prov/Kab/Kota Jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) dalam satu 25

PEDOMAN TEKNIS
Statistik Sosial, Dit Kesra tahun terakhir Statistik Kependudukan tahun terakhir D
Dit Statistik Kependudukan Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun BPS Prov/Kab/Kota Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun 26, 27, 28, 29,
& Ketenagakerjaan terakhir Statistik Kependudukan terakhir 30
D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah penduduk dalam satu tahun BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk dalam satu tahun 45, 47, 54, 55
& Ketenagakerjaan Statistik Kependudukan D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah penduduk usia 18 24 tahun BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk usia 18 24 tahun 89
& Ketenagakerjaan Statistik Kependudukan D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah penduduk usia 15 24 tahun BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk usia 15 24 tahun 49, 83, 84
& Ketenagakerjaan Statistik Kependudukan D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah remaja usia 10-19 tahun, dalam BPS Prov/Kab/Kota Jumlah remaja usia 10-19 tahun, dalam periode 86,91
& Ketenagakerjaan periode satu tahun Statistik Kependudukan satu tahun D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah perempuan usia 15 49 tahun dalam BPS Prov/Kab/Kota Jumlah perempuan usia 15 49 tahun dalam 48
& Ketenagakerjaan periode satu tahun Statistik Kependudukan periode satu tahun D
Dit Statistik Kependudukan jumlah perempuan usia 20-50 tahun BPS Prov/Kab/Kota jumlah perempuan usia 20-50 tahun dalamsatu 40
& Ketenagakerjaan dalamsatu tahun terakhir Statistik Kependudukan tahun terakhir D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah kelahiran hidup dan mati, dalam BPS Prov/Kab/Kota Jumlah kelahiran hidup dan mati, dalam 76,77

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


& Ketenagakerjaan periode satu tahun Statistik Kependudukan periode satu tahun D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu BPS Prov/Kab/Kota Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu 75, 76, 77, 78,
& Ketenagakerjaan tahun Statistik Kependudukan tahun 79, 80, 82,
D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah laki-laki usia 15-49 tahun BPS Prov/Kab/Kota Jumlah laki-laki usia 15-49 tahun 88
& Ketenagakerjaan Statistik Kependudukan D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah remaja perempuan usia 15-19 tahun BPS Prov/Kab/Kota Jumlah remaja perempuan usia 15-19 tahun di 73
& Ketenagakerjaan di pertengahan tahun Statistik Kependudukan pertengahan tahun D
Dit Statistik Kependudukan Estimasi Jumlah perempuan dan laki pernah BPS Prov/Kab/Kota Estimasi Jumlah perempuan dan laki pernah 64,65
& Ketenagakerjaan kawin Statistik Kependudukan kawin D
Dit Statistik Kependudukan Angka TFR BPS Prov/Kab/Kota Angka TFR 72
& Ketenagakerjaan Statistik Kependudukan D
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Dit Statistik Kesejahteraan Jumlah remaja di sekolah pada satu tahun BPS Prov/Kab/Kota Jumlah remaja di sekolah pada satu tahun 43
Rakyat terakhir Statistik Kependudukan terakhir D
Dit Statistik Kependudukan Angka AKI 75
& Ketenagakerjaan (SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Angka Proporsi Kelahiran dengan jarak < 24 BPS Prov/Kab/Kota Angka Proporsi Kelahiran dengan jarak < 24 90
& Ketenagakerjaan (SDKI) bulan Statistik Kependudukan bulan
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Angka persen penduduk usia 18-24 tahun BPS Prov/Kab/Kota Angka persen penduduk usia 18-24 tahun yang 89
& Ketenagakerjaan(SKRRI) yang menjadi orangtua sebelum usia 18 Statistik Kependudukan menjadi orangtua sebelum usia 18 tahun
tahun (SKRRI)
Dit Statistik Kependudukan Persentase cakupan vaksinasi tetanus toxoid BPS Prov/Kab/Kota Persentase cakupan vaksinasi tetanus toxoid 30
& Ketenagakerjaan (SDKI) selama kehamilan Statistik Kependudukan selama kehamilan
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Persentase persalinan ditolong oleh tenaga BPS Prov/Kab/Kota Persentase persalinan ditolong oleh tenaga 31
& Ketenagakerjaan(SDKI) kesehatan Statistik Kependudukan kesehatan
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Persentase persalinan di sarana pelayanan BPS Prov/Kab/Kota Persentase persalinan di sarana pelayanan 36
& Ketenagakerjaan(SDKI) kesehatan Statistik Kependudukan kesehatan
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Persen perempuan hamil berusia 15-24 tahun BPS Prov/Kab/Kota Persen perempuan hamil berusia 15-24 tahun 39
& Ketenagakerjaan (SDKI) positif Sifilis Statistik Kependudukan positif Sifilis
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Persentase ibu hamil yang dites HIV BPS Prov/Kab/Kota Persentase ibu hamil yang dites HIV 27
& Ketenagakerjaan (SDKI) Statistik Kependudukan
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Persentase seksio sesarea pada seluruh BPS Prov/Kab/Kota Persentase seksio sesarea pada seluruh 32
& Ketenagakerjaan(SDKI) kelahiran Statistik Kependudukan kelahiran
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Angka CPR BPS Prov/Kab/Kota Angka CPR 25
& Ketenagakerjaan(SDKI) Statistik Kependudukan
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Angka K4 di tingkat nasional BPS Prov/Kab/Kota Angka K4 ditingkat provinsi 26
& Ketenagakerjaan(SDKI) Statistik Kependudukan(SDKI)

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


71 PEDOMAN TEKNIS
72
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Dit Statistik Kependudukan Persentase ASI eksklusif 6 bulan pada seluruh BPS Prov/Kab/Kota Persentase ASI eksklusif 6 bulan pada seluruh 37
& Ketenagakerjaan (SDKI) kelahiran Statistik Kependudukan kelahiran
(SDKI)

PEDOMAN TEKNIS
Dit Statistik Kependudukan Persentase perempuan dan laki pernah kawin BPS Prov/Kab/Kota Persentase perempuan dan laki pernah kawin 64
& Ketenagakerjaan (SDKI) tahu minimal 3 faktor risiko/tanda bahaya Statistik Kependudukan tahu minimal 3 faktor risiko/tanda bahaya
kehamilan yang berhubungan dengan (SDKI) kehamilan yang berhubungan dengan
komplikasi di tingkat nasional komplikasi di tingkat provinsi
Dit Statistik Kependudukan Persentase perempuan usia 15-49 tahun ingin BPS Prov/Kab/Kota Persentase perempuan usia 15-49 tahun yang 48
& Ketenagakerjaan (SDKI) menunda atau tidak ingin hamil lagi Statistik Kependudukan ingin menunda atau tidak ingin hamil lagi
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Persentase unmet need BPS Prov/Kab/Kota Persentase unmet need 50
& Ketenagakerjaan(SDKI) Statistik Kependudukan
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Angka BBLR BPS Prov/Kab/Kota Angka BBLR 79
& Ketenagakerjaan (SDKI) Statistik Kependudukan
(SDKI)
Dit Stat Ketahanan Sosial Jumlah penduduk berisiko tinggi (IMS) BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk berisiko tinggi (IMS) 33
(STBP/IBBS) Statistik Kependudukan
(STBP/IBBS)
Dit Stat Ketahanan Sosial Jumlah penduduk berisiko tinggi (IDU, PSK, BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk berisiko tinggi (IDU, PSK, 63b
(STBP/IBBS) mobile population, MSM, waria, multiple Statistik Kependudukan mobile population, MSM, waria, multiple

PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI


seksual partner), berusia 15-24 tahun yang STBP/IBBS seksual partner), berusia 15-24 tahun yang
mengetahui dua cara pencegahan penyakit Survei khusus mengetahui dua cara pencegahan penyakit
seks menular dan HIV dibanding jumlah seks menular dan HIV dibanding jumlah
penduduk berisiko tinggi dikali 100. penduduk berisiko tinggi dikali 100.

Keterangan: N = Numerator/pembilang; D = Denominator/penyebut


Bab 4. Penutup

Pedoman ini telah menguraikan pentingnya akses universal kesehatan reproduksi, indikator yang
digunakan dalam memantau akses universal tersebut, serta bagaimana data indikator AUKR diperoleh
melalui mekanisme di tiap sektor dan lintas sektor. Jelas terlihat bahwa sangat diperlukan komitmen
yang tinggi dari tiap satuan kerja, unit, bagian, atau direktorat yang menerapkan program terkait
dengan akses universal kesehatan reproduksi untuk menyediakan dan berbagi data, sehingga harapan
untuk dapat memantau kegiatan tersebut secara bersama dan harmonis, serta mengembangkan
tindak lanjut dalam memperbaiki kegiatan, program atau kebijakan terkait dapat dilaksanakan.

Pada akhirnya disampaikan penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai
pihak yang terlibat dalam penyusunan pedoman teknis ini. Keterbatasan tulisan dalam pedoman
ini diharapkan dapat disempurnakan di masa mendatang seiring dengan semakin kuatnya sistem
informasi di masing-masing sektor dan semakin harmonisnya semangat berbagi data di tingkat lintas
sektor untuk memperbaiki upaya terkait dengan akses universal kesehatan reproduksi di Indonesia.

PEDOMAN TEKNIS 73
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 1:
Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi yang
Tidak Tersedia di Indonesia

No. Indikator Dimensi


1 Persentase perempuan menerima konseling Keluarga Berencana pada masa nifas atau Pelayanan
pascaaborsi
2 Persentase penduduk tinggal dalam jarak waktu 2 jam dari fasilitas pelayanan penyedia KB Akses
3 Persentase penduduk tinggal dalam jarak waktu satu jam dari fasilitas penyedia layanan obstetri Akses
emergensi
4 Jumlah fasilitas menyediakan pelayanan untuk aborsi-aman per 500.000 penduduk Akses
5 Persentase penduduk tinggal dalam jarak waktu 2 jam dari fasilitas penyedia layanan aborsi aman Akses
6 Persentase penduduk tahu tentang aborsi yang legal Akses
7 Persentase petugas kesehatan yang melaporkan adanya praktek lokal yang menjadi hambatan Akses
medis dalam KB
8 Ada sarana pelayanan yang memakai cara aspirasi vakum manual (MVA) untuk induksi aborsi Akses
9 Ada sarana pelayanan yang memakai cara aspirasi vakum manual (MVA) untuk penanganan Akses
komplikasi aborsi
10 Rate perempuan aktif seksual usia 15-49 tahun berisiko hamil, namun tidak hamil, tidak memakai Dampak
kontrasepsi, tidak menyusui, melaporkan berusaha untuk hamil dalam dua tahun atau lebih
11 Rate hospitalisasi kasus aborsi tak aman per 1000 perempuan Dampak
12 Persentase remaja belum menikah dan aktif seksual yang konsisten memakai kondom Dampak
13 Persentase laki dan perempuan usia 15-24 tahun yang sudah pernah berhubungan seks pada usia Dampak
sebelum 15 tahun
14 Persentase fasilitas menyediakan pelayanan medis, psikologis, serta rujukan, bagi perempuan yang Akses
mengalami FGM
15 Jumlah institusi pendidikan dan pelatihan yang menyediakan pelatihan tentang pencegahan dan Akses
penanganan komplikasi akibat FGM
16 Persentase perempuan mengalami FGM Dampak

74 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 2:
Gambaran Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal
Kesehatan Reproduksi di Tiap Sektor

Secara umum masing-masing sektor telah memiliki sistem informasi atau mekanisme pengumpulan
data internal. Guna memahami bagaimana data rutin dapat disediakan oleh masing-masing sektor
atau SKPD di tingkat daerah diteruskan sampai ke tingkat pusat, berikut adalah uraian singkat sistem
informasi masing-masing sektor/SKPD.

a. Kementerian Kesehatan
Di sektor kesehatan, data dikumpulkan secara rutin mengikuti sistem yang ada sebagaimana disajikan
pada Gambar 1. Sistem SIKDA-Generik yang dikembangkan oleh PUSDATIN ini mengumpulkan data
dari tingkat puskesmas sampai tingkat yang lebih tinggi. Namun khusus untuk area KB, telah berjalan
sistem pencatatan dan pelaporan sebagaimana disajikan di Gambar 1.

Gambar 1. Model SIKDA Generik

Sumber: Kemenkes (2010). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Volume 3, Triwulan III 2011, hal. 4.

PEDOMAN TEKNIS 75
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Gambar 2. Alur data dan informasi di Sektor Kesehatan

DEPKES PUSAT
GUBERNUR

DINKES PROPINSI BKKBN PROPINSI

BUPATI/WALIKOTA
RS UMUM
RS DINKES KAB/KOTA INSTITUSI KB
KAB/KOTA

CAMAT

INSTITUSI KB
PUSKESMAS
KECAMATAN
Pertemuan Bulanan
VERIFIKASI data

BPS & DPS & RS PUSTU BIDES/POLINDES/ PLKB


POSKESDES

Sumber: Kemenkes (2010). Pedoman Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga Berencana Upaya menuju
Pelayanan KB Berkualitas, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina
Kesehatan Ibu, 2010.

Pada sistem informasi di sektor kesehatan yang relatif baru ini, data dari tingkat operasional terbawah
yaitu puskesmas dengan jaringannya (posyandu, puskesmas pembantu, dan lain-lain) akan dikirim
langsung secara daring (on-line) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan juga ke PUSDATIN. Pada
tahun 2011, Kementerian Kesehatan sudah merancang rumah sakit mengikuti sistem pencatatan dan
pelaporan yang cukup komprehensif juga. Petunjuk teknis SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) telah
diterbitkan oleh Kemenkes, Ditjen BUK (www.buk.depkes.go.id).

b. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)


BKKBN telah mengembangkan sistem Gambar 2. Alur data dan informasi di BKKBN
informasi secara daring (on-line), sehingga
data secara agregat dapat diakses melalui
laman:www.bkkbn.go.id. Berikut adalah
bagan alur data dan informasi dari tingkat
operasional di bawah payung BKKBN,
yang melaporkan/menyampaikan data
ke SKPD-KB di tingkat kabupaten/kota.

Keterangan
Arus Laporan/Tembusan
Umpan Balik
Arus Komunikasi Teknologi Informasi (TI)
1. DBS PH.DBS Klinik KB (Induk)
2. DBS Klinik KB (Induk)
3a. DBS Peng.Ran IDI/IBI Klinik KB (Induk)
3a. DBS Peng.Ran IDI/IBI Peng.Cab IDI/IBI SKPD Kab./Kota

76 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Alur data dan informasi pada gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/0/KB/11) dibuat dan dikirim setiap tahun sekali oleh Klinik KB
ke Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB (SKPD-KB) Kabupaten/Kota selambat-
lambatnya tanggal 7 Januari setiap tahun.
2. Rekapitulasi Kartu Pendaftaran Klinik KB Tingkat Kabupaten/Kota (Rek.Kab.K/0/KB/11)
dibuat dandikirim setiap tahun sekali oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB
(SKPD-KB) Kabupaten/Kota ke Perwakilan BKKBN Provinsi dan Mitra kerja selambatlambatnya
tanggal 21 Januari setiap tahun.
3. Rekapitulasi Kartu Pendaftaran Klinik KB Tingkat Provinsi (Rek.Prov. K/0/KB/11)
dikirim oleh Perwakilan BKKBN Provinsi ke BKKBN Pusat cq. Direktorat Pelaporan dan Statistik
selambatlambatnya tanggal 7 Februari setiap tahun.
4. Laporan Bulanan Petugas Penghubung Hasil Pelayanan Kontrasepsi oleh Dokter/Bidan
Praktek Swasta (F/I/PH/DBS/11) bersumber pada B/I/DBS/11 yang dibuat oleh Dokter/Bidan
Praktek Swasta (DBS) dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya :
1) F/I/PH/DBS/11 dikirimkan oleh DBS ke Penghubung DBS, lalu dikumpulkan ke klinik KB (induk);
2) F/I/PH/DBS/11 dikirimkan langsung oleh DBS ke klinik KB (induk);
3a) F/I/PH/DBS/11 dikirimkan oleh DBS ke Pengurus Ranting IDI/ IBI, lalu dikumpulkan ke klinik KB
(induk);
3b) F/I/PH/DBS/11 dikirimkan oleh DBS ke Pengurus Ranting IDI/ IBI, lalu dikirimkan ke Pengurus
Cabang IDI/IBI, baru dikumpulkan di Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB
(SKPD-KB) Kabupaten/Kota.
5. Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/11) dibuat dan dikirim setiap bulan oleh Klinik KB ke Satuan
Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB (SKPD-KB) Kabupaten/Kota, Camat, dan Mitra Kerja
Tingkat Kabupaten/Kota (Dinkes) selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya.
6. Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat Kabupaten/Kota (Rek.Kab. F/II/KB/11)
dibuat dan dikirim setiap bulan melalui manual (pos atau kurir) atau elektronik (fax, scanner
kemudian dikirim lewat email, atau melalui web) oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola
Program KB (SKPD-KB) Kabupaten/Kota ke Perwakilan BKKBN Provinsi danBKKBN Pusat cq.
Direktorat Pelaporan dan Statistik selambatlambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
7. Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat Provinsi (Rek.Prov. F/II/KB/11) dibuat
dan dikirim setiap bulan melalui manual (pos atau kurir) atau elektronik (fax, scanner kemudian
dikirim lewat email, atau melalui web) dari Perwakilan BKKBN Provinsi ke BKKBN Pusat cq. Direktorat
Pelaporan dan Statistik selambatlambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
8. BKKBN Pusat cq Direktorat Pelaporan dan Statistik setiap bulan menyampaikan Umpan
Balik hasil pengolahan data Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat Provinsi (Rek.Prov.F/
II/KB/11) ke semua Pimpinan di jajaran BKKBN Pusat, Perwakilan BKKBN Provinsi dan Mitra Kerja
Tingkat Pusat.
9. Perwakilan BKKBN Provinsi cq Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Program setiap
bulan menyampaikan Umpan Balik hasil pengolahan data Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB
Tingkat Kabupaten/Kota (Rek.Kab.F/II/KB/11) ke Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program
KB (SKPD-KB) Kabupaten/Kota dan Mitra Kerja Tingkat Provinsi.

PEDOMAN TEKNIS 77
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
10. Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB Kabupaten/Kota setiap bulan
menyampaikan Umpan Balik hasil pengolahan data Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/11) ke
Camat dan Mitra kerja Tingkat Kabupaten/Kota.

c. Kementerian Dalam Negeri


Sistem informasi di Kementerian Dalam Negeri memiliki alur seperti diisajikan pada Gambar 3.
Kementerian Dalam Negeri berkontribusi dalam penyediaan data indikator AUKR melalui salah satu
dinasnya yaitu Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil).

Gambar 3. Alur data dan informasi di Kementerian Dalam Negeri


BAGAN ALUR PROSES INTEGRASI ADMINDUK
DAFDUK
1. Pencatatan Biodata Penduduk dan
Penerbitan NIK MANFAAT
2. Penertiban KK dan KTP DATABASE 1. Perumusan
3. Pencatatan atas pelaporan peristiwa KEPENDUDUKAN Kebijakan
kependudukan 2. Perencanaan
4. Pendataan pend. Rentan adminduk Pembangunan
3. Pilkada dan
CAPIL Pemilu
1. Pencatatan Kelahiran INFODUK 4. Menyusun
2. Pencatatan Lahir Mati SIAK Perkembangan
3. Pencatatan Perkawinan Kependudukan
4. Pencatatan Pembatalan Perkawinan 5. Menyusun
5. Pencatatan Perceraian Proyeksi
6. Pencatatan Kematian Kependudukan
7. Pencatatan Pengangkatan, 6. Verifikasi
PENERBITAN Penerbitan
Pengakuan dan Pengesahan Anak
8. Pencatatan Perubahan Nama dan DOKUMEN Dokumen Lain
Status Kewarganegaraan KEPENDUDUKAN
9. Pencatatan Perubahan Nama

Sumber: http://id.scribd.com/doc/101494887/Bagan-Alur-Proses-Integrasi-Adminduk

Terlihat bahwa sampai saat ini, telah dicoba untuk dikembangkan sistem informasi dengan cara
pengumpulan data daring (on-line) di beberapa daerah, walaupun beberapa daerah lain masih
memiliki sistem informasi yang masih manual. Nama sistem informasi yang melalui daring (on-line)
adalah INFODUK-SIAK.

d. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22/2006, pendidikan
kesehatan reproduksi dan seksualitas merupakan bagian dari Pendidikan Kesehatan yang dapat
dilaksanakan sebagai kegiatan ekstrakurikuler maupun kurikuler (misal sebagai bagian dari pelajaran
Biologi, Penjaskes, dan Agama). Materi pendidikan kesehatan tersebut mencakup: kebersihan diri,
penyakit menular, potensi KLB (Kejadian Luar Biasa) (DBD, Flu Burung, Diare), PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat), tatanan sekolah, gizi (makanan sehat), kesehatan reproduksi remaja, narkoba, HIV
dan AIDS, PMS (Penyakit Menular Seksual), program UKS, kantin sehat, kesehatan lingkungan, dan
P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan). Diperoleh informasi bahwa sampai saat ini belum ada
ketentuan khusus bahwa sekolah harus melaporkan kegiatan terkait kesehatan reproduksi tersebut
ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di tingkat kabupaten. Namun melalui laman www.pdsp.
kemdikbud.go.id dapat diakses beberapa data terkait statistik pendidikan.

78 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
e. Kementerian Agama
Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah beragama dibawah naungan Kementerian Agama serupa
dengan yang dilaksanakan oleh sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun
demikian sampai saat ini belum ada ketentuan khusus bahwa sekolah harus melaporkan kegiatan
terkait kesehatan reproduksi tersebut ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di tingkat kabupaten. Patut
dicatat bahwa Kementerian Agama juga sudah mulai menerapkan aplikasi EMIS Online (education
management information system) yang berisikan data tentang madrasah, melalui www.emispendis.
kemenag.go.id. Laman ini dikelola oleh Sekretariat Dirjen Pendidikan Islam, Bagian Perencanaan dan
Sistem Informasi.

f. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Data di sektor pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak telah dikembangkan seperti alur
di Gambar 4. Data berawal dari berbagai tempat pelayanan atau UPT (Unit Pelayanan Teknis), yang
di tingkat kabupaten bisa berupa PPT (Pusat Pelayanan Terpadu) berbasis rumah sakit, P2TP2A (Pusat
Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak), PKT (Pusat Krisis Terpadu), WCC (Women Crisis
Center), UPPA (Unit Pelayanan Perempuan dan Anak), atau RPSA (Rumah Perlindungan Sosial Anak).

Di tingkat kabupaten, secara struktural Unit PP-PA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak)
bisa menjadi SKPD tersendiri atau bergabung dengan SKPD lain. Contoh struktur PP-PA di daerah: di
Kab. Nias Selatan, PP-PA bergabung dengan KB menjadi SKPD bernama KBP3A (Keluarga Berencana
dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak); di Kab. Nias dan Kab Alor, gabungan
tersebut bernama BP2AKB (Badan Perlindungan Perempuan dan Anak dan Keluarga Berencana) di
bawah Pemda.

Gambar 4. Alur data dan informasi di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak

ALUR DATA

KPP & PA
Tgl 20 setiap 6 bulan
Feed Back

.............................. F IV
UPT
UPTProv
Prov Unit PP & PA Prov
UPT
UPTProv
UPTProv
Prov Tgl 10 setiap 6 bulan
Feed Back

.............................. F III

Tgl 5 setiap 6 bulan


.............................. F II

UPT UPT UPT UPT UPT UPT ............... F I

Keterangan: UPT = Unit Pelayanan Terpadu (mengacu pada definisi UPT di SPM)

Sumber: KemenPP-PA (2010). Pedoman Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2010

PEDOMAN TEKNIS 79
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
g. Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik atau BPS tingkat kabupaten/kota mengumpulkan dua jenis data, yaitu data survei
(yang dilaksanakan oleh BPS) dan data sekunder (diperoleh dari SKPD). Data survei memiliki variabel
sesuai tujuan survei yang dilaksanakan dan dikumpulkan oleh BPS sendiri, dilaporkan berjenjang
mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, sampai BPS Pusat. Laman yang disediakan untuk dapat diakses
adalah www.bps.go.id.

Gambar 5. Alur data di Badan Pusat Statistik

BPS Pusat

Dinas
Dinas
Dinas
tingkat Pembuatan profil
tingkatI I BPS Provinsi
provinsi tahunan
tingkat I

Pembuatan profil
BPS Kabupaten
kabupaten tahunan

Data Data
survey sekunder

Dinas
Dinas
Dinas
tingkat
tingkatII
tingkatI I

Sumber: PPKUI (2012). Hasil Studi Kelayakan Indikator Akses Universal ke Kesehatan Reproduksi di 10 Kabupaten di
Indonesia

Data sekunder dikumpulkan hanya setahun sekali oleh BPS kabupaten/kota dari semua SKPD di daerah
tersebut untuk pembuatan profil kabupaten/kota. Sebagian kecil data sekunder diteruskan ke provinsi
untuk pembuatan profil provinsi. BPS Pusat umumnya melakukan berbagai survei berskala nasional,
di samping melaksanakan sensus.

h. Kepolisian
Kepolisian memiliki sistem informasi PUS IKNAS, atau Pusat Informasi Kriminalitas Nasional, yang
menyelenggarakan dan membina sistem informasi kriminalitas nasional mencakup penyiapan dan
penyajian data/statistik kriminal, yang diatur oleh Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian
Negara RI No. 1/2011. Karena kasus kekerasan termasuk tindakan kriminal, maka data kasus kekerasan
dicatat di PUS IKNAS juga.

Di tiap Polsek, data terkait pelaporan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak akan dikumpulkan
oleh petugas Polisi, dan kemudian diteruskan ke unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) di
tingkat Polres. Selanjutnya data individu tersebut dilaporkan secara berjenjang ke tingkat yang lebih
atas sampai ke Polda, yang masing-masing juga memiliki Unit PPA. Untuk tingkat keamanan data,
akses ke data hanya dimiliki oleh penyidik atau pimpinan yang memiliki kode sandi (password).

80 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Gambar 6. Alur data dan informasi PUS-IKNAS

Unit PPA di tingkat Polres dan Polda; Di tingkat Polres belum ada UPPA, sedang dalam persiapan, dan
direncanakan ada 2 polwan per polsek untuk menangani.

PUSIKNAS

POLDA
Unit Renakta
(remaja anak & wanita)

POLRES
UnitPPA
Unit
Unit PPA
PPA

POLSEK
UnitPPA
Unit
Unit PPA
PPA

Sumber: http://ncic.polri.go.iod/pusiknas/58-tugas-pokok-fungsi

PEDOMAN TEKNIS 81
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 3:
Contoh Perhitungan Indikator Akses Universal Kesehatan
Reproduksi di Tingkat Nasional Tahun 2012

Tabel 1. Borang Isian Data Indikator AUKR Pelayanan

No. Indikator Nasional


1 Strategi Kebijakan Kesehatan 1. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi Tahun 2005.
Reproduksi dan Seksual 2. UU No. 36/2009 Tentang Kesehatan.
3. UU No. 52/2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
4. PP no 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga, keluarga berencana dan sistem informasi
keluarga
5. PP no 61 tahun 2014 tentang Kesehatan reproduksi
6. UU no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
7. Permendikbud no 39 tahun 2008 tentang pembinaan kesiswaan
2 Alokasi anggaran untuk hal Ada, dalam dokumen perencanaan anggaran setiap sektor yang terlibat
kesehatan reproduksi dan seksual
3 Dukungan dana pemerintah untuk Ada.
KB UU No. 10/1992, Pasal 22 (1) tentang perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera: pemerintah mengatur pengadaan
dan atau penyebaran alat dan obat pengaturan kehamilan berdasarkan
keseimbangan antara kebutuhan, penyediaan, dan pemerataan
pelayanan.
Informasi jumlah dukungan dana (Rp) dari setiap KL terkait KB belum
tersedia.
Regulasi Tim Penjamin Ketersediaan Kontrasepsi/Alokon di BKKBN.
4 Pelayanan antenatal care Ada.
Permenkes No. 741/ Menkes/Per/VII/2008.
Kepmenkes No. 828/ Menkes/SK/IX/2008.
5 Skrining anemia dalam pelayanan Ada.
antenatal Permenkes No. 741/ Menkes/Per/VII/2008.
Kepmenkes No. 828/ Menkes/SK/IX/2008
6 Registrasi kelahiran (termasuk berat Ada registrasi kelahiran. Pencatatan berat badan ada di surat kenal lahir.
badan) UU No. 23/th. 2006 tentang Administrasi Kependudukan, pasal 27 ayat 2.
PerPres No. 025/th 2008, tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran
Penduduk dan Pencatatan Sipil.
7 Kebijakan skrining kanker serviks Ada.
Permenkes No. 430 Tahun 2007 Pedoman pengendalian penyakit kanker
(target 80% usia subur 30-50 tahun).
Permenkes No 796 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Kanker
Payudara dan Leher Rahim (No. 796/Menkes/SK/VII/2010)

82 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional
8 Kebijakan pencegahan dan Ada.
penanganan IMS Kebijakan Menteri Kesehatan (Permenkes) Tahun 2011. Hal ini juga
dijelaskan ke dalam Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular
Seksual 2011.
Pedoman PPIA tahun 2012

9 Hukum tentang larangan Ada.


diskriminasi berdasar jenis kelamin, UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia.
orientasi seksual, cacat mental atau Permeneg PP No. 01/2010 tentang SPM layanan penanganan kekerasan
fisik terhadap perempuan dan anak.
UU No 19 tahun 2011 tentang konvensi hak-hak penyandang cacat/
disabilitis (terkait CRPD)
Inpres No.9 tahun 2000 Tentang Pengarusutumaan Gender (Kemeng PP)
UU No.23/2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(Kemeneg PP)
UU No.19/2001 Tentang Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas
(Kemeneg PP)
10 Strategi tentang perlunya Ada.
persetujuan secara penuh dan UU No. 1/1974 tentang Perkawinan, pasal 6.
bebas dari masing-masing pihak
untuk menikah
11 Hukum yang melarang kekerasan Ada.
seksual UU No.23/2004 tentang penghapusan kekerasan di rumahtangga
UU No.14/2009 tentang human trafficking
UU No.21/2007 tentag pemberantasan tindak pidana perdagangan orang
12 Hukum yang melarang perkosaan Ada.
dalam rumah tangga UU No. 23/2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumahtangga.
13 Strategi pencegahan dan Ada.
penanganan kekerasan seksual, Kepmen No.1226 tahun 2009 tentang pedoman penatalaksanaan
termasuk perkosaan dalam rumah terpadu korban kekerasan terhadap perempuan dan anak di RS.
tangga Peraturan Pemerintah RI No.4 Tahun 2006 Tentang Penyelenggaraan dan
Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Peraturan Meneg PP RI No.01/2007 Tentang Forum Koordinasi
Penyelenggaraan Kerjasama Pencegahan dan Pemulihan Korban KDRT
Peraturan Meneg PP-PA RI No.05/2010 Tentang Panduan Pembentukan
dan Pengembangan Pusat LayananTerpadu
Permeneg PP-PA RI No.19/2011 Tentang Pedoman Pemberdayaan
Perempuan Korban Kekerasan
Permeneg PP-PA RI No.01/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan
Modul Pelatihan Pencegahan Kekerasan Melalui Pendidikan Keluarga
Permeneg PP-PA RI No.18/2011 Tentang Pedoman Pengintegrasian Materi
Anti Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Pendidikan dan Pelatihan
Penjenjangan dan Teknis
Pembentukan Komisi Anti Kekerasan Perempuan (ada peraturan)
Pendirian Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan.
14 Pendidikan seksualitas diwajibkan di Ada, dengan menggunakan istilah kesehatan reproduksi.
institusi pendidikan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 menteri (kesehatan, agama, pendidikan
dan dalam-negeri) terkait Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), tahun 2003.
15 Indikator terkait KB (mengacu Ada, Strategi Nasional Keluarga Berencana BKKBN.
kepada Family Planning Effort Index) Upaya program KB memakai indikator kinerja seperti Family Planning
Effort Index (FPEI)2, meliputi empat area: Kebijakan, Pelayanan, Evaluasi,
Akses ke metode kontrasepsi.

PEDOMAN TEKNIS 83
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional
16 Perencanaan pengadaan alat Dokumen Rencana Pengadaan Alat Kontrasepsi (alokon) KB BKKBN.
kontrasepsi KB
17 Komitmen pemangku kepentingan Ada.
(stakeholder) terhadap rencana UU No. 10/1992, Pasal 22 (1) tentang perkembangan kependudukan dan
pengadaan alokon pembangunan keluarga sejahtera: pemerintah mengatur pengadaan
dan atau penyebaran alat dan obat pengaturan kehamilan berdasarkan
keseimbangan antara kebutuhan, penyediaan, dan pemerataan
pelayanan.
UU No.52/2009 pasal 23.
Regulasi Tim Penjamin Ketersediaan Kontrasepsi/Alokon di BKKBN.
18 Dukungan dana donor untuk KB Ada.
Tersedia di Bappenas, Kemenkes, BKKBN, dan LSM.
Informasi jumlah dukungan dana (US$) donor belum tersedia.
(Donor: UNFPA, Bill-Melinda, USAID, WHO, AusAID)
19 Sistem informasi tentang populasi Ada.
yang bisa mencapai fasilitas untuk Sumber data: Pusdatin
kesehatan ibu dan anak dalam satu
jam (SIG)
20 Pencatatan kejadian FGM Tidak ada

21 Hukum perkawinan yang melarang UU No. 1/1974 tentang Perkawinan, pasal 7. Batas usia menikah laki-laki
perkawinan laki-laki & perempuan minimal 18 tahun, perempuan minimal 16 tahun.
di bawah usia 18 tahun
22 Hukum pelarangan pelaksanaan Tidak ada.
FGM
23 Strategi untuk menghilangkan Tidak ada.
praktek FGM
24 Peraturan medis yang melarang Ada.Permenkes No. 1636/Menkes/Per/XI/2010 tentang sunat perempuan,
dilakukan FGM mengatur batasan sunat perempuan yang hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan.

Tabel 2. Borang Isian Data Indikator AUKR Pelayanan

No. Indikator Nasional Catatan sumber data


25 Angka (rate) Prevalensi Kontrasepsi (Contra- 42,7% SDKI 2012
ceptive Prevalence Rate /CPR) Pada perempuan 15-49 th dengan cara
modern
26 Persentase perempuan memeriksakan 73,5% SDKI 2012
kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan Pada perempuan pernah kawin 15-49 th
(K4) dengan anak lahir hidup dalam 5 tahun
terakhir dengan ketentuan minimal 1 kali
trimester pertama, 1 kali trimester kedua, dan
2 kali trimester ketiga
27 Persentase ibu hamil yang dites HIV 3,05% P2PL Kemkes 2012
28 Persentase ibu hamil yang dites sifilis 1,74% P2PL (dari ibu hamil berisiko)

29 Persentase ibu hamil yang dites anemia 85,9% Riskesdas, 2010


(periksa darah)
30 Persentase cakupan vaksinasi tetanus toxoid 60,4% SDKI 2012
selama kehamilan (Anak terlindungi)

84 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
31 Persentase persalinan ditolong oleh tenaga 83,1% SDKI 2012
kesehatan
32 Persentase seksio sesarea pada seluruh 15,3% Riskesdas, 2010
kelahiran
33 Persentase Penggunaan kondom pada 64,5% IBBS/STBP 2011, pada WPS (Langsung + Tak
hubungan seks terakhir yang berisiko tinggI 27% remaja laki Langsung)
SDKI (remaja) 2012
34 Persentase Ibu hamil HIV+ menerima ARV 85% Subdit AIDS ((1070/1264)*100%)
untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke
bayi (PMTCT/PPIA)
35 Persentase bayi (dari Ibu HIV+) menerima 76% Subdit AIDS ((1145/1504 ) * 100%)
ARV profilaksis untuk mencegah penularan
HIV dari ibu ke bayi (PMTCT/PPIA)
36 Persentase persalinan di sarana pelayanan 63,2% SDKI 2012
kesehatan
37 Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan 41,5% SDKI 2012
38 Persentase Penggunaan kondom pada 18% remaja SDKI (remaja) 2012
hubungan seks pertama perempuan
25% remaja laki
39 Persentase Ibu hamil dengan sifilis positif 70% Subdit ibu hamil ((113/162) * 100%)
menerima pengobatan standar
40 Persentase Perempuan usia 20-50 th yg 1,66% N: 575.503 (Subdit Kanker PTM) pada perem-
telah diskrining kanker leher rahim sesuai puan 30-50 tahun 2012
kebijakan pencegahan kanker leher rahim
D: 34.771.075 (jumlah perempuan 30-50
tahun 2012 dari proyeksi dari BPS)
41 Jumlah kejadian kekerasan seksual yang 3807 kasus Kepolisian (Bareskrim)
dilaporkan untuk bukti hukum ke penegak
hukum dan/atau ke tenaga kesehatan dalam
5 tahun terakhir
42 Persentase kasus kekerasan seksual yang Belum ada data Kepolisian (Bareskrim)
dilaporkan & menyebabkan ada tuntutan
43 Persentase remaja yang menerima materi 65% remaja SDKI (Remaja) 2012
secara komprehensif tentang kesehatan perempuan
reproduksi dan seksualitas di sekolah 48% remaja laki
44 Persentase perempuan dengan fistula Tidak ada data Direktorat BUK
vesiko-vaginal yang dioperasi

Tabel 3. Borang Isian Data Indikator AUKR Akses

No. Indikator Nasional Catatan sumber data


45 Rasio jumlah sarana yang memberikan pe-
layanan KB per 500.000 penduduk
N: Jumlah tempat pelayanan KB yang Belum ada data Kemkes: puskesmas, pustu, RS, posk-
menyediakan paling kurang alat kon- esdes, BDD, Bidan praktek swasta
trasepsi kondom dan pil
D: Jumlah penduduk dalam satu tahun Proyeksi 2011 dan 2012
dibagi 500.000

PEDOMAN TEKNIS 85
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
46 Persentase puskesmas yang memberikan 100% Data Profil Kesehatan 2012 = 9510
pelayanan KB Numerator: BKKBN ( untuk klinik KB
perlu dipilah PKM dan klinik swasta/
BPS dll)
47 Rasio fasilitas Pelayanan Obstetri Neona- 6,12 PUSDATIN dari profil BUKD
tal Emergency (minimal satu PONEK) per (Poned) dan BUKR (Ponek)
500.000 penduduk ((2570 + 421)/244.215.983)*500.000)
48 Persentase perempuan usia 15-49 tahun 73.2% SDKI 2012 (untuk spacing dan
yang ingin menunda atau tidak ingin hamil limiting)
lagi (31.1% menunda + 42.1% tidak ingin
hamil lagi)
49 Persentase perempuan dan laki-laki muda Menggunakan kondom= SDKI 2012
(15-24 tahun) mengetahui cara yang benar 44.5%
untuk mencegah penularan HIV melalui Melakukan HUS hanya
hubungan seksual dengan partner yang
sama = 62.5%
Menggunakan kondom
dan melakukan HUS ha-
nya dengan satu partner
yang sama = 38.2%
atau
Kelompok risiko tinggi Belum ada data
yang mengetahui cara yang benar untuk
mencegah penularan HIV melalui hubungan
seksual
50 Persentase perempuan usia subur (PUS) 11.4% SDKI 2012
seksual aktif yang tidak ingin punya anak
lagi atau yang ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya dalam jangka waktu minimal 2
tahun tetapi tidak menggunakan alat atau
cara kontrasepsi (unmetneed)
51 Persentase fasilitas (dengan tenaga terlatih) Belum ada data Data hanya dari fasilitas pemerintah
yang menyediakan minimal 3 metode KB (BKKBN)

52 Persentase sarana yang menyediakan 22% Polri


dukungan medis, psikologis, hukum bagi Kemkes Dit Ibu
perempuan dan laki-laki yang diperkosa atau (45+456+252+384+1599+67+34)/
mengalami inses (41+540+9795+834)

53 Persentase puskesmas yang menyediakan 2.61% Kemkes Pusdatin


pelayanan IMS dengan pendekatan sindrom
54 Rasio jumlah institusi lain yang menyediakan Swasta 72,7 % BKKBN
informasi, pelayanan dan peralatan KB per Pemerintah 3,8 % *
500.000 penduduk Lainnya 23,3 % *belum dipilah dengan puskesmas
55 Persentase penduduk bertempat tinggal di 65%* Kemkes Promkes
desa yang memilikirencana transportasi dan *(52.804 /81.253) jumlah desa
sistem rujukan komunitas siaga aktif/ jumlah desa se Indonesia

56 Persentase petugas kesehatan yang terlatih 1890 nakes yg dilatih BPPSDMK KaSubdit Teknis Pusdiklat
memberikan pelayanan aborsi yang aman Poned/Ponek Aparatur
3 thn terakhir (2011-2013), belum
termasuk data dari JNPK

86 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
57 Persentase petugas terlatih memberi konsel- Jumlah PKM PKPR=3191 Numerator:
ing kesehatan reproduksi (SRH) PKM PKRE=.... Subdit Remaja (hanya untuk nakes)
Promkes=[ABAT] Non remaja, incl. Kemensos (?)
HIV/AIDS=
BKKBN=PIK-R/M
Kemensos=
Kemeneg-PPPA=
58 Mekanisme alternatif dalam pemberian infor- Ada Promkes, GenRe (BKKBN)
masi dan pelayanan kesehatan seksual
59 Persentase petugas kesehatan yang terlatih 0,55% (termasuk dokter N: 855 dokter; 1478 perawat/bidan
untuk mendeteksi tanda-tanda pelecehan spesialis) (Subdit Perlindungan Anak)
atau kekerasan seksual 0,58% (tanpa dokter
spesialis) D: dokter spesialis 27.333; dokter
umum 37.364; perawat 235.496;
bidan 126.276 (Bank data PPSDM
Kesehatan)
60 Persentase polisi yang terlatih dalam (isu) Belum ada data Bareskrim
kesehatan seksual dan kekerasan seksual
61 Persentase sarana pemberi pelayanan yang 33,6% N: PKM PKPR, 3191
menyediakan pelayanan ramah remaja D: seluruh puskesmas, 9510
(2012, Kemkes Subdit BKH ausrem
Dit Anak, jumlah PKPR)
62 Persentase tenaga kesehatan terlatih untuk 1,3% Subdit Anak usia sekolah dan remaja:
memberikan pelayanan ramah remaja (Kese- PKPR
hatan Seksual Remaja) (Jumlah nakes terlatih di 22 prop
yang melapor
N: 5358 (2012, Subdit Bkh Ausrem)

D: dokter umum 37.364; perawat


235.496; bidan 126.276 (bank data
PPSDM Kesehatan)
63 Adanya mekanisme (alternatif) penyediaan ADA Promkes (informasi)
pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual BKKBN: PIK-KRR
bagi remaja PKPR Subdit AusRem

64 Persentase perempuan dan laki pernah Angka belum ada di Sumber:


kawin tahu minimal 3 faktor risiko/tanda ba- laporan, tapi bisa di-freq SDKI 2012 (usia reproduktif, 15-49 th)
haya kehamilan yang berhubungan dengan di data
komplikasi
65 Persentase perempuan dan laki pernah 21% Sumber:
kawin tahu tempat fasilitas pelayanan untuk SDKI 2012 (repro age, 15-49 yo) dg
kehamilan dengan komplikasi asumsikan sama dengan pertanyaan
SDKI (632i.What should mother do if
mother experienced complication?)
66 Persentase petugas kesehatan tahu tentang Belum ada data
aborsi yang legal
67 Persentase fasilitas pelayanan yang pernah Belum ada data UNFPA (?)
mengalami kekurangan stok alokon (metoda
apa saja)dalam periode (minimal) satu bulan

PEDOMAN TEKNIS 87
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
68 Persentase fasilitas yang memiliki standar dan 21,4% Subdit HIV AIDS
protokol untuk diagnosis, pengobatan, dan Risfaskes
konseling IMS/ISR 319 (Subdit AIDS) faskes yang
melaporkan
RS yang memberikan layanan IMS
=2185 (seluruh RS - BUK)
(319+2185)/(9510+2185)
69 Persentase fasilitas yang memiliki standar dan PKM PKPR=3191 (abso- Subdit Kespro (pak Edi) jumlah
protokol pelayanan untuk mempromosi-kan lut) fasilitas yang menerima buku
kesehatan reproduksi Distribusi baru dilakukan s.d. keseha-
tan dasar.
Jumlah fasilitas kesehatan yang mempro- *Jumlah fasilitas yang memiliki buku
mosikan panduan kespro: tidak ada data pedoman pelaksanaan KIE Kespro
tahun 2002 =.

Tabel 4. Borang Isian Data Indikator AUKR Dampak

No. Indikator Nasional Catatan sumber data


70 Persentase alokasi dana pemerintah untuk 3,4% Kementerian Kesehatan
kesehatan
71 Persentase alokasi dana pemerintah untuk Sulit dihitung (data dari APBN SubditAIDS-PMS)
kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi *Biro perencanaan dan anggaran dari
setiap KL. Perlu studi khusus tentang
anggaran.

Jumlah alokasi dana APBN untuk IMS pada


2012 sebanyak Rp 4,642,369,000 (untuk
HIVdan IMS Rp 79,810,298,000); pada 2013
untuk IMS sebanyak Rp 3,476,800,000
(untuk HIV dan IMS Rp 90,601,881,000);
sebagai numerator
72 Total fertility Rate (TFR) 2,6% SDKI 2012

73 Angka (rate) kelahiran pada populasi usia 48 per 1000 SDKI 2012
remaja (15-19 tahun) (ASFR) wanita
74 Persentase perempuan usia subur anemia 14% RISKESDAS 2007
(Cek Riskesdas 2012)
75 Angka (ratio) Kematian Ibu per 100.000 KH 359 SDKI 2012 (95% SK 239 478)

76 Angka (rate) Kematian Perinatal per 1000 KH 26 per 1000 KH SDKI 2012

77 Angka (ratio) bayi lahir mati per 1000 KH 12,2 per 1000 KH SDKI 2012

78 Angka (rate) Kematian Neonatal per 1000 KH 20 per 1000 SDKI 2012
kelahiran hidup
79 Rate BBLR (kurang dari 2500 gram) 11,1 % Riskesdas 2010

80 Angka (rate) Insidensi Tetanus Neonatorum Belum ada Surveilans - P2PL


Pusdatin

88 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
81 Persentase kasus Obstetri dan Ginekologi Belum ada BUK (SIRS)
yang dirawat karena Aborsi
82 Rate aborsi per 1000 kelahiran hidup Belum ada data
83 Persentase Kematian Maternal karena Aborsi 4,1% SP 2010 (Kajian determinan kematian
maternal di lima region Indonesia) Kemkes
UNFPA
84 Persentase perempuan hamil usia 15-24 2,25% P2PL Subdit AIDS
tahun positif Sifilis N: Jumlah bumil 15-24 yang positif sifilis
pada 2012 sebanyak 77 orang; data dari
faskes yang kirim laporan bulanan
D:
Jumlah bumil yang di tes sifilis = 3.421
bumil (15-24th) tes sifilis (Subdit AIDS)
85 Persentase perempuan hamil usia 15-24 2,95% P2PL Subdit AIDS
tahun positif HIV N: Jumlah bumil 15-24 yang positif HIV
pada 2012 sebanyak 419 orang
D: 14.196 bumil yang di tes HIV (15-24)
86 Rate angka Remaja (10-19 tahun ) yang 2.5% SDKI 2012
melahirkan
87 Angka kematian ibu karena komplikasi 77,2% SP 2010 (Kajian determinan kematian
maternal di lima region Indonesia) Kemkes
UNFPA, 2012
88 Persentase laki-laki usia 15-49 tahun 77,1% P2PL Subdit AIDS
dilaporkan sedikitnya mengalami satu kali (dari 137 kabupaten yang melaporSubdit
infeksi saluran kencing dalam 12 bulan AIDS
terakhir N: 9.954
D: 12.911 laki-laki (15-49) berkunjung (Kab
yang melapor 137). (Subdit AIDS)
89 Persentase perempuan dan Laki usia 18-24 6,5% SDKI 2012
tahun yang memiliki anak sebelum usia 18
tahun
90 Persentase kelahiran dalam 5 tahun terakhir 10.5% SDKI 2012 (usia 15-49 tahun)
dengan interval kurang dari 24 bulan
91 Persentase remaja (10-19 tahun) yang pernah 0,4% remaja SDKI (remaja) 2012 (remaja usia 15-19 th
melakukan hubungan seks perempuan yang belum kawin)
4,5% remaja laki-
laki
92 Persentase penggunaan kontrasepsi pada 16% remaja SDKI (remaja) 2012 (remaja usia 15-19 th)
hubungan seks pertama atau terakhir bagi perempuan saat
remaja 10-19 tahun pertama
20% remaja
perempuan saat
seks terakhir
22,5% remaja laki
saat pertama
23,5% remaja laki
saat seks terakhir
93 Rate prevalensi kejadian fistula obstetrik Belum ada BUKR

PEDOMAN TEKNIS 89
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 4
Skema Koordinasi Pengumpulan Data Akses Universal
Kesehatan Reproduksi di Tingkat Nasional

Ditjen Bina Gizi www.depkes.go.id


KIA Dit. Ibu Biro Hukum, Biro Perencanaan, Dit Ibu, Dit Anak, Dit
Kesehatan
Gizi, Dit P2ML, Dit Simkarkesma, Dit PTM, Dit BUKD,
Dit BUKR, Promkes, PPSDM, Pusdatin, Balitbangkes

Deputi Adpin www.bkkbn.go.id


Dit Laptik http://aplikasi.bkkbn.go.id/sr
BKKBN
Biro Perencanaan, Biro Keuangan,
Pusat Penelitian Kependudukan

Ditjen Dukcapil www.kemendagri.go.id


Dalam Negeri Dit Capil subditlahmat@gmail.com
Dit Pencatatan Sipil

Dep Bid PP www.menegpp.go.id


Perlindungan Asdep Penanganan Kekerasan Asdep Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan,
Perempuan & Anak terhadap Perempuan Asdep Penanganan Kekerasan terhadap Anak,
Unit Pengaduan KPPPA

Ditjen www.pdsp.kemdikbud.go.id
Pendidikan Nasional
Dikdasmen Pusat Data dan Statistik Pendidikan,
& Kebudayaan
Dit. Bidang Pembinaan Kesiswaan (Dapodik)

Puslitbangkessos www.puslit.kemsos.go.id
Badiklit ktkpm.direktorat@yahoo.co.id
Sosial Ditjen Rehabilitasi Sosial, Dit Rehabilitasi Tuna Susila,
Dit Perlindungan Sosial, Korban Tindak kekerasan dan
Pekerja Migran, Biro Perencanaan, Biro Hukum

Agama Ditjen Pendidikan Islam www.emispendis.kemenag.go.id

Ditjen Peraturan www.kemenkumham.go.id


Perundang-undangan, www.ditjenpp.go.id
Hukum & HAM
Dit Rancangan/ Harmonisasi www.ditjenham.go.id
Dit Kerjasama HAM, Ditjen HAM

PUSIKNAS www.polri.go.id
Kepolisian
Bareskrim, Pusiknas

Dep. Bid. Statistik Sosial www.bps.go.id


Dit Statistik Kependudukan Dit Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan,
BPS
Dit Statistik Kesejahteraan Rakyat,
Dit Statistik Ketahanan Sosial

90 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 5:
Borang Isian Data Indikator Akses Universal Kesehatan
Reproduksi

Untuk mempermudah pihak terkait dalam mengumpulkan data indikator AUKR ini, maka dapat
digunakan borang khusus, dengan batasan operasional variabel yang masing-masing telah dijelaskan
pada bab terdahulu. Borang adalah lembar tempat mencatat data atau informasi. Data harus memiliki
sifat yang akurat dan tepat waktu, termasuk data yang dikumpulkan untuk indikator AUKR. Untuk itu
perlu dikaji sebelumnya, bagaimana kualitas data yang disediakan atau dicatat.

Pada borang berikut, pencatatan data indikator AUKR pada kolom nasional dimaksudkan untuk
memantau pencapaian AUKR di tingkat nasional. Sedangkan pencatatan data indikator pada kolom
daerah (provinsi atau kabupaten/kota) dimaksudkan untuk memantau pencapaian AUKR di tingkat
daerah. Pencatatan data hendaknya mencantumkan sumber data, sehingga mudah untuk menelusuri
dan memeriksa silang guna meyakinkan validitas data.

Data yang bersumber dari fasilitas pelayanan (primer) - yang kemudian dilaporkan sebagai data rutin
- perlu ditelaah kelengkapannya terkait dengan cakupan pelayanan. Bila diduga terjadi kurang-lapor
(under-reported) akibat cakupan pelayanan yang rendah, maka data tetap dapat dicatat (sebagai data
numerator saja atau data denominator saja) berupa angka absolut, dan data ini tetap berguna untuk
melihat kecenderungan (trend) kejadian di daerah tersebut menurut waktu. Jadi pada borang isian,
pada baris N (numerator) dan D (denominator) tetap diisikan angka yang ada atau tersedia.

Indikator yang berupa angka relatif, yaitu sudah membandingkan data numerator dengan
denominator, hendaknya disajikan bila kualitas data di masing-masing komponen tersebut dijamin
cukup baik. Bila pada borang dicatat informasi angka indikator relatif, maka perlu diberi penjelasan
tambahan tentang bagaimana gambaran kualitas data yang digunakan untuk membangun indikator
tersebut, misalnya diduga kurang lengkap, atau kurang cakupan pelayanan, atau berbeda data antara
sumber satu dengan yang lain.

PEDOMAN TEKNIS 91
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Tabel 1. Borang Isian Data Indikator AUKR - Kebijakan

Daerah (Provinsi/ Catatan


No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
1 Strategi Kebijakan Kesehatan Reproduksi dan Seksual
2 Alokasi anggaran untuk hal kesehatan reproduksi dan seksual
3 Dukungan dana pemerintah untuk KB
4 Pelayanan antenatal care
5 Skrining anemia dalam pelayanan antenatal
6 Registrasi kelahiran (termasuk berat badan)
7 Kebijakan skrining kanker serviks
8 Kebijakan pencegahan dan penanganan IMS
9 Hukum tentang larangan diskriminasi berdasar jenis kelamin,
orientasi seksual, cacat mental atau fisik
10 Strategi tentang perlunya persetujuan secara penuh dan
bebas dari masing-masing pihak untuk menikah
11 Hukum yang melarang kekerasan seksual
12 Hukum yang melarang perkosaan dalam rumah tangga
13 Strategi pencegahan dan penanganan kekerasan seksual,
termasuk perkosaan dalam rumah tangga
14 Pendidikan seksualitas di institusi pendidikan
15 Indikator terkait KB (mengacu kepada Family Planning Effort
Index)
16 Perencanaan beberapa tahun untuk pengadaan alokon
terkait KB
17 Komitmen pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap
rencana pengadaan alokon
18 Dukungan dana donor untuk KB
19 Sistem informasi tentang populasi yang bisa mencapai fasili-
tas dalam satu jam (SIG)
20 Pencatatan kejadian FGM
21 Hukum perkawinan yang melarang perkawinan laki-laki &
perempuan di bawah usia 18 tahun
22 Hukum pelarangan pelaksanaan FGM
23 Strategi untuk menghilangkan praktek FGM
24 Peraturan medis yang melarang dilakukan FGM

92 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Tabel 2. Borang Isian Data Indikator AUKR Pelayanan

Daerah (Provinsi/ Catatan


No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
25 Angka (rate) Prevalensi Kontrasepsi (Contraceptive Prevalence
Rate /CPR)
N: Jumlah pasangan (perempuan usia reproduktif 15-
49 th dan pasangannya) yang menggunakan metode
kontrasepsi dalam periode satu tahun terakhir
D: Jumlah PUS (Pasangan Usia Subur) dalam satu tahun
terakhir
26 Persentase perempuan memeriksakan kehamilan minimal 4
kali selama kehamilan (K4)
N: Jumlah Perempuan yang memeriksakan kehamilan ke
petugas kesehatan yang terlatih minimal 4 kali selama
kehamilan yang terdiri atas: 1 kali pada trimester1, 1
kali pada trimester 2, 2 kali pada trimester 3
D: Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun terakhir,
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth Rate
(CBR)
27 Persentase ibu hamil yang dites HIV
N: Jumlah ibu hamil yang dites HIV dalam satu tahun
terakhir
D: Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun terakhir,
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth Rate
(CBR)
28 Persentase ibu hamil yang dites sifilis
N: Jumlah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan yang
dites sifilis
D: Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun terakhir
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth Rate
(CBR)
29 Persentase ibu hamil yang dites anemia
N: Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara laboratorik

D: Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun terakhir


dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth Rate
(CBR)

PEDOMAN TEKNIS 93
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
30 Persentase cakupan vaksinasi tetanus toxoid selama
kehamilan
N: Jumah ibu hamil yang divaksinasi tetanus toxoid
D: Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun terakhir
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth Rate
(CBR)
31 Persentase persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
N: Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih dalam satu tahun terakhir
D: Estimasi jumlah kelahiran dalam satu tahun terakhir
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth Rate
(CBR)
32 Persentase seksio sesarea pada seluruh kelahiran
N: ibu hamil yang melahirkan dengan cara seksio sesaria
dalam satu tahun terakhir
D: Estimasi jumlah kelahiran dalam satu tahun terakhir,
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth
Rate (CBR)
33 Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks
terakhir yang berisiko tinggI
N: Jumlah orang yang menggunakan kondom pada
hubungan seks berisiko satu tahun terakhir
D: Jumlah orang yang melakukan hubungan seks
berisiko terakhir dalam satu tahun terakhir
34 Persentase Ibu hamil HIV+ menerima ARV untuk mencegah
penularan HIV dari ibu ke bayi (PMTCT/PPIA)
N: Jumlahibu hamil dengan HIV+ menerima ARV untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi dalam satu
tahun terakhir
D: Jumlah ibu hamil dengan HIV+ dalamsatu tahun
terakhir

35 Persentase bayi (dari Ibu HIV+) menerima ARV untuk


mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi (PMTCT/PPIA)
N: Jumlahbayi dari ibu HIV+ yang menerima ARV* untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi dalam satu
tahun terakhir
D: Jumlah bayi dari ibu HIV+ dalamsatu tahun terakhir
36 Persentase persalinan di sarana pelayanan kesehatan
N: Jumlah persalinan di seluruh fasilitas kesehatan
D: Estimasi jumlah kelahiran dalam satu tahun terakhir
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth Rate
(CBR)

94 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
37 Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
N: Jumlah ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada
bayinya sampai 6 bulan setelah kelahiran
D: Estimasi jumlah kelahiran dalam satu tahun terakhir
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth
Rate (CBR)
38 Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks
pertama
N: Jumlah orang yang menggunakan kondompada
hubungan seks pertama
D: Jumlah orang yang pernah melakukan hubungan
seks
39 Persentase Ibu hamil dengan sifilis positif menerima
pengobatan standar
N: Jumlahibu hamil dengan tes serologi sifilis positif
menerimapengobatan standar setahun terakhir
D: Jumlah ibu hamil yang tes serologi sifilis positif dalam
satu tahun terakhir
40 Persentase Perempuan usia 20-50 th yg telah diskrining
kanker leher rahim sesuai kebijakan pencegahan kanker
leher rahim
N: Jumlah perempuan usia 30- 50 tahun yang telah
diskrining kanker leher rahim
D: Perempuan usia 20-50 th
41 Jumlah kejadian kekerasan seksual yang dilaporkan untuk
bukti hukum ke penegak hukum dan/atau ke tenaga
kesehatan dalam 5 tahun terakhir

42 Persentase kasus kekerasan seksual yang dilaporkan &


menyebabkan ada tuntutan
N: Jumlah kasus kekerasan seksual yang dilaporkan ke
kepolisian dan dilakukan tuntutan
D: Seluruh jumlah kasus kekerasan seksual yang
dilaporkan ke kepolisian
43 Persentase remaja yang menerima materi secara
komprehensif tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas
di sekolah
N: Jumlah remaja yang telah dilatih secara komprehensif
mengenai kesehatan reproduksi dan seksual di sekolah
pada satu tahun terakhir
D: Jumlah remaja di sekolah pada satu tahun terakhir
44 Persentase perempuan dengan fistula vesiko-vaginal yang
dioperasi
N: Jumlah perempuan yang didiagnosis mengalami
fistula vesiko-vaginal dan telah dioperasi
D: Jumlah perempuan yang didiagnosis mengalami
fistula vesiko-vaginal dalam satu tahun

PEDOMAN TEKNIS 95
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Tabel 3. Borang Isian Data Indikator AUKR Akses

Daerah (Provinsi/ Catatan


No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
45 Rasio jumlah sarana yang memberikan pelayanan KB per
500.000 penduduk
N: Jumlah tempat pelayanan KB yang menyediakan
paling kurang alat kontrasepsi kondom dan pil
D: Jumlah penduduk dalam satu tahun dibagi 500.000
46 Persentase pelayanan keseahtan primer yang menyediakan
pelayanan KB
N: Jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan KB
minimal jenis kondom dan pil
D: Jumlah seluruh puskesmas
47 Rasio fasilitas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency
(minimal satu PONEK) per 500.000 penduduk
N: Jumlah PONED dan PONEK
D: jumlah penduduk dibagi 500.000.
48 Persentase perempuan usia 15-49 tahun yang ingin
menunda atau tidak ingin hamil lagi
N: Jumlah perempuan usia 15-49 tahun yang ingin
menunda atau tidak ingin hamil lagi
D: Jumlah seluruh perempuan usia 15-49 tahundalam
satu tahun
49 Persentase perempuan dan laki-laki muda (15-24 tahun)
N: Jumlah penduduk (15-24 tahun) yang mengetahui
dua cara pencegahan penyakit seks menular dan HIV
D: Jumlah penduduk (15-24 tahun)
atau
Kelompok risiko tinggi yang mengetahui cara yang benar
untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual.
N: Jumlah penduduk berisiko tinggi (IDU, PSK, mobile
population, MSM, waria, multiple seksual partner),
berusia 15-24 tahun yang mengetahui dua cara
pencegahan penyakit seks menular dan HIV.
D:Jumlah penduduk berisiko tinggi
50 Persentase perempuan usia subur (PUS) seksual aktif yang
tidak ingin punya anak lagi atau yang ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya dalam jangka waktu minimal 2 tahun
tetapi tidak menggunakan alat atau cara kontrasepsi
(unmetneed)
N: Jumlah perempuan usia subur yang menikah atau
hidup bersama (seksual aktif ) yang tidak ingin punya
anak lagi atau yang ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya dalam jangka waktu minimal 2 tahun tetapi
tidak menggunakan alat atau cara kontrasepsi.
D: Jumlah PUS yang menikah atau hidup bersama
(seksual aktif ) dalam satu tahun

96 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
51 Persentase fasilitas (dengan tenaga terlatih) yang
menyediakan minimal 3 metode KB
N:Jumlah fasilitas*(dengan tenaga terlatih) yang
menyediakan 3 metode Keluarga Berencana
D:Jumlah fasilitas di daerah tersebut
52 Persentase sarana yang menyediakan dukungan medis,
psikologis, hukum bagi perempuan dan laki-laki yang
diperkosa atau mengalami inses
N: jumlah sarana yang menyediakan dukungan medis,
psikologis, hukum bagi perempuan dan laki-laki yang
diperkosa atau mengalami inses
D: Jumlah sarana pelayanan (kesehatan, psikologis,
hukum) diwilayah tersebut
53 Persentase puskesmas yang menyediakan pelayanan IMS
dengan pendekatan sindrom
N: Jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan IMS
dengan pendekatan sindrom
D: Jumlah seluruh puskesmas
54 Rasio jumlah institusi lain yang menyediakan informasi,
pelayanan dan peralatan KB per 500.000 penduduk
N: Jumlah institusi lain yang menyediakan informasi,
pelayanan dan peralatan KB
D: Jumlah penduduk dibagi 500.000
55 Persentase penduduk bertempat tinggal di desa yang
memilikirencana transportasi dan ystem rujukan komunitas
N: Jumlah penduduk bertempat tinggal di desa
siaga(memiliki rencana penyediaan transportasi darurat
dan sistem rujukan)
D: Jumlah penduduk
56 Persentase petugas kesehatan yang terlatih memberikan
pelayanan aborsi yang aman
N: Jumlah petugas kesehatan yang terlatih memberikan
pelayanan aborsi yang aman
D:Jumlah petugas kesehatan
57 Persentase petugas terlatih memberi konseling kesehatan
reproduksi
N: Jumlah petugas kesehatan yang terlatih memberikan
pelayanan aborsi yang aman
D:Jumlah petugas kesehatan dan pendidik (guru BK)
58 Mekanisme alternatif dalam pemberian informasi dan
pelayanan kesehatan seksual
59 Persentase petugas kesehatan yang terlatih untuk
mendeteksi tanda-tanda pelecehan atau kekerasan seksual
N: Jumlah petugas kesehatan yang pernah dilatih
mendeteksi tanda-tanda pelecehan atau kekerasan
seksual
D: Jumlah seluruh petugas kesehatan

PEDOMAN TEKNIS 97
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
60 Persentase polisi yang terlatih dalam (isu) kesehatan seksual
dan kekerasan seksual
N: Jumlah petugas kepolisian yang pernah dilatih
mendeteksi tanda-tanda pelecehan atau kekerasan
seksual
D: Jumlah petugas kepolisian
61 Persentase sarana pemberi pelayanan yang menyediakan
pelayanan ramah remaja
N: Jumlah fasilitas puskesmas yang memberikan
pelayanan ramah remaja
D: Jumlah seluruh puskesmas dalam wilayah
62 Persentase tenaga kesehatan terlatih untuk memberikan
pelayanan ramah remaja
N: petugas kesehatan yang pernah dilatih memberikan
pelayanan ramah remaja
D: Jumlah seluruh petugas kesehatan
63 Adanya mekanisme (alternatif) penyediaan pelayanan
kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja
64 Persentase perempuan dan laki pernah kawin tahu minimal
3 faktor risiko/tanda bahaya kehamilan yang berhubungan
dengan komplikasi
N: Jumlah perempuan dan laki pernah kawin tahu
minimal 3 faktor risiko/tanda bahaya kehamilan yang
berhubungan dengan komplikasi
D: Jumlah perempuan dan laki pernah kawin dalam satu
tahun terakhir
65 Persentase perempuan dan laki pernah kawin tahu tempat
fasilitas pelayanan untuk kehamilan dengan komplikasi
N: Jumlah perempuan dan laki pernah kawin tahu
tempat fasilitas pelayanan untuk penanganan kehamilan
dengan komplikasi maternal
D: Estimasi Jumlah perempuan dan laki pernah kawin.
66 Persentase petugas kesehatan tahu tentang aborsi yang
legal
N: Jumlah petugas kesehatan yang tahu dengan benar
tentang aborsi yang legal
D: Jumlah seluruh petugas kesehatan
67 Persentase fasilitas pelayanan yang pernah mengalami
kekurangan stok alokon (metoda apa saja)dalam periode
satu bulan
N: Jumlah fasilitas yang pernah mengalami kekurangan
stok alokon dalam periode satu bulan
D: Jumlah fasilitas yang menyediakan pelayanan KB
dalam satu tahun

98 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
68 Standar dan protokol untuk diagnosis, pengobatan, dan
konseling IMS/ISR
N: Jumlah fasilitas kesehatan yang mempunyai buku
standar dan protokol untuk diagnosis, pengobatan dan
konseling IMS
D: Jumlah fasilitas kesehatan atau fasilitas kesehatan
yang memberikan layanan IMS
69 Standar dan protokol pelayanan untuk mempromosi-kan
kesehatan reproduksi
N: Jumlah fasilitas yang mempunyai standar protokol
untuk mempromosikan kesehatan reproduksi
D: Jumlah fasilitas kesehatan dalam satu tahun

Tabel 4. Borang Isian Data Indikator AUKR Dampak

Daerah (Provinsi/ Catatan


No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
70 Persentase alokasi dana pemerintah untuk kesehatan
N: Jumlah Rupiah anggaran yang dialokasikan untuk
sektor kesehatan selama setahun
D: Jumlah Rupiah anggaran total selama setahun
71 Persentase alokasi dana pemerintah untuk kesehatan
seksual dan kesehatan reproduksi
N: Jumlah Rupiah anggaran yang dialokasikan
untuk program terkait kesehatan reproduksi selama
setahun
D: Jumlah Rupiah anggaran kesehatan selama
setahun
72 Total fertility Rate (TFR)
73 Angka (rate) kelahiran pada populasi usia remaja (15-19
tahun) (ASFR)
N: Jumlah kelahiran yang terjadi dari ibu usia remaja
(15-19 tahun) selama periode satu tahun.
D: Jumlah remaja perempuan usia 15-19 tahun di
pertengahan tahun
74 Persentase perempuan usia subur anemia
N: Jumlah perempuan usia 15 49 tahun yang pada
tes Hemoglobin (terstandar) dinyatakan anemia
D: Jumlah perempuan usia 15 49 tahun
75 Angka (ratio) Kematian Ibu per 100.000 KH
N: Jumlah kematian ibu, dengan sebab terkait
kehamilan, persalinan, atau nifas
D: Jumlah kelahiran hidup yang terjadi dalam peri-
ode satu tahun

PEDOMAN TEKNIS 99
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
76 Angka (rate) Kematian Perinatal per 1000 KH
N: Jumlah kematian anak pada masa perinatal, yaitu
pada saat janin di umur kehamilan 28 minggu atau
lebih, sampai bayi umur 7 hari pascalahir.
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun
77 Angka (ratio) bayi lahir mati per 1000 KH
N: Jumlah bayi yang dilahirkan dengan tidak mem-
perlihatkan tanda kehidupan (nafas, jantung, refleks)
dalam satu tahun
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun
78 Angka (rate) Kematian Neonatal per 1000 KH
N: Jumlah bayi yang meninggal pada umur di
bawah 30 hari.
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun
79 Rate BBLR (kurang dari 2500 gram)
N: Jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun

80 Angka (rate) Insidensi Tetanus Neonatorum


N: Jumlah kasus baru tetanus neonatorum (yaitu
tetanus yang terjadi pada bayi berumur kurang dari
30 hari)
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun
81 Persentase kasus Obstetri dan Ginekologi yang dirawat
karena Aborsi
N: Jumlah kasus obstetrik ginekologik yang dirawat
di fasilitas pelayanan kesehatan (rumahsakit) karena
aborsi, dalam periode satu tahun
D: Jumlah kasus obstetrik ginekologik yang dirawat
di fasilitas pelayanan kesehatan (rumahsakit) dalam
periode satu tahun
82 Rate aborsi per 1000 kelahiran hidup
N: Jumlah kejadian aborsiyang dilaporkan oleh fasili-
tas pelayanan kesehatan dalam satu tahun
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun

100 PEDOMAN TEKNIS


PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
83 Persentase Kematian Maternal karena Aborsi

N: Jumlah kematian ibu yang terjadi pada saat


hamil, atau terminasi kehamilan, atau pascatermi-
nasi kehamilan, di saat usia kehamilan di bawah 28
minggu
D: Jumlah kematian ibu dalam periode satu tahun
84 Persentase perempuan hamil usia 15-24 tahun positif
Sifilis
N: Jumlah perempuan hamil berusia 15-24 tahun,
yang dideteksi positif Sifilis pada pemeriksaan darah
D: Jumlah perempuan hamil berusia 15-24 tahun
85 Persentase perempuan hamil usia 15-24 tahun positif
HIV
N: Jumlah perempuan hamil berusia 15-24 tahun,
yang dideteksi positif HIV pada pemeriksaan darah
D: Jumlah perempuan hamil berusia 15-24 tahun
86 Rate angka Remaja (10-19 tahun ) yang melahirkan
N: Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang pernah
melahirkan
D: Jumlah remaja usia 10-19 tahun, dalam periode
satu tahun
87 Angka kematian ibu karena komplikasi
N: Jumlah ibu yang meninggal karena sebab
langsung komplikasi, termasuk: perdarahan,
hipertensi, aborsi, sepsis, persalinan lama/macet,
kehamilan ektopik, embolisme, dan kejadian terkait
anestesi) dalam satu tahun
D: Jumlah ibu dengan komplikasi langsung saat
kehamilan, persalinan, nifas, termasuk perdarahan,
hipertensi, aborsi, sepsis, persalinan lama/macet,
kehamilan ektopik, embolisme, dan kejadian terkait
anestesi, dalam periode satu tahun
88 Persentase laki-laki usia 15-49 tahun dilaporkan sedikitn-
ya mengalami satu kali infeksi saluran kencing dalam 12
bulan terakhir
N: Jumlah laki-laki usia 15-49 tahun yang pernah
(sedikitnya satu kali) mengalami infeksi saluran
kencing dalam setahun terakhir
D: Jumlah laki-laki usia 15-49 tahun
89 Persentase perempuan dan Laki usia 18-24 tahun yang
memiliki anak sebelum usia 18 tahun
N: Jumlah penduduk usia 18-24 tahun yang telah
memiliki anak sebelum usia 18 tahun
D: Jumlah penduduk usia 18 24 tahun

PEDOMAN TEKNIS 101


PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
90 Persentase kelahiran dalam 5 tahun terakhir dengan
interval kurang dari 24 bulan
N: Jumlah kelahiran yang berjarak dengan kelahiran
sebelumnya kurang dari 24 bulan dalam periode 5
tahun terakhir
D: Jumlah kelahiran dalam periode 5 tahun terakhir
91 Persentase remaja (10-19 tahun) yang pernah melaku-
kan hubungan seks
N: Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang pernah
berhubungan seks
D: Jumlah remaja usia 10-19 tahun, dalam periode
satu tahun
92 Persentase penggunaan kontrasepsi pada hubungan
seks pertama atau terakhir bagi remaja 10-19 tahun
N: Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang pernah
berhubungan seks, dan memakai kontrasepsi pada
hubungan seks pertama atau terakhir (dibedakan
menurut laki dan perempuan)
D: Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang pernah
berhubungan seks, dalam periode satu tahun (dibe-
dakan menurut laki dan perempuan)
93 Rate prevalensi kejadian fistula obstetrik
N: Jumlah ibu dengan diagnosis fistula obstetrik
dalam setahun
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun

102 PEDOMAN TEKNIS


PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 6:
DAFTAR KONTRIBUTOR

Pengarah
dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA

Editor
drg. Wara Pertiwi Osing, MA
Dr. dr. Melania Hidayat, MPH

Konsultan
Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, MSc

Kontributor

Pusat
No. Kementerian/ Lembaga Lintas Program
1. Kementerian Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina Kesehatan Anak,
Direktorat Bina Gizi, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak, Biro Hukum dan Organisasi, Biro
Perencanaan dan Anggaran, Direktorat Pengendalian Penyakit
Menular Langsung, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Rujukan, Pusat Data dan Informasi, Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Pusat Promosi
Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2. Badan Kependudukan Direktorat Pelaporan dan Statistik Deputi Bidang Advokasi,
dan Keluarga Berencana Penggerakan dan Informasi, Direktorat Bina Kepesertaan KB Jalur
Nasional Pemerintah Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, Biro Perencanaan, Pusat Penelitian Kependudukan
3. Kementerian Dalam Direktorat Pencatatan Sipil Direktorat Jenderal Kependudukan
Negeri dan Pencatatan Sipil
4. Kementerian Asdep Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan Deputi
Pemberdayaan Bidang Perlindungan Perempuan
Perempuan dan
Perlindungan Anak

PEDOMAN TEKNIS 103


PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
5. Kementerian Pendidikan Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
dan Kebudayaan
6. Kementerian Sosial Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan, Badan Pendidikan dan
Penelitian Kesejahteraan Sosial, Direktorat Perlindungan Sosial
Korban Tindak Kekerasan dan Pekerja Migran
7. Kementerian Agama Direktorat Pendidikan Agama Islam Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam
8. Kementerian Hukum Direktorat Rancangan/Harmonisasi Direktorat Jenderal Peraturan
dan Hak Asasi Manusia Perundang-Undangan, Direktorat Kerjasama HAM Direktorat
Jenderal HAM
9. Kepolisian Republik Pusat Informasi Kriminalitas Nasional Bareskrim, Direktorat Tindak
Indonesia Pidana Umum Bareskrim
10. Badan Pusat Statistik Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Kedeputian Bidang Statistik Sosial
Daerah
No. Provinsi Kabupaten/ Kota
1. Sumatera Utara Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan
2. Sulawesi Barat Kabupaten Mamasa, Kabupaten Mamuju Utara
3. Nusa Tenggara Timur Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Manggarai,
Kabupaten Alor
4. Papua Kabupaten Jayapura, Kabupaten Merauke
5. Papua Barat Kabupaten Manokwari
6. Jawa Barat Kota Bogor
7. DKI Jakarta Kota Administrasi Jakarta Timur
Mitra Pembangunan
1 UNFPA dr. Elvira Liyanto, dr. Tira Aswitama
2 NPCU Bappenas dr. Sri Hermiyanti, MSc
3 WHO Rustini Floranita, SKM, dr. Tini Setiawan

104 PEDOMAN TEKNIS


PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
INDONESIA
Delivering a world where every pregnancy is wanted, every Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia
childbirth is safe and every young persons potential is fulfilled.
Jl H.R.Rasuna Said Blok X.5
United Nations Population Fund Indonesia Kav. 4-9, Jakarta 12950
Menara Thamrin, 7th Floor Tel: +6221 5201590
Jalan MH Thamrin Kav. 3, Jakarta, Indonesia http://www.depkes.go.id
Tel: +6221 29802300
www.indonesia.unfpa.org

También podría gustarte