Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
Kementerian Kesehatan
INDONESIA
OF UNIVERSAL ACCESS TO
Republik Indonesia
PEDOMANHEALTH
REPRODUCTIVE TEKNISAT
PEMANTAUAN
NATIONAL & PENCAPAIAN
SUBNATIONAL
AKSES UNIVERSAL
LEVEL IN INDONESIA
KESEHATAN REPRODUKSI
2 015
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
613.94
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal
p Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak
Pedoman teknis pemantauan pencapaian akses universal
Kesehatan reproduksi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
2015
ISBN 978-602-235-980-7
1. Judul I. REPRODUCTION
II. HEALTH DATA III. HELATH STATUS INDICATORS
IV. DATA COLLECTION
613.94
Ind
p
PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN
AKSES UNIVERSAL
KESEHATAN REPRODUKSI
Kata Pengantar
Buku Pedoman Teknis Pemantauan Pencapaian Akses Universal Kesehatan Reproduksi diterbitkan
sebagai acuan dalam penyediaan dan pemantauan indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi
(AUKR) di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Buku ini disusun melalui serangkaian kegiatan
yang dimulai dari studi kelayakan terhadap ketersediaan indikator akses universal kesehatan reproduksi
pada 10 kabupaten lokasi bantuan UNFPA yaitu Kabupaten Nias, Nias Selatan, Mamasa, Mamuju Utara,
Timor Tengah Selatan, Alor, Manggarai, Jayapura, Merauke, dan Manokwari; rapat koordinasi di tingkat
pusat yang melibatkan 10 sektor/lembaga terkait; pertemuan pusat dan daerah serta uji coba di 4
kabupaten/kota yaitu Kabupaten Jayapura, Timor Tengah Selatan, Kotamadya Jakarta Timur dan Kota
Bogor.
Buku pedoman teknis ini terdiri dari 4 bab yaitu; (1) Pendahuluan; (2) Indikator Akses Universal
Kesehatan Reproduksi; (3) Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal Kesehatan Reproduksi; dan
(4) Penutup. Buku ini berisi penjelasan jenis dan kategori indikator program program dalam ruang
lingkup kesehatan repoduksi serta menyajikan informasi tentang langkah-langkah dalam penyediaan
dan pengumpulan data indikator AUKR di setiap sektor yang terlibat serta mekanisme koordinasi
dalam pengumpulan data tersebut, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak-pihak yang turut berkontribusi dalam
penyusunan hingga terbitnya buku Pedoman Teknis Pemantauan Pencapaian Akses Universal
Kesehatan Reproduksi. Kami menyadari tentunya buku ini masih belum sempurna, oleh karena
itu saran/masukan sangat diharapkan guna penyempurnaan buku ini di masa datang. Semoga buku
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan program kesehatan reproduksi dan
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi kepada masyarakat.
Hak reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang diakui secara global. Upaya pemenuhan
hak reproduksi pertama kali didiskusikan pada International Conference on Population Development
(ICPD) tahun 1994 yang merupakan milestone (tonggak awal) perubahan paradigma dari pendekatan
kuantitatif pengendalian laju pertumbuhan penduduk menjadi pendekatan hak asasi manusia (HAM),
gender dan orientasi kepada klien. Pada pertemuan tersebut disepakati bahwa semua negara harus
mengupayakan pelayanan kesehatan reproduksi yang dapat dijangkau oleh semua orang sesuai umur
dan kebutuhan pada siklus hidupnya, melalui sistem pelayanan kesehatan dasar dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya sebelum tahun 2015 (Universal Access to Reproductive Health 2015).
Konsep ICPD tentang kesehatan reproduksi tidak secara eksplisit tercantum di dalam framework
Millenium Development Goals (MDGs). Namun pada World Summit 2005 dengan tegas dinyatakan bahwa
kesehatan reproduksi berperan penting dalam mencapai gender-and health-related to MDGs dengan
rekomendasi bahwa kesehatan reproduksi harus diintegrasikan ke dalam tujuan pembangunan MDGs
dengan mengembangkan mekanisme monitoring MDGs untuk mencapai akses universal kesehatan
reproduksi.
Saat ini kita telah berada di penghujung tahun 2015. Walaupun sudah banyak kemajuan yang
dicapai, tetapi masih diperlukan kerja keras untuk mencapai sasaran MDGs utamanya untuk target 5,
penurunan angka kematian ibu dan menjamin akses universal terhadap kesehatan reproduksi yang
menjadi salah satu agenda MDGs yang belum selesai. Karena itu, untuk memastikan bahwa semua
orang dapat mengakses pelayanan kesehatan reproduksi yang komperehensif, dengan mengurangi
ketidakadilan, kesenjangan akses, dan penggunaan layanan kesehatan maka capaian indikator akses
universal kesehatan reproduksi harus tetap konsisten dipantau dan ditingkatkan.
Tujuan pembangunan dalam MDGs sebagai nomenklatur tidak akan berhenti di tahun 2015. Agenda
ke depan untuk melanjutkan MDGs, utamanya bagi agenda yang belum selesai, telah dikembangkan
suatu konsepsi dalam konteks kerangka/agenda pembangunan pasca 2015, yang disebut Sustainable
Development Goals (SDGs). Konsep SDGs ini diperlukan sebagai kerangka pembangunan baru yang
mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca 2015 MDGs.
Tahun 2008 World Health Organization (WHO) dan United Nation Fund Population (UNFPA) menyusun
National level monitoring of the Achievement of Universral Access to Reproductive Health yang berisi
kumpulan indikator untuk membantu negara negara dalam memantau pemenuhan hak reproduksi
melalui pencapaian akses universal kesehatan reproduksi. Melalui serangkaian kegiatan yang
melibatkan lintas program, lintas sektor terkait, dan beberapa daerah intervensi, buku ini diadaptasi
dalam konteks Indonesia, yaitu dengan menyepakati 93 Indikator dari 109 indikator AUKR yang
iv PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
tersedia dan dapat dipantau di Indonesia. Sembilan puluh tiga indikator tersebut didapatkan melalui
data yang diperoleh dari laporan rutin, survei, pengolahan data sederhana pada 10 sektor terkait, yaitu:
Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Sosial, Kementerian
Agama, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional, Badan Pusat Statistik, dan Kepolisian.
Mengingat data yang dibutuhkan tersebar pada 10 sektor, maka diperlukan komitmen tinggi dan
peran aktif dari setiap sektor/lembaga terkait dalam penyediaan data AUKR baik di tingkat kabupaten/
kota, provinsi maupun di pusat. Evidence based terhadap capaian/kemajuan upaya pemenuhan hak
reproduksi dapat bermanfaat dalam mengembangkan program dan kebijakan kesehatan reproduksi
di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pemantauan pencapaian akses universal kesehatan
reproduksi harus terus dilaksanakan dan ditingkatkan, sehingga hak reproduksi dapat terpenuhi dan
tujuan penurunan angka kematian ibu dapat tercapai.
PEDOMAN TEKNIS v
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daftar Isi
Bab 1. Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 4
1.3 Sasaran 4
1.4 Ruang Lingkup 5
1.5 Dasar Hukum 6
Bab 4. Penutup 73
Lampiran 74
vi PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daftar Tabel dan Gambar
PEDOMAN TEKNIS ix
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan
Perpres Peraturan Presiden
Perwali Peraturan Walikota
PIKR Pusat Informasi Konseling Remaja
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PKM Pusat Kesehatan Masyarakat
PKPR Pelayanan Kesehatan Pedul Remaja
PKRE Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial
PKRK Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif
PKT Pusat Krisis Terpadu
PMTCT Prevention of Mother-to Child Transmission/Pencegahan Penularan Ibu ke Anak
Polda Kepolisian Daerah
Polindes Pondok Bersalin Desa
Polres Kepolisian Resort
PONED Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar
PONEK Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif
Poskesdes Pos Kesehatan Desa
PP Peraturan Pemerintah
PPA Perlindungan Perempuan dan Anak
PPIA Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
P2M Pencegahan Penyakit Menular
P2TP2A Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
PPT Pusat Pelayanan Terpadu
Promkes Promosi Kesehatan
PSK Penjaja Seks Komersial
PUS Pasangan Usia Subur
PUS IKNAS Pusat Informasi Kriminalitas Nasional
Pusdatin Pusat Data dan Informasi
RAN Rencana Aksi Nasional
RAPBD Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Renstra Rencana Strategi
RI Republik Indonesia
Rifaskes Riset Fasilitas Kesehatan
Riskesdas Riset Kesehatan Dasar
RPSA Rumah Perlindungan Sosial Anak
RPTC Rumah Perlindungan Trauma Center
RS Rumah Sakit
x PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
SDGs Sustainable Development Goals
SDKI Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SDM Sumber Daya Manusia
SIG Sistem Informasi Geografis
SIHA Sistem Informasi HIV AIDS
SIKDA Generik Sistem Informasi Kesehatan Daerah Generik
Simkarkesma Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra
SIRS Sistem Informasi Rumah Sakit
SKB Surat Kesepakatan Bersama
SKPD Satuan Kerja Pemerintah Daerah
SKRRI Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
SOP Standard Operating Procedure
SRH Sexual and Reproductive Health
STBP Survei Terpadu Biologis Perilaku/IBBS
STRANAS Strategi Nasional
Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tap MPR Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
TFR Total Fertility Rate
TNI Tentara Nasional Indonesia
UAtRH Universal Access to Reproductive Health
UKS Usaha Kesehatan Sekolah
UNFPA United Nations Population Fund
UU Undang-Undang
UUD Undang-Undang Dasar
WCC Women Crisis Centre
WHO World Health Organization
WUS Wanita Usia Subur
Yankesdas Pelayanan Kesehatan Dasar
PEDOMAN TEKNIS xi
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
xii PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Bab 1. Pendahuluan
Jauh sebelum tujuan milenium tersebut dicanangkan, suatu konferensi internasional tentang
kependudukan dan pembangunan (International Conference for Population and Development/
ICPD) diselenggarakan pada tahun 1994 di Kairo, yang menyepakati pokok-pokok penting dalam
mengembangkan sistem kesehatan negara-negara di dunia. Pokok-pokok tersebut dikenal sebagai
Akses Universal Kesehatan Reproduksi disingkat AUKR (Universal Access to Reproductive Health/UAtRH)
dalam rangka memenuhi hak kesehatan reproduksi2. Terkait hal ini, di Indonesia pada tahun 1996
diselenggarakan lokakarya nasional kesehatan reproduksi pertama yang menyepakati Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Esensial (PKRE), yang terdiri dari empat program yaitu kesehatan ibu dan bayi
baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanggulangan
infeksi saluran reproduksi termasuk IMS-HIV/AIDS. Disamping itu, PKRE dapat dilengkapi dengan
program kesehatan reproduksi pada usia lanjut sehingga pelayanan kesehatan reproduksi menjadi
lebih komprehensif (PKRK). Sebagai tindak lanjut lokakarya nasional kesehatan reproduksi yang kedua,
pada tahun 2005 dihasilkan dokumen tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi
(Stranas KR) di Indonesia, yang dinyatakan bahwa ruang lingkup kebijakan terkait kesehatan reproduksi
adalah kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan penanggulangan IMS termasuk
HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan reproduksi usia lanjut, dan pemberdayaan
perempuan.3
Pada MDG terlihat konsep ICPD tidak secara tersurat dicantumkan, namun bila ditelaah tampak tujuan
MDG ke 3, 4, 5 dan 6, sangat terkait erat dengan pemenuhan akses universal kesehatan reproduksi.
PEDOMAN TEKNIS 1
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Secara khusus, tujuan ke 5 MDG dirinci menjadi dua target besar yaitu tujuan 5a: menurunkan angka
kematian ibu hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015, dan 5b: mewujudkan akses
kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015. Selanjutnya pada tahun 2005, World Summit
sangat menggarisbawahi peran kesehatan reproduksi dalam mencapai tujuan MDG terkait gender
dan kesehatan. Rekomendasi yang dihasilkan adalah tujuan mencapai akses universal kesehatan
reproduksi harus diintegrasikan ke mekanisme pemantauan tujuan milenium tersebut.
(1) Umum
(2) Kesehatan Ibu, Anak, dan
Kesehatan Ibu dan Anak
Kesehatan Ibu dan Bayi baru Bayi baru lahir
# 4 dan 5a
lahir Pencegahan dan Penanggulangan (3) Pencegahan Aborsi Tak
Komplikasi Aborsi Aman
Keluarga Berencana Keluarga Berencana (4) Keluarga Berencana # 5b
Kesehatan Reproduksi Kesehatan Reproduksi Remaja
(5) Kesehatan Seksual Remaja # 5b
Remaja
Pencegahan dan Pencegahan dan Penanggulangan
Penanggulangan Infeksi Infeksi Saluran Reproduksi (ISR),
(6) Infeksi Menular Seksual # 6
Saluran Reproduksi, termasuk termasuk IMS-HIV/AIDS
IMS-HIV/AIDS
(7) Kesehatan Seksual
(8) Kekerasan Seksual
Pemberdayaan Perempuan #3
(9) Praktik yang
membahayakan
Di tingkat global, pada tahun 2015 sebagai perkiraan waktu tercapainya MDGs, oleh karena itu PBB
membahas kemajuan MDGs dan selanjutnya mengembangkan usulan formulasi tujuan upaya pasca
tahun 2015, yang disebut sebagai Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan terdiri dari 17 tujuan meliputi area: 1) kemiskinan, 2)
ketahanan pangan dan gizi, 3) hidup sehat di semua umur, 4) pendidikan, 5) gender dan pemberdayaan
perempuan, 6) air dan sanitasi, 7) energi terbarukan, 8) pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja
produktif, 9) infrastruktur dan industrialisasi, 10) ketidakmerataan di dalam dan antar negara, 11) kota
dan pemukiman, 12) konsumsi dan produksi, 13) perubahan iklim, 14) kelautan dan kemaritiman, 15)
ekosistem dan biodiversitas, 16) masyarakat aman dan berakses ke keadilan, dan 17) kemitraan global.
Terkait dengan AUKR, pada SDGs secara eksplitis tidak tertulis kata kesehatan reproduksi, namun bila
dicermati hal tersebut, terkait erat dengan tujuan ke 3, 4 dan 5.
Berbagai upaya dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan secara khusus untuk
mencapai akses universal kesehatan reproduksi, semuanya memerlukan pengelolaan, diantaranya
mencakup tahapan pemantauan (monitoring) dan penilaian (evaluasi). Untuk menerapkan pemantauan
pencapaian Akses Universal Kesehatan Reproduksi (AUKR), pada tahun 2008, WHO dan UNFPA telah
mengembangkan konsep dan indikator untuk tingkat nasional.
2 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Pemantauan dengan memakai indikator AUKR dapat memperlihatkan kecenderungan dan kemajuan
upaya/program yang dilaksanakan. Isu AUKR dan kaitannya dengan konsep kesehatan reproduksi
sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1. Selain itu, dicantumkan kode isu AUKR untuk menjelaskan
batasan indikator AUKR pada bab selanjutnya. Secara global, terdapat 109 indikator AUKR yang
mencakup dimensi kebijakan dan determinan sosial, akses, utilisasi pelayanan, serta dampak.
Semua indikator tersebut (Tabel 2) dikategorikan menjadi indikator inti (core) yaitu indikator yang
harus dilaporkan kemajuannya oleh semua negara, indikator tambahan (additional) yaitu indikator
yang dapat dilaporkan tergantung dari kebutuhan, konteks dan kemampuan negara masing-masing,
serta indikator perluasan (extended) yaitu indikator yang disediakan tergantung dari relevansi dengan
permasalahan yang dihadapi masing-masing negara4.
Tabel 2. Jumlah Indikator Global Akses Universal Kesehatan Reproduksi Berdasarkan Dimensi
Kebijakan, Pelayanan, Akses, dan Dampak
4 WHO (2008). National level of monitoring of the achievement of universal access to reproductive health. WHO & UNFPA.
PEDOMAN TEKNIS 3
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
proses ini diperlukan mekanisme pengumpulan dan pengolahan data lintas sektor. Hasil kompilasi
data lintas sektor ini kemudian dianalisis dan hasilnya dapat digunakan untuk memperoleh gambaran
pencapaian AUKR tingkat pusat ataupun daerah. Pada langkah berikutnya, informasi angka indikator
AUKR tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan guna memperbaiki dan
mempercepat pencapaian akses kesehatan reproduksi, sehingga upaya/program/kegiatan yang
dilaksanakan dapat mewujudkan akses universal kesehatan reproduksi secara berkesinambungan
dengan melibatkan lintas sektor.
6.
7. Utilisasi indikator
Upaya/ 8. 5.
Perbaikan AUKR dalam
program/ Kemajuan Analisis
upaya/ program/ manajemen
kegiatan pencapaian AUKR tingkat
kegiatan terkait upaya/ program/
terkait AUKR AUKR pusat/ daerah
AUKR kegiatan
1. 2. 3. 4. Penyajian
Memahami Mekanisme penyediaan Mekanisme pengumpulan Indikator
indikator data terkait AUKR di dan pengolahan data terkait AUKR
AUKR masing-masing sektor/ AUKR lintas sektor/ program
program
1.2 Tujuan
Tujuan umum pedoman teknis ini adalah sebagai acuan bagi pemerintah daerah dan pemerintah
pusat untuk menyajikan angka indikator, baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat dalam
rangka melaksanakan pemantauan kemajuan atau pencapaian upaya meningkatkan Akses Universal
Kesehatan Reproduksi (AUKR).
Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai melalui penerbitan pedoman teknis ini adalah:
2. Menyajikan informasi mekanisme penyediaan data indikator AUKR di tiap sektor di tingkat daerah
maupun di tingkat pusat.
3. Menjelaskan mekanisme pengumpulan data indikator AUKR di lintas sektor di tingkat pusat
maupun pengembangannya di tingkat daerah.
1.3 Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah sektor-sektor terkait penyediaan data untuk indikator AUKR yaitu
pemerintah (mencakup sektor Kesehatan, Pendidikan, Keluarga Berencana, Sosial, Agama, Badan
Pusat Statistik, Perlindungan Perempuan dan Anak, Dalam Negeri, Hukum dan HAM, dan Kepolisian),
serta non-pemerintah atau Lembaga Swadaya Masyarakat.
4 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
1.4 Ruang Lingkup
Pemantauan adalah kegiatan periodik dan sistematis untuk melihat implementasi dari upaya yang
dilaksanakan, apakah sudah sesuai dengan rencana kerja, baik dalam jadwal maupun unsur masukan
lainnya, dan apabila perlu dapat dilakukan aksi/tindakan koreksi terhadap kekurangan yang dideteksi5.
Berdasarkan proses pemantauan AUKR (Gambar 1), pedoman teknis ini mencakup langkah 1 yaitu
memahami indikator (Bab 4) dan langkah 2 serta langkah 3, yaitu mekanisme penyediaan data (Bab
5) yang sangat penting untuk melangkah ke tahap berikutnya. Pada langkah 2 dan 3 telah diantisipasi
dapat terjadi dinamika dan keragaman mekanisme pengumpulan data (di dalam maupun lintas
sektor), dan paparannya pada pedoman ini menjadi contoh praktis dan pemicu dikembangkannya
mekanisme tersebut terutama di tingkat daerah. Dengan menerapkan langkah 1, 2 dan 3 maka proses
pemantauan AUKR didorong untuk lebih komprehensif dan terpadu, baik di tingkat nasional maupun
di daerah.
Indikator AUKR dikembangkan berdasarkan konsep bahwa upaya mencapai akses universal kesehatan
reproduksi dilaksanakan dengan mengacu pada area kesehatan reproduksi, yaitu (1) keluarga
berencana, (2) kesehatan ibu, perinatal dan bayi baru lahir, termasuk mengeliminasi aborsi tidak aman,
(3) infeksi menular seksual (termasuk HIV) dan infeksi saluran reproduksi (IMS/ISR) dan morbiditas
reproduksi lain termasuk kanker, serta (4) kesehatan seksual, termasuk seksualitas remaja dan berbagai
praktek membahayakan.6
Tabel 3. Jumlah Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi yang Tersedia di Indonesia
PEDOMAN TEKNIS 5
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Berdasarkan kajian hasil studi kelayakan dan pertemuan dengan para pemangku kepentingan terkait
upaya kesehatan reproduksi setelah studi kelayakan tersebut, disepakati jumlah indikator AUKR yang
tersedia di Indonesia sebanyak 93, dan tersebar menurut area dan dimensi seperti disajikan pada Tabel
37. Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh, pada lampiran disajikan pula rincian 16 indikator
global yang tidak tersedia di Indonesia.
7 PPKUI (2012). Hasil Studi Kelayakan Indikator Akses Universal ke Kesehatan Reproduksi di 10 Kabupaten di Indonesia.
6 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 430 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit
Kanker
21. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 19 Tahun
2011 tentang Pedoman Pemberdayaan Perempuan Korban Kekerasan
22. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 18 Tahun
2011 tentang Pedoman Pengintegrasian Materi Anti Kekerasan terhadap Perempuan dalam
Pendidikan dan Pelatihan Penjenjangan dan Teknik
23. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 01 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak
Korban Kekerasan
24. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 05 Tahun
2010 tentang Panduan Pembentukan dan Pengembangan Pusat Layanan Terpadu
25. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan.
PEDOMAN TEKNIS 7
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
8 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Bab 2. Indikator Akses Universal
Kesehatan Reproduksi
Bab ini menjelaskan tentang indikator AUKR yang digunakan dalam pemantauan dengan mengacu
pada referensi, hasil studi kelayakan, dan kesepakatan, yang dicapai melalui serangkaian pertemuan
dan konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan terkait. Penjelasan batasan indikator
mencakup hal sebagai berikut:
a. Dimensi kebijakan terkait anggaran, Keluarga Berencana (KB), Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
infeksi/radang saluran reproduksi, kesehatan seksual, kesehatan seksual remaja, kekerasan
seksual, dan praktek yang membahayakan.
b. Dimensi pelayanan meliputi isu KB, KIA, infeksi/radang saluran reproduksi, dan kekerasan
seksual, dan kesehatan seksual remaja.
c. Dimensi akses meliputi isu KB, KIA, aborsi, infeksi/radang saluran reproduksi, kesehatan seksual,
kesehatan seksual remaja, kekerasan seksual, dan praktek yang membahayakan.
d. Dimensi dampak meliputi isu umum, KB, KIA, aborsi, infeksi/radang saluran reproduksi,
kesehatan seksual, dan kesehatan seksual remaja.
Pengertian indikator yang disepakati di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, dengan
merujuk pada referensi utama National-Level Monitoring of the Achievement of Universal Access to
Reproductive Health: Conceptual and Practical Considerations and Related Indicators, yang diterbitkan
oleh WHO dan UNFPA pada tahun 2008. Untuk kebijakan/peraturan/regulasi dicantumkan nomor,
tahun, dan perihal tentang isi kandungannya.
PEDOMAN TEKNIS 9
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
4. Cara menghitung
a. Rate: adalah perbandingan numerator dan denominator, dimana numerator adalah data
kejadian, dan denominator adalah populasi berisiko untuk terjadinya kejadian yang dialami
pada numerator, dalam suatu periode waktu tertentu.
Jumlah kejadian
Rumus:
Populasi berisiko mengalami kejadianpada satu periode waktu tertentu
Jumlah kejadian a
Rumus:
Jumlah kejadian b
Jumlah kejadian a
Rumus:
Jumlah kejadian a dan jumlah kejadian b
Borang merupakan buku atau formulir atau lembar catatan yang menjadi sumber yang memuat
data yang dipakai untuk mencatat indikator dimaksud. Borang juga dikenali dari asal institusi, baik
di tingkat nasional, maupun tingkat provinsi atau kabupaten/kota.
6. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berapa kali penyediaan data dari sumber data dalam suatu kurun
waktu. Misal: 1 kali per bulan; 1 kali per tahun; atau 1 kali per 5 tahun. Frekuensi tersedianya data
indikator dijelaskan hanya pada komponen pelayanan dan akses.
Penyajian batasan 93 indikator merupakan batasan yang disepakati dengan perkiraan bahwa sebagian
besar daerah mampu menyediakannya. Tabel 4 sampai Tabel 7 menyajikan batasan operasional secara
rinci dan berurutan dimulai dari indikator kebijakan, pelayanan, akses, dan dampak.
10 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
2.1 Indikator Kebijakan
11
12
No. Sumber Data Sumber Data Provinsi/
Isu Indikator Definisi
Urut Nasional Kabupaten
4. KIA Pelayanan antenatal Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang pelayanan asuhan Kebijakan/ Peraturan/ Kebijakan/ Peraturan/
(2)
care antenatal (antenatal care = ANC). Regulasi Menteri Regulasi Gubernur
Contoh: Kesehatan (Peraturan, Regulasi Bupati/
Permenkes No. 741/ Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Keputusan, dll) Walikota
PEDOMAN TEKNIS
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kepmenkes No. 828/ Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/
Kota
5. KIA Skrining anemia Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang pelayanan asuhan Kebijakan/ Peraturan/ Kebijakan/ Peraturan/
(2)
dalam pelayanan antenatal (antenatal care = ANC) yang mengharuskan dilakukannya tes Regulasi Menteri Regulasi Gubernur.
antenatal skrining anemia pada pemeriksaan kehamilan. Kesehatan Regulasi Bupati/
Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen Walikota
tersebut.
Contoh:
Permenkes No. 741/ Menkes/Per/VII/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Kepmenkes No. 828/ Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/
Kota
Permenkes No. 25 Tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak
6. KIA Registrasi/ Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang registrasi kelahiran bayi UU Kependudukan Catatan Sipil
(2)
pencatatan kelahiran guna mendapatkan akta kelahiran. Pemerintah Daerah
PEDOMAN TEKNIS
dari masing- Contoh: 2. Kebijakan/ Peraturan
masing pihak untuk UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 6. perundang-
menikah undangan/ Regulasi
Bupati/ Walikota
3. Regulasi Profesi
11. Kekerasan Hukum yang Hukum tentang pelarangan kekerasan seksual, baik dalam rumah Peraturan perundang 1. Kebijakan/ Peraturan
Seksual melarang kekerasan tangga maupun di luar rumah tangga. undangan (UUD, Tap perundang-
(8)
seksual Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen MPR, UU/Perpu, PP, undangan/ Regulasi
tersebut. Perpres, Permen) Gubernur
Contoh: 2. Kebijakan/ Peraturan
UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah perundang-
Tangga undangan/ Regulasi
Kesepakatan 3 menteri (Katmagatripol No. 23 Tahun 2002 tentang Bupati/ Walikota
Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam 3. Regulasi Profesi
Rumah Tangga
12. Kekerasan Hukum yang Hukum tentang pelarangan perkosaan di dalam perkawinan Peraturan perundang 1. Kebijakan/
Seksual melarang perkosaan Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen undangan (UUD, Tap Peraturan/ Regulasi
(8)
dalam perkawinan tersebut. MPR, UU/Perpu, PP, Gubernur
PEDOMAN TEKNIS
terhadap rencana Contoh:
pengadaan alokon UU No. 10 Tahun 1992, Pasal 22 (1) tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera: pemerintah
mengatur pengadaan dan atau penyebaran alat dan obat pengaturan
kehamilan berdasarkan keseimbangan antara kebutuhan, penyediaan,
dan pemerataan pelayanan.
Regulasi Tim Penjamin Ketersediaan Kontrasepsi/Alokon di BKKBN.
PP No. 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan,
Pembangunan Keluarga, KB dan Sistem Informasi Keluarga, pasal 13
ayat 1: Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan pengadaan dan penyebaran
alat serta obat kontrasepsi, meliputi kegiatan perencanaan kebutuhan,
penyediaan, dan penyebaran.
18. KB Dukungan dana Dokumen berisi catatan daftar donor dan dukungannya dalam program Bappenas Bappeda
(4)
donor untuk KB KB (mencakup komponen masukan (misal dana, alokon, sumber daya
manusia, pelatihan SDM, sarana fisik) maupun proses (misal kegiatan
monev).
Dicatat ada atau tidak ada dokumen, dan bila ada - dijelaskan dokumen
tersebut.
PEDOMAN TEKNIS
25. KB Angka (rate) Jumlah pasangan (perempuan dan/atau N: Jumlah pasangan F2-KB BKKBN BKKBN, 1 kali per bulan
Prevalensi Kontrasepsi laki-laki) usia reproduktif (15-49 tahun) (perempuan usia
(4) SKPKB
(Contraceptive yang menggunakan suatu metode reproduktif 15-49 th
Prevalence Rate /CPR) kontrasepsi* dibandingkan jumlah dan pasangannya) yang F1-F6 Dinkes- KIA 1 kali per bulan
Pasangan Usia Subur (PUS) dalam periode menggunakan metode
satu tahun terakhir, dikali 100. kontrasepsi dalam
periode satu tahun
terakhir
* Tidak termasuk cara KB tradisional D: Jumlah PUS Sensus: Populasi PUS BPS (Sensus) 1 kali per 10
(Pasangan Usia Subur) tahun
dalam satu tahun F1-F6 Dinkes KIA, 1 kali per tahun
Rumus: terakhir Estimasi jumlah PUS Imunisasi
[N/D] x 100 (BPS)
Registrasi PUS BKKBN 1 kali per tahun
BKKBN/ BPS
Angka CPR (nasional, Hasil SDKI BPS/ 1 kali per 5
provinsi, kabupaten) BKKBN tahun
Hasil Mini Survei
PEDOMAN TEKNIS
dalam satu tahun terakhir, dikali 100.
D: Estimasi jumlah ibu Estimasi jumlah ibu BPS 1 kali per tahun
hamil dalam satu tahun hamil
Rumus: terakhir
[N/D] x 100 dihitung dengan rumus:
total populasi x 1,1 Crude
Birth Rate (CBR)
Persentase ibu hamil Survei khusus KPA/KPAD Tidak rutin
yang dites sifilis Kemkes
P2M
29. KIA Persentase ibu hamil Jumlah ibu hamil yang memeriksakan N: Jumlah ibu hamil LB KIA IBU Dinkes 1 kali per bulan
yang dites anemia kehamilan (ANC) yang dites anemia yang dites anemia Kesga
(2)
secara laboratorik dibandingkan estimasi secara laboratorik
jumlah ibu hamil dalam satu tahun D: Estimasi jumlah ibu Estimasi jumlah ibu Dinkes 1 kali per tahun
terakhir, dikali 100. hamil dalam satu tahun hamil Kesga
terakhir Estimasi jumlah ibu BPS 1 kali per tahun
dihitung dengan rumus: hamil
Rumus:
total populasi x 1,1 Crude
PEDOMAN TEKNIS
SIRS
Rumus: D: Estimasi jumlah Estimasi jumlah BPS 1 kali per tahun
[N/D] x 100 kelahiran dalam satu kelahiran
tahun terakhir, dihitung
dengan rumus:
Total populasi x Crude
Birth Rate (CBR)
Persentase seksio SDKI BPS 1 kali per 5
sesarea pada seluruh tahun
kelahiran Riskesdas Kemkes 1 kali per 5
tahun
Profil Kesehatan Kemkes 1 kali per tahun
33. IMS Persentase Jumlah orang yang menggunakan N: Jumlah orang Belum tersedia Belum Belum tersedia
(6)
Penggunaan kondom kondompada hubungan seks berisiko* yang menggunakan tersedia
pada hubungan seks yang terakhir dibandingkan dengan kondompada hubungan
terakhir yang berisiko jumlah orang yang melakukan hubungan seks berisiko yang
tinggi seks berisiko dalam satu tahun terakhir terakhir
dikali 100. Dalam satu tahun
PEDOMAN TEKNIS
D: Estimasi jumlah Estimasi jumlah BPS 1 kali per tahun
kelahiran dalam satu kelahiran
*RS, puskesmas, klinik bersalin/BPS, tahun terakhir
polindes.
dihitung dengan rumus:
total populasi x Crude Estimasi jumlah Dinkes KIA 1 kali per tahun
Rumus: Birth Rate (CBR) kelahiran
[N/D] x 100
Persentase persalinan SDKI BPS 1 kali per 5
di sarana pelayanan tahun
kesehatan (nasional, Riskesdas Kemkes 1 kali per 5
provinsi, kabupaten) tahun
Profil Kesehatan Kemkes 1 kali per tahun
37. KIA Pemberian ASI eksklusif Jumlah ibu yang memberikan ASI N: Jumlah ibu yang LB3 (F6) gizi Dinkes Gizi 1 kali per 6 Bulan
(2)
selama 6 bulan ekslusif kepada bayinya sampai 6 bulan memberikan ASI ekslusif SI GIZI
setelah kelahiran (tanpa mendapat kepada bayinya sampai
asupan makanan/minuman apapun 6 bulan setelah kelahiran
termasuk air (kecuali saat sedang sakit D: Estimasi jumlah Estimasi jumlah BPS 1 kali per tahun
atau minum vitamin, mineral atau obat) kelahiran hidup dalam kelahiran
dibandingkan estimasi jumlah ibu yang satu tahun terakhir
melahirkan, dikali 100.
39. IMS Persentase Jumlah ibu hamil dengan tes serologi N: Jumlah ibu hamil Laporan Bulanan IMS, Dinkes 1 kali per bulan
(6)
Ibu hamil dengan sifilis positif menerima pengobatan dengan tes serologi SIHA
sifilis positif menerima standar* dibandingkan dengan ibu hamil sifilis positif menerima
pengobatan standar dengan tes serologi sifilis positif dalam pengobatan standar
satu tahun terakhir, dikali 100. setahun terakhir
*Mengacu Pedoman Nasional D: Jumlah ibu hamil Laporan Bulanan IMS, Dinkes 1 kali per bulan
Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011 yang tes serologi sifilis SIHA
(Kemkes). positif dalam satu tahun
terakhir
Rumus:
[N/D] x 100 Persentase ibu hamil Laporan Bulanan IMS, Kemkes
dengan sifilis positif SIHA
menerima pengobatan
standar
PEDOMAN TEKNIS
kebijakan pencegahan terakhir dikali 100. D: Perempuan usia 20- BPS
kanker leher rahim *Mengacu kepada Permenkes No.430 50 th
tahun 2007.
Persentase Perempuan Survei khusus
Rumus: usia 20-50 th yang telah Laporan Bulanan
[N/D] x 100 diskrining kanker leher
rahim
Contoh
Jika usia berbeda dengan indikator
berikan keterangan
41. Kekerasan Jumlah kejadian Jumlah kejadian kekerasan seksual * Jumlah kasus kejadian P2TP2A Polres 1 kali per tahun
Seksual kekerasan seksual yang termasuk perkosaan dalam perkawinan, kekerasan seksual LSM yang POLDA
(8)
dilaporkan untuk bukti yang dilaporkan untuk bukti hukum Dalam 5 tahun terakhir memberikan bantuan
hukum ke penegak ke penegak hukum dan/atau tenaga hukum contoh
hukum dan/atau ke kesehatan dalam lima tahun terakhir KPI (Koalisi
tenaga kesehatan Perempuan
dalam 5 tahun terakhir *Kekerasan seksual di rumah tangga Indonesia)
mengacu pada UU RI No 23 tahun 2004, WCC (Women Crisis
Penghapusan kekerasan dalam rumah Center)
Kes. Persentase remaja yang Jumlah remaja* yang menerima N: Jumlah remaja yang Form F1/DAL SKPDKB SKPD-KB 1 kali per bulan
43. Seksual menerima pendidikan pendidikan kesehatan reproduksi dan menerima pendidikan Kabupaten, mencatat
(7)
secara komprehensif seksualitas secara komprehensif di kesehatan reproduksi Jumlah PIKR , dan
tentang kesehatan sekolah dibandingkan dengan jumlah dan seksual secara jumlah remaja
reproduksi dan seluruh remaja di sekolah, dikali 100. komprehensif di sekolah Laporan dari Dinas Dinas 1 kali per tahun
seksualitas di sekolah pada satu tahun terakhir Pendidikan tentang Pendidikan
*Remaja = di sekolah SMP, SMA, dan muatan lokal kespro Kandep
perguruan tinggi, atau yang sederajat Agama
LSM
Rumus:
[N/D] x 100 D: Jumlah remaja di Dinas Pendidikan Dinas 1 kali per tahun
sekolah pada satu tahun Kabupaten Pendidikan
terakhir
PEDOMAN TEKNIS
jalan lahir atau komplikasi lainnya) dan dioperasi
telah dioperasi D: Jumlah perempuan Rekam medik pasien Rumah sakit
dibandingkan dengan jumlah perempuan yang didiagnosis di rumah sakit
yang didiagnosis mengalami fistula mengalami fistula
vesiko-vaginal dalam satu tahun terakhir vesiko-vaginal dalam
dikali 100. satu tahun
PEDOMAN TEKNIS
D: jumlah penduduk dibagi Sensus Penduduk, BPS
(minimal satu Komprehensif (PONEK)dalam satu tahun 500.000. proyeksi penduduk
PONEK) per terakhir
500.000 penduduk per 500.000 penduduk.
Rumus:
[N/D} Rasio jumlah fasilitas Risfaskes Litbang Kemkes
Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergency (minimal satu
PONEK) per 500.000 penduduk
48. KB Persentase Jumlah perempuan usia 15-49 tahun N: Jumlah perempuan usia 15- F1 KB SPDKB 1 kali per
(4)
perempuan usia yang ingin menunda atau tidak ingin 49 tahun yang ingin menunda Bulan
15-49 tahun yang hamil lagi satu tahun terakhir dibanding atau tidak ingin hamil lagi
ingin menunda jumlah seluruh perempuan usia 15-49
atau tidak ingin tahun dikali 100. D: Jumlah seluruh perempuan BPS estimasi jumlah BPS (Direktorat
hamil lagi usia 15-49 tahun dalam satu perempuan usia 15-49 Statistik
Rumus: tahun th Kependudukan
[N/D] x 100 dan
Ketenagakerjaan)
PEDOMAN TEKNIS
ingin punya anak dalam jangka waktu minimal 2 tahun anak lagi atau yang ingin
lagi atau yang ingin tetapi tidak menggunakan alat atau cara menjarangkan kelahiran
menjarangkan kontrasepsi dibanding jumlah PUS yang berikutnya dalam jangka
kelahiran menikah atau hidup bersama (seksual waktu minimal 2 tahun tetapi
berikutnya dalam aktif ) dikali 100. tidak menggunakan alat atau
jangka waktu cara kontrasepsi.
minimal 2 tahun Rumus:
tetapi tidak D: Jumlah PUS yang menikah
menggunakan [N/D] x 100 atau hidup bersama (seksual
alat atau cara aktif ) dalam satu tahun
kontrasepsi
(unmet need)
Persentase unmet need SDKI, survei lain SDKI
Riskesdas Survei lain
Riskesdas
KB Persentase fasilitas Jumlah fasilitas*(dengan tenaga terlatih) N:Jumlah fasilitas*(dengan BKKBN SKPDKB, 1 kali per
51. (4)
(dengan tenaga yang menyediakan minimal 3 metode tenaga terlatih) yang BKKBN Bulan
terlatih) yang Keluarga Berencana dibandingkan menyediakan 3 metode Dinkes KB
menyediakan jumlah fasilitas di daerah tersebut, dikali Keluarga Berencana
PEDOMAN TEKNIS
pelayanan dan penduduk
peralatan KB per D: Jumlah penduduk dibagi Sensus Penduduk BPS 1 kali per
500.000 penduduk *dokter praktek, RS, apotik, toko obat, 500.000 proyeksi penduduk tahun
LSM. Registrasi vital Kemdagri/ Dinas 1 kali per
penduduk Dukcapil 10 tahun
Rumus:
[N/D] Rasio jumlah institusi lain
yang menyediakan informasi,
pelayanan dan peralatan KB
per 500.000 penduduk
55. KIA Persentase Jumlah penduduk bertempat tinggal N: Jumlah penduduk Promkes Dinas Dinas Kesehatan 1 kali per
(2)
penduduk di desa siaga (yaitu desa memiliki bertempat tinggal di desa Kesehatan (Promkes) tahun
bertempat tinggal rencana penyediaan transportasi siaga(memiliki rencana
di desa yang darurat dan sistem rujukan komunitas*) penyediaan transportasi
memilikirencana dibandingkan dengan jumlah darurat dan sistem rujukan)
transportasi dan penduduk, dikali 100. D: Jumlah penduduk Sensus Penduduk, BPS
sistem rujukan proyeksi penduduk
komunitas * sistem bagi ibu hamil yang
membutuhkan pelayanan kesehatan
PEDOMAN TEKNIS
tanda pelecehan ada diwilayah tersebut dikali 100 seksual
atau kekerasan
seksual * perawat, bidan, atau dokter D: Jumlah seluruh petugas Laporan SDM Pusdatin
kesehatan Kesehatan
PEDOMAN TEKNIS
faktor risiko/tanda dibagi jumlah perempuan dan laki dengan komplikasi
bahaya kehamilan pernah kawin, dikali 100. D: Jumlah perempuan dan Belum tersedia
yang berhubungan laki pernah kawin dalam satu
dengan komplikasi *Mengacu ke buku KIA yaitu: tahun terakhir
- Perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, Persentase perempuan Survei: misal SDKI BPS 1 kali per
- Bengkak di kaki, tangan atau wajah dan laki pernah kawin tahu 5 tahun
disertai sakit kepala dan/atau kejang minimal 3 faktor risiko/
- Demam (suhu tubuh meningkat) tanda bahaya kehamilan
- Air ketuban keluar sebelum waktunya yang berhubungan dengan
- Bayi dikandungan gerakannya komplikasi
berkurang atau tidak bergerak
- Muntah terus dan tidak mau makan
Rumus:[N/D] x 100
65. KIA Persentase Jumlah perempuan dan laki pernah N: Jumlah perempuan Belum tersedia 1 kali per
(2)
perempuan dan kawin tahu tempat fasilitas pelayanan dan laki pernah kawin tahu Survei khusus 5 tahun
laki pernah kawin untuk penanganan kehamilan dengan tempat fasilitas pelayanan
tahu tempat komplikasi maternal* dibanding dengan untuk penanganan kehamilan
*Petugas kesehatan: dokter,bidan dan D: Jumlah seluruh tenaga Laporan SDM Pusdatin
perawat kesehatan Kesehatan
**Pengertian aborsi:
Merujuk UU N0. 36 tahun 2009 tentang Persentase petugas kesehatan Survei khusus
Kesehatan, pasal 75. tahu tentang aborsi yang legal
Rumus:[N/D] x 100
67. KB Persentase fasilitas Jumlah fasilitas pelayanan yang pernah N: Jumlah fasilitas yang pernah -Laporan JKK (Jaminan BKKBN 1 kali per
(4)
pelayanan yang mengalami kekurang stok alokon* mengalami kekurangan stok Ketersediaan SKPD-KB Bulan
pernah mengalami dalamperiode satu bulan dibandingkan alokon dalam periode satu Kontrasepsi) BKKBN Kemkes
kekurangan stok jumlah fasilitas yang menyediakan bulan Dinkes-KB
alokon (metoda pelayanan KB dalam satu tahun dikali
apa saja)dalam 100
periode satu bulan D: Jumlah fasilitas yang Laporan Fasilitas KB BKKBN
Rumus:
[N/D]*100. menyediakan pelayanan KB SKPD-KB
dalam satu tahun Kemkes
* Misal: dalam layanan pengiriman, Dinkes-KB
laporan gudang setiap bulannya Persentase fasilitas pelayanan Survei khusus
yang pernah mengalami Laporan Logistik BKKBN
kekurangan stok alokon
(metoda apa saja) dalam
periode satu bulan
PEDOMAN TEKNIS
pengobatan, dan Rumus: konseling IMS
konseling IMS/ISR [N/D]*100. D: Jumlah fasilitas kesehatan Risfaskes Kemkes -
BUK Akreditasi RS
*Merujuk kepada Pedoman Nasional
Penanganan IMS 2011, Kemkes.
Persentase fasilitas memiliki Survei khusus Kemenkes
Standar dan protokol untuk
*Fasilitas kesehatan: fasilitas yang rutin
diagnosis, pengobatan, dan
memberi pelayan-an kesehatan dengan
konseling IMS/ISR
jam pelayanan. Contoh: rumah sakit,
puskesmas, klinik, balai pengobatan,
poliklinik, polindes, pos kesehatan (dari
Indikator 69)
69. Kes. Seksual Persentase fasilitas Persentase jumlah fasilitas yang N: Jumlah fasilitas yang Formulir distribusi Dinkes- KIA 1 kali per
(7)
memiliki Standar mempunyai standar dan protokol untuk mempunyai standar protokol buku SOP kesehatan tahun
dan protokol mempromosikan kesehatan reproduksi, untuk mempromosikan reproduksi
pelayanan untuk dibandingkan jumlah fasilitas kesehatan reproduksi
mempromosi- kesehatan*, dikali 100.
kan kesehatan Rumus: D: Jumlah fasilitas kesehatan Risfaskes Kemkes
reproduksi [N/D] x 100. dalam satu tahun BUK
Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
70. KIA Persentase alokasi dana Jumlah alokasi dana pemerintah N: Jumlah Rupiah anggaran Bappenas, Bappeda, 1 kali per
(2)
pemerintah untuk untuk kesehatan dibandingkan yang dialokasikan untuk sektor Kemenkes Dinkes (TU/ tahun
kesehatan jumlah rupiah anggaran total kesehatan selama setahun (Perencanaan), perencanaan)
selama setahun. D: Jumlah Rupiah anggaran total Bappenas Bappeda 1 kali per
selama setahun tahun
Rumus:[N/D] x 100
71. Umum Persentase alokasi dana Jumlah alokasi dana pemerintah N: Jumlah Rupiah anggaran yang Bappenas, Bappeda, 1 kali per
(1)
pemerintah untuk untuk kesehatan seksual dan dialokasikan untuk program terkait Bg Perencanaan: SKPD: tahun
kesehatan seksual dan kesehatan reproduksi jumlah kesehatan reproduksi selama Kemenkes Dinkes,
kesehatan reproduksi rupiah anggaran kesehatan setahun Kemendiknas, Dindik,
selama setahun. Kemenag, Dinag,
Kemensos, Dinsos,
Program terkait kesehatan BKKBN SKPD-KB.
reproduksi dapat berada di mata D: Jumlah Rupiah anggaran Bappenas; Bappeda 1 kali per
anggaran sektor a.l: kesehatan, kesehatan selama setahun Sektor lain, dan SKPD lain, dan tahun
pendidikan, sosial, agama, Kemenkes Dinkes (TU/
dalam-negeri, pemberdayaan (Perencanaan), perencanaan)
perempuan, kependudukan /
BKKBN, polisi, TNI.
Rumus:
[N/D] x 100.
72. KB Total fertility Rate (TFR) Jumlah rata-rata kelahiran Jumlah seluruh ASFR (Age spesific SDKI Dukcapil Provinsi
(4)
dari seorang perempuan di Fertility Rate = yaitu rata-rata BPS Provinsi
penduduk pada periode satu jumlah kelahiran yang dialami BKKBN
tahun. setiap perempuan pada kelompok
umur tertentu) dikali 5, dibagi
1000.
Angka TFR. BPS BPS Provinsi, 1 kali per 5
BKKBN Dinkes: Unit KB, tahun
41
42
Institusi penyedia
No. Isu Indikator Definisi Numerator (N) & Denominator (D) Frekuensi
Nasional Prov/Kab.
73. KB Angka (rate) kelahiran Jumlah kelahiran dari setiap N: Jumlah kelahiran yang terjadi Pusdatin Dinkes: Registrasi 1 kali per 5
(4)
pada populasi usia perempuan umur 15-19 tahun dari ibu usia 15-19 tahun selama Kemenkes kelahiran tahun
remaja (15-19 tahun) (ASFR remaja) dibandingkan periode satu tahun. BKKBN di puskesmas.
PEDOMAN TEKNIS
(ASFR) Jumlah perempuan usia 15-19 Dukcapil: Registrasi
tahun di pertengahan tahun Survei (SKRRI) kelahiran
dikali 1000 D: Jumlah perempuan usia 15-19 BPS BPS Provinsi. 1 kali per
tahun di pertengahan tahun tahun
[N/D]*1000
ASFR penduduk usia 15-19 tahun SDKI Survei 1 kali per 5
tahun
74. KIA Persentase perempuan Persen perempuan usia subur N: Jumlah perempuan usia 15 49 Survei Khusus Dinkes
(2)
usia subur anemia (WUS) dengananemia tahun anemia Riskesdas
Rumus: D: Jumlah perempuan usia 15 49 BPS BPS
[N/D] x 100 tahun
Angka WUS dengan anemia Survei (Riskesdas) Survei 1 kali per 5
tahun
75. KIA Angka (ratio) Kematian Rasio Kematian Ibu/ Maternal N: Jumlah kematian ibu, dengan Pusdatin Dinkes:Kesga 1 kali per
(2)
Ibu per 100.000 KH Mortality Ratio per 100.000 KH sebab terkait kehamilan, Dit ibu Register kohort ibu, bulan
persalinan, atau nifas Kemenkes F2-F8 (lamp.4) Audit 1 tahun
Maternal Perinatal
(AMP).
Rumus:
PEDOMAN TEKNIS
D: Jumlah kelahiran hidup dalam BPS BPS.
Rumus: periode satu tahun
[N/D] x 100
Angka insidensi Tetanus Survei (Riskesdas) Survei 5 tahunan
Neonatorum
81. Pencegahan Persentase kasus Jumlah kasus obstetrik N: Jumlah kasus obstetrik Pusdatin Dinkes: Lap. RS 1 kali per
Aborsi Tidak Obstetri dan Ginekologi ginekologik yang dirawat karena ginekologik yang dirawat di Kemenkes (RL1). Bulan
Aman yang dirawat karena aborsi*dibandingkan jumlah fasilitas pelayanan kesehatan
(3) Aborsi kasus obstetrik ginekologik yang (rumahsakit) karena aborsi, dalam
dirawat di fasilitas pelayanan periode satu tahun
kesehatan dalam periode satu D: Jumlah kasus obstetrik Pusdatin Dinkes: Lap. 1 kali per
tahun dikali 100. ginekologik yang dirawat di Kemenkes RS (RL1). (RS Bulan
Rumus: fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah &
[N/D] x 100 (rumahsakit) dalam periode satu Swasta)
tahun
*) Aborsi adalah berakhirnya
kehamilan pada usia kehamilan
<28 minggu
PEDOMAN TEKNIS
perkawinan) dibandingkan melahirkan
jumlah penduduk usia 10-19 D: Jumlah penduduk usia 10-19 BPS BPS
tahun, dalam periode satu tahun tahun, dalam periode satu tahun
dikali 100.
Rate remaja melahirkan (tanpa Survei Survei Sesuai
Rumus: melihat status perkawinan) kebutuhan
[N/D] x 100 Pusdatin Pusdatin Kemenkes
Kemenkes BPS i
BPS
87. KIA Angka kematian ibu Rate kematian ibu karena N: Jumlah ibu yang meninggal Pusdatin Dinkes: LB3 1 kali per
(2)
karena komplikasi komplikasi langsung, termasuk: karena sebab langsung komplikasi, Kemenkes Lap. RS (SIRS) Bulan
perdarahan, hipertensi, aborsi, termasuk: perdarahan, hipertensi, 1 kali per
sepsis, persalinan lama/macet, aborsi, sepsis, persalinan lama/ tahun
kehamilan ektopik, embolisme, macet, kehamilan ektopik,
dan kejadian terkait anestesi) embolisme, dan kejadian terkait
Rumus: anestesi) dalam satu tahun
[N/D] x 100 D: Jumlah ibu dengan komplikasi Pusdatin Dinkes: LB3
langsung saat kehamilan, Kemenkes Lap. RS (SIRS)
persalinan, nifas, termasuk
Rumus: Angka Proporsi Kelahiran dengan SDKI Mini survey BKKBN 1 kali per 1
[N/D] x 100 jarak < 24 bulan tahun
1 kali per 5
tahun
PEDOMAN TEKNIS
hubungan seks dibandingkan jumlah penduduk BPS BPS
usia 10-19 tahun, dalam periode
satu tahun dikali 100.
Rumus: D: Jumlah penduduk usia 10-19 BPS BPS
[N/D] x 100 tahun, dalam periode satu tahun
Persen penduduk usia 10-19 tahun Survei Survei Sesuai
yang pernah berhubungan seks kebutuhan
Pusdatin Pusdatin
BPS BPS
92. Kes. Seksual Persentase penggunaan Jumlah penduduk usia 10-19 N: Jumlah penduduk usia 10- Survei Survei Sesuai
Remaja kontrasepsi pada tahun (tanpa melihat status 19 tahun (tanpa melihat status Pusdatin Pusdatin kebutuhan
(5)
hubungan seks pertama perkawinan) yang memakai perkawinan) yang pernah BPS BPS
atau terakhir bagi kontrasepsi pada hubungan berhubungan seks, dan memakai
penduduk usia 10-19 seks pertama atau terakhir (baik kontrasepsi pada hubungan seks
tahun (tanpa melihat laki-laki maupun perempuan) pertama dan terakhir (baik laki-laki
status perkawinan) dibandingkan jumlah remaja maupun perempuan)
usia 10-19 tahun, dalam periode D: Jumlah penduduk usia 10-19 Survei Survei Sesuai
satu tahun dikali 100. tahun yang pernah berhubungan kebutuhan
Rumus: seks, dalam periode satu tahun Pusdatin Pusdatin
93. KIA Rate prevalensi kejadian Jumlah prevalensi kejadian N: Jumlah ibu dengan diagnosis Pusdatin Dinkes: Lap. RS.
(2)
fistula obstetrik fistula obstetrik dibandingkan fistula obstetrik dalam setahun Kemenkes
jumlah kelahiran hidup dalam D: Jumlah kelahiran hidup dalam BPS BPS.
periode satu tahun periode satu tahun
Rumus:
[N/D] x 100 Angka rate prevalensi kejadian Riskesdas Riskesdas
fistula obstetrik
Bab 3. Mekanisme Penyediaan Data
Akses Universal Kesehatan Reproduksi
Pada bab sebelumnya disampaikan bahwa data indikator AUKR bersumber dari 10 sektor. Dengan
memahami proses pemantauan AUKR (Gambar 1), maka langkah berikut adalah mengumpulkan data
di tiap sektor dan kemudian lintas sektor.
Data yang diperlukan untuk membangun indikator AUKR di tiap sektor dapat bersumber dari data
rutin ataupun data ad hoc.
1. Data rutin disediakan oleh Sistem Pencatatan dan Pelaporan Rutin, atau Sistem Pencatatan
Surveilens di masing-masing sektor. Sistem informasi internal tiap sektor tersebut
mengumpulkan data bersumber dari kegiatan atau operasional rutin, biasanya di tingkat
administratif paling rendah.
Contoh di sektor kesehatan, dikenal misalnya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) dan SIKDA Generik yang mengumpulkan data dari tingkat puskesmas
dan jaringannya. Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang mengumpulkan data dari tingkat
rumah sakit.
Contoh di sektor Kepolisian, PUSIKNAS mengawali pengumpulan datanya dari Polsek.
Penjelasan tentang mekanisme atau sistem informasi tiap sektor terdapat di lampiran 2.
2. Data ad hoc, dapat berasal dari sensus, atau survei.
Contoh: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) yang dirancang untuk representasi tingkat nasional. Survei yang mewakili provinsi
contohnya Riskesdas 2010, dan Riskesdas 2007 mewakili tingkat kabupaten.
PEDOMAN TEKNIS 49
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
3.2 Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal Kesehatan
Reproduksi di Lintas Sektor
Apabila data untuk indikator AUKR telah dikumpulkan oleh masing-masing sektor melalui koordinator
internal, maka langkah selanjutnya adalah mengumpulkan data tersebut di tingkat lintas sektor.
Berikut adalah langkah yang dapat dilakukan untuk berjalannya mekanisme pengumpulan data AUKR
lintas sektor:
1. Menyelenggarakan pertemuan dihadiri wakil dari sektor terkait AUKR (ada 10 sektor) guna
memberi pemahaman tentang indikator AUKR dan manfaatnya untuk memantau kemajuan
upaya pemenuhan hak kesehatan reproduksi.
2. Membuat kesepakatan bersama (lintas sektor) untuk membentuk mekanisme pengumpulan
data AUKR, bila memungkinkan dapat didukung oleh aspek legal yang penting guna menjamin
keberlangsungan terlaksananya pengumpulan data lintas sektor.
Untuk tingkat nasional, diharapkan mekanisme ini dapat didukung oleh Surat Kesepakatan
Bersama atau sejenisnya antara sektor kesehatan dengan sektor lain. Untuk tingkat daerah
(kabupaten/kota atau provinsi), mekanisme ini dapat didukung oleh Surat Keputusan Kepala
Daerah atau sejenisnya.
Mekanisme pengumpulan data lintas sektor ini dapat berbeda pada tingkat nasional dan tingkat
daerah. Selain mekanisme lintas sektor yang telah diuraikan di atas, untuk masa datang dapat
dipertimbangkan usaha mendayagunakan sistem komunikasi atau informasi lintas sektor yang sudah
ada. Contohnya di tingkat nasional telah ada Sistem Database Dukungan Kebijakan Nasional (SDDKN)
yang dikembangkan oleh Kementerian Sekretariat Negara (http://sddkn.setneg.go.id). Di daerah
terdapat contoh mekanisme Forum Data dan Pengelolaan Data di Papua yang mengumpulkan data
lintas sektor.
Di awal pertemuan lintas sektor tersebut, juga dibuat kesepakatan siapa yang menjadi koordinator.
Tugas koordinator adalah melakukan koordinasi agar data AUKR yang sudah disediakan oleh masing-
masing sektor dapat dikompilasi di tingkat lintas sektor.
a. Untuk tingkat nasional, secara praktis berdasarkan kesepakatan awal yang menjadi koordinator
adalah Kementerian Kesehatan, khususnya Ditjen Bina Gizi dan KIA, Direktorat Bina Kesehatan
Ibu. Melalui mekanisme yang disepakati, diidentifikasi pula orang-kunci (key person) dari setiap
sektor yang menjadi penanggung jawab untuk mengalirkan data yang sudah dikumpulkan
oleh setiap sektor yang bersangkutan kepada koordinator. Tabel 8 secara rinci menyajikan
mekanisme pengumpulan data lintas sektor.
b. Untuk tingkat daerah (kabupaten/kota atau provinsi), berdasarkan studi kelayakan dan
penjajakan awal, dapat dipertimbangkan koordinator dari sektor seperti berikut:
1) Bappeda (Bidang Sosial budaya dan Kesra), atau
2) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Provinsi.
50 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Frekuensi pengumpulan data AUKR
Untuk kepentingan monitoring dan evaluasi AUKR, baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah
(kabupaten/kota atau provinsi), data AUKR diharapkan dapat dikumpulkan setiap tahun sekali. Jadi
konsekuensinya, paling sedikit koordinator menyelenggarakan pertemuan lintas sektor setahun sekali,
khusus dengan fokus kegiatan kompilasi data AUKR. Tantangan yang dihadapi dalam mengkompilasi
data dari berbagai program maupun berbagai sektor adalah kemungkinan duplikasi data, atau tiadanya
data. Lampiran 3 menyajikan contoh di tingkat nasional di tahun 2012 tentang cara mendapatkan
data AUKR dan penyajiannya.
Tabel 8. Koordinasi Pengumpulan Data Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Tiap Sektor
PEDOMAN TEKNIS 51
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
8 Hukum & HAM Ditjen Peraturan Perundang- www.kemenkumham.go.id
undangan, www.ditjenpp.go.id
Dit. Rancangan/Harmonisasi www.ditjenham.go.id
Dit. Kerjasama HAM, Ditjen Hak Asasi Manusia
9 Kepolisian Pusat Informasi Kriminalitas www.polri.go.id
Nasional, Bareskrim Bareskrim, PUSIKNAS.
10 BPS Deputi Bidang Statistik Sosial, www.bps.go.id
Dit. Statistik Kependudukan dan Dit. Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan,
Ketenagakerjaan Dit. Statistik Kesejahteraan Rakyat, Dit. Statistik
Ketahanan Sosial
Setelah data terkumpul dari tiap sektor dan kemudian dikompilasi di tingkat lintas sektor, kemudian
melangkah ke tahap berikut (Gambar 1, langkah 4) yaitu data diolah dan disajikan. Contoh penyajian
data AUKR ada di lampiran 2.
Dengan menggunakan data indikator AUKR yang sudah disajikan, dapat dilakukan analisis untuk
mendapatkan gambaran tentang AUKR di suatu wilayah. Beberapa analisis yang dapat dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Untuk tiap kelompok indikator (sesuai kode isu AUKR, lihat Tabel 1), dapat diperoleh deskripsi
tingkat upaya yang sudah dicapai, dibandingkan dengan angka harapan, atau hasil capaian
daerah lain, atau angka indikator pada waktu yang telah lalu.
Contoh:
Kelompok Pelayanan AUKR (isu 2 yaitu Kesehatan Ibu, Anak dan Bayi Baru Lahir): Persentase
perempuan memeriksakan kehamilan minimal 4 kali selama kehamilan (K4) di tingkat nasional
sebesar 73,5% di tahun 2012, masih di bawah target 100%.
52 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
b. Untuk tiap kelompok indikator (sesuai kode isu AUKR, lihat Tabel 1), dapat dilakukan
pembandingan kebijakan, pelayanan, akses dan dampak. Dilihat apakah jumlah kebijakan
cukup adekuat mendorong pelayanan dan akses, yang selanjutnya keduanya dapat memberi
dampak yang memuaskan.
Contoh:
Pada isu Kesehatan Ibu, Anak dan Bayi Baru Lahir, dihitung persentase indikator yang telah
memenuhi target/harapan dibandingkan dengan total indikator yang perlu dilaporkan:
indikator kebijakan (a/5)%, indikator pelayanan (b/9)%, indikator akses (c/4)%, dan indikator
dampak (d/9)%.
Data indikator AUKR dan analisisnya jelas dimaksud sebagai alat pemantau pencapaian AUKR. Data
tersebut seyogyanya dimanfaatkan sebagai basis dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan
guna perbaikan program/kegiatan/kebijakan.
a. Pada tiap sektor, Bagian Perencanaan dapat menggunakan angka indikator AUKR ini untuk
penyusunan rencana program atau kegiatan terkait AUKR.
Contoh:
Seperti pada contoh angka indikator K4 tahun 2012 sebesar 73,5 % masih di bawah target
100%, maka Bagian Perencanaan Kemenkes dapat mengkonsolidasi pihak yang dapat
mendorong untuk menaikkan angka ini, misalnya sektor pendidikan, sektor dalam negeri, dan
sektor pemberdayaan perempuan.
b. Di tingkat lintas sektor di daerah, Bappeda dapat memanfaatkan angka capaian indikator AUKR
untuk menyusun Rencana Strategis (Renstra) terkait akses universal kesehatan reproduksi.
Serupa dengan di tingkat nasional, penting dilakukan identifikasi pihak yang terlibat dalam
upaya terkait asuhan antenatal guna menyusun rencana aksi yang rinci.
PEDOMAN TEKNIS 53
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
54
Tabel 9. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Kesehatan
PEDOMAN TEKNIS
Biro Hukum Dokumen tentang strategi kebijakan atau Kumpulan Regulasi Dinas Turunan regulasi strategi kebijakan atau 1
(Kumpulan Regulasi peraturan atau regulasi lain, yang disusun Kesehatan peraturan atau regulasi lain, yang disusun
Kementerian Kesehatan) khusus untuk Kesehatan Reproduksi dan khusus untuk Kesehatan Reproduksi dan Seksual
Seksual di tingkat nasional di tingkat daerah
Biro Hukum Kebijakan atau peraturan tentang fasilitas Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau peraturan tentang 19
(Kumpulan Regulasi kesehatan (ibu dan anak) yang dapat dijangkau Kesehatan fasilitas kesehatan (ibu dan anak) yang dapat
Kementerian Kesehatan) atau dicapai dalam waktu tempuh maksimal 1 dijangkau atau dicapai dalam waktu tempuh
(satu) jam, di tingkat Nasional maksimal 1 (satu) jam, di tingkat daerah
Biro Hukum Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau peraturan atau regulasi 4
(Kumpulan Regulasi pelayanan asuhan antenatal (antenatal care = Kesehatan tentang pelayanan asuhan antenatal (antenatal
Kementerian Kesehatan) ANC). care = ANC) di tingkat daerah.
Skrining anemia dalam pelayanan ANC Skrining anemia dalam pelayanan ANC 5
Biro Hukum Kebijakan atau regulasi tentang pencatatan Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau regulasi tentang 20
(Kumpulan Regulasi kejadian pelaksanaan Female Genital Mutilation Kesehatan pencatatan kejadian pelaksanaan Female
Kementerian Kesehatan) (FGM) atau Sunat Perempuan dengan tingkat Genital Mutilation (FGM) atau Sunat Perempuan
yang membahayakan (harm) dengan tingkat yang membahayakan (harm), di
tingkat daerah
Biro Hukum Kebijakan atau peraturan atau regulasi tentang Kumpulan Regulasi Dinas Turunan kebijakan atau peraturan atau regulasi 8
PEDOMAN TEKNIS
Dit ibu Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang pernah Register Kohort Ibu, LB3 Jumlah remaja usia 10-19 tahun yang pernah 86
melahirkan melahirkan N
Dit Ibu Jumlah perempuan hamil berusia 15-24 tahun Register Kohort Ibu, LB3 Jumlah perempuan hamil berusia 15-24 tahun 84, 85
D
Dit Ibu Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara Dinkes: LB3 Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara 29
laboratorik laboratorik N
Dit ibu Angka K4 di tingkat nasional Dinkes: LB3 Angka K4 di tingkat daerah 26
Profil Kesehatan
Dit ibu Jumlah Perempuan yang memeriksakan Laporan LB3 KIA Jumlah Perempuan yang memeriksakan 26
kehamilan ke petugas kesehatan yang terlatih kehamilan ke petugas kesehatan yang terlatih N
minimal 4 kali selama kehamilan yang terdiri minimal 4 kali selama kehamilan yang terdiri
atas: 1 kali pada trimester1, 1 kali pada atas: 1 kali pada trimester1, 1 kali pada
trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3 dalam trimester 2, dan 2 kali pada trimester 3 dalam
satu tahun terakhir satu tahun terakhir
Dit ibu Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara Dinkes: Kesga- LB-KIA Jumlah ibu hamil yang dites anemia secara 29
(Laporan Rutin KIA) laboratorik Survei khusus di tingkat laboratorik N
daerah
57
58
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Dit Gizi Persentase pemberian ASI eksklusif selama 6 Profil Kesehatan Provinsi/ Persentase pemberian ASI eksklusif selama 6 37
(Laporan Rutin Gizi, bulan Kabupaten bulan
SI Gizi dg denominator Balitbang - Riskesdas
PEDOMAN TEKNIS
pengunjung puskesmas,
PSG/Pemantauan Status
Gizi)
6. Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Dit P2ML Jumlah ibu hamil yang memeriksakan Laporan LB-IMS P2M Jumlah ibu hamil yang memeriksakan 28
kehamilan yang dites sifilis kehamilan yang dites sifilis N
Dit P2ML Jumlahibu hamil dengan tes serologi sifilis Dinkes: P2M - SIHA Jumlahibu hamil dengan tes serologi sifilis 39
(SIHA) positif menerimapengobatan standar setahun Laporan bulanan IMS positif menerimapengobatan standar setahun N
terakhir terakhir
Dit P2ML Jumlah ibu hamil yang tes serologi sifilis positif Dinkes: P2M - SIHA Jumlah ibu hamil yang tes serologi sifilis positif 39
(SIHA) dalam satu tahun terakhir Laporan bulanan IMS dalam satu tahun terakhir D
Dit P2ML Jumlahibu hamil dengan HIV+ menerima ARV Dinkes: P2M - SIHA Jumlahibu hamil dengan HIV+ menerima ARV 34
(SIHA) untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi LBPHA untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi N
dalam satu tahun terakhir dalam satu tahun terakhir
Dit P2ML Jumlah bayi yang menerima ARV dari ibu HIV+ Dinkes: P2M SIHA Jumlah bayi yang menerima ARV dari ibu HIV+ 35
untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi PPIA untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi N
dalam satu tahun terakhir dalam satu tahun terakhir
Dit PTM Jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang telah Form pelaporan deteksi Jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang telah 40
diskrining kanker leher rahim dini kanker leher rahim dan diskrining kanker leher rahim N
payudara
9. Pusat Promosi Kesehatan
Promkes Jumlah penduduk bertempat tinggal di desa Jumlah penduduk bertempat tinggal di desa 55
siaga(memiliki rencana penyediaan transportasi Dinkes: Promkes - LB4 siaga(memiliki rencana penyediaan transportasi N
darurat dan sistem rujukan) darurat dan sistem rujukan)
Promkes Jumlah fasilitas puskesmas yang memberikan Jumlah fasilitas puskesmas - dan LSM - yang 61
Dinkes: Kesga; Promkes LB4
pelayanan ramah remaja memberikan pelayanan ramah remaja N
Promkes Tenaga kesehatan yang pernah dilatih 62
Tenaga kesehatan yang pernah dilatih
memberikan pelayanan pelayanan ramah Dinkes: Kesga; Promkes LB4 N
memberikan pelayanan ramah remaja
remaja
Promkes Mekanisme alternatif dalam pemberian Dinkes:Promkes LB4 Mekanisme alternatif dalam pemberian 58
informasi dan pelayanan kesehatan seksual informasi dan pelayanan kesehatan seksual
10. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar
Dit BUKD Laporan Yankesdas Jumlah FKTP (fasilitas kesehatan tingkat 46
Jumlah FKTP yang memberikan pelayanan KB
pertama) dan jejaringnya yang memberikan N
minimal jenis kondom dan pil
pelayanan KB minimal jenis kondom dan pil
Dit BUKD Laporan Yankesdas 46
Jumlah seluruh FKTP dan jejaringnya Jumlah seluruh FKTP dan jejaringnya
D
PEDOMAN TEKNIS
N
Dit BUKD Jumlah fasilitas kesehatan Laporan Yankesdas Jumlah fasilitas kesehatan 68
D
11. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Dit BUKR Laporan Kesga/Yankesdas 47
Jumlah PONED dan PONEK Jumlah PONED dan PONEK
N
Dit BUKR Jumlah fasilitas kesehatan Laporan Yankesdas Jumlah fasilitas kesehatan 68
(RS online) D
Dit BUKR Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Dinkes: LB1 Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan N
laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses
Dit BUKR Jumlah sarana yang menyediakan dukungan Dinkes: LB1 Jumlah sarana yang menyediakan dukungan 52
medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan medis, psikologis, hukum bagi perempuan dan N
laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses laki-laki yang diperkosa atau mengalami inses
Dit BUKR Jumlah ibu hamil yang melahirkan dengan cara Form RL1-4 Rumah Sakit: Jumlah ibu hamil yang melahirkan dengan cara 32
(Rekapitulasi data rutin RS, seksio sesaria dalam satu tahun terakhir Kegiatan Kebidanan dan seksio sesaria dalam satu tahun terakhir N
SIRS) Perinatalogi
61
62
Tingkat Nasional Tingkat Provinsi/Kabupaten Indikator
Sumber data Variabel Sumber data Variabel Nomor
Pusdatin Jumlah bayi yang dilahirkan dengan tidak Lap. RS., Laporan AMP Jumlah bayi yang dilahirkan dengan tidak 77
(Profil Kesehatan) memperlihatkan tanda kehidupan (nafas, memperlihatkan tanda kehidupan (nafas, N
jantung, refleks) dalam satu tahun jantung, refleks) dalam satu tahun.
PEDOMAN TEKNIS
Pusdatin Jumlah bayi yang meninggal pada umur di Lap. RS., Jumlah bayi yang meninggal pada umur di 78
(Profil Kesehatan) bawah 28 hari Laporan AMP bawah 28 hari N
Pusdatin Jumlah kasus baru tetanus neonatorum (yaitu Dinkes: LB3, Jumlah kasus baru tetanus neonatorum (yaitu 80
(Profil Kesehatan) tetanus yang terjadi pada bayi berumur kurang Lap. RS tetanus yang terjadi pada bayi berumur kurang N
dari 30 hari) dari 30 hari)
Pusdatin Jumlah seluruh tenaga kesehatan Laporan Kepegawaian Jumlah seluruh tenaga kesehatan 59, 62, 66,
(Profil Kesehatan) D
Pusdatin Jumlah seluruh tenaga medis Laporan Kepegawaian Jumlah seluruh tenaga medis 56
(Profil Kesehatan) D
Pusdatin Jumlah kematian ibu, dengan sebab terkait Dinkes: Kesga- Register Jumlah kematian ibu, dengan sebab terkait 75
(Profil Kesehatan) kehamilan, persalinan, atau nifas. Kohort Ibu (F2-F8) & AMP kehamilan, persalinan, atau nifas. N
Profil Kesehatan Kabupaten
Riskesdas
14. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Balitbang Laporan Kesga/ Yankesdas 47
Jumlah PONED dan PONEK Jumlah PONED dan PONEK
(Rifaskes) N
Balitbang Rasio jumlah fasilitas Pelayanan Obstetri Balitbang-Risfaskes Rasio jumlah fasilitas Pelayanan Obstetri 47
Tabel 10. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
PEDOMAN TEKNIS
Rekap laporan kab/ kota/ komprehensif mengenai kespro dan seksual komprehensif mengenai kespro dan seksual
provinsi (FI/DAL SKPDKB)
BKKBN Jumlah pelayanan KB yg menyediakan paling F2/KB SKPDKB Jumlah FKTP yg menyediakan pelayanan KB 46
Rekap laporan kab/ kota/ kurang alokon kondom dan pil minimal alokon kondom dan pil
provinsi(F2/KB SKPDKB)
BKKBN Jumlah fasilitas/institusi lain - selain FKTP - F2/KB SKPDKB Jumlah fasilitas/institusi lain - selain FKTP - 54
Rekap laporan kab/ kota/ yg menyediakan informasi, pelayanan, dan yg menyediakan informasi, pelayanan, dan
provinsi(F2/KB SKPDKB) peralatan KB peralatan KB
BKKBN Jumlah perempuan usia 15-49 yg ingin F1/KB SKPDKB Jumlah perempuan usia 15-49 yg ingin 48
Rekap laporan kab/ kota/ menunda atau tidak ingin hamil lagi menunda atau tidak ingin hamil lagi N
provinsi(F1/KB SKPDKB)
BKKBN Jumlah fasilitas dengan tenaga terlatih yang F2/KB SKPDKB Jumlah fasilitas dengan tenaga terlatih yang 51
Rekap laporan kab/ kota/ menyediakan 3 metode KB menyediakan 3 metode KB N
provinsi (F2/KB SKPDKB)
BKKBN Jumlah fasilitas yang pernah mengalami SKPDKB Jumlah fasilitas yang pernah mengalami 67
Rekap laporan kab/ kota/ kekurangan stok alokon kekurangan stok alokon N
provinsi
Biro Keuangan Peraturan tentang alokasi anggaran untuk Pemda Peraturan tentang alokasi anggaran untuk 2
kespro dan seksual kespro dan seksual
Dit Pencatatan Sipil Jumlah kelahiran Registrasi kelahiran Jumlah kelahiran. 75, 76,77,78, 87,
(Registrasi kelahiran) D
Dit Pencatatan Sipil Jumlah kelahiran terjadi dari ibu usia remaja Registrasi kelahiran Jumlah kelahiran terjadi dari ibu usia remaja (15- 73
(Registrasi kelahiran) (15-19 tahun) selama periode satu tahun 19 tahun) selama periode satu tahun D
Dit Pencatatan Sipil Jumlah kematian ibu dalam periode satu Registrasi kematian Jumlah kematian ibu dalam periode satu tahun 75
(Registrasi kelahiran) tahun N
Tabel 12. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
PEDOMAN TEKNIS
Kesiswaan komprehensif mengenai kesehatan tentang Mulok Kespro komprehensif mengenai kesehatan reproduksi
reproduksi dan seksual di sekolah pada satu dan seksual di sekolah pada satu tahun terakhir
tahun terakhir
Pusat Data dan Statistik Jumlah remaja di sekolah pada satu tahun Laporan dari Dinas Jumlah remaja di sekolah pada satu tahun 43
Pendidikan terakhir Pendidikan terakhir
Setditjen Dikdasmen, Kebijakan tentang pemberian pendidikan Kumpulan regulasi Dinas Turunan kebijakan/regulasi tentang pemberian 14
Bag Hukum, Tatalaksana seksualitas di institusi pendidikan (meliputi Pendidikan pendidikan seksualitas di institusi pendidikan
dan Kerjasama pemberian pengetahuan tentang organ (meliputi pemberian pengetahuan tentang
(Kumpulan Regulasi) reproduksi, tumbang remaja, hak-hak organ reproduksi, tumbang remaja, hak-hak
remaja, gender, seksualitas remaja sehat, remaja, gender, seksualitas remaja sehat,
kekerasan seksual pada remaja, HIV, IMS, alat kekerasan seksual pada remaja, HIV, IMS, alat
kontrasepsi, KTD, napza, gizi, dll, dengan kontrasepsi, KTD, napza, gizi, dll, dengan
menggunakan pendekatan pendidikan menggunakan pendekatan pendidikan
keterampilan hidup. ketrampilan hidup.
Tabel 15. Ketersediaan Data Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi di Kementerian Agama
PEDOMAN TEKNIS
www.ditjenpp.go.id Hukum perkawinan yang melarang Pemerintah Daerah Hukum perkawinan yang melarang perkawinan
www.ditjenham.go.id perkawinan laki-laki dan perempuan di laki-laki dan perempuan di bawah usia 18
Ditjen HAM, Dit Kerjasama bawah usia 18 tahun tahun
HAM
www.kemenkumham.go.id Kumpulan Regulasi 10
www.ditjenpp.go.id Hukum perkawinan yang menyatakan Pemerintah Daerah Hukum perkawinan yang menyatakan
www.ditjenham.go.id perkawinan didasarkan atas persetujuan perkawinan didasarkan atas persetujuan kedua
Ditjen HAM, Dit Kerjasama kedua calon mempelai calon mempelai
HAM
www.kemenkumham.go.id Kumpulan Regulasi 11
www.ditjenpp.go.id Hukum tentang pelarangan kekerasan Pemerintah Daerah Hukum tentang pelarangan kekerasan seksual,
www.ditjenham.go.id seksual, baik dalam rumahtangga maupun di baik dalam rumah tangga maupun di luar
Ditjen HAM, Dit Kerjasama luar rumah tangga. rumah tangga
HAM
www.kemenkumham.go.id Kumpulan Regulasi 12
www.ditjenpp.go.id Pemerintah Daerah
Hukum tentang pelarangan perkosaan, di Hukum tentang pelarangan perkosaan, di
www.ditjenham.go.id
dalam rumah tangga dalam rumah tangga
Ditjen HAM, Dit Kerjasama
HAM
PEDOMAN TEKNIS
Statistik Sosial, Dit Kesra tahun terakhir Statistik Kependudukan tahun terakhir D
Dit Statistik Kependudukan Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun BPS Prov/Kab/Kota Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun 26, 27, 28, 29,
& Ketenagakerjaan terakhir Statistik Kependudukan terakhir 30
D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah penduduk dalam satu tahun BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk dalam satu tahun 45, 47, 54, 55
& Ketenagakerjaan Statistik Kependudukan D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah penduduk usia 18 24 tahun BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk usia 18 24 tahun 89
& Ketenagakerjaan Statistik Kependudukan D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah penduduk usia 15 24 tahun BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk usia 15 24 tahun 49, 83, 84
& Ketenagakerjaan Statistik Kependudukan D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah remaja usia 10-19 tahun, dalam BPS Prov/Kab/Kota Jumlah remaja usia 10-19 tahun, dalam periode 86,91
& Ketenagakerjaan periode satu tahun Statistik Kependudukan satu tahun D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah perempuan usia 15 49 tahun dalam BPS Prov/Kab/Kota Jumlah perempuan usia 15 49 tahun dalam 48
& Ketenagakerjaan periode satu tahun Statistik Kependudukan periode satu tahun D
Dit Statistik Kependudukan jumlah perempuan usia 20-50 tahun BPS Prov/Kab/Kota jumlah perempuan usia 20-50 tahun dalamsatu 40
& Ketenagakerjaan dalamsatu tahun terakhir Statistik Kependudukan tahun terakhir D
Dit Statistik Kependudukan Jumlah kelahiran hidup dan mati, dalam BPS Prov/Kab/Kota Jumlah kelahiran hidup dan mati, dalam 76,77
PEDOMAN TEKNIS
Dit Statistik Kependudukan Persentase perempuan dan laki pernah kawin BPS Prov/Kab/Kota Persentase perempuan dan laki pernah kawin 64
& Ketenagakerjaan (SDKI) tahu minimal 3 faktor risiko/tanda bahaya Statistik Kependudukan tahu minimal 3 faktor risiko/tanda bahaya
kehamilan yang berhubungan dengan (SDKI) kehamilan yang berhubungan dengan
komplikasi di tingkat nasional komplikasi di tingkat provinsi
Dit Statistik Kependudukan Persentase perempuan usia 15-49 tahun ingin BPS Prov/Kab/Kota Persentase perempuan usia 15-49 tahun yang 48
& Ketenagakerjaan (SDKI) menunda atau tidak ingin hamil lagi Statistik Kependudukan ingin menunda atau tidak ingin hamil lagi
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Persentase unmet need BPS Prov/Kab/Kota Persentase unmet need 50
& Ketenagakerjaan(SDKI) Statistik Kependudukan
(SDKI)
Dit Statistik Kependudukan Angka BBLR BPS Prov/Kab/Kota Angka BBLR 79
& Ketenagakerjaan (SDKI) Statistik Kependudukan
(SDKI)
Dit Stat Ketahanan Sosial Jumlah penduduk berisiko tinggi (IMS) BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk berisiko tinggi (IMS) 33
(STBP/IBBS) Statistik Kependudukan
(STBP/IBBS)
Dit Stat Ketahanan Sosial Jumlah penduduk berisiko tinggi (IDU, PSK, BPS Prov/Kab/Kota Jumlah penduduk berisiko tinggi (IDU, PSK, 63b
(STBP/IBBS) mobile population, MSM, waria, multiple Statistik Kependudukan mobile population, MSM, waria, multiple
Pedoman ini telah menguraikan pentingnya akses universal kesehatan reproduksi, indikator yang
digunakan dalam memantau akses universal tersebut, serta bagaimana data indikator AUKR diperoleh
melalui mekanisme di tiap sektor dan lintas sektor. Jelas terlihat bahwa sangat diperlukan komitmen
yang tinggi dari tiap satuan kerja, unit, bagian, atau direktorat yang menerapkan program terkait
dengan akses universal kesehatan reproduksi untuk menyediakan dan berbagi data, sehingga harapan
untuk dapat memantau kegiatan tersebut secara bersama dan harmonis, serta mengembangkan
tindak lanjut dalam memperbaiki kegiatan, program atau kebijakan terkait dapat dilaksanakan.
Pada akhirnya disampaikan penghargaan dan terima kasih sebesar-besarnya kepada berbagai
pihak yang terlibat dalam penyusunan pedoman teknis ini. Keterbatasan tulisan dalam pedoman
ini diharapkan dapat disempurnakan di masa mendatang seiring dengan semakin kuatnya sistem
informasi di masing-masing sektor dan semakin harmonisnya semangat berbagi data di tingkat lintas
sektor untuk memperbaiki upaya terkait dengan akses universal kesehatan reproduksi di Indonesia.
PEDOMAN TEKNIS 73
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 1:
Indikator Akses Universal Kesehatan Reproduksi yang
Tidak Tersedia di Indonesia
74 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 2:
Gambaran Mekanisme Penyediaan Data Akses Universal
Kesehatan Reproduksi di Tiap Sektor
Secara umum masing-masing sektor telah memiliki sistem informasi atau mekanisme pengumpulan
data internal. Guna memahami bagaimana data rutin dapat disediakan oleh masing-masing sektor
atau SKPD di tingkat daerah diteruskan sampai ke tingkat pusat, berikut adalah uraian singkat sistem
informasi masing-masing sektor/SKPD.
a. Kementerian Kesehatan
Di sektor kesehatan, data dikumpulkan secara rutin mengikuti sistem yang ada sebagaimana disajikan
pada Gambar 1. Sistem SIKDA-Generik yang dikembangkan oleh PUSDATIN ini mengumpulkan data
dari tingkat puskesmas sampai tingkat yang lebih tinggi. Namun khusus untuk area KB, telah berjalan
sistem pencatatan dan pelaporan sebagaimana disajikan di Gambar 1.
Sumber: Kemenkes (2010). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, Volume 3, Triwulan III 2011, hal. 4.
PEDOMAN TEKNIS 75
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Gambar 2. Alur data dan informasi di Sektor Kesehatan
DEPKES PUSAT
GUBERNUR
BUPATI/WALIKOTA
RS UMUM
RS DINKES KAB/KOTA INSTITUSI KB
KAB/KOTA
CAMAT
INSTITUSI KB
PUSKESMAS
KECAMATAN
Pertemuan Bulanan
VERIFIKASI data
Sumber: Kemenkes (2010). Pedoman Sistem Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Keluarga Berencana Upaya menuju
Pelayanan KB Berkualitas, Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina
Kesehatan Ibu, 2010.
Pada sistem informasi di sektor kesehatan yang relatif baru ini, data dari tingkat operasional terbawah
yaitu puskesmas dengan jaringannya (posyandu, puskesmas pembantu, dan lain-lain) akan dikirim
langsung secara daring (on-line) ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan juga ke PUSDATIN. Pada
tahun 2011, Kementerian Kesehatan sudah merancang rumah sakit mengikuti sistem pencatatan dan
pelaporan yang cukup komprehensif juga. Petunjuk teknis SIRS (Sistem Informasi Rumah Sakit) telah
diterbitkan oleh Kemenkes, Ditjen BUK (www.buk.depkes.go.id).
Keterangan
Arus Laporan/Tembusan
Umpan Balik
Arus Komunikasi Teknologi Informasi (TI)
1. DBS PH.DBS Klinik KB (Induk)
2. DBS Klinik KB (Induk)
3a. DBS Peng.Ran IDI/IBI Klinik KB (Induk)
3a. DBS Peng.Ran IDI/IBI Peng.Cab IDI/IBI SKPD Kab./Kota
76 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Alur data dan informasi pada gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/0/KB/11) dibuat dan dikirim setiap tahun sekali oleh Klinik KB
ke Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB (SKPD-KB) Kabupaten/Kota selambat-
lambatnya tanggal 7 Januari setiap tahun.
2. Rekapitulasi Kartu Pendaftaran Klinik KB Tingkat Kabupaten/Kota (Rek.Kab.K/0/KB/11)
dibuat dandikirim setiap tahun sekali oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB
(SKPD-KB) Kabupaten/Kota ke Perwakilan BKKBN Provinsi dan Mitra kerja selambatlambatnya
tanggal 21 Januari setiap tahun.
3. Rekapitulasi Kartu Pendaftaran Klinik KB Tingkat Provinsi (Rek.Prov. K/0/KB/11)
dikirim oleh Perwakilan BKKBN Provinsi ke BKKBN Pusat cq. Direktorat Pelaporan dan Statistik
selambatlambatnya tanggal 7 Februari setiap tahun.
4. Laporan Bulanan Petugas Penghubung Hasil Pelayanan Kontrasepsi oleh Dokter/Bidan
Praktek Swasta (F/I/PH/DBS/11) bersumber pada B/I/DBS/11 yang dibuat oleh Dokter/Bidan
Praktek Swasta (DBS) dikirimkan selambat-lambatnya tanggal 5 bulan berikutnya :
1) F/I/PH/DBS/11 dikirimkan oleh DBS ke Penghubung DBS, lalu dikumpulkan ke klinik KB (induk);
2) F/I/PH/DBS/11 dikirimkan langsung oleh DBS ke klinik KB (induk);
3a) F/I/PH/DBS/11 dikirimkan oleh DBS ke Pengurus Ranting IDI/ IBI, lalu dikumpulkan ke klinik KB
(induk);
3b) F/I/PH/DBS/11 dikirimkan oleh DBS ke Pengurus Ranting IDI/ IBI, lalu dikirimkan ke Pengurus
Cabang IDI/IBI, baru dikumpulkan di Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB
(SKPD-KB) Kabupaten/Kota.
5. Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/11) dibuat dan dikirim setiap bulan oleh Klinik KB ke Satuan
Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB (SKPD-KB) Kabupaten/Kota, Camat, dan Mitra Kerja
Tingkat Kabupaten/Kota (Dinkes) selambat-lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya.
6. Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat Kabupaten/Kota (Rek.Kab. F/II/KB/11)
dibuat dan dikirim setiap bulan melalui manual (pos atau kurir) atau elektronik (fax, scanner
kemudian dikirim lewat email, atau melalui web) oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola
Program KB (SKPD-KB) Kabupaten/Kota ke Perwakilan BKKBN Provinsi danBKKBN Pusat cq.
Direktorat Pelaporan dan Statistik selambatlambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
7. Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat Provinsi (Rek.Prov. F/II/KB/11) dibuat
dan dikirim setiap bulan melalui manual (pos atau kurir) atau elektronik (fax, scanner kemudian
dikirim lewat email, atau melalui web) dari Perwakilan BKKBN Provinsi ke BKKBN Pusat cq. Direktorat
Pelaporan dan Statistik selambatlambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
8. BKKBN Pusat cq Direktorat Pelaporan dan Statistik setiap bulan menyampaikan Umpan
Balik hasil pengolahan data Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat Provinsi (Rek.Prov.F/
II/KB/11) ke semua Pimpinan di jajaran BKKBN Pusat, Perwakilan BKKBN Provinsi dan Mitra Kerja
Tingkat Pusat.
9. Perwakilan BKKBN Provinsi cq Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Program setiap
bulan menyampaikan Umpan Balik hasil pengolahan data Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB
Tingkat Kabupaten/Kota (Rek.Kab.F/II/KB/11) ke Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program
KB (SKPD-KB) Kabupaten/Kota dan Mitra Kerja Tingkat Provinsi.
PEDOMAN TEKNIS 77
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
10. Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelola Program KB Kabupaten/Kota setiap bulan
menyampaikan Umpan Balik hasil pengolahan data Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/11) ke
Camat dan Mitra kerja Tingkat Kabupaten/Kota.
Sumber: http://id.scribd.com/doc/101494887/Bagan-Alur-Proses-Integrasi-Adminduk
Terlihat bahwa sampai saat ini, telah dicoba untuk dikembangkan sistem informasi dengan cara
pengumpulan data daring (on-line) di beberapa daerah, walaupun beberapa daerah lain masih
memiliki sistem informasi yang masih manual. Nama sistem informasi yang melalui daring (on-line)
adalah INFODUK-SIAK.
78 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
e. Kementerian Agama
Pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah beragama dibawah naungan Kementerian Agama serupa
dengan yang dilaksanakan oleh sekolah di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun
demikian sampai saat ini belum ada ketentuan khusus bahwa sekolah harus melaporkan kegiatan
terkait kesehatan reproduksi tersebut ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di tingkat kabupaten. Patut
dicatat bahwa Kementerian Agama juga sudah mulai menerapkan aplikasi EMIS Online (education
management information system) yang berisikan data tentang madrasah, melalui www.emispendis.
kemenag.go.id. Laman ini dikelola oleh Sekretariat Dirjen Pendidikan Islam, Bagian Perencanaan dan
Sistem Informasi.
Di tingkat kabupaten, secara struktural Unit PP-PA (Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak)
bisa menjadi SKPD tersendiri atau bergabung dengan SKPD lain. Contoh struktur PP-PA di daerah: di
Kab. Nias Selatan, PP-PA bergabung dengan KB menjadi SKPD bernama KBP3A (Keluarga Berencana
dan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak); di Kab. Nias dan Kab Alor, gabungan
tersebut bernama BP2AKB (Badan Perlindungan Perempuan dan Anak dan Keluarga Berencana) di
bawah Pemda.
Gambar 4. Alur data dan informasi di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
ALUR DATA
KPP & PA
Tgl 20 setiap 6 bulan
Feed Back
.............................. F IV
UPT
UPTProv
Prov Unit PP & PA Prov
UPT
UPTProv
UPTProv
Prov Tgl 10 setiap 6 bulan
Feed Back
.............................. F III
Keterangan: UPT = Unit Pelayanan Terpadu (mengacu pada definisi UPT di SPM)
Sumber: KemenPP-PA (2010). Pedoman Sistem Pencatatan dan Pelaporan Data Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak,
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, 2010
PEDOMAN TEKNIS 79
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
g. Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statistik atau BPS tingkat kabupaten/kota mengumpulkan dua jenis data, yaitu data survei
(yang dilaksanakan oleh BPS) dan data sekunder (diperoleh dari SKPD). Data survei memiliki variabel
sesuai tujuan survei yang dilaksanakan dan dikumpulkan oleh BPS sendiri, dilaporkan berjenjang
mulai dari tingkat kabupaten, provinsi, sampai BPS Pusat. Laman yang disediakan untuk dapat diakses
adalah www.bps.go.id.
BPS Pusat
Dinas
Dinas
Dinas
tingkat Pembuatan profil
tingkatI I BPS Provinsi
provinsi tahunan
tingkat I
Pembuatan profil
BPS Kabupaten
kabupaten tahunan
Data Data
survey sekunder
Dinas
Dinas
Dinas
tingkat
tingkatII
tingkatI I
Sumber: PPKUI (2012). Hasil Studi Kelayakan Indikator Akses Universal ke Kesehatan Reproduksi di 10 Kabupaten di
Indonesia
Data sekunder dikumpulkan hanya setahun sekali oleh BPS kabupaten/kota dari semua SKPD di daerah
tersebut untuk pembuatan profil kabupaten/kota. Sebagian kecil data sekunder diteruskan ke provinsi
untuk pembuatan profil provinsi. BPS Pusat umumnya melakukan berbagai survei berskala nasional,
di samping melaksanakan sensus.
h. Kepolisian
Kepolisian memiliki sistem informasi PUS IKNAS, atau Pusat Informasi Kriminalitas Nasional, yang
menyelenggarakan dan membina sistem informasi kriminalitas nasional mencakup penyiapan dan
penyajian data/statistik kriminal, yang diatur oleh Peraturan Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian
Negara RI No. 1/2011. Karena kasus kekerasan termasuk tindakan kriminal, maka data kasus kekerasan
dicatat di PUS IKNAS juga.
Di tiap Polsek, data terkait pelaporan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak akan dikumpulkan
oleh petugas Polisi, dan kemudian diteruskan ke unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak) di
tingkat Polres. Selanjutnya data individu tersebut dilaporkan secara berjenjang ke tingkat yang lebih
atas sampai ke Polda, yang masing-masing juga memiliki Unit PPA. Untuk tingkat keamanan data,
akses ke data hanya dimiliki oleh penyidik atau pimpinan yang memiliki kode sandi (password).
80 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Gambar 6. Alur data dan informasi PUS-IKNAS
Unit PPA di tingkat Polres dan Polda; Di tingkat Polres belum ada UPPA, sedang dalam persiapan, dan
direncanakan ada 2 polwan per polsek untuk menangani.
PUSIKNAS
POLDA
Unit Renakta
(remaja anak & wanita)
POLRES
UnitPPA
Unit
Unit PPA
PPA
POLSEK
UnitPPA
Unit
Unit PPA
PPA
Sumber: http://ncic.polri.go.iod/pusiknas/58-tugas-pokok-fungsi
PEDOMAN TEKNIS 81
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 3:
Contoh Perhitungan Indikator Akses Universal Kesehatan
Reproduksi di Tingkat Nasional Tahun 2012
82 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional
8 Kebijakan pencegahan dan Ada.
penanganan IMS Kebijakan Menteri Kesehatan (Permenkes) Tahun 2011. Hal ini juga
dijelaskan ke dalam Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular
Seksual 2011.
Pedoman PPIA tahun 2012
PEDOMAN TEKNIS 83
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional
16 Perencanaan pengadaan alat Dokumen Rencana Pengadaan Alat Kontrasepsi (alokon) KB BKKBN.
kontrasepsi KB
17 Komitmen pemangku kepentingan Ada.
(stakeholder) terhadap rencana UU No. 10/1992, Pasal 22 (1) tentang perkembangan kependudukan dan
pengadaan alokon pembangunan keluarga sejahtera: pemerintah mengatur pengadaan
dan atau penyebaran alat dan obat pengaturan kehamilan berdasarkan
keseimbangan antara kebutuhan, penyediaan, dan pemerataan
pelayanan.
UU No.52/2009 pasal 23.
Regulasi Tim Penjamin Ketersediaan Kontrasepsi/Alokon di BKKBN.
18 Dukungan dana donor untuk KB Ada.
Tersedia di Bappenas, Kemenkes, BKKBN, dan LSM.
Informasi jumlah dukungan dana (US$) donor belum tersedia.
(Donor: UNFPA, Bill-Melinda, USAID, WHO, AusAID)
19 Sistem informasi tentang populasi Ada.
yang bisa mencapai fasilitas untuk Sumber data: Pusdatin
kesehatan ibu dan anak dalam satu
jam (SIG)
20 Pencatatan kejadian FGM Tidak ada
21 Hukum perkawinan yang melarang UU No. 1/1974 tentang Perkawinan, pasal 7. Batas usia menikah laki-laki
perkawinan laki-laki & perempuan minimal 18 tahun, perempuan minimal 16 tahun.
di bawah usia 18 tahun
22 Hukum pelarangan pelaksanaan Tidak ada.
FGM
23 Strategi untuk menghilangkan Tidak ada.
praktek FGM
24 Peraturan medis yang melarang Ada.Permenkes No. 1636/Menkes/Per/XI/2010 tentang sunat perempuan,
dilakukan FGM mengatur batasan sunat perempuan yang hanya dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
84 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
31 Persentase persalinan ditolong oleh tenaga 83,1% SDKI 2012
kesehatan
32 Persentase seksio sesarea pada seluruh 15,3% Riskesdas, 2010
kelahiran
33 Persentase Penggunaan kondom pada 64,5% IBBS/STBP 2011, pada WPS (Langsung + Tak
hubungan seks terakhir yang berisiko tinggI 27% remaja laki Langsung)
SDKI (remaja) 2012
34 Persentase Ibu hamil HIV+ menerima ARV 85% Subdit AIDS ((1070/1264)*100%)
untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke
bayi (PMTCT/PPIA)
35 Persentase bayi (dari Ibu HIV+) menerima 76% Subdit AIDS ((1145/1504 ) * 100%)
ARV profilaksis untuk mencegah penularan
HIV dari ibu ke bayi (PMTCT/PPIA)
36 Persentase persalinan di sarana pelayanan 63,2% SDKI 2012
kesehatan
37 Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan 41,5% SDKI 2012
38 Persentase Penggunaan kondom pada 18% remaja SDKI (remaja) 2012
hubungan seks pertama perempuan
25% remaja laki
39 Persentase Ibu hamil dengan sifilis positif 70% Subdit ibu hamil ((113/162) * 100%)
menerima pengobatan standar
40 Persentase Perempuan usia 20-50 th yg 1,66% N: 575.503 (Subdit Kanker PTM) pada perem-
telah diskrining kanker leher rahim sesuai puan 30-50 tahun 2012
kebijakan pencegahan kanker leher rahim
D: 34.771.075 (jumlah perempuan 30-50
tahun 2012 dari proyeksi dari BPS)
41 Jumlah kejadian kekerasan seksual yang 3807 kasus Kepolisian (Bareskrim)
dilaporkan untuk bukti hukum ke penegak
hukum dan/atau ke tenaga kesehatan dalam
5 tahun terakhir
42 Persentase kasus kekerasan seksual yang Belum ada data Kepolisian (Bareskrim)
dilaporkan & menyebabkan ada tuntutan
43 Persentase remaja yang menerima materi 65% remaja SDKI (Remaja) 2012
secara komprehensif tentang kesehatan perempuan
reproduksi dan seksualitas di sekolah 48% remaja laki
44 Persentase perempuan dengan fistula Tidak ada data Direktorat BUK
vesiko-vaginal yang dioperasi
PEDOMAN TEKNIS 85
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
46 Persentase puskesmas yang memberikan 100% Data Profil Kesehatan 2012 = 9510
pelayanan KB Numerator: BKKBN ( untuk klinik KB
perlu dipilah PKM dan klinik swasta/
BPS dll)
47 Rasio fasilitas Pelayanan Obstetri Neona- 6,12 PUSDATIN dari profil BUKD
tal Emergency (minimal satu PONEK) per (Poned) dan BUKR (Ponek)
500.000 penduduk ((2570 + 421)/244.215.983)*500.000)
48 Persentase perempuan usia 15-49 tahun 73.2% SDKI 2012 (untuk spacing dan
yang ingin menunda atau tidak ingin hamil limiting)
lagi (31.1% menunda + 42.1% tidak ingin
hamil lagi)
49 Persentase perempuan dan laki-laki muda Menggunakan kondom= SDKI 2012
(15-24 tahun) mengetahui cara yang benar 44.5%
untuk mencegah penularan HIV melalui Melakukan HUS hanya
hubungan seksual dengan partner yang
sama = 62.5%
Menggunakan kondom
dan melakukan HUS ha-
nya dengan satu partner
yang sama = 38.2%
atau
Kelompok risiko tinggi Belum ada data
yang mengetahui cara yang benar untuk
mencegah penularan HIV melalui hubungan
seksual
50 Persentase perempuan usia subur (PUS) 11.4% SDKI 2012
seksual aktif yang tidak ingin punya anak
lagi atau yang ingin menjarangkan kelahiran
berikutnya dalam jangka waktu minimal 2
tahun tetapi tidak menggunakan alat atau
cara kontrasepsi (unmetneed)
51 Persentase fasilitas (dengan tenaga terlatih) Belum ada data Data hanya dari fasilitas pemerintah
yang menyediakan minimal 3 metode KB (BKKBN)
56 Persentase petugas kesehatan yang terlatih 1890 nakes yg dilatih BPPSDMK KaSubdit Teknis Pusdiklat
memberikan pelayanan aborsi yang aman Poned/Ponek Aparatur
3 thn terakhir (2011-2013), belum
termasuk data dari JNPK
86 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
57 Persentase petugas terlatih memberi konsel- Jumlah PKM PKPR=3191 Numerator:
ing kesehatan reproduksi (SRH) PKM PKRE=.... Subdit Remaja (hanya untuk nakes)
Promkes=[ABAT] Non remaja, incl. Kemensos (?)
HIV/AIDS=
BKKBN=PIK-R/M
Kemensos=
Kemeneg-PPPA=
58 Mekanisme alternatif dalam pemberian infor- Ada Promkes, GenRe (BKKBN)
masi dan pelayanan kesehatan seksual
59 Persentase petugas kesehatan yang terlatih 0,55% (termasuk dokter N: 855 dokter; 1478 perawat/bidan
untuk mendeteksi tanda-tanda pelecehan spesialis) (Subdit Perlindungan Anak)
atau kekerasan seksual 0,58% (tanpa dokter
spesialis) D: dokter spesialis 27.333; dokter
umum 37.364; perawat 235.496;
bidan 126.276 (Bank data PPSDM
Kesehatan)
60 Persentase polisi yang terlatih dalam (isu) Belum ada data Bareskrim
kesehatan seksual dan kekerasan seksual
61 Persentase sarana pemberi pelayanan yang 33,6% N: PKM PKPR, 3191
menyediakan pelayanan ramah remaja D: seluruh puskesmas, 9510
(2012, Kemkes Subdit BKH ausrem
Dit Anak, jumlah PKPR)
62 Persentase tenaga kesehatan terlatih untuk 1,3% Subdit Anak usia sekolah dan remaja:
memberikan pelayanan ramah remaja (Kese- PKPR
hatan Seksual Remaja) (Jumlah nakes terlatih di 22 prop
yang melapor
N: 5358 (2012, Subdit Bkh Ausrem)
PEDOMAN TEKNIS 87
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
68 Persentase fasilitas yang memiliki standar dan 21,4% Subdit HIV AIDS
protokol untuk diagnosis, pengobatan, dan Risfaskes
konseling IMS/ISR 319 (Subdit AIDS) faskes yang
melaporkan
RS yang memberikan layanan IMS
=2185 (seluruh RS - BUK)
(319+2185)/(9510+2185)
69 Persentase fasilitas yang memiliki standar dan PKM PKPR=3191 (abso- Subdit Kespro (pak Edi) jumlah
protokol pelayanan untuk mempromosi-kan lut) fasilitas yang menerima buku
kesehatan reproduksi Distribusi baru dilakukan s.d. keseha-
tan dasar.
Jumlah fasilitas kesehatan yang mempro- *Jumlah fasilitas yang memiliki buku
mosikan panduan kespro: tidak ada data pedoman pelaksanaan KIE Kespro
tahun 2002 =.
73 Angka (rate) kelahiran pada populasi usia 48 per 1000 SDKI 2012
remaja (15-19 tahun) (ASFR) wanita
74 Persentase perempuan usia subur anemia 14% RISKESDAS 2007
(Cek Riskesdas 2012)
75 Angka (ratio) Kematian Ibu per 100.000 KH 359 SDKI 2012 (95% SK 239 478)
76 Angka (rate) Kematian Perinatal per 1000 KH 26 per 1000 KH SDKI 2012
77 Angka (ratio) bayi lahir mati per 1000 KH 12,2 per 1000 KH SDKI 2012
78 Angka (rate) Kematian Neonatal per 1000 KH 20 per 1000 SDKI 2012
kelahiran hidup
79 Rate BBLR (kurang dari 2500 gram) 11,1 % Riskesdas 2010
88 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
No. Indikator Nasional Catatan sumber data
81 Persentase kasus Obstetri dan Ginekologi Belum ada BUK (SIRS)
yang dirawat karena Aborsi
82 Rate aborsi per 1000 kelahiran hidup Belum ada data
83 Persentase Kematian Maternal karena Aborsi 4,1% SP 2010 (Kajian determinan kematian
maternal di lima region Indonesia) Kemkes
UNFPA
84 Persentase perempuan hamil usia 15-24 2,25% P2PL Subdit AIDS
tahun positif Sifilis N: Jumlah bumil 15-24 yang positif sifilis
pada 2012 sebanyak 77 orang; data dari
faskes yang kirim laporan bulanan
D:
Jumlah bumil yang di tes sifilis = 3.421
bumil (15-24th) tes sifilis (Subdit AIDS)
85 Persentase perempuan hamil usia 15-24 2,95% P2PL Subdit AIDS
tahun positif HIV N: Jumlah bumil 15-24 yang positif HIV
pada 2012 sebanyak 419 orang
D: 14.196 bumil yang di tes HIV (15-24)
86 Rate angka Remaja (10-19 tahun ) yang 2.5% SDKI 2012
melahirkan
87 Angka kematian ibu karena komplikasi 77,2% SP 2010 (Kajian determinan kematian
maternal di lima region Indonesia) Kemkes
UNFPA, 2012
88 Persentase laki-laki usia 15-49 tahun 77,1% P2PL Subdit AIDS
dilaporkan sedikitnya mengalami satu kali (dari 137 kabupaten yang melaporSubdit
infeksi saluran kencing dalam 12 bulan AIDS
terakhir N: 9.954
D: 12.911 laki-laki (15-49) berkunjung (Kab
yang melapor 137). (Subdit AIDS)
89 Persentase perempuan dan Laki usia 18-24 6,5% SDKI 2012
tahun yang memiliki anak sebelum usia 18
tahun
90 Persentase kelahiran dalam 5 tahun terakhir 10.5% SDKI 2012 (usia 15-49 tahun)
dengan interval kurang dari 24 bulan
91 Persentase remaja (10-19 tahun) yang pernah 0,4% remaja SDKI (remaja) 2012 (remaja usia 15-19 th
melakukan hubungan seks perempuan yang belum kawin)
4,5% remaja laki-
laki
92 Persentase penggunaan kontrasepsi pada 16% remaja SDKI (remaja) 2012 (remaja usia 15-19 th)
hubungan seks pertama atau terakhir bagi perempuan saat
remaja 10-19 tahun pertama
20% remaja
perempuan saat
seks terakhir
22,5% remaja laki
saat pertama
23,5% remaja laki
saat seks terakhir
93 Rate prevalensi kejadian fistula obstetrik Belum ada BUKR
PEDOMAN TEKNIS 89
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 4
Skema Koordinasi Pengumpulan Data Akses Universal
Kesehatan Reproduksi di Tingkat Nasional
Ditjen www.pdsp.kemdikbud.go.id
Pendidikan Nasional
Dikdasmen Pusat Data dan Statistik Pendidikan,
& Kebudayaan
Dit. Bidang Pembinaan Kesiswaan (Dapodik)
Puslitbangkessos www.puslit.kemsos.go.id
Badiklit ktkpm.direktorat@yahoo.co.id
Sosial Ditjen Rehabilitasi Sosial, Dit Rehabilitasi Tuna Susila,
Dit Perlindungan Sosial, Korban Tindak kekerasan dan
Pekerja Migran, Biro Perencanaan, Biro Hukum
PUSIKNAS www.polri.go.id
Kepolisian
Bareskrim, Pusiknas
90 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
LAMPIRAN 5:
Borang Isian Data Indikator Akses Universal Kesehatan
Reproduksi
Untuk mempermudah pihak terkait dalam mengumpulkan data indikator AUKR ini, maka dapat
digunakan borang khusus, dengan batasan operasional variabel yang masing-masing telah dijelaskan
pada bab terdahulu. Borang adalah lembar tempat mencatat data atau informasi. Data harus memiliki
sifat yang akurat dan tepat waktu, termasuk data yang dikumpulkan untuk indikator AUKR. Untuk itu
perlu dikaji sebelumnya, bagaimana kualitas data yang disediakan atau dicatat.
Pada borang berikut, pencatatan data indikator AUKR pada kolom nasional dimaksudkan untuk
memantau pencapaian AUKR di tingkat nasional. Sedangkan pencatatan data indikator pada kolom
daerah (provinsi atau kabupaten/kota) dimaksudkan untuk memantau pencapaian AUKR di tingkat
daerah. Pencatatan data hendaknya mencantumkan sumber data, sehingga mudah untuk menelusuri
dan memeriksa silang guna meyakinkan validitas data.
Data yang bersumber dari fasilitas pelayanan (primer) - yang kemudian dilaporkan sebagai data rutin
- perlu ditelaah kelengkapannya terkait dengan cakupan pelayanan. Bila diduga terjadi kurang-lapor
(under-reported) akibat cakupan pelayanan yang rendah, maka data tetap dapat dicatat (sebagai data
numerator saja atau data denominator saja) berupa angka absolut, dan data ini tetap berguna untuk
melihat kecenderungan (trend) kejadian di daerah tersebut menurut waktu. Jadi pada borang isian,
pada baris N (numerator) dan D (denominator) tetap diisikan angka yang ada atau tersedia.
Indikator yang berupa angka relatif, yaitu sudah membandingkan data numerator dengan
denominator, hendaknya disajikan bila kualitas data di masing-masing komponen tersebut dijamin
cukup baik. Bila pada borang dicatat informasi angka indikator relatif, maka perlu diberi penjelasan
tambahan tentang bagaimana gambaran kualitas data yang digunakan untuk membangun indikator
tersebut, misalnya diduga kurang lengkap, atau kurang cakupan pelayanan, atau berbeda data antara
sumber satu dengan yang lain.
PEDOMAN TEKNIS 91
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Tabel 1. Borang Isian Data Indikator AUKR - Kebijakan
92 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Tabel 2. Borang Isian Data Indikator AUKR Pelayanan
PEDOMAN TEKNIS 93
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
30 Persentase cakupan vaksinasi tetanus toxoid selama
kehamilan
N: Jumah ibu hamil yang divaksinasi tetanus toxoid
D: Estimasi jumlah ibu hamil dalam satu tahun terakhir
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth Rate
(CBR)
31 Persentase persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
N: Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih dalam satu tahun terakhir
D: Estimasi jumlah kelahiran dalam satu tahun terakhir
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth Rate
(CBR)
32 Persentase seksio sesarea pada seluruh kelahiran
N: ibu hamil yang melahirkan dengan cara seksio sesaria
dalam satu tahun terakhir
D: Estimasi jumlah kelahiran dalam satu tahun terakhir,
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth
Rate (CBR)
33 Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks
terakhir yang berisiko tinggI
N: Jumlah orang yang menggunakan kondom pada
hubungan seks berisiko satu tahun terakhir
D: Jumlah orang yang melakukan hubungan seks
berisiko terakhir dalam satu tahun terakhir
34 Persentase Ibu hamil HIV+ menerima ARV untuk mencegah
penularan HIV dari ibu ke bayi (PMTCT/PPIA)
N: Jumlahibu hamil dengan HIV+ menerima ARV untuk
mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi dalam satu
tahun terakhir
D: Jumlah ibu hamil dengan HIV+ dalamsatu tahun
terakhir
94 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
37 Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
N: Jumlah ibu yang memberikan ASI ekslusif kepada
bayinya sampai 6 bulan setelah kelahiran
D: Estimasi jumlah kelahiran dalam satu tahun terakhir
dihitung dengan rumus: total populasi x Crude Birth
Rate (CBR)
38 Persentase Penggunaan kondom pada hubungan seks
pertama
N: Jumlah orang yang menggunakan kondompada
hubungan seks pertama
D: Jumlah orang yang pernah melakukan hubungan
seks
39 Persentase Ibu hamil dengan sifilis positif menerima
pengobatan standar
N: Jumlahibu hamil dengan tes serologi sifilis positif
menerimapengobatan standar setahun terakhir
D: Jumlah ibu hamil yang tes serologi sifilis positif dalam
satu tahun terakhir
40 Persentase Perempuan usia 20-50 th yg telah diskrining
kanker leher rahim sesuai kebijakan pencegahan kanker
leher rahim
N: Jumlah perempuan usia 30- 50 tahun yang telah
diskrining kanker leher rahim
D: Perempuan usia 20-50 th
41 Jumlah kejadian kekerasan seksual yang dilaporkan untuk
bukti hukum ke penegak hukum dan/atau ke tenaga
kesehatan dalam 5 tahun terakhir
PEDOMAN TEKNIS 95
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Tabel 3. Borang Isian Data Indikator AUKR Akses
96 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
51 Persentase fasilitas (dengan tenaga terlatih) yang
menyediakan minimal 3 metode KB
N:Jumlah fasilitas*(dengan tenaga terlatih) yang
menyediakan 3 metode Keluarga Berencana
D:Jumlah fasilitas di daerah tersebut
52 Persentase sarana yang menyediakan dukungan medis,
psikologis, hukum bagi perempuan dan laki-laki yang
diperkosa atau mengalami inses
N: jumlah sarana yang menyediakan dukungan medis,
psikologis, hukum bagi perempuan dan laki-laki yang
diperkosa atau mengalami inses
D: Jumlah sarana pelayanan (kesehatan, psikologis,
hukum) diwilayah tersebut
53 Persentase puskesmas yang menyediakan pelayanan IMS
dengan pendekatan sindrom
N: Jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan IMS
dengan pendekatan sindrom
D: Jumlah seluruh puskesmas
54 Rasio jumlah institusi lain yang menyediakan informasi,
pelayanan dan peralatan KB per 500.000 penduduk
N: Jumlah institusi lain yang menyediakan informasi,
pelayanan dan peralatan KB
D: Jumlah penduduk dibagi 500.000
55 Persentase penduduk bertempat tinggal di desa yang
memilikirencana transportasi dan ystem rujukan komunitas
N: Jumlah penduduk bertempat tinggal di desa
siaga(memiliki rencana penyediaan transportasi darurat
dan sistem rujukan)
D: Jumlah penduduk
56 Persentase petugas kesehatan yang terlatih memberikan
pelayanan aborsi yang aman
N: Jumlah petugas kesehatan yang terlatih memberikan
pelayanan aborsi yang aman
D:Jumlah petugas kesehatan
57 Persentase petugas terlatih memberi konseling kesehatan
reproduksi
N: Jumlah petugas kesehatan yang terlatih memberikan
pelayanan aborsi yang aman
D:Jumlah petugas kesehatan dan pendidik (guru BK)
58 Mekanisme alternatif dalam pemberian informasi dan
pelayanan kesehatan seksual
59 Persentase petugas kesehatan yang terlatih untuk
mendeteksi tanda-tanda pelecehan atau kekerasan seksual
N: Jumlah petugas kesehatan yang pernah dilatih
mendeteksi tanda-tanda pelecehan atau kekerasan
seksual
D: Jumlah seluruh petugas kesehatan
PEDOMAN TEKNIS 97
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
60 Persentase polisi yang terlatih dalam (isu) kesehatan seksual
dan kekerasan seksual
N: Jumlah petugas kepolisian yang pernah dilatih
mendeteksi tanda-tanda pelecehan atau kekerasan
seksual
D: Jumlah petugas kepolisian
61 Persentase sarana pemberi pelayanan yang menyediakan
pelayanan ramah remaja
N: Jumlah fasilitas puskesmas yang memberikan
pelayanan ramah remaja
D: Jumlah seluruh puskesmas dalam wilayah
62 Persentase tenaga kesehatan terlatih untuk memberikan
pelayanan ramah remaja
N: petugas kesehatan yang pernah dilatih memberikan
pelayanan ramah remaja
D: Jumlah seluruh petugas kesehatan
63 Adanya mekanisme (alternatif) penyediaan pelayanan
kesehatan reproduksi dan seksual bagi remaja
64 Persentase perempuan dan laki pernah kawin tahu minimal
3 faktor risiko/tanda bahaya kehamilan yang berhubungan
dengan komplikasi
N: Jumlah perempuan dan laki pernah kawin tahu
minimal 3 faktor risiko/tanda bahaya kehamilan yang
berhubungan dengan komplikasi
D: Jumlah perempuan dan laki pernah kawin dalam satu
tahun terakhir
65 Persentase perempuan dan laki pernah kawin tahu tempat
fasilitas pelayanan untuk kehamilan dengan komplikasi
N: Jumlah perempuan dan laki pernah kawin tahu
tempat fasilitas pelayanan untuk penanganan kehamilan
dengan komplikasi maternal
D: Estimasi Jumlah perempuan dan laki pernah kawin.
66 Persentase petugas kesehatan tahu tentang aborsi yang
legal
N: Jumlah petugas kesehatan yang tahu dengan benar
tentang aborsi yang legal
D: Jumlah seluruh petugas kesehatan
67 Persentase fasilitas pelayanan yang pernah mengalami
kekurangan stok alokon (metoda apa saja)dalam periode
satu bulan
N: Jumlah fasilitas yang pernah mengalami kekurangan
stok alokon dalam periode satu bulan
D: Jumlah fasilitas yang menyediakan pelayanan KB
dalam satu tahun
98 PEDOMAN TEKNIS
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
68 Standar dan protokol untuk diagnosis, pengobatan, dan
konseling IMS/ISR
N: Jumlah fasilitas kesehatan yang mempunyai buku
standar dan protokol untuk diagnosis, pengobatan dan
konseling IMS
D: Jumlah fasilitas kesehatan atau fasilitas kesehatan
yang memberikan layanan IMS
69 Standar dan protokol pelayanan untuk mempromosi-kan
kesehatan reproduksi
N: Jumlah fasilitas yang mempunyai standar protokol
untuk mempromosikan kesehatan reproduksi
D: Jumlah fasilitas kesehatan dalam satu tahun
PEDOMAN TEKNIS 99
PEMANTAUAN PENCAPAIAN AKSES UNIVERSAL KESEHATAN REPRODUKSI
Daerah (Provinsi/ Catatan
No. Indikator Nasional
Kabupaten/Kota) sumber data
76 Angka (rate) Kematian Perinatal per 1000 KH
N: Jumlah kematian anak pada masa perinatal, yaitu
pada saat janin di umur kehamilan 28 minggu atau
lebih, sampai bayi umur 7 hari pascalahir.
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun
77 Angka (ratio) bayi lahir mati per 1000 KH
N: Jumlah bayi yang dilahirkan dengan tidak mem-
perlihatkan tanda kehidupan (nafas, jantung, refleks)
dalam satu tahun
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun
78 Angka (rate) Kematian Neonatal per 1000 KH
N: Jumlah bayi yang meninggal pada umur di
bawah 30 hari.
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun
79 Rate BBLR (kurang dari 2500 gram)
N: Jumlah bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram
D: Jumlah kelahiran hidup dalam periode satu
tahun
Pengarah
dr. Gita Maya Koemara Sakti, MHA
Editor
drg. Wara Pertiwi Osing, MA
Dr. dr. Melania Hidayat, MPH
Konsultan
Dr. dr. Sabarinah Prasetyo, MSc
Kontributor
Pusat
No. Kementerian/ Lembaga Lintas Program
1. Kementerian Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina Kesehatan Anak,
Direktorat Bina Gizi, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak, Biro Hukum dan Organisasi, Biro
Perencanaan dan Anggaran, Direktorat Pengendalian Penyakit
Menular Langsung, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Rujukan, Pusat Data dan Informasi, Sekretariat
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Pusat Promosi
Kesehatan, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
2. Badan Kependudukan Direktorat Pelaporan dan Statistik Deputi Bidang Advokasi,
dan Keluarga Berencana Penggerakan dan Informasi, Direktorat Bina Kepesertaan KB Jalur
Nasional Pemerintah Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan
Reproduksi, Biro Perencanaan, Pusat Penelitian Kependudukan
3. Kementerian Dalam Direktorat Pencatatan Sipil Direktorat Jenderal Kependudukan
Negeri dan Pencatatan Sipil
4. Kementerian Asdep Penanganan Kekerasan terhadap Perempuan Deputi
Pemberdayaan Bidang Perlindungan Perempuan
Perempuan dan
Perlindungan Anak