Documentos de Académico
Documentos de Profesional
Documentos de Cultura
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Menimbang manfaat dan resiko obat yang tidak selalu mudah dilakukan, hal-hal yang
perlu diperhatikan untuk menentukannya yaitu derajat keparahan penyakit yang akan diobati,
efektivitas obat yang akan digunakan, keparahan dan frekuensi efek samping yang mungkin
timbul, serta, efektivitas dan keamanan obat lain yang bisa dipakai sebagai pengganti.
Semakin parah suatu penyakit, semakin berani mengambil resiko efek samping. Namun bila
efek samping mengganggu dan relatif lebih berat dari penyakitnya sendiri mungkin
pengobatan tersebut perlu diurungkan. Semakin remeh suatu penyakit, semakin perlu
bersikap tidak menerima efek samping (Hepler,1990)
Kemampuan untuk melakukan telaah terhadap berbagai hasil uji klinik yang disajikan
menjadi amat penting dalam masalah. Biasanya dalam pedoman pengobatan, pilihan obat
yang ada telah melalui proses tersebut, dan dicantumkan sebagai obat pilihan utama (drug of
choice). Pilihan kedua, dan seterusnya(Hepler,1990) .
Penggunaan obat rasional juga berarti menggunakan obat berdasarkan indikasi yang
manfaatnya jelas terlihat dapat diramalkan (anidance based therapy). Manfaat tersebut dinilai
dengan menimbang semua bukti tertulis hasi uji klinik yang dimuat dalam kepustakaan yang
dilakukan melalui evaluasi yang sangat bijaksan. Penggunaan obat yang rasional yaitu
dilakukan dengan cara pemilihan dan penggunaan obat yang efektifitasnya terjamin serta
aman dengan mempertimbangkan masalah harga, yaitu dengan harga yang paling
menguntungkan dan sedapat mungkin terjangkau. Untuk menjamin efektifitas dan keamanan
pemberian obat harus dilakukan secara rasional, yang berarti perlu dilakukan diagnosis yang
akurat, memilih obat yang tepat serta meresepkan obat tersebut dengan dosis, cara, interval,
serta lama pe,berian yang tepat (Hepler,1990).
Selain melakukan usaha untuk kerasionalan obat, terdapat usaha lain yang tidak kalah
pentingnya, yaitu penentuan dalam pemilihan obat berdasarkan metode-metode yang tersedia,
biasanya metode-metode ini dipakai memecahkan sebuah kasus suatu penyakit yang diderita
pasien. Metode ini juga dapat mendukung kerasionalan suatu pemilihan obat dimana metode-
metode dapat mendeskripsikan hala-hal yang dipikirkan sebelum dilakukan pemilihan obat.
Metode-metoe ini ialah: FARM, SOAP, DAN PAM.
Pada tahun 1995, pada semester empat program studi kasus diperkenalkan ke dalam
kurikulum dari College of Pharmacy diIdaho State University. Fakultas diperdebatkan apakah
1
akan menggunakan Format SOAP medis atau merancang metode baru ditulis dokumentasi
berdasarkan " pemeriksaan obat Terapi apoteker. "Masalah ini tidak pernah diselesaikan.
Dalam studi kasus Tentu saja, mahasiswa diwajibkan untuk belajar tiga cara yang berbeda
untuk menuliskan suatu kasus pasien yang menggunakan berbagai metode. Permasalahan
dalam siswa yang menghadapi berbagai metode dokumentasi tertulis rumit bagi Idaho State
University. Namaun Prosser dkk. Mengembangkan tim yang-mengajar kursus elektif farmasi
pertama (Cipolle,2004)
Selanjutnya, selama dua tahun terakhir, cukup banyak waktu telah habis melakukan
literatur pencarian, mempelajari metode untuk diterbitkan di dokumentasi,melakukan diskusi
dengan dosen, dan pengujian lapangan yang berbeda, metode dengan kedua studi kasus dan
mahasiswa. Berikut adalah kerangka puncak dari upaya ini. Meskipun belum standar untuk
Perguruan Tinggi Pharmacy, telah diterima dengan baik oleh kedua mahasiswa dan dosen
Untuk menuliskan kasus pasien,yang diperhatikan adalah penyusunan yang efektif dan
arus yang berkembang dengan pemikiran yang kuat. Seperti dalam setiap komposisi tertulis,
dokumentasi farmasi membutuhkan pengenalan yang tepat, informasi yang relevan,
penalaran yang jelas dan kesimpulan. Banyak akronim yang telah diciptakan yang
menyarankan langkah-langkah yang tepat untuk diikuti saat menuliskan dokumentasi untuk
pasien. Misalnya, SUP tersebut, kemudian berubah dikenal baik SOAP (subjektif, objektif,
analisis, rencana), awalnya dirancang oleh Dr Lawrence L. Weed untuk dokter Garis lainnya
termasuk diperluas menjadi SOAP (menambahkan tujuan, pemantauan dan pendidikan)
HOAP (menggantikan subjektif dan objektif dengan sejarah dan observasi) , SOAPIER
(digunakan oleh keperawatan: menambahkan pelaksanaan, evaluasi, perbaikan) , DAR
(digunakan oleh keperawatan: data, tindakan,respon), FARM (temuan, penilaian,
resolusi,monitoring) (8,9), PWDT (pemeriksaan apoteker obat Terapi) , PMDRP (Apoteker
Pengelolaan Masalah terkait Obat) , atau American Society of dengan kesehatan PCP sistem
Apoteker (rencana perawatan apoteker) . Berbagai pendekatan semua berisi elemen penting
dokumentasi, tetapi mereka semua mengalami satu atau lebih kelemahan. SOAP aslinya
2
berkonsentrasi pada pengembangan diagnosis medis daripada obat dan terkait masalah atau
penilaian farmakoterapi. SOAP dan FARM Diperluas dengan menekankan masalah terapi,
tetapi terus diselenggarakan sekitar diagnosa medis. PWDT adalah yang lama "proses
berpikir yang dimaksudkan untuk melayani sebagai pedoman untuk dokumentasi kegiatan
farmasi klinis dan tidak hanya bentuk akan diselesaikan pada setiap pasien dilihat oleh
seorang apoteker.(Cipolle,2004)
2 Tujuan
Penulis berharap dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami metode-metode
dalam penyelesaian kasus yang digambarkan melalaui contoh-contoh kasus penyakit pada
pasien sehingga dapat mencapai pengobatan yang rasional bagi pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pharmaceutical care adalah bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningktakan kualitas hidup
pasien(Departemen keehatan RI,2004). Apoteker tidak hanya bertanggung jawab dalam
3
menjamin terapi obat yang diberikan aman, tepat dan terjangkau tetapi juga menjamin hasil
terapi yang diinginkan oleh pasien( Hughes 2001). Hasil terapi yang terbaik dari pasien
dapat dicapai apabila apoteker melakukan identifikasi, dapat dicapai apabila apoteker
melakukan identifikasi, dapat mengatasi serta mencegah kejadian Drug Theraphy Problems
(DTPs) ( Cipolle et al.,2004).
DTPs adalah beberapa peristiwa tidak diinginkan yang dialami oleh pasien
bersangkutan dengan terapi obat yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan terapi
yang diinginkan (Cipolle et all, 2004) Pengertian yang sama tentang DTPs juga dijelaskan
oleh Hepler yaitu suatu peristiwa atau keadaan yang terkait dengan terapi obat secara aktual
atau potensial yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya outcome yang optimal dari suatu
pengobatan (Hepler, et al,1990).
DTPs terbagi dalam tujuh kategori yaitu terapi obat yang tidak diperlukan, kebutuhan
akan terapi obat tambahan, obat yang tidak efektif, dosis terlalu tinggi dan tidak kepatuhan
(Cipolle et al, 2004).
4
obat terlalu rendah, dosis obat terlalu rendah, reaksi samping obat yang tidak diinginkan,
dosis obat yang terlalu rendah reaksi samping obat yang tidak diinginkan, dosis obat yang
terlalu tinggi pasien yang tidak patuh. Finding atau temuan klinis menunjukkan apakah suatu
masalah terkait obat yang potensial atau mungkin terjadi atau memang sudah terjadi atau
memang sudah terjadi. Terdiri dari data demografis pasien seperti nama, usia,jenis kelamin
dan semua temuan subjektif maupun objektif maupun objektif terkait. Asesment atau
penilaian masalah meliputi bagaimana, derajat, tipe, dan significant masalah terdapat proses
berpikir yang sampai pada kesimpulan atau penilaian bahwa masalah terkait obat memang
ada atau tidak ada dan apakah intervensi atau pemanyataan aktif diperlukan atau tidak.
Recomendation atau penyelesaian masalah terkait rekomendasi farmasi tentang usulan untuk
mengatasi masalah terkait obat dengan pertimbangan semua alternatif pilihan terapi baik
terapi farmakologi maupun non farmakologi Monitoring ditujukan untuk pemantauan
endpoint bagi pasien. Parameter pemantauan untuk menilai efikasi termsuk perbaikan atau
hilanganya tanda-tanda gejala dan abnormalitas yang ada pada pasien (Harfindal,2011)
Finding:
Identifikasi problem, terutama Drug Related Problem yang disusun secara berurut dan
terpisah.
Untreated indication
Sobtherapeutic dosage
Overdosage
ADR
Drug interaction
5
Semua penemuan problem harus didokumentasikan baik yang aktual atau potensial.
Kemudian informasi yang didokumentasikan haruslah informasi yang terkait dan diperlukan
termasuk kedalamnya data subjek dan objektif yang terkait dengan Drug Related Problem.
Asessment
Perlu menunjukkan urgensi suatu problem misalnya: dengan menyatakan bahwa suatu
intervensi harus dilakukan dalam hitungan hari,bulan, atau minggu
Perlu menyatakan outcome terapi yang diharapkan, baik jangka pendek ( misal: BP
<140/190 mmHg), atau jangka panjang (misal : mencegah kekambuhan stroke)
Resolution
Berisikan tindakan yang usulkan untuk mengatasi DRP (kepada dokter, psien, atau
caregiver)
Rekomendasi bisa berupa terapi non-farmakologi atau terapi farmakologi, namun, jika
terapi dengan obat maka harus dinyatakan dengan spesifik cara pemberiannya: nama
obat, dosis, rute, waktu, dan durasi
Monitoring
Dalam pharmaceutical care pasien tidak boleh dibiarkan begitu saja setelah dilakukan
intervensi karena perlu dilakukan monitoring
Monitoring meliputi: bertanya kepada pasien, mendapatkan data la, memantau kondisi
fisik pasien
6
Misalnya : monitoring GI complaint pernyataan ini kurang spesifik, maka dapat
dirubah menjadi lebih baik seperti: tanyai pasien tentang kemungkinan terjadinya
dispepsia,diare, atau konstipasi.
Tuan A. 40 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan demam 39C. Selama 4 hari pasien
mengeluh nyeri dibagian perut, lemas, pusing, mual muntah, terdapat bintik merah di tangan
dan kaki. Merasa nyeri dan sensasi panas saat buang air kecil. Tekanan darah pasien 130/80
mmHg. Hasil laboratorium menunjukan nilai trombosit pasien 95 ribu/mm3 dan nilai HT
53,3%. Dokter menyatakan bahwa Tuan A. menderita Demam Berdarah Dengue yang disertai
dengan ISK.
Metoklopramid inj
Infus RL
A. Findings
Sesuai dengan diagnosis dokter yang dilengkapi dengan hasil pengecekan laboratorium, Tuan
A. menderita DBD dan ISK.
1. Riwayat Penyakit
7
Demam 39C, nyeri dibagian perut, lemas, pusing, mual muntah, dan terdapat bintik merah di
tangan dan kaki, merasa nyeri (Gejala DBD) dan sensasi panas pada saat buang air kecil
(Gejala ISK)
- Metoklopramind inj
- Infus RL
B. Assesmant DRPs
Amoxilin untuk DBD yang juga sinonim dengan Amoxan (obat ganda) yang di resepkan
dokter adalah antibiotik. Sedangkan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus,
dimana penyakit yang disebabkan oleh virus adalah penyakit yang belum dapat diobati
hingga sekarang. Sehingga tidak membutuhkan terapi antibiotik dalam kasus ini amoxisilin
(Hastuti,2008).
b) Obat Ganda
Ciprofloxasin dan Baquinor adalah obat yang sama (sinonim). Harus dipillih salah satu.
C. Resolution
8
Alternatif terapi yang disarankan oleh kami adalah:
a) Farmakologi
1.Paracetamol untuk menurunkan demam, karna biasanya pasien DBD akan mengalami
gejala demam dari hari pertama 1-7 hari, sedangkan pasien tuan A. adalah pasien yang
mengeluh demam hari ke-4. Kami berkesimpulan bahwa tuan A. masih akan mengalami
demam (Nugroho,2012).
Dosis 1-2 tab tiap 4-6 jam diberikan hanya jika Tuan A. demam >38C
2. Ciprofloxasin untuk ISK (salah satu DRPs kasus ini adalah dosis ganda terhadap
Ciprofloxasin dan Baquinor, kami memilih Ciprofloxasin karena alasan Ciprofloxasin
harganya lebih murah)(Hastuti,2008)
Dosis 250 mg untuk ISK ringan atau sedang 2x/ hari. Jika tuan A. ISK berat dosis yang
diberikan adalah 500 mg 2x/ hari. Pada rekam medik tidak dijelaskan apakah pasien
menderita ISK berat atau ringan, juga dari gejala-gejala yang ada tidak dapat kami pastikan
apakah pasien menderita ISK berat atau ringan.
3. Infus RL untuk menghindari dehidrasi karena biasanya pasien DBD mengalami mual dan
muntah-muntah yang kemungkinan akan mengakibatkan dehidrasi (Nugroho,2012).
3x sehari 10 mg injection (setelah infuse, obat pertama yang diberikan selanjutnya adalah
Metoklorpamid ini agar obat yang lain dapat diberikan melalui oral). Obat diberikan secara
injeksi karena pasien sudah mengalami mual muntah sehingga jika diberikan per oral reaksi
obat tidak akan efektif ( Nugroho,2012)
5. Imbos Force
Vitamin 1x/hari untuk menambah daya tahan tubuh pasien. Karena penyakit DBD disebabkan
virus sehingga membutuhkan pertahanan daya tahan tubuh yang baik (Hastuti,2008).
Pasien DBD biasanya juga akan mengalami inflamasi hati dan ginjal, sehingga lameson
merupakan salah satu pilihan untuk terapi DBD, tatapi pada kasus tuan A. ini rekam
mediknya belum menjelaskan secara rinci mengenai ada tidaknya gejala inflamasi pada liver
9
pasien selain nyeri pada perut (misal adanya pembengkakan pada saat meraba bagian perut
letak organ hati). Jika telah dilakukan pemeriksaan liver dan terbukti terjadi inflamasi atau
jika terjadi perdarahan (mimisan, dll) maka tuan A. segera diberikan terapi lameson ini.
Lameson jika diberikan untuk pasien DBD yang disertai ensefalopah dengue untuk mengatasi
inflamasi yang terjadi (Nugroho, 2012).
(Keterangan: Jika Mual Muntah Terjadi Terus Menerus, Obat-Obat Tersebut Tidak Dapat
Diberikan Secara Oral Maka Obat-Obat Tersebut Diberikan Melalui Rute Injeksi)
- Anjurkan pasien minum cairan dalam jumlah yang banyak untuk mencegah
dehidrasi dan menjaga asupan nutrisi yang sesuai (jika pasien telah dapat
makan/tidak muntah, infus telah dilepas) juga untuk mempercepat penyembuhan
ISK tuan A.
- Buang sampah pada tempatnya dan perbaiki tempat penyimpanan air misalnya
tempat penampungan (pada saat pasien pulang ke rumah)
- Batasi paparan nyamuk dengan tidak membiarkan air tergenang dan berada di area
terbuka sebelum matahari terbit dan terbenam dan cegah perkembangbiakan
nyamuk melalui pemberian dan penyemprotan berkala insektisida.
D. Monitoring
2. Fungsi Ginjal
Ada atau tidaknya mual muntah, kadang-kadang terjadi neuritis. Zat ini tidak dapat
digunakan bila fungsi ginjal terganggu, retensi Na, dan cairan, gangguan penyembuhan luka,
gangguan metabolisme karbohidrat, lemah otot, osteoporosis, reaksi ekstrapiramidal, pusing,
lelah, mengantuk, sakit kepala, depresi, gelisah, hipertensi, gangguan GI ringan dan reaksi
alergi.
11
dan objektif pasien. Penilaian biasanya berupa diagnosis atau diagnosis banding. Rencana
/plan meliputi permintaan uji lab tertentu, memulai, memperbaiki atau menghentikan terapi.
Jika dilakukan perubahan farmakoterapi maka alasan perubahan tersebut akan dijelaskan.
Nama obat,bentuk sediaan, waktu/jadwal pemberian, cara pemberian, dan lama terapi harus
ditulis. Rancana terapi harus ditulis. Reancana terapi harus mempunyai tujuan, target yang
ingin dicapai yang bersifat spesifik, terukur dan tertulis yang dapat menjelaskan parameter
efikasi dan toksisitas yang digunakan untuk menilai apakah tujuan untuk menilai apakah
tujuan terapi tercapai, untuk mendeteksi atau mencegah efek samping obat (Herfindal,2001).
SOAP ( Subek, Objek, Assasment, dan Plan) masing-masing point SOAP dijelaskan
sebagai berikut:
Subjektive:
Data tentang apa yang dirasakan pasienatau yang dapat di amati pada pasien,
diperoleh dengan cara mengamati, berbicara dan berespon dengan pasien
Objektive
Riwayat pasien yang terdokumentasi pada catatan medik dan hasil berbagai uji dan
evaluasi klinik dapat berupa tanda-tanda vital, hasil test lab, hasil uji fisik hasil
radiografi CT Scan, ECG, dll.
Obat yang digunakan sekarang termasuk dalam data obektive. Data ini harus
dikaitkan dengan problem kesehatan pasien
Assesment
Farmasi harus dapat menginterpretasikan data subjektive dan objektive untuk setiap
problem berupa:
12
Amati apakah terapi obat memang dibutuhkan atau cukup dengan nondrug therapy
Apakah obat etrsebut merupakan pilihan obat yang tepat(drug of choice ) bagi kondisi
pasien ? (usia,fungsi hati dn ginjal, alergi, faktor resiko, dll)
Jika psien menerima terapy harus dimonitor hasil teraphynya dan diputuskan apakah
respon terhadap terapi cukup atau tidak
Plan
Ny, WTS (75 tahun) merupakan pasien rawat inap disuatu rumah sakit, Keluhan
utama MRS : Mual muntah, lemah dan sakit kepala, adapun riwayat penyakit dahulu Ny
WTS menderita gagal jantung kongesif sudah 2 tahun dan juga menderita gagagl ginjal
kronis, Ny WTS tinggal bersama anak bungsunya dan suaminya sudah meninggal, Ny WTS
pernah menggunakan digoksin 250g sekali sehari dan furosemid 80 mg dua kali sehari
13
Umum: perkembangan fisik baik dan cukup gizi
Genitourinaria:normal
Rektal: normal
Penyelesaian Kasus:
Subjektif:
Nama : Ny WTS
Umur: 75 tahun
BB : 50 kg
TB : 155
Gejala yang dirasa :Mual dan muntah dan tidak ada nafsu makan
Objektif
14
Tanda vital : stabil
Assesment
Intoksikasi digoksin hal ini terlihat dari kadar digoksin darah yang besar
gejala-gejala subjektive dapat diperparah oleh kondisi hipokalemia. Ahl ini
perlu diatasi segera
Plan
Intoksikasi digoksin
15
- Sampaikan pada perawat untuk memantau volume urin dan BB jika terjadi
odema atau kondisi fisik memburuk instruksikan untuk segera melapor ke
dokter
Hipokalemia
Hipertensi
Pada metode Pam (Problem Action Monitoring ) dijelaskan problem terkait dengan
resep itu sendiri (administratif, pharmceutical, clinic) penyakit, nutrisi psikososial, pekerjaan
dan lingkungan. Upaya untuk mengatasi problem-problem tersebut secara efektif. Monitoring
merupakan pemantauan terhadap problem klinik, nutrisi psikososial yang sesuai dengan
kondisi pasien (home care).
Problem:
Asessment
16
Berhubungan dengan staf medis,perawat,pasien untuk menetapkan hasil yang
diharapkan
Monitoring
Menilai hasil yang diperoleh dari intervensi yang telah dilakukan (jika perlu, ulangi
proses PAM)
- data obat : rute, dosis, tanggal mulai berhenti, frekuensi, cara pemberian (ac/dc/pc)
- Kemudahan dibaca
1. Rute pemberian : perlu dievaluasi, pasien pingsan, muntah, dll disesuaikan dengan
obatnya
3. pemilihan waktu : sedatif diberikan 30 menit sebelum tidur, obat DM, dengan atau
sebelum makan
Golongan laktosa diberikan secara teratur agar efektif,antiemetika hanya bila perlu
17
2. pentingnya pengobatan:apakah obat benar diperlukan
3. ketepatan dosis, pertimbangan DM, DL, kondisi pasien yang mempengaruhi dosis
4. Efektifitas pengobatan
7. ketercampuran obat
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam penyelesaian kasus suatu penyakit pada pasien perlu adanya suatu analisa dan
dokumentasi. Analisa dan dokumentasi dalam bidang Farmasi yang digunakan ada tiga yaitu :
18
Yang membedakan keduanya yaitu dari sitematika dokumentasi, namun dari tiga jenis
metode analisa tersebut mempunyai suatu tujuan yaitu agar mencapainya rasionalitas bagi
pasien dan menghindari terjadinya DRP (Drug Related Problem ) . Tetapi dari tiga metode
tersebut yang sering digunakan adalah metode SOAP.
SARAN
Dengan adanya tiga metode tersebut membantu apoteker dalam mendokumentasi, dan
memilih obat yang tepat untuk terapi pasien, namun pelatihan yang masih kurang dalam
melakukan metode-metode tersebut menjadi hambatan bagi apoteker dalam melakukan ke
tiga metode ini. Sehingga lebih baik, metode ini lebih diperkenalkan kepada calon-calon
apoteker secara khusus dan memberikan pelatihan yang memadai baik itu metode
FARM,PAM, ataupun SOAP .
19
Daftar Pustaka
Cipolle, Rj, strand, LM, Morley PC, 2004, Drug Therapy Problem, In Pharmaceutical Care
Practie The Clinicals Guide, second edition. The McGraw-Hill ompanies: new York
Depkes RI. 2010. Mims Petunjuk Konsultasi. BIP Kelompok Gramedia. Jakarta.
Herpindal, E.T Gourley,DR (Eds), 2001, Textbook of therapeutics Drug and disease
Managemen, 7 th Ed Lippincot and Wilkins, Philapedia.
Nadesul Handrawan. 2004. 100 Pertanyaan dan Jawaban Demam Berdarah. Penerbit Buku
Kompas. Jakarta.
20