Está en la página 1de 9

KONSEF DASAR ASKEP

VARISELA

A. KONSEF DASAR TEORI

1. Definisi

Varisela merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-zoster (V-Z

virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya menganai anak, yang ditandai

oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk

beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat

meninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).

Sedangkan menurut Adhi Djuanda, varisela yang mempunyai sinonim cacar air

atau chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit

dan mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama

dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993).

2. Etiologi

Penyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi

pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela,

sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves

zoster.
3. Patogenesis

Masa inkubasi varisela berkisar antara 11 -20 hari, masa ini bisa lebih pendek atau

lebih panjang. lnfeksi varisela dimulai dengan masuknya virus ke mukosa saluran

pemafasan, yang ditularkan melalui vekresi pemafasan atau melalui kontak langsung.

lnokulasi diikuti dengan masa inkubasi, di mana pada saat tersebut penyebaran virus terjadi

secara subklinis. Virus masuk melalui mukosa saluran pemafasan clan diduga berkembang

biak pada jaringan kelenjar regional. Empat sampai enam hari setelah infeksi, diduga

viremia ringan terjad, diikuti dengan virus menginfeksi dan berkembang biak di organ

seperti hati, limpa dan kemungkinan organ lain. Lebih kurang 10 -12 hari setelah infeksi

terjadi viremia kedua di mana pada saat tersebut virus bisa mencapai kulit. Rash muncul

sesudah 14 hari infeksi. Lesi kulit yang terjadi berupa makula, sebagian besar berkembang

menjadi papula, vesicula, pustula, dan krusta sesudah beberapa hari. Vesicula biasanya

terletak pada epidermis.

4. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai dari gejala

prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian

disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam

berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel

akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini

berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran

polimorfi.
Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal

ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran

nafas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening

regional (lymphadenopathy regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.

5. Komplikasi

Varisela dapat menimbulkan berbagai komplikasi, tetapi umumnya pada kulit, pada

susunan syaraf pusat, atau sistem pemafasan yang dijumpai. Komplikasi yang paling sering

dijumpai pada kulit adalah sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri staphylococcus

ataupun streptococcus. Bisa juga dijumpai hemorhagic varicella. Pada susunan syaraf

pusat, komplikasi bisa berupa encephalitis, Reyessyndrome asepticmeningitis dan

Guillain-Barre Syndrome. Komplikasi pada saluran pemafasan termasuk infeksi virus dan

bakteri pencumoni, infeksi saluran nafas atas terutama otitis media. Kematian yang

disebabkan oleh varisela pada anak 1-14 tahun ditaksir 1,4 per 100.000 kasus varisela,

sedang pada orang dewasa berbeda signifikan yaitu 30,9 per 100.000 kasus.

6. Pengobatan

a. Pengobatan Simptomatik

Menghilangkan rasa gatal

Menurunkan panas (hati-hati pemakaian golongan salicylate dikuatirkan timbul

Reyes Syndrome).

b. Menjaga kebersihan

Terutama pada daerah kuku yang sering digunakan untuk menggaruk

Kebersihan pakaian
c. Pengobatan dengan antivirus

Pada saat ini acyclovir telah terbukti bermanfaat untuk pengobatan varisela. Acyclovir

9 [(2-hydroxy thonyl) methyl] guanine merupakan chat pilihan. Obat ini dapat

digunakan secara oral maupun intravena: Pada kasus dengan komplikasi berat atau

dengan gangguan sistem kekebalan, Acyclovir ini dianjurkan untuk diberikan

intravena. Sedang pada pemberian oral dapat digunakan pada anak yang tanpa

komplikasi. Begitupun harus diingat bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri. Oleh

karena itu penghitungan biaya dalam penggunaan Acyclovir ini haruslah bijaksana.

7. Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan membuat sediaan hapus yang

diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel

datia berinti banyak (Arif Mansjoer, 2000).

8. Pencegahan

1. Isolasi.

2. Pemberian VZIG (Varicella-zoster Immune Globulin).

3. Pemberian vaksinasi.

Pada saat ini telah tersedia vaksin untuk varisela, yaitu Live, Attenuated

Varicella Virus Vaccine. Vaksin ini deberikan pada anak usia di atas 12 bulan. Pada

anak usia 12 bulan -12 tahun vaksin dapat diberikan secara subkutan dengan dosis

0,5 mI. Secara rutin vaksinasi ini dianjurkan pada usia 12 -18 bulan. Pemberian

dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian vaksinasi lain, seperti vaksinasi MMR

(Measles Mumps -Rubella) . Sedangkan pada anak usia = 13 tahun diberikan dosis

0,5 ml, s.c. dengan dua dosis. Jarak pemberian adalah 4-8 minggu.
B. KONSEF DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Gejala subyektif berupa keluhan nyeri kepala, anorexia dan malese.

Pada kulit dan membran mukosa :

Lesi dalam berbagai tahap perkembangannya : mulai dari makula eritematosa yang

muncul selama 4-5 hari kemudian berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan krusta

yang dimulai pada badan dan menyebar secara sentrifubal kemuka dan ekstremitas. Lesi

dapat pula terjadi pada mukosa, palatum dan konjunctiva.

Suhu : dapat terjadi demam antara 38-39 C

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi sehubungan dengan infeksi virus

b. Aktual dan potensial gangguan integritas kulit berhubungan dengan pecahnya vesikel

c. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit

d. Resti Penularan penyakit

e. Defisit pengetahuan

3. Intervensi

a. Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus

Observasi tanda-tanda vital

Pantau asupan dan haluaran

Anjurkan Pasien banyak minum

Beri kompres

Kolaborasi pemberian antiperitik


b. Aktual atau potensial gangguan integritas kulit

Anjurkan mandi secara teratur

Hindari menggaruk lesi

Gunakan pakaian yang halus/lembut

c. Nyeri Akut Berhubungan dengan adanya vesikula

Observasi tanda-tanda vital

Anjurkan Pasien menggunakan teknik manajemen nyeri

Gunakan analgetik dan bedak antipruritus.

Pertahankan suhu ruangan tetap sejuk dengan kelembaban yang adekuat.

d. Resti penularan infeksi

Lakukan isolasi (strict isolation) :Prosedur strict isolation :

i. Ruangan tersendiri; pintu harus selalu tertutup. Klien yang terinfeksi

karena organisme yang sama dapat ditempatkan dalam ruangan yang

sama.

ii. Gunakan masker, pakaian khusus, dan sarung tangan bagi semua orang

yang masuk kedalam ruangan.

iii. Selalu cuci tangan setelah menyentuh klien atau benda-benda yang

kemungkinan terkontaminasi serta sebelum memberikan tindakan kepada

klien lain.

iv. Semua benda-benda yang terkontaminasi dibuang atau dimasukan

kedalam tempat khusus dan diberi label sebelum dilakukan dekontaminasi

atau diproses ulang kembali


e. Defisit pengetahuan

Ajarkan pada orang tua dalam melakukan perawatan terhadap anaknya di ruamah

tentang hal-hal di atas.

Jelaskan bahwa demam dapat diatasi dengan melakukan tepid sponge bath.

Jealskan bahwa penggunaan medikasi harus sesuai dengan petunjuk dikter

4. Implementasi

Sesuai dengan rencana keperawatan yang disusun

5. Evaluasi

1) Fungsi kulit dan membran mukosa baik dengan parut minimal.

Krusta berkurang

Suhu kulit, kelembaban dan warna kulit serta membran mukosa normal alami

2) Tidak terjadi komplikasi dan infeksi sekunder

Tidak terdapat kelainan neurologik

Tidak terjadi kelainan respiratorik.

3) Suhu tubuh normal.

4) Nyeri terkontrol

5) Mengerti tentang penyebab dan perawatan serta pencegahan penyakit


WOC
Virus

Mukosa Saluran nafas


an nafas

Kelenjar Regional

Hati dan linfa

Peredaran darah

Hipotalamus
Kulit

Mukosa, mata, saluran Papula eritematosa


Cytokin/Interliukin-1
nafas

Hipertermi Resti Penularan Pustula Pecah Vesikel

Kerusakan Integritas Krusta Nyeri Akut


kulit

Bertanya-tanya tentang
penyakitnya

Defisit Pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA

Adhi Djuanda, 1993. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia,
Jakarta, 1993.

Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke tiga, media Aesculapius, FK
Universitas Indonesia

June M. Thomson, et. al. 1986. Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company, Toronto

Linda J. Carpenito-Moyet, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi ke- 10 Jakarta:EGC

También podría gustarte